PELAYANAN ANESTESI PADA OPERASI CITO No. Dokumen RUMAH SAKIT GRIYA HUSADA MADIUN
SPO
No. Revisi NO. REVISI
Halaman 1/4
Ditetapkan Direktur
Tanggal Terbit
ANASTESI dr.AHMAD THAMRIN, SP. JP KH. 00.00.01
PENGERTIAN
Pelayanan anestesi pada pasien gawat darurat tanpa penjadwalan sebelumnya. Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk : 1. Mempertahankan kondisi dan keselamatan pasien selama tindakan operasi atau tindakan lain yang menyebabkan pasien memerlukan
TUJUAN
anestesi umum, regional dan blok perifer. 2. Membantu menciptakan kondisi yang optimal untuk prosedur yang akan dijalani. 3. Mengurangi angka kasakitan dan angka kematian selama layanan anestesi. 4. Peningkatan kualitas layanan anestesi.
KEBIJAKAN A. MASA PRA ANESTESI / PEMBEDAHAN 1. Evaluasi pra anestesi / pra bedah dikerjakan sesegera sebelum tindakan anestesi / pembedahan 2. Terapi atau pemeriksaan yang diperlukan dapat dilaksanakan, PROSEDUR
hendaknya diberikan waktu yang cukup untuk evaluasi tersebut. Jika evaluasi dini tidak dapat dilakukan, penilaian dilakukan sebelum memulai anestesi dan pembedahan. 3. Evaluasi pra anestesi mencakup : a. Identifikasi pasien. b. Pemahaman prosedur bedah / medik yang
akan
dilaksanakan. c. Riwayat medis, pemeriksaan klinis rutin dari pasien dan PROSEDUR
pemeriksaan khusus yang sangat diperlukan oleh pasien. d. Konsultasi dengan dokter spesialis lain bila diperlukan. e. Memberikan penjelasan tentang tindakan anestesi dan memastikan informed consent. f. Pengaturan dan pemeriksaan lain yang diperlukan untuk mencapai kondisi pasien yang optimal misalnya terapi cairan, transfusi, terapi nafas dll. 4. Perawatan pra anestesi dimulai saat pasien dikonsulkan dan berakhir saat pasien dipindahkan ke meja operasi.
PELAYANAN ANESTESI PADA OPERASI CITO No. Dokumen RUMAH SAKIT GRIYA HUSADA MADIUN
No. Revisi NO. REVISI
Halaman 1/4
5. Dalam menerima pasien yang menjalani tindakan anestesi perawat anestesi wajib memeriksa kembali data dan persiapan anestesi diantaranya : a. Memeriksa identitas pasien dan keadaan umum pasien. b. Kelengkapan status / rekam medik pasien. c. Surat persetujuan operasi dari pasien / keluarga. d. Data laboratorium, rontgen, EKG dan lain-lain. e. Gigi palsu, lensa kontak, perhiasan, cat kuku, lipstik dan lain-lain. f. Menggantikan baju pasien. g. Mambantu pasien untuk mengosongkan kandung kemih. h. Mencatat timbang terima pasien. 6. Perawat anestesi juga bertugas memberikan pre medikasi berdasarkan instruksi dari dokter anestesi. B. MASA ANESTESI / PEMBEDAHAN 1. Tindakan anestesi harus dikerjakan dalam kerja sama tim. Seorang dokter spesialis anestesi harus didampingi perawat terlatih 2. Keamanan pasien selama anestesi dan pembedahan memerlukan fungsi monitor tanda vital yang terus menerus / berkala yang dicatat dengan baik pada rekam medik, minimal tiap 5 menit sekali. 3. Prosedur pembedahan dapat diubah jika kondisi pasien PROSEDUR
mengarah pada keadaan yang membahayakan jiwa. 4. Sarana pengaturan dosis obat anestesi dan obat darurat digunakan secara maksimal. 5. Perawatan anestesi dimulai sejak pasien berada diatas meja 6.
operasi sampai dengan pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar. Sebelum dilakukan tindakan anestesi dilakukan kembali
pemeriksaan nama pasien, data, diagnosa dan rencana operasi. 7. Mengenalkan pasien kepada dokter anestesi, dokter bedah, asisten dan perawat instrument. 8. Memasang alat pemantau antara lain tensimeter, ECG dan alat lainnya sesuai dengan kebutuhan. 9. Mengatur posisi pasien bersama-sama perawat bedah sesuai dengan posisi yang dibutuhkan untuk tindakan pembedahan. 10. Selama tindakan anestesi perawat anestesi wajib mencatat semua tindakan anestesi, berespon dan mendokumentasikan semua perubahan fungsi vital tubuh pasien selama anestesi / pembedahan.
Pemantauan
meliputi
system
pernapasan,
sirkulasi, suhu, keseimbangan cairan, perdarahan, produksi
PELAYANAN ANESTESI PADA OPERASI CITO No. Dokumen RUMAH SAKIT GRIYA HUSADA MADIUN
No. Revisi NO. REVISI
Halaman 1/4
urine dan lain-lain. 11. Perawat anestesi berespon dan melaporkan kepada dokter anestesi bila terdapat tanda tanda kegawatan fungsi vital tubuh pasien agar dapat dilakukan tindakan segera. 12. Dokter anestesi melaporkan kepada dokter operator jika terjadi perubahan fungsi vital tubuh pasien dan tindakan yang diberikan selama anestesi. 13. Perawat anestesi mengatur dosis obat anestesi atas pelimpahan wewenang dokter anestesi. 14. Jika terjadi kegawatan pada pasien, maka dokter anestesi bersama tim dapat menanggulangi keadaan gawat darurat. 15. Pada masa pengakhiran anestesi dilakukan pemantauan tandatanda vital secara intensif, menjaga jalan nafas supaya tetap bebas, menyiapkan alat – alat dan obat-obatan untuk mengakhiri anestesi atau ekstubasi. C. PENGKAJIAN PASCA ANESTESI / PEMBEDAHAN 1. Setelah pengakhiran anestesi, pasien dikirim ke kamar pulih
PROSEDUR
sadar untuk pemantauan fungsi vital tubuh oleh perawat terlatih. 2. Bila dianggap perlu pasien dapat langsung dikirim ke ruang rawat khusus (misalnya : ICU). 3. Memberikan bantuan oksigenasi, ventilasi dan sirkulasi tetap diberikan. 4. Pemberian analgesi dan sedative disesuaikan dengan kondisi pasien. 5. Keputusan untuk memeindahkan pasien dari kamar pulih sadar dibuat oleh dokter anestesi dengan penilaian score Aldrette dan Bromage.
UNIT TERKAIT
Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, ICU, Instalasi Radiologi, SMF Terkait.