Stomatitis Aftosa Rekuren Stomat Stomatitis itis Aftos Aftosa a Rekur ekuren en (SAR) (SAR) merupak merupakan an radang radang yang yang terjad terjadii pada pada mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. Ulser ini dapat berupa ulser tunggal maupun lebih dari satu. SAR dapat menyerang selaput lendir pipi bagian bagian dalam, dalam, bibir bibir bagian bagian dalam, dalam, lidah, lidah,ser serta ta palatu palatum m dalam dalam rongg rongga a mulut. mulut. Meskipun tidak tergolong berbahaya, namun sariawan sangat menganggu.
A. Pengertian Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) merupakan ulser yang terjadi berulangulang pada pada mukosa mukosa mulut mulut tanpa tanpa adanya adanya tanda tandatan tanda da suatu suatu penyak penyakit. it. !enya !enyakit kit ini relatif ringan karena tidak bersifat membahayakan jiwa dan tidak menular menula r. "etapi "etapi bagi orangorang yang menderita SAR dengan frekuensi yang sangat tinggi akan meras merasa a sang sangat at terg tergan angg ggu. u. #eber #eberap apa a ahli ahli meny menyat atak akan an bahw bahwa a SAR buka bukan n merupak merupakan an penyak penyakit it yang yang berdir berdirii sendir sendiri, i, tetapi tetapi lebih lebih merupak merupakan an gambar gambaran an keadaan patologis dengan gejala klinis yang sama.
B. Etiologi $tiologi SAR masih belum diketahui dengan pasti. Ulser pada SAR bukan karena satu satu faktor faktor saja saja tetapi tetapi multifak multifaktor torial ial yang yang memung memungkin kinkan kannya nya berke berkemba mbang ng menjadi ulser. %aktorfaktor predisposisi
1. Faktor Imunologi Respon imun yang berlebihan pada pasien menyebabkan ulserasi lokal pada mukosa. Respon imun itu berupa aksi sitotoksin dari limfosit dan monosit pada mukosa mulut dimana pemi&unya tidak diketahui.
2. Faktor Mikroorganisme Strepto&o&&us diduga sangat berpengaruh dalam patogenesis SAR, baik itu se&ara langsung maupun melalui stimulus antigen yang mungkin melakukan reaksi reaksi silang silang dengan dengan mukosa mukosa mulut. mulut. Strept Strepto&o o&o&&u &&us s 'for 'form m ditemu ditemukan kan pada pada
penderita SAR yang merupakan tipe dari S.sanguis, meski pada penelitian selanjutnya di golongkan sebagai tipe dari S.mitis. Reaksi silang antara strepto&o&&us dengan mukosa mulut telah ditemukan dan memperlihatkan jumlah serum antibodi yang signikan.
3. Faktor Penyakit Sistemik SAR ditemukan pada penderita penyakit sistemik seperti in*ammatory bowl disease, &horn disease, +- dan AS, dan &elia& sprue. /elia& sprue atau sprue topi&al yang merupakan sindroma malabsorpsi yang tidak diketahui penyebabnya, yang sering terjadi di Asia dan 0aribia. !enyakit ini berhubungan dengan kekurangan folat dan malabsorbsi 1itamin #23, lemak, dan nutrient lainnya. engan adanya kelainan malaabsorbsi tersebut maka akan semakin memi&u
terjadinya
desiensi
nutrisi
yang merupakan
fa&tor
predisposisi
timbulnya SAR. Re&urrent Aphthous Stomatitis merupakan penyakit yang ditandai dengan eritema dan ul&er rekuren pada mukosa mulut. #entuk ul&er lonjong atau u1oid dengan tepi yang berbatas tegas dan tertutup selaput putih kekuningan. Meskipun kenyataanya stomatitis aphthous merupakan penyakit mukosa oral yang paling sering terjadi pada manusia, namun penyebabnya masih belum dimengerti. %aktorfaktor yang dianggap sebagai faktor predisposisi antara lain faktor geneti&, faktor lo&al, hormonal,
desiensi
nutrisi, stress,
dan
gangguan
imunologi, dan penyakit sistemik. %aktor geneti& SAR diduga berhubungan dengan peningkatan jumlah human leu&o&yte antigen (+'A). %aktor lokal yang dimaksud dalam hal ini adalah trauma, rokok, dan alergi obat atau makanan serta beberapa bahan kimia. +ormon yang dianggap berperan penting dalam timbulnya
SAR
adalah
estrogen
dan
progesterone.
!enurunan
estrogen
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan selsel termasuk rongga mulut, memperlambat proses keratinisasi sehingga menimbulkan reaksi yang berlebihan terhadap jaringan lunak mulut sehingga rentan terhadap iritasi lokal sehingga mudah terjadi SAR. esiensi
hematini&
(besi,
asam
folat,
1itamin
#2,
#3,#4,
#23)
kemungkinan 35 lebih besar terkena SAR dibandingkan orang yang sehat. "elah terbukti bahwa pada pasien SAR terjadi perubahan &ellmediated imun. !ada pasien SAR kemungkinan terjadi respon imunoligi yang abnormal terhadap
jaringan mukosa mulut sendiri. %aktor mikroorganisme, Strepto&o&&us diduga sangat berpengaruh dalam patogenesis SAR, baik itu se&ara langsung maupun melalui stimulus antigen yang mungkin melakukan reaksi silang dengan mukosa mulut. %aktor stress dalam perkembangan SAR masih kontafersial. iduga berhubungan dengan peningkatan hormon glukokortikoid. SAR ditemukan pada penderita penyakit sistemik seperti in*ammatory bowl disease, &horn disease, +- dan AS, dan &elia& sprue.
4. Alergi dan Sensititas Alergi
adalah
suatu
respon
imun
spesik
yang
tidak
diinginkan
(hipersensititas) terhadap alergen tertentu. Alergi merupakan suatu reaksi antigen dan antibodi. Antigen ini dinamakan alergen, merupakan substansi protein yang dapat bereaksi dengan antibodi, tetapi tidak dapat membentuk antibodinya sendiri. SAR dapat terjadi karena sensititas jaringan mulut terhadap beberapa bahan pokok yang ada dalam pasta gigi, obat kumur, lipstik atau permen karet dan bahan gigi palsu atau bahan tambalan serta bahan makanan. Setelah berkontak dengan beberapa bahan yang sensitif, mukosa akan meradang dan edematous. 6ejala ini disertai rasa panas, kadangkadang timbul gatalgatal, dapat juga berbentuk 1esikel ke&il, tetapi sifatnya sementara dan akan pe&ah membentuk daerah erosi ke&il dan ulser yang kemudian berkembang menjadi SAR.
!. "am#aran klinis Ulser mempunyai ukuran yang ber1ariasi 27 mmm, tertutup selaput kuning keabuabuan, berbatas tegas, dan dikelilingi pinggiran yang eritematus dan dapat bertahan untuk beberapa hari atau bulan. 0arateristik ulser yang sakit terutama terjadi pada mukosa mulut yang tidak berkeratin yaitu mukosa bukal, labial, lateral dan 1entral lidah, dasar mulut, palatum lunak dan mukosa orofaring (#anuarea, 3778).
$. Patogenesis
Stanley telah membagi karakter klinis dari SAR kepada 9 tahap yaitu : 2. !remonitori 3. !reulseratif . Ulseratif 9. !enyembuhan "ahap premonitori terjadi pada 39 jam pertama perkembangan lesi SAR. !ada waktu prodromal, pasien akan merasa sensasi mulut terbakar pada tempat dimanalesi
akan
mun&ul.
Se&ara
mikroskopis
selsel
mononuklear
akan
menginfeksi epitelium, dan oedem akan mulai berkembang. "ahap preulseratif terjadi pada 2;<3 jam pertama perkembangan lesi SAR. !ada tahap ini, makula dan papula aka berkembang dengan tepi eritematous. ntesitas rasa nyeri akan meningkat sewaktu tahap praulserasi ini. "ahap ulseratif akan berlanjut selama beberapa hari hingga 3 minggu. !ada tahap ini papulapapula akan berulserasi dan ulser itu akan diselaputi oleh lapisan bromembranous yang akan diikuti oleh intensitas nyeri yang berkurang. "ahap !enyembuhan terjadi pada hari ke9 hingga =. Ulser tersebut akan ditutupi oleh epitelium. !enyembuhan luka terjadi dan selalu tidak meninggalkan jaringan parut dimana lesi SAR pernah mun&ul. >leh karena itu, semua lesi SAR menyembuh dan lesi baru berkembang.
E. %lasikasi Stomatitis apthous yang sifatnya rekuren dapat diklasikasikan berdasarkan karakteristik klinis yaitu ulser minor, ulser mayor, dan ulser hipertiform:
Rekuren Apthous Stomatitis Minor
Sebagian besar pasien (;7?) yang menderita bentuk minor (MRAS, ditandai dengan ulser berbentuk bulat atau o1al dan dangkal dengan diameter yang kurang daro = mm serta pada bagian tepinya terdiri dari eritematous. Ulserasi bisa tunggal ataupun merupakan kelompok yang terdiri atas empat atau lima.
6ambar 2: Re&urrent Apthous Stomatitis Minor Sumber
:
http:@@bestpra&ti&e.bmj.&om@best
pra&ti&e@monograph@=49@resour&es@image@
[email protected]
%rekuensi RAS lebih sering pada lakilaki daripada wanita dan mayoritas penyakit terjadi pada usia antara 27 dan 7 tahun. !asien dengan MRAS mengalami ulserasu yang berulang dan lesi indi1idual dpapat terjadi dalam jangka waktu yang pendek dibandingkan dengan tiga jenis yang lain. Ulser ini sering mun&ul pada mukosa nonkeratin. 'esi ini didahului dengan rasa terbakar, gatal, atau rasa pedih dan adanya pertumbuhan ma&ula eritematous. 0lasiknya, ulserasi berdiameter sampai 27 mm dan sembuh tanpa luka dalam < sampai 29 hari.
Rekuren Apthous Stomatitis Major
Rekuren aphtous stomatitis major (MARAS), yang diderita kirakira 27? dari penderita RAS dan lebih hebat dari MRAS. Se&ara klasik, ulser ini berdiameter kirakira 2 &m dan berlangsung 9 minggu termasuk daerahdaerah yang berkeratin. "anda adanya ulser seringkali dilihat pada MARAS. aringan parut terbentukkarena keparahan dan lamanya lesi terjadi.
6ambar 3: Re&urrent Apthous Stomatitis Mayor Sumber
:
http:@@dentos&a.wordpress.&om@3722@79@7;@re&urrentaphthous
stomatitisras@
Rekuren apthous stomatitis major lebih besar disbanding MRAS dan terjadi dalam jangkan waktu yang panjang. Awal dari MARAS terjadi setelah masa puberty dan akan terus menerus hingga 37 tahun atau lebih.
+ipertiformis Apthous Stomatitis
stilah herpertiformis digunakan karena bentuk klinis +U (yang dapat terdiri dari atas 277 ulser ke&il pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetic primer tetapi 1irus1irus herpes tidak mempunyai peranan dalam etioologi +U atau dalam setiap bentuk ulserasi aptosa.
6ambar : +erpertiformis Apthous Stomatitis Sumber
:
http:@@dentos&a.wordpress.&om@3722@79@7;@re&urrentaphthous
stomatitisras@ Herpertiformis apthous stomatitis menunjukkan lesi yang besar dan frekuensi terjadinya
berulang.
!ada
beberapa
indi1idu,
lesi
berbentuk
ke&il
dan
berdiameter ratarata 2 sampai mm. $tiologi yang utama dari RAS adalah faktor keturunan. %aktor ini mempunyai pengaruh yang &ukup besar, karena itu bila dalam satu keluarga ada yang memiliki sariwan maka anggota lainnya biasanya juga terkena. Adanya peningkatan terjadinya RAS pada anak dengan orang tua yang positif RAS.
F. Penatalaksanaan alam upaya melakukan perawatan terhadap pasien SAR, tahapannya adalah : 2. $dukasi bertujuan untuk memberikan informasi mengenai penyakit yang dialami yaitu SAR agar mereka mengetahui dan menyadarinya. 3. nstruksi bertujuan agar dapat dilakukan tindakan pen&egahan (suportif) dengan menghindari faktorfaktor yang dapat memi&u terjadinya SAR. . !engobatan bertujuan untuk mengurangi gejala (simtomatik) yang dihadapi
agar
menyenangkan.
pasien
dapat
mendapatkan
kualitas
hidup
yang
"indakan pen&egahan timbulnya SAR dapat dilakukan diantaranya dengan menjaga kebersihan rongga mulut, menghindari stres serta mengkonsumsi nutrisi yang &ukup, terutama yang mengandung 1itamin #23 dan Bat besi. Menjaga kebersihan rongga mulut dapat juga dilakukan dengan berkumurkumur menggunakan air garam hangat atau obat kumur. SAR juga dapat di&egah dengan mengutamakan konsumsi makanan kaya serat seperti sayur dan buah yang mengandung 1itamin /, #23, dan mengandung Bat besi. 0arena penyebab SAR sulit diketahui maka pengobatannya hanya untuk mengobati keluhannya saja.
!erawatan
merupakan
tindakan
simtomatik
dengan
tujuan
untuk
mengurangi gejala, mengurangi jumlah dan ukuran ulkus, dan meningkatkan periode bebas penyakit. >batobat yang laBim digunakan, antara lain: 2.
Analgesik
lokal
(tablet
hisap
atau
obat
kumur),
misalnya
#enBydamine ("an*e5, "antum). "ablet hisap dapat digunakan setiap 9 jam (maksimum 23 tablet perhari) hingga sembuh (maksimum < hari). Sedangkan obat kumur digunakan berkumur selama 2 menit, setiap jam hingga sembuh (maksimum < hari) 3. Anestesi lokal (&airan atau gel oles), misalnya 'idokain, benBokain, dioleskan
pada
sariawan
(sering
dioleskan
karena
efek
anestesi
berlangsung singkat). . Antise&tik (obat kumur), misalnya iodin po1idon (bethadin, septadine, mole5dine), klorheksidin (minosep), heksetidin (ba&tidol, he5adol). 9. %ortikosteroid , misalnya: triamsinolon (ketri&in, kenalog in orabase), dioleskan 3 kali sehari sesudah makan (maksimal = hari).