BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kebakaran merupakan suatu bencana yang disebabkan oleh api yang tidak terkendali. Api kecil hanya membutuhkan waktu 4 – – 10 menit untuk terjadinya terjadinya flash over dan tumbuh menjadi api dewasa. Usaha pemadaman kebakaran dapat dilakukan sebelum api mencapai flash over dan tumbuh menjadi besar, karena apabila api sudah mencapai skala besar kita hanya bisa melakukan pengontrolan saja agar api tidak menyebar ke daerah sekitarnya dan menyebabkan kebakaran yang lebih besar. (Soewandono, 2016) Terdapat banyak kasus kebakaran yang terjadi pada bangunan, baik bangunan tempat tinggal, perkantoran atau gudang/pabrik. Penyebabnya bermacam – – macam, seperti hubugan pendek arus listrik, meledaknya kompor, kecerobohan penyalaan api dan sebagainya. Oleh karena itu, guna meminimalisasi kebakaran dan menanggulangi kejadian kebakaran pada bangunan gedung, maka gedung harus diproteksi melalui penyediaan prasarana dan sarana proteksi kebakaran serta kesiagaan dan kesiapan pengelola, penghuni dan penyewa bangunan dalam mengantisipasi dan mengatasi kebakaran. Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung merupakan system yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang yang digunakan baik untuk tujuan system proteksi aktif, system proteksi pasif maupun cara – cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. Penerapan sarana proteksi kebakaran yang sangat ketat kadang kala menjadi pertimbangan utama dalam suatu tempat kerja karena antara lain factor nilai ekonomis, nilai historis, atau niilai kepentingan lainnya seperti museum, perpustakaan, arsip, ruang computer dan sebagainya. Penerapan instalasi pemadam otomatis integrated system biasanya dengan menggunakan media halon, CO 2, atau media lain yang sesuai dan tepat atau dapat digunakan untuk melindungi sarana yang ada.
1.2
Tujuan Praktikum Dalam praktikum ini terdapat tujuan – tujuan – tujuan yang perlu dicapai yaitu sebagai berikut: TIU : Mahasiswa diharapkan diharapka n mampu mengaplikasikan mengaplikasik an teori pemadaman kebakaran TIK : Mahasiswa mampu memahami tentang prosedur pemadaman kebakaran integrated system
1.3
Manfaat Praktikum Manfaat dari praktikum ini yaitu untuk dapat memahami mengenai system pengaman terhadap bahaya kebakaran dan mahasiswa mampu mengetahui dan memahami prosedur pemadaman dengan integrated system serta prinsip kerjanmahasiswa mampu mengetahui dan memahami prosedur pemadaman dengan integrated system serta prinsip kerjanya.
BAB II DASAR TEORI
2.1
Pemadaman Kebakaran Ketika memadamkan api tentunya harus mengetahui penyebab kebakaran, klasifikasi kebakaran, metode yang akan digunakan dan perlatan apa yang akan digunakan agar pada saat memadamkan api dapat berjalan efektif. Berikut adalah macam macam metode pemadaman kebakaran: 1. Prinsip mendinginkan (cooling) Pengendalian suhu kebakaran bermaksud agar bahan bakar tidak cukup panas untuk mengeluarkan gas yang diperlukan dalam pembakaran. Dengan pendinginan panas akan diserap oleh sarana pendingin (biasanya air). Dari semua media pemadam, air menyerap panas per volumenya lebih banyak dari media yang lainnya. 2. Prinsip mengurangi bahan bakar (starvation) Pemadaman dengan metode ini dinilai efektif dan praktis. Metode mengambil bahan bakar meliputi: menutup supply bahan bakar, mengeluarkan bahan yang mudah terbakar atau bahan bakar, atau memindahkan benda – benda yang belum terbakar. 3. Prinsip menutup bahan bakar yang terbakar (smothering) Smothering yaitu memadamkan kebakaran dengan pemisah oksigen dari unsur lain yang menyebabkan kebakaran atau secara singkat yaitu dengan mengendalikan oksigen. Contoh umum adalah pemadaman dengan menggunakan karung goni yang dibahasi untuk menutup kebakaran untuk kebakaran yang masih kecil dan APAR jenis foam untuk kebakaran yang sudah mulai sedikit membesar. 4. Menghentikan rantai reaksi Molekul yang telah dipanaskan sebelumny dikeluarkan dari kobaran api. Ada bahan kimia tertentu yang dapat memutuskan rantau reaksi. Bila diberikan kedalam kobaran api dalam jumlah tertentu bahan ini dapat menghalangi atom dan melindunngi diri dari kebakaran. Contohnya menggunakan gas hallon. Namun saat ini hallon tidak boleh digunakan lagi karena daoat merusak lapizan ozon.
2.2
Pengertian Instalasi pemadam ototmatik integrated system ialah instalasi pemadam kebakaran yang bekerja secara otomatik yang diaktifkan oleh panel control yang didesan menjadi satu kesatuan dengan system deteksi otomatik. (Departemen Tenaga Kerja) Sedangkan menurut International Building Code (2012) dalam Soewandono (2016) Automatic integrated system adalah suatu system instalasi pemadam kebakaran yang bekerja secara otomatis yang diaktifkan oleh fire alarm control panel yang didesain menjadi satu
kesatuan denga system deteksi otomatis beserta media pemadam yang akan digunakan. System tersebut digabung atau diintegrasikan menjadi satu menjadi satu system secara utuh. Aplikasi integrated system ada 2 metode yaitu total flooding system dan lokal protection system. Total flooding system yaitu system yang didesain bekerja serentak memancarkan media pemadam melalui seluruh nozzle kedalam ruangan dengan konsentrasi tertentu atau dengan cara membanjiri yang menghasilkan foam. Sedangkan lokal protection system yaitu system pemadam yang didesain dengan mengarahkan pancaran pada obyek yang dilindungi saja. 2.3
Komponen Sistem Perlegkapan system instalasi pemadaman otomatik integrated system terdiri dari bagian pokok, yaitu: 1. System deteksi, biasanya menggunakan 2 kelompok alarm (cross zone) dengan menggunakan jenis detector yang berbeda. 2. Kontrol panel, berfungsi sebagai peralatan pengendali untuk memproses signal yang datang dari detector dan meneruskan/mengaktifkan alarm I dan panel pemadam. 3. Panel pemadam, berfungsi untuk mengaktifkan alarm II (discharge alarm) dan mengaktifkan katup pemadam setelah melalui penundaan waktu tertentu. Panel pemadam akan bekerja bila kedua kelompok alarm telah aktif atau kebakaran benar-benar terjadi. 4. Storage system, yaitu persediaan media pemadam yang dikemas dalam silinder baja bertekanan. 5. Media pemadam, yaitu bahan yang dipilih paling cocok berdasarkan pertimbngan-pertimbangan, antara lain: a. Efektifitasnya b. Pengaruh fisik terhadap material yang dilindungi, merusak atau tidak c. Pengaruh kimia terhadap bahan dan peralatan yang dilindungi d. Pengaruh kadar racun dan perusakan terhadap lingkungan e. Bentuk bangunan 6. System distribusi yang terdiri dari pemipaan, katup, dan nozzle yang dipilih berdasarkan tekanannya.
DETEKTOR DETEKTOR
PANEL
ALARM I
ALARM II
DISCHARGE
KATUP
STORAGE TANK Gambar 2.1 Sistematika diagram sistem
2.4
Sistem Deteksi Detector adalah alat untuk mendeteksi kebakaran secara otomatik, yang dapat dipilih tipe yang sesuai dengan karakteristik ruangan, diharapkan dapat mendeteksi secara cepat akurat dan tidak memberikan informasi palsu. Jenis – jenis alat deteksi detector berdasarkan cara kerjanya dalam menangkap sinyal, terdiri dari: a. Detector panas (heat detector) adalah peralatan dari detector yang dilengkapi dengan suatu rangkaian listrik atau pneumatic yang secara otomatis akan mendeteksi kebakaran melalui panas yang diterimanya. b. Detector asap (smoke detector) adalah system deteksi kebakaran yang mendeteksi adanya asap. Detector asap juga memiliki 2 tipe yang bekerja dengan cara berbeda, yaitu sebagai berikut: Detector photoelectric, alat yang bekerja menggunakan sensor cahaya. Detector ionization, alat ini bekerja menggunakan metode ionization chamber. Kelemahan penggunaan detector jenis ini memiliki dampak yang kurang baik pada lingkungan karena dipercaya menimbulkan radioaktif meskipun penggunaanya sesuai ambang yang telah sesuai.
Gambar 2.1 Detektor Asap c. Detector nyala api (flame detector) adalah pengindera api atau radiasi terdapat dalam 3 bentuk yaitu infra r ed, visible light dan ultr violet. 2.5
Jenis – Jenis Instalasi Pemadam Kebakaran Otomatik Integrated Sistem Jenis instalasi ditentukan oleh media pemadam kebakaran yang digunakan, antara lain: 1. Sistem pemadam CO2 2. Sistem pemadam busa 3. Sistem pemadam Dry Chemical 4. Sistem pemadam lainnya
2.6
Sistem Pemadam CO2 a. Aplikasi Peralatan system pemadaman CO 2 dipergunakan untuk pengamanan: Bengkel-bengkel Ruang central telekomunikasi Garasi Ruang Transformator Pabrik-pabrik dan gudang-gudang Pabrik pembuat atau pemakai bahan yang mudah terbakar b. Sifat – sifat CO2 Tidak terpengaruh oleh minyak, logam, serta isolasi listrik karena gas CO2 kekal dan stabil CO2 bersifat mendinginkan dan memishkan dengan udara bebas (O2) CO2 dapat masuk kedalam celah, shingga pemadaman api sampai bagian dalam Tidak merusak dan meninggalkan bekas sehingga peralatan yang telah diamankan dapat langsung dipergunakan
CO2 bahan yang baik untuk kebakaran listrik, sehingga mampu mencegah terjadinya percikan Mampu dipergunakan pada suhu panas dan dingin c. Penerapan Metode Pemadaman System pembanjiran total (Total Flooding System) Adalah pemadaman dengan cara menyemprotkan gas CO 2 melalui sprinkel memasuki ruangan tertutup dan dilengkapi dengan peralatan otomatik yang dapat menutup lubang yaitu pintu masuk serta jendela. Pembanjiran total dapat dibagi menjadi 2 bagian: a. Kebakaran permuaan: digunakan untuk kebakaran bahan bakar padat atau cair. b. Api Sekam : digunakan untuk kebakaran dala atau api sekam misalnya kertas, buku, karton, dll. Sistem Pemadaman Setempat (Local Protection System) Dalam hal ini CO 2 disemprotkan langsung pada sasaran yang terbakar, biasanya di ruangan yang besar atau banyak lubangnya. Pemadaman setempat dapat dibagi menjadi 2 pertimbanan yaitu: a. Berdasarkan luas permukaan: Biasanya api hanya pada permukaan sehingga luas dapat diperhitukan untuk menentukan jumlah gas CO2 yang diperlukan b. Berdasarkan isi barang: Untuk api tiga dimensi maka jumlah CO 2 yang diperlukan tergantung dari isi dan sasaran yang mungkin terbakar.
2.7
Sistem Pemadaman Serbuk Kimia Kering Serbuk kimia kering adalah bahan yang baik sekali untuk pemadaman benda cair yang mudah terbakar dan juga untuk alat-alat listrik. Dengan system pemadaman serbuk kimia kering dapatlah diharapkan bahwa pemadaman dapat cepat sekali berlangsung dan dimana peristiwa pembakaran kembali tidak ada. Oleh karena itu, sistem pemadaman ini dapat dipergunakan untuk pengaman tangki pencelup yang berisi bahan yang mudah terbakar, atau gudang-gudang yang berisi bahan bakar cair dan tempat-tempat dimana tumpahan-tumpahan minyak dapat terjadi, pompa-pompa minyak dan gas. Karena sifat serbuk kimia kering yang tidak menghantar listrik, maka system ini juga baik sekaali dipergunaakan untuk pemadaman-pemadaman di transformer – transformer listrik yang berisi minyak, atau peralatan pemutus aliran yang berisi minyak.
2.8
Sistem Pemadam Busa Otomatik Instalasi pemadam busa otomatik dipasang secara permanen untuk memproteksi bahan-bahan yang mudah terbakar. System pemadam busa otomatik ada dua jenis yaitu busa pengembang rendah dan busa pengembang tinggi. Aplikasi system busa pengembang rendah adalah untuk memadamkan bahan cair dengan cara menutup permukaan bahan cair yang terbakar dari udara. Aplikasi system busa pengembang tinggi
adalah digunakan untuk melindungi bahan padat maupun cair yang mudah terbakar didalam ruangan tertutup.
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1
Prosedur Kerja Pemadaman Kebakaran
Start
API
Detektor
Corong Penyemprot Sirine Kran Pemilih BELL
Panel Alarm
Lampu Bahaya
Switch Tekanan Panel CO2
Unit Tabung CO2
Starter Solenoid
Gambar 3.1 Sistematika penyalaan komponenintegrated sistem Sistem ini bekerja apabila salah satu detektor teraktifkan oleh adanya asap atau api. Suatu isyarat elektris akan diterima oleh panel indicator kebakaran, yang akan memberikan tanda bahaya secara visual dengan menyalanya lampu merah yang berkedip – kedip, disertai bunyi buzzer, dan dalam waktu bersamaan membunyikan lonceng, menyalakan lampu indicator, mengaktifkan katup solenoid pada k otak pilot untuk mengaktifkan katup – katup secara otomatis pada tabung gas CO 2, gas dari tabung CO 2 dialirkan melalui pipa ke corong pemancar, dengan demikian gas CO 2 membanjiri ruangan dengan konsentrasi 34% dari volume ruangan. Dengan volume tersebut cukup untuk menurunkan kadar oksigen (O 2) dalam ruangan tersebut dibawah 15%, sehingga tidak cukup untuk menunjang kebakaran, dan dengan demikian api akan padam.
Gambar 3.2 Rangkaian percobaan 3.2
Alat Seperangkat peraga integrated system
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Prosedur Praktikum integrated system yang telah dilakukan pada tanggal 7 Juni 2017 menggunakan dua metode yang ada yaitu dengan metose titik panggil manual (TPM) dan metode otomatis. TPM (titik panggil manual) digunakan saat detector tidak berfungsi secara cepat. Untuk mengetahui prosedur atau langkah – langkah kerja dari masing – masing metode sebagai berikut: a. Simulasi integrated system dengan metode TPM (titik panggil manual)
Gambar 4.1 TPM (titik panggil manual) Prinsip kerja dari integrated system dengan menggunakan TPM adalah yang pertama menekan tuas atau tombol “fire alarm” setelah itu alarm akan berbunyi sebagai tanda teerjadinya kebakaran. Setelah alrm berbunyi, maka semua orang yang berada ditempat tersebut harus segera keluar atau dievakuasi menuju assembling point atau tempat aman.
Gambar 4.2 Control Panel Setelah alarm berbunyi mka control panel akan menyala dengan indicator lampu merah berkedip bertuliskan “FIRE” serta memberikan informasi tempat atau lokasi yang terjadi kebakaran.
(a) (b) Gambar 4.3 (a) Actuating cylinder box (b) tabung karbondioksida Setelah control panel menyala, actuating cylinder vox mengaktifkan katup solenoid dengan menggunakan bantuan O 2 tabung didalam box lalu akan mendorong katup tabung CO 2 sehingga CO 2 keluar melalui nozzle (pipa corong pemancar) atau sprinkler. Setelah kondisi pada tempat kejadian aman, maka segera menekan tombol reset dan menarik tuas atau tombol pada TPM kepada posisi semula. Banyaknya tabung CO2 yang dibutuhkan pada ruangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan. b. Simulasi integrated system dengan metode otomatis Cara kerja dari integrated system dengan metode otomatis yang itu dengan cara menggunakan detector asap. Untuk penyulutan asap digunakan media kaleng yang berisi kayu atau kertas dan dibakar sehingga mengueluaran asap. Jenis detector asap yang digunakan yaitu jenis detector ionisasi. Kaleng yang berisi sumber asap tadi
diarahkan menuju detector lalu menungu respon atau bunyi dari alarm. Jarak waktu dari penyulutan asap atau detector mendeteksi dengan bunyi alarm sekitar 15 detik. Ketika alarm berbunyi, semua orang harus segera menuju ke assembling point atau tempat aman.
Gambar 4.3 Persiapan kaleng penyulut asap Setelah alarm berbunyi, maka control panel akan menyala dengan lampu indicator merah berkedip bertuliskan “FIRE” dan terdapt tanda dimana kebakaran tersebut terjadi.
Gambar 4.4 Control Panel Setelah control panel menyala, actuating cylinder vox mengaktifkan katup solenoid dengan menggunakan bantuan O 2 tabung didalam box lalu akan mendorong katup tabung CO 2 sehingga CO 2 keluar melalui nozzle (pipa corong pemancar) atau sprinkler. Setelah kondisi pada ruangan aman maka tekan tombol reset untuk menghentikan pemadaman. 4.2 Identifikasi Bahaya Pada praktikum ini terdapatt beberapa kemungkinan bahaya yang bisa saja terjadi yaitu, kurang tanggapnya para mahasiswa atau pekerja
megenai suara alarm yang berbunyi menandakan adanya kebakaran. Ketika dilakukan simulasi, mahasiswa tidak menggunakan APD pernafasan seperti masker ditambah lagi pintu dari ruang simulasi terbuka lebar sehingga terdapat kemungkinan mahasiswa menghirup gas CO 2 yang keluar untuk memadamkan. 4.3 Analisa Praktikum Menurut International Building Code (2012) dalam Soewandono (2016) Automatic integrated system adalah suatu system instalasi pemadam kebakaran yang bekerja secara otomatis yang diaktifkan oleh fire alarm control panel yang didesain menjadi satu kesatuan denga system deteksi otomatis beserta media pemadam yang akan digunakan. System tersebut digabung atau diintegrasikan menjadi satu menjadi satu system secara utuh. Terdapat dua metode yang dipraktikan pada praktikum kali ini yaitu dengan metode TPM (titik panggil manual) dan metode otomatis. Masing – masing metode memiliki prinsip kerja yang sama namun berbeda pada saat awal penanganan. Pada praktikum kali ini terdapat beberapa hal yang dirasa masih kurang tepat yaitu sebagai beikut: a. Pendeteksian asap oleh detector pada metode otomatis sedikit lebih lama dibandingkan dengan pada metode TPM. Hal ini dapat disebabkan oleh menurunnya tingkat sensitivitas atau kepekaan detector tersebut untuk mendeteksi adanya asap karena sudah lama digunakan. b. Setelah selesai dimatikan atau di reset pada merode otomatis, integrated system atau tabung CO 2 kembali menyala dengan sendirinya. Hal tersebut dapat dikarenakan oleh masih adanya asap yang belum dipadamkan atau masih terdapat asap yang berkumpul didalam detector dan belum sepenuhnya hilang sehingga detector masih mendeteksi adanya kebakaran dan secara otomatis menyala atau mengeluarkan gas CO 2. Untuk lebih jelas atau ingin mengetahui proses pemadaman dengan menggunakan integrated system dapat dilihat dilaman beikut "https://drive.google.com/open?id=0B4oJZgM4gU_HeE9QRVVJVzZiN0E" https://drive .google.com/open?id=0B4oJZgM4gU_HeE9QRVVJVzZiN0E
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Setelah dilakukan simulasi pemadaman kebakaran dengan menggunakan integrated system dapat ditarik beberapa kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut yaitu sebgai berikut: 1. integrated system adalah suatu system instalasi pemadam kebakaran yang bekerja secara otomatis yang diaktifkan oleh fire alarm control panel yang didesain menjadi satu kesatuan denga system deteksi otomatis beserta media pemadam yang akan digunakan. System tersebut digabung atau diintegrasikan menjadi satu menjadi satu system secara utuh. 2. Terdapat dua metode yang digunakan yaitu dengan menggunakan TPM dan meggunakan detector asap atau otomatis. Metode tersebut sama namun berbeda dalam penangan awal dan akhirnya. Pada TPM dengan menekan tombol titik panggil manual sedangkan pada detector dengan menyulutkan asap pada detector sehingga detector akan mendeteksi terjadinya kebakaran. Pada TPM pemberhentian pemadaman dengan cara menarik tuas atau tombol pada titik panggil manual, sedangkan untuk detector dengan menekan tombol reset pada control panel. 5.2 Saran Perlu adanya perbaikan pada komponen pemadaman integrated system sehingga mahasiswa dapat mengetahui dengan benar dan tepat mengenai prinsip kerja pada integrated system.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. Modul Diklat Basic PKP-PK Departemen Tenaga Kerja. -. Training Material Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Penanggulangan Kebakaran. -: DIrektorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Fatma, Hana. 2011. Perancangan Pemadam Kebakaran Integrated System dan Analisa Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Electricity Building Plant dan Server Room. Surabaya: ITS – PPNS Handoko,
Lukman.2009. Buku Petunjuk Perkapalan Negeri Surabaya
Praktek .
Surabaya:
Politeknik
Soewandono, Abimantrana. 2016. Desain Integrated System Total Flooding Foam dan Analisa Fire Severity pada Chemical Storage PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap. Surabaya: Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
TUGAS PENDAHULUAN 1. Jelaskan masing masing komponen pada detektor, alarm dan TPM. Jawaban : 1. Kerja detektor asap yaitu berdasarkan kepadatan asap yang masuk di dalamnya. Detektor asap ini memiliki dua type yaitu 2 wire dan 4 wire. Dimana pada 2 wire, catu daya listriknya di supplai dari master control fire alarm yabf bersamaan dengansinyal fire alarm sehinga hanya butuh 2 kabel saja. Sedangkan pada 4 wire tegangannya diperoleh dari dua kable yang memiliki plus minus pada control alarm dan dua kabel sisa lainnya untuk sinyal. Saat kepadatan asap masuk dan memenuhi ambang kbatas, maka akan mngektifkan rangkaian elektrnik detektor ini sebab rangkaian ini membutuhkan tegangan. Detektor asap juga memiliki 2 tipe yang bekerja dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai berikut. Detektor Photoelectric, alat yang bekerja menggunakan sensor cahaya dan dirahkan pada sensor photoelectric. Dari inilah maka alat akan menerjemahkan dalam bentuk sinyal dan kemudian diteruskan ke fire alarm. namun detektor ini memiliki kelemahan yaitu kadang menumbulkan falase alarm oleh debu atau kotoran yang berda di sekitarnya sehingga bunyi alarm kadang menimbulkan kepanikan kepada penggunanya. Detetor Ionization, alat ini bekerja menggunakan metode ionization chamber. Kelemahan penggunakan detektor jenis ini memiliki dampak yang kurang baik pada lingkungan karena dipercaya menimbulkan radioaktif meskipun penggunaannya sesuai ambang yang telah sesuai. Setelah umur pemakaiannya usai, alat ini dikategorikan sebagai limbah radioaktif sebab didalamnya terdapat ameresium. Sedangakan prinsip kerja detektor panas yakni dari saklar bimetal. Saklar ini akan teradi kontak saat panas memasuki detektor dan terdeteksi panas. Pemasangannya di rumah yaitu dengan memasukkan dua kabelnya ke terminal zone-com di dalam panel alarm yang bertuliskan L dan LC. Kedua kabel tidak memiliki plus-minus sehingga pemsangannya boleh terbalik dan sifat kontaknya yaitu NO (normally open). Selain juga masih ada detektor panas type 4 wire, dimana detektor jenis ini dapat diintegrasikan pada panel alarm yang telah dilengkapi dengan autoreset saat trigger alarm digunakan. Desainnya pun juga tampak stylish sehingga cocok diletakkan di Gedung hotel, apartemen, kantor, mall dalam interior yang berbeda-beda. 2. Komponen - komponen System Alarm Kebakaran antara lain sebagai berikut; Main Control Fire Alarm (MCFA)atau Fire Alarm Control Pannel; Terminal Box; Alarm Bell; indicating Lamp; Manual Push Button; Smoke detector/heat detector. Komponen-komponen tersebut merupakan kesatuan komponen yang digunakan dalam instalasi fire alarm system konvensional. Fungsi – fungsi komponen System Alarm Kebakaran : 1. MCFA atau Fire Alarm Control Panel adalah komponen utama dalam fire
alarm system. MCFA berfungsi untuk menerima input signal( signal masukan) dari semua komponen pendeteksi kebakaran. 2. Detector, detector berfungsi sebagai pendeteksi asap dan suhu tertentu. 3. Alarm Bell, alarm bell berfungsi sebagai output signal, maksudnya setelah contol pannel menerima signal dari detector maka alarm bell akan mengeluarkan bunyi sebagai penanda telah terjadi kebakaran 3. Manual Call Box ( titik panggil manual ) Adalah alat yanmg dioperasikan secara manual untuk memberikan isyarat adanya kebakaran. Titik panggil manual dapat berupa : Titik panggil manual yang dioperasikan dengan luas Titik panggil manual yang dioperasikan dengan tombol tekan