KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI No.75 /SK/XII/RSIM/2015 T E N TAN G PENGKAJIAN PASIEN RESIKO JATUH DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI Menimbang : a.
b.
c.
Mengingat
: 1. 2. 3.
bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Islam Malahayati, maka diperlukan Standar Prosedur Pengkajian Pasien Resiko Jatuh; sehubungan dengan butir (1) maka perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Islam Malahayati tentang Prosedur Pengkajian Pasien Resiko Jatuh; berdasarkan pertimbangan tersebut perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Malahayati. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit; Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691 Tahun 2011 Tentang Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEBIJAKAN TENTANG PENGKAJIAN PASIEN RESIKO JATUH: KESATU KEDUA KETIGA
: Kebijakan Direktur tentang Pengkajian Pasien Resiko Jatuh sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini; : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan adanya pencabutan; : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini maka akan ditinjau kembali dan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di Medan Pada tanggal 30 Desember 2015 RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI
dr. Mohammad Fahdhy, Sp.OG., M.Sc Direktur
Lampiran : Keputusan Direktur RS Islam Malahayati Nomor : No.87/SK/XII/RSIM/2015
Tanggal
: 30 Desember 2015
PENGKAJIAN PASIEN RESIKO JATUH UNTUK PENINGKATAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI 1. Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan oleh penderita atau saksi mata yang melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang tanpa sengaja dan mendadak tertunduk atau terbaring dilantai atau tempat yang rendah, dengan atau tanpa kehilangan kesadaran ataupun luka. 2. Penyebab jatuh dapat meliputi faktor fisiologis (pingsan) atau lingkungan (lantai yang licin). 3. Resiko jatuh adalah pasien yang beresiko untuk jatuh yang umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor fisiologis yang dapat berakibat cidera. 4. Faktor resiko jatuh dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori: a Intrinsik: berhubungan dengan kondisi pasien, termasuk kondisi psikologis. b Ekstrinsik: berhubungan dengan lingkungan. 5. Tujuan resiko jatuh adalah sebagai suatu proses untuk mencegah kejadian jatuh pada pasien dengan cara: a Mengidentifikasi pasien yang memiliki resiko tinggi jatuh dengan menggunakan “Asesmen Resiko Jatuh”. b Melakukan asesmen ulang pada semua pasien beresiko jatuh (setiap hari). c Melakukan asesmen yang berkesinambungan terhadap pasien yang beresiko jatuh dengan menggunakan “Asesmen Resiko Jatuh Harian”. d Menetapkan standar pencegahan dan penanganan resiko jatuh secara komprehensif. 6. Langkah-langkah mengurangi resiko jatuh yaitu: a Setiap mengidentifikasi pasien, maka lakukan identifikasi gelang resiko jatuh. b Bila gelang tidak terpasang maka gelang pasien pasang kembali. c Diagnosa pasien. d Tindakan tindakan yang dilakukan terhadap pasien. e Bila tidak ada keluarga yang menjaga maka pasien harap memberi tahu pada perawat untuk menjaganya. f Disetiap tempat tidur pasien ada leaflet pasien resiko jatuh yang ditujukan pada keluarga pasien. 7. Pencegahan resiko jatuh dilakukan di semua unit pelayanan pasien di Rumah Sakit Islam Malahayati. 8. Setiap pasien yang berobat ke Rumah Sakit Islam Malahayati akan dilakukan pengkajian awal resiko jatuh. 9. Pengkajian/ penilaian awal resiko jatuh menggunakan: a Humpty Dumty Scale untuk usia anak (12 tahun sampai dengan 18 tahun) b Morse False Scale untuk usia dewasa (> 18 tahun sampai dengan< 60 tahun) c
Format pengkajian resiko jatuh geriatri untuk usia lanjut (60 tahun keatas), pasien anak dibawah 12 tahun dan pasien intensive care dinilai beresiko tinggi jatuh dan di tatalaksana sesuai panduan.
10. Semua pasien dibawah usia 12 tahun dan pasien dengan perawatan intensif dan ICU dinyatakan beresiko jatuh tinggi jatuh. 11. Penanggungjawab terhadap pengkajian resiko jatuh adalah Perawat Penanggungjawab Pasien. 12. Perawat mengisi formulir pengkajian resiko jatuh pada saat melakukan pengkajian awal pasien masuk. 13. Perawat melakukan intervensi pencegahan pasien jatuh dan mengimplementasikannya sesuai skoring dalam bentuk check list. 14. Komponen penilaian untuk pengkajian resiko jatuh di Instalasi Rawat Jalan ( IRJ) dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk semua kategori usia adalah : a
Diperhatikan cara berjalan pasien saat akan duduk di kursi. Apakah pasien tampak seimbang (sempoyongan / limbung) atau tidak. b Apakah pasien memegang pinggiran kursi atau meja atau benda lain sebagai penopang pada saat akan duduk? Jika tidak maka pasien tidak beresiko jatuh. 15. Pencegahan Resiko Pasien Jatuh dilakukan setelah pengkajian awal resiko pasien jatuh di IRJ, IGD dan reassesmen resiko jatuh di ruang rawat inap. 16. Reassesmen Pasien Resiko jatuh dilakukan pada waktu : a Setiap shift jaga. b Saat transfer ke unit lain. c Adanya perubahan kondisi pasien. d Adanya kejadian jatuh pada pasien. 17. Untuk mengubah kategori dari resiko tinggi ke resiko rendah, diperlukan skor <25 dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut. 18. Perawat penanggungjawab pelayanan yang bertugas akan mengidentifikasi dan menerapkan “Prosedur Pencegahan Jatuh”, berdasarkan pada: a. Kategori resiko jatuh. b. Kebutuhan dan keterbatasan tiap pasien. c. Riwayat jatuh sebelumnya dan penggunaan alat pengaman (safety devices). 19. Perawat harus melakukan Rencana Keperawatan untuk Pencegahan Pasien Jatuh dalam Format Checklist Nursing Care Plan (Rencana Asuhan Keperawatan). 20. Dokumentasikan semua kegiatan pencegahan resiko jatuh pada catatan keperawatan. Ditetapkan di Medan Pada tanggal 30 Desember 2015 RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI