SPESIFIKASI TEKNIS
PAKET PEKERJAAN LOKASI TAHUN ANGGARAN
: Pembangunan Perkerasan / Paving Area Pasar : Jl. HOS Cokro Aminoto Kecamatan Pare Kabupaten Kediri : 2014
PASAL 1 PENJELASAN GAMBAR DAN RKS 1.1
PENJELASAN GAMBAR a. Apabila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan gambar detail, maka yang harus diikuti adalah gambar detail. Dalam hal ini skala yang besar lebih mengikat dari pada skala yang kecil. b. Apabila ukuran-ukuran skala gambar dan ukuran yang tertulis dalam gambar berbeda, maka ukuran yang tertulis dalam gambar yang berlaku. c. Bila penyedia meragukan tentang perbedaan antara gambar yang ada, baik konstruksi maupun ukurannya, maka penyedia berkewajiban untuk menanyakan kepada konsultan Pengawas secara tertulis. d. Dalam hal terjadi perbedaan gambar detail/ gambar rencana dengan keadaan di lapangan, penyedia dapat mengajukan gambar kerja (shop (shop drawing ) yang sesuai dengan kondisi di lapangan dan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan setelah mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Di dalam semua hal bila terjadi pengambilan ukuran yang salah adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab penyedia. e. Apabila dalam gambar disebutkan lingkup pekerjaan atau ukuran, sedang dalam RKS dan BQ tidak disebutkan, maka gambar yang harus dilaksanakan.
1.2
PENJELASAN RKS a. Pada RKS tentang Syarat-syarat Teknis, termuat lingkup pekerjaan, spesifikasi bahan yang digunakan dan syarat-syarat pelaksanaan. b. Apabila dalam gambar tidak tercantum lingkup pekerjaan, pekerjaan, ukuran dan jumlahnya, sedangkan dalam RKS pada lingkup pekerjaan tercantum, maka penyedia terikat untuk melaksanakannya.
1.3
BERITA ACARA RAPAT PENJELASAN PEKERJAAN / AANWIJZING a. Berita Acara Rapat Penjelasan Penjelasan Pekerjaan Pekerjaan (Aanwijzing) merupakan catatan perubahan/ penambahan/ pengurangan/ penetapan dari gambar kerja dan RKS. b. Apabila pada Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan Pekerjaan tidak ada perubahan/ penambahan/ pengurangan/ penetapan tentang RKS dan gambar pelaksanaan, sedang pada RKS atau gambar menimbulkan keragu-raguan, maka penyedia pada saat Rapat Penjelasan Pekerjaan wajib menanyakan kebenarannya. Sehingga dapat ditetapkan dalam Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan. PASAL 2 LINGKUP PEKERJAAN
2.1 Lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Penyedia adalah sebagai berikut: a) Akses jalan masuk lokasi pasar, jalan masuk Resi Gudang, jalan masuk menuju TPA berupa jalan paving block dan pekerjaan terkait lainnya. Pembangunan Perkerasan / Paving Area Pasar
Halaman - 1
b) Pekerjaan Box Cluvert, dan pekerjaan terkait lainnya seperti yang ditunjuk dalam gambar. c) Penutup saluran keliling LOS Pasar atau seperti yang ditunjuk dalam gambar. d) Pekerjaan terkait lainnya yang tercantum dalam BQ dan gambar perencanaan.
PASAL 3 PEKERJAAN PERSIAPAN 3.1.
LINGKUP PEKERJAAN a. Mengadakan pengamanan lokasi kegiatan dari segala gangguan. b. Mengadakan komunikasi dengan instansi dan pihak-pihak terkait. c. Mengadakan atau membangun Direksi Keet, gudang dan barak kerja. d. Mengadakan persiapan tempat penimbunan dan penyiapan bahan. e. Mengadakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin / alat bantu pekerja untuk menjamin kelancaran pekerjaan. f. Menyediakan kotak PPPK dan perlengkapannya. g. Menyiapkan jalan masuk ke lokasi kegiatan. h. Papan nama proyek.
3.2.
PEMBUATAN PAGAR PENGAMAN a. Pagar pengaman terbuat dari bahan seng gelombang. b. Pagar pengaman dipasang menutup lokasi pekerjaan dan memberikan ruang gerak yang cukup bagi pelaksanaan pekerjaan dan kegiatan rutin. c. Pagar pengaman harus terpasang kuat dan rapi sampai pekerjaan selesai.
3.3.
KOORDINASI DAN ADMINISTRASI a. Sebelum pekerjaan dimulai, penyedia harus melakukan ijin dan berkoodinasi dengan pihak pengguna jasa, konsultan pengawas dan pihak-pihak terkait. b. Penyedia wajib membuat foto/dokumentasi 0%, minimal dari 4 sisi sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai. c. Penyedia wajib memasang papan nama proyek, dengan ukuran ditentukan kemudian. d. Penyedia tidak diperkenankan menempatkan papan reklame dalam bentuk apapun dilingkungan kegiatan.
PASAL 4 DIREKSI KEET DAN BANGSAL KERJA 4.1.
LINGKUP PEKERJAAN a. Penyedia harus membuat direksi keet dengan luasan mampu untuk menampung rapat minimal 8 orang, berjendela cukup terang dan berventilasi baik. b. Penyedia diwajibkan membuat gudang yang tertutup yang dapat dikunci dengan aman dan terlindung terhadap hujan dan panas, untuk menempatkan material seperti PC dan alat-alat penting lainnya. c. Penyedia juga harus membuat bangsal terbuka untuk pekerja supaya terhindar dari hujan dan panas.
4.2.
BAHAN DIREKSI KEET a. Bahan dinding dan pintu dari tripleks b. Rangka bangunan dari kayu. c. Lantai dari rabat beton.
Pembangunan Perkerasan / Paving Area Pasar
Halaman - 2
d. e. f.
Jendela naco. Penutup atap seng gelombang BJLS 30 atau Asbes Gelombang. Daun pintu dilengkapi dengan pengunci.
4.3.
PERLENGKAPAN DIREKSI KEET a. 4 (empat) buah meja ukuran 80 X 100 cm dilengkapi dengan laci yang bisa dikunci. b. 1 (satu) buah kursi untuk setiap meja tulis. c. Satu set meja kursi untuk rapat koordinasi lapangan minimal 10 orang d. Satu papan tulis white board ukuran 90 X 190 cm lengkap dengan alat tulis dan penghapusnya. e. Sebuah almari arsip yang bisa dikunci. f. Computer dan printer untuk alat gambar. g. Alat komunikasi.
4.4.
SYARAT PELAKSANAAN a. Direksi Keet didirikan pada tempat yang mudah dijangkau, diusahakan dekat dengan pintu masuk. b. Penempatan direksi keet harus mendapat persetujuan direksi. c. Segala biaya pembuatan Direksi Keet, Gudang dan Bangsal Kerja menjadi tanggung jawab dan beban penyedia.
PASAL 5 RENCANA KERJA DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1.
RENCANA KERJA a. Rencana kerja dibuat oleh penyedia berupa bar chart dan curve S, yang memuat prestasi dan rencana kerja dalam persen. b. Rencana kerja (Time schedule ) harus mendapat persetujuan dari pihak konsultan pengawas, serta penyedia wajib menggadakannya sebayak 4 (empat) lembar copy yang masing-masing diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen, Team Teknis, Konsultan Pengawas dan ditempelkan di bangsal kerja. c. Selanjutnya penyedia harus mengikuti Rencana kerja tersebut yang menjadi dasar bagi Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan Pengawas untuk menilai prestasi pekerjaan dan segala sesuatu persoalan yang berhubungan dengan kelambatan pekerjaan. d. Penyedia diharuskan membuat Rencana Kerja mingguan pada setiap tahap pengerjaan, paling tidak tiga hari sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan tersebut.
5.2.
HAK BEKERJA DI LAPANGAN Lapangan pekerjaan akan diserahkan kepada penyedia selama waktu pelaksanaan pekerjaan. Segala sesuatu kerusakan yang ditimbulkan akibat pelaksanaan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab penyedia.
5.3.
PEMBAGIAN HALAMAN UNTUK BEKERJA DAN JALAN MASUK a. Apabila penyedia akan mendirikan bangunan sementara (Direksi Keet dan Gudang) maupun tempat penimbunan bahan, maka penyedia harus mengkonsultasikan terlebih dahulu kepada konsultan pengawas tentang penggunaan halaman tersebut. b. Semua biaya untuk prasarana, fasilitas pekerjaan, serta akomodasi menjadi tanggungan penyedia. c. Apabila terjadi kerusakan pada jalan komplek, saluran air atau bangunan lainnya yang disebabkan adanya pelaksanaan pembangunan ini penyedia berkewajiban untuk memperbaiki kembali, selambat-lambatnya dalam masa pemeliharaan.
Pembangunan Perkerasan / Paving Area Pasar
Halaman - 3
d.
Dilokasi kegiatan penyedia diharuskan menyiapkan alat-alat pengaman terhadap kebakaran dan keamanan kerja lainnya. PASAL 6 PENJAGAAN
6.1
6.2 6.3
6.4
Penyedia harus melakukan pengamanan barang-barang diseluruh halaman bangunan pekerjaan baik selama maupun pada waktu tidak dilakukan pekerjaan. Hal ini berlaku pula pada barang-barang pihak ketiga dan pihak Konsultan Pengawas. Untuk maksud ini apabila diperlukan maka disekeliling pekerjaan pada tempattempat tertentu di buatkan Pos Penjagaan. Barang-barang dan bahan-bahan bangunan yang hilang, baik yang belum maupun yang sudah dipasang, tetap menjadi tanggung jawab penyedia dan tidak diperkenankan untuk diperhitungkan dalam biaya tambahan. Penyedia diharuskan melaporkan personil yang tinggal di lokasi kegiatan kapada petugas keamanan setempat.
PASAL 7 PEKERJAAN PENGUKURAN DAN BOUWPLANK 7.1.
PENGUKURAN a. Penyedia harus menyediakan tenaga yang ahli dalam cara-cara pengukuran dengan alat-alat theodolith, waterpass dan peralatan lain yang diperlukan. b. Pengawas Lapangan dan Penyedia akan menetapkan tempat/posisi patok penandaan permanen (bench mark) sebagai referensi pengukuran bangunan, dan dituangkan dalam Berita Acara penentuan titik 0 (nol) lantai bangunan maupun jalan. c. Untuk pekerjaan jalan pemasangan patok pengukuran untuk profil memanjang dipasang pada setiap jarak 25 meter. d. Pergeseran patok hanya dapat dilakukan atas persetujuan Pengawas Lapangan dan tetap merujuk pada level patok awal. e. Berdasarkan patok tersebut Penyedia menentukan level bangunan pada setiap pekerjaan sesuai dengan gambar perencanaan.
7.2.
PEMASANGAN BOUWPLANK a. Ketetapan letak bangunan harus mengacu pada gambar perencanaan dan harus mendapat persetujuan dari konsultan pengawas b. Penempatan bouwplank minimal berjarak 1 m dari as kolom/dinding dan tidak mengganggu pada saat pekerjaan galian tanah pondasi dilaksanakan. c. Bahan yang digunakan untuk bouwplank adalah papan meranti 2/20 cm, usuk 5/7 cm untuk tiang bouwplank, paku dan cat/meni untuk tanda perletakan asas bangunan/kolom utama seperti yang ditunjuk pada gambar. d. Pemasangan bouwplank harus kuat dengan menggunakan papan meranti 2/20 cm yang diserut halus, rata dan lurus pada permukaan atasnya, sedangkan tiang bouwplank menggunakan kayu meranti 5/7 cm yang dipancang kuat dan kokoh kedalam tanah. e. Semua titik-titk as bangunan harus diberi tanda dengan cat dan tampak jelas, serta tidak mudah berubah posisinya. f. Bouwplank merupakan pedoman letak tinggi lantai bangunan terhadap muka tanah yang merupakan ± 0.00 meter bangunan. g. Hasil pengukuran posisi bangunan tersebut harus dibuatkan Berita Acara Pengukuran (Uitzeet) yang disetujui oleh Direksi.
Pembangunan Perkerasan / Paving Area Pasar
Halaman - 4
PASAL 8 PEKERJAAN GALIAN, URUGAN DAN LPA 8.1.
UMUM Semua pekerjaan penggalian tanah harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas Lapangan terutama tentang ukuran galian. Bahan-bahan galian yang akan dipakai untuk penimbunan harus diperiksa terlebih dahulu oleh Pengawas Lapangan.
8.2.
LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan galian yang dimaksud pada pekerjaan ini adalah galian tanah pondasi jalan, pondasi batu kali, urugan tanah kembali dan pekerjaan terkait lainnya
8.3.
BAHAN/MATERIAL a. Semua urugan yang akan dipergunakan berupa tanah dan atau pasir urug. b. Sebelum dipergunakan harus mendapat persetujuan Direksi. c. Bahan urugan berupa tanah urug harus bersih dari kotoran, humus dan bahan organic yang dapat mengakibatkan penyusutan atau perubahan kepadatan urugan itu sendiri. d. Tanah bekas galian dapat dipergunakan sebagai urugan asalkan mendapat ijin dari pengawas lapangan. e. Pasir urug harus berbutir halus (0.5-2) mm, bergradsi tidak seragam (heterogen), warna hitam/merah kecoklatan. f. Urugan peninggian pile menggunakan bahan sirtu.
8.4.
SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN 8.4.1 Pekerjaan Galian Jalan a. Pekerjaan galian adalah pekerjaan pemotongan tanah dengan tujuan untuk memperoleh bentuk serta elevasi permukaan sesuai dengan gambar yang telah direncanakan. b. Lokasi yang akan dipotong (cutting) haruslah terlebih dahulu dilakukan pekerjaan clearing dan grubbing yang bertujuan untuk membersihkan lokasi dari akar-akar pohon dan batu-batuan. c. Untuk mengetahui elevasi jalan rencana, surveyor harus melakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur (theodolit). Apabila elevasi tanah tidak sesuai maka tanah dipotong kembali dengan menggunakan alat berat (motor grader), sampai elevasi yang diinginkan. d. Memadatkan tanah yang telah dipotong dengan menggunakan Vibrator Roller. e. Melakukan pengujian kepadatan tanah dengan tes kepadatan (ujiDensity Sand Cone test) di lapangan. Pekerjaan galian dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian : Galian Biasa Commond Excavation) Dalam pekerjaan ini dilakukan penggalian untuk menghilangkan atau membuang material yang tidak dapat dipakai sebagai struktur jalan, yang dilakukan menggunakan excavator untuk memotong bagian ruas jalan sesuai dengan gambar rencana, sedangkan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan dump truck. Galian Batuan / Padas Pekerjaan galian batu (padas) mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 meter kubik atau lebih. Pada pekerjaan galian batu ini biasa dilakukan dengan menggunakan alat bertekanan udara (pemboran) dan peledekan. Galian Struktur Pada pekerjaan galian struktur ini mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam
Pembangunan Perkerasan / Paving Area Pasar
Halaman - 5
gambar untuk st uktur. P kerjaan galian i i hanya terbatas untuk galian lantai pon asi jem atan 8.4.2 Peker aan Ti bunan Perlu iingat sebelum pekerjaan galian maupu timbu an harus didah lui denga pekerj an cle ring da grubbing, ma sudnya adalah agar lo asi yang akan dila erjakan tidak mengandung bahan organik dan b nda-be da yang engganggu proses pe adatan. Timbun n dilak anakan lapis d mi lapis d ngan k tebalan tertentu dan dila ukan proses pe adatan. Proses penimb nan da at diklasifikasika menja i 2, yait : a. Ti bunan iasa Pa a timb nan biasa ini aterial atau ta ah yang biasa diguna an berasal dari hasil galian badan jalan ang telah meme uhi sya at b. Ti bunan ilihan Pa a pekerjaan tim unan ini tanah y ng digunakan b rasal dari luar y ng bia a diseb t borro pitt. Ta ah ini digunakan apabila nilai CB tanah ari timbunan k rang dari 6%. Proses pe adata t nah di aksudk n untu mema atkan t nah dasar sebelum melakuka proses pengh mparan material untuk memenuhi kepadatan 5%, de gan menggunak an alat erat se erti Vibr ator Rolller, Du p Truc , Motor Grader. Adapu langka kerja dari proses pema atan tanah, adal h seba ai berik t : uary menuju lokasi de gan m ngguna an Me gangku materi l dari Du p Truc . Me umpah an mat rial pada lokasi tempat dimana akan dilaksana an pek erjaan penimbunan. aterial menggunakan otor Gr der sa pai ketebalan y ng Me atakan dir ncanakan. Seb gai pa duan perator Grader dan vibro m ka dip sang p tok tia jarak 25 m yang dit ndai sesuai de gan tinggi ha paran. oller y ng dim lai Me adatka tanah denga menggu akan Vibrator sepanjang epi dan bergerak sediki demi sedikit k arah s mbu jalan dal keadaan m manjan , seda gkan ada ti ungan (alinye en horizontal) arus di ulai pa a bagian yang endah an berg rak sedikit de i sediki ke arah yang ti ggi, pe adatan tersebut dipadat an den an 6 asing ( 2 x lint san) hi gga di apatkan tebal p dat 20 cm hin ga did pat ele asi top ubgrade yang sesuai den an rencana. 8.4.3 Peng jian Kepadata Tanah Peng jian Sa d Con Pengujian ini ertujua untuk menget hui nilai kepad tan da kadar air dilapa gan. J ga bisa seba ai perbanding n pek rjaan ang a an dilaksanakan dilapanga denga perenc naan pekerjaan.
Gamb r Titik engam ilan Sa pel
8.4.4 Lapis n Pondasi Agr gat Kelas A BAHA : a) Sumber ahan B han la is pon asi agr gat harus dipilih dari disetujui. Pem angunan Pe kerasan / P ving Area P sar
umber yang telah
Halaman - 6
b)
c)
d)
F aksi agregat k sar m haru terdiri ari o Agreg t kasar ang tertahan pa a ayakan 4,75 partikel atau p cahan b tu atau kerikil y ng keras dan a et. aka un uk o Bilamana digunakan un uk lapis pondasi agregat kelas A agregat kasar yang berasal dari kerikil, tidak urang ari 100 % berat gregat asar ini harus mempuny i paling sedikit atu bid ng pecah. F aksi agregat halus o Agreg t halus ang lol s ayaka 4,75 m harus terdiri ari partikel pasir alami ata batu p cah hal s dan p rtikel halus lainnya. Fraksi agregat yang lol s ayaka No.20 tidak b leh lebi besar /3 o dari fr ksi agre at lolos ayakan No.40. Sifat-sifat baha yang dipersyaratkan Seluru lapis pondasi agregat arus bebas dari bahan rganik an o gumpalan lem ung ata bahan-bahan lain yang idak dik hendaki. Grada i harus memenuhi ket ntuan menggunakan engaya an o secara basah) alam Tabel beri ut Gra asi lapis ondasi gregat
Sifa -sifat lap s pondas agregat
e)
P ncam uran b han un uk lapis ponda si agre P ncamp ran ba an unt k memenuhi k tentuan h rus di erjakan di lok si crus ing pl nt atau disetujui, dengan menggunakan cara me anis ya u tuk m mperoleh campuran dengan p oporsi dibenarka melak kan pencampuran di lapangan.
PENG AMPA AN DAN PEM DATAN : a) P nyiapan Peng amparan o Lokasi yang elah di ediakan untuk pekerja agregat, harus disiapk an dan menda atkan dahulu dari pe gawas l pangan. b) P ngha paran Setiap lapis h rus dih mpar pada suatu oper o yang erata a ar men hasilka tebal p adat ya tolera si yang disyarat an. Bila ana ak an diha Pem angunan Pe kerasan / P ving Area P sar
at yang disyarat an penca pur y ng g telah dikalibrasi ang b nar. Ti ak
n lapis n pon asi ersetujuan terlebih
si dengan taka an g diperl kan dalam par lebih dari s tu Halaman - 7
c)
d)
lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya. Lapis pondasi agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah o satu metode yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik. Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus 2 kali o ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm. Pemadatan o Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D. o Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum (modified) yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D. o Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang ber ”superelevasi”, penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata. Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak o terjangkau mesin gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui. Pengujian o Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan untuk persetujuan awal harus mencakup seluruh jenis pengujian yang disyaratkan minimum 3 contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan. Setelah persetujuan mutu bahan lapis pondasi agregat yang o diusulkan, seluruh jenis pengujian bahan akan diulangi lagi, bila terdapat perubahan mutu bahan atau metode produksinya. Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus o dilaksanakan untuk mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan. Pengujian lebih lanjut harus dilakukan untuk setiap 1.000 m3 bahan yang diproduksi paling sedikit harus meliputi tidak kurang dari 5 pengujian indeks plastisitas, 5 pengujian gradasi partikel, dan 1 penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI 03-1743-1989, metode D. Pengujian CBR harus dilakukan dari waktu ke waktu sesuai kebutuhan. Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin o diperiksa, menggunakan SNI 03-2827-1992. Pengujian harus dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan, tetapi tidak boleh berselang lebih dari 200 m.
Pembangunan Perkerasan / Paving Area Pasar
Halaman - 8
o
o
o
o
Pada ermuka n semu lapis pondasi agregat tidak bol h terda at ketida -rataan yang d pat me ampun air da semua pungg ng (camb r) per ukaan itu haru sesuai denga yang itunjuk an dalam Gambar. Tebal otal minimum la is pond si agre at kelas A dan k las B ti ak boleh urang 1 cm dari tebal ya g disyaratkan. Pada permuka n lapis ondasi gregat k elas A y ng disiapkan un uk lapisan resap engikat atau pel buran ermuka n, bila ana se ua bahan yang te lepas h rus dibuang dengan sikat yang k eras, m ka penyi pangan maksimum pad kerata n permukaan yang diu ur denga mista lurus sepanja g 3 , diletakkan s jajar a au melint ng sum u jalan, maksim m 1 cm. Untuk bahu jalan tanp labura aspal, ermukaan akhir yang telah dipadatkan tid k boleh berbeda lebih d ri 1,5 c di ba ah ata di atas elevasi r ncanga , pada setiap titik. Per ukaan akhir b hu jalan, idak boleh lebih tinggi aupun lebih rendah 1 c terha ap tepi j lur lalu lintas y ng bersebelahan. Lere g meli tang ti ak boleh ervariasi lebih d ri 1 % ari lereng melint ng rancangan.
TOLE ANSI ENGUJ AN : a) E evasi Permukaan Elevasi permukaa lapis akhir har s sesuai denga Gambar Rencana, d ngan toleransi :
b)
K etebalan Lapis Fondas Agreg t T bal tot l minim m Lapis Pondasi Agregat Kelas b leh kur ng dari ebal ya g disyar tkan.
Pem angunan Pe kerasan / P ving Area P sar
dan K las B ti ak
Halaman - 9
c)
K erataan Lapis ondasi Agrega T leransi kerataa Lapis Pondasi Agregat kelas A adal h sebagai b rikut.
8.4.5 Peker aan Galian Po dasi B tu Kali a. Pe yedia h rus menyediaka n peral tan dan tenaga yang c kup un uk pe erjaan yang dim ksud. b. Ke alaman galian pondasi inimal esuai d ngan g mbar r ncana an ata u telah mencapai tan h keras deng n persetujuan penga as lap ngan. c. Pa a galia tanah yang m dah lo gsor, p nyedia harus engada an tin akan p ncegah n deng n mem sang p nahan tau car lain y ng dis tujui ol h pengawas lap ngan. d. Sel ma pelaksanaa penggalian, harus dibersihkan juga ekas ak ar, kayu, bekas longs ran at u benda-benda yang apat menggan gu ko truksi p ndasi. e. Dalam mel ksanak n peker aan pe ggalian pemas ngan pondasi an pe erjaan l in didalam galian harus terhind r dari genangan air. Un uk itu penyedi harus menyedi akan po pa air dengan jumlah ang cu up untuk men njang k lancara pekerjaan. f. Ba an-bahan sisa galian yang tidak ipergun kan ti ak boleh dit mpatka berser kan, si a galian terseb t harus segera ikeluar an dari pekerj an paling lamba 2 x 24 jam dan dibuan pada t mpat y ng dis tujui Pengawas Lapangan. 8.4.6 Peker aan Ur gan P ndasi Batu Kal a. Pel ksanaa pengu ugan h rus dila sanaka denga cara berlapis an teb l setiap lapis maksimal 20 cm serta dipad tkan dengan stamper. b. Ta ah/sirtu yang diurugkan haru dala keadaan terurai, bu an me upakan bongkahan-bongkahan tanah aga mudah dipadat an. c. Ba an bon karan idak dii inkan ntuk di erguna an seb gai ba an urugan. d. Ta ah bekas galian dapat dipergun kan sebagai urugan asal menda at persetujuan dari Dir ksi. e. Dalam pela sanaan pengurugan terutama pasir diba ah lant i, penyedia harus me perhati an tin kat ke adatan ya, su aya ti ak terjadi pe urunan lantai. f. Pasir urug yang dip rgunakan harus berbutir halus (0.5-2) m , bergradsi tid k serag m (heterogen), arna hi am/mer h kecok latan. PAS AL 9 P KERJA N PONDASI B TU KA I 9.1.
LINGKUP PE ERJAAN a. P kerjaan pembu tan pon asi meliputi pe yediaan tenaga kerja, b han-ba an material ntuk p kerjaan tersebu dan p rlengkapan ser a mesin-mesin/ lat b ntu yang diperlukan. b. Macam pondasi yang digunakan ad lah : Ponda i pasan an batu kali sep rti yang ditunjuk pada gambar. c. P doman Pelaksanaan
Pem angunan Pe kerasan / P ving Area P sar
Halaman - 10
Sebelum pelaksanaan pondasi, penyedia harus mengadakan pengukuranpengukuran untuk as-as pondasi seperti pada gambar-gambar detail perencanaan dan harus meminta persetujuan Pengawas Lapangan. Penyedia diwajibkan memberikan laporan kepada Pengawas Lapangan, bila ada perbedaan antara gambar-gambar struktur dengan gambar arsitektural atau bila ada hal-hal yang kurang jelas. 9.2.
PONDASI BATU KALI 9.3.1. Bahan/Material a. Batu kali/batu belah Batu kali atau batu gunung yang dipergunakan dengan ukuran 15/20 utuh dan tidak poros. Apabila merupakan batu pecah/belah, bagian yang terpecah harus bersudut runcing dan tajam. b. Semen Portland (PC) Semen Portland menggunakan sekualitas Semen Gresik, dan penggunaannya harus satu jenis pada pelaksanaan pekerjaan. c. Pasir Pasir yang dipergunakan harus bermutu baik, berbutir tajam dan keras , tidak mengandung lumpur, tidak mengandung bahan organis dan sejenisnya. 9.3.2.
Syarat Pelaksanaan a. Setelah pasir urug di atas tanah galian mencapai kepadatan yang disyaratkan dan tebalnya telah diukur sesuai dengan rencana, maka dapat dipasang aanstampeng. b. Pasangan aanstampeng harus saling mengisi antar batu kali, sehingga merupakan landasan pondasi yang utuh dan padat. c. Rongga-rongga antar batu aanstampeng diisi dengan pasir urug dan diberi air sampai padat. d. Pasangan pondasi batu kali dilaksanakan diatas aanstampeng dengan campuran 1PC : 6PS, bentuk dan ukuran sesuai gambar rencana. PASAL 10 PEKERJAAN PASANGAN
10.1. LINGKUP PEKERJAAN 10.1.1. Pasangan trasram dan plesteran trasram dilaksanakan dengan campuran 1 PC : 3 pasir pada: 10.1.2. Pasangan dinding bata dan plesteran dengan campuran 1 PC : 6 pasir. dilaksanakan untuk seluruh dinding tembok/plesteran, kecuali disebut lain dalam gambar atau sesuai dengan arahan dari konsultan pengawas. 10.1.3. Benangan sudut dan acian a. Benangan sudut dengan campuran 1 PC : 2 pasir selebar 5 cm dari sudut pasangan tembok atau beton. b. Acian dilaksanakan pada seluruh permukaan plesteran dinding/beton dengan menggunakan air PC.
10.2. BAHAN-BAHAN 10.2.1. Batu Bata a. Batu merah harus kualitas baik, ukuran minimal sesuai yang ada di pasaran. Pembangunan Perkerasan / Paving Area Pasar
Halaman - 11
b. Mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang sisinya datar, padat dan tidak menunjukkan retak-retak. c. Apabila dilakukan pemeriksaan dengan cara menggoreskan ujung bata pada bagian sisi yang panjang pada bidang keras dan kasar sepanjang 1 meter, maka panjangnya berkurang akibat aus maksimum 1 cm. 10.2.2. Semen Portland (PC) Semen Portland harus mempergunakan semen Gresik atau merk lain yang sekualitas dan yang digunakan harus satu jenis. 10.2.3. Pasir Pasang Pasir yang digunakan harus halus dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (terhadap berat kering) serta memenuhi gradasi yang baik. 10.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN 10.3.1. Pasangan Bata a. Batu merah pecah yang dipasang jumlahnya tidak boleh melebihi 20% dari jumlah batu merah yang utuh. b. Pasangan tembok batu merah harus dipasang dengan hubungan (verband ) yang baik, tegak lurus, siku dan rata. Tinggi pasangan tembok ½ bata hanya diperbolehkan setinggi 1,00 meter untuk setiap hari kerja. c. Semua voer/siar di antara pasangan batu merah pada hari pemasangan harus diratakan dan kelihatan rapi. d. Pemasangan perancah (andang-andang) tidak boleh dipasang dengan menembus tembok. e. Sebelum dipasang, bata harus dibasahi/direndam air secukupnya sehingga dapat melekat dengan sempurna. 10.3.2. Plesteran a. Seluruh permukaan dinding tembok yang akan diplester harus dibasahi/disiram dengan air bersih terlebih dahulu sampai rata, serta dinding yang telah diplester harus selalu dijaga kelembabannya. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pengeringan plesteran terlalu cepat/ sebelum waktunya. b. Semua pekerjaan plesteran harus rata, halus, dan merupakan satu bidang tegak lurus dan siku. Plesteran yang telah selesai harus bebas dari retak-retak/ noda-noda dan cacat lainnya. c. Plesteran dinding dikerjakan dengan tebal minimal 1 (satu ) centimeter dan maksimal 2 (dua ) centimeter. d. Plesteran untuk dinding yang akan dicat tembok, harus mempunyai permukaan yang halus dengan cara diaci dan dalam keadaan setengah kering digosok dengan kertas semen e. Untuk penyelesaian sudut-sudut, sponing (benangan ) supaya digunakan plesteran 1Pc : 2Ps dan dilaksanakan lurus dan tajam.
PASAL 11 PEKERJAAN BETON 11.1. LINGKUP PEKERJAAN 11.1.1. Beton Struktur Beton struktur dengan mutu fc’= 17.5 Mpa, meliputi semua pekerjaan beton struktur kecuali beton non struktural 11.2. BAHAN-BAHAN 11.1.2. Umum Bahan-bahan campuran beton berupa PC, agregat halus maupun kasar penyedia harus mengajukan contoh terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan dari konsultan pengawas, sebelum mendatangkan material tersebut secara masal. Pembangunan Perkerasan / Paving Area Pasar
Halaman - 12
11.1.3. Cemen Portland a. Jenis PC Semen Portland yang dipakai harus dari satu jenis menurut peraturan Semen Portland Indonesia 1972 (NI 8) yaitu Semen Gresik atau merk lain dengan persetujuan tertulis Direksi. Satu komponen pekerjaan beton tidak boleh menggunakan lebih dari satu merk/jenis semen, bila hal tersebut telah dilaksanakan maka harus diadakan test sesuai dengan prosedur yang berlaku. b. Penyimpanan PC Semen yang didatangkan ditempat pekerjaan harus dalam kondisi baik dan terbungkus kantong-kantong semen asli dari pabrik. Agar semen yang didatangkan tetap terjaga kualitasnya, semen harus disimpan dalam gudang yang kedap air, berventilasi baik dan alas penimbunan semen harus diatas muka tanah setinggi 30 cm. Kantong-kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih dari sepuluh lapis, penyimpanan dari pengiriman tiap hari hendaknya terpisah agar semen yang datang lebih dulu, segera bisa dipergunakan. 11.1.4. Agregat halus (pasir) a. Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alami atau pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu asalkan memenuhi SNI 031726-2002 dan SNI 03-2847-2002 b. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras serta bersifat kekal. c. Agregat halus harus bersih dan tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari 5% (terhadap berat kering ) serta memenuhi gradasi yang baik. d. Pasir laut tidak boleh dipergunakan sebagai campuran beton. 11.1.5. Agregat Kasar a. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau batu pecah alami, maupun buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu asalkan memenuhi SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-2847-2002 b. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori serta bersifat kekal. c. Bila menggandung butir-butir yang pisah, jumlah beratnya tidak boleh melampaui 20%. d. Agregat juga tidak boleh kotor dengan kandungan Lumpur maksimum 1%, bila kandungan lumpurnya melebihi yang dipersyaratkan agregat kasar harus dicuci. e. Selain tidak boleh mengandung Lumpur juga tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton seperti zat reaksi alkali. f. Gradasi agregat kasar harus memenuhi syarat SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-2847-2002. g. Ukuran butir agregat maksimum tidak boleh lebih daripada seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang dari cetakan, sepertiga dari tebal plat atau tiga perempat dari jarak bersih minimum diantara batangbatang atau berkas-berkas tulangan. 11.1.6. Air Air untuk pembuatan dan perawatan beton-beton harus air bersih (yang dapat diminum ) dan tidak boleh mengandung minyak, asam, alkohol, garam-garam dan bahan-bahan lain yang dapat merusak beton maupun baja tulangan. 11.1.7. Baja Tulangan a. Mutu baja tulangan Baja tulangan memakai mutu U-24 dengan tegangan leleh = 2400 kg/cm² sesuai dengan SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-2847-2002. Pembangunan Perkerasan / Paving Area Pasar
Halaman - 13
Apabila baja tulangan kualitasnya diragukan oleh Direksi, maka penyedia harus memeriksakan melakukan uji laboratorium atas biaya penyedia.
b. Dimensi Besi Tulangan Ukuran dan jumlah baja tulangan seperti yang ada digambar. Jenis baja tulangan yang digunakan baja polos dan deform. Penggantian dengan diameter lain, hanya diperkenankan atas persetujuan tertulis oleh Direksi. Bila penggantian dimensi tulangan disetujui oleh direksi, maka luas penampang yang diperlukan tidak boleh kurang dari tulangan yang tersebut dalam gambar atau perhitungan. c. Penyimpanan besi tulangan Semua baja tulangan harus disimpan ditempat yang bebas lembab dan dipisahkan sesuai dengan diameter serta asal pembelian. Semua baja tulangan harus dilindungi terhadap segala macam kotoran dan minyak serta dihindarkan terhadap pengaruh garam kuat. 11.1.8. Bekisting a. Pembuatan bekisting harus memenuhi syarat-syarat dalam SNI 031726-2002 dan SNI 03-2847-2002 b. Bahan bekisting dapat dibuat dari papan kayu kelas III yang cukup kering dengan tebal minimum 2 cm atau panil-panil multipleks dengan tebal minimum 12 mm. c. Rangka penguat konstruksi bekisting dari kayu ukuran 5/7 sebagai penyokong, penyangga maupun pengikat, sehingga mampu mendukung tekanan beton pada saat pengecoran sampai selesai proses pengikatan. d. Penyangga struktur lantai (balok, lantai,dll) dapat digunakan kayu dengan ukuran minimal 5/7 cm dengan jarak maksimum 50 cm dan papan kelas III sebagai landasa antara tanah dan tiang penyangga ( perancah ), atau menggunakan scaffolding baja. 11.1.9. Mutu Beton dan Campuran a. Mutu beton adalah fc’ = 17.5 Mpa untuk pekerjaan konstruksi yang harus mengikuti persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-2847-2002 dengan pengawasan yang ketat terhadap mutu dengan keharusan memeriksa kekuatan tekan beton secara kontinyu berupa pemeriksaan benda-benda uji melalui laboratorium yang ditunjuk atas biaya Kontraktor. c. Apabila rencana perbandingan campuran (sesuai mix design) tegangan yang diinginkan tidak terpenuhi, maka berdasarkan percobaan pendahuluan perbandingan volume dapat digunakan yang lebih tinggi. d. Untuk pekerjaan beton tidak bertulang seperti, lantai kerja untuk pondasi beton rabat dan beton tumbuk digunakan campuran 1 PC: 3 Pasir: 5 kerikil. 11.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN 11.3.1 Lapisan penutup beton a. Tebalnya lapisan penutup beton harus mendapat persetujuan direksi dan ditetapkan sesuai dengan ketentuan menurut SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-2847-2002. b. Untuk mendapatkan ketebalan lapisan penutup beton yang seragam maka harus dibuat beton persegi (beton decking) yang dapat diikat terhadap baja tulangan.
Pembangunan Perkerasan / Paving Area Pasar
Halaman - 14
11.3.2
Penulangan a. Pembengkokan dan pemotongan baja tulangan 1. Penyedia diharuskan membuat gambar detail pemotongan baja tulangan dengan berpedoman kepada gambar-gambar beton yang ada sesuai dengan ketentuan SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-28472002. 2. Gambar-gambar detail yang telah disetujui oleh direksi mengikat untuk dilaksanakan. 3. Baja tulangan dibengkokkan atau diluruskan dalam keadaan dingin, kecuali apabila pemasangannya diijinkan oleh direksi. 4. Pembengkokan atau meluruskan tulangan tidak boleh dengan cara yang merusak tulangan. b. Pemasangan baja tulangan 1. Tulangan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan jarak-jarak yang terdapat pada gambar rencana, dan selama pengecoran letaknya tidak berubah. 2. Sehubungan dengan ketetapan tebal penutup beton, maka selain dipasang beton-beton tahu, harus dipasang penahan jarak baja tulangan (korset) dengan jumlah minimal 4 buah tiap-tiap m 2 plat lantai maupun plat atap.
11.3.3
Bekesting 1. Ukuran dalam bekesting adalah ukuran beton sesuai dengan ukuran yang ditunjuk dalam gambar. 2. Bekesting harus diperkuat sedemikian rupa, agar tidak bocor, melendut dan berubah bentuk pada saat mendapatkan tekanan spesi pada saat pengecoran berlangsung. 3. Sebelum pengecoran, bekesting harus dibersihkan dari kotoran, serbuk gergaji, kawat ikat, dan bekesting harus dibersihkan dengan air sampai kondisi jenuh.
11.3.4
Percobaan Pendahuluan a. Apabila dilakukan pengecoran secara manual, maka penyedia diwajibkan untuk membuat percobaan pendahuluan, sebagaimana pedoman pencampuran beton disesuaikan dengan kondisi bahan yang ada. b. Penyedia wajib mengirimkan data dan keterangan campuran kepada direksi sebagai dasar campuran yang akan digunakan oleh ready mix. c. Hasil percobaan pendahuluan selambat-lambatnya 5 hari sebelum pelaksanaan pengecoran harus sudah diserahkan kepada direksi/ pengawas, sebagaimana kelengkapan permohonan ijin pengecoran.
11.3.5
Peralatan kerja dan pengujian a. Yang disebut dengan peralatan kerja adalah: 1. Mesin pengaduk (beton molen) apabila membuat campuran sendiri. 2. Mesin penggetar (vibrator). 3. Takaran bahan-bahan beton. 4. Alat pengangkut adukan. b. Yang disebut dengan peralatan pengujian adalah: 1. Slump test (kerucut abrahams) 2. Cetakan kubus beton yang terbuat dari besi, yang kesemua alat tersebut harus dalam keadaan baik dan fungsional.
11.3.6
Dimensi beton Dimensi beton adalah ukuran beton itu sendiri (sesuai dengan dimensi yang terdapat dalam gambar maupun perhitungan struktur beton), tanpa atau sebelum adanya plesteran/finishing, yang merupakan ukuran dalam bekesting.
Pembangunan Perkerasan / Paving Area Pasar
Halaman - 15
11.3.7
Pelaksanaan pengecoran dengan cara manual a. Pengecoran Pengadukan, pengangkutan, pengecoran, pemadatan dan perawatan beton, harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan di dalam SNI 031726-2002 dan SNI 03-2847-2002. b. Takaran campuran beton Pelaksanaan penakaran campuran beton pada pembuatan beton dengan cara manual, harus dengan kotak-kotak takaran yang sama volumenya, dan mendapat persetujuan direksi. c. Pengadukan campuran beton Pengadukan beton harus dilaksanakan dengan menggunakan mesin pengaduk beton (beton molen) yang bekerja dengan baik dan pemberhentian pengadukan dilakukan bila adukan sudah rata/ homogen. d. Pengangkutan campuran beton Pengangkutan beton dari molen sampai tempat cetakan harus menggunakan alat angkut kereta dorong, sehingga adukan yang sudah homogen tidak berubah/terjadi pemisahan bahan pada saat pengangkutan. e.
Penuangan adukan beton pada bekesting 1. Penuangan adukan pada plat atau balok diusahakan tidak terjadi segregasi. 2. Penuangan pada pengecoran kolom jangan terlalu tinggi, sehingga terjadi penguraian campuran. Apabila terpaksa dapat dilakukan dengan membuat lubang-lubang tertentu untuk penuangan campuran beton. 11.3.10 Penguji Slump a. Penguji slump dilakukan pada waktu pemeriksaan oleh Direksi, sebelum pengecoran dilaksanakan, berdasarkan referensi dari hasil percobaan pendahuluan. b. Penguji slump, sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pada pasalpasal dalam SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-2847-2002. c. Apabila takaran air telah ditentukan berdasarkan pengujian slump, maka alat penakar tersebut harus digunakan selama pelaksanaan pengecoran. d. Peralatan penguji slump harus tersedia di lapangan dimana sewaktu waktu pengawas lapangan dapat melakukan pengujian slump sesuai dengan hasil pencampuran bahan yang ada di lapangan. e. Beton adukan yang tidak memenuhi syarat slump tersebut tidak boleh dicor ke dalam cetakan. 11.3.11 Pembuatan benda uji a. Selama pelaksanaan pengecoran berlangsung, penyedia diwajibkan membuat benda uji silinder 15 x 30 cm sesuai dengan yang dimaksudkan dalam SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-2847-2002, terbuat dari bahan plat besi dengan tebal yang cukup, sehingga waktu dipadatkan tidak berubah bentuknya. b. Pelaksanaan pembuatan benda uji, hendaknya dilakukan oleh pelaksana ahli atau dalam hal ini penyediar dapat menghubungi pihak laboratorium konstruksi beton, dalam hal pengambilan beton untuk pembuatan benda uji. c. Pengambilan untuk benda uji harus dilakukan secara acak dengan persetujuan Direksi sehingga lantai yang dites dapat mewakili mutu konstruksi beton yang dimaksud. d. Benda-benda uji dapat diambil dari beton yang dicor pada setiap bagian dari pekerjaan yang bersifat struktural, seperti yang dinyatakan dalam gambar. e. Jumlah benda uji berdasarkan pada volume total beton yang dikerjakan sesuai yang diajukan oleh penyedia. Pembangunan Perkerasan / Paving Area Pasar
Halaman - 16
f. g.
h. i. j. k. l. n.
o.
Pada pelaksanaan pengecoran beton, minimal harus dibuat 1 benda uji untuk setiap 5 m3 beton. Benda uji merupakan cermin pengecoran sesuai kondisi lapangan asalkan dalam pengambilan benda uji mewakili bagian-bagian struktur yang dicor. Dalam satu adukan hanya dapat diambil satu buah benda uji. Pengambilan benda-benda uji harus diambil adukan yang diperkirakan akan mewakili bagian yang dicor. Setiap benda uji harus diberi tanda sesuai dengan bagian yang dicor. Apabila konstruksi yang telah dicor tidak dilakukan perendaman maka benda uji tersebut tidak boleh direndam. Benda-benda uji yang baru dibuat harus disimpan pada tempat yang aman dan harus terhindar dari getaran-getaran. Untuk mendapatkan gambaran tentang mutu beton yang dilaksanakan, benda-benda uji tersebut dapat dilakukan test di laboratorium pada umur relative muda, setidak-tidaknya 4 (empat) hari setelah dicetak, dengan memperhatikan SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-2847-2002. Dan hasil tes tersebut dapat dijadikan dasar mempertimbangkan apakah perlu diadakan perubahan dalam campuran beton.
11.3.12 Evaluasi a. Evaluasi kekuatan beton akan dilakukan secepat mungkin, agar bila terjadi mutu beton yang jelek atau tidak sesuai dengan rencana, segera dilakukan langkah-langkah perbaikan. b. Bila jumlah benda uji kurang dari 20 buah, evaluasi dilakukan dengan rumus-rumus statistic /dengan berpedoman pada SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-2847-2002. c. Apabila mengalami kesulitan di dalam menentukan standart deviasi rencana (Sr) seperti tercantum dalam pasal 4.5 ayat 3, maka hasil standart deviasi dan percobaan pendahuluan bisa dipergunakan, dengan menggunakan angka yang lebih besar dari data yang ada. 11.3.14 Perawatan beton a. Pada konstruksi beton yang baru dicor, harus dijaga terhadap pengaruh-pengaruh getaran, yang akan dapat mempengaruhi proses pengikatan beton. b. Permukaan beton harus dihindarkan dari pengeringan yang terlalu cepat dan atau tidak merata, dengan cara disiram air atau ditutup karung goni yang dibasahi selama 14 (empat belas) hari.
PASAL 12 PEKERJAAN PAVING BLOCK 12. 1. LINGKUP PEKERJAAN a. Pengadaan bahan, tenaga, peralatan, keselamatan kerja dan pemasangan. b. Pekerjaan ini meliputi pemasangan paving block, serta pekerjaan terkait lainnya. 12. 2. BAHAN-BAHAN a. Paving bock abu-abu tebal 10 cm, dengan mutu K 400 b. Paving tepi/mahkota c. Pasir urug. d. Lapis Pondasi Agregat kelas A 12. 3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
Pembangunan Perkerasan / Paving Area Pasar
Halaman - 17
a. Contoh bahan dan data teknis/brosur bahan yang akan digunakan harus diserahkan terlebih dahulu kepada Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan secara tertulis sebelum didatangkan secara masal ke lokasi. b. Paving block harus berkualitas baik dan memenuhi spesifikasi teknis yang telah ditentukan. c. Permukaan harus rata, halus, sisinya lurus dan bersudut siku serta tidak cacat maupun retak. d. Ukuran dan bentuknya harus seragam. e. Pengiriman Paving block ke lokasi harus dalam lebel/merek dagang yang utuh dan jelas. f. Pemasangan paving harus sesuai gambar perencanaan. g. Pemasangan paving dilakukan setelah urugan pasir dibawahnya dalam keadaan padat, rata dan bersih. h. Paving harus kokoh menempel pada alasnya dan tidak boleh berongga. i. Pemasangan paving harus dimulai dari salah satu sisinya agar pola simetri yang dikehendaki bisa terbentuk dengan baik. j. Sambungan atau celah-celah antar paving harus lurus, rata dan seragam. Lebar celah paving tidak boleh lebih dari 1.6 mm, kecuali ditentukan lain. k. Pengecoran siar/celah antar paving harus dilaksanakan setelah pemasangan paving benar-benar rata dan perlu diperhatikan levelingnya. l. Pengecoran siar/celah menggunakan pasir dan dilakukan sedemikian rupa sehingga bisa terisi penuh dan rapat. Setelah pengecoran siar selesai dilakukan, bekas-bekas pengecoran segera dibersihkan. m. Pemadatan paving menggunakan stamper sampai permukaan rata dan mendapat persetujuan dari pengawas lapangan. n. Pemotongan paving harus dengan keahlihan dan dilakukan hanya pada satu sisi dan bagian/sisi paving yang dipotong harus halus dan rapi. PASAL 13 PENUTUP I.
Semua material yang merupakan barang produksi yang akan dipasang terlebih dahulu diajukan contohnya untuk mendapatkan persetujuan Konsultan pengawas.
II.
Semua material dari hasil alam akan diperiksa oleh Konsultan pengawas pada saat didatangkan di lapangan.
III.
Material-material yang tidak disetujui harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat 2 x 24 jam. Bila penyedia tidak mengindahkan, Konsultan pengawas berhak menyelenggarakan atas biaya penyedia.
IV.
Bagian-bagian yang nyata termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi tidak disebutkan dalam RKS dan gambar tetap harus diselenggarakan oleh penyedia.
V.
Bagian-bagian yang secara konstruktif harus ada tetapi tidak disebutkan di dalam RKS dan gambar tetap harus diselenggarakan oleh penyedia dan pelaksanaannya akan ditentukan lebih lanjut oleh Konsultan pengawas.
Pembangunan Perkerasan / Paving Area Pasar
Halaman - 18