Sistem pengaturan cairan elektrolit
Keseimbangan Keseimbangan Cairan, Elektrolit Asam dan Basa oleh: Kuntarti, S.Kp., M. Biomed #
Pendahuluan Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar ( milieu exterior) exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi subtansi-subtansi yang ada di milieu interior. interior. Pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan perlu memperh memperhatikan atikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan keseimbangan asam-basa asam-basa adalah paru-paru paru-paru dengan mengek mengekskresikan skresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer (buffer)) kimi dalam cairan tubuh. Komposisi Cairan Tubuh Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia. Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain Selain kedua kedua kompatmen tersebut, tersebut, ada kompartmen lain lain yang ditempati ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun volumenya volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na + dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K + di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan
intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma. Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali. Perpindahan Substansi Antar Kompartmen Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi zat tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk substansi tersebut. Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya. Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi. Difusi Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick ( Fick’s law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:
1. 2. 3. 4. 5.
Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi. Peningkatan permeabilitas. Peningkatan luas permukaan difusi. Berat molekul substansi. Jarak yang ditempuh untuk difusi.
Osmosis Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan, konsentrasi air akan menurun.Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis. Filtrasi Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.
Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik. Transport aktif Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. 1. Pengaturan volume cairan ekstrasel. Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.
Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam: 1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal. Memeperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam.
ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
1. mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi 2.
Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR). mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan
darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na + dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem Renin Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal. 2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel. Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah). Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini. pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:
Perubahan osmolaritas di nefron
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik. Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).
Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)
peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke
vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan. selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali normal. Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan volume reseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium dan air. perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stres, dan penyakit. Keseimbangan Asam-Basa Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH <7,35 dikatakan asidosi, dan jika pH darah >7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
1. pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan 2. 3.
bikarbonat. katabolisme zat organik disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:
1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat, 2. 3.
sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh mempengaruhi konsentrasi ion K
bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H seperti nilai semula dengan cara:
1. mengaktifkan sistem dapar kimia 2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan
3. mekasnisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan Ada 4 sistem dapar:
1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk 2. 3. 4.
perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia. Ketidakseimbangan Asam-Basa Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:
1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi. Pembentukkan 2. 3.
4.
H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan konsentrasi ion H. Alkalosis metabolik, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat hiperventilasi. Pembentukan H 2CO3 menurun sehingga pembentukkan ion H menurun. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru, diare akut, diabetes melitus, olahraga yang terlalu berat dan asidosis uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H bebas meningkat. Alkalosis metabolik., terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena defiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis. Hilangnyaion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.
untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi pernapasan dan ginjal sangat penting.
KESIMPULAN Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi
asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO 2 dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
kuliahperawat.blogspot.com
imanku untukMu Tuhan...!!!! Wednesday, December 24, 2008
Anatomi Fisiologi Cairan Elektrolit dan Asam Basa 10:01 AM Posted by Djibril_nursemind.blogspot.com
CAIRAN ELEKTROLIT DAN PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM BASA Komposisi Tubuh Manusia Tubuh manusia terdiri atas cairan dan zat padat. Empat puluh persen tubuh manusia merupakan zat padat seperti protein, lemak, mineral, karbohidrat, material organik dan non organic. Enampuluh persen sisanya adalah cairan. Dari 60% komposisi cairan, 20 % merupakan cairan ekstraseluler dan 40% merupakan cairan intraselluler. Empat persen cairan ekstraseluler berada dalam pembuluh darah berupa plasma darah dan 16% terdapat di interstisial. Perbedaan yang penting pada plasma dan cairan interstisial adalah adanya protein yang larut dalam plasma sedangkan di interstisial tidak ada. Pergerakan Cairan Tubuh Pergerakan antar kompartemen (intrasel, plasma dan interstisial) di kontrol oleh dua kekuatan yaitu: tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic. Tekanan hidrostatik merupakan tekanan yang mendorong air untuk keluar dari plasma ke interstisial. Tekanan tersebut sekitar 282 mOsmle/L. Tekanan osmotic merupakan tekanan yang mempertahankan air tetap dalam plasma dan menarik air dari interstisial. Tekanan osmotic sekitar 281 mOsmole/L. Keseimbangan Cairan Dan Konsentrasi Zat Terlarut Total konsentrasi zat terlarut di interstisial sedikit lebih rendah dibandingkan dengan plasma. Sedangkan konsentrasi air dalam interstisial lebih tinggi daripada plasma. Perbedaan tersebut diatas karena adanya protein dalam plasma.Memahami konsep keseimbangan cairan dan konsentrasi zat terlarut pada setiap kompartemen ini juga akan memudahkan kita memahami mekanisme terjadinya edema. Edema diakibatkan karena ketidakseimbangan pergerakan cairan.
Hal ini terjadi karena: 1. Protein plasma keluar dari sirkulasi saat dinding pembuluh darah rusak. 2. Pada penyakit hati dimana terjadi penurunan sintesis protein plasma 3. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler 4. Obstruksi pembuluh limfatik Reaksi peradangan, respon terhadap infeksi, atau kerusakan jaringan sehingga kapiler menjadi lebih permeabel. PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM BASA Asam adalah Molekul yang mengandung atom hidrogen yang dapat melepaskan ion hidrogen dalam larutan. Contohnya adalah HCL dan H2CO3. Basa adalah Ion atau molekul yang dapat menerima ion hidrogen seperti Ion Bikarbonat dan HPO4. Pertahanan Terhadap Perubahan Konsentrasi Ion Hidrogen Jika terjadi perubahan konsentrasi ion hydrogen dalam tubuh, maka tubuh akan menjadi lebih asam. Keadaan asam ini akan mengganggu mekanisme-mekanisme kerja dari tubuh terutama reaksi-reaksi kimia yangmembutuhkan tingkat keasaman sesuai sengan keasaman normal. Jika tidak segera diatasi maka keadaan ini akan menyebabkan gangguan yang serius bahkan kematian. Tubuh memiliki mekanisme pengaturan agar menjaga keasaman tetap dalam keadaan normal melalui 3 cara yaitu: Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, pengaturan oleh pusat pernafasan dan pengaturan jangka panjang oleh ginjal. Sistem penyanggaan ion-ion hidrogen dalam cairan tubuh berupa: 1. Sistem penyangga bikarbonat (Penyangga ekstraseluler) 2. Sistem penyangga fosfat (Penyangga intraseluler dan cairan tubulus ginjal) 3. Sistem penyangga protein (terutama didalam sel) Pengaturan Pernafasan Pengaturan pernafasan untuk membuang CO2 melalui proses ekspirasi di paru-paru akan mengimbangi pembentukan CO2 metabolik. Peningkatan ventilasi alveolus akan menurunkan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler dan meningkatkan pH. Peningkatan konsentrasi ion hidrogen akan merangsang ventilasi alveolus. Kontrol keseimbangan asam basa oleh ginjal Ginjal memberikan peranan yang sangat penting dalam pengaturan keseimbangan asam basa. Ginjal merupakan organ pengatur keseimbangan asam basa yang paling kuat dan dapat bekerja dalam jangka waktu lama setelah upaya pengaturan keseimbangan asam basa oleh sistem penyangga dalam cairan tubuh dan pernafasan. Sekresi ion hidrogen dan reabsorpsi ion bikarbonat terjadi di tubulus ginjal. Ion-ion hidrogen disekresikan oleh transport aktif sekunder di segmen tubulus. Peran Ginjal Dalam Keseimbangan Asam - Basa AIR Air berikisar antara 47-77%. Air berungsi: 1. Untuk transportasi nutriens dan zat buangan 2. Sebagai media reaksi kimia
3. Sebagai pelarut elektrolit dan zat terlarut lainnya 4. Membantu mempertahankan suhu tubuh 5. Untuk transport enzim, hormon, sel darah dan zat-zat lain Elektrolit Elektrolit adalah senyawa yang dapat menjadi ion saat larut. Ion yang bermuatan positif disebut kation sedangkan ion bermuatan negatif disebut anion. Non elektrolit adalah zat yang saat larut tidak membentuk ion. Natrium/Sodium Konsentrasi di ekstrasel lebih tinggi dari intrasel. Natrium merupakan ion yang sangat penting dalam pengaturan tekanan osmotik. Sekitar 142 mEq/L di cairan ekstrasel. Keadaan dimana konsentrasi Na yang rendah disebut dengan hiponatremi sedangkan konsentrasi yang tinggi disebut hipernatremi. Natrium berfungsi: 1. Membantu kontrol kontraksi otot 2. Membantu mempertahankan iritabilitas neuromuskuler 3. Mempertahankan volume darah 4. Pengaturan volume cairan ekstraseluler 5. Stimulasi konduksi impuls syaraf. Kalium/Potassium Sekitar 4,5 mEq/L di cairan ekstrasel, konsentrasi intrasel lebih tinggi daripada ekstrasel. Konsentrasi lebih itnggi dari normal disebut hiperkalemi sedangkan konsentrasi lebih rendah disebut hipokalemi. Kalium berfungsi: 1. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit di intrasel 2. Membantu peningkatan transmisi impuls syaraf terutama di jantung 3. Membantu transformasi karbohidrat menjadi energi 4. Membantu keseimbangan asam basa melalui pertukaran dengan ion hidrogen
Elektrolit Lain o Magnesium o Klorida o Hidrogen o Klasium Hormon Yang Terkait Hormon yang terkait dalam pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit diantaranya adalah ADH, Aldosteron dan Atrial Natriuretic Peptide. HPO4²‾ + H+ NH3 + H+ ↓↓ H2PO4‾ NH4+ (amonium) ↓↓
----------------------------------
↓
Keluar dengan urine dan mempengaruhi pH antara 5 - 8 Secara lengkap dapat dijelaskan sebagai berikut : Bila tubuh mengalami kondisi asam : 1. CO2 + H2O → H2CO3 → H+ + HCO3‾ ( H+ akan dikeluarkan dan diikat oleh NH3ˉ atau HPO4²‾, sedangkan HCO3- akan direabsorpsi). 2. NH3 + H+ → NH4 → dikeluark an ke urine 3. HPO4²ˉ + H+ → H2PO4‾ → dikeluarkan ke urine
Bila tubuh mengalami kondisi Basa : 1. H+ + HCO3ˉ → H2CO3 → CO2 + H2O (akan masuk kedalam darah untuk di sirkulasi)
2. Sedikit amonia yang dibentuk untuk mencegah H+ keluar dengan urine melalui NH4+ 3. H2PO4‾ → HPO4²‾ + H+ (H+ akan diambil HCO3ˉ untuk dibentuk menjadi H2CO3 yg
bersifat asam) Gambar sekematik berikut ini menjelaskan beberapa mekansime terjadinya asidosis dan alkalosis.
Penilaian terhadap hasil analisa gas darah pH H+ Pco2 HCO3 Normal 7,4 40 mEq/L 40 mEq/L 24 mEq/L Asidosis Respiratorik ¯ Ý Alkalosis Respiratorik ¯ ß ¯ Asidosis Metabolik ¯ ¯ ß Alkalosis Metabolik ¯ Ý
NILAI NORMAL pH = 7,35 – 7,45 pCO2 = 35 – 45 pO2 = 80 – 95 HCO3 = 22 – 26
SaO2 = 96 – 97 % Penyebab Klinis gangguan asam basa Asidosis Respiratorik dapat disebabkan oleh penurunan ventilasi dan pembentukan Pco2. Keadan ini terjadi pada kerusakan pusat pernafasan, Obstruksi jalan nafas, pneumonia dan penurunan luas permukaan membran pulmonal. Alkalosis Respiratorik dapat disebabkan oleh peningkatan ventilasi dan penurunan Pco2 seperti pada pasien dengan neurosisdan mendaki. Asidosis metabolik dapat disebabkan oleh penurunan konsentrasi bikarbonat cairan ekstraseluler misalnya pada kegagalan ginjal, mengeluarkan asam metabolik normal yang dibentuk tubuh, Pembentukan asam metabolik yang berlebihan, Penambahan asam metabolik kedalam tubuh melalui makanan dan infus asam dan Kehilangan basa dari cairan tubuh yang memiliki efek yang sama kedalam cairan tubuh. Keadaan yang menyebabkan asidosis metabolic diantaranya adalah asidosis tubulus ginjal dimana terjadi gangguan dalam mekanisme sekresi hidrogen dan/atau reabsorpsi bikarbonat. Diare, muntah, diabetes mellitus, penyerapan asam dan gagal ginjal kronis juga merupakan keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan asidosis metabolic. Peningkatan konsentrasi bikarbonat pada cairan ekstraseluler yang dapat menyebabkan alkalosis metabolic dapat terjadi pada pasien-pasien yang mengalami Pemberian diuretic, kelebihan aldosteron, memuntahkan isi lambung atau penyerapan obat alkalis.
Anatomi Fisiologi Cairan Elektrolit dan Asam Basa 10:01 AM Posted by Djibril_nursemind.blogspot.com
CAIRAN ELEKTROLIT DAN PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM BASA Komposisi Tubuh Manusia Tubuh manusia terdiri atas cairan dan zat padat. Empat puluh persen tubuh manusia merupakan zat padat seperti protein, lemak, mineral, karbohidrat, material organik dan non organic. Enampuluh persen sisanya adalah cairan. Dari 60% komposisi cairan, 20 % merupakan cairan ekstraseluler dan 40% merupakan cairan intraselluler. Empat persen cairan ekstraseluler berada dalam pembuluh darah berupa plasma darah dan 16% terdapat di interstisial. Perbedaan yang penting pada plasma dan cairan interstisial adalah adanya protein yang larut dalam plasma sedangkan di interstisial tidak ada. Pergerakan Cairan Tubuh Pergerakan antar kompartemen (intrasel, plasma dan interstisial) di kontrol oleh dua kekuatan yaitu: tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic. Tekanan hidrostatik merupakan tekanan yang mendorong air untuk keluar dari plasma ke interstisial. Tekanan tersebut sekitar 282 mOsmle/L.
Tekanan osmotic merupakan tekanan yang mempertahankan air tetap dalam plasma dan menarik air dari interstisial. Tekanan osmotic sekitar 281 mOsmole/L. Keseimbangan Cairan Dan Konsentrasi Zat Terlarut Total konsentrasi zat terlarut di interstisial sedikit lebih rendah dibandingkan dengan plasma. Sedangkan konsentrasi air dalam interstisial lebih tinggi daripada plasma. Perbedaan tersebut diatas karena adanya protein dalam plasma.Memahami konsep keseimbangan cairan dan konsentrasi zat terlarut pada setiap kompartemen ini juga akan memudahkan kita memahami mekanisme terjadinya edema. Edema diakibatkan karena ketidakseimbangan pergerakan cairan. Hal ini terjadi karena: 1. Protein plasma keluar dari sirkulasi saat dinding pembuluh darah rusak. 2. Pada penyakit hati dimana terjadi penurunan sintesis protein plasma 3. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler 4. Obstruksi pembuluh limfatik Reaksi peradangan, respon terhadap infeksi, atau kerusakan jaringan sehingga kapiler menjadi lebih permeabel. PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM BASA Asam adalah Molekul yang mengandung atom hidrogen yang dapat melepaskan ion hidrogen dalam larutan. Contohnya adalah HCL dan H2CO3. Basa adalah Ion atau molekul yang dapat menerima ion hidrogen seperti Ion Bikarbonat dan HPO4. Pertahanan Terhadap Perubahan Konsentrasi Ion Hidrogen Jika terjadi perubahan konsentrasi ion hydrogen dalam tubuh, maka tubuh akan menjadi lebih asam. Keadaan asam ini akan mengganggu mekanisme-mekanisme kerja dari tubuh terutama reaksi-reaksi kimia yangmembutuhkan tingkat keasaman sesuai sengan keasaman normal. Jika tidak segera diatasi maka keadaan ini akan menyebabkan gangguan yang serius bahkan kematian. Tubuh memiliki mekanisme pengaturan agar menjaga keasaman tetap dalam keadaan normal melalui 3 cara yaitu: Sistem penyangga asam basa kimiawi dalam cairan tubuh, pengaturan oleh pusat pernafasan dan pengaturan jangka panjang oleh ginjal. Sistem penyanggaan ion-ion hidrogen dalam cairan tubuh berupa: 1. Sistem penyangga bikarbonat (Penyangga ekstraseluler) 2. Sistem penyangga fosfat (Penyangga intraseluler dan cairan tubulus ginjal) 3. Sistem penyangga protein (terutama didalam sel) Pengaturan Pernafasan Pengaturan pernafasan untuk membuang CO2 melalui proses ekspirasi di paru-paru akan mengimbangi pembentukan CO2 metabolik. Peningkatan ventilasi alveolus akan menurunkan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler dan meningkatkan pH. Peningkatan konsentrasi ion hidrogen akan merangsang ventilasi alveolus. Kontrol keseimbangan asam basa oleh ginjal Ginjal memberikan peranan yang sangat penting dalam pengaturan keseimbangan asam basa. Ginjal merupakan organ pengatur keseimbangan asam basa yang paling kuat dan dapat bekerja dalam jangka waktu lama setelah upaya pengaturan keseimbangan asam basa oleh sistem
penyangga dalam cairan tubuh dan pernafasan. Sekresi ion hidrogen dan reabsorpsi ion bikarbonat terjadi di tubulus ginjal. Ion-ion hidrogen disekresikan oleh transport aktif sekunder di segmen tubulus. Peran Ginjal Dalam Keseimbangan Asam - Basa AIR Air berikisar antara 47-77%. Air berungsi: 1. Untuk transportasi nutriens dan zat buangan 2. Sebagai media reaksi kimia 3. Sebagai pelarut elektrolit dan zat terlarut lainnya 4. Membantu mempertahankan suhu tubuh 5. Untuk transport enzim, hormon, sel darah dan zat-zat lain Elektrolit Elektrolit adalah senyawa yang dapat menjadi ion saat larut. Ion yang bermuatan positif disebut kation sedangkan ion bermuatan negatif disebut anion. Non elektrolit adalah zat yang saat larut tidak membentuk ion. Natrium/Sodium Konsentrasi di ekstrasel lebih tinggi dari intrasel. Natrium merupakan ion yang sangat penting dalam pengaturan tekanan osmotik. Sekitar 142 mEq/L di cairan ekstrasel. Keadaan dimana konsentrasi Na yang rendah disebut dengan hiponatremi sedangkan konsentrasi yang tinggi disebut hipernatremi. Natrium berfungsi: 1. Membantu kontrol kontraksi otot 2. Membantu mempertahankan iritabilitas neuromuskuler 3. Mempertahankan volume darah 4. Pengaturan volume cairan ekstraseluler 5. Stimulasi konduksi impuls syaraf. Kalium/Potassium Sekitar 4,5 mEq/L di cairan ekstrasel, konsentrasi intrasel lebih tinggi daripada ekstrasel. Konsentrasi lebih itnggi dari normal disebut hiperkalemi sedangkan konsentrasi lebih rendah disebut hipokalemi. Kalium berfungsi: 1. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit di intrasel 2. Membantu peningkatan transmisi impuls syaraf terutama di jantung 3. Membantu transformasi karbohidrat menjadi energi 4. Membantu keseimbangan asam basa melalui pertukaran dengan ion hidrogen
Elektrolit Lain o Magnesium o Klorida o Hidrogen o Klasium
Hormon Yang Terkait Hormon yang terkait dalam pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit diantaranya adalah ADH, Aldosteron dan Atrial Natriuretic Peptide. HPO4²‾ + H+ NH3 + H+ ↓↓ H2PO4‾ NH4+ (amonium) ↓↓
---------------------------------↓
Keluar dengan urine dan mempengaruhi pH antara 5 - 8 Secara lengkap dapat dijelaskan sebagai berikut : Bila tubuh mengalami kondisi asam : 1. CO2 + H2O → H2CO3 → H+ + HCO3‾ ( H+ akan dikeluarkan dan diikat oleh NH3ˉ atau HPO4²‾, sedangkan HCO3- akan direabsorpsi). 2. NH3 + H+ → NH4 → dikeluarkan ke urine 3. HPO4²ˉ + H+ → H2PO4‾ → dikeluarkan ke urine
Bila tubuh mengalami kondisi Basa : 1. H+ + HCO3ˉ → H2CO3 → CO2 + H2O (akan masuk kedalam darah untuk di sirkulasi)
2. Sedikit amonia yang dibentuk untuk mencegah H+ keluar dengan urine melalui NH4+ 3. H2PO4‾ → HPO4²‾ + H+ (H+ akan diambil HCO3ˉ untuk dibentuk menjadi H2CO3 yg
bersifat asam) Gambar sekematik berikut ini menjelaskan beberapa mekansime terjadinya asidosis dan alkalosis.
Penilaian terhadap hasil analisa gas darah pH H+ Pco2 HCO3 Normal 7,4 40 mEq/L 40 mEq/L 24 mEq/L Asidosis Respiratorik ¯ Ý Alkalosis Respiratorik ¯ ß ¯ Asidosis Metabolik ¯ ¯ ß Alkalosis Metabolik ¯ Ý
NILAI NORMAL pH = 7,35 – 7,45 pCO2 = 35 – 45 pO2 = 80 – 95 HCO3 = 22 – 26 SaO2 = 96 – 97 % Penyebab Klinis gangguan asam basa Asidosis Respiratorik dapat disebabkan oleh penurunan ventilasi dan pembentukan Pco2. Keadan ini terjadi pada kerusakan pusat pernafasan, Obstruksi jalan nafas, pneumonia dan penurunan luas permukaan membran pulmonal. Alkalosis Respiratorik dapat disebabkan oleh peningkatan ventilasi dan penurunan Pco2 seperti pada pasien dengan neurosisdan mendaki. Asidosis metabolik dapat disebabkan oleh penurunan konsentrasi bikarbonat cairan ekstraseluler misalnya pada kegagalan ginjal, mengeluarkan asam metabolik normal yang dibentuk tubuh, Pembentukan asam metabolik yang berlebihan, Penambahan asam metabolik kedalam tubuh melalui makanan dan infus asam dan Kehilangan basa dari cairan tubuh yang memiliki efek yang sama kedalam cairan tubuh. Keadaan yang menyebabkan asidosis metabolic diantaranya adalah asidosis tubulus ginjal dimana terjadi gangguan dalam mekanisme sekresi hidrogen dan/atau reabsorpsi bikarbonat. Diare, muntah, diabetes mellitus, penyerapan asam dan gagal ginjal kronis juga merupakan keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan asidosis metabolic. Peningkatan konsentrasi bikarbonat pada cairan ekstraseluler yang dapat menyebabkan alkalosis metabolic dapat terjadi pada pasien-pasien yang mengalami Pemberian diuretic, kelebihan aldosteron, memuntahkan isi lambung atau penyerapan obat alkalis.