PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS DRAMA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL KOMPONEN PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 3 UNGARAN
SKRIPSI
Disusun dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh : Nama
: Zulfah Muyassaroh
NIM
: 2101402024
Prodi
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007
SARI Muyassaroh, Zulfah. 2007. Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Drama dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Ungaran. Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Mukh Doyin, M.Si, Pembimbing II: Drs. Agus Nuryatin, M.Hum. Kata Kunci : Peningkatan, kemampuan menulis kontekstual, komponen pemodelan.
teks
drama,
pendekatan
Kemampuan menulis teks drama siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Ungaran belum bisa memperoleh hasil yang maksimal atau memuaskan. Hal ini disebabkan strategi yang digunakan oleh guru kurang tepat. Dalam proses pembelajaran guru hanya memberikan penjelasan atau guru hanya ceramah dalam menyampaikan pembelajaran, sehingga siswa tidak terlibat secara aktif. Perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaan pun belum menunjukkan adanya perilaku yang positif. Dalam hal ini siswa kurang berminat dan kurang senang untuk mengikuti pembelajaran tersebut. Hal ini dikarenakan tidak ada motivasi yang dapat menstimulus siswa untuk menciptakan teks drama yang lebih baik lagi. Dengan menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran menulis teks drama melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis teks drama siswa sesuai dengan kompetensi dasar yang sudah ditentukan di dalam kurikulum 2006. Dan mampu meningkatkan minat serta mampu memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama. Berdasarkan paparan di atas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Apakah dengan menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan mampu meningkatkan minat dan motivasi siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Unagaran dalam pembelajaran menulis teks drama dan (2) Bagaimana perubahan perilaku siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Unagaran dalam pembelajaran menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan peningakatan kemampuan menulis teks drama dan perubahan perilaku siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Ungaran setelah mengikuti pembelajaran menulis teks drama. Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah secara teoretis dapat memberikan masukan pengetahuan tentang teori pembelajaran menulis teks drama dan secara praktis sangat bermanfaat bagi guru, siswa, dan sekolah. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tinadakan kelas (PTK). Subjek penelitiannya adalah kemampuan menulis teks drama siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Ungaran. Data dalam penelitian diperoleh dari instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen tes berupa tes menulis teks drama. sementara instrumen nontes berupa pedoman obervasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi
ii
foto. Validitas instrumen dilakukan dengan mengkonsultasikan instrumen tersebut kepada dosen pembimbing dan guru bahasa Indonesia di sekolah yang bersangkutan. Analisis data tes dilakukan dengan teknik kuantitatif. Adapun untuk data nontes dianalisis dengan teknik kualitatif. Hasil yang diperoleh setelah penilitian dilaksanakan cukup memuaskan. Secara umum siswa dapat dikatakan sudah mengalami peningkatan dalam pembelajaran menulis teks drama. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa sudah memenuhi batas ketuntasan yang telah ditentukan. Perilaku siswa pun mengalami perubahan. Siswa lebih antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama. Situasi kelas pun lebih kondusif sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Berdasarkan hasil analisis tes tersebut, penulis menyarankan agar dalam proses pembelajaran menulis teks drama, guru hendaknya menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran melalui pendekatan konetsktual komponen pemodelan, sehingga dapat memudahkan siswa dalam menulis teks drama karena dari model tersebut siswa dapat memahami hal-hal yang berkaitan dengan teks drama. Dan siswa juga dapat melihat secara langsung bentuk teks drama. selain itu, model tersebut dapat membangkitkan minat siswa untuk mengikuti pembelajaran menulis teks drama dan dapat memotivasi siswa untuk menulis teks drama yang lebih baik.
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi
Hari
:
Tanggal
:
Semarang, Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Mukh. Doyin, M.Si. NIP 132106367
Drs. Agus Nuryatin, M.Hum. NIP 131813650
iv
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di dalam Sidang Panitia Ujian Skripsi, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Semarang pada:
Hari
: Rabu
Tanggal
: 18 April 2007
Panitia Ujian Skripsi
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Rustono, M.Hum NIP 131281222
Drs. Agus Yuwono, M.Si NIP 132049997
Penguji I
Dra. Nas Hariyati, M.Pd NIP 131125926
Penguji II
Drs. Agus Nuryatin, M.Hum NIP 131813650
v
Penguji III
Drs. Muh Doyin, M.Si NIP 132106367
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang saya tulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, April 2007
Zulfah Muyassaroh
vi
MOTTO
1. Bila kita rela berbagi dengan orang lain tanpa mengharapkan apa-apa, maka segala kekurangan itu pasti akan menjadi berkah bagi kita (Seorang Ayah). 2. Kejujuran itu pahit dan mahal harganya, memang agak merugikan. Namun hakekat kejujuran menyimpan suatu kebaikan (Dr. H. Achmad Satori Ismail). 3. Ujian pertama dari orang besar sejati adalah kerendahan hati ( John Ruskin).
PERSEMBAHAN
Buah karya ini, penulis persembahkan untuk bapak dan ibu dosen yang telah bersedia membagikan ilmunya kepada penulis serta almamater.
vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. atas berkat, rahmat, hidayah dan ridho-Nya serta kemudahan yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang membantu dalam proses penyelesaiannya. Berkat bantuan tersebut penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada 1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis; 2. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis; 3. Ketua jurusan Bahasa dan Seni yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis; 4. Drs. Mukh Doyin, M.Si. selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya dan kesabarannya dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini; 5. Drs. Agus Nuryatin, M.Hum. selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya dan kesabarannya dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini; 6. Drs. Talkkis selaku kepala SMP Negeri 3 Ungaran yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP Negeri 3 Ungaran;
viii
7. Ibu Tuti Ida, S.Pd. selaku guru pengampu Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VIII E SMP Negeri 3 Ungaran yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengambil data di kelas tersebut; 8. Bapak Amy Darmo dan Ibu Siti Fatimah, penulis hanya mampu membalas dengan ucapan terimakasih untuk setiap tetesan keringat dan air mata demi mewujudkan cita-cita penulis. Untuk kedua kakak penulis (Mas Jay dan Mas Lid) terimakasih atas segala doa, perhatian, dan semangat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik meskipun tidak tepat waktu; 9. seluruh crew La-Tanza ada: Cuki Tayang, Candra ”pooh”, Vita, Lia, Ulfo, Hida, Julpeh, Nisita, khusus untuk Sandra terimakasih karena telah bersedia membantu penulis dalam proses penghitungan data dan mengetik, terakhir untuk teman seperjuangan dan seperguruan penulis Vila Bahar. Berkat kalian penulis dapat menikmati panorama dan lika liku hidup dalam satu atap. Untuk generasi penerus La-Tanza (Aliya, Nurul, Hima Wari, Nanung, dan Mia) terimakasih untuk warna yang kalian berikan dalam hidup penulis; 10. sahabat-sahabat penulis seperti: Retno Butar, Puyil, Ari Satsi, Ipang, chi Nana, dan Intan terimakasih untuk sharing, bimbingan dan masukan-masukannya; 11. Mas Agung Yuniarto terimakasih untuk doa, semangat, dukungan, dan kesabarannya menunggu penulis selama penyelesaian skripsi ini; 12. Mba Jab, selaku ibu kos penulis yang telah memberikan tempat tinggal yang sangat nyaman kepada penulis; 13. Anak-anak PBSI angkatan 2002.
ix
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya dan bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya.
Semarang,
April 2007
Zulfah Muyassaroh
x
DAFTAR ISI
SARI.............................................................................................................
i
PERNYATAAN...........................................................................................
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................
iv
PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...............................................................
vii
PRAKATA...................................................................................................
viii
DAFTAR ISI................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL........................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................
xvii
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................
1
1.2 Identifikasi Masalah....................................................................
7
1.3 Pembatasan Masalah...................................................................
8
1.4 Rumusan Masalah.......................................................................
8
1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................
9
1.6 Manfaat Penelitian .....................................................................
9
Bab II Kajian Pustaka dan Landasan Teoretis 2.1 Kajian Pustaka ............................................................................
10
2.2 Landasan Teoretis.......................................................................
13
2.2.1 Hakikat Menulis Kreatif....................................................
13
2.2.2 Hakikat Teks Drama .........................................................
14
2.2.3 Kaidah Teks Drama .........................................................
23
2.2.4 Menulis Teks Drama.........................................................
25
2.2.5 Elemen Pemodelan............................................................
29
2.2.6 Pembelajaran Menulis Teks Drama dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan ..................................
31
2.2.7 Materi Pembelajaran Menulis Teks Drama dengan pendekatan Kontekstual Pemodelan..................................
xi
32
2.2.8 Kriteria Penilaian dalam Pembelajaran Menulis Tek Drama ................................................................................
34
2.3 Kerangka berpikir .......................................................................
38
2.4 Hipotesis .....................................................................................
41
Bab III Metode Penelitian 3.1 Subjek Penelitian .......................................................................
42
3.2 Variabel Penelitian......................................................................
43
3.3 Desain Penelitian .....................................................................
43
3.3.1 Siklus I ...............................................................................
44
3.3.2 Siklus II ..............................................................................
46
3.4 Instrumen Penelitian ...................................................................
48
3.4.1 Instrumen Tes.....................................................................
49
3.4.2 Instrumen Nontes ...............................................................
53
3.5 Teknik Pengumpulan Data .........................................................
55
3.5.1 Teknik Tes..........................................................................
55
3.5.2 Teknik Nontes ....................................................................
55
3.6 Teknik Analisis Data ..................................................................
57
3.6.1 Teknik Kualitatif ...............................................................
57
3.6.2 Teknik Kuantitatif .............................................................
58
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian...........................................................................
59
4.1.1 Prasiklus............................................................................
59
4.1.1.1 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Tema.......
60
4.1.1.2 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Setting.....
61
4.1.1.3 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Alur.........
62
4.1.1.4 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Penokohan
62
4.1.1.5 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Bahasa ....
63
4.1.1.6 Hasil Tes Kemampuan Teks Drama Aspek Teks Berbentuk Teks Drama dan Disajikan dalam Satu Babak ...........................................................
xii
64
4.1.1.7 Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Kemungkinan untuk Dipentaskan.............
64
4.1.2 Siklus I ..............................................................................
66
4.1.2.1 Hasil Data Tes Siklus I .........................................
66
4.1.2.1.1 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Tema ......................................................
67
4.1.2.1.2 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Setting ....................................................
68
4.1.2.1.3 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Alur ........................................................
69
4.1.2.1.4 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Penokohan..............................................
70
4.1.2.1.5 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Bahasa...................................... ..............
70
4.1.2.1.6 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Teks
Berbentuk
Teks
Drama
dan
Disajikan dalam Satu Babak ..................
71
4.1.2.17 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Kemungkinan untuk Dipentaskan..........
72
4.1.2.2 Data Nontes .........................................................
72
4.1.2.2.1 Observasi................................................
72
4.1.2.2.2 Jurnal ......................................................
74
4.1.2.2.3 Wawancara.............................................
77
4.1.2.2.4 Dokumentasi Foto ..................................
78
4.1.3 Siklus II .............................................................................
81
4.1.3.1 Hasil Data Tes .......................................................
81
4.1.3.1.1. Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Tema......................................................
83
4.1.3.1.2 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Setting ...................................................
xiii
83
4.1.3.1.3 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Alur .......................................................
84
4.1.3.1.4 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Penokohan.............................................
85
4.1.3.1.5 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Bahasa ...................................................
85
4.1.3.1.6 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Teks
Berbentuk
Teks
Drama
dan
Disajikan dalam Satu Babak ..................
86
4.1.3.17 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Kemungkinan untuk Dipentaskan..........
87
4.1.3.2 Hasil Data Nontes..................................................
87
4.1.3.2.1. Observasi...............................................
88
4.1.3.2.2. Jurnal.....................................................
89
4.1.3.2.3 Wawancara............................................
91
4.1.3.2.4 Dokumentasi Foto.................................
92
4.2 Pembahasan ................................................................................
95
4.2.1 Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Drama...............
96
4.2.2 Perubahan Perilaku ...........................................................
102
Bab V Penutup 5.1 Simpulan .....................................................................................
107
5.2 Saran ...........................................................................................
108
Daftar Pustaka ..............................................................................................
110
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Bagan Cerita dan Detail Tahapan .................................................
20
Tabel 2
Skor Penilaian ...............................................................................
49
Tabel 3
Aspek Yang Dinilai.......................................................................
49
Tabel 4
Penilaian Kemampuan Menulis Teks Drama ...............................
52
Tabel 5
Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Prasiklus ...............
59
Tabel 6
Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Tema..........
60
Tabel 7
Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Setting .............................
61
Tabel 8
Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Alur .................................
62
Tabel 9
Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Penokohan.......................
62
Tabel 10 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Bahasa.............................
63
Tabel 11 Hasil Tes Tes Menulis Teks Drama Aspek Teks Berbentuk Teks Drama dan Disajikan dalam Satu Babak ......................................
64
Tabel 12 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Kemungkinan untuk Dipentaskan...................................................................................
64
Tabel 13 Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Siklus I..................
66
Tabel 14 Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Tema..........
67
Tabel 15 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Setting .............................
68
Tabel 16 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Alur .................................
69
Tabel 17 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Penokohan.......................
70
Tabel 18 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Bahasa.............................
70
Tabel 19 Hasil Tes Tes Menulis Teks Drama Aspek Teks Berbentuk Teks Drama dan Disajikan dalam Satu Babak ......................................
71
Tabel 20 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Kemungkinan untuk Dipentaskan...................................................................................
72
Tabel 21 Hasil Tes Menulis Teks Drama Siklus II ......................................
82
Tabel 22 Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Tema..........
83
Tabel 23 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Setting ..............................
83
Tabel 24 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Alur .................................
84
Tabel 25 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Penokohan.......................
85
xv
Tabel 26 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Bahasa.............................
85
Tabel 27 Hasil Tes Tes Menulis Teks Drama Aspek Teks Berbentuk Teks Drama dan Disajikan dalam Satu Babak ......................................
87
Tabel 28 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Kemungkinan untuk Dipentaskan................................................................................... Tabel 29 Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Drama Prasiklus, Siklus I dan Siklus II.....................................................................
xvi
96
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1a Kegiatan Siswa ketika Mengamati Model yang berupa Teks Drama........................................................................................
79
Gambar 2a Kegiatan Siswa ketika Berkelompok untuk menentukan Unsur-unsur yang terdapat di dalam Teks Drama.....................
79
Gambar 3a Kegiatan Siswa ketika Menulis Teks Drama ............................
80
Gambar 1b Kegiatan Siswa ketika Mengamati Model yang berupa Teks Drama........................................................................................
93
Gambar 2b Kegiatan Siswa ketika Berkelompok untuk menentukan Unsur-unsur yang terdapat di dalam Teks Drama.....................
93
Gambar 3b Kegiatan Siswa ketika Menulis Teks Drama ............................
94
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Rencana Pembelajaran Siklus I ............................................. 111
Lampiran 2
Contoh teks Drama Siklus I................................................... 114
Lampiran 3
Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus I ..................... 116
Lampiran 4
Pedoman Jurnal Siswa Siklus I ............................................. 117
Lampiran 5
Pedoman Jurnal Guru Siklus I............................................... 118
Lampiran 6
Pedoman Wawancara Siklus I.................................................. 119
Lampiran 7
Pedoman Dokumentasi Foto Siklus I .................................... 120
Lampiran 8
Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus I ......................... 121
Lampiran 9
Hasil Jurnal Siswa Siklus I.................................................... 122
Lampiran 10 Hasil Jurnal Guru Siklus I ..................................................... 130 Lampiran 11 Hasil Wawancara Siklus I ..................................................... 131 Lampiran 12 Hasil Dokumentasi Foto Siklus I .......................................... 134 Lampiran 13 Rencana Pembelajaran Siklus II............................................ 135 Lampiran 14 Contoh Teks Drama Siklus II................................................ 139 Lampiran 15 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus II ........................ 141 Lampiran 16 Hasil Jurnal Siswa Siklus II................................................... 142 Lampiran 17 Hasil Jurnal Guru Siklus II.................................................... 149 Lampiran 18 Hasil Wawancara Siklus II .................................................... 150 Lampiran 19 Hasil Dokumentasi Foto Siklus II ......................................... 153 Lampiran 20 Hasil Analisis Prasiklus......................................................... 154 Lampiran 21 Hasil Analisis Siklus I ........................................................... 155 Lampiran 22 Hasil Analisis Siklus II.......................................................... 156 Lampiran 23 Hasil Tes Prasiklus ................................................................ 157 Lampiran 24 Hasil Tes Siklus I .................................................................. 158 Lampiran 25 Hasil Tes Siklus II ................................................................. 160
xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang dipelajari secara lisan maupun tertulis. Ada empat keterampilan bahasa yang harus diperhatikan, keempat keterampilan tersebut adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan mempunyai hubungan yang sangat erat ( Tarigan 1986: 1). Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa perlu mendapat perhatian yang serius dalam pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menulispun tidak lepas dari keterampilan menyimak dan membaca, dalam hal ini penulis lebih menekankan pada pembelajaran menulis. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pembelajaran menulis harus lebih ditingkatkan. Kemampuan menulis seharusnya sudah diterapkan sejak siswa duduk di sekolah dasar, hal ini dapat dijadikan sebagai
pondasi bagi siswa dalam
menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti SMP maupun SMA bahkan sampai Perguruan Tinggi. Dengan kemampuan menulis siswa dapat mengembangkan dan menuangkan gagasan dan pengalamannya dalam berbagai macam bentuk, salah satunya adalah cerita dalam bentuk drama.
1
2
Dalam menulis diperlukan adanya suatu bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan mempunyai urutan logis. Hal ini dapat diwujudkan dalam penggunaan kosa kata dan tata bahasanya, sehingga dapat menggambarkan atau menyajikan informasi yang diekspresikan secara jelas. Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Urgensi bahasa mencakup segala bidang kehidupan, karena suatu yang dihayati, diamati, dan dirasakan oleh seseorang dapat dipahami oleh orang lain, apabila telah diungkapkan dengan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam komunikasi adalah kemampuan dalam menuangkan dan mengembangkan ide dalam bentuk tulisan. Ide atau gagasan tersebut kemudian dikembangkan dalam bentuk rangkaian kalimat. Hasil dari kegiatan menulis adalah untuk dibaca oleh orang lain. Agar orang lain dapat membaca tulisan tersebut dituntut adanya bahasa yang mudah dipahami. Oleh karena itu, kemampua menulis tersebut membutuhkan perhatian dan keseriusan dari instrumen penyelenggara pendidikan, terutama guru dan kurikulum yang mendukung. Realitas menunjukkan bahwa kemampuan menulis belum optimal dikuasai oleh sisiwa, bahkan mahasiswa. Mereka kebanyakan menganggap bahwa menulis bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Menulis juga dianggap sebagai suatu kegiatan yang membosankan. Oleh karena itu, perlulah kiranya guru mencari dan menerapkan pendekatan yang sesuai dalalam upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa.
3
Penelitian tentang kemampuan menulis telah banyak dilakukan, baik kemampuan menulis naratif, deskriptif, dan argumentatif. Penelitian dalam hal kemampuan menulis teks drama masih terbatas. Oleh karena itu, peneliti menganggap perlu untuk melakukan penelitian kemampuan menulis teks drama. Penelitian ini diberi judul, Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Drama Dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan. Tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan dalam penguasaan kemampuan menulis. Kenyataan ini dapat dilihat dari pelaksanaan pembelajaran menulis bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Ungaran yang berorientasi pada teori dan pengetahuan, sehingga keterampilan berbahasa khususnya menulis kurang mendapat perhatian. Kemampuan menulis bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui uraian atau penjelasan semata-mata. Siswa tidak akan memperoleh keterampilan menulis hanya dengan duduk, menyimak keterangan guru dan mencatat apa yang didengar. Pembelajaran menulis dapat berhasil jika dilakukan dengan melatih kemampuan siswa untuk membuat sebuah tulisan dengan mengamati objek secara langsung. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam menulis lebih banyak diperoleh dari pengalaman yang berulang-ulang melalui latihan. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa sampai saat ini masih banyak terjadi pembelajaran satu arah, artinya gurulah yang aktif berceramah, sedangkan siswa hanya berperan sebagai pendengar. Metode pembelajaran seperti ini yang membuat kondisi siswa menjadi pasif. Mereka tidak melakukan kegiatan sehingga membuat pikiran mereka tidak bekerja karena tidak ada stimulus yang dapat memberikan gambaran tentang materi yang sedang disampaikan, terutama materi yang berhubungan dengan menulis teks drama.
4
Kemampuan
menulis
teks
drama
merupakan
kemampuan
yang
penyajiannya logis dan objektif sesuai dengan benda, situasi keadaan yang diamati. Oleh karena itu, pengamatan secara langsung pada objek yang dijadikan sebagai bahan tulisan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam menyusun sebuah teks drama. Dari hasil pengamatan ternyata banyak siswa yang mengeluh jika kegiatan belajar sampai pada pokok pembelajaran menulis, apalagi yang berhubungan dengan kegiatan menulis teks drama. Dalam proses belajar mengajar strategi yang digunakan oleh guru adalah ceramah. Hal ini yang menyebabkan siswa kurang tertarik dengan pembelajarn tersebut karena guru tidak memberikan contoh teks drama. Dengan memberikan contoh teks drama kepada siswa diharapkan siswa dapat memiliki gambaran tentang teks drama sehingga mampu merangsang siswa untuk menulis sebuah teks drama yang sesuai. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP Negeri 3 Ungaran yang mengajar, diketahui bahwa kondisi kemampuan menulis teks drama tersebut belum maksimal. Hal ini disebabkan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat. Dalam pembelajaran menulis khususnya menulis teks drama guru hanya memberikan penjelasan mengenai teks drama. Di sini siswa tidak diperlihatkan seacara langsung bentuk teks drama sehingga dalam proses kegiatannya siswa tidak dapat menciptakan drama secara baik karena siswa tidak memiliki gambaran mengenai hal-hal yang berkaitan dengan teks drama. Hal ini pulalah yang menyebabkan siswa menjadi kurang berminat dan kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama. Selain itu tingkat kemampuan menulis teks
5
drama siswa kelas VIII E belum memuaskan, siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami dan mengenal bentuk teks drama. Kompetensi dasar menulis teks drama juga telah diajarkan tetapi masih mengalami beragam hambatan. Hal ini sesuai dengan keterangan yang diperoleh dari guru bidang studi bahasa indonesia yang menyatakan bahwa siswa belum mampu menulis drama secara produktif, siswa mau menulis teks drama jika mendapat tugas dari guru, dimana tema drama yang hendak dibuat sudah ditentukan oleh guru. Dalam rangka mencapai kompetensi dasar menulis teks drama yang memuaskan, maka penulis menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Pendekatan kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar mengajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam tatanan kehidupan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Di dalam pendekatan kontekstual terdapat beberapa komponen salah satunya adalah komponen pemodelan. Maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang dapat ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya melakukan. Pemodelan dapat berupa demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar (Nurhadi 2003: 5).
6
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan diharapkan dapat mengatasi rendahnya kemampuan menulis teks drama siswa SMP 3 Ungaran. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran menulis teks drama karena dalam pembelajaran tersebut siswa akan diperlihatkan sebuah model teks drama. Keuntungan memperlihatkan model teks drama dalam pembelajaran menulis adalah siswa dapat melihat bentuk teks drama secara langsung sehingga dapat memberikan gambaran kepada siswa tentang teks drama. Sebab penjelasan mengenai drama saja tidak cukup, jadi selain penjelasan guru juga bisa memberikan contoh konkret sebuah teks drama karena di dalam sebuah contoh teks drama tersebut ada tulisan yang menggambarkan tentang situasi atau keadaan. Dari model teks drama itulah akhirnya siswa dapat menemukan dan mengembangkan gagasan
yang akan mereka tuangkan menjadi sebuah teks
drama. Sehingga dapat menimbulkan perubahan terhadap perilaku siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi serta antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama. Selain itu, perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama belum menunjukkan adanya perubahan perilaku yang positif. Siswa kelihatan kurang berminat dan kurang senang dengan pembelajaran tersebut. Hal ini dikarenakan tidak ada motivasi yang dapat menstimulus siswa untuk menciptakan teks drama yang lebih baik dan siswa belum mengenal bentuk teks drama secara konkret. Dengan menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran menulis teks drama diharapkan dapat membawa perubahan yang positif terhadap perilaku siswa. Siswa menjadi lebih berminat dan termotivasi
7
untuk menciptakan teks drama yang lebih baik. Siswa pun merasa senang untuk mengikuti pembelajaran menulis teks drama karena siswa memiliki gambaran mengenai teks drama dan hal-hal yang berkaitan dengan teks drama melalui model tersebut. Dengan demikian siswa menjadi lebih aktif dan pembelajaran pun dapat berjalan dengan lancar. Dengan menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan diharapkan pembelajaran menulis teks drama selain dapat meningkatkan kemampuan menulis teks drama, siswa juga dapat mengalami perubahan perilaku menjadi lebih aktif dan termotivasi. Karena dalam proses pembelajarannya, siswa akan diperlihatkan contoh teks drama sebagai model yang dapat menstimulus siswa sehingga siswa dapat mengenal bentuk teks drama dan mempunyai gambaran tentang teks drama, sehingga siswa dapat menulis teks drama sesuai dengan unsur-unsur drama dengan mudah. Siswa menjadi lebih perhatian dan proses pembelajaran pun dapat berjalan dengan lancar.
1.2 Identisifikasi Masalah
Dalam pembelajaran menulis teks drama banyak masalah yang dijumpai oleh guru, sehingga hasil pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan. Masalah-masalah ini dikarenakan strategi yang digunakan oleh guru masih berjalan satu arah. Dalam prses pembelajarannya guru hanya memberikan penjelasan mengenai teks drama. Guru tidak memperlihatkan secara langsung bentuk teks drama yang konkret. Hal inilah yang membuat siswa menjadi kurang berminat dan kurang temotivasi untuk mengikuti pembelajaran menulis teks drama sebab siswa tidak memiliki gambaran mengenai hal-hal yan berkaitan dengan teks drama.
8
Sedangkan masalah yang dihadapi oleh siswa adalah tingkat kemampuan menulis teks drama siswa yang masih rendah atau belum bisa mencapai hasil yang memuaskan. Hal ini disebabkan siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami teks drama dan siswa belum mengenal bentuk teks drama secara konkret. Selain itu, perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama belum menunjukkan adanya perubahan perilaku yang positif. Siswa kelihatan kurang berminat dan kurang senang dengan pembelajaran tersebut. Hal ini dikarenakan tidak ada motivasi yang dapat menstimulus siswa untuk menciptakan teks drama yang lebih baik.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, masalah yang akan dibatasi oleh peneliti adalah strategi yang digunakan oleh guru dan tingkat kemampuan siswa dalam menulis teks drama serta perubahan perilaku yang dialami oleh siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Ungaran.
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Ungaran?
9
2. Bagaimanakah perubahan perilaku siswa SMP Negeri 3 Ungaran tahun ajaran 2006/2007 setelah mengikuti pembelajaran menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis teks drama siswa SMP Negeri 3 Ungaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. 2. Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa SMP Negeri 3 Ungaran tahun ajaran 2006/2007 setelah mengikuti pembelajaran keterampilan menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
1.6 Manfaat Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis berharap hasil penelitian bermanfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoretis Secara
teoritis
dapat
memberikan
masukan
pengetahuan
tentang
pengembangan teori pembelajaran menulis teks drama melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi guru dan siswa karena dengan menggunakan teknik pemodelan dapat membantu siswa untuk berpikir secara cepat sehingga memudahkan guru dalam mengarahkan siswa selama proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Tinjauan Pustaka
Penggunaan
pendekatan
kontekstual
komponen
pemodelan
dalam
pembelajaran kemampuan menulis teks drama dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk mencapai salah satu tujuan umum pembelajaran mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dengan harapan dapat menciptakan lulusan yang terampil berkomunikasi seacara efektif, baik secara lisan maupun tertulis. Pembelajaran harus memiliki suatu kesiapan dalam suatu bentuk perencanaan yang sistematis. Keefektifan dalam proses pembelajaran menjadi faktor penting. Tercapainya kualitas atau peningkatan kemampuan siswa dalam mempelajari berbagai macam pengetahuan merupakan harapan bagi semua pihak. Dengan
hasil
pembelajaran
yang
memuaskan,
pengajar
telah
berhasil
mengantarkan siswanya dalam belajar. Penelitian tentang menulis teks drama sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Thomas Bagio pada sisiwa kelas IV SD Belnardus Semarang. Penelitian tersebut digunakan oleh penulis sebagai salah satu bahan pertimbangan yang dapat memberikan sedikit gambaran tentang kemampuan menulis teks drama siswa kelas IV SD Belnardus Semarang. Penelitian tersebut menggunakan teknik pembelajaran yang sama dengan penulis, yaitu pemodelan atau modeling. Dengan teknik modeling atau pemodelan yang telah diterapkan oleh Thomas, kemampuan menulis teks drama pada siswa
10
11
kelas IV SD Belnardus Semarang mengalami peningkatan, yaitu dengan adanya perubahan pada nilai rata-rata yang telah dicapai oleh siswa kelas IV SD Belnardus semarang, yakni dari nilai rata-rata 64,48% menjadi 73,6%. Selain itu, siswa pun lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama karena siswa termotivasi dengan model yang telah diperlihatkan oleh Thomas. Akan tetapi, dalam hal ini siswa SMP Negeri 3 Ungaran yang akan menjadi objek penelitian penulis. Karena masa peralihan yang telah dialami oleh para siswa dapat memberikan pengaruh pada cara pandang dan pola pikir mereka, sehingga dalam menuangkan gagasan atau ide pun akan lebih berkembang dan lebih kreatif. Apalagi dengan model yang dihadirkan sebagai contoh yang dapat memberikan stimulus pada siswa kelas VIII sehingga siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama. Selain itu, karakter siswa yang berbeda-beda juga dapat mempengaruhi hasil karya siswa kelas VIII dalam menulis teks drama, sebab siswa sudah memiliki kebebasan untuk berekspresi, untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Berikut ini beberapa penelitian yang berkenaan dengan topik penelitian ini yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan skripsi ini. Utami dalam penelitiannya yang berjudul Penigkatan Keterampilan Menulis Teks Drama Jawa Dengan Media Kaset Pada Siswa SMP Negeri 3 Bawang Banjarnegara. Penelitian ini dijadikan sebagai salah satu bahan
pertimbangan skripsi ini karena media kaset merupakan salah satu model yang digunakan oleh guru untuk menarik perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran
menulis.
Penelitian
tersebut
membuktikan
bahwa
dengan
12
menggunakan media kaset, keterampilan menulis siswa meningkat. Selain itu, penggunaan media kaset dalam pembelajaran menulis, menurut penelitian ini terbukti telah mengubah perilaku siswa menjadi lebih semangat, senang dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama. Perbedaan yang terdapat dalam penelitian ini adalah media yang digunakan. Penelitian Utami menggunakan media kaset dalam pembelajarannya, sedangkan penelitian ini dalam proses pembelajarannya hanya memberikan contoh teks drama yang sudah jadi sebagai media melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Adapun persamaan antara kedua penelitian ini terletak pada subjek penelitian dan jenis penelitian. Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis teks drama dan jenis penelitiannya, yaitu penelitian it ndakan kelas. Selain Utami, Bagiyo (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Drama Dengan Teknik Modeling Pada Siswa Kelas IV D SD PL Bernadus Semarang 2004. Penelitian tersebut telah membuktikan
adanya peningkatan keterampilan menulis teks drama siswa kelas IV SD PL Bernadus Semarang. Hal ini terjadi setelah siswa melakukan pembelajaran menulis
teks
drama
dengan
teknik
pemodelan.
Besarnya
peningkatan
keterampilan menulis teks drama dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil tes siklus I dan siklus II. Pada siklus I siswa mencapai kategori cukup dengan nilai rata-rata 64,48% sedangkan pada siklus II keterampilan menulis teks drama siswa meningkat dengan nilai rata-rata 73,6%. Penelitian terakhir tersebut merupakan penelitian yang paling relevan dengan penelitian ini. Penelitian tersebut sama-sama meneliti tentang menulis
13
drama dan sama-sama menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Namun dalam penelitian tersebut peneliti menggunakan teks drama sebagai teknik pembelajaran sebagai upaya peningkatan menulis teks drama siswa, sedangkan pada penelitian ini menggunakan teks drama sebagai model atau contoh dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual sebagai upaya peningkatan kemampuan menulis teks drama siswa Penelitian mengenai pembelajaran menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dipilih karena pengguanaan pendekatan kontekstual diharapkan dapat membantu guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan meraka sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat. Adapun penggunaan komponen pemodelan diharapkan dapat membantu mempermudah siswa dalam menyusun teks drama sebab siswa sudah distimulus dengan teks drama yang sudah jadi sehingga siswa dapat lebih aktif dan bersemangat.
2.2 Landasan Teoretis
Teori-teori yang akan dipaparkan berkaitan dengan penelitian ini antara lain tentang hakekat menulis kreatif, hakekat teks drama, kaidah teks drama, menulis teks drama, elemen pemodelan, pembelajaran menulis teks drama melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan, materi pembelajaran menulis teks drama melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan, dan kriteria penilaian dalam pembelajaran menulis teks drama melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
14
2.2.1 Hakikat Menulis Kreatif
Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis itu sendiri. Setiap keterampilan mempunyai hubungan erat dengan keterampilan yang lainnya. Oleh karena itu, keterampilan menulis sudah tentu berhubungan dengan menyimak, berbicara, dan membaca. Trianto (2002:2) menyebutkan bahwa tulisan kreatif merupakan tulisan yang bersifat apresiatif dan ekspresif. Apresiatif maksudnya melalui kegiatan menulis kreatif orang dapat mengenali, menyenangi, menikmati, dan mungkin menciptakan kembali secara kritis berbagai hal yang dijumpai dalam teks-teks kreatif karya orang lain dengan caranya sendiri dan memanfaatkan berbagai hal tersebut ke dalam kehidupan nyata. Ekspresif dalam arti bahwa kita dimungkinkan mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam diri kita, untuk dikomunikasikan kepada orang lain melalui tulisan kreatif sebagai sesuatu yang bermakna. Salah satu teks yang bersifat kreatif adalah teks drama. Menulis keratif pada hakikatnya adalah menafsirkan kehidupan. Melalui karyanya penulis ingin mengkomunikasikan sesuatu kepada pembaca. Karya kreatif merupakan interpretasi evaluatif yang dilakukan penulis terhadap kehidupan, yang kemudian direfleksikan melalui medium bahasa pilihan masing-masing. Jadi, sumber penciptaan karya kreatif tidak lain adalah kehidupan kita dalam keseluruhannya.
15
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menulis teks drama adalah kegiatan melahirkan pikiranan perasaan secara ekspresif dan apresiatif melalui teks drama. 2.2.2 Hakikat Teks Drama
Menurut Ferdinan Brunetiere dan Balthazar Verhagen (dalam Hasanudin 1996:2), drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku. Sedangkan pengertian drama menurut Moulton (dalam Hasanudin 1996: 2) adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak, drama adalah menyaksikan kehidupan manusia yang diekspresikan secara langsung. Dari beberapa pengertian drama yang telah diungkapkan di atas mencerminkan bahwa drama adalah sebuah karya yang lebih menonjolkan dimensi seni lakonnya saja. Padahal meskipun drama ditulis dengan tujuan untuk dipentaskan, tidak berarti bahwa semua karya drama yang ditulis pengarang haruslah dipentaskan. Tanpa dipentaskan sekalipun , karya drama dapat dipahami, dimengerti, dan dinikmati. Drama adalah kualitas komunikasi, situasi action (segala apa yang terlihat dalam pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (exciting), dan ketegangan pada pendengar/penonton (Harimawan KMA,1986: 16). Menurut Waluyo drama berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti berbuat, belaku, bertindak, atau bereaksi. Drama berarti perbuatan, tindakan atau action. Sedangkan drama naskah dapat diberi batasan sebagai salah
16
satu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog yang dadasarkan atas konflik batin dan mempunyai kemungkinan untuk dipentaskan. Dasar teks drama adalah konflik manusia yang digali dari kehidupan. Dalam kegiatan sehari-hari ada pertengkaran, kesedihan, perselingkuhan, kebahagiaan, kelahiran, kematian, dan lain-lain. Drama itu biasanya seputar itu saja, seoarang penulis akan menulis kisah percintaan, sengketa, dan lain-lain itu karena di dalam kehidupan manusia itu ada. Penuangan tiruan kehidupan tersebut diberi warna oleh penulisnya. Dunia yang ditampilkan di depan pembaca bukan dunia primer, tetapi dunia sekunder. Aktualisasi terhadap peristiwa dunia menjadi peristiwa imajiner tersebut seratus persen menjadi hak pengarang. Sisi mana yang dominan terlihat dalam lakon, ditentukan oleh bagaimana pengarang memandang kehidupan. Konflik manusia biasanya muncul akibat dari adanya pertentangan antara tokoh yang satu dengan yang lainnya. Dengan pertikain itu terciptalah dramatic action. Daya pikat sebuah teks drama ditentukan oleh dramtic action ini.
Perkembangan dramatic action dari awal sampai akhir, merupakan faktor yang paling penting untuk membangun sebuah cerita. Unsur kreatifitas pengarang terlihat dari kemahiran pengarang menjalin konflik, menjawab konflik dengan surprise, dan memberikan kebaruan dalam jawaban itu. Jika terjadi hal yang demikian, maka teks drama tersebut memiliki suspense (tegangan) yang menambah daya pikat dalam sebuah teks drama. Untuk memahami teks drama secara lengkap dan terinci, maka struktur drama akan dijelaskan di sini. Unsur-unsur struktur itu saling menjalin
17
membentuk kesatuan dan saling terikat satu dengan yang lain. Menurut Aminuddin dan Roekhan unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah teks drama adalah: 1. Penokohan dan Perwatakan Unsur utama dalam karya drama adalah pelaku. Dalam cerita pelaku berfungsi untuk (1) menggambarkan peristiwa melalui lakuan, dialog, dan monolog, (2) menampilkan gagasan penulis naskah secara tidak langsung, (3) membentuk rangkaian cerita sejalan dengan peristiwa yang ditampilkan, dan (4) menggambarkan tema atau ide dasar yang ingin dipaparkan penulis naskah melalui cerita yang ditampilkan. Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa untuk memahami peristiwa, gagasan pengarang, rangkaian cerita, dan tema dalam suatu naskah drama, maupun karya pementas drama terlebih dahulu memahami lakuan, dialog, monolog, pikiran, suasana batin, dan hal lain yang berhubungan dengan pelaku. Berdasarkan fungsi di atas pelaku dapat dibedakan antara pelaku utama dan pelaku tambahan. Pelaku yang menjadi sumber dan berperan uatama dalam setiap peristiwa, berperan utama dalam membentuk cerita, mempunyai peranan penting dalan mewujudkan tema disebut pelaku utama. Sebaliknya pelaku yang hanya berfungsi sebagai pembantu atau pendukung kehadiran pelaku utama disebut pelaku tambahan. Agar pelaku yang ditampilkan dapat memberikan efek yang nyata atau hidup dan menarik perlu diadakan karakterisasi. Salah satu bentuk karakterisasi yang dilakukan adalah dengan memberikan gambaran penampilan dan gambaran
18
perwatakan kepada para pelaku yang ditampilkannya. Penggambaran pelaku tersebut dapat dilakukan melalui penggambaran pikiran, sikap, suasana batin, perilaku, cara berhubungan dengan orang lain, dialog, monolog komentar atau penjelasan langsung. Selain itu pelaku juga dapat digambarkan melalui pembicaraan, sikap, maupun pandangan pelaku lain terhadap yang dijadikan sebagai sasaran pemahaman. Dari sinilah para pembaca dapat merasakan adanya pelaku yang memberi kesan menyenangkan dan tidak menyenangkan. 2. Latar Cerita Termasuk dalam latar cerita adalah latar berupa peristiwa, benda, objek, suasana, maupun situasi tertentu. Latar dalam drama selain berfungsi untuk membuat cerita menjadi lebih tampak hidup juga dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan gagasan tertentu secara tidak langsung Latar cerita juga bisa berupa lingkungan kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan sosial budaya. Dalam hal demikian bisa juga latar tersebut tidak dapat ditentukan berdasarkan gambaran secara fisik tetapi mesti ditafsirkan oleh pembaca atau penonton. Dalam hal demikian, penafsiran tersebut bisa ditentukan berdasarkan dialek penutur, alih kode yang dilakukan para pelaku, maupun berbagai pernik kehidupan sosial budaya yang ditampilkan. Pemahaman latar sosial budaya bisa juga didasarkan pada hasil penghubungan antara latar fisik, latar waktu, amupun unsur-unsur lain dalam drama. Misal ketika pelaku digambarkan menggunakan handphone dan membaca buku terbitan 2000, dengan mudah pembaca dapat membedakann kemungkinan latarnya apabila yang muncul
19
adalah gambaran pelaku yang menggunakan telepon engkol dan membaca buku tahun 1968. 3. Tema Cerita Tema merupakan ide dasar yang melandasi pemaparan suatu cerita. Tema mesti dibedakan dengan nilai moral atau amanat. Misal, ketika membuat naskah drama yang berjudul “Sampuraga” penyusun naskah bertolak dari tema “Anak yang durhaka kepada orang tua akan mendapat hukuman yang setimpal”. Tema demikian dapat saja terwujudkan dalam gambaran peristiwa maupun rangkaian cerita yang berbeda-beda sebagai lay down atau landas tumpu penceritaan sehingga pengembangan cerita mestilah menunjukkan keselarasan dengan tema ataupun berbagai pokok permasalahan yang digarap melalui pengembangan ceritanya. 4. Penggunaan Gaya Bahasa Sebagaimana dalam puisi, karya drama juga menggunakan gaya bahasa dalam penerapannya. Penggunaan gaya bahasa tersebut antara lain difungsikan untuk (1) memaparkan gagasan secara lebih hidup dan menarik, (2) menggambarkan suasana lebih hidup dan menarik, (3) untuk menekankan suatu gagasan, (4) untuk menyampaikan gagasan secara tidak langsung. Meskipun ada beberapa kesamaan dengan penggunaan gaya bahasa dalam puisi maupun karya drama pada umumnya, dalam drama terdapat penggunaan gaya bahasa yang sulit digunakan dalam puisi karena penggunaan gaya bahasa tersebut berkaitan dengan penggambaran suatu cerita keseluruhan. Gaya bahasa yang dimaksud adalah gaya bahasa ironi, yaitu penggunaan gaya bahasa untuk
20
menyampaikan gagasan secara tidak langsung melalui pemaduan antara penggunaan bahasa, penggambaran peristiwa, dan penyampaian cerita. 5. Rangkaian Cerita Penentuan rangkaian cerita dalam drama berbagai macam. Apabila ditentukan berdasarkan cerita berbentuk roman misalnya, rangkaian cerita tersebut dapat digambarkan melalui tahap-tahap; perkenalan, komplikasi, konflik, klimaks, antiklimaks, dan penyelesaian. Unsur-unsur dan rangkaian cerita tersebut tidak selalu berlaku dalam setiap cerita drama. untuk menyusunnya pun pembaca harus menggambarkan ulang berbagai peristiwa yang termuat dalam cerita yang dibacanya. Untuk menyusun gambaran peristiwa tersebut sehingga membentuk sebuah plot, pembaca mungkin menggarapnya berdasarkan urutan waktu maupun urutan sebab akibat. Dalam drama yang dibagi menjadi sejumlah babak biasanya kita menemukan detail tahapan cerita dalam setiap babaknya yang dapat kita rinci ke dalam tahap-tahap tertentu. Bahkan tidak terutup kemungkinan dalam setiap babak tersebut seakan-akan kita sudah bisa membentuk sebuah kesatuan cerita yang belum menggambarkan adanya klimaks dan penyelesaian. Adapun detail tahapan cerita dalam setiap bagiannya dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 1. Bagan Cerita dan Detail Tahapan Bagan Cerita Awal
Detail Cerita Paparan (expositian): penjelasan/perkenalan awal Rangsangan (anciting): munculnya peristiwa awal Gawatan (rising action): munculnya benih konflik/komplikasi
21
Tengah
Akhir
Konflik (Conflic) Kerumitan (komplikasi) Klimaks (klimaks) Peleraian Penyelesaian
Bisa saja sebuah cerita panjang di dalamnya menggunakan model penceritaan secara flash back atau menggunakan pola sorot balik. Dalam hal demikian cerita bisa diawali dari klimaks, kemudian menuju ke cerita bagian awal,dan seterusnya. Atau dari sorot balik itu diawali dari klimaks untuk kemudian menuju konflik dan kerumitan. Pada sisi lain bisa saja rangkaian cerita yang dituangkan pengarang itu dalam plot ganda. Artinya dari sebuah judul cerita pengarang menampilkan sejumlah pelaku utama yang masing-masing melahirkan rangkaian cerita yang berbeda-beda sehingga masing-masing juga dapat membentuk alur cerita yang berbeda-beda sehingga masing-masing cerita tersebut terjalin dalam satu keutuhan judul. Di dalam sebuah karya drama ada juga yang menyebut plot sebagai unsur utama. Memang kedua unsur tersebut saling menjalin. Kekuatan plot terletak dalam kekuatan penggambaran watak, sebaliknya kekuatan watak pelaku pelaku hanya hidup dalam plot yang meyakinkan. Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan. Konflik itu berkembang karena kontradiksi para pelaku. Sifat dua tokoh utama itu bertentangan, misalnya: kebaikan kontra kejahatan, tokoh sopan kontra tokoh brutal, tokoh pembela kebenaran kontra tokoh bandit, tokoh ksatria kontra penjahat, tokoh bermoral kontra tokoh tidak bermoral, dan lain sebagainya.
22
Konflik itu semakin lama semakin meningkat untuk kemudian mencapai titik klimaks. Setelah klimaks lakon akan menuju penyelesaian. Berdasarkan beberapa batasan teori yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas tersebut, penulis setuju dengan batasan teori yang telah diungkapkan oleh Aminuddin dan Roekhan sebagai rujukan dalam peulisan skripsi ini. setiap teori yang telah dikemukakan tersebut pasti memliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Adapun kelemahan dan kelebihan teori yang telah dikemukakan oleh Aminuddin dan Roekhan, yaitu kelebihanya teori tersebut mengemukakan tentang unsur-unsur yang terdapat di dalam sebuah teks drama. Teori ini lebih mengarah pada penjelasan mengenai pemahaman tentang fungsi yang terdapat di dalam unsur-unsur sebuah teks drama. Dengan mengetahui unsur-unsur drama tersebut seorang penulis dapat membuat drama dengan imajinasinya sendiri karena seorang penulis telah memilki gambaran tentang hal-hal yang harus diperhatikan di dalam sebuah teks drama. Sedangkan kelemahan yang terdapat di dalam teori tersebut mungkin drama yang akan dihasilkan kurang dapat memberikan efek yang nyata sesuai dengan situasi dan kondisi yang diceritakan. Berdasarkan simpulan tersebut penulis memilih untuk menggunakan teori yang dikemukakan oleh Aminuddin dan Roekhan karena dengan menggunakan teori tersebut sebagai rujukan dalam penulisan skripsi ini, diharapkan teks drama yang akan dihasilkan oleh siswa sesuai dengan situasi dan kondisi yang nyata sehingga teks drama tersebut selain dapat dipentaskan juga dapat dinikmati oleh pembaca.
23
2.2.3 Kaidah Teks Drama
Apabila menyebut istilah drama, maka kita berhadapan dengan dua kemungkinan, yaitu drama naskah dan drama pentas. Keduanya bersumber pada drama naskah. Drama berasal dari bahasa Yunani ”draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan atau action. Drama naskah merupakan salah satu genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa. Drama naskah dapat diberi batasan sebagai salah satu jenis karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan mempunyai kemungkinan untuk dipentaskan (Waluyo 2001:2). Drama naskah disebut juga sastra lakon. Sebagai salah satu genre sastra, drama naskah dibangun oleh struktur fisik (kebahasaan) dan struktur batin (semantik, makna). Wujud fisik sebuah naskah adalah dialog atau ragam tutur. Ragam tutur itu adalah ragam sasatra. Oleh karena itu, bahasanya dan maknanya tunduk pada konfensi sastra, yang menurut Teeuw meliputi hal-hal berikut ini. 1. Teks sastra memiliki unsur atau struktur batin atau intern structure relation, yang sebagian-bagiannya saling menentukan dan saling berkaitan 2. Naskah sastra juga memiliki struktur luar atau extern structure relation, yang terikat oleh bahasa pengarangnya 3. Sistem sastra juga merupakan model dunia sekunder, yang sangat kompleks dan bersusun-susun. Selanjutnya Teeuw juga menyebutkan tiga ciri khas karya sastra, yaitu 1) teks sastra merupakan keseluruhan yang tertutup, yang batasannya ditentukan dengan kebulatan makna, 2) dalam teks sastra
24
ungkapan itu sendiri penting, diberi makna, disemantiskan segala aspeknya, 3) dalam memberi makna itu di satu pihak karya sastra terkait oleh konvensi, tetapi di lain pihak menyimpang dari konvensi dengan pembaharuan, antara mitos dengan kontra mitos (Teeuw dalam Waluyo 2001:7). Dalam penyusunan naskah, pembabakan plot itu biasanya diwujudkan dalam babak dan adegan. Perbedaan babak berarti perbedaan setting, baik berarti waktu, tempat, maupun ruang. Perbedaan itu cukup baralasan karena setting berubah secara fundamental. Babak-babak itu dibagi-bagi menjadi adegan-adegan. Pergantian adegan yang satu dengan yang lain mungkin karena masuknya tokoh lain dalam pentas, kejadian dalam waktu yang sama, tetapi peristiwannya lain, ataupun karena kelanjutan
satu peristiwa yang tidak memerlukan pergantian
setting (Waluyo 2001:12). Dengan demikian, drama sebagai karya sastra hampir sama dengan karya sasta dalam prosa. Keduanya sama-sama menceritakan tentang tokoh, konflik, setting, dan amanat yang ingin disampaikan. Perbedaanya prosa disampaikan secara naratif sedangkan drama disajikan dalam bentuk dialog. Drama juga disajikan dalam bentuk babak dan adegan. Babak sama dengan bagian, setiap babak terdiri atas beberapa adegan. Dan ciri adegan biasanya ditandai dengan adanya pergantian pelaku dan peristiwa. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penulisan teks drama harus memperhatikan kaidah teks drama yang meliputi: 1) teks drama disajikan dalam bentuk babak dan adegan, 2) ada kemungkinan untuk dipentaskan dalam teks drama yang disajikan.
25
2.2.4 Menulis Teks Drama
Menurut Tarigan (1982:21), menulis adalah melukiskan lambing grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami dan dapat dibaca oleh oaring lain sehingga orang tersebut dapat membaca lambang-lambang grafik itu dengan jelas. Menurut
Marwoto
(1995:12),
menulis
adalah
kemampuan
untuk
mengungkapkan gagasan, pikiran, pendapat, ilmu pengetahuan, dan pengalamanpengalaman kehidupan dalam bahasa tulis yag jelas, runtut, enak,, dan mudah dipahami oleh orang lain. Drama menurut Ferdinan Brunetiere dan Balthazar Verhagen (dalam Hasanudin 1996:2) adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku. Sedangkan pengertian drama menurut Moulton (dalam Hasanudin 1996:2) adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak, drama adalah menyaksikan kehidupan manusia yag diekspresikan secara langsung. Menurut Waluyo drama berasal dari bahasa Yunani “Draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, atau bereaksi. Darama berarti perbuatan, tindakan action. Sedangkan drama naskah dapat diberi batasan sebagai salah satu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan mempunyai kemungkinan untuk dipentaskan. Menurut Jabrohim dkk (dalam Jabrohim 2003: 122), penulisan teks drama merupakan suatu proses yang utuh, yang mempunyai keseluruhan. Ada berbagai aspek yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam menulis sebuah teks drama, yaitu
26
1) penciptaan latar (creatting setting), 2) penciptaan tokoh yang hidup (freshing out character ), 3) penciptaan konflik-konflik ( working with konflik), 4) penulisan
adegan. Dan uraiannya adalah sebagai berikut: 1. Penciptaan latar (creating setting) Lingkungan fisisk tempat penulis drama menempatkan aksi (action) para tokoh ciptaannya disebut setting. Biasanya para penulis drama yang sudah berpengalaman seringkali menggunakan suatu lingkungan yang aktual (nyata), yaitu dengan observasi sebagai dasar setting drama yang akan ditulis dengan memodifikasi hasil observasi agar menjadi setting yang paling baik untuk sebuah drama. Karena dengan observasi terhadap lingkungan yang aktual menyediakan begitu banyak detail yang bermanfaat untuk penulis drama sendiri, bahkan juga dapat menyuburkan imaji penulis, dalam arti bukan hanya diimpikan semata. Inspirasi untuk menyusun setting berada dalam drama itu sendiri, yaitu penulis dapat menemukan indikasi-indikasi setting dalam serangkaian dialog para tokoh, dalam konflik-konflik, dan elemen-elemen lain yang ada dalam drama itu sendiri. 2. Penciptaan tokoh yang hidup (freshing out character) Deskripsi tokoh utama dalam drama biasanya ditulis seperti deskripsi setting. Penulis drama melukiskannya seringkas dan setepat mungkin. Informasi yang biasa termasuk di dalamnya, yaitu (1) Nama tokoh; (2) Usia tokoh; (3) Deskripsi tokoh secukupnya; (4) Hubungan tokoh utama dengan tokoh-tokoh lainnya. Para penulis drama mendasarkan karakter tokoh drama mereka pada orang-orang yang dikenal secara akrab. Mereka menggunakan orang-orang yang
27
secara nyata ada di tengah-tengah masyarakat sebagai model yang mereka sediakan segi-segi permukaan karakter tokoh dan menggali wawasan kehidupan yang tidak hanya tersedia jika mereka hanya bergantung pada semata-mata pada imajinasi. Meskipun aspek itu sederhana tapi sangat membantu dalam membangun karakter tokoh karena aspek tersebut dapat memperlihatkan kepribadian tokoh,yaitu tentang bagaimana ia mengenakan pakaian. Apa yang disandang tokoh dan bagaimana ia menyandangnya. 3. Penciptaan konflik-konflik (working with konflik) Dalam konflik seorang tokoh menginginkan sesuatu, sedangkan tokoh yang lain berusaha mencegah keinginan itu. Definisi konflik adalah seorang tokoh ingin (mempunyai motivasi) mencapai tujuan (goal) tertentu, tetapi seorang (sesuatu) merintangi (mencegah) keberhasilan tokoh pertama tadi. Jika motivasi tokoh pertama tadi cukup kuat, maka tokoh itu berusaha kuat mengatasi rintangan-rintangan itu dengan taktik-taktik agar ia berhasil mencapai tujuannya. 4. Penulisan adegan Seorang penulis drama yang sudah berpengalaman sebelum menulis adegan lengkap dengan dialog, terlebih dahulu memetakan konflik berupa naratif yang belum ada dialognya. Adegan ditulis sebagai sebuah cerita. Dengan menghidupkan tokoh-tokoh terntu dengan mengembangkan karakternya dan menempatkan tokoh-tokoh pada setting kehidupan mereka serta menemukan situasi-situasi yang bisa menimbulkan konflik, kemudian dituangkan ke dalam
28
skenario dasar berupa sebuah adegan pendek, maka penulisan sebuah drama sebagian sudah terselesaikan. Berdasarkan beberapa batasan teori yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas tersebut, dalam hal ini penulis setuju dengan batasan teori yang telah diungkapkan oleh Jabrohim dkk. sebagai rujukan dalam peulisan skripsi ini. setiap teori yang telah dikemukakan tersebut pasti memliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Kelebihan yang terdapat di dalam teori yang dikemukakan oleh Jabrohim dkk. misalnya, teori tersebut mengemukakan tentang cara menulis teks drama dengan memperhatikan beberapa aspek yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam penulisan sebuah teks drama seperti: penciptaan latar (creating setting), penciptaan tokoh yang hidup ( freshing out character ), penciptaan konflik (working with konflik ), dan penulisan adegan. Di dalam teori tersebut ada beberapa aspek yang menurut Jabrohim, sebelum seorang penulis memulai menciptakan sebuah teks drama telebih dahulu mengadakan observasi terhadap tempat yang akan dijadikan sebagai setting dalam drama tersebut agar dapat mengasilkan karya drama sesuai dengan situasi yang akan diceritakan. Begitu juga dengan krakter tokoh yang akan diciptakan, seorang penulis biasanya mengamati orang-orang yang ada disekitarnya sebagai model untuk memperoleh gambaran karakter seorang tokoh yang nyata dengan menggali wawasan dari masing-masing tokoh tersebut. Dengan demikian, berdasarkan teori ini drama yang akan dihasilkan oleh seorang penulis dapat membangkitkan daya imaji pembaca seolaholah pembaca dapat menikmati drama tersebut seperti berada di dalam kehidupan yang nyata atau dapat memberi kesan yang menarik dan menyenangkan bagi para
29
pembaca, jadi teori ini lebih mengemukakan tentang cara atau penerapan dalam menulis sebuah teks drama dan teori ini dapat dijadikan sebagai landasan ketika kita akan menulis sebuah teks drama. Sedangkan kelemahan yang terdapat di dalam teori tersebut untuk dapat menciptakan sebuah teks drama, seorang penulis membutuhkan waktu yang cukup lama karena penulis harus benar-benar megamati beberapa aspek dasar secara langsung. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis drama merupakan
kemampuan
untuk
mengungkapkan
gagasan,
pikiran,
dan
pengalaman-pengalaman kehidupan yang dapat melukiskan sifat dan sikap manusia dengan action dan perilaku yang ditulis dalam bentuk dialog dengan berdasarkan atas konflik yang tajam dan jelas sehingga pembaca dapat merasakan suasana dan peristiwa yang terdapat di dalam cerita drama tersebut. Di
samping
harus
memperhatikan
hal-hal
di
atas
juga
harus
memperhatikan kaidah penulisan teks drama. Adapun kaidah penulisan teks drama adalah sebagai berikut. 1. Teks drama yang disajikan dalam bentuk babak 2. Ada kemungkinan untuk dipentaskan. 2.2.4 Elemen Pemodelan
Komponen pemodelan merupakan salah satu dari tujuh komponen pembelajaran kontekstual. Maksud komponen pemodelan dalam pembelajaran adalah dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang ditiru.model itu bisa berupa cara mengoprasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, dan cara melafalkan sesuatu.
30
Dengan demikian, guru memberi model tentang ‘bagaimana cara belajar’ (Depdiknas 2002:16). Dalam pendekatan kontekstual komponen pemodelan, guru bukan satusatunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Siswa bisa ditunjuk untuk memberikan contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Jika kebetulan ada siswa yang pernah memenangkan lomba baca puisi atau memenangkan kontes berbahasa inggris, siswa tersebut dapat ditunjuk untuk mendemonstrasikan keahliannya. Siswa ‘contoh’ tersebut dikatakan sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai ‘standar’ kompetensi yang harus dicapai. Model juga dapat didatangkan dari luar. Misalnya seorang penutur asli berbahasa Inggris sekali waktu dapat dihadirkan di kelas untuk menjadi ‘model’ cara belajar, cara bertutur kata, gerak tubuh ketika berbicara dan sebagainya (Nurhadi dan Senduk 2003:50). Dengan demikian, dalam pembelajaran menulis teks drama guru akan menghadirkan model yang berupa teks drama yang dibuat sendiri atau diambil dari sumber lain kepada siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Sebelum mengerjakan tes menulis teks drama siswa mengamati dan membahas model yang dihadirkan secara bersama-sama sehingga siswa dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan teks drama, misalnya unsur-unsur drama. Jadi, teks drama yang dihasilkan
siswa
sesuai
dengan
yang
diharapkan
karena
siswa
dapat
mengembangkan ide yang ada di pikirannya berkat model yang telah diperlihatkan oleh guru sebagai acuannya.
31
2.2.5
Pembelajaran
Menulis
Teks
Drama
Dengan
Pendekatan
Kontekstual Komponen Pemodelan
Pembelajaran menulis teks drama di sini menggunakan pendekatan kontekstual. Ketika melaksanakan pembelajaran kontekstual, sebenarnya ketujuh komponen pendekatan kontekstual tidak dapat lepas satu dengan lainnya. Akan tetapi kita dapat menekankan pada satu atau dua komponen saja. Pembelajaran menulis teks drama dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kotekstual komponen pemodelan. Dalam pembelajaran menulis teks drama guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 orang. Selanjutnya guru menghadirkan model yang berupa contoh teks drama yang dijadikan model. Model tersebut dihadirkan untuk memberitahukan kepada siswa tentang bentuk teks drama dan untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami teks drama, sehingga siswa dapat memahami unsur-unsur yang terdapat di dalam teks drama nodel ini tidak untuk ditiru oleh siswa, melainkan untuk menstimulus siswa agar siswa dapat memiliki gambaran tentang teks drama yang akan siswa buat. Di sini siswa menjadi lebih aktif karena siswa harus bisa menemukan sendiri pengetahuan tentang teks drama dari model tersebut. Misalnya, pengertian, ciriciri dan unsur-unsur drama. Dan peran guru di sini hanya sebagai fasilitator dan motivator yang mengarahkan dan memotivasi keaktifan siswa. Setelah mengamati model tersebut, siswa berdiskusi dengan teman satu kelompoknya untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan teks drama. Kemudian dibahas bersama guru. Setelah siswa mengetahui hal-hal yang
32
berakitan dengan teks drama, siswa diminta menulis sebuah teks drama dengan memperhatikan hal-hal yang berakaitan dengan drama. Agar situasi cerita dalam teks drama tersebut menjadi lebih hidup, siswa harus bisa menggambarkannya sesuai dengan situasi yang ada tentang apa yang dirasakan, dilihat, dan didengar. Pada saat siswa praktik menulis teks drama, guru mengarahkan kegiatan siswa. Melalui pembelajaran seperti ini diharapkan dapat memecahkan masalah kemampuan menulis teks drama siswa dan diharapkan dapat mengubahan tingkah laku siswa selama pembelajaran menulis teks drama. 2.2.6 Materi Pembelajaran Menulis Teks Drama dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan
Sesuai dengan jenjang pendidikan, sekolah menengah pertama (SMP) materi yang diajarkan pun semakin mendalam. Salah satu kompetensi pembelajaran sastra yang harus dicapai oleh siswa adalah menulis teks drama. Adapun indicator yang harus dicapai oleh siswa adalah siswa mampu menulis teks drama dengan menggunkan bahasa yang sesuai untuk mengembangkan penokohan, menghidupkan konflik, dan manghadirkan latar yang mendukung. Bahan pembelajaran yang digunakan adalah materi tentang menulis teks drama. Materi tersebut, terdiri atas bagian-bagian teks drama dan langkah-langkah menulis teks drama. Teks drama memiliki bagian-bagian judul, deskripsi penokohan, babak (yang terdiri atas prolog, monolog/dialog, dan epilog), dan penunjuk pementasan. Istilah prolog, monolog, dan epilog dikemukakan oleh Suharianto (2005-65) yang menyatakan bahwa prolog adalah penjelasan yang disamapaikan sebelum suatu pertunjukkan dimulai. Monolog adalah percakapan
33
yang dilakukan oleh seorang pelaku. Dan epilog adalah penjelasan yang diberikan pada akhir suatu pertunjukkan atau pementasan. Langkah-langkah menulis teks drama dimulai dari merumuskan tema atau gagasan, mendeskripsikan penokohan atau memberi nama-nama tokoh, membuat garis besar isi cerita, mengembangkan garis besar isi cerita ke dalam dialogdialog, membuat petunjuk pementasan yang baiasanya ditulis dalam tanda kurung maupun dapat ditulis dengan huruf miring atau huruf capital semua, dan memberi judul pada teks drama yang sudah ditulis Adapun pemilihan bahan naskah drama yang diajarkan harus memenuhi kriteria tertentu. Waluyo (2001:199) mengemukakan pemilihan bahan naskah drama untuk diajarkan harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Sesuai dan menarik bagi tingkat kematangan jiwa murid. 2) Tingkat kesulitan bahasanya sesuai dengan tingkat kemampuan bahasa murid yang akan menggunakannya. Jika bahasanya terlalu sulit, maka apresiasi tidak mungkin akan dapat dibina. 3) Bahasanya sedapat mungkin menggunakan bahasa yang standar, kecuali jika cerita memang memasalahkan penggunaan dialek. Penggunaan dialek sedikit mungkin tidakklah begitu jelek, tetapi jika dapat dihindarkan sebaiknya dihindari. 4) Isinya tidak bertentangan dengan haluan Negara kita 5) Naskah hendaknya mempunyai cirri-ciri yaitu adanya masalah yang jelas, adanya tema yang jelas, adanya perwatakan peranan, adanya penggunakan
34
kejutan yang tepat, bertolak dari gagasan murni penulis, dan menggunakan bahasa yang baik. 2.2.7 Kriteria Penilaian Dalam Pembelajaran Menulis Teks Drama
Sistem penilaian yang digunakan dalam pembelajaran menulis teks drama ini adalah penilaian proses dan hasil. Hal ini, diharapkan dapat menciptakan pembelajaran dengan hasil yang memuaskan atau berkualitas. Sesuai dengan pendapat Mulyasa (2002:102) yang menyatakan bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental atau sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan yang tinggi semangat yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil jika terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri pserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) lebih lanjut pembelajaran
dikatakan
berhasil
dan
berkualitas
jika
masukan
merata,
menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, sesuai dengan kebutuhan/perkembangan masyarakat dan pembangunan. Penilaian proses dilakukan dengan menilai perilaku siswa pada saat pembelajaran berlangsung, yang dapat diambil melalui data observasi, jurnal, dan wawancara. Penilaian hasil dilakukan dengan menilai teks drama yang ditulis oleh siswa dengan menitikberatkan pada aspek tema, aspek setting atau latar, aspek konflik, aspek penokohan, dan aspek bahasa. Berikut ini adalah kriteria yang digunakan dalam penilain teks drama siswa.
35
1) Tema Tema merupakan ide dasar yang melandasi pemaparan suatu cerita. Dalam hal ini, tema yang diangkat harus selaras dengan pengembangan dari berbagai pokok permasalahan yeng terdapat di dalam cerita tersebut. 2) Setting Termasuk dalam setting atau latar adalah latar berupa peristiwa, benda, objek, suasana, maupun situasi tertentu. Untuk setting atau lattar kriteria penilaian menitikberatkan pada penggambaran setting secara ringkas, jelas, dan hidup. Karena setting dalam drama selain berfungsi untuk menghidupkan cerita, juga dimanfaatkan untuk menggambarkan gagasan tertentu secara tidak langsung. 3) Konflik Dasar teks drama adalah konflik manusia yang digali dari kehidupan. Konflik manusia biasanya muncul akibat dari adanya pertentangan antara tokoh yang
satu
dengan
yang
lainnya.
Untuk
itu
kriteria
penilaian
konflik
menitikberatkan pada terciptanya konflik yang tajam dan jelas. Konflik dikatakan tajam dan jelas apabila konflik yang diciptakan semakin lama semakin meningkat sampai klimaks. Jadi di dalam cerita tersebut konflik diciptakan tahap demi tahap mulai dari tahap pengenalan kemudian muncul peristiwa awal, kemudian ditengah cerita terjadi kerumitan sampai klimaks. Dengan munculnya klimaks tersebut konflik yang terjadi akan mulai reda dengan adanya peleraian yang akhirnya sampai pada penyelesaian.
36
4) Penokohan atau perwatakan Unsur utama dalam karya drama adalah pelaku yang berfungsi untuk (1) menggambarkan peristiwa melalui lakuan, dialog, dan monolog, (2) menampilkan gagasan penulis naskah secara tidak langsung, (3) membentuk rangkaian cerita sejalan dengan peristiwa yang ditampilkan, dan (4) menggambarkan tema yang dipaparkan penulis naskah melalui cerita yang ditampilkan. Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa untuk memahami peristiwa, gagasan pengarang, rangkaian cerita, dan tema dalam suatu naskah drama, maupun karya pementas drama terlebih dahulu memahami lakuan, dialog, pikiran, suasana batin, dan hal lain yang berhubungan dengan pelaku. Berdasarkan fungsi tersebut kriteria penilaian untuk penokohan atau perwatakan difokuskan pada karakter tokoh yang digambarkan secara jelas agar pelaku yang ditampilkan dapat memberikan efek yang nyata dan menarik. Penggambaran pelaku dapat dilakukan melalui penggambaran pikiran, sikap, suasana batin, perilaku, cara berhubungan dengan orang lain, dialog, monolog, komentar atau penjelasan langsung dengan bahasa yang sesuai dengan karakter masing-masing tokoh. 5) Bahasa Dalam karya drama penggunaan gaya bahasa berfungsi untuk (1) memaparkan gagasan secara lebih hidup dan menarik, (2) menggambarkan suasana lebih hidup dan menarik, (3) untuk menekankan suatu gagasan, (4) untuk menyampaikan gagasan secara tidak langsung. Oleh karena itu, kriteria penilaian untuk penggunaan gaya bahasa menitikberatkan pada pengguaan gaya bahasa
37
yang dapat menggambarkan setiap karakter tokoh yang berbeda. Karena melalui gaya bahasa yang digunakan oleh masing-masing karakter tokoh yang berbeda dapat menggambarkan suasana maupun peristiwa yang sedang terjadi dalam cerita tersebut sehingga pembaca atau penonton dapat merasakan situasi tersebut. Drama berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi. Drama berarti perbutan, tindakan atau action. Drama naskah merupakan salah satu genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa. Drama naskah dapat diberi batasan sebagai salah satu jenis karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan mempunyai kemungkinan dipentaskan (Waluyo 2001:2). Dalam penyusunan naskah, pembabakan plot itu biasanya diwujudkan dalam babak dan adegan. Perbedaan babak berarti perbedaan setting, baik berarti waktu, tempat, maupun ruang. Perbedaan itu cukup beralasan karena setting berubah secara fundamental. Babak-babak itu dibagi-bagi menjadi adegan-adegan. Pergantian adegan yang satu dengan dengan yang lain mungkin karena masuknya tokoh lain dalam pentas, kejadian dalam waktu yang sama, tetapi peristiwanya lain, ataupun karena kelanjutan satu peristiwa yang tidak memerlukan pergantian setting (Wluyo 2001:12). Dengan demikian, drama sebagai karya sastra hamper sama dengan karya sastra dalam prosa. Keduanya sama-sama menceritakan tentang tokoh, konflik, setting, dan amanat yang ingin disampaikan. Perbedaanya prosa disampaikan secara naratif sedangkan drama disajikan dalam bentuk dialog.
38
Drama juga disajikan dalam bentuk babak dan adegan. Babak sama dengan bagian, setiap babak terdiri atas beberapa adegan. Dan cirri adegan biasanya ditandai dengan adanya pergantian pelaku dan peristiwa. Berdasarkan uraian di atas criteria penilaian dalam kaidah penulisan teks drama yang sesuai difokuskan pada: 1. Teks drama yang disajikan dalam bentuk babak 2. Ada kemungkinan untuk dipentaskan.
2.3 Kerangka Berpikir
Tujuan pengajaran bahasa membantu siswa mengembangkan keterampilan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis. Salah satu kemampuan siswa yang mendasar adalah kemampuan untuk mengekspresikan diri dengan menggunakan bahasa tulis. Kemampuan menulis merupakan kemampuan bahasa yang semakin penting untuk dikuasai. Kemampuan tersebut sangat potensial, yaitu (1) sebagai sarana menemukan sesuatu, (2) memunculkan ide baru, (3) melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide, (4) melatih sikap objektif, (5) membantu untuk menyerap dan memproses informasi, dan (6) untuk membantu berpikir secara aktif. Dengan demikian keterampilan menulis di sekolah-sekolah perlu ditingkatkan, tidak terkecuali di SMP Negeri 3 Ungaran karena pembelajaran menulis yang berhasil akan membawa manfaat yang besar dalam keterampilan berbahasa siswa.
39
Kemampuan menulis teks drama siswa SMP Negeri 3 Ungaran masih rendah. Hal ini disebabkan guru tidak menerapkan pemodelan dalam proses pembelajaran menulis teks drama. Guru hanya memberikan penjelasan mengenai teks drama. Guru tidak memperlihatkan secara langsung bentuk teks drama yang konkret. Hal inilah yang membuat siswa menjadi kurang berminat dan kurang temotivasi untuk mengikuti pembelajaran menulis teks drama sebab siswa tidak memiliki gambaran mengenai hal-hal yan berkaitan dengan teks drama. Selain itu siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami dan mengenal bentuk teks drama. Strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis selama ini masih berjalan satu arah. Dalam pembelajaran menulis teks drama di kelas, guru menggunakan teknik ceramah sehingga siswa kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama karena siswa merasa bosan saat pembelajaran berlangsung. Kompetensi dasar menulis teks drama pun sudah diajarkan akan tetapi masih ada hambatan yang dialami oleh siswa. Hal ini sesuai dengan keterangan yang diperoleh dari guru yang bersangkutan yang menyatakan bahwa siswa belum mampu menulis drama secara produktif, siswa mau menulis teks drama jika mendapat tugas dari guru, dimana tema yang hendak dibuat sudah ditentukan oleh guru. Upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengubah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan sebagai alternatife, yaitu dengan menerapkan pendekatan kontekstual
40
komponen pemodelan. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Jadi, siswa yang dituntut untuk berperan aktif. Berdasarkan masalah terebut di atas, peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini melalui dua siklus. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Siklus satu dimulai dengan tahap perencanaan, berupa rencana kegiatan langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Pada tahap tindakan, peneliti melakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Tindakan yang dilakukan adalah mengadakan pembelajaran menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Tahap observasi dilakukan ketika pembelajaran berlangsung. Hasil yang diperoleh dalam pembelajaran kemudian direfleksi. Kelebihan yang diperoleh dalam siklus satu dipertahankan. Sedangkan kelemahan yang ada dicari solusinya dalam siklus dua dengan cara memperbaiki perencanaan pada siklus dua. Setelah perencanaan pada siklus dua diperbaiki, tahap selanjutnya adalah tindakan dan observasi dilakukan sama dengan silkus satu. Hasil yang diperoleh pada tahap tindakan dan observasi pada siklus dua kemudian direflesikan untuk menentukan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dalam proses pembelajaran. Kemudian hasil tes siklus satu dan siklus dua dibandingkan dalam hal pencapaian nilai. Hal ini digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
41
2.4 Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kemampuan menulis teks drama dan tingkah laku siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Ungaran akan meningkat jika dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kemampuan menulis teks drama siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Ungaran Semarang. Kelas ini adalah salah satu dari lima kelas yang ada, yaitu VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, dan VIII E. Penelitian ini memilih kelas VIII E dengan alasan: 1. Berdasarkan kegiatan pembelajaran sehari-hari kelas ini termasuk kelas yang masih rendah prestasinya, dan kurang termotivasi dalam belajar. Keadaan kelas sering pasif sebab strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru masih berjalan satu arah, sehingga dalam proses pembelajarannya siswa hanya mendengkarkan penjelasan dari guru saja. 2. Kemampuan menulis teks drama siswa kelas VIII E yang hasilnya belum memuaskan karena sebagian dari siswa belum memahami dan mengenal bentuk teks drama. 3. Sesuai dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi Bahasa Indonesia siswa kelas VIII harus mempunyai kemampuan keterampilan menulis. 4. Selain itu, SMP Negeri 3 Ungaran dijadikan sebagai tempat untuk mengadakan penelitian sebab untuk mempermudah dalam proses pengambilan data.
42
43
3.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini ada dua macam, yaitu variabel kemampuan menulis teks drama dan variabel menggunakan media teks drama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan Variabel pertama kemampuan menulis teks drama. Kemampuan menulis teks drama adalah suatu proses kegiatanan megungkapkan suatu ide, gagasan, dan pengalaman hidup dengan menggambarkan situasi kehidupan yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berupa dialog dan memiliki beberapa aspek antara lain: tema, perwatakan, alur, dan bahasa. Variabel kedua adalah penggunaan media teks drama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Pemodelan adalah teknik menyampaikan pembelajaran
melalui
contoh-contoh
teks
drama.
Di
dalam
proses
pembelajarannya menggunakan model berupa teks drama. Di sini siswa diperlihatkan contoh teks drama sehingga siswa dapat melihat secara langsung bentuk teks drama. Setelah itu siswa diminta untuk berlatih membuat teks drama.
3.3 Desain Penelitian
Desain penelitian Tindakan Kelas dengan model Kemmis dan Taggart (dalam Madya 1994:24) merupakan model yang tidak terlalu sulit untuk digunakan. Model ini terdiri atas empat komponen, yaitu: 1. Rencana,
yaitu
tindakan
yang
akan
digunakan
untuk
memperbaiki,
meningkatkan atau perubahan sebagai solusi. Dalam penelitian ini rencana yang berupa pembelajaran menulis teks drama.
44
2. Tindakan, yaitu tindakan apa yang dilakukan guru sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan sebagai solusi. Maksudnya melakukan perbaikan terhadap kesalahan siswa dalam menulis teks drama. 3. Observasi atau pengamatan, yaitu mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan oleh siswa. Kesalahan siswa, kesulitan yang dihadapi siswa, kegairahan siswa, tanggapan siswa, kita himpun dan kita jadikan pertimbangan untuk perencanaan pada siklus berikutnya. Desain penelitian yang akan dilakukan menganut model Kemmis dan McTaggart (Arikunto 2002:84) pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam dua siklus dapat digambarkan dengan mengikuti alur sebagai berikut:
Keterangan
P: Perencanaan T: Tindakan O: observasi R: Refleksi
3.3.1
Siklus I
Siklus ini dimaksudkan untuk melakukan pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, selain itu siklus I digunakan sebagai komparasi atau pembanding dengan
45
pembelajaran pada siklus II. Langakah-langkah yang digunakan dalam siklus I adalah sebagai berikut: a. Perencanan Pada siklus I peneliti menyusun rencana pembelajaran yag berisi 1) judul, yang meliputi jenis mata pelajara, jenjang pendidikan, tema, kelas, semester, alokasi waktu, 2) skenario pembelajaran, meliputi kegiatan, pendahuluan, kegiatan inti, penutup, 3) alat dan bahan 4) strategi pembelajaran, 5) sarana dan sumber belajar 6) jenis penelitian. b. Tindakan Langkah awal tahap ini adalah guru mengadakan kegiatan apersepsi singkat dengan menceritakan yang berhubungan dengan drama, bertanya jawab dan menyampaikan tujuan pembelajaran serta memberitahukan kompetensi yang harus dicapai siswa. Kegiatan selanjutnya guru memberikan materi tentang unsurunsur drama. Kemudian guru meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil. Setelah itu guru membagikan teks drama kepada tiap-tiap kelompok. Selanjutnya siswa diminta untuk mendiskusikan isi drama tersebut. Langkah selanjutnya guru meminta siswa untuk mendiskusikan tema yang akan ditulis oleh masing-masing anggota kelompok. Setelah itu guru menugasi tiap-tiap anggota kelompok untuk menulis sebuah teks drama sesuai dengan tema yang sudah didiskusikan secara individu. Pada akhir pembelajaran, guru merefleksi pembelajaran bersama siswa dengan memberikan simpulan.
46
c. Observasi Peneliti
mengamati
perilaku
siswa
selama
proses
pembelajaran
berlangsung, yaitu mengamati sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama, keaktifan siswa dalam bertanya dan menanggapi pendapat teman serta keseriusan dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama dari awal sampai akhir. d. Refleksi Peneliti menganalisis hasil pengamatan dengan berdasarkan atas hasil menulis teks drama dan perilaku belajar siswa selama mengikuti proses kegiatan menulis teks drama. Sejauh mana siswa aktif berinteraksi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa dan melihat kemampuan intelektual siswa dalam memahami teks drama. Berdasarkan analisis tersebut dapat diketahui bahwa sebagian siswa masih merasa kesulitan dalam menentukan penokohan dan konflik yang tajam dan jelas. Analisa terhadap hasil kegiatan menulis teks drama pada siklus I ini akan digunakan sebagai pembanding dalam tindakan siklus II. 3.3.2
Siklus II
Siklus II ini dilakukan sebagai uasaha untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks drama sekaligus digunakan untuk mengetahui peran serta siswa selama mengikuti proses pembelajaran menulis teks drama. Penilaian proses dan penilaian hasil ini merupakan satu kesatuan yang dijadikan bahan acuan peneliti untuk mengetahui peningkatan kemampuan dan perubahan perilaku belajar siswa dalam menulis teks drama.
47
a. Perencanaan Pada siklus II peneliti menyusun rencana pembelajaran yang berisi 1) judul, yang meliputi jenis mata pelajaran, jenjang pendidikan, tema, kelas, semester, alokasi waktu, 2) skenario pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, penutup, 3) alat dan bahan, 4) strategi pembelajaran 5) sarana dan sumber belajar, 6) jenis penilaian. b. Tindakan Langkah awal yang dilakukan dalam siklus II ini tidak jauh berbeda dengan siklus I. Setelah mengetahui kekurangan yang terdapat dalam siklus I, peneliti akan mencoba memperbaiki pada silkus II untuk menghindari kesalahan yang sama dalam siklus I. Berdasarkan hasil tindakan siklus I diketahui bahwa siswa masih merasa kesulitan dalam menentukan penokohan dan menentukan konflik yang tajam dan jelas. Bagian-bagian yang masih sulit dipahami oleh siswa menjadi
perhatian
peneliti
untuk
ditindaklanjuti
dalam
siklus
II.
Kegiatan yang dilakukan sama dengan kegiatan yang telah dilakukan pada siklus I. Akan tetapi pada tindakan siklus II ini peneiliti lebih memfokuskan pada masalah penokohan dan konflik. Dalam siklus II ini peneliti masih menampilkan model yang berupa teks drama, dan guru menugasi siswa untuk meyusun teks drama
dengan
memperhatikan
kesalahan
yang
pernah
dilakukan
siswa
sebelumnya. Sebelum pembelajaran berakhir guru memberitahukan manfaat yang diperoleh dari kegiatan menuli teks drama kepada siswa.
48
c. Pengamatan Dalam siklus II ini peneliti juga mengamati segala perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran. Apakah siswa lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pemebelajaran tersebut. Dengan begitu peneliti mengetahui peningkatan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama. Teks kemampuan menulis teks drama diobservasi di luar jam pelajaran bahasa Indonesia, peneliti berharap pada siklus II ini ada peningkatan kemampuan dan perubahan perilaku belajar siswa dalam menulis teks drama. d. Refleksi Pada siklus II ini peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap kinerja siswa. Analisa kinerja siswa ini meliputi sejauh mana siswa aktif dan antusias dalam mengikuti kegitan menulis teks drama. Setelah menganalisis siklus II selesai peneliti kemudian membandingkan hasil siklus I dengan siklus II. Dengan demikian permasalahan peningkatan kemampuan dan perubahan perilaku belajar siswa dalam menulis teks drama dapat diketahui.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk penilaian tes dan kegiatan observasi. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui kemampuan dan perilaku belajar siswa dalam meulis teks drama.
49
3.4.1 Instrumen Tes
Instrumen penelitian yang berupa tes digunakan untuk mengungkapkan data tentang kemampuan menulis teks drama dan memahami bentuk teks drama. Bentuk instrumen penelitian yang berupa tes adalah tes tertulis berupa yang berupa perintah kepada siswa untuk menulis teks drama. Pada instrumen tersebut digunakan pedoman penilaian kemampuan menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Tabel 2. Skor penilaian No. 1. 2. 3.
Aspek Penilaian
Skor Maksimal 10 10 25
Tema Setting Alur
4. 5.
Penokohan Bahasa
15 20
6.
Teks berbentuk naskah drama dan disajikan dalam satu babak Ada kemungkinan untuk dipentaskan Jumlah
10
7.
10 100
Tabel 3. Aspek yang Dinilai No.
1.
Aspek Penilaian Tema
Rentang Skor 10
8
6
Kriteria
1) Jika tema drama sangat relevan dengan keperluan pementasan 2) Jika tema drama relevan dengan keperluan pementasan 3) Jika tema drama cukup relevan dengan keperluan
Kategori
Sangat baik
Baik
Cukup
50
3
2.
Setting
10
8
6
3
3.
Konflik
25
19 12
6
4.
Penokohan/per watakan
15
11
7
pementasan 4) Jika tema drama kurang relevan dengan keperluan pementasan 1) Setting drama dapat dideskripsikan sangat jelas, ringkas dan sangat hidup 2) Setting drama dideskripsikan secara ringkas,jelas, dan hidup 3) Setting drama dideskripsikan cukup ringkas, jelas, dan cukup hidup 4) Setting drama dideskripsikan kurang ringkas, jelas, dan kurang hidup 1) Konflik tampak sangat tajam dan jelas 2) Konflik tampak tajam dan jelas 3) Konflik tampak cukup tajam dan jelas 4) Konflik tampak kurang tajam dan jelas 1) Karakter tokoh dapat digambarkan dengan sangat jelas 2) Karakter tokoh digambarkan dengan jelas 3) Karakter tokoh
Kurang Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang Sangat baik
Baik
Cukup
51
3
5.
Bahasa
20
15
10
5
6.
Teks berbentuk naskah drama dan disajikan dalam satu babak
10
8
6
3
digambarkan dengan cukup jelas 4) Karakter tokoh digambarkan dengan kurang jelas 1) Bahasa yang digunakan sangat sesuai untuk setiap karakter tokoh yang berbeda 2) Bahasa yang digunakan sesuai untuk setiap karakter tokoh yang berbeda 3) Bahasa yang digunakan cukup sesuai untuk setiap karakter tokoh yang berbeda 4) Bahasa yang digunakan kurang sesuai untuk setiap karakter tokoh yang berbeda 1) Berbentuk teks drama dan disajikan dalam satu babak 2) Berbentuk teks drama dan disajikan lebih dari satu babak 3) Berbentuk teks drama dan tidak disajikan dalam bentuk babak 4) Bukan teks drama
Kurang
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
52
7.
Ada kemungkinan untuk dipentaskan
10
8 6
3
1) Sangat mungkin untuk dipentaskan 2) Mungkin untuk dipentaskan 3) Kemungkinan untuk dipentaskan tapi sulit 4) Tidak mungkin untuk dipentaskan
Sangat baik
Baik Cukup
Kurang
Kajian teks digunakan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam menguasai penulisan teks drama. Keberhasilan itu peneliti kelompokkan menjadi empat kategori,yaitu sangat baik, baik, cukup, dan kurang dengan rentang nilai 50-100. Berdasarkan pedoman penilaian di atas, peneliti dapat mengetahui hasil tes menulis teks drama. Tes akan dilakukan satu kali dalam setiap siklus yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Apabila hasil teks drama siswa pada siklus I belum sesuai dengan target yang ditetapkan, maka akan diadakan tindakan siklus II. Siswa yang memperoleh hasil sangat baik adalah siswa yang mendapat skor 85-100, siswa yang memperoleh hasil yang baik adalah siswa yang mendapat jumlah skor antara 75 sampai 84, siswa yang memperoleh hasil cukup adalah siswa yang mendapat skor antara 65-74, sedangkan siswa yang memperoleh hasil kurang adalah siswa yang memperoleh skor 0 sampai 64 Tabel 4. Penilaian Kemampuan Menulis Drama No. Kategori Kategori 1. Sangat baik 85-100 2. Baik 75-84 3. 4.
Cukup Kurang
65-74 0-64
53
3.4.2 Instrumen Nontes
Instrument nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, pedoman wawancara, pedoman jurnal, dan pedoman dokumentasi foto. 3.4.2.1 Pedoman Observasi Pedoman
observasi
memuat
segala
tingkah
laku
siswa
selama
pembelajaran menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Adapun aspek yang diamati, yaitu 1) antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, 2) respon siswa pada saat pembentukan kelompok dalam pembelajaran menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, 3) respon siswa pada saat mendiskusikan isi teks drama untuk menemukan unsur-unsur drama dalam pembelajaran menulis teks drama, 4) antusias siswa dalam menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. 3.4.2.2 Pedoman Jurnal Pedoman jurnal yang dibuat, yaitu pedoman jurnal siswa dan guru. Jurnal guru memuat segala sesuatu yang terjadi dalam proses pembelajaran. Pedoman jurnal siswa digunakan untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung dan untuk mengungkapkan kesulitan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Jurnal siswa memuat tentang 1) pendapat siswa tentang pembelajaran menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang dilakukan oleh guru, 2) pendapat siswa tentang
54
media teks drama yang digunakan dalam pembelajaran tersebut, 3) pendapat siswa tentang penggunaan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut, 4) kesulitan yang dialami siswa dalam mengungkapkan gagasan atau ide dalam menulis teks drama berdasarkan teks drama tersebut, 5) hal-hal yang ingin disampaikan oleh siswa berkenaan dengan pembelajaran menulis teks drama dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. 3.4.2.3 Pedoman Wawancara Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi atau pendapat siswa tentang pembelajaran menulis teks drama dengan pendekatan kontektual komponen pemodelan. Dalam pedoman wawancara ini, hal-hal yang ditanyakan, yaitu 1) pendapat siswa mengenai pembelajaran yang telah berlangsung, 2) pendapat siswa mengenai penggunaan teks berita sebagai model yang digunakan dalam pembelajaran tersebut, 3) pendapat siswa tentang penggunaan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam pembelajaran, 4) perasaan siswa ketika diminta menulis teks drama berdasarkan teks drama yang dihadirkan oleh guru, 5) kesulitan yang dialami oleh siswa dalam kegiatan menulis teks drama berdasarkan teks drama yang dihadirkan oleh guru, 6) manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran tersebut, 7) kesan, pesan, dan saran siswa tentang pembelajaran yang telah berlangsung. 3.4.2.4 Dokumentasi Foto Dokumentasi foto memuat tentang rekaman berbagai tingkah laku siswa selama penelitian berlangsung secara visual dari awal hingga akhir pembelajaran
55
yang dilakukan oleh observer. Hal-hal yang perlu didokumtasikan adalah 1) kegiatan siswa ketika membaca teks drama secara berkelompok, 2) kegiatan siswa dalam berdiskusi untuk menemukan unsur-unsur yang terdapat dalam teks drama, 3) kegiatan siswa ketika berdiskusi untuk menentukan tema yang akan dijadikan sebauah teks drama, 4) kegiatan siswa ketika menulis teks drama.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Salah satu kegiatan penting dalam penelitian adalah pengumpulan data yang diperlukan, karena hasilnya sangat menentukan untuk penelitian. Penelitian ini menggunakan dua teknik pengambilan data, yaitu teknik tes dan teknik non tes. 3.5.1 Teknik Tes
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes yang dilakukan sebanyak dua kali. Tes ini dijadikan sebagai tolak ukur peningkatan keberhasilan siswa dalam menulis teks drama setelah pembelajaran diakukan. Tes menulis teks drama ini berupa lembar tugas berisi perintah kepada siswa untuk menulis teks drama. Hasil tes berupa teks drama. 3.5.2 Teknik Nontes
Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, jurnal siswa, jurnal guru, dan dokumentasi foto. 3.5.2.1
Observasi
Observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung yang digunakan untuk mengetahui sikap dan perilaku siswa rehadap pembelajaran yang
56
dilakukan oleh guru. Dalam melakukan observasi, peneliti dibantu oleh guru yang bersangkutan. 3.5.2.2
Wawancara
Wawancara dilaksanakan kepada siswa yang mendapat nilai tinggi, sedang, dan rendah. Wawancara dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dan kesulitan yang dialami oleh siswa pada saat pemebelajaran berlangsung. Dalam melakukan wawancara digunakan teknik bebas, yaitu pertanyaan telah disiapkan peneliti dan responden bebas memberikan jawaban. Kegiatan wwancara dilaksanakan di luar jam pelajaran dan dilakukan setelah diketahui hasil yang diperoleh siswa. Wawancara dilaksanakan setelah pembelajaran siklus I dan siklus II. Untuk masing-masing siklus, siswa yang diwawancari sebanyak tiga orang dengan perincian sebagai berikut: siswa yang memiliki nilai terbaik, siswa yang memiliki nilai sedang, dan siswa yang memiliki nilai paling rendah atau kurang. 3.5.2.3
Jurnal
Jurnal merupakan catatan harian yang ditulis siswa selama proes pembelajaran berlangsung. Sementara itu, guru juga mengisi jurnal guru yang sudah disiapkan sebelumnya. 3.5.2.4
Dokumentasi
Pengambilan data dokumentasi foto dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dan ketika melakukan wawancara. Dalam melakukan pengambilan gambar, peneliti dibantu oleh observer untuk memotret. Pengambilan gambar pada masing-masing siklus tetap mengacu pada empat kegiatan sebagai berikut: 1)
57
kegiatan siswa ketika mengamati model yang berupa teks drama; 2) kegiatan siswa ketika berkelompok untuk menggali informasi dalam teks drama; dan 3) kegiatan siswa ketika sedang menulis teks drama.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. 3.6.1
Teknik Kualitatif
Teknik kualitatif ini diperoleh dari data non tes, yaitu: observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi foto. Data observasi dan jurnal kegiatan siswa yang kemudian dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek yang diteliti. Dalam hal ini, data observasi dan jurnal digunakan untuk memilih siswa yang mengalami kesulitan untuk dijadikan responden dalam wawancara. Data wawancara berfungsi utnuk mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa dengan melakukan pendekatan melalui wawancara siswa akan lebih berani mengemukakan permasalahannya mengenai kemampuan menulis dramanya. Dengan demikian peneliti akan lebih mengetahui kesulitan siswa sehingga dapat mencari
jalan
terbaik
untuk
mengatasinya
dalam
upaya
meningkatkan
kemampuan menulis drama siswa. Sementara itu, data yang berupa foto digunakan sebagai bukti otentik proses pembelajaran dan ketika siswa sedang diwawancarai. Data ini memberikan gambaran yang jelas akan penerapan pembelajaran menulis drama dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
58
3.6.2
Teknik Kuantitatif
Teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini didasarkan pada hasil tes yang dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Adapaun langkah penghitungannya adalah dengan menghitung skor yang diperoleh siswa, menghitung skor komulatif dari seluruh aspek, menghitung skor rata-rata, menghitung nilai, menghitung nilai rata-rata, dan menghitung nilai presentase dengan rumus sebagai berikut: SP =
SK R
x100%
Keterangan: SP : Skor Presentase SK : Skor Kumulatif R
: Jumlah Responden
Hasil penghitungan siswa dari masing-masing tes ini kemudian dibandingkan antara siklus I dan silkus II. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai presentase peningkatan kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis teks drama melalaui pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan disajikan hasil tes dan nontes yang diperoleh dari penelitian. Hasil penelitian tersebut terbagi atas tiga bagian, yaitu tes prasiklus, slus I, dan hasil tes siklus II. Hasil tes prasiklus berupa kemampuan menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Hasil nontes diperoleh dari observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi. 4.1.1 Prasiklus
Hasil tes prasiklus berupa kemampuan menulis teks drama sebelum dilakukan penelitian. Hasil tes prasiklus ini berfungsi untuk mengetaui keadaan awal kemampuan menulis teks drama siswa. Tes yang dilakukan adalah tes menulis teks drama. Hasil tes prasiklus dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini. Tabel 5. Hasil Tes Kemampuan Menulis teks Drama Prasiklus No.
Kategori
1 2 3 4
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Skor 85-100 75-84 65-74 0-64
Frekuensi 0 0 1 39 40
Bobot Skor 0 0 66 2103 2169
Presentase (%) 0 0 2,5 97,5 100
Ratarata 54,2 Kategori Kurang
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas VIII E dalam menulis teks drama untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 85-100 dan kategori baik dengan rentang skor 75-84 tidak ada atau sebesar 0%. Untuk
59
60
kategori cukup dengan rentang skor 65-74 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,5%. Sedangkan kategori kurang dengan rentang skor 0-64 dicapai oleh 39 siswa atau sebesar 97,5%. Jadi nilai rata-rata kemampuan menulis teks drama siswa pada prasiklus sebesar 54,2 atau masih pada kategori kurang. Nilai rata-rata tersebut berasal dari jumlah skor masing-masing aspek yang dinilai dalam menulis teks drama, yaitu tema, setting, alur, penokohan atau perwatakan, dan aspek bahasa. Dengan demikian, kemampuan menulis teks drama perlu ditingkatkan. Peningkatan tersebut dilakukan dengan melakukan tindakan siklus I, yaitu kegiatan menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Hasil dari masing-masing aspek dapat dipaparkan sebagai berikut. 4.1.1.1 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Tema Pada aspek tema ini, penilaian difokuskan pada pemilihan tema yang sesuai dengan isi cerita. Hasil tes penilaian tes menulis teks drama pada aspek tema dapat dilihat pada tabel 5 berikut. Tabel 6. Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Tema No. 1 2 3 4
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Skor 10 8 6 3
Frekuensi 3 27 10 0 40
Bobot Skor 30 216 60 0 306
Presentase Rata(%) rata 7,5 7,7 Kategri 67,5 Baik 25 0 100
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan tema untuk kategori sangat baik dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 30%. Untuk kategori baik dicapai oleh 27 siswa atau sebesar216%. Kategori
61
cukup dicapai oleh 10 siswa atau sebesar 25%. Sedangkan untuk kategori kurang tidak ada atau sebesar 0%. Jadi nilai rata-rata menulis teks drama untuk aspek tema sebesar 7,7 atau termasuk dalam kategori baik. 4.1.1.2 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Setting Pada aspek setting atau latar, penilaian difokuskan pada setting drama yang dapat menciptakan suasana yang lebih hidup. Hasil penilaian tes menulis teks drama pada aspek setting dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini. Tabel 7. Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama A spek Setting No.
Kategori
1 2 3 4
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentag Skor 10 8 6 3
Frekuensi 6 23 11 0 40
Bobot Skor 60 184 66 0 310
Presentase (%) 15 57,5 27,5 0 100
Rata-rata 7,6 Kategori Baik
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan setting untuk kategori sangat baik berhasil dicapai oleh 6 siswa atau sebesar 15%. Kategori baik berhasil dicapai oleh 23 siswa atau sebesar 57,5%. Sedangkan untuk kategori cukup dicapai oleh 11 siswa atau sebesar 27,5%. Jadi nilai rata-rata menulis teks drama aspek setting sebesar 7,6 atau termasuk dalam kategori baik. 4.1.1.3 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Konflik Pada aspek alur ini, penilaian difokuskan pada konflik yang tampak tajam dan jelas. Hasil tes menulis teks drama untuk aspek alur dapat dilihat pada tabel 7 berikut.
62
Tabel 8. Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Konflik No.
Kategori
1 2 3 4
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Skor 25 19 12 6
Frekuensi Bobot Skor 0 0 0 0 32 384 8 48 40 432
Presentase (%) 0 0 80 20 100
Ratarata 10,8 Kategori kurang
Data pada tabel di atas menujukkan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan alur untuk kategori sangat baik dan kategori baik tidak ada atau sebesar 0%. Untuk kategori cukup berhasil dicapai oleh 32 siswa atau sebesar 80%. Dan untuk kategori kurang dicapai oleh 8 siswa atau sebesar 20%. Jadi nilai rata-rata menulis teks drama aspek alur sebesar 10,8 dan termasuk dalam kategori kurang 4.1.1.4 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Penokohan atau perwatakan Pada aspek penokohan atau perwatakan, penilaian difokuskan pada karakter tokoh yang digambarkan sesuai dengan situasi yang diceritakan. Hasil tes menulis teks drama aspek penokohan atau perwatakan dapat dilihat pada tabel 8 berikut. Tabel 9. Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Penokohan No. Kategori 1 2 3 4
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Skor 15 11 7 3
Frekuensi Bobot Skor 0 0 27 297 13 91 0 0 40 388
Presentase Rata(%) rata 0 9,7 Kategori 67,5 Baik 32,5 0 100
Data di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan penokohan atau perwatakan untuk kategori sangat baik dan kategori kurang tidak
63
ada atau sebesar 0%. Kategori baik dicapai oleh 27 siswa atau sebesar 67,5%. Dan kategori cukup berhasil dicapai oleh 13 siswa atau sebesar 32,5%. Jadi nilai ratarata menulis teks drama siswa untuk aspek penokohan atau perwatakan sebesar 13,2 atau termasuk dalam kategori baik. 4.1.1.5 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Bahasa Pada aspek bahasa, penilaian difokuskan pada bahasa yang digunakan mudah dimengerti dan komunikatif. Hasil tes menulis teks drama aspek bahasa dapat dilihat pada tabel 9 berikut. Tabel 10. Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Bahasa No.
Kategori
1 2 3 4
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Skor 20 15 10 5
Frekuensi Bobot Skor 0 0 6 90 33 330 1 5 40 425
Presentase (%) 0 15 82,5 2,5 100
Ratarata 10,6 Kategori Cukup
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan bahasa untuk kategori sangat baik tidak ada atau sebesar 0%. Untuk kategori baik berhasil dicapai oleh 6 siswa atau sebesar 15%. Sedangkan untuk kategori cukup berhasil dicapai oleh 33 siswa atau sebesar 82,5% dan kurang dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,5%. Jadi nilai rata-rata menulis teks drama aspek bahasa 10,6 atau termasuk dalam kategori cukup.
64
Tabel 11. Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Teks Berbentuk Teks Drama dan Disajikan dalam Satu Babak. No.
Kategori
1 2 3 4
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Skor 10 8 6 3
Frekuensi
Bobot Skor
2 0 9 29 40
20 0 54 87 161
Presentase (%) 5 0 22,5 72,5 100
Rata-rata 4 Kategori Kurang
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis teks drama aspek teks drama yang berbentuk teks drama dan disajikan dalam satu babak untuk kategori sangat baik berhasil dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 5%. dan kategori baik tidak ada atau sebesar 0%. Untuk kategori cukup dicapai oleh 9 siswa atau sebesar 22,5%. Dan untuk kategori kurang dicapai oleh 29 siswa atau sebesar 72,5%. Jadi nilai rata-rata menulis teks drama aspek teks drama yang berbentuk teks drama dan disajikan dalam satu babak sebesar 4 atau masih dalam kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih merasa kesulitan dalam menyajikan teks dalam bentuk teks drama yang disajikan dalam satu babak. Tabel 12. Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Kemungkinan Dipentaskan. No. 1 2 3 4
Kategori
Rentang Frekuensi Skor Sangat Baik 10 0 Baik 8 0 Cukup 6 9 Kurang 3 31 Jumlah 40
Bobot Skor 0 0 54 93 147
Presentase (%) 0 0 22,5 77,5 100
Rata-rata 3,7 Kategori Kurang
65
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis teks drama aspek ada kemungkinan dipentaskan untuk kategori sangat baik dan kategori baik tidak ada atau sebesar 0%. Untuk kategori cukup dicapai oleh 54 siswa atau sebesar 22,5%. Dan untuk kategori kurang dicapai oleh 31 siswa atau sebesar 77,5%. Jadi nilai rata-rata menulis teks drama aspek ada kemungkinan dipentaskan masih dalam kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada sebagian siswa yang merasa kesulitan dalam menyajikan teks drama yang memungkinkan untuk dipentaskan. Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis teks drama aspek teks drama yang berbentuk teks drama dan disajikan dalam satu babak untuk kategori sangat baik berhasil dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 5%. dan kategori baik tidak ada atau sebesar 0%. Untuk kategori cukup dicapai oleh 9 siswa atau sebesar 22,5%. Dan untuk kategori kurang dicapai oleh 29 siswa atau sebesar 72,5%. Jadi nilai rata-rata menulis teks drama aspek teks drama yang berbentuk teks drama dan disajikan dalam satu babak sebesar 4 atau masih dalam kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih merasa kesulitan dalam menyajikan teks dalam bentuk teks drama yang disajikan dalam satu babak. Data yang diperoleh dari hasil tes prasiklus menunjukkan bahwa masih ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran menulis teks drama. Agar dapat meningkatkan kemampuan menulis teks drama siswa, dalam Penelitian Tindakan Kelas akan mencoba untuk menerapkan pemodelan melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam proses pembelajaran menulis
66
teks drama pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Ungaran. Dan model yang akan dihadirkan dalam pembelajaran tersebut adalah teks drama. 4.1.2 Siklus I
Siklus I merupakan tindakan awal penelitian menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Tindakan siklus I ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis teks drama dengan teks drama sebagai model melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Pelaksanaan pembelajaran menulis teks drama pada siklus I terdiri atas data tes dan data nontes. Hasil kedua data tersebut akan diuraikan sebagai berikut. 4.1.2.1 Hasil Data Tes Siklus I Hasil tes siklus I ini merupakan data awal setelah dilakukan tindakan pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan teks drama teks drama sebagai model melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Kriteria penilaian pada siklus I ini meliputi lima aspek penilaian, yaitu aspek tema, aspek setting, aspek alur, aspek penokohan atau perwatakan, dan aspek bahasa. Hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini. Tabel 13. Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Siklus I No. Kategori 1 2 3 4
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Skor 85-100 75-84 65-74 0-64
Frekuensi Bobot Skor 0 0 1 83 1 66 38 2101 40 2250
Presentase (%) 0 2,5 2,5 95 100
Ratarata 56,25 Kategori Kurang
67
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan menulis siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Ungaran, dalam menulis teks drama untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 85-100 tidak ada atau sebesar 0% dan kategori baik dengan rentang skor 75-84 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,5%. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 65-74 berhasil dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,5%. Sedangkan untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-64 dicapai oleh 38 siswa atau sebesar 95%. Jadi nilai rata-rata kemampuan menulis teks drama siswa pada siklus I sebesar 56,25 atau termasuk dalam kategori kurang. Nilai rata-rata tersebut berasal dari jumlah skor masing-masing aspek yang dinilai dalam menulis teks drama, yaitu aspek tema, aspek setting, aspek alur, aspek penokohan atau perwatakan, dan aspek bahasa. Berikut ini akan dipaparkan hasil tes siklus I. 4.1.2.1.1 Hasil Tes Menulis Teks Drama Aspek Tema Pada aspek tema ini, penilaian difokuskan pada tema yang sesuai dengan isi cerita tersebut. Berikut ini adalah tabel 11 yang menunjukkan hasil tes menulis teks drama aspek tema. Tabel 14. Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Tema No. Kategori 1 2 3 4
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Skor 10 8 6 3
Frekuensi Bobot Skor 5 50 34 272 1 6 0 0 40 328
Presentase (%) 12,5 87,5 2,5 0 100
Ratarata 8,2 Kategori Baik
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan tema untuk kategori sangat baik sangat baik berhasil dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 12,5%. Kategori baik berhasil dicapai oleh 34 siswa atau
68
sebesar 87,5%. Untuk kategori cukup berhasil dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,5%. Sedangkan, untuk kategori kurang tidak ada atau sebesar 0%. Jadi nilai rata-rata menulis teks drama aspek tema pada siklus I 8,2 atau masuk pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mampu menentukan tema yang relevan dengan keperluan pementasan. 4.1.2.1.2 Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Setting Pada aspek Setting kali ini, penilaian lebih difokuskan pada setting drama yang dapat menciptakan suasana yang lebih hidup. Hasil tes menulis teks drama aspek setting dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini. Tabel 15. Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Setting No.
Kategori
1 2 3 4
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Skor 10 8 7 3
Frekuensi Bobot Skor 12 120 23 184 5 30 0 0 40 334
Presentase (%) 30 57,5 12,5 0 100
Ratarata 8,4 Kategori Baik
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan setting untuk kategori sangat baik berhasil dicapai oleh 12 siswa atau sebesar 30%. Kategori baik dicapai oleh 23 siswa atau 57,5%. Untuk kategori cukup berhasil dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 12,5%. Sedangkan, kategori tidak ada atau sebesar 0%. Jadi untuk nilai rata-rata menulis teks drama aspek setting sebesar 8,4 atau termasuk dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian siswa sudah mampu mendeskripsikan setting dengan ringkas, jelas dan hidup.
69
4.1.2.1.3 Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Konflik Pada aspek alur ini, penilaian lebih difokuskan pada konflik yang dapat digambarkan dengan tajam dan jelas, jadi konflik yang terjadi dalam cerita tersebut dapat diceritakan secara tajam dan jelas. Hasil tes menulis teks drama aspek alur ini dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini. Tabel 16. Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Konflik No.
Kategori
1 2 3 4
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Skor 25 19 12 6
Frekuensi Bobot Skor 0 0 2 38 29 348 9 54 40 440
Presentase (%) 0 5 72,5 22,5 100
Rata-rata 11 Kategori cukup
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis teks drama aspek alur untuk kategori sangat baik tidak ada atau sebesar 0%. Untuk kategori baik berhasil dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 5%. Sedangkan, kategori cukup berhasil dicapai oleh 29 siswa atau sebesar 72,5%. Kategori kurang berhasil dicapai oleh 9 siswa atau sebesar 22,5%. Jadi nilai rata-rata menulis teks drama aspek alur sebesar 11 atau masuk pada kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian siswa sudah mampu dalam menentukan konflik yang tajam dan jelas meskipun masih ada beberapa siswa yang masih belum mencapai hasil yang maksimal. 4.1.2.1.4 Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Penokohan Pada aspek penokohan ini, penilaian lebih difokuskan pada karakter tokoh yang dapat digambarkan sesuai dengan situasi yang diceritakan. Hasil tes
70
kemampuan menulis teks drama aspek penokohan dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini. Tabel 17. Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Penokohan Kategori 1 2 3 4
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Skor 15 11 7 3
Frekuensi Bobot Skor 0 0 28 308 12 84 0 0 40 392
Presentase Rata-rata (%) 0 9,8 Katogori 70 Baik 30 0 100
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan penokohan untuk kategori sangat baik dan kurang tidak ada atau sebesar 0%. Untuk kategori baik berhasil dicapai oleh 28 iswa atau sebesar 70%. Dan kategori cukup dicapai oleh 12 siswa atau sebesar 30%. Jadi nilai rata-rata untuk menulis teks drama aspek penokohan sebesar 9,8 atau masuk pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mampu menggambarkan karakter tokoh dengan jelas 4.1.2.1. 5 Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Bahasa Pada aspek bahasa kali ini, penilaian lebih difokuskan pada penggunaan bahasa yang mudah dihayati dan komunikatif. Berikut tabel 14 yang akan menunjukkan hasil tes kemampuan menulis teks drama aspek bahasa. Tabel 18. Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Bahasa No.
Kategori
1 2 3 4
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Skor 20 15 10 5
Frekuensi Bobot Skor 0 0 8 120 32 320 0 0 40 440
Presentase Rata-rata 0 20 80 0 100
11 Kategori Baik
71
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis teks drama aspek bahasa untuk kategori sangat baik dan kategori kurang tidak ada atau sebesar 0%. Untuk kategori baik dicapai oleh 8 siswa atau sebesar 20%. Dan untuk kategori cukup dicapai oleh 32 siswa atau sebesar 80%. Jadi nilai rata-rata menulis teks drama aspek bahasa sebesar 11 atau termasuk dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mampu dalam menggunakan bahasa yang sesuai untuk masing-masing karakter tokoh yang berbeda. Tabel 19. Hasil Tes Kemampuan Teks Drama Aspek Teks Berbentuk Teks Drama dan Disajikan dalam Satu Babak. N0. 1 2 3 4
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Skor 10 8 6 3
Frekuensi 4 2 6 28 40
Bobot Skor 40 16 36 84 176
Presentase (%) 10 5 15 70 100
Rata-rata 4,4 Kategori Kurang
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis teks drama aspek teks drama yang berbentuk teks drama dan disajikan dalam satu babak untuk kategori sangat baik berhasil dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 10%. dan kategori baik berhasil dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 5%. Untuk kategori cukup dicapai oleh 6 siswa atau sebesar 15%. Dan untuk kategori kurang dicapai oleh 28 siswa atau sebesar 70%. Jadi nilai rata-rata menulis teks drama aspek teks drama yang berbentuk teks drama dan disajikan dalam satu babak sebesar 4,4 atau masih dalam kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih merasa kesulitan dalam menyajikan teks dalam bentuk teks drama yang disajikan dalam satu babak.
72
Tabel 20. Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Kemungkinan Dipentaskan. No. 1 2 3 4
Kategori
Rentang Frekuensi Skor Sangat Baik 10 0 Baik 8 1 Cukup 6 5 Kurang 3 34 Jumlah 40
Bobot Skor 0 8 30 102 140
Presentase (%) 0 2,5 12,5 85 100
Rata-rata 3,4 Kategori Kurang
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis teks drama aspek ada kemungkinan dipentaskan untuk kategori sangat baik tidak ada atau sebesar 0%. Untuk kategori baik berhasil dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,5%. Untuk kategori cukup dicapai oleh 5 siswa atau sebesa 12,5%. Dan untuk kategori kurang dicapai oleh 34 siswa atau sebesar 85%. Jadi nilai rata-rata menulis teks drama aspek ada kemungkinan dipentaskan masih dalam kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada sebagian siswa yang merasa kesulitan dalam menyajikan teks drama yang memungkinkan untuk dipentaskan. 4.1.2.2 Data Nontes Hasil penelitian nontes pada siklus I adalah hasil dari observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Berikut ini adalah data yang diperoleh dari hasil nontes yang meliputi: 4.1.2.2.1 Observasi Pengambilan data melalui observasi ini bertujuan untuk mengetahui perilaku siswa
selama
mengikuti
pembelajaran.
Observasi
ini
dilakukan
selama
pembelajaran berlangsung. Pada siklus I ini, seluruh perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung dapat digambarkan melalui obervasi. Selama proses
73
pembelajaran berlangsung tidak semua siswa mengikuti dengan baik. Ada beberapa siswa yang masih menunjukkan perilaku yang kurang menyenangkan, diantaranya masih ada siswa yang asyik bercanda dan mengobrol dangan teman sebangku atau sekelompoknya. Ada juga siswa yang kelihatan bermalas-malasan dalam mengikuti pembelajaran sehingga situasi kelas menjadi tidak kondusif. Berdasarkan data yang ada, diketahui bahwa siswa berantusias mengikuti pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Hal ini ditunjukkan oleh siswa yang antusias dalam mengikuti pembelajaran mulai dari apersepi sampai akhi pembelajaran. Meskipun dalam proses pembelajaran situasi kelas kurang kondusif, karena masih ada beberapa siswa yang bercanda dan mengobrol dengan teman sebangku atau sekelompoknya, namun hasil yang dicapai siswa sudah cukup baik dan siswa pun cukup antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama. Antusias siswa diketahui dari respon sebagian siswa yang memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh peneliti dan menghayati teks drama yang diperlihatkan. Hal ini disebabkan siswa baru memperoleh pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran. Respon yang diberikan siswa ketika dibagikan teks drama sangat baik. Hal ini terjadi karena dalam kegiatan belajar mengajar, jarang sekali menampilkan model, sehingga dengan ditampilkan atau diperlihatkan teks drama sebagai model dalam pembelajaran tersebut ditanggapi baik oleh siswa.
74
Respon yang diberikan siswa pada saat mendiskusikan isi cerita dalam teks drama tersebut dengan teman satu kelompoknya juga baik. Mereka saling bekerjasama untuk menemukan unsur-unsur yang terdapat di dalam teks drama tersebut. Namun ada beberapa siswa yang tidak terlibat secara aktif dengan kelompoknya, mereka terlihat asyik mengobrol dan bercanda dengan teman sekelompoknya atau hanya diam saja. Antusias siswa dalam menulis teks drama cukup baik. Para siswa antusias dalam menulis teks drama. Siswa tampak tenang dalam menyelesaikan tugas menulis teks drama karena siswa termotivasi dengan model yang diperlihatkan. Namun ada juga siswa yang masih asyik bercanda dan mengobrol sendiri sehingga mengganggu siswa yang sedang berkonsentrasi menulis teks drama. 4.1.2.2.2 Jurnal Jurnal yang digunakan dalam penelitian siklus I ini ada dua macam, yaitu jurnal siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut mengungkap tentang perasaan siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. a. Jurnal Siswa Jurnal siswa merupakan jurnal yang harus diisi oleh siswa. Jurnal siswa ini diisi setelah proses pembelajaran selesai. Tujuan diadakannya jurnal siswa ini untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung dan untuk mengetahui kesulitan yang dialami oleh siswa. Pada dasarnya sebagian besar siswa memberikan tanggapan yang baik terhadap pembelajaran yang telah dilakukan oleh peneliti, karena metode pembelajaran yang digunakan peneliti mudah dipahami. Selain itu, penggunaan
75
teks drama sebagai model dalam pembelajaran sangat membantu siswa dalam menentukan unsur-unsur yang terdapat di dalam sebuah teks drama, sehingga siswa dapat menulis teks drama dengan mudah. Dengan dihadirkannya teks drama tersebut juga dapat memacu kreativitas siswa dalam menulis teks drama. Pernyataan mereka membuktikan bahwa mereka tertarik dan menyukai materi yang diajarkan oleh peneliti. Pada dasarnya sebagian besar siswa tidak mengalami kesulitan untuk menentukan unsur-unsur yang terdapat dalam teks drama. Dengan dihadirkannya teks drama sebagai model dalam pembelajaran, siswa dapat menggali unsur-unsur yang terdapat di dalam teks drama tersebut melalui isi cerita yang ada di dalam drama tersebut. Berdasarkan isi cerita drama tersebut siswa dapat menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk teks drama. Walaupun siswa terlihat menaggapi dan menerima dengan baik pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan, namun kesulitan masih dialami oleh beberapa siswa. Berdasarkan hasil analisis, kesulitan yang dialami siswa meliputi: 1) siswa merasa kesulitan dalam menentukan tema yang relevan dengan keperluan pementasan 2) siswa merasa kesulitan dalam menentukan konflik yang tajam dan jelas, 3) siswa juga merasa kesulitan dalam menggambarkan tokoh dengan jelas, 4) waktu yang diberikan pada siswa sangat terbatas, dan 5) siswa merasa kurang jelas karena volume suara yang kurang keras. Peneliti menyimpulkan bahwa kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa pada saat pembelajaran berlangsung merupakan hal yang wajar karena tidak semua siswa
76
dapat berkonsentrasi dengan baik dan dapat menyerap materi yang disampaikan dengan mudah. Namun, setidaknya strategi yang baru ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat bagi siswa dan dapat ditingkatkan lagi pada kesempatan berikutnya. Hal-hal yang dikemukakan oleh siswa berkenaan dengan proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh peneliti berbeda-beda. Sebagian besar siswa memberi masukan pada suara peneliti yang kurang keras dalam menjelaskan materi atau tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Ada pula yang menyarankan agar cerita dalam drama tersebut disampaikan secara lisan dan dipentaskan di depan. Selain itu siswa juga memberi masukan agar waktu yang diberikan untuk menulis teks drama perlu ditambah sehingga siswa dapat membuat cerita drama yang lebih baik. Sedangkan saran-saran yang diberikan oleh siswa agar pembelajaran menulis teks drama dengan menghadirkan teks drama sebagai model melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan lebih dikembangkan lagi. b. Jurnal Guru Jurnal guru berisi tentang hal-hal yang dirasakan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat pembelajaran berlangsung, dapat dijelaskan bahwa peneliti merasa kurang puas terhadap proses pembelajaran, karena masih ada beberapa siswa yang belum sepenuhnya mengikuti pembelajaran dengan baik. Siswa terlihat kurang siap dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama. Namun ketika pembelajaran berlangsung, siswa merespon dengan baik terhadap pembelajaran menulis teks drama dengan
77
menggunakan teks drama sebagai model melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Siswa memberikan respon yang positif ketika peneliti menghadirkan teks drama sebagai model dalam pembelajaran. Kehadiran model tersebut sangat membantu siswa dalam menentukan ide penulisan teks drama. Ketika peneliti meminta mereka untuk membentuk sebuah kelompok kecil siswa juga merespon dengan baik. Mereka langsung berkumpul dengan kelompok yang sudah ditentukan. Kemudian mereka bekerjasama untuk mendiskusikan isi cerita yang terdapat di dalam teks drama tersebut. Secara keseluruhan, siswa cukup aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Mereka menunjukkan sikap antusias dan tenang dalam mengikuti rangkaian kegiatan pembelajaran. Situasi kelas ketika pembelajaran berlangsung cukup terkendali, walaupun suasananya sedikit ramai tapi masih fokus pada materi yang diajarkan. 4.1.2.2.3 Wawancara Pada siklus I ini, wawancara dilakukan pada tiga orang siswa yang memperoleh nilai tertinggi, cukup, dan nilai terendah dalam mengikuti tes menulis teks drama. Wawancara pada siklus I ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana sikap siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh peneliti.. Wawancara ini mengungkap tentang: 1) pendapat siswa mengenai pembelajaran yang berlangsung, 2) pendapat siswa mengenai teks drama yang digunakan sebagai model dalam pembelajaran, 3) perasaan siswa ketika diminta untuk menulis teks drama dengan menghadirkan teks drama sebagai model, 4) kesulitan
78
yang dialami siswa dalam kegiatan menulis teks drama, 5) usaha yang dilakukan siswa untuk mengatasi kesulitan dalam menulis teks drama, dan 6) manfaat yang diperoleh siswa etelah mengikuti pembelajaran tersebut. Respon baik dilontarkan oleh ketiga siswa yang mendapat nilai tertinggi, cukup, dan nilai terendah. Pada umumnya siswa menerima pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dengan baik. Penggunaan teks drama sebagai model dalam pembelajaran sangat membantu siswa dalam menulis teks drama, selain itu siswa juga dapat mengembangkan kreativitasnya. Kesulitan yang dialami oleh masing-masing siswa ketika diminta untuk menulis teks drama pada umumnya sama, yaitu kesulitan dalam menentukan alur cerita. Dan untuk mengatasi kesulitan tersebut, ketiga siswa tersebut mencermati kembali teks drama yang diberikan oleh peneliti. Pembelajaran menulis teks drama dengan menghadirkan teks drama sebagai model melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelanyang telah dilakukan oleh peneliti ternyata memberikan manfaat bagi siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh ketiga siswa yang diwawancarai. Mereka mengemukakan bahwa pembelajaran menulis teks drama yang telah dilakukan oleh peneliti dapat menambah pengetahuan siswa tentang teks drama. Selain itu, dengan menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran sangat membantu siswa dalam menulis sebuah teks drama. 4.1.2.2.4 Dokumentasi Foto Pada siklus I ini dokumentasi foto yang diambil meliputi kegiatan siswa ketika mengamati model pembelajaran yang berupa teks drama, kegiatan siswa ketika
79
berdiskusi dengan kelompoknya untuk menemukan unsur-unsur yang terdapat dalam teks drama tersebut, dan kegiatan siswa ketika sedang menulis teks drama. Berikut adalah deskripsi gambar pada saat pemebelajaran berlangung.
Gambar 1a menunjukkan respon siswa yang kurang antusias dengan model yang diperlihatkan oleh guru. Dalam gambar tersebut ada beberapa siswa yang terlihat masih asyik berbicara sendiri dengan teman satu kelompoknya. Ada juga siswa yang terlihat diam saja tidak mengamati model yang telah diberikan oleh guru. Akan tetapi masih ada bebrapa siswa yang membaca dan mengamati teks drama tersebut dengan sungguh-sungguh.
80
Gambar 2a menunjukkan kegiatan siswa ketika berdiskusi. Mereka diminta untuk mendiskusikan isi cerita yang terdapat dalam teks drama tersebut, kemudian mereka diminta untuk menentukan unsur-unsur yang terdapat dalam teks drama tersebut. Pada gambar tersebut siswa terlihat cukup aktif dalam kegiatan kelompoknya, meskipun masih ada siswa yang terlihat diam saja tidak membantu kelompoknya dalam berdiskusi. Pada gambar tersebut masih menunjukkan bahwa siswa belum begitu antusias dengan pembelajaran yang telah diberikan oleh guru.
Gambar 3a menunjukkan kegiatan siswa ketika menulis teks drama. Pada gambar tersebut, siswa terlihat cukup antusias dan serius dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru, yaitu menulis teks drama. Ada juga siswa yang bertanya kepada guru tentang hal yang belum mereka pahami. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mulai aktif. Ada juga siswa yang terlihat masih belum paham akan tetapi siswa tersebut lebih memilih untuk mempehatikan pekerjaan teman daripada bertanya langsung kepada guru. Dalam hal ini situasi yang tercipta dalam tindakan sklus I belum kondusif karena masih ada siswa yang mengganggu siswa lain.
81
4.1.3 Siklus II
Tindakan siklus II dilakukan karena hasil yang diperoleh pada siklus I belum memuaskan dan masih dalam kategori cukup. Selain itu, masih ada beberapa perilaku siswa yang kurang menyenangkan selama proses pembelajaran berlangsung. Tindakan siklus II ini dilakukan untuk mengatasi masalah yang dialami pada siklus I dan berupaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks drama sehingga mencapai hasil yang memuaskan. Pada siklus II ini, penilitian dilakukan dengan rencana dan persiapan yang lebih matang dibandingkan dengan siklus I. Dengan adanya perbaikan yang dilakukan dalam pembelajaran tanpa mengabaikan penggunaan teks drama sebagai model dan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, maka hasil penelitian yang berupa nilai tes menulis teks drama mengalami peningkatan dari kategori cukup menjadi baik. Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif serta lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Untuk hasil tes maupun nontes pada siklus II kali ini akan diuraikan sebagai berikut. 4.1.3.1 Hasil Data Tes Siklus II Hasil tes siklus II ini merupakan data kedua setelah diterapkan pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang disertai dengan upaya perubahan pemebelajaran. Kriteria penilaian dalam siklus II masih tetap sama dengan kriteria penilain pada siklus I yang meliputi lima aspek, yaitu aspek tema, apek setting, aspek alur aspek penokohan atau perwatakan, dan aspek bahasa. Hasil tes siklus II dapat dilihat pada tabel 15 berikut ini.
82
Tabel 21. Hasil Tes kemampuan Menulis Teks Drama
No. 1 2 3 4
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Skor 85-100 75-84 65-74 0-64
Frekuensi
Bobot Skor
Presentase (%)
0 3 13 24 40
0 228 890 1465 2583
0 7,5 32,5 60 100
Rata-rata 65 Kategori cukup
Data pada tabel di atas nenunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas VIII E dalam menulis teks drama untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 85-100 tidak ada atau sebesar 0%. Untuk kategori baik dengan rentang skor 75-84 berhasil dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 7,5%. Dan untuk kategori cukup dicapai oleh 13 siswa atau sebesar 32,5%. Sedangkan, untuk kategori kurang dicapai oleh 24 siswa atau sebesar 60%. Jadi nilai rata-rata kemampuan menulis teks drama siswa pada siklus II kali ini sebesar 65 atau masih termasuk dalam kategori cukup. Meskipun demikian, para siswa sudah dapat dikatakan bahwa sebagian siswa sudah dapat menulis teks drama dengan baik karena nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa sudah sesuai dengan batas ketuntasan yang telah ditentukan, yaitu 65. Nilai rata-rata tersebut berasal dari jumlah skor masing-masing aspek yang dinilai dalam menulis teks drama, yaitu aspek tema, aspek setting, aspek penokohan atau perwatakan, aspek bahasa, aspek teks yang berbentuk teks drama dan disajikan dalam satu babak serta kemungkinan dipentaskan. Hasil dari masing-masing aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.
83
4.1.3.1.1 Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Tema Pada aspek tema ini, penilaian lebih difokuskan pada pemilihan tema yang sesuai dengan isi cerita. Hasil tes menulis teks drama aspek tema dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini. Tabel 22. Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Tema No.
Kategori
1 2 3 4
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Skor 10 8 6 3
Frekuensi Bobot Skor 19 190 21 168 0 0 0 0 40 358
Presentase (%) 47,5 5,25 0 0 100
Rata-rata 9 Kategori Baik
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis teks drama aspek tema untuk kategori sangat baik berhasil dicapai oleh 19 siswa atau sebesar 47,5%. Untuk kategori baik berhasil dicapai oleh 21 siswa atau sebesar 5,25%. Untuk kategori cukup dan kategori kurang tidak ada atau sebesar 0%. Nilai rata-rata kemampuan menulis Teks drama siswa pada aspek tema sebesar 9 atau masuk pada kategori baik. 4.1.3.1.2 Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Setting Pada aspek setting, penilaian lebih difokuskan pada setting drama yang dapat menciptakan suasana yang lebih hidup. Hasil tes kemampuan menulis teks drama aspek setting dapat dilihat pada tabel 17 berikut ini. Tabel 23. Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Setting No.
Kategori
1 2 3
Sangat Baik Baik Cukup
Rentang Skor 10 8 6
Frekuensi Bobot Skor 11 110 29 232 0 0
Presentase (%) 27,5 72,5 0
Rata-rata 8,6 Kategori Baik
84
4
Kurang Jumlah
3
0 40
0 342
0 100
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis teks drama aspek setting untuk kategori sangat baik berhasil dicapai oleh 11 siswa atau sebesar 27,5%. Untuk kategori baik berhasil dicapai oleh 29 siswa atau sebesar 72,5%. Sedangkan Kategori cukup dan kategori kurang tidak ada atau sebesar 0%. Jadi nilai rata-rata kemampuan menulis teks drama aspek setting sebesar 8,6 atau termasuk dalam kategori baik. 4.1.3.1.3 Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Konflik Pada aspek alur ini, penilaian lebih difokuskan pada konflik yang tajam dan jelas. Hasil tes kemampuan menulis teks drama aspek alur dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini. Tabel 24. Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Konflik No.
Kategori
1 2 3 4
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Skor 25 19 12 6
Frekuensi Bobot Skor 0 0 19 361 21 252 0 0 40 613
Presentase (%) 0 47,5 52,5 0 100
Rata-rata 15,3 Kategori cukup
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis teks drama aspek alur untuk kategori sangat baik tidak ada atau sebesar 0%. Untuk kategori baik berhasil dicapai oleh 19 siswa atau sebesar 47,5%. Dan untuk kategori cukup berhasil dicapai oleh 21 siswa atau sebesar 52,5%. Sedangkan, untuk kategori kurang tidak ada atau sebesar 0%. Jadi nilai rata-rata kemampuan menulis teks drama aspek konflik sebesar 15,3 atau masuk pada kategori cukup.
85
4.1.3.1.4 Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Penokohan Pada aspek penokohan, penilaian lebih difokuskan pada karakter tokoh yang digambarkan sesuai dengan situasi yang diceritakan. Hasil tes kemampuan menulis teks drama aspek penokohan dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini. Tabel 25. Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Penokohan No. 1 2 3 4
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Skor 15 11 7 3
Frekuensi Bobot Skor 0 0 37 407 3 21 0 0 40 428
Presentase Rata-rata (%) 0 10,7 Kategori 92,5 baik 7,5 0 100
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis teks drama aspek penokohan untuk kategori sangat baik dan kategori kurang tidak ada atau sebesar 0%. Untuk kategori baik berhasil dicapai oleh 37 siswa atau sebesar 92,5%. Dan, untuk kategori cukup berhasil dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 7,5%. Jadi nilai rata-rata kemampuan teks drama aspek penokohan sebesar 10,7 atau termasuk dalam kategori baik. 4.1.3.1.5 Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Bahasa Pada aspek bahasa, penilaian lebih difokuskan pada penggunaan nahasa yang mudah dihayati dan komunikatif. Hasil tes kemampuan menulis teks drama aspek bahasa dapat dilihat pada tabel 19 berikut ini. Tabel 26. Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Bahasa No.
Kategori
1 2 3
Sangat Baik Baik Cukup
Rentang Skor 20 15 10
Frekuensi Bobot Skor 0 0 13 195 27 270
Presentase (%) 0 37,5 62,5
Rata-rata 11,6 Kategori Sangat
86
4
Kurang Jumlah
5
0 40
0 465
0 100
Baik
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis teks drama aspek bahasa untuk kategori sangat baik dan kategori kurang tidak ada siswa atau sebesar 0%. Kategori baik berhasil dicapai oleh 13 siswa atau sebesar 37,5%. Untuk kategori cukup berhasil dicapai oleh 27 siswa atau sebesar 62,5%. Jadi nilai rata-rata kemampuan menulis teks drama aspek bahasa sebesar 11,6 atau masuk pada kategori sangat baik. Tabel 27. Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Teks Berbentuk Teks Drama dan Disajikan dalam Satu Babak. No.
Kategori
1 2 3 4
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Skor 10 8 6 3
Frekuensi 2 3 17 18 40
Bobot Skor 20 24 102 54 200
Presentase (%) 5 7,5 42,5 45 100
Rata-rata 5 Kategori Cukup
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis teks drama aspek teks drama yang berbentuk teks drama dan disajikan dalam satu babak untuk kategori sangat baik berhasil dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 5%. dan kategori baik berhasil dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 7,5%. Untuk kategori cukup dicapai oleh 17 siswa atau sebesa 42,5%. Dan untuk kategori kurang dicapai oleh 18 siswa atau sebesar 45%. Jadi nilai rata-rata menulis teks drama aspek teks drama yang berbentuk teks drama dan disajikan dalam satu babak sebesar 5 atau masih dalam kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada beberapa siswa yang merasa kesulitan dalam menyajikan teks dalam bentuk
87
teks drama yang disajikan dalam satu babak. Meskipun demikian, sudah dapat dikatan bahwa sebagian siswa sudah dapat menulis teks dalam bentuk teks drama dan disajikan dalam satu babak dengan baik. Tabel 28. Hasil Tes Kemampuan Menulis Teks Drama Aspek Ada Untuk Kemungkinan Dipentaskan. No. Kategori 1 2 3 4
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah
Rentang Skor 10 8 6 3
Frekuensi Bobot skor 1 10 4 32 10 60 25 75 40 177
Presentase Ratarata 2,5 4,4 Kategori 10 Kurang 25 67,5 100
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis teks drama aspek ada kemungkinan dipentaskan untuk kategori sangat baik berhasil dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,5%. dan kategori baik berhasil dicapai oleh 4siswa atau sebesar 10%. Untuk kategori cukup dicapai oleh 10 siswa atau sebesa 25%. Dan untuk kategori kurang dicapai oleh 25 siswa atau sebesar 67,5%. Jadi nilai rata-rata menulis teks drama aspek ada kemungkinan dipentaskan masih dalam kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada sebagian siswa yang merasa kesulitan dalam menyajikan teks drama yang memungkinkan untuk dipentaskan. Meskipun demikian, ada beberapa siswa yang teks dramanya mempunyai kemungkinan untuk dipentaskan 4.1.3.2. Data Nontes
Hasil penelitian nontes pada siklus II ini sama dengan siklus I, data nontes tersebut berasal dari hasil observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Berikut adalah data yang diperoleh dari hasil nontes yang meliputi:
88
4.1.3.2.1 Observasi Pengambilan data melalui observasi ini bertujuan untuk mengetahui perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Pada siklus II ini, seluruh perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran dapat digambarkan melalui observasi. Selama proses pembelajaran berlangsung, hampir semua siswa mengikuti dengan baik, sehingga suasana kelas menjadi lebih kondusif. Berdasarkan data yang ada, diketahui bahwa siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model pemebelajaran melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Hal ini ditunjukkan dengan antusias mereka ketika mengikuti pembelajaran mulai dari apersepi sampai akhir pembelajaran. Proses pemebelajaran menulis teks drama pada siklus II kali ini lebih kondusif, sehingga hasil yang dicapai siswa lebih baik dari siklus I dan siswa terlihat lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Antusias siswa dapat diketahui melalui respon sebagian besar siswa yang sangat antusias dengan adanya model dalam proses pembelajaran menulis teks drama. Dan mereka juga kelihatan semangat ketika diminta untuk menulis teks drama. Hal ini disebabkan karena siswa baru memperoleh pengetahuan lebih banyak lagi mengenai teks drama. Respon yang diberikan siswa ketika dibagikan teks drama sebagai model dalam pembelajaran sangat baik. Karena dalam kegiatan belajar mengajar jarang
89
menampilakan model, sehingga kehadiran teks drama sebagai model dalam pembelajaran tersebut mendapat respon yang poitif. Respon yang ditunjukkan siswa pada saat mendiskusikan teks drama dengan teman satu kelompoknya juga baik. Mereka berdiskusi untuk menemukan unsurunsur yang terdapat di dalam teks drama tersebut. Pada siklus II hampir semua siswa terlibat secara aktif dengan kelompoknya. Antusia siswa dalam menulis teks drama juga lebih baik dibandingkan pada siklus I. Para siswa kelihatan lebih bersemangat dalam menulis teks drama. Iswa tampak tenang ketika menyelesaikan tugas menulis teks drama. Karena mereka merasa terbantu dengan model yang dihadirkan oleh peneliti. Situasi kelas juga terkendali sehingga sangat mendukung konsentrasi siswa dalam menulis teks drama. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa siswa lebih bersemangat dan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual komponen pmodelan. 4.1.3.2.2 Jurnal Jurnal yang digunakan dalam penelitian siklus II ini ada dua macam, yaitu jurnal siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut mengemukakan tentang perasaan siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. a. Jurnal Siswa Jurnal siswa merupakan jurnal yang harus diisi oleh siswa. Jurnal siswa ini diisi setelah proses pembelajaran selesai. Tujuan diadakan jurnal siswa ini adalah
90
untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung dan untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa. Pada
dasarnya
siswa
memberikan
tanggapan
yang
positif
terhadap
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Karena strategi pembelajaran yang digunakan peneliti sangat membantu dan mudah dipahami. Selain itu, penggunaan teks drama sebagai model dalam pembelajaran sanagat membantu siswa dalam menulis teks drama. Pernyataan mereka membuktikan bahwa mereka tertarik dan menyukai materi yang diajarkan oleh peneliti. Pada dasarnya siswa tidak mengalami kesulitan utnuk menulis teks drama setelah menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran menulis teks drama. Siswa dapat menggali unsur-unsur yang terdapat di dalam teks drama melalui model tersebut. Dari model tersebut dapat memberikan gambaran kepada siswa mengenai teks drama, sehingga lebih memudahkan siswa untuk menulis teks drama. b. Jurnal Guru Jurnal guru berisi tentang hal-hal yang dirasakan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran berlangsung, dapat digambarakan bahwa peneliti merasa puas terhadap pembelajaran pada waktu itu, karena siswa sepenuhnya mengikuti pembelajaran dengan baik. Siswa terlihat lebih siap untuk mengikuti pembelajaran menulis teks drama.
91
Siswa memberikan respon yang baik ketika peneliti mulai menghadirkan model berupa teks drama. Kehadiran teks drama sebagai model dalam pembelajaran sangat membantu siswa untuk menulis teks drama yang lebih baik lagi. Ketika peneliti meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil, siswa langsung merespon dengan baik. Mereka langsung berkelompok dengan kelompok yang sudah ditentukan. Kemudian mereka bekerjasama untuk menemukan unsur-unsur yang terdapat di dalam teks drama tersebut. Dan siutasi kelas pun telihat lebih kondusif, meskipun masih ada beberapa siswa yang hanya diam saja. Secara keseluruhan, siswa lebih aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar. Mereka lebih antusias dan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran menulis teks drama. Situasi kelas menjadi lebih terkendali, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. 4.1.3.2.3 Wawancara Pada siklus II kali ini, wawancara tetap dilakukan pada tiga orang siswa yang mendapat nilai paling tinggi, cukup, dan nilai paling rendah dalam menulis teks drama. Wawancara pada siklus II ini dilakukan utnuk mengetahui sejauh mana perubahan sikap siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh peneliti. Wawancara ini mengungkap tentang: 1) pendapat siswa mengenai pembelajaran yang telah berlangsung, 2) pendapat siswa mengenai penggunaan teks drama sebagai model dalam pembelajaran, 3) kesulitan yang dialami oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran menulis teks drama, 4) usaha yang dilakukan
92
oleh siswa untuk mengatasi kesulitan yang dialami, 5) manfaat yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran tersebut. Ketiga siswa yang memperoleh nilai tertinggi, cukup, dan nilai terendah memberikan respon yang baik terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Siswa pada umumnya menerima pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dengan baik. Penggunaan teks drama sebagai model dalam dalam pembelajaran dirasakan siswa sangat membantu siswa dalam menulis teks drama. Selain dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang baru tentang teks drama, juga dapat menumbuhkan kreativitas siswa dalam menulis teks drama. Ketika peneliti menanyakan kesulitan yang dialami ol eh masing-masing siswa, ketiga siswa tersebut memberikan jawaban yang sama. Ketiga siswa tersebut mengatakan bahwa mereka tidak mengalami kesulitan, ketika diminta untuk menulis teks drama. Pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang telah dilakukan oleh peneliti, ternyata dapat memberikan manfaat bagi siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh ketiga siswa tersebut. Mereka mengemukakan bahwa pembelajaran menulis teks drama yang telah dilakukan oleh peneliti membuat mereka lebih paham mengenai hal-hal yang berkaitan dengan teks drama dan memudahkan siswa untuk menulis teks drama. 4.1.3.2.4 Dokumentasi Foto Pada siklus II ini, dokumentasi foto yang diambil sama dengan foto yang diambil pada siklus I, yaitu meliputi kegiatan siswa ketika sedang mengamati
93
model pembelajaran yang berupa teks drama, kegiatan siswa ketika sedang berdiskusi dengan teman satu kelompoknya, dan kegiatan siswa ketika sedang menulis teks drama. Deskripsi gambar pada siklus II selengkapnya akan dipaparka sebagai berikut.
Gambar 1b menunjukkan kegiatan siswa ketika mengamati model yang diberikan oleh guru. Mereka terlihat lebih antusias, semangat, dan lebih serius dalam mengamati model yang telah diberika oleh guru. Mereka membaca teks drama tersebut dengan sungguh-sungguh. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran yang diberikan sudah baik. Mereka dapat mengikuti pembelajaran dengan antusias dan bersemangat.
94
Gambar 2b menunjukkan kegiatan siswa ketika berdiskusi dengan teman satu kelompoknya. Pada gambar tersebut siswa terlihat lebih aktif dalam kegiatan kelompoknya. Mereka terlihat lebih serius dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru. Kegiatan yang mereka lakukan sama dengan kegiatan yang dilakukan pada siklus I, yaitu mereka diminta untuk mendiskusikan unsur-unsur yang terdapat dalam isi teks drama yang telah diberikan oleh guru.
Gambar 3b menunjukkan kegiatan siswa ketika menulis teks drama. Pada gambar tersebut, siswa terlihat lebih serius dan tidak ada siswa yang terlihat berbicara sndiri dengan teman satu kelompoknya. Siswa terlihat lebih bersemangat dan serius dalam menulis teks drama. Situasi kelas pun terlihat lebih kindusif
sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan baik. Dari
gambar tersebut dapat diasumsikan bahwa siswa telah mengalami perubahan perilaku yang lebih baik.
95
4.2 Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil tes prasiklus, siklus I, dan siklus II. Pembahasan hasil tersebut meliputi hasil tes dan nontes. Pembahasan hasil tes penelitian mengacu pada pemerolehan skor yang dicapai siswa ketika diminta untuk menulis teks drama. Aspek-aspek yang dinilai dalam kemampuan menulis teks drama meliputi lima aspek, yaitu aspek tema, aspek setting, aspek alur, aspek penokohan atau perwatakan, dan aspek bahasa. Pembahasan hasil nontes berpedoman pada empat bentuk instrumen penelitian, yaitu lembar observasi, jurnal, pedoman wawancara, dan dokumentasi foto. Peneliti dalam mengawali proses pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan pada siklus I dan silkus II, dengan mengucapkan salam terlebih dahulu kepada siswa. Kemudian peneliti melakukan apersepsi dengan menanyakan keadaan siswa dan mengarahkan perhatian siswa agar siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh peneliti.Setelah itu peneliti meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai lima orang. Kemudian peneliti membagikan teks drama kepada semua siswa. Siswa mulai membaca dan mengamati teks drama tersebut, kemudian disusul dengan berdiskusi untuk menemukan unsur-unsur yang terdapat di dalam teks drama tersebut. Selanjutnya, peneliti meminta perwakilan dari satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya. Peneliti meminta siswa berdiskusi untuk menentukan tema yang akan dijadikan teks drama. Kemudian peneliti meminta siswa untuk menulis teks drama.
96
Berdasarkan hasil tes menulis teks drama tersebut, peneliti dapat mengetahui kemampuan menulis teks drama siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Ungaran pada siklus II. 4.2.1 Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Drama
Hasil tes menulis teks drama prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel 20 berikut ini. Tabel 29. Peningkatan Kemampuan Menulis teks Drama prasiklus, siklus I, dan siklus II No.
Aspek
Nilai Rata-Rata Kelas Peningkatan P SI SII P-SI % SI-SII % P-SII 1 I 7,7 8,2 9 0,5 6,5 0,8 9,8 13 2 II 7,6 8,4 8,6 0,8 10,5 0,2 2,4 1,0 3 III 10,8 11 15,3 0,2 1,9 4,3 39,1 4,5 4 IV 9,7 9,8 10,7 0,1 1,0 0,9 9,2 1,0 5 V 10,6 11 11,6 0,4 3,8 0,6 5,5 1,0 6 VI 4 4,4 5 0,4 10 0,6 13,6 1,0 7 VII 3,7 3,5 4,4 -0,2 -5,4 0,9 25,7 0,7 Jumlah 54,2 56,3 65 2,2 4,1 8,3 14,7 10,5 Keterangan: I= tema, II= setting, III= alur, IV= penokohan, V= bahasa, VI= teks bebentuk teks drama dan disajikan dalam satu babak Berdasarkan rekapitulasi data hasil tes kemampuan menulis teks drama dari prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dijelaskan bahwa kemampuan menulis teks drama siswa pada setiap aspek penilaian menulis teks drama mengalami peningkatan. Berikut adalah uraian tabel 20. Hasil prasiklus menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemampuan menulis teks drama sebesar 54,2. Dari rata-rata tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan menulis teks drama siswa masih tergolong kategori kurang atau rendah karena berada pada rentang nilai 0-64. Rata-rata tersebut berasal dari jumlah skor rata-
% 16,9 13,2 41,7 10,3 9,4 25 18,9 19,4
97
rata masing-masing aspek. Pada prasiklus, rata-rata untuk masing-masing aspek adalah sebagai berikut: 1) aspek tema sebesar 7,7; 2) aspek setting sebesar 7,6; 3) aspek konflik sebesar 10,8; 4) aspek penokohan sebesar 9,7; 5) aspek bahasa sebesar10,6; 6) aspek teks berbentuk teks drama dan disajikan dalam satu babak sebesar 4; dan 7) aspek kemungkinan dipentaskan sebesar 3,7 Kemampuan siswa dalam menulis teks drama yang masih tergolong rendah disebabkan oleh siswa belum mengenal bentuk teks drama dan pendekatan serta strategi yang digunakan guru kurang tepat. Pada saat pembelajaran menulis teks drama prasiklus guru belum menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran. Selain itu guru juga belum menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan sehingga membuat siswa kurang berminat terhadap pembelajaran menulis teks drama. Hasil tes menulis teks drama siklus I dengan rata-rata nilai klasikal 56,3 masih tergolong dalam kategori kurang, karena berada pada rentang nilai 0-64. Meskipun termasuk dalam kategori kurang, tetapi ada beberapa siswa yang sudah berhasil mencapai nilai rata-rata yang sesuai dengan batas ketuntasan yang sudah ditentukan,yaitu 65. Nilai rata-rata tersebut berasal dari skor rata-rata tiap aspek pada penilaian menulis teks drama. Pada aspek tema rata-rata skor yang dicapai siswa sebesar 8,2 sehingga tergolong dalam kategori baik dan mengalami peningkatan sebesar 0,5 atau sebesar 6,5% dari skor rata-rata prasiklus. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara umum siswa sudah mampu menentukan tema yang relevan dengan keperluan pementasan.
98
Pada aspek setting, rata-rata skor yang dicapai siswa sebesar 8,4 atau termasuk kategori cukup. Dalam hal ini siswa mengalami peningkatan sebesar 0,8 atau sebesar 10,5% dari skor rata-rata prasiklus. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian siswa sudah mampu
mendeskripsikan setting secara rinci, jelas dan
hidup. Untuk aspek konflik rata-rata skor yang dicapai oleh siswa sebesar 11 atau termasuk dalam kategori cukup dan mengalami peningkatan sebesar 0,2 atau sebesar 1,9% dari skor rata-rata prasiklus. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian siswa sudah mampu menciptakan konflik yang tajam dan jelas. Untuk aspek penokohan rata-rata skor yang dicapai oleh siswa sebesar 9,8 atau termasuk dalam kategori baik. Dalam hal ini siswa mengalami peningkatan sebesar 0,1 atau sebesar 1,0% dari skor rata-rata prasiklus. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah mampu menggambarkan karakter tokoh dengan jelas. Untuk aspek bahasa rata-rata skor yang dicapai oleh siswa sebesar 11 atau termasuk kategori cukup dan mengalami peningkatan sebesar 0,4 atau sebesar 3,8% dari skor rata-rata prasiklus. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian siswa sudah mampu dalam menggunakan bahasa yang dapat menggambarkan karakter tokoh yang berbeda. Untuk aspek teks berbentuk teks drama dan disajikan dalam satu babak ratarata skor yang dicapai oleh siswa sebesar 4,4 atau masih dalam kategori kurang dan mengalami peningkatan sebesar 0,4 atau sebesar 10% dari skor rata-rata
99
prasiklus. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian siswa belum mampu menghasilkan bentuk teks drama yang sesuai dengan kaidah penulisan teks drama. Untuk aspek ada kemungkinan untuk dipentaskan rata-rata skor yang dicapai oleh siswa sebesar 3,5 atau masih dalam kategori kurang dan mengalami penurunan sebesar -0,2 atau sebesar -5,4% dari skor rata-rata prasiklus. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian siswa belum mampu menghasilkan teks drama yang memiliki kemungkinan untuk dipentaskan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis teks drama siklus I mengalami peningkatan sebesar 2,2 atau 4,1% dari skor ratarata prasiklus. Hasil tes menulis teks drama siklus II berhasil mencapai nilai sebesar 65 atau masuk kategori cukup karena berada pada rentang nilai 65-74. Pencapaian skor tersebut berarti sudah memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Dengan demikian tindakan siklus III tidak perlu dilakukan. Hasil pemerolehan nilai dari masingmasing aspek pada siklus II dapat diuraikan sebagai berikut. Pada aspek tema rata-rata skor yang dicapai siswa sebesar 9 atau termasuk kategori baik dan mengalami peningkatan sebesar 0,8 atau sbebsar 9,8% dari skor rata-rata siklus I. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara umum siswa sudah mampu menentukan tema yang relevan dengan keperluan pementasan Pada aspek setting, rata-rata skor yang dicapai siswa sebesar 8,6 atau termasuk kategori baik dan mengalami peningkatan sebesar 0,2 atau sebesar 2,4% dari skor rata-rata siklus I. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara umum siswa sudah mampu mendeskripsikan setting secara rinci, jelas dan hidup.
100
Untuk aspek konflik rata-rata skor yang dicapai oleh siswa sebesar 15,3 atau termasuk dalam kategori baik. Dalam hal ini siswa mengalami peningkatan sebesar 4,3 atau sebesar 39,1% dari skor rata-rata siklus I. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara umum siswa sudah mampu dalam menetukan konflik yang tajam dan jelas. Untuk aspek penokohan rata-rata skor yang dicapai oleh siswa sebesar 10,7 atau termasuk dalam kategori baik. Dalam hal ini siswa mengalami peningkatan sebesar 0,9 atau sebesar 9,2% dari skor rata-rata siklus I. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah mampu menggambarkan karakter masingmasing tokoh yang berbeda. Untuk aspek bahasa rata-rata skor yang dicapai oleh siswa sebesar 11,6 atau termasuk dalam kategori baik. Dalam hal ini siswa mengalami peningkatan sebesar 0,6 atau sebesar 5,5% dari skor rata-rata siklus I. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah mampu dalam menggunakan bahasa yang dapat menggambarkan karakter tiap-tiap tokoh. Untuk aspek teks berbentuk teks drama dan disajikan dalam satu babak ratarata skor yang dicapai oleh siswa sebesar 5 atau masih dalam kategori cukup dan mengalami peningkatan sebesar 0,6 atau sebesar 13,6% dari skor rata-rata siklus I. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian siswa sudah mampu menghasilkan bentuk teks drama yang sesuai dengan kaidah penulisan teks drama. Untuk aspek ada kemungkinan untuk dipentaskan rata-rata skor yang dicapai oleh siswa sebesar 4,4 atau masih dalam kategori kurang dan mengalami peningkatan sebesar 0,9 atau sebesar 25,7% dari skor rata-rata siklus I. Hasil
101
tersebut menunjukkan bahwa masih ada beberapa siswa yang belum mampu menghasilkan teks drama yang memiliki kemungkinan untuk dipentaskan. Akan tetapi dalam hal ini sudah dapat dikatakan bahwa sebagian siswa sudah mampu menghasilkan teks drama yang sesuai dengan kaidah penulisan teks drama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis teks drama sudah mengalami peningkatan, peningkatan dari prasiklus ke siklus I sebesar 2,2 atau sebesar 4,1%, peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 8,3 atau sebesar 14,7%, dan peningkatan dari prasiklus ke siklus II sebesar 10,5 atau sebesar 19,4%. Peningkatan kemampuan siswa dalm menulis teks drama merupakan prestasi yang patut dibanggakan sebab sebelum dilakukan tindakan siklus I dan siklus II, kemampuan menulis teks drama siswa masih kurang. Namun setelah diterapkan pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Dengan adanya peningkatan nilai rata-rata tiap aspek pada siklus I membuktikan bahwa penggunaan teks drama sebagai model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat meningkatkan kemampuan menulis teks drama siswa kelas VIIIE SMP N 3 Ungaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan teks drama sebagai model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan terbukti mampu membantu siswa dalam
meningkatkan
kualitas,
kreativitas,
pembelajaran siswa dalam menulis teks drama.
produktivitas,
dan
efektivitas
102
Kehadiran teks drama sebagai model pembelajaran dan penggunaan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam pembelajaran menulis teks drama siswa kelas VIIIE SMP N 3 Ungaran terbukti mampu membantu kelancaran, efektivitas, dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran. Penggunaan teks drama dalam pembelajaran sangat membantu siswa untuk mengatasi kesulitan yang mereka alami dalam menentukan unsur-unsur teks drama. Penggunaan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam pembelajaran dapat memberikan kebebasan bagi siswa untuk mengeluarkan pendapat dan gagasannya dalam bentuk teks drama. Penggunaan model yang tepat dan pemilihan pendekatan yang tepat mampu meningkatkan minat belajar siswa dan pada akhirnya prestasi siswa juga turut meningkat. 4.2.2 Perubahan Perilaku
Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis teks drama ini diikuti pula dengan adanya perubahan perilaku siswa mulai dari prasiklus sampai siklus II. Secara umum siswa merasa senang mengikuti pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model pembelajaran melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Hasil ini dapat diketahui dari observasi, jurnal, dan wawancara. Kondisi siswa pada siklus I menunjukkan bahwa siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama. Selain itu, masih ada beberapa siswa yang belum mencapai hasil yang sudah ditentukan secara klasikal, yaitu 65. Kondisi kelas pun pada saat itu belum kondusif, hal itu disebabkan ada beberapa siswa yang masih asyik bercanda dan berbicara sendiri
103
dengan teman sebangku atau sekelompoknya ketika proses pembelajaran berlangsung. Terkait dengan model yang dihadirkan oleh peneliti, siswa menanggapi hal tersebut dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada jurnal siswa yang sebagian besar mengemukakan bahwa dengan menghadirkan model dalam pembelajaran menulis teks drama sangat membantu dan mempermudah siswa dalam menulis teks drama. Selain itu, siswa juga merasa termotivasi karena siswa dapat mengekspresikan kreativitas mereka melalui menulis teks drama. Respon siswa ketika diminta untuk mendiskusikan teks drama maupun menentukan tema untuk menulis teks drama cukup baik. Mereka bekerjasama untuk menentukan unsur-unsur yang terdapat dalam teks drama tersebut. Namun, masih ada beberapa siswa yang tidak aktif dalam kelompoknya. Mereka hanya diam saja atau asyik bercanda dan berbicara dengan teman sebangku atau satu kelompoknya. Kemudian dari hasil observasi maupun dokumentasi foto diketahui bahwa siswa sangat antusias ketika mengamati model yang telah diberikan oleh peneliti. Namun, ada juga siswa yang kurang antusias dengan model yang dihadirkan oleh peneliti. Hal ini disebabkan mereka merasa malas untuk membaca dan memahami model tersebut. Ada juga siswa yang hanya diam saja dan acuh terhadap model yang diperlihatkan. Hal ini disebabkan siswa kurang berminat dengan pembelajaran pada hari itu. Meskipun hasil tes kemampuan menulis teks drama pada siklus I belum termasuk pada kategori baik, setidaknya ada upaya yang dilakukan oleh siswa,
104
yaitu dengan memperbaiki kesulitan yang dialami. Adapun usaha yang dilakukan oleh siswa dengan cara mengamati dan mencoba untuk memahami teks drama yang telah diberikan oleh peneliti. Dengan cara seperti itu siswa berharap dapat memiliki gambaran yang lebih jelas mengenai teks drama, sehingga memudahkan siswa untuk menulis teks drama. Kondisi yang digambarkan pada siklus I ini merupakan permasalahan yang harus dipecahkan untuk upaya perbaikan pada siklus II. Rencana pembelajaran pada siklus II harus lebih matang daripada siklus I. Pola pembelajaran pada siklus II juga merupakan hasil pertimbangan pendapat dari siswa yang tercantum dalam jurnal dan wawancara. Secara umum siswa sudah merasa senang dengan adanya model dalam pemebelajaran menulis teks drama karena lebih memudahkan siswa untuk menulis teks drama, sehingga siswa merasa termotivasi dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Akan tetapi, ada beberapa siswa yang menginginkan agar pada siklus II teks drama yang digunakan sebagai model dalam pembelajaran menulis adalah teks drama yang utuh, sehingga lebih memudahkan siswa dalam memahami unsur-unsur yang terdapat di dalam drama tersebut. Karena dalam hal ini siswa masih merasa kesulitan dalam menentukan konflik yang tajam dan jelas dan penokohan yang dapat digambarkan secara jelas. Hasil dari penerapan siklus II ini ternyata membawa pengaruh yang positif dan cukup memuaskan. Suasana pada siklus II t erlihat lebih kondusif. Siswa merespon dengan baik pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran tersebut. Siswa sangat antusias dan lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh peneliti. Namun, ada
105
juga siswa yang merasa bosan dengan pembelajaran menulis teks drama akan tetapi pada akhirnya siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran menulis teks drama. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata kemampuan siswa dalam menulis teks drama mengalami peningkatan dan teks drama yang dihasilkan semakin baik. Kenyataan ini dibuktikan pada hasil tes menulis teks drama dari prasiklus, siklus I, sampai siklus II yang semakin meningkat, meskipun masih ada beberapa siswa yang belum mencapai batas ketuntasan yang ditentukan akan tetapi dalam hal ini siswa sudah dapat dikatakan telah berhasil menulis teks drama dengan baik. Terkait dengan penggunaan teks drama sebagai model dalam pembelajaran menulis teks drama, secara umum siswa merespon dengan baik. Sebagain besar siswa mengemukakan bahwa model yang digunakan dalam pembelajaran tersebut sangat membantu siswa dalam menulis teks drama. Dengan model tersebut siswa menjadi lebih paham mengenai unsur-unsur yang terdapat di dalam teks drama, sehingga memudahkan siswa untuk menuangkan ide atau gagasannya dalam bentuk teks drama. Selain itu, siswa juga merasa termotivasi utnuk menulis teks drama yang lebih baik. Respon yang ditunjukkan siswa pada saat mendiskusikan unsur-unsur yang terdapat di dalam teks drama tersebut sangat baik dibandingkan dengan kegiatan pada siklus I. Mereka kelihatan lebih serius dalam menghayati dan memahami teks drama tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi dan dokumentasi foto diketahui bahwa antusias siswa ketika sedang mengamati dan berdiskusi serta mengerjakan tugas menulis teks drama sangat baik. Mereka mengerjakan tugas
106
dengan serius dan tenang. Siswa juga terlihat lebih mudah dalam memahami teks drama sehingga siswa dapat menghasilkan teks drama yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mulai mampu untuk menulis teks drama. Berdasarkan analisis data dan situasi pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran mengalami perubahan. Perubahan perilaku ini mengarah pada perubahan perilaku yang baik. Siswa semakin aktif dan bersungguh-sungguh dalam belajar tanpa terbebani dan tidak ada tekanan karena mereka merasa senang dan dapat belajar dengan santai Suasana pun menjadi lebih terkendali dan kondusif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran menulis teks drama melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan sangat menarik, karena memudahkan siswa dalam menulis teks drama. Selain itu, siswa juga dapat pengetahuan yang lebih dalam lagi mengenai teks drama. Dan siswa pun merasa termotivasi untuk mengekspresikan kreativitasnya dalam menulis teks drama, sehingga siswa dapat menghasilkan teks drama yang lebih baik.
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil analisis penelitian dan pembahasan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1.
Kemampuan menulis teks drama siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Ungaran setelah mengikuti pembelajaran menulis teks drama dengan menggunakan teks drama sebagai model dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan mengalami peningkatan. Hasil data dari tes prasiklus menunjukkan skor rata-rata kelas sebesar 54,2 dan pada siklus I rata-rata kelas sebesar 56,3. Hal ini berarti menunjukkan ada peningkatan sebesar 4,1%. Pada siklus II menghasilkan skor rata-rata kelas sebesar 65. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 14,7%. Jadi peningkatan dari prasiklus sampai siklus II sebesar 19,4%.
2.
Perilaku siswa kelas VIII E SMP Negeri 3 Ungaran dalam mengikuti pembelajaran komponen
menulis
pemodelan
teks
drama
mengalami
melalui
pendekatan
perubahan.
kontekstual
Perubahan
perilaku
dibuktikan dari perilaku yang kurang menyenangkan berubah menjadi perilaku yang psositif. Pada siklus I siswa belum begitu cermat dalam menentukan tema yang relevan dengan keperluan pementasan, para siswa juga masih bingung dalam menentukan konflik yang tajam dan jelas, dan dalam menggambarkan tokoh yang jelas. Pada siklus II, siswa sudah menunjukkan adanya peningkatan terhadap pembelajaran menulis teks
107
108 drama, yaitu siswa semakin cermat dalam menentukan tema yang relevan dengan keperluan pementasan, siswa sudah dapat menentukan alur yang tajam dan jelas, dan sudah dapat menggambarkan tokoh yang sesuai dengan suasana yang diceritakan. Meskipun masih ada beberapa siswa yang merasa kesulitan dalam menentukan unsur-unsur teks drama tetapi hal itu dapat di atasi oleh siswa dengan mengamati dan memahami kembali teks drama yang diberikan oleh peneliti. Siswa juga semakin antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran menulis teks drama. Sebab siswa merasa senang dan termotivasi dengan adanya model yang diperlihatkan oleh peneliti dalam pembelajaran menulis teks drama melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan simpulan di atas, peneliti menyarankan agar: 1.
Guru bahasa Indonesia dalam pembelajaran menulis teks drama, menggunakan model berupa teks drama supaya dalam proses pembelajaran siswa lebih termotivasi dan antusias karena siswa secara langsung mengetahui bentuk teks drama sehingga siswa memiliki gambaran mengenai hal-hal yang terdapat di dalam teks drama. Selain itu, proses pembelajaran pun dapat berjalan dengan lancar karena siswa lebih aktif dan siswa merasa senang mengkuti pembelajaran tersebut.
2.
Guru bahasa Indonesia hendaknya menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan sebagai alternatif dalam pembelajarn menulis teks drama.
109 3.
Para siswa harus lebih sering berlatih dalam kegiatan belajar mengajar khususnya dalam pembelajaran menulis teks drama sehingga kemampuan menulis siswa dapat meningkat dan dapat menghasilkan teks drama yang lebih baik.
110 DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin dan Roekhan. 2003. Apresiasi Drama. Jakarta. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi. Jakarta Bagiyo, Thomas. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Drama Dengan Teknik modeling Pada Siswa SD Kelas IV D PL Belnardus Semarang. Skripsi. Unnes. Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta. Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 kompetensi dasar. Jakarta. Etin Sumiatin dan Widaningsih. 2005. Memahami Bahasa dan Sasatra Indonesia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS). Bandung: CV.armico. Hasanudin. 1996. Drama Karya Dalam Dua Dimensi Kajian Teori, Sejarah, dan Analisis. Bandung: Angkasa Jabrohim. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kusrini, Idda Ayu. 2005. Asah Terampil Bahasa Indonesia SMP Kelas 2. Brebes: Yudhistira Sayuti, Suminto A. 2002. Pengembangan Keterampilan Menulis. Makalah. Disajikan dalam Lokakarya Nasional. Membaca Menulis Bagi Guru SLTP Semarang, 3-14 Juli. Senduk dan Nurhadi. 2003. Pnedekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapana dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Tarigan, Henry Guntur. 1984. Menulis Suatu Keterampilan Deskriptif . Bandung: Angkasa. Utami, Titi. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Drama Jawa Dengan Media Kaset Pada Siswa SMP Negeri 3 Bawang Banjarnegara. Skripsi. Unnes Waluyo, Herman J. 2001. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia
110
111 RENCANA PEMBELAJARAN Siklus I
Nama Sekolah
: SMP Negeri 3 Umgaran
Kelas/Semester
: VIII/I
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis kreatif drama. Kompetensi Dasar
: Menulis teks drama.
Indikator
: Siswa mampu menulis teks drama dengan menggunakan bahasa yang sesuai untuk mengembangkan penokohan, menghidupkan konflik, dan mendeskripsikan latar yang mendukung.
Materi Pokok
:
Unsur-unsur teks drama
1) Tema 2) Setting 3) Alur 4) Penokohan 5) Bahasa
Langkah-langkah dalam menulis teks drama:
1) Merumuskan Tema 2) Mendeskripsikan tokoh 3) Membuat garis besar cerita 4) Mengembangkan garis besar isi cerita ke dalam dialog-dialog
112 Media Pembelajaran : Teks drama Skenario Pembelajaran No 1
Kegiatan Pembelajaran
Waktu
Metode
5’
Tanya jawab
Pendahuluan a. guru mengucapkan salam b. guru melakukan apersepsi c. guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran pada hari itu d. guru
menyampaikan
Ceramah
kompetensi yang akan dicapai oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran 2
Kegiatan Inti a. guru
menyampaikan
materi
tentang unsur-unsur drama
Tanya jawab
b. guru membagi siswa menjadi kelompok kecil yang masingmasing kelompok terdiri atas 4 atau 5 orang
30’
c. guru membagikan teks drama kepada
masing-masing
kelompok d. guru
meminta
mendiskusikan tersebut
isi
siswa drama
Berdiskusi
113 e. guru
meminta
salah
satu
kelompok menyampaikan hasil diskusinya
untuk
dibahas
menjelaskan
tentang
bersama f. guru
langkah-langkah menulis teks drama g. guru
meminta
tiap-tiap
kelompok
untuk
mendiskusikan tema yang akan ditulis
dalam
sebuah
teks
drama h. guru anggota
Penugasan menugasi
tiap-tiap
kelompok
untuk
menyusun teks drama sesuai dengan
tema
yang
sudah
didiskusikan secara individu. i. siswa
mengumpulkan
hasil
pekerjaan kepada guru. 3
Penutup a. guru bertanya, apakah siswa senang dengan pembelajaran pada hari itu b. guru bersama siswa membuat refleksi pembelajaran
5’
114 Penilaian 1. Penilaian proses dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung 2. Penilaian hasil kerja individu
Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Peneliti
Tuti Ida, S.Pd
Zulfah Muyassaroh
NIP 131567676
NIM 2101402024 Mengetahui Kepala SMP Negeri 3 Ungaran
115 RENCANA PEMBELAJARAN Siklus II
Nama Sekolah
: SMP Negeri 3 Ungaran
Kelas/semester
: VIII/1
Alokasi waktu
: 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : Mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis kreatif drama. Kompetensi Dasar
: Menulis teks drama.
Indikator
: Siswa mampu menulis teks drama dengan menggunakan bahasa yang sesuai untuk mengembangkan penokohan, menghidupkan konflik, dan mendeskripsikan latar yang mendukung.
Materi Pokok
:
Unsur-unsur teks drama
6) Tema 7) Setting 8) Alur 9) Penokohan 10) Bahasa
Langkah-langkah dalam menulis teks drama:
5) Merumuskan Tema 6) Mendeskripsikan tokoh 7) Membuat garis besar cerita 8) Mengembangkan garis besar isi cerita ke dalam dialog-dialog Media Pembelajaran : Teks drama
116 Skenario Pembelajaran No 1
Kegiatan Pembelajaran
Waktu
Metode
5’
Tanya jawab
Pendahuluan a. guru mengucapkan salam b. guru
menanyakan
keadaan
siswa c. guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran pada hari itu 2
Ceramah
Kegiatan Inti a. guru memberikan umpan balik terhadap pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I b. guru membagi siswa menjadi kelompok kecil yang masing-
Tanya jawab
masing kelompok terdiri atas 4 atau 5 orang c. guru membagikan teks drama kepada tiap-tiap kelompok d.
guru
meminta
mendiskusikan
30’
siswa
isi
drama
tersebut e.
guru
meminta
salah
satu
kelompok menyampaikan hasil diskusinya bersama
untuk
dibahas
Berdiskusi
117 f. guru menugasi tiap-tiap anggota kelompok
untuk
menyusun
teks drama dengan tema bebas secara individu. g. siswa mengumpulkan hasil pekerjaan kepada guru. 3
Penutup a. guru bertanya, apakah siswa senang dengan pembelajaran pada hari itu b. guru bersama siswa membuat
5’
Penugasan
refleksi pembelajaran pada hari itu Penilaian a. Penilaian proses dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung b. Penilaian hasil kerja individu
Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Peneliti
Tuti Ida, S.Pd NIP 131567676
Zulfah Muyassaroh NIM 2101402024 Mengetahui Kepala SMP Negeri 3 Ungaran
118 Hasil Analisis Tes Prasiklus No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 Jumlah
1 6 8 8 6 8 8 8 8 8 8 10 8 8 8 8 6 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 6 6 6 6 6 8 6 8 8 6 8 10 10 306 7,7
2 6 6 10 8 8 8 10 8 8 8 8 10 6 10 8 6 6 6 8 8 8 6 8 6 8 10 6 8 6 8 8 6 8 8 8 8 8 8 8 10 310 7,6
Aspek Penilaian 3 4 5 12 11 15 6 11 15 6 11 10 12 11 10 12 7 10 12 7 10 12 7 10 12 11 10 12 11 10 12 11 10 6 11 10 12 11 10 12 11 15 6 11 10 12 7 10 12 11 10 12 7 10 12 11 10 12 7 10 12 11 10 12 7 10 12 7 10 12 7 10 12 11 10 12 11 15 6 11 10 6 11 15 12 11 15 12 7 10 12 11 10 12 11 10 12 11 10 6 7 10 12 11 10 12 11 10 12 11 10 6 11 15 12 7 10 12 11 10 12 7 10 432 388 425 10,8 9,7 10,6
6 3 3 10 3 3 3 3 6 3 3 3 6 3 3 3 3 10 3 3 6 3 6 3 3 6 3 3 6 6 3 3 3 6 3 3 6 3 3 3 3 167 4
7 3 3 6 3 3 3 36 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 3 3 6 3 6 3 3 3 3 3 3 6 3 3 3 3 3 3 6 3 3 3 3 147 3,7
Jumlah Skor 56 52 61 53 51 51 53 61 55 55 51 60 58 51 51 51 59 53 51 61 51 55 51 53 60 51 52 51 53 53 58 51 51 53 55 61 52 51 57 55 2169 54,2
Katego ri Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang kurang Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang
Batas Ketuntasan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tuntas Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
119 Hasil Analisis Tes Siklus I No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 Jumlah
1 8 10 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 10 8 8 10 8 8 8 8 8 6 10 10 8 8 8 8 8 8 8 358 8,2
2 6 10 8 8 10 8 10 10 8 10 8 8 8 8 10 10 8 8 8 8 8 8 8 10 8 8 8 6 8 8 8 6 6 10 8 10 6 8 10 10 334 8,4
Aspek Penilaian 3 4 5 6 11 15 19 11 15 6 11 10 12 11 10 12 7 10 12 11 10 6 11 10 12 11 10 12 7 10 12 11 10 12 7 10 12 7 15 12 11 10 12 7 10 12 11 10 6 11 10 12 7 10 12 11 10 12 11 15 12 11 10 6 11 10 6 11 10 12 7 10 12 11 10 6 11 15 6 11 15 12 11 10 12 11 15 12 7 10 12 11 10 12 11 15 12 7 10 12 7 10 6 11 10 12 11 10 12 7 10 12 11 10 19 11 10 12 7 10 12 11 10 440 392 440 11 9,8 11
6 3 10 10 3 3 3 10 3 3 3 3 3 3 3 8 3 3 6 3 3 6 6 6 10 6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 8 3 6 3 176 4,4
7 3 8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 3 3 3 140 3,5
Jumlah Skor 52 83 56 55 53 55 61 57 55 53 55 56 51 63 53 51 58 51 60 58 52 51 51 60 66 60 55 58 51 55 58 51 51 51 53 55 61 62 56 57 2250 52,6
Kategori Kurang Sangat baik Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang kurang Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang
Batas Ketuntasan Tidak Tuntas Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tuntas Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak