BAB 1 : TEORI AKUNTANSI Teori adalah acuan, konsep, sesuatu yang ideal (hal-hal yang kita acu) Teori akuntansi adalah alasan alasan yang logis yang terdiri dari prinsipprinsip yang menyediakan generic framework. Semua teori yang menyediakan panduan/acuan, dimana praktek-praktek akuntansi tersebut bisa di evaluasi. Hendriksen dan Van Breda (1992) mendefinisikan teori akuntansi sebagai berikut:”....penalaran logis dalam bentuk seperangkat prinsip-prinsip yang luas (a set of broad priciples) yang memberikan rerangka referensi umum untuk mengevaluasi praktek akuntansi dan memberikan pedoman dalam mengembangkan praktek dan prosedur akuntansi yang baru”. Macfoedz (1996) mendefinisikan teori akuntansi sebagai konsep, standar, mode, hipotesis dan metoda yang saling terkait yang diekstraksi dari disiplin filosofi akademi dan keilmuan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena bisnis.
BAB 2 : ACCOUNTING THEORY CONSTRUCTION 1. Teori Pragmatik (Perilaku) Teori ini berusaha menjelaskan pengaruh informasi akuntansi terhadap perilaku pengambilan keputusan. Jadi teori pragmatik dimaksudkan untuk mengukur dan mengevaluasi pengaruh ekonomi, psikologi, dan sosiologi pemakai terhadap alternatif prosedur akuntansi dam media pelapornya. a. Pendekatan Pragmatik-Deskriptif Metode ini paling universal dan tua, kemungkinan adalah pemakaian pragmatik deskriptif. Atas dasar metoda ini, perilaku akuntansi diamati terus menerus dengan tujuan untuk meniru prosedur dan prinsip-prinsip akuntansi. Proses seperti ini merupakan pendekatan induktif yang digunakan untuk mengembangkan teori akuntansi. b. Pendekatan Pragmatik-Psikologis Pendekatan pragmatis yang kedua adalah mengamati reaksi pemakai laporan keuangan. Akuntan memanipulasi transaksi akuntansi menurut aturan-aturan sintaktik yang berbeda dengan yang digunakan untuk
Fajrin Hera Globawati
[email protected]
menghasilkan laporan keuangan (contoh: adanya sistem akuntansi inflasi yang berbeda). Laporan tersebut kemudian disimpulkan oleh pemakai. Dilihat dari aspek bahasa, rerangka teoritis akuntansi dapat saja terpusat pada salah satu unsur teori tersebut: sintaktik (struktur), semantik (interpretasi) dan pragmatik (perilaku). Namun demikian, Hendriksen dan Van Breda (1992) berpendapat bahwa kerangka teori akuntansi yang lengkap seharusnya memiliki tiga komponen teori di atas. 2. Teori Sintaktik Teori sintaktik berusaha untuk menjelaskan praktik akuntansi dan memprediksi bagaimana akuntan akan bereaksi pada situasi tertentu atau bagaimana mereka melaporkan peristiwa tertentu. Dengan demikian teori ini berkaitan dengan struktur proses pengumpulan data dan pelaporan keuangan. 3. Teori Semantik (Interpretasi) Teori semantik berkaitan dengan penjelasan mengenai fenomena (obyek atau peristiwa) dan istilah atau simbol yang mewakilinya. Jadi teori ini memberikan penjelasan mengenai definisi operasional dari praktek akuntansi. Struktur akuntansi, meskipun dapat dirumuskan secara logis, tidak akan berarti sama sekali apabila simbol atau istilah yang menggambarkan peristiwa atau pengukuran tidak berkaitan secara empiris dengan fenomena dunia nyata.
4. Teori Normative (1950-1960) Teori normative hanya menyebutkan hipotesis tentang bagaimana akuntansi seharusnya dipraktekkan tanpa menguji hipotesis tersebut. Teori normatif ini berfokus pada dua hal, yaitu true income dan decision usefulness. True Income True income berfokus pada suatu pengukuran tunggal untuk aset dan suatu bentuk sifat laba yang unik. Namun, tidak ada kesepakatan tentang apa yang benar atau pengukuran yang benar dari nilai dan keuntungan. Banyak literatur selama periode ini diisi oleh perdebatan mengenai manfaat dari sistem pengukuran alternatif. Decision Usefulness Pendekatan ini berasumsi bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah membantu dalam proses pembuatan keputusan terhadap pengguna laporan keuangan tertentu dengan menyediakan data akuntansi yang relevan dan bermanfaat. 5. Positive Theories (1970-an) Fajrin Hera Globawati
[email protected]
Penelitian akuntansi positif pertama difokuskan pada pengujian empiris dari beberapa asumsi yang dibuat oleh teori akuntansi normatif. Misalnya, dengan menggunakan kuesioner dan teknik survey lainnya, sikap untuk kegunaan teknik akuntansi yang berbeda ditentukan. Pendekatan yang khas adalah untuk survei pendapat dari menganalisis keuangan, petugas bank atau akuntan pada kegunaan metode akuntansi inflasi yang berbeda dalam pengambilan keputusan mereka tugas (seperti memprediksikebangkrutan atau memutuskan apakah akan membeli atau menjual saham). Pendekatan lain adalah untuk menguji pentingnya diasumsikan dari output akuntansi di pasar. Pengujian dilakukan untuk mencoba menentukan apakah akuntansi inflasi meningkatkan efisiensi informasi pasar saham, apakah pendapatan merupakan faktor penentu penting dalam penilaian saham, apakah biaya data akuntansi ‘halus’ pertemuan keluar menimbang manfaat, atau apakah penggunaan yang berbeda teknik akuntansi mempengaruhi nilai (hipotesis mekanistik). Perbedaan antara Teori Normative dan Positive adalah pada: Normative ; teori yang berdasarkan perspektif, dan teori positive adalah deskriptif, atau prediksi. Faktanya, teori normative dan teori positif dapat saling berdampingan dan saling melengkapi. Teori positif dapat membantu memberikan pemahaman tentang peran
akuntansi
yang
pada
gilirannya
dapat
membentuk
dasar
untuk
mengembangkan teori normatif untuk meningkatkan praktek akuntansi. 6. Different Perspectives Dalam pandangan ini kita lebih berfokus pada pendekatan yang sangat terstruktur dengan perumusan teori- pendekatan ilmiah. Kita mulai dengan teori yang didasarkan pengetahuan sebelumnya atau diterima secara ‘ilmiah’ konstruksi teorinya.Langkah
selanjutnya
adalah
dengan
menggunakan
teori
untuk
membangun masalah penelitian ketika kita mengamati dunia nyata perilaku yang tidak setuju dengan teori. Pada tahap ini, kami mengembangkan teori untuk menjelaskan perilaku yang diamati dan menggunakan teori untuk menghasilkan hipotesis diuji yang akan dikuatkan hanya jika teori memegang.
BAB 3 : APPLYING THEORY TO ACCOUNTING REGULATION A. The theories of regulation relevant to accounting and auditing Fajrin Hera Globawati
[email protected]
Teori pasar modal menunjukkan bahwa manajer memiliki banyak insentif untuk secara sukarela memberikan informasi akuntansi kepada pihak eksternal untuk perusahaan, dan informasi telah diverifikasi oleh auditor independen. Ada beberapa teori yang relevan untuk memahami regulasi pelaporan keuangan, yaitu: o o o
Theory of efficient markets Agency theory Theories of regulation
1. Theory of efficient markets Teori efisiensi pasar adalah teori yang membahas tentang harga atau nilai sekuritas yang mencerminkan secara penuh semua informasi yang tersedia pada informasi tersebut (Hanafi,2004). Ada beberapa pengertian tentang teori efisiensi pasar. a. Berdasarkan nilai intrinsik sekuritas. Teori ini menjelaskan bahwa pasar dikatakan efisien jika harga atau nilai sekuritas yang ada pada pasar mencerminkan informasi mengenai seberapa jauh harga sekuritas menyimpang dari nilai instrinsiknya. b. Berdasarkan akurasi dari ekspektasi harga. Teori ini menjelaskan bahwa pasar dikatakan efisien jika harga atau nilai sekuritas yang ada pada pasar mencerminkan secara penuh dari ketersediaan informasi yang tersedia. c. Berdasarkan distribusi informasi. Teori ini menjelaskan bahwa pasar dikatakan efisien jika harga atau nilai sekuritas diperoleh setelah setiap orang memiliki informasi dan dianggap mendapatkan informasi yang sama. d. Berdasarkan proses dinamik. Teori ini menjelaskan bahwa pasar dikatakan efisien jika harga atau nilai sekuritas yang tecantum dalam pasar secara cepat dan penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia. Jadi dalam konsep efisiensi pasar ini membahas tentang hubungan antara harga atau nilai sekuritas dengan informasi, bagaimana pasar bereaksi terhadap informasi-informasi tersebut serta sejauh mana informasi tersebut dapat mempengaruhi pergerakan harga yang baru. 2. Agency Theory Teori keagenan merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer. Pemisahan pemilik dan manajemen di dalam literatur akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori ini merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan riset akuntansi yang merupakan Fajrin Hera Globawati
[email protected]
modifikasi dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi. Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham/pemilik dan manajemen/manajer. Menurut teori ini hubungan antara pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan. 3. Theories of regulation Regulasi umumnya diasumsikan akan diterima oleh industri terkait dan didesain serta dioperasikan dengan tujuan utama memperoleh keuntungan. Ada dua kategori utama tentang regulasi industri. Ada 3 jenis teori regulasi: public interest theory (Teori kepentingan public) Teori kepentingan publik menyatakan bahwa regulasi terjadi karena tuntutan publik dan muncul sebagai koreksi atas kegagalan pasar. Kegagalan pasar terjadi karena adanya alokasi informasi yang belum optimal dan ini dapat disebabkan oleh - keengganan perusahaan mengungkapkan informasi, - adanya penyelewengan informasi, dan - penyajian informasi akuntansi secara tidak semestinya.
regulatory capture theory Teori ini menganggap bahwa walaupun tujuan asli dari dibuatnya peraturan adalah untuk melindungi kepentingan umum, namun tujuan ini sebenarnya tidak dapat tercapai karena dalam prosesnya, pihak pelaksana peraturan tersebut cenderung untuk mengatur atau mendominasi para pembuat peraturan itu sendiri. Alasan utama teori capture adalah bahwa keputusan atas peraturan biasanya memiliki dampak terbesar pada kepentingan industry. Sehingga, industri-industri tersebut merasa bahwa posisi keuangan secara keseluruhan dipengaruhioleh keputusan peraturan secara signifikan. Teori capture menyarankan kepada lembaga akuntansi professional atau sector korporat untuk mencari control sebanyakbanyaknya dalam mengatur standar akuntansi yang dapat menjadi panduan dalam sistem pelaporan oleh para anggotanya (industry).
private interest theory Teori ini mengasumsikan bahwa peraturan menjadi sebuah eksistensi sebagai hasil dari tanggapan pemerintah terhadap permintaan public untuk memperbaiki segala bentuk ketidakefisiensian atau ketidaksamaan praktik yang dilakukan oleh individu ataupun organisasi (strongly challenged by Stigler in 1971). Teori ini percaya bahwa terdapat pasar dengan regulasi yang sama yaitu kekuatan supply dan demand yang beroperasi dalam pasar modal. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, produsen merupakan kelompok dengan tawaran tertinggi, sehingga otomatis konsumen
Fajrin Hera Globawati
[email protected]
merupakan kelompok dengan tawaran paling rendah. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu : - Cost of organization - Information cost B. How Theories of Regulation Apply to Accounting and Auditing Practices 1. Application of Public Interest Theory Di dalam public interest theory, pemerintah merasa perlu untuk mengeluarkan suatu regulasi yang berguna untuk melindungi kepentingan publik. Hal ini terjadi karena mekanisme pasar gagal sehingga untuk meluruskannya, pemerintah harus turut campur dengan pembuatan regulasi baru. 2. Application of Capture Theory Walker memberikan pendapatnya mengenai ASRB. Ia berpendapat bahwa terjadinya capture theory dalam proses pembuatan peraturan oleh ASRB. Ia menyimpulkan bahwa para profesi akuntan mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh ASRB. Hal ini terlihat karena ASRB mengadakan merger dengan AARF (Australian Accounting Research Foundation) dan setelah merger ini, 22 dari 23 standar yang dikeluarkan oleh ASRB datang dari profesi akuntan. Padahal, ASRB bebas menerima masukan standar dari sumber manapun. Menurut Walker, ASRB gagal dalam mendirikan fungsinya sebagai pembuat standar laporan keuangan yang netral dan tidak bias. 3. Application of Private Interest Theory Rahman memberikan komentar atas pendapat yang dikeluarkan oleh Walker. Rahmat berpendapat bahwa studi kasus yang dilakukan Walker kurang mendalam dan kurang luas karena pihak-pihak yang dapat mengintervensi keputusan ASRB tidak hanya datang dari profesi akuntan saja tetapi juga datang dari Ministerial Council Australia. Tugas Ministrial Council ini adalah menyetujui atau tidak menyetujui keputusan yang dibuat ASRB. Rahman berpendapat bahwa bukan capture theory yang terjadi melainkan private interest theory. Rahman juga berpendapat bahwa Walker tidak memperhatikan siapa saja yang menduduki jabatan di dalam ASRB. Orang-orang yang menduduki posisi di ASRB sebagian besar adalah para corporate manager dan direktur perusahaan-perusahaan yang akan sangat terpengaruhi atas keputusan yang dibuat ASRB. Menurut Rahman, memang para profesi akuntan terpengaruhi oleh standar yang dikeluarkan ASRB, tetapi yang terpengaruhi dalam kegiatan mereka C. The Regulatory Framework for Financial Reporting Ada beberapa pihak yang berperan aktif dalam pelaporan keuangan, yaitu: pihak yang menyiapkan laporan keuangan (direktur perusahaan, eksekutif, dan manajer) dan auditor eksternal perusahaan. Aktifitas dari pihak-pihak tersebut dipengaruhi oleh lingkungan dimana laporan keuangan tersebut bertempat, seperti legal, ekonomi, politik, dan sosial. Beberapa fitur lingkungan yang spesifik menghasilkan suatu kerangka regulasi untuk pelaporan keuangan. Beberapa elemen yang terdapat dalam kerangka regulasi tersebut adalah: statutory requirements (persyaratan hukum), corporate governance (tata kelola perusahaan), auditors and
Fajrin Hera Globawati
[email protected]
oversight (auditor dan pengawasan), dan independent enforcement bodies (badan pelaksana independen). 1. Statutory Requirements Partisipan utama dalam memproduksi laporan keuangan adalah direktur perusahaan (beserta para eksekutif dan manajer) dan auditor independen. Banyak sekali motivasi bagi para manajer untuk secara sukarela menyediakan informasi keuangan yang akan diverifikasi secara independen melalui proses audit. Sekarang, yang ingin dijelaskan adalah peran dari persyaratan hukum sebagai suatu insentif bagi perusahaan untuk menyediakan laporan keuangan yang diaudit. 2. Corporate Governance Davis memiliki pandangan yang luas mengenai tata kelola perusahaan dan menyatakan bahwa tata kelola perusahaan adalah sebuah struktur, proses, dan institusi di dalam dan sekitar organisasi yang mengalokasikan kekuatan dan control sumber daya di antara para partisipan. Beberapa praktik tata kelola perusahaan berasal dari hukum yang mensyaratkan direktur untuk mengambil tindakan spesifik yang berkaitan dengan manajemen perusahaannya. 3. Auditord and Oversight Di banyak negara, auditor memiliki peranan dan fungsi yang penting dalam menyediakan kepastian mengenai kualitas laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Bentuk regulasi yang paling dasar dari profesi auditor adalah membatasi anggota hanya untuk orang-orang yang memiliki kualifikasi tertentu dan pengalaman serta membutuhkan pendaftaran untuk berlatih. Bentuk regulasi lainnya adalah dibutuhkannya komitmen dari para anggota profesional terhadap kode etik. 4. Independent Enforcement Bodies Peran badan pelaksana independen dalam regulasi pelaporan keuangan adalah mendukung kesesuaian dengan regulasi yang mengatur mengenai pelaporan keuangan, yang terdapat dalam hukum dan standar akuntansi. Badan pelaksana independen merupakan perpanjangan dari pengajuan pengawasan yang merupakan bagian dasar dalam kerangka regulasi.
BAB 4 : A CONCEPTUAL FRAMEWORK Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai : “a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of financial accounting and reporting”. Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang Fajrin Hera Globawati
[email protected]
menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan. Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan. Sedangkan fundamentals (kaidah-kaidah pokok) adalah konsep-konsep yang mendasarai akuntansi keuangan, yakni yang menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta mengkomunikasikannya kepada pihakpihak yang berkepentingan. Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsepkonsep lainnya mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi berulang-ulang dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi keuangan dan pelaporan.
BAB 5 : MEASUREMENT THEORY A. IMPORTANCE OF MEASUREMENT (Pengertian dan Pentingnya pengukuran) Menurut pendapat para ahli: - CAMPBELL : Penerapan angka-angka untuk merepresentasikan sifatsifat (properties) dari suatu sistem. STEVEN : Penerapan angka-angka untuk obyek atau kejadian berdasarkan aturan-aturan tertentu. Pengukuran suatu objek digunakan untuk mengetahui nilai suatu objek sehingga dapat menjadi acuan untuk dapat menentukan kebijakan yang berkaitan dengan objek tersebut. Angka-angka hasil pengukuran memiliki makna karena pengukuran tersebut mencerminkan suatu kejadian/objek tertentu . B. SCALE (Jenis-jenis skala pengukuran) 1. Skala Nominal Angka yang hanya digunakan sebagai label atau identifikasi untuk menunjukkan pengelompokkan atau klasifikasi berfungsi untuk mengelompokkan data, tetapi tidak memiliki arti. Skala Nominal Dalam Akuntansi : Skala nominal digunakan untuk klasifikasi aset dan liability ke dalam beberapa kelompok.
Fajrin Hera Globawati
[email protected]
2. Skala Ordinal Skala pengukuran yang digunakan untuk menentukan peringkat biasanya skala ordinal memiliki ‘natural origin’, yaitu titik nol. Kelemahan skala ordinal : Interval antar peringkat yang tidak menjelaskan kuantitas perbedaan properti (sifat) yang diukur.
Skala Ordinal Dalam Akuntansi : Skala ordinal digunakan untuk memeringkat proyek investasi atau profitabilitas perusahaan- perusahaan. Contoh: Peringkat Investasi
Fajrin Hera Globawati
[email protected]
3. Skala Interval Memberikan informasi yang lebih, dibandingkan skala ordinal, bukan hanya memberikan informasi mengenai peringkat, tetapi juga jarak atau selisih antar interval dapat diketahui dan bernilai sama. Contoh : Kepuasan seseorang terhadap pelayanan suatu jasa dapat diberi skala interval 1-2-3-4-5. Dimana nilai :
Skala Interval Dalam Akuntansi : Skala interval digunakan dalam standar cost accounting. Contoh : Penentuan prosedur biaya standard, antara lain : Biaya tenaga kerja, biaya bahan baku, biaya overhead pabrik 4. Skala Rasio Merupakan skala pengukuran yang ditujukan pada hasil pengukuran yang bisa dibedakan, diurutkan, mempunyai jarak tertentu dan bisa di bandingkan. Skala yang dapat memberi arti perbandingan atau perkalian. Skala Rasio Dalam Akuntansi : Skala rasio untuk mengukur atribut keuangan seperti profit, aset, & liabilitas.
C. Penggunaan Skala Pengukuran Fajrin Hera Globawati
[email protected]
Invariance scale : Seharusnya skala pengukuran apapun yang digunakan akan tetap memberikan kesimpulan dan pengambilan keputusan yang sama. Dalam akuntansi, perbedaan sistem pengukuran dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang berbeda pula. D. TYPES OF MEASUREMENT (Jenis Pengukuran) Fundamental measurement – Datanya sudah ada Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka-angka dapat diterapkan pada benda dengan mengacu pada hukum alam dan tidak bergantung pada pengukuran variabel apapun. Seperti panjang, hambatan listrik, nomor, dan volume merupakan hal-hal yang dapat diukur. Sebuah skala rasio bisa diformulasikan pada tiap-tiap benda sebagai hukum dasar yang dihubungkan dengan pengukuran yang berbeda (jumlah) pada bendabenda yang sudah ada. Derived measurement – Dihitung terlebih dahulu Menurut Campbell, pengukuran turunan merupakan pengukuran yang bergantung dari pengukuran dua atau lebih benda lain. Contohnya adalah pengukuran kepadatan, yang bergantung pada pengukuran massa dan volume. Operasi pengukuran yang dilakukan bergantung pada hubungan yang sudah diketahui dengan sifat-sifat mendasar lainnya. Adanya hubungan seperti ini didasarkan pada teori empiris yang disepakati dikaitkan dengan sifat-sifat tertentu dengan sifat-sifat lainnya. Operasi matematika dapat dilakukan pada bilangan-bilangan yang berasal dari pengukuran turunan. Contoh pengukuran turunan dalam akuntansi adalah laba, laba diturunkan dari penjumlahan dan pengurangan atas pendapatan dan beban. Fiat measurement – Pengukuran menggunakan konsep yang sudah ada Pengukuran seperti ini mencakup pengukuran yang didasarkan pada definisi yang berubah-ubah (contoh pengukuran laba pada akuntansi). Pada akuntansi, berbagai dewan standar akuntansi menentukan skala akuntansi dengan keputusan resmi (fiat), bukan dengan referensi berdasarkan teori pengukuran yang telah dikonfirmasi. Sebagai contoh, dalam akuntansi kita tidak tahu mengukur konsep keuntungan secara langsung. variabel pendapatan, laba, beban, dan kerugian konsep keuntungan dan kemudian digunakan untuk secara tidak langsung. E. Keandalan Dan Keakuratan Reliabilitas (Keandalan) Konsistensi pengukuran Fajrin Hera Globawati
[email protected]
bagaimana cara untuk Kita mengasumsikan dihubungkan dengan mengukur keuntungan
Meskipun dilakukan oleh berbagai orang, pengukuran akan memberikan hasil yang konsisten. Keakuratan Penyajian nilai yang sebenarnya dari suatu obyek yang diukur. F. Sumber Kesalahan o Operasi pengukuran tidak dinyatakan secara akurat o Alat pengukur tidak tepat hasilnya o Instrumen o Lingkungan o Atribut tidak jelas o Adanya resiko dam ketidakpastian G. Pengukuran Dalam Akuntansi Dua pengukuran fundamental dalam akuntansi (Keduanya merupakan derived measure): a. Modal (capital) b. Laba (profit) Konsep modal dan laba berubah dari waktu ke waktu -
IFRS: Lebih menekankan pada konsep fair value. Pergeseran dari konsep alokasi ke konsep valuasi (penilaian) dan relevansi
H. Masalah Pengukuran Dalam Auditing Adanya berbagai metode valuasi aset dapat menimbulkan masalah bagi auditor. Kemungkinan ada berbagai alternatif nilai aset yang valid untuk diterima. Auditor dapat menghadapi tekanan dari manajer untuk menerima metode valuasi perusahaan atau perusahaan akan mencari auditor lainnya I. Masalah Pengukuran Untuk Auditor Fokus pengukuran laba telah bergeser dari pendapatan dan beban yang cocok untuk menilai perubahan nilai wajar aktiva bersih. Auditor harus menentukan apakah manajemen telah membuat valuasi yang tepat dan wajar.
BAB 6 : ACCOUNTING MEASUREMENT SYSTEMS A. Tiga Sistem Pengukuran Utama Pendapatan dan Modal Sistem pertama yang muncul adalah biaya historis (historical cost) khususnya pada tahun 1929 setelah kejadian runtuhnya Wall Street. Kemudian mulai pada
Fajrin Hera Globawati
[email protected]
tahun 1960 muncul beberapa sistem alternatif yaitu biaya saat ini (current cost) dan harga jual saat ini (current selling price).
B. Akuntansi Biaya Historis (Historical Cost) 1. Tujuan Akuntansi Tujuan dari biaya historis stewardship menekankan hubungan konservatif “kontraktual” antara perusahaan dengan pihak yang menyediakan sumber daya dengan membuat manajemen bertanggung jawab terhadap input dari aset hingga operasi dan output pada nilai bersih ekuitas dari operasi. Dengan demikian, laporan rugi-laba merupakan kunci dari mekanisme komunikasi. 2. Capital and Profit (Modal dan Laba) Dalam rangka penentuan laba menurut biaya historis, entitas akuntansi harus terlebih dahulu menahan jumlah modal yang sama yang dimiliki pada awal periode - di mana seluruh aset dan kewajiban dinilai berdasarkan biaya pembelian historis. Dengan demikian, pendapatan merupakan kenaikan modal dari biaya historis pada akhir periode akuntansi. 3. Matching of Costs Theory (Pencocokan Teori Biaya) Akuntan biaya historis terus-menerus melacak aliran biaya. Karena biaya bersifat melekat, ini hanya merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa akuntan menjaga akun-akun transaksi dari suatu bisnis. Dalam pembelian barang dan jasa suatu perusahaan, tugas akuntan adalah untuk melacak pergerakan
biaya
dan
melampirkannya
(menyesuaikan)
biaya
terhadap
pendapatan yang diterima saat biaya mengalir dalam bisnis. 4. Conservatism (Konservatisme) Komponen penting lainnya adalah penerapan dari prosedur pencocokan yang konservatif. Beban harus dialokasikan secepat mungkin, sedangkan pendapatan belum perlu diakui sampai ada kemungkinan yang tinggi bahwa pendapatan akan diterima. Artinya, ada kecondongan yang bias terhadap pengakuan beban yang berhadapan (vis-a-vis) dengan pengakuan pendapatan. Konsep dasar konservatisme lainnya yaitu bahwa kenaikan dalam nilai aset belum perlu diakui, Fajrin Hera Globawati
[email protected]
tetapi penurunan nilai harus diakui - baik aturan nilai terendah biaya atau aturan pasar. 5. Arguments for Historical Cost Accounting (Argumen untuk Akuntansi Biaya Historis) Akuntansi biaya historis terserang oleh banyak pihak, terutama atas dasar bahwa biaya historis tidak melaporkan realitas komersial atau tidak memberikan penilaian yang terbaru dari kekayaan bersih. Pihak yang masih mempertahankan hal ini telah menyajikan argumen berikut: 1. Biaya historis relevan dengan pengambilan keputusan ekonomi. Sebagai seorang manajer yang membuat keputusan menyangkut komitmen di masa depan, maka manajer membutuhkan data transaksi di masa lalu. Manajer harus mampu meninjau upaya masa lalu dan ukuran dari upayanya yang merupakan konsep biaya historis. 2. Biaya historis didasarkan pada transaksi yang sebenarnya, bukan sekedar kemungkinan. Dalam akuntansi untuk biaya historis, sebuah catatan dari transaksi yang aktual dibuat. Sebuah catatan pendukung angka pada laporan keuangan kemudian disediakan dan dapat diamati. Hal ini bukanlah kasus seperti pada sistem "nilai sekarang" lainnya yang mengakui harga sekarang sebagai nilai atau bahkan pendapatan - kejadian ini mungkin terjadi atau tidak. 3. Dalam sejarahnya, laporan keuangan yang berlandaskan biaya historis telah dianggap bermanfaat. Littleton berargumen bahwa praktik akuntansi manajerial dan industri modern merupakan keturunan langsung dari percobaan bertahuntahun
dan
kesalahan
yang
dikeluarkan
oleh
owner-operators
dalam
mengembangkan data yang akan berguna bagi mereka dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. 4. Merupakan konsep pemahaman terbaik dari laba di mana laba adalah selisih lebih harga jual atas biaya historis. Konsep laba yang diterima sebagai ukuran kinerja dari keberhasilan. Keputusan mengenai apakah akan melanjutkan lini produk atau divisi atau pabrik tergantung sampai batas-batasan tertentu apakah terdapat penyebaran yang menguntungkan antara pendapatan dan biaya. Orang perlu memahami konsep ini untuk keberhasilan kegiatan bisnisnya. Fajrin Hera Globawati
[email protected]
6. Kritik Akuntansi Biaya Historis Kritik untuk akuntansi biaya historis telah berulang kali berargumen bahwa sistem gagal dalam mendasari fungsi menyediakan informasi yang obyektif. Ada begitu banyak keputusan terkait dengan pencatatan, pengukuran dan pelaporan informasi yang mana sistem biaya historis jauh dari obyektif dan terbuka untuk manipulasi.
C. Akuntansi Biaya Untuk Saat Ini (CURRENT COST) 1. Objective of Current Cost Accounting (Tujuan Akuntansi Biaya Saat Ini) Akuntansi biaya saat ini adalah sebuah sistem akuntansi di mana aset dinilai berdasarkan harga pasar saat pembelian dan laba ditentukan oleh alokasi berdasarkan biaya saat ini. Apa tujuan dari akuntansi untuk current cost? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu mempertimbangkan jenis keputusan yang dihadapi oleh manajer dalam menjalankan bisnisnya. 2. Concept of Business Profit and Financial Capital (Konsep Laba Usaha dan Ekuitas Keuangan) Edwards dan Bell menawarkan konsep laba yang disebut "laba usaha" yang terdiri dari (1) laba operasi saat ini dan (2) penghematan biaya realisasi. Laba operasi saat ini merupakan kelebihan dari nilai output saat ini yang terjual melebihi dari biaya saat input terkait. Penghematan biaya realisasi merupakan peningkatan biaya saat ini dari aset yang ditahan oleh perusahaan pada periode berjalan. Keduanya mencakup perubahan biaya yang telah direalisasi maupun yang belum direalisasi. 3. Holding Gain and Losses (Penahanan Keuntungan dan Kerugian) Sebuah asumsi yang mendasari laba usaha adalah bahwa pencampuran penahanan terlihat
keuntungan/kerugian
membingungkan
dan
evaluasi
keuntungan/kerugian
terhadap
keputusan
dalam
operasi
manajemen
dan
menghambat alokasi sumber daya dalam perekonomian. Konsep laba usaha memungkinkan pemisahan komponen tersebut.
Fajrin Hera Globawati
[email protected]
D. Financial Capital VS Physical Capital (Ekuitas Keuangan VS Ekuitas Fisik) Dalam akuntansi berbasis current cost, ada dua pandangan mendasar dan dikatakan bersaing tentang apa yang merupakan ekuitas awal dan ekuitas akhir konsep keuangan dan konsep fisik. Tidak ada perselisihan antara konsep penilaian yang diterima oleh kedua paradigma karena harga beli pasar saat ini (current cost), tetapi perselisihan berkisar pada definisi ekuitas dan bagaimana laba diukur dari definisi tersebut. Dari sudut pandang praktis, perbedaan utama antara konsep ekuitas keuangan dengan konsep ekuitas fisik adalah masalah apakah menahan atau tidak menahan keuntungan (atau kerugian) dimasukkan dalam laba. Dalam segi kuantitatif, perbedaan antara dua sudut pandangnya adalah bahwa menahan keuntungan termasuk dalam laba di ekuitas keuangan namun tidak untuk ekuitas fisik.
1. Pihak Pendukung Ekuitas Fisik Berkaitan dengan argumen yang menyatakan bahwa sebuah korespondensi yang terbentuk di antara perubahan dalam biaya saat ini dan nilai masa kini (diskonto) pada aset, yang mana asumsinya adalah bahwa perubahan dalam biaya saat ini berkorelasi positif dengan perubahan nilai realisasi bersih dari aset.Namun,
untuk
aset
tidak
lancar,
arus
kas
individual
tidak
dapat
diidentifikasi.
2. Argumen Pendukung dan Penentang Current Cost Para pendukung dari akuntansi untuk biaya historis berpendapat bahwa akuntansi biaya saat ini (current cost) melanggar prinsip konservatisme bahwa laba hanya harus diakui pada saat aset non-moneter tersebut dilepas.Hal ini berlaku untuk keuntungan yang belum direalisasi ketika diambil sudut pandang dari sisi ekuitas keuangan yang mengakui penahanan keuntungan yang belum terealisasi. Para pendukung current cost menunjukkan bahwa penahanan keuntungan yang belum direalisasi merupakan fenomena gerakan bebas yang sebenarnya terjadi pada periode saat ini dan karena itu harus diakui jika terdapat bukti yang objektif cukup untuk mendukung perubahan harga.
3. Kritik yang Lebih Spesifik
Fajrin Hera Globawati
[email protected]
Para pendukung teori akuntansi untuk biaya historis menolak akuntansi current cost, terutama karena melanggar prinsip realisasi tradisional. Masalah yang terkait adalah masalah subjektivitas dalam menentukan jumlah kenaikan biaya.Jika tidak ada pasar barang bekas terpercaya, maka dasar untuk menentukan current cost untuk aset tetap yang digunakan oleh perusahaan harus menjadi aset baru yang diharapkan untuk menggantikan yang lama. E. Exit Price Accounting (Akuntansi untuk Exit Price)
1. Income and Capital (Ekuitas dan Laba) Exit price accounting merupakan sistem akuntansi yang menggunakan harga jual
pasar
untuk
mengukur
posisi
keuangan
perusahaan
dan
kinerja
keuangan.Menurut Edwards and Bell (1961) exit value adalah harga maksimum dari aset yang saat ini ditahan apabila dijual dan dikurangi dengan biaya transaksi. Dengan sebutan lain exit value disebut juga dengan nilai realisasi bersih (net relizable value) dari aset).. Hal ini memiliki dua penyimpangan utama dari akuntansi biaya historis konvensional:
a. Nilai dari aset non-moneter disesuaikan dalam mengukur perubahan harga jual pasar yang spesifik untuk aset tersebut dan termasuk dalam laba sebagai keuntungan yang belum direalisasi. b. Secara umum, perubahan kemampuan daya beli dari uang dipertimbangkan dalam mengukur ekuitas keuangan dan hasil dari operasi.
2. Objective of Accounting (Tujuan Akuntansi) Ketika sebuah perusahaan membeli aset tidak lancar, hal ini mengubah kemampuannya untuk beradaptasi. Jika aset tersebut dibeli dengan kas, maka penurunan terhadap saldo kas menjadi merosot, akan bebas menempatkan kas untuk investasi lainnya. Jika aset tersebut dibeli secara kredit, hal ini menurunkan
kemampuan
perusahaan
untuk
memperoleh
kredit
lebih
lanjut.Tetapi konsep perilaku adaptif melihat bahwa perusahaan selalu bersikap siap untuk membuang aset jika tindakan ini adalah kepentingan yang terbaik.
3. Arguments for Exit Price Accounting (Argumen Pendukung untuk Akuntansi untuk Exit Price)
Fajrin Hera Globawati
[email protected]
Akuntansi exit price merupakan sistem akuntansi yang menggunakan harga jual
pasar
untuk
mengukur
posisi
keuangan
perusahaan
dan
kinerja
keuangan.Akuntansi untuk exit price berguna dalam hal, yaitu :
1. Memberikan informasi yang berguna
Perusahaan bisnis pada masa lalu dimiliki langsung oleh orang atau
mitra
kelompok
kecil.
Sehinggga
Akuntan
memiliki
kewajiban
untuk
menyiapkan Laporan Keuangan hanya untuk dua pihak, pemilk : yang mengelola bisnis dan tahu semua rinciannya, dan kreditur : yang tertarik terutama dalam kemampuan pemiliknya untuk membayar rekening atau pinjaman saat jatuh tempo.
2. Informasi yang relevan dan dapat dipercaya Untuk
menjadi
relevan,
informasi
harus
berguna
dalam
model
keputusan pengguna laporan akuntansi.Model keputusan, pada gilirannya, memungkinkan pengguna untuk menentukan tindakan yang diambil dari beberapa alternatif.Jika tidak ada kendala, informasi yang dikumpulkan dapat relevan untuk setiap user atau untuk setiap masalah yang diberikan dan model keputusan.
3. Bersifat aditif
Ketika perusahaan membeli aktiva tidak lancar, ia akan mengubah
kemampuannya untuk beradaptasi. Jika aset tersebut dibeli untuk kas, penurunan saldo kas perusahaan menyebabkan berkurangnya kebebasan untuk berinvestasi pada yang lain. Jika aset tersebut dibeli secara kredit, hal ini mengurangi kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit lebih lanjut. 4. Alokasi Thomas mengeluhkan kenyataan bahwa sistem akuntansi biaya (historical dan Current) sangat bergantung pada alokasi biaya untuk penilaian asset dan penentuan keuntungan.Ia Berpendapat Exit Price Accounting dimasa mendatang mempunyai laporan keuangan bebas alokasi. 5. Berdasarkan kenyataan Exit price melibatkan referensi untuk contoh-contoh yang nyata karena, setiap contoh mengacu pada saat ini, harga pasar sebenarnya. Penyusutan tidak didefinisikan dengan cara konvensional, namun dalam arti ekonomi penurunan harga pasar. Penyusutan tidak mungkin terjadi dalam beberapa tahun jika harga naik atau tetap konstan. 6. Objektif Fajrin Hera Globawati
[email protected]
Hal
ini
sering
dikatakan
bahwa
harga
pasar
saat
ini
tidak
objektif.Namun, beberapa studi penelitian menunjukkan bahwa harga pasar relatif lebih objektif daripada kebanyakan orang percaya. Parker melakukan studi penelitian tentang perbandingan relatif dan objektivitas untuk exit price dan jumlah biaya historis tercatat. 7. Pengukuran risiko Exit price dan perubahan exit price juga bisa menjadi indikasi risiko keuangan pembelian aset. Misalnya, jika sebuah perusahaan pembelian aset dengan exit price yang berbeda secara signifikan dari entry price, maka aset tersebut adalah proposisi berisiko.
4. Arguments Against Exit Price Accounting (Argumen Penentang Akuntansi untuk Exit Price) Argumen yang bertentangan dengan exit price yang harus mengukur peristiwa masa lalu, yang benar-benar terjadi, daripada yang mungkin terjadi jika perusahaan melakukan sesuatu yang lain dari apa yang direncanakan. Akuntansiexit price memiliki banyak hal yang ditentang oleh berbagai pihak terutama dari
1. Konsep laba
Mengingat bahwa keuntungan adalah ukuran efektivitas kinerja aktual
perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang dipercayakan, Bell menyatakan: Aktiva tertentu
telah
dibeli
dengan
rencana
operasi
yang
direncanakan. Rencana itu, operasi-operasi, memang orang-orang yang telah
mengembangkan
tentang
masa
depan
rencana yang
harus
dianggap,
dievaluasi dan
alternatif-altenatif
tugas
akuntan
untuk
memberikan data untuk mengevaluasi. 2. Sifat aditif Pendukung exit price mengklaim bahwa pengukuran akuntansi, jika mereka harus objektif, harus didasarkan hanya pada nilai masa lalu dan kini. Perhitungan antisipasi tidak dapat ditambahkan bersama-sama dengan angka saat ini. 3. Penilaian kewajiban Chambers berpendapat
bahwa
hutang
obligasi
secara
efektif
berbentuk modal dan harus dinyatakan sebesar nilai nominal, bukan di
Fajrin Hera Globawati
[email protected]
nilai pasar.Ini telah membuat inkonsistensi, karena obligasi sebagai aktiva harus dinyatakan sebesar nilai pasar.
4. Current cost atau exit price.
Teori current cost berpendapat bahwa harga entri adalah ' metode
penilaian normal' dibandingakan exit price karena alasan berikut: Menggunakan harga keluar (exit price) mengarah ke revaluasi anomali atas perolehan karena segera setelah nilai pembelian
biasanya harga jatuh sehingga kurang dari harga perolehan. Menggunakan harga keluar(exit price) menyiratkan pendekatan jangka pendek untuk operasi bisnis karena salah satu tertarik pada
nilai-nilai disposisi dan likuidasi. Menggunakan harga keluar (exit price) untuk persediaan barang jadi mengarah pada antisipasi terhadap laba operasi sebelum titik skala karena persediaan dinilai lebih dari biaya saat ini.
F. Nilai Pakai (Value In Use) Vs Nilai Tukar (Value In Exchange) Staubus
menunjukkan
bahwa
sejumlah
faktor
yang
umum
untuk
setiap viewpoint :
a. Pengamatan harga pasar lebih relevan untuk pengambilan keputusan. b. Keandalan yang dibutuhkan oleh sistem pengukuran, yaitu penilaian tidak bergantung pada alokasi subjektif.
c. Aditif (pengukuran) dari fenomena ekonomi adalah dibuat dalam satuan yang sama, disesuaikan dengan pergerakan inflasi dan harga. Ini dapat digambarkan oleh beberapa keputusan aturan sederhana yang menggunakan kembali akuntansi dalam hubungannya dengan kebutuhan Net Present Value (NPV):
a. Jika CCA > EXA; dan CCA> NPV, maka aset memiliki nilai di saat ini digunakan - mempertahankan operasi saat ini. b. Jika EXA> CCA; dan CCA > NPV, lalu melikuidasi aset saat ini yang digunakan - dan terus-menerus aset tersebut beradaptasi untuk alternatif investasi lainnya. c. Jika EXA> CCA; dan CCA< NPV, maka melikuidasi dan menghentikan semua operasi.
Fajrin Hera Globawati
[email protected]
G. A Global Perspective and International Financial Reporting Standards (Perspektif Global Dan International Financial Reporting Standards) Current Cost Accounting ini telah direkomendasikan untuk digunakan, pada tahap tertentu yaitu selama tahun 1970-an dan 1980-an di Amerika Serikat, Inggris dan Australia dan kemudian ditinggalkan.
Ø Current cost di Amerika Serikat US Securities Exchange Commission telah melakukan percobaan terhadap current cost namun ditolak dan berlangsung selama 1976-1984. Ø Current cost di Inggris Pemerintahan Inggris pernah menerapkan Current Cost dan kemudian ditinggalkan dan berlangsung selama 1975- 1984 Ø Current Cost di Australia Disarankan pada Professional Accounting Standards tapi dilupakan dan berlangsung selama 1976- 1980 Kebanyakan sistem didasarkan pada modal fisik dan tidak mengakui holding gains sebagai pendapatan. Pemeriksaan IFRS menunjukkan bahwa historical cost accounting umumnya dipakai dan masih berlaku umum dari beberapa jenis nilai standar akuntansi yang berlaku.
1. International Accounting Standards and Current Costs (Standar akuntansi internasional dan current cost) Gambaran umum di atas menunjukkan bahwa sejumlah negara di masa lalu mengimplementasikan suatu bentuk telah melakukan upaya untuk current cost accounting tapi sistem itu tidak diterapkan secara luas.Pada tahun 2004, AASB menyetujui untuk mengadopsi yang standar akuntansi internasional untuk semua entitas yang mempersiapkan pelaporan untuk pemakaian umum laporan keuangan setelah 1 januari 2005.Standar IASB membuat lebih banyak yang menggunakan fair value daripada GAAP.
2. How
is
Historical
Cost
Applied?
(Bagaimana
historical
cost
diterapkan?) Mendasari penerimaan objektivitas biaya historis adalah asumsi dari transaksi ketentuan pasar yang wajar dan panjang yang terlibat dalam baik
Fajrin Hera Globawati
[email protected]
pembeli dan penjual untuk kepentingan mereka sendiri. Sebagai contoh, menurut paraghraph 7 dari AAS 2, berarti ‘biaya persediaan’ agregat: -
Biaya pembelian Biaya konversi, dan Biaya lain; Dengan demikian, dalam akuntansi biaya historis dasar utama untuk
mengukur persediaan pada tanggal neraca adalah biaya. The United States Committee on Accounting Procedure menganggap aturan tersebut akan lebih mudah dinyatakan daripada diterapkan. Sehubungan dengan kriteria untuk mengukur aset, SAC 4 menyatakan suatu aset harus diakui dalam laporan posisi keuangan jika: -
Besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan diwujudkan dalam aset
-
akan terwujud, Aset memiliki nilai biaya atau tindakan lainnya yang dapat dipercaya.
3. A Mixed Measurenment System and International Standards (Sistem Pengukuran Campuran Dan Standar Internasional) Meskipun dalam standar pelaporan keuangan internasional penilaian pasar dilakukan dengan pendekatan nilai wajar, pendekatan ini dilakukan tidak beraturan karena pada dasarnya lembaga pengatur akuntansi tidak memiliki
konsep
pendapatan.
penilaian,capital
Staubusberpendapat
maintenance, bahwa
mereka
atau
pengukuran
tidak
benar-benar
menerapkan teori decision-usefulness. Uraian di bawah ini menunjukkan pergeseran dari nilai historis dan penggunaan
pengukuran
yang
berbeda
dalam
standar
akuntansi
internasional:
a. IAS2/AASB 102: mengijinkan pengukuran persediaan dengan net realisablevalue bahkan jika nilainya diatas biayauntuk produsen “produk persediaan pertanian, hutan, mineral, dan broker” persediaan komoditas. b. IAS 16/AASB 116: Peralatan (property, plant and equipment) dinilai berdasarkan nilai historis atau nilai setelah revaluasi dimana nilai setelah revaluasi adalah nilai wajar dikurangi akumulasi depresiasi sebelumnya Fajrin Hera Globawati
[email protected]
dan kerugian impairment. c. IAS 16/AASB 117: leasehold interest tanah dihitung sebagai investment property dan diukur pada nilai wajar dengan perubahan nilai diakui sebagai laba atau rugi pada laporan laba rugi. d. IAS 19/AASB 119: pengukuran curtailment gain or lossmeliputi : a) perubahan nilai sekarang dari benefit obligation yang telah ditentukan, b) perubahan dalam nilai wajar atas aset peralatan, dan c) bagian pro rata yang berkaitan dengan laba atau rugi aktuaria. e. IAS 29/AASB 129: penyesuaian atas laporan keuangan dari suatu entitas yang beroperasi dapa hiperinflasi ekonomi dapat dilakukan dengan indeks level harga umum. f. IAS 36/AASB 136: impairment aset dimana aset dinilai dalam nilai yang dapat dipulihkan, yang lebih tinggi dari nilai aset yang digunakan Current Cash Equivalent. g. IAS 36/AASB 136: memperlakukan nilai residu dari aset sebagai current cash equivalent.
h. IAS 37/AASB 137: pengukuran provisi ditentukan berdasarkan metode nilai sekarang yang diharapkan.
i. IAS 40/AASB 140: Investasi properti dapat diukur dengan pilihan a) impairment berdasarkan biaya depresiasi dan b) nilai wajar dengan perubahan dimasukkan dalam laporan laba-rugi sebagai laba atau rugi. H. Issues For Auditors Auditor harus memperoleh bukti yang cukup dan sesuai pada penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap laporan keuangan. Berbagai risiko audit muncul dengan model pengukuran campuran. Beberapa risiko ini ditangani oleh auditor dengan mendapatkan penilaian ahli independen dan lainnya dengan menguji asumsi dasar untuk manajemen dan input data ke model penilaian. Risiko dari salah saji yang lebih tinggi dalam kondisi tertentu, seperti dalam keterlibatan pihak terkait.
BAB 7 : ASSETS A. Assets Defined ● Definisi menurut FASB (1980: par 19): “Assets are probable future economic benefits obtained orcontrolled by a perticular entity as a result of past transactions or events.”
Fajrin Hera Globawati
[email protected]
(Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti atau diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi atau kejadian masa lalu) ● Definisi menurut IASC/IAI: “An assets is resource controlled by the enterprise as a result of past events and from which future economic benefits are expected to flow to the enterprise.” ● Definisi menurut AASB: “Assets are service potential or future economic benefits controlled by the reporting entity as a result of past transaction or other past events.” IAI dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menjabarkan definisi aset sebagai berikut: “Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.” Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh FASB, aset mempunyai tiga karakteristik utama: a. Ada manfaat ekonomi, baik secara individual maupun dengan aset lainnya, yang dapat mengakibatkan aliran kas masuk di masa yang akan datang secara langsung maupun tidak langsung. b. Entitas tertentu yang mempunyai aset dapat mengendalikan manfaat ekonomi dari aset tersebut. c. Transaksi atau peristiwa yang memberikan hak pada suatu entitas untuk mengendalikan manfaat ekonomi dari aset telah terjadi. Tiga Karakteristik Utama Aset:
1. Future Economic Benefits (Memiliki manfaat ekonomi di masa yang akan datang) Memiliki potensi dalam memberikan konstribusi arus kas Perusahaan melalui peningkatan pendapatan maupun penghematan biaya, baik secara langsung maupun tidak langsung. 2. Control by entity (Dikendalikan oleh perusahaan) Aset dapat diatur, diarahkan, dan dikendalikan oleh perusahaan. 3. Past Events (Hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu) Kepemilikan atau penguasaan suatu aset harus didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomis yang telah terjadi. IAS memasukkan transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset dengan alasan transaksi atau kejadian tersebut dapat memengaruhi jumlah aset, baik menambah maupun mengurangi. Contoh: pembelian building, asuransi yang dibayar di muka, dan lainnya. Menurut Suwardjono dalam buku Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan edisi ketiga, karakteristik pendukung aset antara lain: Fajrin Hera Globawati
[email protected]
Melibatkan cost (acquired at a cost)
Pemerolehan aset pada umumnya melibatkan cost sebagai harga kesepakatan. Jika cost terjadi karena pemerolehan suatu objek dari pertukaran atau pembelian, maka objek tsb lebih kuat masuk sebagai aset.
Berwujud (tangible)
Bila suatu sumber ekonomik secara fisik dapat diamati, maka objek tsb lebih kuat disebut sebagai aset. Namun keterwujudan bukan kreteria untuk mendefinisikan aset.
Tertukarkan (exchangeable)
Salah satu syarat suatu objek atau sumber ekonomik dapat disebut sebagai aset yaitu harus dapat ditukarkan dengan sumber ekonomik lainnya. B. Asset Recognition Kapan kita bisa mengakui sesuatu sebagai asset kita. Kriteria dalam Asset Recognition: ● Reliance on the Law (berdasarkan hukum) Pengakuan untuk sebagian besar aktiva tergantung dari substansi hukumnya. Piutang diakui karena adanya transaksi penjualan kredit dan pembelian aktiva tetap didukung oleh hak pemakaian secara hukum. ● Use of the conservatism priciple (penggunaan prinsip konservatisme) Kerugian boleh diakui meskipun belum terealisir, tapi keuntungan belum boleh diakui sebelum terealisir. Ini berarti juga hutang diakui lebih awal, tidak demikian dengan aktiva. ● Penentuan suatu transaksi memiliki substansi ekonomi Penentuan suatu transaksi memiliki substansi ekonomi berhubungan dengan kualitas informasi akuntansi yang relevan. Bila suatu transaksi dinyatakan memiliki substansi ekonomi, maka penting untuk dicatat dan dilaporkan. Nilai substansi ekonomi sulit ditentukan, apalagi menyangkut masa yang akan datang. ● Nilainya dapat ditukar Apabila aktiva tidak dapat diukur secara pasti, maka aktiva tersebut tidak bisa diakui. C. Asset Measurement 1. Tangible Assets Merupakan aktiva berwujud yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan secara terus menerus. Contoh: mesin, gedung, peralatan. 2. Intangible asset Merupakan aktiva yang tidak dapat langsung dilihat, bukti keberadaannya hanya dilihat dari akte perjanjian kontrak. Contoh : goodwill, patent, franchise, dan lain-lain. 3. Financial Instruments adalah kontrak yang mengakibatkan timbulnya asset keuangan bagi satu entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas bagi entitas lainnya. Asset keuangan (financial asset) adalah asset berupa: Fajrin Hera Globawati
[email protected]
-
kas instrumen ekuitas entitas lain hak kontraktual: o untuk menerima kas atau asset keuangan lainnya dari entitas lain o untuk menukarkan asset keuangan atau kewajiban keuangan dengan entitas lain yang persyaratan/kondisinya mungkin menguntungkan bagi entitas sendiri
D. Challenges for Standard Setters 1. Which measurement model? Masalah yang harus dipertimbangkan oleh IASB dan FASB mencakup pengukuran potensial yaitu past entry or exit prices, modified past amount, current entry, exit or equilibrium price, value in use or future entry or exit price. IASB dan FASB mempertimbangkan metode pengukuran sesuai dengan sejauh mana mereka memenuhi karakteristik yang diperlukan masyarakat kualitatif terhadap informasi keuangan. - Model pengukuran yang dipilih adalah dengan menggunakan fair value. - IASB and FASB mendukung penggunaan fair value measurement. 2. How to calculate fair value measurement PSAK 157 Pengukuran Nilai Wajar memberikan contoh teknik penilaian yang akan digunakan untuk mengestimasi nilai wajar: The Market Approach (Pendekatan pasar) - penggunaan harga diamati dan informasi dari transaksi yang sebenarnya untuk aset atau kewajiban yang identik, mirip atau sebanding. Income Approach (Pendekatan Pendapatan) - konversi jumlah masa depan (seperti arus kas atau pendapatan) untuk diskon tunggal dengan jumlah saat ini; dan Cost Approach (Pendekatan Biaya) - jumlah yang saat ini akan diperlukan untuk mengganti kapasitas layanan (biaya penggantian sekarang). FASB juga menyediakan “fair value hirarki”. Yaitu, mencalonkan tiga kategori atau tingkat atas masukan yang akan digunakan untuk mengestimasi nilai wajar.
Level 1 – Harga dikutip di pasar aktif untuk aktiva dan kewajiban yang identik. Tingkat 1 input harus digunakan tanpa penyesuaian, jika tersedia. Level 2 – Input tidak termasuk dalam Level 1 yang diamati untuk aktiva atau kewajiban, baik secara langsung maupun tidak langsung. Level 3 – input tidak teramati, termasuk data entitas itu sendiri, yang disesuaikan jika diperlukan untuk mencerminkan asumsi pasar.
E. Issues for Auditors Audit nilai wajar menimbulkan kesulitan bagi auditor karena memerlukan penerapan model penilaian dan, sering, penggunaan penilaian ahli. Untuk mengembangkan pendekatan audit yang efektif, auditor perlu:
Fajrin Hera Globawati
[email protected]
1. Memahami proses perusahaan klien dan kontrol yang relevan menentukan nilai wajar 2. Membuat penilaian tentang apakah metode pengukuran perusahaan klien dan asumsi yang tepat dan cenderung memberikan dasar memadai untuk pengukuran nilai wajar. 3. Menghargai potensi bias manajemen dan kesalahan kemungkinan dalam menerapkan model penilaian, mengidentifikasi input pasar, dan membuat asumsi yang diperlukan Ada potensi bahwa setiap kegagalan perusahaan selama periode ini akan mengarah pada tindakan hukum terhadap auditor yang gagal mendekati audit dari nilai wajar aset tepat.
Pelajari Hitungan hal.249-251
Fajrin Hera Globawati
[email protected]