Tata Cara Pengambilan Contoh Uji Beton Segar 1. Ruang Lingkup
Tata cara ini mencakup prosedur pengambilan contoh uji beton segar yang mewakili produk beton untuk menentukan kualitas beton sesuai persyaratan. Pengambilan contoh uji mencakup beton segar yang diproduksi dengan mesin pengaduk (mixer) stasioner, paving-mixer (penghampar) dan truk pencampur, serta pengambilan dari peralatan pengangkut pengangkut (agitator dan non-agitator truck) yang digunakan untuk mengangkut beton yang dicampur secara terpusat. Jika tidak diatur secara khusus dalam prosedur pengujian yang akan dilakukan, Jika Catatan seperti uji untuk menentukan keseragaman, konsistensi dan efisiensi mixer, maka penggabungan penggabungan contoh uji beton yang diambil dari beberapa tempat secara acak sangat dianjurkan dalam tata cara ini untuk mendapatkan contoh uji yang dapat mewakili dari suatu siklus produk beton tertentu. Prosedur yang digunakan untuk memilih uji batch yang spesifik tidak dijelaskan dalam tata cara ini. Tata cara ini juga mencakup prosedur yang digunakan untuk menyiapkan contoh uji beton yang mengandung ukuran agregat lebih besar dari ukuran agregat nominal, dan bila diperlukan contoh uji beton harus disaring dalam keadaan basah sebelum diuji. Standar ini tidak mencakup pengaturan tentang keselamatan kerja, oleh karena itu bagi pengguna harus menetapkan keselamatan dan kesehatan kerja sendiri dilingkungannya dilingkungannya sesuai aturan yang berlaku. (Khususnya terkait dengan sifat campuran beton segar dengan semen hidrolis yang dapat menyebabkan me nyebabkan kerusakan kulit). 2. Pekerjaan pengambilan sample beton dan penomorannya.
Peralatan yang harus disediakan : 1. Cetakan silinder t=300 mm Ø=15mm 2. Tongkat besi dengan panjang panja ng 600mm Ø10-15mm 3. Palu karet 4. Kerucut Abrams 5. Meteran 6. Plat besi 600mm x 600mm (bidang harus datar/ rata) 7. Sekop 8. Sendok perata 9. Gerobak sorong
a. Sebelum melakukan uji mutu beton pastikan beton yang kita gunakan, sebelumnya sudah dilakukan proses trial mix. Harus dilakukan review terhadap dokumendokumen trial mix (Mix design, analisa bahan, kalibrasi alat, dll) tsb dan sudah disetujui oleh pihak owner. b. Pengambilan beton yang akan digunakan untuk sample beton/ silinder harus berasal dari truk mixer yang betonnya akan digunakan untuk pengecoran. (Beton segar). Pastikan sebelum menuangkan beton, beton didalam mixer telah teraduk secara baik. c. Tuangkan beton dari mixer ke gerobak sorong yang sudah disediakan. (Penggunaan gerobak sorong dimaksudkan agar memudahkan untuk menganggkut sisa-sisa beton yang digunakan untuk test slump/ beton yang sudah tidak terpakai). d. Carilah tempat/ lokasi yang rata dan tidak mengganggu pekerjaan yang lainnya. Tuangkan beton sesuai kebutuhan jumlah silinder dan test slump. e. Kemudian isi cetakan silinder beton dengan beton secara bertahap dari 100mm, 200mm, dan 300mm (3 lapis). Pada setiap lapisan diwajibkan untuk dipadatkan dengan menggunakan tongkat besi yang sudah disediakan, dan beri ketukan dengan menggunakan palu karet agar cetakan silinder terisi dengan sempurna (tidak ada keropos). Kemudian ratakan permukaan atas silinder beton tsb.
Beton dituang ke silinder secara bertahap dari 100mm, 200mm, dan 300mm (3 lapis).
Padatkan dengan tongkat besi dan ketuk dengan palu karet.
Setelah beberapa menit, pada bagian permukaan atas silinder beton dituliskan kode sample beton. Kode sample beton harus ditulis selengkap mungkin agar memudahkan kita untuk melakukan identifikasi/ penelusuran terhadap beton yang digunakan. Kode sample beton berupa nama proyek, lokasi pengecoran, tanggal pengecoran, mutu beton dan nomor urut benda uji. Jika terdapat lebih le bih dari 1 supplier suppl ier beton ditambahkan juga kode untuk nama supplier supplier tsb.
Tulis kode proyek diatas silinder beton dengan menggunakan kawat/ paku setelah setengah kering
Setelah 24 jam, cetakan silinder diperbolehkan untuk dilepas dan benda uji dapat dipelihara dengan dimasukkan di bak rendam. re ndam.
3. Pekerjaan Test Slump
Siapkan kerucut Abrams, tongkat besi, plat besi, sekop dan meteran. Letakkan plat besi pada permukaan yang rata. Letakkan kerucut Abrams diatas plat besi tsb. Tekan dengan menggunakan kaki bagian “sayap” dari kerucut Abrams agar air semen tidak ada yang terbuang melalui bawah kerucut Abrams.
Setelah posisi perletakan kerucut Abrams sempurna, tuangkan adukan beton kedalam kerucut Abrams tsb. Penuangan beton kedalam kerucut Abrams harus dilakukan secara bertahap sampai dengan 3 lapis. Setiap lapisannya harus dilakukan pemadatan dengan menggunakan tongkat besi. Setelah sampai lapis ke-3 ratakan bagian beton yang berada di permukaan atas dari kerucut Abrams tsb. Pastikan kerucut Abrams terisi penuh dan tidak berlebihan. Setelah itu lepas/ naikan kerucut Abrams tersebut sehingga terlepas dari adukan beton yang sudah dimasukkan kedalam kerucut Abrams tsb. Kemudian letakkan kerucut Abrams tersebut disamping adukan beton yang tadi (kerucut Abrams dengan posisi terbalik).
Kemudian letakkan tongkat besi diatas kerucut Abrams yang terbalik tersebut, lalu ukurlah dengan menggunakan meteran jarak antara tongkat tersebut dengan ujung dari jatuhnya adukan beton.
Hasil dari pengukuran tersebut adalah nilai slump dari beton yang akan digunakan untuk pengecoran. Pastikan nilai slump tidak kurang dan melebihi dari nilai spesifikasi yang digunakan di proyek. 4. Pekerjaan pemeliharaan sampel di bak rendam
Ukuran bak rendam bervariatif sesuai dengan kebutuhan di proyek. Buatlah bak rendam sesuai dengan jumlah umur beton yang dirawat di proyek. Misal: umur 14 hari, 21 hari dan 28 hari,maka dibuat 3 bak rendam untuk silinder betonnya, Hal tersebut untuk memudahkan perawatan dan monitoringnya.
Sebaiknya pada area bak rendam silinder dibuatkan penutup atap, sehingga silinder yang sedang dirawat tidak terkena matahari langsung, dan suhu air tetap stabil.
Beri tulisan umur beton pada masing-masing bak rendam.
Masukkan silinder beton yang sudah dilepas dari cetakan kedalam bak rendam. Masukkan sampel beton sesuai dengan bak rendam yang sudah diberi tulisan umur beton 5. Jumlah dan frekuensi pembuatan benda uji
Jumlah minimum benda uji per hari pelaksanaan pengecoran = 1 benda uji Frekuensi pembuatan benda uji, diambil kondisi yang paling dulu dipenuhi :
1 pasang benda uji untuk tiap ti ap pengecoran 120 m3 beton
1 pasang benda uji untuk tiap pengecoran 500 m2 plat lantai beton
1 pasang benda uji untuk tiap tia p pengecoran 500 m2 dinding beton
Jumlah total benda uji minimum = 5 buah per mutu beton Jika dari frekuensi pembuatan benda uji yang diatur di atas menghasilkan jumlah benda uji kurang dari 5 buah, maka harus dilakukan randomisasi dengan interval volume pengujian yang sama, supaya diperoleh minimal sejumlah 5 buah benda uji Toleransi untuk jumlah total pengecoran kurang dari 40 m3, diperbolehkan tidak dilakukan sampling dan pembuatan benda uji, jika dapat dijamin dan bukti terpenuhinya terpenuhinya kuat tekan diserahkan dan disetujui oleh Pengawas. Catatan Ketentuan di atas berlaku untuk tiap mutu beton yang digunakan dalam satu proyek, tidak boleh dicampur atau disatukan jumlah benda uji untuk mutu beton yang berbeda.
6. Pasangan benda uji
Satu uji kuat tekan harus merupakan nilai kuat tekan rata-rata dari 2 (dua) contoh uji silinder yang berasal dari adukan beton yang sama dan diuji pada umur beton 28 hari atau pada umur uji yang ditetapkan untuk penentuan f c' (kuat tekan beton yang disyaratkan) [pasal 7.6 butir 2.4 SNI 03-2847-2002] 7. Evaluasi dan penerimaan mutu beton
SNI 03-2847-2002 tidak mendasarkan penerimaan mutu beton pada saat pelaksanaan pekerjaan (berjalannya proyek) dari perhitungan standar deviasi, ini adalah perbedaan utama SNI ini dengan PBI. Penerimaan mutu beton untuk benda uji yang dirawat di laboratorium :
rata-rata dari 3 (tiga) nilai kuat tekan uji yang berurutan tidak boleh ada
yang kurang dari nilai fc’
rata-rata dari 2 (dua) nilai kuat tekan uji yang berurutan tidak boleh kurang
dari nilai (fc’ -3,5 M Pa) Ketentuan untuk mutu beton dari benda uji yang dirawat di lapangan, adalah tidak boleh kurang dari 85% kuat tekan atau mutu beton yang dirawat di laboratorium. 8. Tindakan jika mutu beton tidak memenuhi syarat
Tindakan yang diambil jika terjadi hasil evaluasi menunjukkan mutu beton tidak memenuhi syarat :
analisis untuk menjamin bahwa tahanan struktur dalam memikul beban masih dalam batas aman (analisa kemampuan beban layan aktual )
jika analisis menunjukkan bahwa struktur berkurang kekuatannya secara signifikan, dilakukan uji contoh beton inti ( coring ) pada lokasi yang bermasalah, sebanyak minimal 3 contoh uji beton inti pada tiap nilai yang bermasalah
Penerimaan mutu beton dari pengujian pe ngujian beton inti (coring), dianggap memenuhi syarat jika :
tidak ada nilai hasil pengujian dengan beton inti yang kurang dari (75% fc’)
tidak ada nilai kuat tekan rata-rata dari 3 (tiga) sample beton inti yang kurang dari (85% fc’)
Jika dari hasil pengujian beton inti (coring) masih tidak memenuhi syarat, maka langkah yang bisa dilakukan :
dilaksanakan uji beban jika diperintahkan oleh Pengawas atau Perencana, yang diatur dalam pasal 22 SNI 03-2847-2002
ditambah perkuatan pada struktur yang bermasalah, jika memungkinkan dan
diijinkan oleh Pengawas
struktur yang bermasalah dibongkar dan dicor ulang
SNI tidak merekomendasikan pengujian dengan hammer test - namun juga tidak melarang dilakukannya pengujian hammer test