LAPORAN PRAKTIKUM SPPK SELF -CONTAI NED BREATH I NG APP ARATUS
(SCBA)
KELOMPOK
:4
NAMA
: KHUSNUL MARIATUNNIKMAH
NRP
: 0515040110
KELAS
: K3-4D
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 2017
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran dapat mengakibatkan suatu kerugian yang sangat besar baik
kerugian material maupun kerugian immaterial. Sebagai contoh kerugian nyawa, harta, dan terhentinya proses atau jalannya suatu produksi atau aktivitas, jika tidak ditangani dengan segera, maka akan berdampak bagi penghuninya. Jika terjadi kebakaran orang-orang akan sibuk sendiri, mereka lebih mengutamakan menyelamatkan barang-barang pribadi daripada menghentikan sumber bahaya terjadinya kebakaran, hal ini sangat disayangkan karena dengan keadaan yang seperti ini maka terjadinya kebakaran akan bertambah besar. Masalah bahaya kebakaran di industri sangat berbeda dengan tempat umum atau pemukiman. Industri khususnya yang mengelola bahan berbahaya memiliki tingkat risiko kebakaran yang tinggi. Kebakaran di industri menimbulkan kerugian yang sangat besar karena menyangkut nilai aset yang tinggi, proses produksi dan peluang kerja. banyak kerugian
terjadi
yang
yang tidak
bersifat
fatal
dan banyak
Kasus kebakaran juga menelan
korban
sedikit. Banyak upaya yang dapat dilakukan
serta untuk
mencegah terjadinya kebakaran, salah satunya adalah pemasangan Alat Pemdam Api Ringan (APAR). Dalam menanggulangi kebakaran banyak alat yang dapat digunakan. Pasir,karung
goni,
air,
dan
sebagainya
adalah
jenis
alat
pemadaman
tradisional.Selain itu juga terdapat alat pemadam modern. Antara lain hydrant , detektor, sprinkler , alarm, APAR, dan lain sejenisnya. Selain itu terdapat alat bantu
pernafasan
yang
sering
digunakan
petugas pemadam kebakaran untuk memudahkan dalam proses pemadaman kebakaran. Alat bantu tersebut adalah Self Contain Breathing Apparatus (SCBA). Dengan menggunakan alat ini maka petugas pemadam kebakaran dapat
mengevakuasi dan memadamkan suatu gedung yang terbakar dengan asap yang sangat tebal di dalammnya. Oleh karena itu, Sebagai Mahasiswa Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pengetahuan serta pemahaman tentang Self Contain Breathing Apparatus ini sangat penting yang nantinya akan diaplikasikan di dunia kerja. 1.2 Tujuan 1. Mengaplikasikan teori penggunaan Breathing Apparatus 2. Memahami tentang prosedur pemakaian Breathing Apparatus dengan jenis Self-Contained Breathing Apparatus dan dapat memakai Self-Contained Breathing Apparatus (SCBA) 1.3 Manfaat 1. Dapat megetahui dan memahami jenis-jenis Breathing Apparatus 2. Dapat memahami prosedur pemakaian Breathing Apparatus jenis SCBA dengan benar.
3. Dapat menggunakan SCBA dengan benar
BAB II DASAR TEORI 2.1 Api dan Kebakaran Api adalah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3 unsur
yaitu : panas, udara dan bahan bakar yang menimbulkan atau menghasilkan panas dan cahaya. Segitiga api adalah elemen-elemen pendukung terjadinya kebakaran dimana elemen tersebut adalah panas, bahan bakar dan oksigen. Namun dengan adanya ketiga elemen tersebut, kebakaran belum terjadi dan hanya menghasilkan pijar. Untuk berlangsungnya suatu pembakaran, diperlukan komponen keempat, yaitu rantai reaksi kimia (chemical chain reaction). Teori ini dikenal sebagai Piramida Apia tau Tetrahedron. Rantai reaksi kimia adalah peristiwa dimana ketiga elemen yang ada saling bereaksi secara kimiawi, sehingga yang dihasilkan bukan hanya pijar tetapi berupa nyala api atau peristiwa pembakaran. Kebakaran adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dan kadang kala tidak dapat dikendalikan, sebagai hasil pembakaran suatu bahan dalam udara dan mengeluarkan energy panas dan nyala (api). Proses pembakaran adalah suatu reaksi eksotermis, yaitu suatu reaksi yang mengeluarkan panas. Bila api yang terjadi sangat terbatas maka gejala tersebut belum dinyatakan sebagai kebakaran, tetapi bila api mulai memungkinkan terjadinya penjalaran maka gejala itu dapat dikatakan kebakaran. Menurut NFPA kebakaran dapat didefinisikan sebagai suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur yaitu bahan bakar, oksigen, dan sumber energy atau panas yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda, cidera, bahkan kematian. Kebakaran terjadi akibat bertemunya 3 unsur : bahan (yang dapat ter)bakar; suhu penyalaan/titik nyala dan zat pembakar (O2 atau udara). Untuk mencegah terjadinya kebakaran adalah dengan mencegah bertemunyan salah satu dari dua unsur lainnya.
2.3 Tingkat Bahaya Kebakaran Menurut Kepmen No. KEP.186/MEN/1999
1. Ringan Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar rendah, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah sehingga menjalarnya api lambat. Contoh: Perumahan, perkantoran, perhotelan, penjara, rumah sakit, museum, sekolah, tempat ibadah. 2. Sedang Kelompok 1 Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 m, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedangsehingga menjalar api sedang. Contoh: Pabrik mobil, pabrik roti, pabrik minuman, pengalengan, pabrik elektronika. 1. Sedang Kelompok 2 Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 m, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedangsehingga menjalar api sedang. Contoh: Pabrik tekstil, pabrik tembakau, penggilingan padi, gudang pendinginan, gudang perpustakaan, pabrik perakitan kendaraan bermotor. 2. Sedang Kelompok 3 Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi, sehingga api menjalar cepat. Contoh: Pabrik ban, bengkel mobil dan motor, pabrik makanan dari bahan tepung, pabrik plastik 3. Berat Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, penyimpanan cairan yang mudah terbakar, serat atau bahan lain yang apabila terbakar apinya cepat menjadi besar dengan melepaskan panas tinggi sehingga menjalarnya api menjadi cepat. Contoh: Pabrik cat, pabrik kembang api, penyulingan minyak bumi, pabrik bahan kimia yang mudah terbakar. 2.4 Faktor penyebab terjadinya kebakaran
Secara umum, kebakaran disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor manusia dan faktor teknis. 1. Faktor Manusia Sebagian besar kebakaran yang disebabkan oleh faktor manusia timbul karena kurang pedulinya manusia tersebut terhadap bahaya kebakaran dan juga kelalaian. Sebagai contoh: -
Merokok di sembarang tempat, seperti ditempat yang sudah ada tanda “Dilarang Merokok”.
-
Menggunakan instalasi listrik yang berbahaya, misal sambungan tidak benar, mengganti sekering dengan kawat.
-
Melakukan pekerjaan yang berisiko menimbulkan kebakaran tanpa menggunakan pengamanan yang memadai, misalnya mengelas bejana bekas berisi minyak atau bahan yang mudah terbakar
-
Pekerjaan yang mengandung sumber gas dan api tanpa tanpa mengikuti persyaratan keselamatan, misalnya memasak menggunakan tabung gas LPG yang bocor dan lain-lain.
2. Faktor Teknis Faktor Teknis lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hal-hal yang memicu terjadinya kebakaran, misalnya: -
Tidak pernah mengecek kondisi instalasi listrik, sehingga banyak kabel yang terkelupas yang berpotensi terjadi korsleting yang bisa memicu terjadinya kebakaran
-
Menggunakan
peralatan
masak
yang
tidak
aman,
misalnya
menggunakan tabung yang bocor, pemasangan regulator yang tidak benar, dan lain-lain -
Menempatkan bahan yang mudah terbakar didekat api, misalnya meletakkan minyak tanah atau gas elpiji didekat kompor
-
Menumpuk kain-kain bekas yang mengandung minyak tanpa adanya sirkulasi udara. Bila kondisi panas, kondisi seperti ini bisa memicu timbulnya api.
Berikut penggolongan penyebab kebakaran : -
Alat, disebabkan karena kualitas alat yang rendah, cara penggunaan yang salah, pemasangan instalasi yang kurang memenuhi syarat.
Sebagai contoh : pemakaian daya listrik yang berlebihan atau kebocoran. -
Alam, sebagai contoh adalah panasnya matahari yang amat kuat dan terus menerus memancarkan panasnya sehingga dapat menimbulkan kebakaran.
-
Penyalaan sendiri, sebagai contoh adalah kebakaran gudang kimia akibat reaksi kimia yang disebabkan oleh kebocoran atau hubungan
-
pendek listrik. Kebakaran disengaja, seperti huru – hara, sabotase dan untuk mendapatkan asuransi ganti rugi.
2.2 Alat Pelindung Diri (APD) 2.2.1 Pengertian APD Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi NOMOR PER.08/MEN/VII/2010, Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. 2.2.2 Jenis-Jenis APD Menurut Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 jenis APD adalah sebagai berikut : 1. Pelindung kepala 2. Pelindung Mata 3. Pelindung Telinga 4. Pelindung Pernapasan beserta perlengkapannya 5. Pelindung tangan dan/atau
6. Pelindung kaki Selain jenis di atas juga disebutkan bahwa yang termasuk APD adalah : 1. Pakaian pelindung 2. Alat pelindung jatuh perorangan dan/atau 3. Pelampung 2.3 Self-Contained Breathing Apparatus (SCBA) Sistem perlindungan terhadap pekerja yang memungkinkan pekerja berada dilokasi kerja yang mengandung bahaya H2S adalah dengan menggunakan alat bantu pernafasan yang sesuai. jenis peralatan yang diperbolehkan untuk dipergunakan terutama di insdusri perminyakan adalah alat
pelindung pernafasan yang dapat menyuplai udara positive (pasitive air suplay) pada masker atau face-piecenya dimana peralatan tersebut akan mengalirkan udara yang aman bagi pemakainya (safe breathable air). Banyak hal yang menjadi dasar-dasar pertimbangan untuk setiap alat pelindung pernafasan diantaranya adalah: a. Posisi alat pelindung pernafasan diletakkan b. Memiliki tekanan positif (positive pressure) c. Keterbatasan akan pelindung pernafasan d. Masker yang menutupi seluruh wajah (face seale checking) e. Bagaimana menggunakan (donning) dan bagaimana melepaskan (dolfing) f. Perawatan dan penanganan g. Aksesoris alat pelindung pernafasan Sebagai catatan, karena biasanya alat pelindung pernfasan menggunakan bantuan masker atau face piece yang menutupi seluruh atau sebagian wajah, maka keberadaan janggut mungkin akan memberikan dampak negative karena udara luar dapat masuk kedalam masker melalui celah-celah yang ditimbulkan oleh janggut tersebut. Salah satu peralatan yang direkomendasikan sebagai alat bantu prnafasan disebut self contained breathing apparatus atau yang lazim disebut SCBA. SCBA adalah suatu peralatan yang terdiri dari botol ( tabung ) bertekanan udara, penunjuk tekanan udara ( pressure gauge ), masker dan peralatan-peralatan pembawa. SCBA diisi dengan udara bebas sebagai peralatan bantu pernafasan. Sesuai fungsinya, SCBA terdiri dari 3 macam, yaitu : a. SCBA Rescue Unit Jenis SCBA Rescue Unit adalah SCBA yang digunakan sebagai alat bantu pernafasan pada waktu melakukan proses pertolongan / penyelamatan atau digunakan pada waktu melakukan pekerjaan di lingkungan yang terpapar gas berbahaya. SCBA ini dapat digunakan secara optimal sekitar 30 menit. b. SCBA Work Unit Jenis SCBA ini pada prinsipnya hanya dapat digunakan selama sekitar 10 menit, tetapi SCBA ini dilengkapi dengan peralatan sambungan khusus (quick coupling) yang dapat disambungkan dengan cadangan udara dalam botol-botol yang berkapasitas besar, sehingga dapat membantu pernafasan sampai lebih dari 30 menit. c. SCBA Escape Unit Sesuai dengan jenisnya, maka SCBA ini berfungsi untuk membantu pernafasan pada waktu meninggalkan lokasi paparan menuju tempat aman
dengan waktu penggunaan sekitar 10 menit. SCBA ini dapat digunakan secara cepat, karena model maskernya mudah digunakan. Pada prakteknya SCBA jenis ini juga digunakan untuk membantu pernafasan pada korban paparan gas pada saat evakuasi dan sebelum mendapat pertolongan medis, sehingga SCBA ini juga disebut dengan ELSA ( Emergency Life Support Apparatus). 2.3.1
Bagian-Bagian SCBA
Gambar 2.1 Bagian-bagian SCBA
Pada dasarnya SCBA adalah tabung oksigen. Agar tabung ini dapat dipakai secara layak, maka ada beberapa alat-alat dan parameter pendukung.
Cylinder Cylinder adalah salah satu komponen utama yang wajib terpasang pada SCBA. Dimana fungsi tabung ini adalah sebagai tempat oksigen yang nantinya akan digunakan untuk bernafas. Biasanya tabung yang ada pada
SCBA mempunyai berat sebesar 6 kg. Shoulder Strap Self Contained Breathing Apparatus juga dilengkapi dengan shoulder strap yang berfungsi untuk menggendong tabung dengan menggunakan bahu. Shoulder strap termasuk safety factor yang ada pada SCBA selain alarm dan waist belt.
Cylinder Valve
Cylinder valve adalah sebuah valve yang dapat membuka dan menutup yang berfungsi untuk mengatur banyak dan sedikitnya udara yang keluar dari tabung. Valve ini terletak tepat dibawah tabung.
Carrying Hannes SCBA juga dilengkapi dengan carrying hannes yang berfungsi jika kita akan memakai alat ini. Dimana, kita dapat mengangkat SCBA dengan menggunakan carrying hannes.
Waist Belt Waist belt adalah sabuk pengaman yang dipasang pada pinggang yang berfungsi untuk menjaga agar tabung tidak goyah ketika kita berlari. Waist belt merupakan safety factor kedua setelah alarm.
Alarm Safety factor yang ada pada SCBA berupa alarm yang akan berbunyi apabila oksigen yang ada pada tabung hampir habis. Sehingga dapat memberikan peringatan dini agar pemakai segera keluar dari lokasi dan menuju pada area yang aman.
Pressure Hose Pressure hose yang ada pada SCBA merupakan selang yang berfungsi sebagai
tempat
saluran
udara
yang
bertekanan.
Selang
ini
menyambungkan tabung dengan regulator, dimana udara bertekanan yang keluar dari tabung akan melewati pressure hose yang kemudian diukur dengan menggunakan regulator. Jika tekanannya sesuai akan dilanjutkan dikirim ke face mask untuk selanjutnya dihirup.
Reducer High Pressure Jika terjadi kelebihan tekanan udara pada tabung maka akan dibuang keluar melalui reducer high pressure. Dimana alat ini terletak tepat disamping regulator.
Regulator SCBA dilengkapi dengan regulator yang berfungsi untuk mengukur tekanan udara yang ada pada tabung.
Inhalation Tube Inhalation tube adalah selang yang berfungsi sebagai tempat udara masuk dari tabung menuju hidung. Selang ini terletak diantara exhalation valve dan regulator.
Exhalation Valve Exhalation valve adalah sebuah katub yang bisa membuka dan menutup yang berfungsi sebagai tempat keluarnya sisa hasil pernafasan yang berupa karbondioksida. Katub ini terletak tepat dibawah face mask.
Face Mask Untuk melindungi kepala serta wajah dari potensi bahaya atau hazard yang mungkin ada ketika proses pemadaman kebakaran berlangsung. Dimana potensi bahaya yang ditemui dapat berupa asap dan reruntuhan bangunan.
2.3.2 Hal-hal yang Harus diperhatikan Pada SCBA Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan yang berhubungan dengan SCBA :
Pastikan SCBA selalu dalam kondisi siap digunakan.
Pastikan tekanan udara dalam kondisi penuh/sesuai dengan kapasitasnya.
Tempatkan SCBA dalam posisi mudah dijangkau, terhindar dari suhu udara yang panas dan terhindar dari kotoran.
Pakailah SCBA dengan benar dan tepat, mengingat fungsi SCBA sebagai peralatan bantu pernafasan pada kondisi darurat karena paparan gas berbahaya.
Lakukan perawatan rutin, jika terdapat kebocoran atau kerusakan segera laporkan untuk diperbaiki dan dilakukan pengisian ulang.
Semua SCBA facepiece lensa diperiksa sebelum dan sesudah digunakan. Setiap SCBA facepiece lensa yang ditemukan memiliki retakan,
crushing, deformasi, discoloring, celah atau lubang harus segera dihapus dan diganti.
Pada periode waktu tertentu, cartridge breathing apparatus harus diganti agar tetap dapat memberikan perlindungan secara optimum kepada pemakai.
Penggantian cartridge respirator dilakukan jika pengguna sudah mencium bau bahan kimia yang mengkontaminasi lingkungan kerjanya (seperti seolah-olah tidak pakai breathing apparatus) dan pemakai sudah kesulitan bernafas bila menggunakan breathing apparatus.
2.3.3 Pemeriksaan SCBA 1. Pemeriksaan tekanan tinggi (tekanan tabung)
Buka valve utama pelan-pelan, dan periksa manometer. Apabila tekanannya kurang dari 5/6 dari tekanan kerja, maka isi botol tidak boleh digunakan untuk operasi.
Periksa jarum manometer, jika sudah menunjukkan angka maksimum tutup kembali valve utama.
Perhatikan manometer, bila tekanannya turun lebih kurang dari 12 atm per menitnya, berarti ada kebocoran pada sistem saluran. Perlu diperiksa kembali.
Buka bypass pelan-pelan pada deman regulator dan perhatikan suling (warning wishtle) akan berbunyi pada tekanan antara 40-50 atm.
2. Pemeriksaan Tekanan Rendah
Buka valve utama dan pakailah face mask dengan benar.
Bernafaslah seperti biasa.
Tutup kembali valve utama dengan tangan kanan, tangan kanan masih tetap memegang valve.
Bernafaslah, apabila anda tidak bisa bernafas, berarti tidak ada kebocoran pada sistem tekanan rendah, tetapi apabila anda masih bisa bernafas, berarti ada kebocoran pada face mask.
Apabila anda tidak bisa bernafas, buka segera valve utama pada botol.
BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1 Prosedur Praktikum 3.1.1 Diagram Alir Prosedur Praktikum Mulai
Mengambil SCBA dari tempat penyimpanan
Menghubungkan selang penyalur udara pada masker dengan yang ada pada harness
Mengangkat tali ke pundak kiri dan kanan dengan hati-hati
Menarik tali hingga tabung kelihatan menonjol ke atas
Menghubungkan ikat pinggang dengan pengunci dan atur agar terpasang dengan aman dan nyaman
Memeriksa isi tabung dan pastikan tidak kurang dari 80% dengan menggunakan penunjuk tekanan
Menurunkan face mask dan mengalungkannya pada leher serta periksa pada kerangka tekanan agar pada posisi minus
Memeriksa apakah PASSdevice telah terpasang dengan benar dan sesuai fungsinya
Memeriksa sistem saluran apakah pada posisi+ kemudian menarik dan menghembuskan nafas sebanyak 3x
Melepaskan perangkat SCBA sesuai dengan posisi semula dengan hati-hati agar tidak melukai diri
Selesai
3.1.2
Prosedur Kerja 1. Menyambungkan/hubungkan selar penyalur udara yang ada pada topeng pelindung muka dengan yang ada pada hamest dengan cara memasukkan serta menekan sambungan yang ada,kemudian angkat tali pundak ke pundak kiri dan kanan dengan hati-hati untuk melindungi muka. 2. Menali pundak tarik kebawah kearah pinggul sampai silinder/tabung dibelakang keliatan menonjol keatas . 3. Menghubungkan ikat pinggang dengan menekan/memasukkan pengunci. Kemudian pada posisi mengunci alur/seimbangkan tali ikat pinggang disebelah kanan untuk mendapatkan tegangan secara benar dan enak pemakaiannya. 4. Menurunkan pelindung muka/face mask dengan mengalungkan tali keleher selanjutnya periksa dengan kerangan pengatur pernafasaan dan mengatur pada posisi minus. 5. Untuk menjamin udara yang ada pada silinder/tabung sebelum memasang keface mask/topeng pelindung. Mengambil penunjuk tekanan dengan tangan kiri dan waktu yang bersamaan menaruh tangan kanan pada kerangka silinder serta memutar kerangka silinder dengan jari dan ibu jari. Putaran hams penuh sehingga terasa putaran terasa tertahan. Silinder tidak boleh digunakan apabila isinya kurang dari 80% yang mana kira-kira pada posisi penunjuk menunjukkan posisi jam 12. Memeriksa dan mengatur tali kelapa sampai seimbang serta membentuk lingkaran . rambut hams disisir / diatur kebelakang kemudian memasang topeng pelindung/face mask kemuka. Menarik
tali kepala kebelakang sampai kencang. Meyakinkan bahwa tali tersebut sudah ditarik kebelakang dan tidak kendor. 6. Memeriksa apakah seal/perapat sudah tepat dan muamuaskan dan apakah peluit sebagai peringatan tekanan udara bekerja dengan benar. Cara melakukan tindakan : memegang penunjuk tekanan dengan tangan kiri dan letakkan tangan kanan anda pada keranga silinder , selanjutnya matikan silinder dengan memutar kerangan searah dengan diri anda kemudian bernafaslah perlahan lahan. Peluit akan berbunyi pada tekanan udara 45-50 bar terns menems sampai angka penunjuk tekanan pada angka nol dan bernafaslah sekali lagi. Bila seal/perapat memuaskan dan dalam kondisi baik , maka topeng akan melekat pada wajah anda 7. Memeriksa system saluran pernafasan pada posisi positif. Buka silinder dengan penuh bersamaan dengan itu putar pengatur pernafasan keposisi posifif kemudian menghembuskan pernafasan kedalam dan keluar sebanyak 3 (tiga) kali. Bernafaslah dan dengarkan kebocoran, apabila tidak bocor serta tidak dapat didengar "pekerjaan anda dapat dimulai" 8. Apabila anda belum mendapatkan udara segar , maka anda dapat memutar kembali pengaturan saluran pernafasan keposisi negatif agar mendapatkan udara segar dari silinder dan kembalikan keposisi sat anda memulai pekerjaan. 9. Cara melepas kembali perangkat breathing apparatus . Memutar kerangan pengatur pernafasan keposisi tanda minus pada posisi stop. Memindahkan pelindung muka / face mask dengan melepas dari muka anda. Melepaskan tali-tali kepala dengan jari-jari dan ibujari dari masing-masing buckle/gesper dari pangkal tali kemudian ujung tali. 10. Menututup kerangan pengatur pada silinder , mengambil penunjuk dengan tangan kiri. Memutar pengatur pernafasan dan posisi positif untuk memeriksa penunjuk tekanan secara benar dan menjamin penunjuk pada posisi stop kemudian kembalikan keposisi negatif. 11. Melepaskan ikat pinggang dengan melepas pengunci dan melepaskan serta ulir tali pundak dengan jari dan ibujari untuk menekan pengencang tali pundak keatas. Selanjutnya melepas dan menuurunkan perangklat silinder kemudian menaruh dilantai dengan posisi terlentang 3.2 Alat dan Bahan
1. Self Contained Breathing Apparatus 2. Stopwatch
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Praktikum
SCBA (Self Contained Breathing Apparatus) adalah alat bantu pernapasan untuk waktu tertentu sesuai dengan jumlah oksigen yang tersedia pada alat tersebut. SCBA merupakan peralatan yang terdiri dari tabung bertekanan yg berisi udara, penunjuk tekanan udara (pressure gauge), masker dan peralatan pembawa. Peralatan ini biasa digunakan untuk petugas pemadam kebakaran, team penyelamat, pekerja di area berbahaya seperti: pabrik kimia, lingkungan kerja terbatas/confined space (ex: membersihkan tanki, masuk kedalam terowongan yang kandungan oksigen kurang dari 19% vol atau lebih dari 23% vol).
Gambar 4.1 SCBA lengkap dengan bagian-bagiannya
Dimana biasanya Self Contained Breathing Apparatus memiliki tiga komponen utama yang terdiri dari tangki tekanan tinggi, regulator tekanan dan koneksi inhalasi (corong dan mulut masker/masker) yang terhubung bersama komponen-komponen lain sehingga menjadi suatu alat pembantu pernafasan yang kompleks. Terdapat dua metode penggunaan SCBA, yaitu metode overhead dan metode konvensional dimana perbedaan hanya terdapat pada cara mengangkat scba saat akan digunakan. Berikut adalah langkah-langkah penggunaan SCBA
Sebelum Menggunakan SCBA, cek terlebih dahulu kelengkapan komponen SCBA dan pastikan telah berfungsi dengan baik.
Ambil SCBA dengan menggunakan kedua tangan memegang carrying
19annes dalam posisi jongkok, satu kaki sebagai tumpuan (agar didapat posisi yang ergonomis). Posisi awal SCBA terlentang serta terbalik, dimana carrying 19annes berada sisi atas dan cylinder valve pada posisi paling atas (ujung) seperti pada gambar berikut :
Gambar 4.2 Mengambil SCBA dengan metode overhead
Angkat SCBA dengan menggunakan dua tangan dan taruh pada paha. Posisi tubuh jongkok dengan salah satu kaki sebagai tumpuan (agar diperoleh posisi yang ergonomis). Kenakan SCBA layaknya mengenakan tas punggung pada umumnya.
Gambar 4.3 Pasang SCBA dari samping tubuh (metode konvensional)
Angkat SCBA ke atas sampai melewati kepala dengan posisi kedua tangan memegang carrying hannes. Terus dorong sampai SCBA berada di punggung dan carrying hannes berada dipundak. Saat SCBA diangkat, posisi tubuh sedikit demi sedikit berdiri. Sampai pada posisi akhir tubuh tegak berdiri, seperti pada gambar berikut :
Gambar
4.4 Angkat
dan
letakan
SCBA
dipunggung
(overhead)
Pasang weist belt pada pinggang. Geser gesper ke kanan dan ke kiri untuk menyesuaikan besar kecilnya pinggang kita, sekencang dan senyaman mungkin, seperti pada gambar berikut :
Gambar 4.5 Pasang weist belt
Ambil face mask dan kalungkan tali face mask terlebih dahulu sebagai keamanan agar tidak terjatuh. Pasang inhalation valve atau demand valve pada face mask dan pastikan sampai berbunyi “klik”, artinya pemasangan telah tepat. Perhatikan gambar berikut :
Gambar 4.6 Ambil face mask dan pasangkan dengan regulator
Cek dan atur tekanan udara (O2) pada tabung, dengan cara satu tangan memegang dan mengatur (memutar ke kiri atau berlawanan arah jarum jam untuk membuka)
regulator/cylinder valve dan satu tangan
memegang pressure gauge /manometer untuk mengukur dan mengetahui tekanan, seperti pada gambar berikut :
Gambar 4.7 Cek tekanan tabung
Setelah tekanan sesuai, pakailah face mask. Kencangkan semua tali face
mask seerat dan senyaman mungkin, maka Self Contained Breathing Apparatus (SCBA) siap untuk digunakan. Perhatikan gambar berikut :
Gambar 4.8 Pasang face mask pada wajah dan pastikan sudah
kencang Berikut adalah langkah-langkah dalam melepaskan SCBA :
Lepaskan face mask dari kepala dengan melonggarkan tali face mask terlebih dahulu agar lebih mudah
Tutup regulator atau cylinder valve dengan memutar ke arah kanan atau searah jarum jam untuk menghentikan aliran udara (O2) dari tabung, pastikan hingga rapat.
Lepaskan inhalation valve atau demand valve dari face mask dan buang sisa udara dengan menekan tombol pada inhalation valve atau demand
valve agar udara terbuang keluar (sambil terdengar bunyi seperti peluit).
Lepas kalungan face mask dan taruh facemask dengan hati-hati.
Longgarkan gesper dan buka kancingan untuk melepaskan waist belt.
Lepaskan tabung dengan mengawali melepas carrying hannes dan
shoulder strap yang ada pada pundak. Usahakan melepas dengan menggunakan bagian tangan yang dianggap kuat (kanan atau kiri). Setelah terlepas satu, goyangkan tabung hingga berada di sisi tangan yang satunya. Pegang carrying hannes yang masih menempel pada
tubuh dengan menggunakan tangan yang kuat lalu sedikit angkat dan lepaskan tangan yang satunya. Pegang SCBA dengan menggunakan kedua tangan lalu letakkan secara perlahan dan hati-hati.
Cara overhead dapat dilakukan dengan cepat namum perlu tenaga yang lebih agar tangan secara mantab memegang SCBA agar SCBA tidak jatuh saat diangkat
Cara konvensional dapat dilakukan dengan sederhana tanpa membutuhkan tenaga yang besar, namun pada saat SCBA berada disalah satu bahu, harus secepat mungkin bahu yang lain juga menopang SCBA. Hal ini harus dilakukan agar pembebanan SCBA tidak terfokus pada salah satu bahu saja pada waktu yang lama agar bahu tidak sakit dan pegal
Hasil praktikum kami, telah kami upload pada youtube dengan alamat : https://youtu.be/ooQI2uI0rZA
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya praktikum Self Contained Breathing Apparatus (SCBA) ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Masing-masing komponen yang terpasang pada alat bantu pernafasan SCBA ini memiliki fungsi serta kegunaan sendiri-sendiri yang saling menunjang satu sama lain. Komponen-komponen ini saling menyatu dan membentuk suatu peralatan yang dapat digunakan sebagai alat bantu pernafasan. 2. Pemakaian dan pemasangan SCBA harus dilakukan secara baik serta berurutan. 3. Penggunaan dan pemasangan SCBA harus secara ergonomis serta efisien dilakukan. 4. Metode pemakaian SCBA bergantung pada pekerja yang menggunakannya, dengan konsekuensi metode overhead lebih membutuhkan banyak tenaga untuk mengangkat silinder gas dari pada metode konvensional. 5.2. Saran
Saran agar praktikum Self Contained Breathing Apparatus (SCBA) selanjutnya dapat berjalan lancar maka kami memberi saran berupa : 1. Sebelum malakukan praktikum, sebaiknya pengecekan kondisi SCBA dilakukan agar terhindar dari mal fungsi saat praktikum berlangsung. Pastikan tabung terisi oksigen yang cukup agar pada saat praktikum bisa maksimal 2. Langkah-langkah penggunaan dan pemakaian SCBA sebaiknya dilakukan sesuai prosedur yang telah ditentukan untuk menghindari terjadinya kejang otot, kram otot atau penyakit akibat kerja lainnya yang mungkin saja terjadi akibat beban yang cukup berat.
DAFTAR PUSTAKA http://eprints.undip.ac.id/48234/3/BAB_II.pdf http://jurnal-k3lh.web.id/2015/06/08/scba-self-contain-breathingapparatus/hseindonesia Firdani, Luthfan, Ekawati dan Bina Kurniawan. 2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat : Analisis Penerapan Alat Pemadam Api Ringan di PT X Pekalongan. Universitas Diponegoro. Handoko, Lukman. 2009. Buku Petunjuk Praktek. Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Murni. 2015. Makalah Kebakaran. Makassar: POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG (PNUP) PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PELINDUNG DIRI
PER.08/MEN/VII/2010
TENTANG
ALAT
Supadio. 2012. Pengenalan Bahan Pemadam Kebakaran , [online],(http://www.SupadionoInternasionalAirportPontianakRFFS.htm, diakses 26 Maret 2017) .