Tahapan Penambangan Nikel PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bumi Indonesia dikenal mengandung kekayaan sumberdaya mineral yang besar, yang tersebar di sebagian besar di kepulauan nusantara. Sumberdaya alam yang sifatnya tidak terbaharukan yang memiliki nilai ekonomis yang digunakan sebagai bahan baku dalam industri untuk kesejahteraan rakyat di dalam memenuhi kebutuhannya. Pada wilayah Indonesia Timur khususnya pada Daerah Sulawesi Tenggara yang memiliki potensi sumberdaya nikel laterit yaitu di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka. Di sektor pertambangan pengolahan sumberdaya alam membutuhkan tenaga-tenaga terampil dan handal, khususnya disiplin ilmu yang berhubungan langsung. Oleh karena itu, sebagai seorang yang berkecimpung dalam dunia pertambangan dituntut untuk menyiapkan diri berperan langsung dalam pengolahan sumberdaya alam. Dalam hal ini yang dibutuhkan bukan hanya pengetahuan secara teori, melainkan juga dibutuhkan keterampilan di lapangan Industri pertambangan bersifat jangka panjang, padat modal dan mempunyai resiko yang tinggi. Diperlukan waktu bertahun-tahun dan modal yang besar untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi komuditas tambang baru serta untuk membangun pabrik. PT. ANTAM Tbk, UBPN Sultra adalah salah satu perusahaan negara dibawah naungan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak dibidang pertambangan nikel, terletak di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Nikel adalah salah satu produk tambang yang banyak diproduksi di Indonesia, bersama Kanada dan Australia. Berdasarkan data terakhir yang diperoleh, Indonesia berada di urutan keempat setelah Australia, Kanada, New Caledonia. Keempat negara ini menguasai sekitar 65% supply dunia. Keadaan tersebut menarik perhatian kami agar lebih banyak tahu mengenai aktivitas penambangan nikel dari eksploitasi sampai pengolahaannya. Di Indonesia, produsen utama nikel adalah PT. ANTAM Tbk. UBPN Sultra mengolah nikel menjadi feronikel (paduan besi dengan nikel) dan dipakai oleh industri eletronik maupun rumah
tangga. Pemakaiaan terbesar nikel adalah industri stainless steel dan logam campuran. Keduanya menyerap hampir 90% dari pasokan nikel.
1.2. Maksud Dan Tujuan Adapun maksud dari kerja praktek saya untuk mengamati proses penambangan pada PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra. Tujuan kerja praktek saya adalah seperti berikut: 1. Mengetahui Tahapan-tahapan pertambangan pada PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra. 2. Mengetahui Alat-alat yang digunakan pada penambangan di PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra. 1.3. Batasan Masalah Penelitian ini terbatas pada proses kegiatan penambangan dan Alat-alat yang digunakan pada PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra. 1.4. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
Buku lapangan Alat tulis-menulis Kamera Handphone Perlengkapan safety (Helmet, kacamata, masker, sarung tangan, dan sepatu) Laptop
1.5. Lokasi Kesampaian Daerah Lokasi kegiatan penambangan bahan galian bijih nikel yang dilakukan oleh PT. ANTAM Tbk. UBPN Sultra secara administrasi terletak di Daerah Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara sedangkan secara geografis terletak pada Garis Lintang 04011’00’’–4012’00’’ Lintang Selatan dan berada pada 121036’00’’–121037’00’’ Bujur Timur. Unit Bisnis Pertambangan Nikel Operasi Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara berbatasan dengan: 1. 2. 3. 4.
Di sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Huko-huko Di sebelah Timur berbatasan dengan Perbukitan Maniang Di sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Oko-Oko Di sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Mekongga
Lokasi penelitian dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat ke Kolaka dari Kendari yaitu Ibukota Sulawesi Tenggara dengan jarak ±165 Km. Sedangkan Pomalaa terletak di sebelah Selatan kota Kolaka dengan jarak ±29 Km dari Kolaka. Akses jalan ini juga dapat ditempuh dari Makassar ke Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dengan kendaraaan roda dua atau roda empat melewati Teluk Bone di penyeberangan Bajoe berjarak ±178 Km dari Makassar. Sehingga rute lokasi kerja praktek ini adalah Makassar menuju Penyeberangan Bajoe (Penyeberangan Teluk Bone) ke Kolaka kemudian menuju Pomalaa. Peta tunjuk lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1.1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra yang berlokasi di Pomalaa, Kabupaten Kolaka merupakan perusahaan tambang milik Negara yang sejak tahun 1909 telah beroperasi. Wilayah penambangan PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra terbagi menjadi 4 yakni bagian utara, tambang bagian tengah, tambang bagian selatan dan Pulau Maniang. Luasan Wilayah Pertambangan pada PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Wilayah IUP PT. Antam (Persero). Tbk UBPN Sultra (Sumber: PT. Antam, Tbk.) Wilayah Penambangan Tambang Utara Tambang Tengah
IUP
Luas (Ha)
IUP WSPM 016 IUP WSPM 014 IUP WSPM 015
1,954 2,712 584.3
IUP WSPM 017 IUP WSPM 003
878.2 195
Tambang Selatan Pulau Maniang
Bijih Nikel di Pomalaa pertama kali ditemukan oleh E.C. Abendanon pada Tahun 1909. Dan pada tahun 1934, mulai dilaksanakan eksplorasi oleh Oost Borneo Maatschappij dan Bone Tole Maatschappij ditemukan endapan bijih nikel berkadar 3.00% sampai 3.5%. Tahun 1942 – 1945, pada perang dunia ke- II Sumitomo Metal Meaning Co mengolah bijih nikel menjadi “matte”, tetapi belum diekspor karena Jepang dihancurkan oleh Amerika Serikat setelah Indonesia merdeka. Tahun 1957, berdiri suatu perusahaan swasta yang bernama NV. PERTO yang mengekspor stok bijih nikel yang sudah ada ke Jepang. Pada Tahun 1960, sesuai dengan PP No. 29 dan UndangUndang Pertambangan No. 37 tahun 1960 maka berdiri PT Pertambangan Nikel Indonesia (PNI) yang merupakan perusahaan pemerintah daerah.
Pada akhir tahun 1962 BPU Pertambun menandatangani kontrak dengan Sulawesi Nikel Development Corporation Limited (SUNIDECO) dan Jepang yang menyelidiki bantuan kredit berupa hasil bijih nikel yang diekspor ke jepang. Pada Tahun 1968, berubah status menjadi Perusahaan Negara Aneka Tambang. Untuk memperpanjang jangka waktu penambangan Nikel di Pomalaa serta mengingat cadangan bijih nikel laterit kadar rendah (<1.82% Ni) yang dapat dimanfaatkan cukup besar sedangkan bijih nikel laterit berkadar tinggi (>2.30% Ni) semakin menipis jumlah cadangannya. Pada tanggal 5 Juni 1969, dilakukan usaha pendirian pabrik di Pomalaa Kabupaten Kolaka. Dan berdasarkan peraturan pemerintah nomor 22 tahun 1968, PT. Pertambangan Nikel Indonesia, PN Perbaki Kijang berubah nama menjadi PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk. UBPN Sultra. 2.2 Definisi Mineral dan Bijih Mineral merupakan benda padat anorganik dan homogen yang terbentuk secara alamiah, mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia tertentu, dapat berunsur tunggal misalnya Au, Cu dan Ag. Mineral mempunyai sifat fisik tertentu pula, seperti: warna, kekerasan, belahan, bentuk kristal dan juga sifat optiknya. Mineral mempunyai komposisi kimia tertentu dan dalam perbandingan unsur kimia tertentu pula, seperti: Si02, CaC03 (Graha, 1987). Lebih lanjut dalam definisi tersebut dinyatakan bahwa mineral merupakan suatu zat padat homogen. Ini berarti bahwa mineral terdiri dari suatu zat padat (solid), yang secara fisik tidak dapat dibagi lagi menjadi senyawa kimia yang lebih sederhana. Batasan padat juga berarti menyisihkan gas dan cairan. Sebagai contoh H2O: sebagai es dalam gletser dapat disebut sebagai mineral, tetapi air bukan mineral. Seperti halnya logam cair, air raksa, yang di jumpai dalam endapan merkuri tidak termasuk mineral (Graha, 1987). Pengertian mineral mempunyai komposisi kimia tertentu menunjukkan bahwa mineral dapat dinyatakan dengan suatu rumus kimia yang spesifik. Disini dikatakan tertentu atau spesifik sebagai pengganti kata tetap, karena komposisi kimia mineral biasanya tidak tetap. Bijih (ore) berasal dari kata Anglo-Saxon ( Inggris kuno ) ar atau ora yang bermakna gumpalan logam. Bijih adalah agregasi mineral yang terdapat secara alami serta dapat diambil satu atau lebih logamnya secara menguntungkan (Graha, 1987). Mineral bijih adalah mineral yang dapat menghasilkan logam. Di dalam kerak bumi mineral bijih yang mengandung logam berharga umumnya terdapat berselang seling dengan mineralmineral non logam atau massa batuan yang tidak mempunyai nilai ekonomis, biasanya diistilahkan gangue atau ada pula yang menyebutkannya matriks. Mineral gangue adalah bagian dari asosiasi mineral yang membentuk batuan dan bukan mineral bijih di dalam suatu cebakan. Mineral gangue yang terdapat bersama-sama dengan mineral bijih umumnya mineral non logam seperti kuarsa (SiO2), kalsit (CaCO3), barit (BaSO4) dan gypsum (CaSO4.2H2O) (Graha, 1987). Sedangkan teori yang dikemukakan oleh Kemp (1901), Lidgren (1901), Vogt dan Schneiderhon memberikan konsep dasar mengenai proses terbentuknya bijih yaitu selalu berkaitan dengan batuan. Proses tersebut melibatkan, pemisahan bijih atau injeksi gas-gas dan uap bermineral pada suhu tinggi (Agusto, 2014).
Endapan-endapan mineral dan bijih yang terdapat di alam terdiri dari satu atau lebih mineral logam. Mineral-mineral (logam) tersebut dapat berupa native element atau dapat berupa mineralmineral oksida, sulfida, sulfat, silikat dan beberapa komponen lain (Endarto, 2005). Endapan mineral terdiri dari berbagai bentuk tergantung dari asal, pembentukan awal dan perubahan-perubahan akibat pelapukan. Endapan mineral yang terbentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan disebut dengan singenetik, dan jika terbentuk tidak bersamaan dengan terbentuknya batuan disebut epigenetik. Endapan singenetik pada umumnya berbentuk lembaran, tabular, atau lentikular, serta beberapa bentuk tidak beraturan. Sedangkan endapan epigenetik dapat berbentuk urat-urat (veints), badan tabular atau lembaran yang terbentuk dari pengisian rekahan (filling fissure) (Graha, 1987). 2.3 Endapan Nikel Laterit Nikel pertama kali ditemukan oleh Crostedt pada tahun 1751. Inti bumi mengandung nikel kirakira 3% sedangkan kerak bumi sebesar 0,003%. Istilah Laterit sendiri diambil dari bahasa Latin “later” yang berarti batubata merah, yang dikemukakan oleh Buchanan Hamilton (1807). Istilah “laterite” bisa diartikan sebagai endapan yang kaya akan iron-oxide, miskin unsur silikat dan secara intensif ditemukan pada endapan lapukan di iklim tropis eggleton, (2001). Ada juga yang mengartikan nikel laterit sebagai endapan lapukan yang mengandung nikel dan secara ekonomis dapat di tambang (Gleeson dkk, 2003). Laterit nikel adalah endapan yang terbentuk akibat pelapukan biasanya terdapat di bagian bawah batuan ultrabasa. Pada umumnya beberapa fosil laterit deposit banyak terdapat di area tropis dan mempunyai ketebalan yang sangat rendah. Sebagian besar endapan laterit mempunyai kandungan logam yang tinggi dan dapat bernilai ekonomis tinggi, sebagai contoh endapan besi, nikel, mangan dan bauksit (Golightly, 1978). Dari beberapa pengertian bahwa laterit dapat disimpulkan merupakan suatu material dengan kandungan besi dan aluminium sekunder sebagai hasil proses pelapukan yang terjadi pada iklim tropis dengan intensitas pelapukan tinggi. Laterit yang dibentuk dari pelapukan serpentin biasanya kaya akan kandungan besi (45% – 55%) dan mengandung nikel sekitar 1%. Endapan ini disebut Nickelferous Iron Laterite. Sedangkan tipe kedua dari nickelferous laterite adalah nikel silikat (Golightly, 1978). 2.4 Daerah Potensi Terbentuknya Nikel Cadangan nikel di Indonesia cukup besar dan berskala sekitar 15% dari cadangan dunia (economically exploitable resources) atau 20% cadangan nikel oksida (laterit) terdapat di Indonesia. Di lihat dari segi kualitas kadar bijih nikel yang terdapat di Indonesia pada umumnya lebih baik dibandingkan yang terdapat di negara-negara lain. Beberapa endapan nikel di Indonesia mengandung kobal dengan kadar yang sangat tinggi. Nikel terbentuk dari batuan yang berkomposisi kimia basa atau dikenal juga sebagai peridotit. Berdasarkan teori tektonik lempeng, batuan semacam ini terbentuk di lingkungan lempeng lautan, yang kaya akan mineral berat seperti besi, nikel, kromit, magnesium, dan mangan. Jadi, batuan ultrabasa seperti ini hanya terdapat di Wilayah Timur Indonesia yang merupakan perbenturan antara Lempeng Samudera
Pasifik dan Lempeng Eurasia yang disini tidak seluruhnya menghasilkan kegiatan magmatik, melainkan sebagian membentuk sejumlah patahan tranforms dan sebagian lagi mengangkat batuan ultrabasa ke permukaan bumi, membentuk daratan. Proses semacam ini dinamakan obduksi, kebalikan proses subduksi yang menenggelamkan batuan lempeng samudera ke bawah lempeng kontinen. Proses yang terakhir ini terjadi di Wilayah Indonesia Barat, yaitu Lempeng Lautan Hindia yang bertabrakan dengan Lempeng Eurasia dan menyebabkan subduksi, yang diikuti oleh aktivitas magmatik yang membentuk mineral logam dasar, seperti emas, perak, dan tembaga, yang banyak terdapat di wilayah Indonesia bagian barat (Golightly, 1987).
2.5 Genesa Endapan Nikel Laterit Nikel merupakan logam yang cukup keras putih mengkilap. Nikel terdapat pada batuan ultrabasa seperti dunit dan peridotit yang mengalami serpentinisasi dan lapuk menghasilkan mineral sekunder bijih nikel garnierite. Menurut Santos-Ynigo and Esguerra (1961), kandungan nikel laterit yang paling tinggi banyak ditemukan pada batuan dunit, peridotit dan serpentinit, sedangkan kandungan nikel laterit yang rendah banyak terdapat pada batuan pyroxenite dan konglomerat (Graha, 1978). Batuan yang sangat basa (ultra basic). Dan dikenal sebagai peridotit, ternyata menghasilkan mineral logam nikel. Di dalamnya terkandung pula besi. Batuan semacam ini terdapat di Sulawesi Bagian Tenggara dan pulau-pulau di Bagian Maluku, seperti Gebe, dan Gag. Proses pengkayaan nikel menghasilkan batuan yang kaya akan nikel yang disebut saprolit (Boldt, 1967). Pembentukan nikel dari proses kimia terbentuk bersama mineral silikat kaya akan unsur (Mg,Fe)2SiO4 (olivine). Olivin adalah jenis mineral yang tidak stabil selama pelapukan berlangsung. Saprolite adalah produk pelapukan pertama, meninggalkan sedikitnya 20% fabrik dari batuan aslinya (parent rock). Batas antara batuan dasar, saprolite dan wathering front tidak jelas dan bahkan perubahannya gradasional. Endapan nikel laterit dicirikan dengan adanya spheroidal weathering sepanjang joints dan fractures (boulder saprolite). Selama pelapukan berlangsung, (Mg,Fe)2SiO4 larut dan silikat larut bersama groundwater. Ini menyebabkan fabrik dari batuan induknya mengalami perubahan. Sebagai hasilnya, Fe-Oxide mendominasi dengan membentuk lapisan horizontal di atas saprolit yang sekarang kita kenal sebagai limonit. Benar bahwa nikel berasosiasi dengan Fe-Oxide terutama dari jenis Geothite (Boldt, 1967). Bijih nikel laterit merupakan hasil proses pelapukan (weathering) batuan ultrabasa peridotit yang terdapat di atas permukaan bumi. Proses pelapukan terjadi karena pergantian musim panas dan dingin yang silih berganti, sehingga batuan menjadi pecah-pecah dan mengalami pelapukan. Ionion yang mempunyai berat jenis besar termasuk nikel, mengalami pengayaan di tempat. Sementara ion-ion yang mempunyai berat jenis kecil dihanyutkan oleh air, angin dan media lain ke dataran yang lebih rendah. Pada umumnya bijih nikel laterit mengandung unsur besi, kobal dan chromium.
Nikel laterit deposit menunjukkan stratigrapi yang terbatas dan berbeda, bagian-bagian dari deposit menunjukkan sifat kimia dan mineralogi yang sangat berbeda (Boldt, 1967). Umumnya nikel deposit terbentuk pada batuan ultrabasa dengan kandungan Fe pada mineral olivine yang tinggi. Menurut Vinogradov batuan ultrabasa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2%. Secara mineralogi nikel laterit dapat dibagi kedalam tiga kategori Brand et all, 1998 Profil nikel laterit keseluruhan sebagai berikut: 1. Iron Capping: merah tua, merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iron capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineral-mineral hematite dan 2. Lapisan Limonite: fine grained, merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonite soil menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite, chromiferous, quartz, gibsite, maghemite. 3. Silika Boxwork: putih – orange chert, quartz, mengisi sepanjang fracture dan sebagian menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal, magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin berasal dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada bedrock yang serpentin. 4. Saprolite: campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonit, saprolitic rims, vein dari endapan garnierite, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat silika boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonit ke bedrock. Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan mineral primer yang terlapukkan. Garnierite di lapangan biasanya diidentifikasi sebagai kolloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat. 5. Bedrock: bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama dengan batuan dasar). Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral garnierit dan silikat. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi (Gleeson dkk, 2003). Akibat pengkayaan sekunder ini zona bijih nikel silika (bijih saprolit) yang terbentuk diantara zona paling atas yang telah mengalami pencucian (limonit) dan batuan peridotit segar (bedrock). Zona bijih dicirikan oleh tingginya kandungan nikel, magnesia, silika dan bongkah-bongkah sisa dari peridotit yang terlapukan dan terserpentinisasi sebagian (Golightly, 1987) Faktor yang menjadi penentu kadar bijih endapan nikel laterit adalah kandungan Ni asli batuan induk, sejarah geologi, topografi, kondisi iklim, proses pelapukan dan pengkayaan sekunder. Pada umumnya lapisan nikel dari yang paling atas terdiri dari lapisan tanah penutup (over burden), lapisan limonit, lapisan saprolit, dan bedrock. Lapisan yang kaya akan mineral nikel terletak paling bawah dari daerah pelapukan di atas bedrock. Di atas lapisan terdapat lapisan
limonit sedangkan bagian atas lapisan tanah penutup yang subur. Endapan nikel laterit ini biasanya terjadi pada perbukitan landai (Boldt, 1967).
BAB III TAHAPAN DAN METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan yaitu: 3.1. Tahapan Persiapan Persiapan dilakukan untuk pengambilan data yaitu dengan cara studi literatur, dimana tahap ini merupakan awal dari kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Tahap ini dilakukan studi pustaka atau mencari referensi beberapa buku, jurnal-jurnal, informasi-informasi, serta laporan-laporan sebagai pendukung kegiatan penelitian tentang tahap-tahap dalam penambangan nikel. 3.2. Tahap Pengambilan Data 3.2.1. Jenis Data Data yang diperoleh terdiri atas:
1. Data Primer Data Primer adalah data yang diambil langsung dari lapangan. Adapun data primer yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Tahapan Penambangan 2. Alat-alat yang digunakan 3. Data sekunder Data Sekunder yang menjadi penunjang pada penelitian ini adalah SOP (Standar Operasional Produsen) penambangan PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA
Pengolahan Data
Pengolahan data dengan mengolah data primer dan data Sekunder yang kemudian dianalisa dan dibuat kesimpulan.
3.2.3 Tahap Pembuatan Laporan Pembuatan laporan setelah pengolahan dan analisis data. Bagan alir penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1
Gambar 3.1. BaganAlirPenelitian BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Metode Penambangan Pada PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA ada 3 wilayah tambang yang beroperasi dalam kegiatan produksi yaitu Tambang Utara, Tambang Tengah, dan Tambang Selatan. Tetapi yang beroperasi pada saat saya melakukan kegiatan penelitian adalah tambang utara dan tambang selatan. Metode penambangan yang dilakukan oleh PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA menggunakan metode penambangan Open Pit Mining yaitu suatu sistem penambangan yang dilakukan dengan menggali lubang atau membuat Pit Penambangan seperti pada contoh gambar 4.1.
Gambar 4.1. Metode Penambangan Open Pit Bukit Ranger Sedangkan Open Cast mining merupakan metode penambangan dengan cara menambang mengelilingi sisi-sisi bukit. 4.2. Tahapan Kegiatan Penambangan 4.2.1. Land Clearing Merupakan suatu kegiatan yang di lakukan guna pembersihan wilayah yang akan di tambang seperti pepohonan, tumbuh-tumbuhan serta material lainnya. Kegiatan Land Clearing dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2. Kegiatan Land clearing pembersihan lahan pada Bukit Everest
Pada PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA Kegiatan ini menggunakan 1 Unit alat Bulldozer85E-SS untuk mendorong tumbuh-tumbuhan dan material lainnya keluar dari area yang akan di tambang. Kemudian dibantu dengan 1 Unit Excavator PC 200 untuk menggali dan Memuat serta Dump Truck Hino500 FM260 Ti sebagai alat angkut dari hasil pengamatan pada Tambang Utara Bukit Everest dalam proses Land Clearing.
4.2.2.Pengupasan Top Soil Top Soil merupakan lapisan tanah penutup bagian atas yang mengandung banyak unsur hara yang berguna sebagai media tumbuh dari tanaman. Pada PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA Penggalian lapisan Top Soil harus diperlakukan secara baik dan akan ditempatkan pada Waste dump Area, contohnya pada Tambang Utara Bukit Everest yang nantinya akan dipergunakan sebagai lahan reklamasi tambang. Adapun peralatan yang digunakan oleh PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA untuk kegiatan pemindahan Top Soil adalah Excavator PC 200 untuk alat gali atau muat dan Dump Truck sebagai alat angkutnya. Kegiatan pengangkutan Top Soil dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3. Pengangkutan Top Soil pada Bukit Everest
4.2.3.Pengupasan Overburden
Overburden (OB) merupakan lapisan tanah penutup sebelum lapisan Saprolite, yang dianggap sebagai OB yaitu lapisan Limonite yang kadar nikelnya rendah yaitu Ni < 1.4% yang dianggap kurang ekonomis, keduanya tidak memenuhi spesifikasi standar pabrik, kemudian lapisan ini di tumpuk pada waste dump untuk persiapan lahan rehabilitasi. Pada PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA lapisan Overburden (OB) di Tambang Utara pada bukit Everest dan Bukit Humvee ini umumnya terdiri dari tanah laterit dan batuan lempungan yang mudah untuk digali. Untuk operasi pekerjaan pemindahan Overburden (OB) digunakan Buldozer85E-SS, Excavator PC 200 sebagai alat gali atau muat dan peralatan angkut Dump Truck dari front tambang ke Waste Dump Area. Kegiatan pengangkutan Overburden dapat dilihat pada gambar 4.4.
Gambar 4.4. Pengangkutan Overburden (OB) pada Bukit Everest
4.2.4 Loading dan Hauling Kegiatan loading pada PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA bukit Humvee menggunakan Excavator tipe Komatsu PC 200, berdasarkan spesifikasi alat komatsu PC 200 adalah 0,93 m³ dengan rata-rata pengisian untuk satu Dump Truck adalah 12 bucket. Kegiatan hauling PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA menggunakan Dump Truck Hino 260 TI dengan kapasitas bak Dump Truck adalah 20 ton (12,5 m³). Rute kegiatan hauling dimulai dari loading point menuju timbangan kemudian melakukan Dumping di Transito yang selanjutnya akan kembali lagi ke timbangan untuk menimbang kosong dan selanjutnya kembali lagi ke Loading point. 4.2.5 Transito Merupakan tempat penyimpanan Ore untuk sementara. Kemudian saat dumping di lakukan pengambilan recheck sampling untuk mengetahui klasifikasi kadarnya yang kemudian di tumpuk sesuai dengan kelas/klasifikasi kode warna yang sebelumnya diproduksi. Pada PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA pada transito pomalaa Ore yang rendah kadarnya dipisahkan dengan Ore yang tinggi kadarnya, cara yang dilakukan oleh PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA untuk Tambang Selatan dengan memberi kode pada tumpukan tersebut dengan kode warna, pengelompokan tersebut yaitu warna Hijau 2,00%, warna Biru 1,8%-1,9%, warna Kuning 1,5%-1,6%, warna Orange 1,1%-1,4%.
4.2.6 Stockyard
Pada PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA memiliki beberapa lahan stockyard, Alat-alat mekanis yang digunakan pada stockyard ialah Bulldozer dan wheel loader. Kedua alat mekanis ini bekerjasama dalam merapikan tumpukan hasil dumping Dump Truck. Tumpukan pada stockyard ini dibedakan berdasarkan patok dan nilai kadar hasil sampling yang sebelumnya dilakukan di transito. Tempat penyimpanan tumpukan atau Stockyard dapat dilihat pada gambar 4.5. Gambar. 4.5. Stockyard pada Bukit Leppe 4.3. Alat Yang Digunakan 4.3.1. Excavator Backhoe PC-200 Excavator yang digunakan adalah Komatsu PC-200, Excavator jenis ini digunakan di PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA, fungsinya yaitu untuk menggali atau memuat lapisan tanah pada tumpukan. (Gambar 4.6.).
Gambar 4.6. Excavator Bachcoe PC-200
4.3.2. Excavator Hydroulic Rock Breaker (PC-200 HRB) Terkadang dalam zona saprolit ditemukan boulder besar yang dapat menghambat kinerja Excavator Backhoe maupun Dump Tcuk. Maka Excavator Rock Breaker (HRB) digunakan untuk memecah batuan keras agar dapat dengan mudah diangkut ke Dump Truck, jenis tipe Excavator Rock Breker yang digunakan PT. Satria Jaya Sultra selaku Kontraktor adalah Excavator PC-200 Rock Breaker (HRB). (Gambar 4.7.). Gambar 4.7. Excavator Hydraulic Rock Breaker PC-200
4.3.3. Bulldozer D85E-SS Buldozer yang digunakan adalah Komatsu type D85E-SS untuk kegiatan suporting seperti pembersihan jalan di bagian front serta penumpukan Ore pada bagian stockyard. (Gambar 4.8.).
Gambar 4.8. Bulldozer Komatsu Type D85E-ss
4.3.4.Dump Truck (DT)
Dump Truck yang digunakan oleh PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA adalah jenis Rigid Dump Truck. DT yang digunakan tergolong kecil karena kapasits baknya kurang dari 20 ton. DT yang digunakan PT. Satria Jaya Sultra selaku Kontraktor adalah Hino type FM260TI. (Gambar 4.9.).
Gambar 4.9. Dump Truck Hino 500 type FM260TI
4.3.5. Grader 505 Alat ini di pakai oleh PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA berfungsi untuk memelihara jalan tambang dan jalan produksi yang tidak dilakukan pengerasan seperti jalan-jalan di dekat front. Grader yang digunakan adalah Komatsu Type GD 505. (Gambar 4.10.).
Gambar 4.10. Grader Komatsu type GD505
4.3.6. Wheel Loader Pada PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA Tbk Sultra loader jenis ini berfungsi sebagai pengangkutan dalam pemindahan tumpukan tanah. (Gambar 4.11.).
Gambar 4.11. Wheel Loader type WA360 4.3.7.
Mobil Penyiram Debu (Water Tank)
Pada PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA, disiapkan mobil penyiram debu apabila pada kondisi yang tidak memungkinkan seperti jalan yang berdebu dapat membuat aktivitas produksi terhambat. Oleh karena itu fungsi mobil penyiram debu dikeluarkan untuk menyiram jalan tambang. (Gambar 4.12.)
Gambar 4.12. Water Tank Kapasitas 20000 Liter
4.4. Skema Tahapan Penambangan
Land Clearing Pengupasan Top Soil Pengupasan Overburden Produksi Transito Stockyard
Gambar 4.13. Bagan Alir Tahapan Penambangan