3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bangunan merupakan suatu kebutuhan pokok yang tidak mungkin bisa digantikan posisinya di dalam kehidupan manusia karena berbagai kegiatan manusia akan dilakukan di bangunan tersebut. Untuk sebagian orang zaman sekarang, sebuah bangunan tidak hanya sebagai tempat melakukan aktifitas sehari-hari tetapi juga bangunan dapat sebagai gaya hidup (life style) bagi pemiliknya untuk meningkatkan derajat kehidupan bagi pemiliknya serta bangunan juga menunjukkan suatu kualitas hidup bagi pemiliknya.
Bangunan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling utama pada masa sekarang, sama halnya dengan makanan dan kebutuhan pokok lainnya, bangunan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Tanpa adanya suatu bangunan manusia tidak akan bisa melakukan berbagai aktivitas dalam melakukan kehidupan misalnya seperti tidur, masak, mandi dan lain sebagainya.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat disampaikan berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai berikut:
Bagaimanakah penentuan struktur pada arsitektur tradisional Bali?
Bagaimanakah struktur dan konstruksi pada arsitektur tradisional Bali?
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui penentuan struktur pada arsitektur tradisional Bali.
Untuk mengetahui struktur dan konstruksi pada arsitektur tradisional Bali.
BAB II
PEMBAHASAN
Dasar-dasar Ukuran Bangunan
Dasar-dasar ukuran yang digunakan dalam rumah tradisional Bali yakni menggunakan petunjuk-petunjuk lontar Asta Kosala-Kosali dan Asta Bumi. Adapun ukuran-ukuran dasar yang digunakan berdasarkan ukuran tubuh si pemilik rumah, sehingga rumah Bali yang satu dengan rumah Bali yang lain memiliki ukuran yang berbeda-beda brdasarkan sikut atau ukuran pemilik rumah. Adapun ukuran-ukuran dasarnya sebagai berikut:
Gambar 1. Dasar-dasar ukuran Bangunan
Penentuan Tampang Tiang (Dimensi Rai)
Penentuan dimensi tampang tiang (Rai) didasarkan atas:
Jumlah ruas jari (dua, tiga, tiga setengah, empat, empat setengah, lima ruas jari, dan asangga). Untuk rumah umumnya menggunakan 4 ruas jari (catur adnyana). Pelinggih 2-3,5 ruas. A sangga untuk tiang lumbung.
Tumpukan uang kepeng (75, 100, 111) umumnya untuk pelinggih.
Jengkal, dengan pengurangan dan penambahan tebal jari atau ruas jari. Untuk lumbung dan meru.
A musti, untuk lumbung atau meru.
Gambar 2. Satuan ukuran untuk menentukan dimensi saka
Tabel 1. Dimensi penampang tiang pada bangunan Bali
No.
Peruntukan
Ukuran
Nama
Sifat
1
Gelebeg dan Kelingking
Sri Ulan
Sri Teka
Baik
Baik
2
Bangunan Suci
Pura
Parahyangan
Sanggah
Pemerajan
Sikut satus
Sikut telung benang
Tri Adnyana
Tri Anggana
Utama
Madya
Nista
3
Meru dan Lumbung (Jineng)
Musti
Asangga
Seratus sebelas tumpuk uang kepeng
Utama
Madya
Nista
4
Rumah
Asangga
Sikut satus solas
Sikut satus
Utama
Madya
Nista
Tiang Saka
Tiang bangunan rumah Bali atau yang sering disebut tiang saka merupakan tiang penyangga pada rumah-rumah tradisional Bali. Untuk menentukan tinggi tiang tidak sembarangan karena tinggi tiang pada rumah-rumah adat Bali harus disesuaikan dengan ukuran pengurip pemilik rumah ditambah dengan 24rai. Untuk menentukan pengurip, penghuni rumah menggunakan rumus:
Urip =12Depa + Sedema +Akilan +Limang Nyari9
Gambar 3. Bentuk dan penentuan dimensi saka
Proporsi Bale
Setelah menentukan panjang saka yang digunakan, selanjutnya menentukan proporsi bale seperti pada gambar 4. Lebar bale disimbolkan huruf "a" yang merupakan panjang tiang saka yang digunakan, sedangkan panjang bale menggunakan proporsi rumus 1,5 panjang saka – 0,5rai.
Gambar 4. Proporsi bale
Kaki Tiang (Suku Bawak)
Setelah menentukan proporsi bale, maka seelnjutnya adalah tampak vertikal dari bale tersebut dengan menentukan tinggi bale atau kaki tiang (Suku Bawak). Untuk menentukan tinggi kaki tianag, menggunakan perhitungan 3rai + (pelebih/kurang). Contohnya 1rai = 10 cm sehingga 3rai = 30 cm, kemudian dikurangi atau ditambah beberapa cm berdasarkan gambar 6. Penambahan dan pengurangan, masing-masing memiliki makna dan arti yang berbeda-beda.
Gambar 5.Dimensi kaki tiang
Prabu Anyakrane-gara, Baik
Kusumadewi, Utama
Prabu Angrebut Keda-ton, Baik
Gagak Ansungan, Buruk
Wangke lima, Buruk
Wangke pitu, Buruk
Gana murti, Buruk
Gambar 6. Pelebih/kurang beserta arti dan sifatnya (Asta Kosali No.231)
Rong
Rong adalah jarak terdalam antara saka satu dengan saka yang lainnya dalam satu bale. Lebar dan panjang rong ditentukan oleh ukuran tinggi tiang saka.
Gambar 7. Panjang dan lebar rong
Untuk menentukan panjang rong, menggunakan ukuran tinggi saka + pelebih/kurang dengan penjelasannya sebagai berikut:
Mantri Wijaya, baikMantri Wijaya, baikDewa Asih, baikDewa Asih, baikDewi Anagkil, baikDewi Anagkil, baikIlmu desti, jelekIlmu desti, jelekPrabu Wibuh, baikPrabu Wibuh, baikSH.Iga Aguncang, jelekSH.Iga Aguncang, jelekMantri Anglayang, baikMantri Anglayang, baikSH. Durga Murti, jelekSH. Durga Murti, jelekKalki Masandi, jelekKalki Masandi, jelekPrabu Digjaya, baikPrabu Digjaya, baikPrabu Wibuh, baikPrabu Wibuh, baikPrabu Wibuh, baikPrabu Wibuh, baikSH. Rwamurti, baikSH. Rwamurti, baikMerta Siwa, baikMerta Siwa, baik
Mantri Wijaya, baik
Mantri Wijaya, baik
Dewa Asih, baik
Dewa Asih, baik
Dewi Anagkil, baik
Dewi Anagkil, baik
Ilmu desti, jelek
Ilmu desti, jelek
Prabu Wibuh, baik
Prabu Wibuh, baik
SH.Iga Aguncang, jelek
SH.Iga Aguncang, jelek
Mantri Anglayang, baik
Mantri Anglayang, baik
SH. Durga Murti, jelek
SH. Durga Murti, jelek
Kalki Masandi, jelek
Kalki Masandi, jelek
Prabu Digjaya, baik
Prabu Digjaya, baik
Prabu Wibuh, baik
Prabu Wibuh, baik
Prabu Wibuh, baik
Prabu Wibuh, baik
SH. Rwamurti, baik
SH. Rwamurti, baik
Merta Siwa, baik
Merta Siwa, baik
Merta Asih, baikMerta Asih, baik
Merta Asih, baik
Merta Asih, baik
Gambar 8. Panjang rong beserta arti dan sifatnya (Asta Kosali L16T)
Sedangkan untuk menentukan lebar rong, menggunakan ukuran jarak tepi atas saka hingga bale + pelebih/kurang dengan penjelasannya sebagai berikut:
Eka Durga Sandi, baik Dwi Klika Yogi, baik Tri Yama Dustala, jelek Catur Brahma Jagra, sedang Panca Jagra Krama, buruk Sad Pada Negara, buruk Sapta Durga Sandi, buruk Astha Gana Rsi, baik Sanga Padu Laksmi, baik Dasi Kesuma Sana, baik Welas Drawa Gendis, baik Eka Durga Sandi, baik Dwi Klika Yogi, baik Tri Yama Dustala, jelek Catur Brahma Jagra, sedang Panca Jagra Krama, buruk Sad Pada Negara, buruk Sapta Durga Sandi, buruk Astha Gana Rsi, baik Sanga Padu Laksmi, baik Dasi Kesuma Sana, baik Welas Drawa Gendis, baik
Eka Durga Sandi, baik
Dwi Klika Yogi, baik
Tri Yama Dustala, jelek
Catur Brahma Jagra, sedang
Panca Jagra Krama, buruk
Sad Pada Negara, buruk
Sapta Durga Sandi, buruk
Astha Gana Rsi, baik
Sanga Padu Laksmi, baik
Dasi Kesuma Sana, baik
Welas Drawa Gendis, baik
Eka Durga Sandi, baik
Dwi Klika Yogi, baik
Tri Yama Dustala, jelek
Catur Brahma Jagra, sedang
Panca Jagra Krama, buruk
Sad Pada Negara, buruk
Sapta Durga Sandi, buruk
Astha Gana Rsi, baik
Sanga Padu Laksmi, baik
Dasi Kesuma Sana, baik
Welas Drawa Gendis, baik
Gambar 9. Lebar rong beserta arti dan sifatnya (Asta Kosali L05T)
Struktur dan Konstruksi Kaki Bangunan (Bataran)
Struktur dan konstruksi pada kaki bangunan Bali menggunakan ukuran-ukuran asta kosala-kosali. Adapun ukuran-ukuran tersebut diterapkan pada bagian tangga, bagian horizontal tangga (antrede) menggunakan perhitungan atapak + atapak ngandang (jarak ujung jari ke ujung belakang telapak kaki ditambah jarak lebar telapak kaki). Sedangkan pada bagian vertikal tangga (optrede) menggunakan perhitungan alengkat (jarak terjauh antara ujung jari tengah dengan ujung ibu jari pada telapak tangan) atau bisa menggunakan 2 dema atau 2 gemel (ukuran kepalan tangan).
Gambar 10. Dimensi-dimensi pada anak tangga rumah Bali
Selain itu, tepas ujan atau bagian yang membatasi cucuran air hujan mengenai langsung permukaan bataran menggunakan perhitungan tertentu yakni sebagai berikut:
Gambar 11. Dimensi tepas ujan
Bataran suatu rumah Bali memiliki ketinggian yang berbeda-beda sesuai fungsinya berdasarkan asta kosala-kosali menggunakan perhitungan sebagai berikut: 1) Candi, 2) Watu, 3) Segara, 4) Gunung, 5) Rubuh. Setiap perhitungan tersebut berjarak 1 kepalan tangan (sedema), dihitung setelah tepas ujan yang berjarak sedema.
Contohnya, jika ukuran sedema pemilik rumah bernilai 10 cm dan ingin membuat sebuah bangunan suci, menurut asta kosala-kosali bangunan suci jatuh pada perhitungan Candi (1), maka untuk tinggi bataran bangunan dapat berjarak 10 cm dari tepas ujan, atau jika ingin lebih tinggi, maka melakukan hitungan putaran hingga bertemu 1) Candi. Candi watu segara gunung rubuh candi = 1 putaran dengan jarak 50 cm dan seterusnya.
Berikut penjelasan tinggu beberapa bangunan di Bali:
Bangunan Suci
Bale Meten
Bale Dangin
Bale Dauh dan Sumanggen
Dapur
Jineng
Struktur dan Konstruksi Badan Bangunan
Bagian badan bangunan Bali terdiri dari beberapa bagian yang dapat dijelaskan pada gambar 12.
Gambar 12. Potongan struktur rangka jineng
Berikut hubungan sunduk dawa dan sunduk bawak terhadap tiang saka dapat dijelaskan pada gambar 13 berikut ini.
Gambar 13. Hubungan sunduk dawa dan sunduk bawak
Sendi Saka Purus ke sendi Sunduk bawak Lait Sunduk dawa Sineb Lambang Purus ke lambang sineb Sendi Saka Purus ke sendi Sunduk bawak Lait Sunduk dawa Sineb Lambang Purus ke lambang sineb
Sendi
Saka
Purus ke sendi
Sunduk bawak
Lait
Sunduk dawa
Sineb
Lambang
Purus ke lambang sineb
Sendi
Saka
Purus ke sendi
Sunduk bawak
Lait
Sunduk dawa
Sineb
Lambang
Purus ke lambang sineb
Gambar 14. Detail bagaian struktur rangka
Sineb Lambang Saka Canggahwang Sineb Lambang Saka Canggahwang
Sineb
Lambang
Saka
Canggahwang
Sineb
Lambang
Saka
Canggahwang
Gambar 15. Hubungan saka dengan lambang sineb
Struktur dan Konstruksi Atap/Kap Bangunan
Struktur dan konstruksi atap rumah Bali memiliki dasar pada ujung atap pada bagian dalam ruangan yang disebut petaka, berikut penjabaran dari komponen-komponen yang terdapat pada denah petaka.
Gambar 16. Denah petaka
Adapun variasi dari dimensi petaka-dedeleg atau langit-langit rumah dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 17. Variasi petaka dan dedeleg pada bale
Berikut beberapa struktur rangka atap dari beberapa bangunan pada rumah tradisional Bali, yakni:
Dapur
Gambar 18. Struktru atap dapur
Jineng
Gambar 19. Struktur atap jineng
Bale
Gambar 20. Struktur atap bale
BAB IV
PENUTUP
Simpulan
Adapun simpulan dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut:
Pada dasarnya dalam perhitungan struktur dan konstruksi rumah tradisional Bali menggunakan perhitungan yang berasal dari pemilik rumah sebagai berdasarkan asta kosala-kosali.
Perencanaan pembangunan rumah Bali pada awalnya harus menentukan dimensi tampang tiang saka (rai) menggunakan ukuran empat ruas telunjuk untuk bangunan tempat tinggal.
Struktrur pada kaki bangunan yang disebut bataran menggunakan perhitungan atapak+atapak ngandang, sedema, dan alengkat+3Nyari pada anak tangga sedangkan tinggi bataran menggunakan perhitungan 1) candi, 2) watu, 3) segara, 4) gunung, 5) rubuh.
Struktur pada badan bangunan berprioritas pada hubungan sunduk bawak dan sunduk dawa terhadap tiang saka dan hubungan tiang saka terhadap lambang sineb.
Struktur pada atap bangunan memiliki perhitungan sesuai asta kosala-kosali pada setiap bangunan dengan fungsi yang berbeda memiliki kerangka atap yang berbeda pula.
DAFTAR PUSTAKA
Babad Bali. 2014. Asta Kosala-kosali. Tersedia pada http://www.babadbali.com/. Diakses pada 2 Juni 2014.
Putra, I Gst Made. 2014. Perancangan Struktur dan Konstruksi Arsitektur Bali. Materi perkuliahan Arsitektur Bali 2: tidak dipublikasikan.
______________. 2014. Dimensi Kaki Bangunan Arsitektur Bali. Materi perkuliahan Arsitektur Bali 2: tidak dipublikasikan.
______________. 2014. Dimensi Kepala Bangunan Arsitektur Bali. Materi perkuliahan Arsitektur Bali 2: tidak dipublikasikan.
Susanta, Nyoman. 2014. Dimensi Ukuran Sikut Rumah Bali. Disampaikan pada perkuliahan Arsitektur Bali 2, Universitas Udayana.