TEKNOLOGI TERAPAN DAN TEPAT GUNA DALAM PELAYANAN PELAYANAN BAYI BARU LAHIR DAN BALITA
A. OBAT DAN FAKSIN LIMA IMUNISASI DASAR LENGKAP (LIL) PENGERTIAN IMUNISASI
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu.Imunisasi tertentu.Imunis asi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam keda lam tubuh agar tubuh tubu h membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. TUJUAN IMUNISASI
Program imunisasi i munisasi bertujuan ber tujuan untuk memberikan kekebalan pada pad a bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. (Proverawati, 2010). Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. MANFAAT IMUNISASI
1. Untuk Anak Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian. 2. Untuk Keluarga Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani menjalani masa kanak-kanak yang nyaman. 3. Untuk Negara Memperbaiki tingkat kesehatan, mrnciptakan bangsa yang kuat dan berakal untukmelanjutkan pembangunan negara. JENIS IMUNISASI 1.Imunisasi Aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon ber espon spesifik dan memberikan memberi kan suatu ingatan terhadap terh adap antigen ini, sehingga ketika ket ika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan campak. Dalam imunisasi aktif terdapat beberapa unsur-unsur vaksin, yaitu : 1.Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan dimatikan, dimatikan, eksotoksin yang di detoksifikasi detoksifi kasi saja, atau endotoksin yang terikat pada protein pembawa seperti polisakarida, dan vaksin dapat juga berasal dari ekstrak komponen-komponen organisme dari suatu antigen. Dasarnya adalah antigen harus merupakan bagian dari organisme yang dijadikan vaksin. 2.Pengawet/stabilisator, 2.Pengawet/stab ilisator, atau antibiotik. an tibiotik. Merupakan Mer upakan zat yang digunakan agar a gar vaksin tetap dalam keadaan lemah atau menstabilkan antigen an tigen dan mencegah tumbuhnya t umbuhnya mikroba. Bahan-bahan Bahan -bahan yang digunakan seperti se perti air raksa r aksa atau antibiotik antibiot ik yang biasa digunakan. 3.Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan yan digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya telur, protein serum, bahan kultur sel.
4.Adjuvan, terdiri dari garam aluminium yang berfungsi meningkatkan sistem imun dariantigen. Ketika antigen terpapar dengan antibodi tubuh, antigen dapat melakukan perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi perlawanan maka semakin tinggipeningkatan antibodi tubuh. 2.Imunisasi Pasif
Merupakan suatau proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara memberikan zat immunoglobulin, immunoglobul in, yaitu zat yang dihasilkan melalu suatu proses pr oses infeksi inf eksi yang dapat berasal ber asal dari plasma manusia (kekebalan (kekebalan yang didapatkan didapatkan bayi dari ibu melalui plasenta) plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan digun akan untuk untu k mengatasi mikroba sudah sud ah masuk dalam d alam tubuh yang terinfeksi terinf eksi . Contoh yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan,misalnya antibodi terhadap campak.
JENIS VAKSIN LIMA IMUNISASI LENGKAP
1. BCG Imunisasi BCG merupakan meru pakan imunisasi yang digunakan untuk un tuk mencegah terjadinya terjad inya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah suda h dilakukan imunisasi imun isasi BCG. TBC T BC yang berat contohnya c ontohnya adalah a dalah TBC pada selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru, atau TBC tulang. Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 dosis sejak lahir sebelum umur 3 bulan. Vaksin BCG diberikan melalui intradermal/intracutan. intradermal/in tracutan. Efek samping pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan, limfadenitis regionalis, dan reaksi panas. 2. Hepatitis B Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis B. kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 dosis. Imunisasi Imunisasi hepatitis ini diberikan melalui melalui intramuscular. 3. Polio Imunisasi polio pol io merupakan imunisasi imuni sasi yang digunakan digun akan untuk mencegah terjadinya t erjadinya penyakit polio myelitis yang dapat menyebabkan menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah 4 dosis .Imunisasi polio diberikan melalui oral. 4. DPT Imunisasi DPT merupakan mer upakan imunisasi yang digunakan d igunakan untuk untu k mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis per tusis dan tetanus. tetanus . Vaksin DPT ini in i merupakan vaksin vaksi n yang mengandung racun racu n kuman difteri difter i yang telah dihilangkan di hilangkan sifat sif at racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan pembentukan zat anti (toksoid). Frekuensi Frekuensi pemberian imuisasi DPT adalah 3 dosis. Pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi DPT diberikan melalui intramuscular .Pemberian DPT dapat berefek samping ringan r ingan ataupun ataup un berat. berat . Efek ringan misalnya mis alnya terjadi pembengkakan, pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, penyuntikan, dan demam. demam. Efek berat misalnya terjadi menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,encephalopathy, dan syok. 5. Campak Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi Freku ensi pemberian imunisasi campak adalah 1 dosis. Imunisasi Imuni sasi campak
diberikan melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat tempat suntikan suntikan dan panas. panas. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMUNISASI 1. Status imun penjamu Adanya antibodi spesifik pada penjamu keberhasilan vaksinasi, misalnya: (Campak pada bayi, Kolostrum Kolostrum ASI – – Imunoglobulin Imunoglobulin A polio) Maturasi imunologik : neonatus fungsi makrofag, kadar komplemen, aktifasi optonin. Pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen kurang, hasil vaksinasi ditunda sampai umur 2 tahun. Cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak kebal secara simultan, bayi di imunisasi. imunisasi. Frekuensi penyakit : dampaknya pada neonatus berat imunisasi dapat diberikan pada neonatus. neonatus. Status imunologik (seperti defisiensi imun) respon terhadap vaksin kurang 2. genetik
Secara genetik respon imun manusia rendah. Keberhasilan vaksinasi tidak 100%.
terhadap
antigen
tertentu
baik,
cukup,
3 . Kualitas vaksin
1. Cara pemberian. Misalnya polio oral, imunitas lokal dan sistemik. 2.Dosis vaksin
Tinggi hambatan respon, menimbulkan efek samping Jika rendah,maka tidak merangsang sel imuno kompeten
3.Frekuensi pemberian. Respon imun sekunder Sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi produksinya, produksinya, afinitas lebih tinggi. Frekuensi pemberian mempengaruhi respon imun yang terjadi. Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik masih tinggi, sedangkan sedangkan antigen dinetralkan oleh antibodi spesifik maka tidak merangsang sel imuno kompeten. 4.Ajuvan
Zat yang meningkatkan respon imun terhadap antigen Mempertahankan antigen agar tidak cepat hilang Mengaktifkan sel imuno kompeten
5.Jenis vaksin. Vaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik. 6.Kandungan vaksin (Antigen virus, Bakteri, Vaksin yang dilemahkan seperti polio,campak, polio,campak, BCG. Vaksin mati : pertusis. Eksotoksin : toksoid, difteri, tetanus. Ajuvan: persenyawaan persenyawaan aluminium. aluminium. Cairan Cairan pelarut : air, cairan cairan garam garam fisiologis, kultur jaringan,telur. jaringan,telur.
FAKTOR YANG DAPAT MERUSAK VAKSIN DAN KOMPOSISI VAKSIN
1.Panas dapat merusak semua vaksin. 2.Sinar matahari dapat merusak BCG. 3.Pembekuantoxoid. 4.Desinfeksi / antiseptik : sabun. TATACARA PEMBERIAN IMUNISASI
Sebelum melakukan vaksinasi, dianjurkan dianjurkan mengikuti tata cara seperti berikut: 1.Memberitahukan 1.Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila tidak di vaksinasi. 2.Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan. diharapkan. 3.Baca dengan teliti informasi tentang yang akan diberikan dan jangan lupa mendapat persetujuan orang tua. Melakukan Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi. 4.Tinjau kembali apakah ada kontraindikasi terhadap vaksin yang akan diberikan. 5.Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan .6.Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik. 7.Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan. Periksa tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya adanya perubahan warna yang menunjukkan adanya kerusakan. 8.Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal (catch up vaccination) bila diperlukan. 9.Berikan vaksin dengan teknik yang benar. Lihat uraian mengenai pemilihan jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan posisi penerima vaksin. 10.Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal seperti berikut: Berilah petunjuk (sebaiknya tertulis) kepada orang tua atau pengasuh, apa yang harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat .Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis.Catatan imunisasi secara rinci harus har us disampaikan kepada kep ada Dinas Kesehatan Kese hatan bidang P2M.Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk mengejar ketinggalan, bila diperlukan . Dalam situasi vaksinasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar, pelaksanaannya pelaksanaannya dapat bervariasi, namun rekomendasi rekomendasi tetap seperti di atas yang berpegang pada prinsip-prinsip higienis, surat persetujuan persetujuan yang valid, dan pemeriksaan/penilaia pemeriksaan/penilaian n sebelum imunisasi harus harus dikerjakan. dikerjakan. 1. Penyimpanan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan potensinya.Instruksi potensinya.Instruksi pada pada lembar lembar penyuluhan (brosur) informasi informasi produk harus disertakan. disertakan. Aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin vaks in harus di dinginkan pada temperatur 2-8oC dan tidak membeku. Sejumlah vaksin (DPT ( DPT dan hepatitis hepat itis B) menjadi tidak aktif akt if bila beku. beku . Pengguna dinasehatkan dinas ehatkan untuk melakukan konsultasi konsult asi guna mendapatkan mendapat kan informasi khusus vaksin-vaksin individual, individual , karena beberapa beber apa vaksin (polio) (po lio) dapat disimpan di simpan dalam keadaan beku. Pengenceran Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus dan digunakan dalam periode waktu tertentu. Apabila vaksin telah diencerkan, harus diperiksa terhadap tanda-tanda t anda-tanda kerusakan (warna ( warna dan kejernihan). Perlu diperhatikan di perhatikan bahwa vaksin campak yang telah diencerkan diencerkan cepat mengalami mengalami perubahan pada suhu kamar. Jarum ukuran 21 yang steril dianjurkan untuk mengencerkan dan jarum ukuran 23 dengan panjang 25 mm digunakan untuk menyuntikkan vaksin. Pembersihan Kulit Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi dilakukan namun apabila kulit telah bersih, antiseptik kulit tidak diperlukan. Pemberian Suntikan Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikanintramuskular atau subkutan dalam. Terdapat perkecualian pada dua jenis vaksin yaitu polio diberikan per-oral dan BCG diberikan dengan suntikan intradermal. Teknik dan Ukuran Jarum Para petugas yang melaksanakan vaksinasi harus memahami teknik dasar dan petunjuk keamanan keamanan pemberian vaksin, untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan trauma akibat suntikan s untikan yang salah. s alah. Pada tiap suntikan su ntikan harus haru s digunakan tabung tabun g suntikan dan jarum baru, sekali pakai dan steril. Sebaiknya tidak digunakan botol vaksin yang multidosis,karena multidosis ,karena risiko infeksi. Apabila Apabi la memakai botol multidosis multidosi s (karena tidak ada laternatif vaksin dalam sediaan lain) maka jarum j arum suntik sunti k yang telah tel ah digunakan menyuntikkan tidak boleh dipakai lagi mengambil vaksin.Tabung vaksin.Tabun g suntik dan jarum harus h arus dibuang dalam d alam tempat tertutup tertut up yang diberi diber i tanda(label) tanda (label) tidak mudah robek dan bocor, untuk menghindari luka tusukan atau pemakaian ulang. Tempat pembuangan pembuangan jarum suntik bekas harus dijauhkan dijauhkan dari jangkauan anak-anak. anak-anak. Sebagian besar vaksin harus disuntikkan disuntikkan kedalam otot. Penggunaan Penggunaan jarum yang pendek meningkatkan risiko terjadi suntikan subkutan yang kurang dalam. Standar jarum suntik ialah ukuran 23 dengan panjang 25 mm, tetapi ada perkecualian lain dalam beberapa hal seperti berikut : 1.Pada bayi-bayi kurang bulan, umur dua bulan atau yang lebih muda muda dan bayi-bayi kecil lainnya, dapat pula dipakai jarum ukuran 26 dengan panjang 16 mm. 2.Untuk suntikan subkutan pada lengan atas, dapakai jarum ukuran 25 dengan panjang 16mm, untuk bayi-bayi kecil dipakai jarum ukuran 27 dengan panjang 12 mm. 3.Untuk suntikan intradermal pada vaksin BCG dipakai jarum ukuran 25-27 denganpanjang 10 mm. Arah Sudut Jarum pada Suntikan Intramuskular Jarum suntik harus disuntikkan dengan sudut 45 0 sampai 60 0 ke dalam otot vastuslateralis atau otot deltoid (lengan atas). Untuk otot vastus lateralis, jarum harus diarahkan kearah lutut dan untuk deltoid jarum harus diarahkan ke pundak. Kerusakan saraf dan pembuluh vaskular dapat terjadi apabila suntikan diarahkan pada sudut 90 0. pada suntikan suntikan dengan sudut jarum 45 0 sampai 60 0 akan mengalami hambatan ringan pada waktu jarum masuk ke dalam otot. Tempat Suntikan yang Dianjurkan
Paha anterolateral adalah bagian tubuh yang dianjurkan untuk vaksinasi pada bayi bayi dan anak-anak anak-anak umur dibawah 12 bulan. Regio deltoid adalah alternatif alternatif untuk vaksinasi pada anak-anak yang lebih besar (mereka yang telah dapat berjalan) dan orang dewasa. Daerah anterolateral anterolater al paha adalah bagian yang dianjurkan d ianjurkan u ntuk vaksinasi bayi-bayi dan dan tidak pada pantat(daerah pantat(daerah gluteus) untuk menghindari menghindari risiko kerusakan saraf ischiadica(nervus ischiadica(ner vus ischiadicus). Risiko kerusakan saraf ischiadica akibat suntikan di daerah gluteus lebih banyak dijumpai di jumpai pada bayi karena variasi posisi saraf tersebut, masa otot lebih tebal, sehingga pada vaksinasi vaksi nasi dengan suntikan sun tikan intramuskular intramus kular di daerah gluteal dengan tidak sengaja menghasilkan suntikan subkutan dengan reaksi lokal yang lebih berat. Sedangkan untuk vaksinasi BCG, harus disuntik pada kulit di atas insersi otot deltoid (lengan atas), sebab suntikan-suntikan suntikan-su ntikan diatas puncak pundak memberi risiko terjadinya keloid. 8. Posisi Anak dan Lokasi Suntikan Vaksin yang disuntikkan harus diberikan pada bagian dengan risiko kerusakan saraf,pembuluh vaskular serta jaringan lainnya. Penting bahwa bayi dan anak jangan bergerak saat disuntik, walaupun demikian demikian cara memegang memegang bayi dan anak yang berlebihan akan akan menambah ketakutan ketakutan sehingga meningkatkan meningkatkan ketegangan otot. Perlu di yakinkan kepada kepad a orang tua atau pengasuh untuk un tuk membantu memegang anak atau at au bayi, dan harus diberitahu agar mereka memahami memahami apa yang sedang dikerjakan. dikerjakan. Alasan memilih otot vastus lateralis pada bayi dan anak umur dibawah 12 bulan adalah : Menghindari risiko kerusakan saraf ischiadica pada suntikan daerah gluteal. Daerah deltoidpada bayi dianggap tidak cukup tebal untuk menyerap suntikan secara adekuat. Sifat imunogenesitas vaksin hepatitis B berkurang bila disuntikkan di daerah gluteal. Menghindari risiko reaksi lokal dan terbentuk pembengkakan di tempat suntikan yang menahun. Menghindari lapisan lemak subkutan yang tebal pada paha bagian anterior. 9. Vastus Lateralis, Posisi Anak dan Lokasi Suntikan Sun tikan Vastus lateralis adalah otot bayi yang tebal dan besar, yang mengisi bagian antero lateral paha. Vaksin harus disuntikkan ke dalam batas antara sepertiga otot bagian atas dan tengah yang merupakan bagian yang paling tebal dan padat. Jarum harus membuat membuat sudut450-600 terhadap permukaan kulit, dengan jarum kearah lutut, maka jarum tersebut harus menembus menembus kulit selebar ujung jari jari di atas(ke arah proksimal) proksimal) batas hubungan bagian atas dan sepertiga tengah otot. Anak atau bayi diletakkan di atas meja periksa, dapat dipegang oleh orangtua/pengasuh orangtua/pengas uh atau posisi setengah tidur pada pangkuan orang tua atau pengasuhnya. pengasuhnya. Celana(popok) Celana(popok) bayi harus dibuka bila menutupi otot vastus lateralis sebagai lokasi suntikan, bila tidak demikian vaksin akan disuntikkan terlalu bawah di daerah paha. Kedua tangan dipegang menyilang pelvis bayi dan paha dipegang dengan tangan antara jempol dan jari-jari. Posisi ini akan mengurangi hambatan dalam proses penyuntikan dan membuatnya lebih lancar. Lokasi suntikan pada vastus lateralis : 1.Letakkan bayi di atas tempat tidur atau meja, bayi ditidurkan terlentang. 2.Tungkai bawah sedikit ditekuk dengan fleksi pada lutut. 3.Cari trochanter mayor femur dan condylus lateralis dengan cara palpasi, tarik garis yang menghubungkan kedua tempat tersebut. t ersebut. Tempat suntikan vaksin vaksi n ialah batas sepertiga bagian atas dan tengah pada garis tersebut (bila tungkai bawah sedikit menekuk, maka lekukan yang dibuat oleh tractus iliotibialis menyebabkan garis bagian distal distal lebih jelas).
4.Supaya vaksin yang disuntikkan masuk ke dalam otot pada batas antara sepertiga bagian atas dan tengah, jarum ditusukkan satu jari di atas batas tersebut. 10. Deltoid, Posisi Anak dan Lokasi Suntikan 1 .Posisi seorang seoran g anak yang paling nyaman untuk u ntuk suntikan di daerah deltoid deltoi d ialah duduk diatas pangkuan ibu atau pengasuhnya 2.Lengan yang akan disuntik dipegang menempel pada tubuh bayi, sementara lengan lainnya diletakkan di belakang tubuh orang tua atau pengasuh. 3.Lokasi deltoid yang benar adalah penting supaya vaksinasi berlangsung aman dan berhasil. 4.Posisi yang salah akan menghasilkan suntikan subkutan yang tidak benar dan meningkatkan risiko penetrasi saraf. Untuk mendapatkan lokasi deltoid yang baik membuka lengan atas dari pundak kesiku. Lokasi yang paling baik adalah pada tengah otot, yaitu yai tu separuh antara ant ara akromnion dari insersi pada p ada tengah humerus. 0 0 Jarum suntik ditusukkan membuat sudut 45 -60 mengarah pada akromnion. Bila bagian bawah deltoid yang disuntik, ada risiko trauma saraf radialis karena saraf tersebut melingkar dan muncul dari otot trisep. 11. Pengambilan Vaksin dari Botol (Vial) Untuk vaksin yang diambil menembus tutup karet atau yang telah dilarutkan,harus memakai jarum baru. Apabila vaksin telah diambil dari vial yang terbuka, dapat dipakai jarum yang sama. Jarum atau semprit yang telah digunakan menyuntik seseorang tidak boleh digunakan untuk mengambil vaksin dari botol vaksin karena risiko kontaminasi silang, vaksin dalam botol yang berisi dosis ganda (multidosis) jangan digunakan kecuali tidak ada alternatif lain. 12. Penyuntikan Subkutan Perhatian untuk suntikan subkutan : 1.Arah jarum 450 terhadap kulit. 2.Cubit tebal untuk suntikan subkutan. 3.Aspirasi semprit sebelum vaksin disuntikkan. 4.Untuk suntikan multipel diberikan pada bagian ekstrimitas berbeda.
13. Penyuntikan Intramuscular Perhatian untuk penyuntikan intramuskular : 1.Pakai jarum yang cukup panjang untuk mencapai otot. 2.Suntik dengan arah jarum 45 0-600, lakukan dengan cepat. 3.Tekan kulit sekitar tempat suntikan dengan ibu jari dan telunjuk saat jarum ditusukkan. 4.Aspirasi semprit sebelum vaksin disuntikkan, untuk meyakinkan tidak masuk ke dalamvena. Apabila terdapat darah, buang dan ulangi dengan suntikan baru. 5.Untuk suntikan multipel diberikan pada bagian ekstrimitas berbeda. 14. Pemberian Dua atau Lebih Vaksin pada Hari Yang Sama Pemberian vaksin-vaksin yang berbeda pada umur yang sesuai, boleh diberikan pada hari yang sama. Vaksinin Vaksi nin activated dan vaksin virus vi rus hidup, hi dup, khususnya khusu snya vaksin yang dianjurkan dalam jadwal imunisasi, pada umumnya dapat diberikan pada lokasi yang berbeda saat hari kunjungan yang sama. s ama. Misalnya Mi salnya pada kesempatan yang yan g sama dapat diberikan vaksin-vaksin DPT, hepatitis B, dan polio. Vaksin-vaksin Vaksin-vaksi n yang berbeda tidak boleh dicampur dalam satu semprit. Vaksin-vaksin yang berbeda yang
diberikan pada seseorang pada hari yang sama harus disuntikkan pada lokasi yang berbeda dengan dengan menggunakan menggunakan semprit yang yang berbeda. JADWAL IMUNISASI 1.BCG 1. Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 3 bulan. namun dianjurkan dianj urkan pemberianimunisasi pemberianimunisasi BCG BCG pada umur antara antara 0-12 bulan 2.Dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml untuk anak (>1 tahun). 3.Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan. 4.Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberculosis, namun dapat mencegah komplikasinya. 5.Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif. 2.Hepatitis B 1.Imunisasi hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah lahir. 2.Imunisasi hepatitis B-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisasi hepatitis B-1yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapatkan respon imun optimal,intervalimunisasi hepatitis B-2 dengan hepatitis B-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka imunisasi hepatitis B-3 diberikan pada umur 3-6 bulan. 3.Departemen kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin hepatitis B-0 monovalen(dalam kemasan uniject) saatlahir, dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP/hepatitisB pada umur 2-3-4 bulan. Tujuan vaksin hepatitis B diberikan dalam kombinasi dengan DTwP untuk memper mudah pemberian dan meningkatkan cakupan hepatitis B-3 yang masih rendah. 4.Apabila sampai sa mpai dengan usia 5 tahun anak an ak belum pernah memperoleh imunisasi imunisa si hepatitis B, maka secepatnya diberikan imunisasi hepatitis B dengan jadwal 3 kali pemberian. 3. DPT 1. Imunisasi DPT primer pri mer diberikan 3 kali kal i sejak umur 2 bulan (DPT tidak boleh bol eh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu. Interval terbaik diberikan 8 minggu,jadi DPT-1 diberikan pada umur 2 bulan, DPT-2 pada umur 4 bulan dan DPT-3 pada umur 6 bulan. 2. Dosis DPT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk imunisasi dasar maupun ulangan. 3.Vaksin DPT dapat diberikan secara kombinasi kombin asi dengan vaksin lain lai n yaitu DPT/Hepatitis DPT/Hepatiti s B dan DPT/IPV. 4. Polio 1.Terdapat 2 kemasan vaksin polio yang berisi virus polio-1, 2, dan 3. (1.OPV, hidup dilemahkan, tetes, oral.; 2.IPV, in-aktif, suntikan.) 2.Polio-0 diberikan saat bayi lahir sesuai pedoman PPI sebagai s ebagai tambahan untuk mendapatkan cakupan imunisasi yang tinggi. 3.Untuk imunisasi dasar (polio-2, 3, 4) diberikan pada umur 2,4, dan 6 bulan, interval antara dua imunisasi tidak kurang dari 4 minggu. 4.OPV diberikan 2 tetes per-oral. 5.IPV dalam kemasan 0,5 ml, intramuscular. Vaksin IPV dapat diberikan tersendiri atau dalam kemasan kombinasi (DPT/IPV). 5. Campak Vaksin campak rutin dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara subkutan dalam,pada umur umur 9 bulan. KONTRAINDIKASI KONTRAINDIKASI IMUNISASI
1.Analfilaksis atau reaksi hipersensitifitas yang hebat merupakan kontraindikasi mutlak terhadap dosis do sis vaksin berikutnya. beri kutnya. Riwayat kejang demam dan panas lebih 0 dari 38 C merupakan kontraindikasi pemberian DPT, hepatitis B-1 dan campak 2.Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda dan gejala AIDS,sedangkan vaksin yang lain sebaiknya diberikan. 3.Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang sakit,lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi ketika bayi sudah sehat. sehat. MITOS-MITOS IMUNISASI Usia dan pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pemberian imunisasi akibat kurangnya pemahaman terhadap imunisasi. Dan di masyarakat sering terdengar pendapat yang salah mengenai mengenai imunisasi. Tidak jarang dijumpai orang tua yang ragu atau bahkan menolak imunisasi imuni sasi dengan berbagai alasan. al asan. Ketakutan Ketakut an atau penolakan imunisasi mungkin berdasarkan berdasarkan pandangan pandangan religi, filosofis tertentu, anggapan imunisasi imunis asi sebagai intervensi in tervensi pemerintah.Keraguan tentang manfaat dan keamanan imunisasi perlu ditanggapi secara aktif. Apabila orang tua mendapat jawaban akurat dan informasi yang benar, maka orang tua dapat membuat keputusan yang benar tentang imunisasi. (IDAI, 2008) Mitos-mitos imunisasi yang sering dijumpai : 1. Vaksin MMR (meales, mumps dan rubella) bisa menyebabkan anak autis. Tidak ada hubungan antara vaksin MMR dengan perkembangan autis, ini sudah dibuktikan melalui penelitian ilmiah. Biasanya gejala autis pertama kali terlihat saat bayi berusia 12 sampai 18 bulan, dimana hampir bersamaaan dengan diberikannya vaksin MMR.Kebanyakan autis disebabkan oleh faktor genetik, jadi jangan takut untuk memberikan vaksinMMR pada anak. 2.Terlalu banyak vaksin akan membebani system imun. Mitos ini tidak benar, karena meskipun jumlah suntikan vaksin meningkat tapi jumlah antigen telah menurun. Selain itu sistem imun manusia memberikan respon terhadap ratusan antigen dalam kehidupan setia hari. Berbagai penelitian tidak memperlihatkan meningkatnya penyakit infeksi setelah adanya imunisasi. 3.Lebih baik memberi natural infeksi dibandingkan dengan vaksinasi. Mitos ini tidak benar. Suatu penyakit bisa mengakibatkan kematian serta kecacatan yang permanen, dan dengan melakukan vaksinasi dapat memberikan perlindungan tanpa efek samping yang berat. 4. Sesudah imunisasi tidak akan tertular penyakit tersebut. Tidak ada vaksinasi yang memberikan perlindungan terhadap suatu penyakit secara 100%. Bayi atau anak yang telah melakukan imunisasi masih ada kemungkinan yang sangat kecil untuk bisa bi sa tertular penyakit tersebut, terseb ut, namun akan jauh j auh lebih ringan ri ngan dibandingkan dengan anak yang tidak di imunisasi. Sehingga kemungkinan untuk bisa sembuh jauh lebih besar. besar. 5. Imunisasi dapat menyebabkan penyakit yang seharusnya dicegah dengan vaksin tersebut. Hal ini tidak benar, mustahil anak memperoleh penyakit dari imunisasi yang dibuat dari kuman mati atau dilemahkan. di lemahkan. Imunisasi yang dibuat dari kuman ku man hidup dan dilemahkan termasuk imunisasi campak, Gabak (rubella), gondong, cacar air, BCG dan polio. 6. Imunisasi sepertinya tidak efektif 100%, sia-sia saja anak diberlakukan imunisasi Fakta : jarang ada keberhasilan 100% di dunia kesehatan. Namun, kini imunisasi yang diberikan 85-99% berhasil merangsang tubuh membuat antibodi. Lebih baik bayi
menangis 1menit karena disuntik imunisasi dari pada anak meninggal karena difteri, tetanus, campak atau penyakit lain dalam kategori imunisasi. 7.Mungkin anak akan menderita reaksi terhadap imunisasi yang menyakiti. Reaksi umum terhadap imunisasi ringan saja seperti demam, kemerahan dan rasa sakit pada tempat suntikan, ruam ringan. Jarang sekali terjadi kejang-kejang kejang-kejang atau reaksi alergi berat. 8. Anak tidak perlu imunisasi asalkan dia sehat, aktif, dan makan cukup banyak yang bergizi. Imunisasi diberikan untuk untu k menjaga anak tetap sehat, bukan memberi sehat. Tujuan imunisasi adalah melindungi tubuh sebelum diserang penyakit. Saat yang paling tepatmemberikan vaksin adalah saat anak sehat. 9. Pada seri vaksinasi, apabila seri satu kali terlambat, seri harus dimulai lagi dari semula. Hal ini tidak benar. Kalau anak tidak diberi vaksinasi pada saat di jadwalkan, memang dia kurang dilindungi terhadap penyakit. Akan tetapi seri vaksinasi tidak perlu di ulang dari semula. Vaksinasi yang terlambat diberi dib eri saja dan jadwal dimulai d imulai lagi dari tahap tah ap itu, bukan dari semula.Oleh karena itu, jangn langsung langs ung percaya per caya terhadap semua kabar burung yang yan g beredar mengenai imunisasi, imunisa si, sebaiknya sebaikn ya cari tahu t ahu penjelasannya penjelasannya melalui situs-situs ilmiah di internet atau berkonsultasi berkonsultasi dengan dokter. (Proverawati, (Proverawati, 2010) VIT K Vitamin K merupakan vitamin larut dalam lemak yang memiliki peranan penting dalam mengaktifkan zat-zat yang berperan dalam pembekuan darah, di antaranya zat yang dikenal sebagai protrombin dan faktor-faktor pembekuan. pembekuan. Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui yaitu: Vitamin K1 (phytomenadione), terdapat pada sayuran hijau Vitamin K2 (menaquinone), dihasilkan oleh bakteri normal usus (Bacteriodes fragilis) Vitamin K3 (menadione), merupakan vitamin K sintetik Dalam keadaan normal, bayi baru lahir relatif mengalami mengalami kekurangan kekurangan vitamin K. Hal ini disebabkan disebabkan karena cadangan vitamin K bayi yang didapat dari ibu sangat terbatas, selain itu sumber vitamin K yang didapat dari ASI hanya mengandung vitamin K dalam kadar rendah.Vitamin K dapat diproduksi oleh bakteri normal dalam saluran cerna, akan tetapi pada bayi baru lahir kondisi saluran cerna masih dalam keadaan keadaan steril (tidak ada bakteri normal usus) sehingga vitamin K tidak dapat diproduksi. diproduksi . Fungsi organ hati sebagai tempat metabolisme vitamin K juga belum dapat berfungsi secara matang terutama pada bayi kurang bulan Apa akibatnya?
Kurangnya kadar vitamin K inilah yang dapat menyebabkan bayi baru lahir memiliki resiko untuk mengalami gangguan perdarahan atau yang lebih dikenal dengan perdarahan akibat akibat defisiensi defisiensi vitamin vitamin K (PDVK). Angka Angka kejadian PDVK pada bayi baru lahir berkisar antara 1:200 sampai 1:400 kelahiran bayi yang tidak mendapat suntikan sunti kan vitamin K. Gejala G ejala utamanya adalah perdarahan. per darahan. Perdarahan Perdara han dapat terjadi pada kulit, hidung, hi dung, mata dan d an saluran cerna yang ditandai dit andai oleh muntah atau at au tinja ti nja yang kehitaman, bayi terlihat t erlihat pucat, p ucat, perdarahan per darahan yang terjadi terus menerus melalui bekas tusukan jarum suntik. Perdarahan juga dapat terjadi
secara spontan tanpa sebab yang jelas.Yang paling serius adalah perdarahan dalam otak yang dapat dikenali melalui gejala seperti sakit kepala, muntah tibatiba, menangis terus menerus, ubun-ubun ubun-ubu n besar membonjol,kejang membonjol,kejan g sampai dengan penurunan kesadaran. kesadaran. Perdarahan Perdarahan otak inilah yang dapat berlanjut menjadi kecacatan otak bahkan kematian. Bayi dengan kondisi tertentu memiliki faktor risiko lebih besar untuk terjadinya perdarahan, di antaranya bayi kurang bulan, bayi yang lahir dari ibu yang menggunakan obat yang menghambat metabolisme vitamin K di antaranya obat antikejang dan obat o bat anti tuberkulosis tuberkulosi s selama sel ama kehamilan, kehamila n, bayi ba yi yang mendapatkan antibiotic berkepanjangan (karena dapat membunuh bakteri normal usus yang hasilkan vitamin K), bayi yang mengalami diare terus-menerus terus- menerus dan gangguan penyerapan penyer apan usus. Pada bayi yang mendapat ASI secara secar a eksklusif juga memiliki memiliki risiko terjadinya perdarahan, perdarahan, akan tetapi manfaat pemberian ASI jauh lebih besar sehingga sehingga ASI tetap pilihan pilihan yang terbaik terbaik bagi bagi bayi.
P D V K dapa dapatt di di bagi ber ber dasa dasarr kan waktu waktu ter ter j adi adi nya: nya: PDVK Dini – terjadi pada < 24 jam pertama setelah kelahiran, Keadaan ini dapat dicegah dengan pemberian suntikan vitamin K pada bayi baru lahir PDVK Klasik – terjadi pada minggu pertama kehidupan, bentuk yang paling umum,disebabkan oleh asupan vitamin K yang tidak adekuat dan tidak diberikannya suntikan vitamin K pada bayi baru lahir PDVK Lambat – terjadi terjadi pada bayi usia 2 minggu-6 bulan, sangat jarang terjadi akan tetapi sangat serius menyebabkan kerusakan otak permanen bahkan kematian Untuk mengetahui adanya PDVK perlu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan pemeriksaan faktor-faktor faktor-faktor pembekuan, pembekuan, sementara untuk pemeriksaan pemeriksaan kemungkinan kemungkinan perdarahan otak dapat dapat dilakukan dilakukan USG atau atau CT Scan. Scan.
Perluka Perluk ah vitam vitami n K untuk untuk bayi bayi bar u lahi lahirr ? Ya! Karena gejala kekurangan vitamin K tidak selalu terlihat dengan jelas, sekitar 1/3kasus terjadi tanpa adanya gejala maupun faktor risiko yang jelas. Oleh karena itu, pemberian suntikan vitamin K perlu dilakukan pada setiap bayi baru lahir sebagai tindakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan pada bayi baru lahir.
B agaim agai mana dan dan kapan pemb pemberi eri annya? Vitamin K yang diberikan adalah vitamin K1, diberikan pada saat bayi baru lahir sampai usia 2 minggu karena risiko terjadinya perdarahan bertambah terutama pada usia 1-2minggu dan menurun menjelang usia 6 bulan setelah bayi mulai dapat memproduksi vitaminK sendiri. Cara pemberian dapat dilakukan baik secara suntikan di otot (intra muskular)ataupun di minum (oral)
Suntikan di otot, dengan dosis tunggal 1 mg pada setiap bayi baru lahir Diminum, dengan dosis tunggal 2 mg diberikan tiga kali, yaitu pada saat bayi baru lahir, lahir, pada umur 3-7 hari, hari, dan pada pada umur 4-8 4-8 minggu.
B agaim agaimana bila bila anak anak saya ter ter lamba lambatt di di ber ber i vita vitam mi n K? K? Pada bayi yang terlambat mendapat vitamin K dan mengalami perdarahan akibat kekurangan vitamin K, K , dokter akan memberikan pengobatan pengob atan berupa suntikan su ntikan
vitamin K dan transfuse transf use darah. Pemberian vitamin K tidak perlu dilakukan ulangan, karena semakin bertambah umur bayi, semakin baik kemampuan tubuhnya untuk menghasilkan vitamin K dan semakin bervariasi asupan makanan yang didapatkan. B. ALAT 1. Ingkubator
Kelahiran bayi prematur adalah bayi yang belum cukup bulan untuk lahir tapi diharuskan lahir karena adanya masalah dalam kandungan.Ketuban yang peceh lebih cepat bisa membuat air ketuban terinfeksi kuman, jika terlalu lama di biarkan lebih dari 18 jam, akibatnya bayi bisa sesak nafas. Penyebab pecahnya ketuban karena stres yang dialami bayi dalam kandungan. Stresnya dapat disebabkan oleh infeksi. Selain itu lahir prematur bisa jadi karena kontraksi sang ibu. Jika kontraksi terjadi sebelum waktunya, bukan tak mungkin bayi akan lahir prematur. Karena bayi stres, katup mulut janin pun jadi terbuka dan air ketuban bias terminum oleh bayi, sehingga bayi akan mengalami sesak nafas.
Ciri-ciri bayi premature Kebanyakan orang menilai bahwa semua bayi prematur memiliki ciri badan yang kecil danberatnya tidak sampai 2500 gram. Memang benar tapi bayi yang lahir normal pun bisa saja memiliki memiliki badan yang kecil dan beratnya kurang. Mengapa? karena sang ibu memiliki penyakit jantung, perokok, dan lain hal. Tapi secara fisik, bayi prematur bisa dibedakan yakni dari kulitnya yang tipis, daun telinga jika j ika ditekuk dit ekuk tidak tid ak mudah kembali, serta s erta garis-garis garis-gar is di telapak kakinya tidak penuh.
Menga Mengap pa bayi pre prem matur ha harus dir awat dengan ngan inkuba inkubator? Bayi yang lahir prematur harus dirawat dengan inkubator, sebab pengaturan suhu tubuhnya belum stabil st abil dan dia akan gampang kedinginan. kedingin an. Inkubator dapat menjaga suhu sebuah ruangan agar suhu tetap konstan dan stabil. Suhu inkubator diatur dengan disesuaikan dengan berat lahir atau usia kehamilan. Sesak nafas akibat pengembangan paru-paru yang tidak bagus membuat bayi perlu diberi oksigen. Namun pemberian oksigen terlalu lama akan menyebabkan retina bayi rusak. Setelah perawatan inkubator berakhir, mata bayi perlu diperiksa secara berkala. Jika sudah stabil, bayi akan dirawat oleh ibu dengan cara perawatan perawatan bayi lekat atau perawatan perawatan metode ‘kanguru’. Metode ini, bayi membutuh membutuh kan sentuhan kasih sayang dan akan mendapatkan kehangatan dari tubuh ibu atau ayahnya seperti saat dalam kandungan. Namun alat inkubator yang cukup mahal ini, jumlahnya masih kurang di negara-negara berkembang,dan tak terjangkau untuk beberapa rumah sakit. Dengan mahalnya mahalnya inkubator, seorang peneliti muda asal Inggris tengah membuat inkubator dengan biaya yang rendah. Dia berharap inkubator buatannya dapat digelembungkan. Roberts mahasiswa Teknik Desain, mengatakan proyek ini masih dalam fase pengembangan, dan ia akan mendirikan perusahaan untuk memproduksi inkubator secara massal. 2. Blue Light I kterus kterus adalah warna kuning yang tampak pada putih mata (sklera) dan kulit bayi baru lahir. Warna kuning itu pertanda terjadinya terjadinya penumpukan penumpukan bilirubin, yaitu senyawa hasil pemecahan sel darah merah, bisa karena sel darah merah
sudah tua atau ada proses penghancuran yang abnormal. Semasa dalam kandungan, bilirubin dikeluarkan melalui plasenta ibu. Setelah lahir, bayi harus mengeluarkannya sendiri. Pengeluaran bilirubin oleh bayi memerlukan fungsi hati yang sempurna dan makanan dalam usus yang membawanya keluar sebagai feses. Kadar bilirubin yang normal bergantung pada usia bayi. Contohnya, kadar bilirubin12 mg/dl pada bayi kurang dari 24 jam adalah abnormal. abnormal. Tetapi kadar tersebut pada bayi cukup bulan usia 3 hari adalah normal.Bila bayi tampak kuning, perlu diperiksa kadar bilirubin untuk menentukan apakah kadarnya masih normal atau sudah abnormal sehingga perlu terapi. Dianggap di atas normal bila kadar biliburin lebih dari12 mg/dl. Bila kadar bilirubin di atas normal, dokter akan melakukan terapi sinar biru pada bayi kuning tersebut. Terapi ini dilakukan di rumah sakit. Bayi diletakkan di bawah lampu yang memancarkan spektrum cahaya biru dengan panjang gelombang tertentu (ukurannya sekitar 450 nanometer). F ungsi terap terapii sina si narr bi r u ini akan mengubah bilirubin menjadi senyawa yang larut dalam air sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh bayi. Berapa lama bayi menjalani terapi sinar biru tergantung pada kadar bilirubin, biasanya sekitar 2-4 hari. Bila kadar bilirubin 12-15 mg/dl, terapi dilakukan selama 2-3 hari. Bila kadarnya mencapai 15-20 mg/dl terapi dilakukan selama 3-4 hari .
Biliblanket . Selain terapi sinar biru, dapat pula dilakukan dengan biliblanket, yaitu selimut yang mengandung serat optik yang juga terdapat pada sinar biru. Bedanya, selimut ini dapat langsung menutup tubuh bayi sehingga Anda dapat langsung menyusui dan memeluknya. Di Indonesia juga tersedia biliblanket, namun tidak begitu efektif dalam menurunkan kadar bilirubin. Yang paling efektif adalah terapi sinar biru.
Tr anfusi dar ah.Bila kadar bilirubin bayi baru lahir di atas 20 mg/dl, dokter akan malakukan transfusi darah untuk menukar darah bayi. Karena, bilirubin yang sangat tinggi berisiko tinggi masuk ke dalam otak sehingga terjadi gangguan pada otak dan kualitaS kualitaS perkembanga perkembangan n bayi.
G ej ala kuning kuni ng: •Kulit, selaput lendir (gusi, mata) berwarna kuning. •Bayi rewel, mengantuk, lemas .•Kurang aktif menyusu .•Urin berwarna kuning tua (pekat).
C ar a te ter api : •Bayi dalam boks disinar dari jarak 10– 23,5 10– 23,5 cm. •Saat diterapi, mata bayi ditutup dengan k ain k ain kassa, agar retinanya aman. •Selama menjalani terapi, bayi harus sering disusui karena ASI efektif dalam melancarkan proses buang air kecil dan buang air besar, dan bayi terhindar dari dehidrasi akibat efek panas sinar biru tersebut. Belum ditemukan efek negatif dari terapi sinar biru terhadap kesehatan bayi bila dilaksanakan dengan tepat. Terapi sinar biru masih dianggap aman dan tidak mahal.
C .PROCEDURE
Ma M anfaa nfaat I nisiasi nisiasi Meny Menyus usui ui Dini Di ni (I MD ) P entingnya kont konta ak kulit k ulit da dan I M D Inisiasi Menyusui Dini sangatlah sangat lah penting pen ting karena mendatangkan mendat angkan manfaat manf aat yang sangat banyak bagi si bayi khususnya. khususnya. Beberapa Beberapa hal penting yang yang didapatkan didapatkan dari IMD antara lain : a.Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. Ini akan menurunkan kematian karena kedinginan (hypotermia). b.Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan Pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energy. c.Saat merangkak mencari payudara, payudar a, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat menjilat-jil at kulit ibu, ibu , menelan bakteri baik bai k di kulit ibu. ibu . Bakteri baik ini akan berkembang biak membentuk koloni di d i kulit dan usus bayi, b ayi, menyaingi bakter i jahat dari lingkungan. d.“Bonding” (ikatan kasih sayang) antara ibu -bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jampertama, bayi dalam keadaan siaga. sia ga. Setelah itu, biasanya bi asanya bayi tidur tidu r dalam waktu yang yan g lama. e.Makanan awal non-ASI no n-ASI mengandung mengand ung zat putih telur yang bukan b ukan berasal dari dar i susu manusia, misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan alergi lebih awal. f.Bayi yang diberi kesempatan kes empatan menyusu lebih dini lebih berhasil berhasi l menyusui menyusu i ekslusif danakan lebih lama disusui. g.Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya,emutan, jilatan bayi bayi pada puting puting ibu merangsang merangsang pengeluaran hormon oksitosin. oksitosin. h.Bayi mendapatkan ASI kolostrum kolostru m yaitu ASI yang pertama kali keluar. Cairan emas ini kadang juga dinamakan ‘the gift of life’.Bayi yang diberi diber i kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum, ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, tubuh , penting untuk ketahanan keta hanan terhadap infeksi, infeksi , penting untuk pertumbuhan pert umbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dinding usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus ini. i.Ibu dan ayah akan merasa meras a sangat bahagia bertemu dengan bayinya b ayinya untuk pertama kal dalam kondisi seperti ini. Bahkan, ayah mendapat kesempatan mengazankan anaknya di dada ibunya. Suatu pengalaman pengalaman batin bagi bagi ketiganya ketiganya yang amat indah.
METODE KANGURU 1.Pengertian
Metode Kanguru Kangur u adalah metode perawatan dini d ini dan terus menerus dengan sentuhan sentu han kulit ke kulit (Skin to skin contact) antara ibu ib u dan bayi prematur pre matur dan BBLR dalam posisi seperti kanguru (Hadi, 2005). 2.PrinsipMetode Kanguru
Menggantikan Menggantikan perawatan bayi bayi baru lahir dalam incubator dengan dengan ibu bertindak seperti seperti ibu kanguru yang mendekap bayinya bayin ya dengan tujuan t ujuan mempertahankan memperta hankan suhu bayi stabil dan optimal (36.5 – (36.5 – 37.5 37.50C). 3.Tujuan metode kanguru
Ibu bertindak seperti ibu kanguru yang mendekap bayinya dengan tujuan mempertahankan suhu bayi stabil dan optimal. Suhu optimal ini diperoleh dengan kontak langsung secara terus menerus. 4.Keuntungan metode kanguru
a.Meningkatkan hubungan emosi ibu dan anak b.Menstabilkan b.Menstabilkan suhu tubuh (36,50 C-37,5 0C), denyut jantung (120-160x/menit), (120-160 x/menit), dan pernafasan bayi (40-60x/menit). (40-60x/menit). c.Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik d.Mengurangi d.Mengurangi stress pada ibu dan bayi e.Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi f.Meningkatkan produksi ASI g.Menurunkan resiko terinfeksi selama perawatan di rumah sakit h.Mempersingkat masa rawat di rumah sakit. 5.Kriteria bayi untuk metode kanguru
Adapun kriteria bayi untuk metode kanguru menurut Suriviana adalah a.Bayi dengan berat badan>2000 gram. b.Tidak ada kelainan kelainan atau penyakit penyakit yang yang menyertai. menyertai. c.Refleks dan koordinasi isap dan menelan yang baik. d.Perkembangan selama di inkubator (rumah sakit) baik. e.Kesiapan dan keikutsertaan orang tua, sangat mendukung dalam keberhasilan 6.Langkah-langkah metode kanguru.
Persiapan pelaksanaan metode kanguru 1) Persiapan ibu a)Membersihkan daerah dada dan perut dengan cara mandi dengan sabun 2-3 kali sehari. b)Membesihkan b)Membesihkan kuku dan tangan c)Baju yang dipakai harus bersih dan hangat sebelum dipakai d)Selama pelaksanaan metode kanguru ibu tidak memakai BH
e)Bagian bawah baju diikat dengan pengikat baju atau kain f)Memakai kain baju yang dapat diregangkan 2) Persiapan bayi a)Bayi jangan dimandikan, tetapi cukup dibersihkan dengan kain bersih dan hangat b)Bayi perlu memakai memakai tutup kepala kepala atau atau topi dan dan popok selama selama penggunaan penggunaan metode ini. ini. Bila metode kanguru dilakukan dengan baju kanguru :
1)Badan ibu sudah dalam keadaan bersih, dan dada tidak terhalang BH 2)Memakaikan topi , popok dan kaos kaki pada bayi 3)Meletakkan bayi diantara payudara, dada bayi menempel pada dada ibu. 4)Memalingkan kepala ke sisi kanan/kiri dengan sedikit menengadah 5)Memposisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk, seperti katak. 6)Memakaikan baju model kanguru, dengan batas kain atas berada dibawah telinga bayi 7)Mengikat dengan kencang ken cang agar ibu dapat beraktivitas beraktivit as dengan bebas seperti seper ti berdiri ,duduk ,dudu k ,jalan, makan dan mengobrol. 8)Mengenakan pakaian luar sebagai penutup. Bila metode kanguru dilakukan dengan selendang
1)Badan ibu sudah dalam keadaan bersih, dan dada tidak terhalang BH 2)Memakaikan topi , popok dan kaos kaki pada bayi 3)Meletakkan bayi diantara payudara, dada bayi menempel pada dada ibu. 4)Memalingkan kepala ke sisi kanan/kiri dengan sedikit menengadah 5)Memposisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk , seperti katak. 6)Menggunakan selendang, handuk atau kain lebar yang dibuat sedemikian untuk tubuh bayi. 7)Mengikat dengan kencang agar ibu dapat beraktivitas dengan bebas seperti berdiri ,duduk , jalan, makan dan mengobrol. 8)Mengenakan pakaian luar sebagai penutup.
H al-hal yang per per lu di per per hati hati kan dalam dalam pelaksanaa pelaksanaan n meto metode de kangur kang uru u 1)Posisi ibu saat tidur yaitu dengan setengah duduk dengan meletakkan bantal dibelakang punggung ibu 2)Bila ibu perlu istirahat , dapat digantikan oleh ayah atau anggota keluarga yang lain
3)Dalam pelaksanaan pelaksanaan perlu diperhatikan persiapan ibu, bayi, posisi bayi, pemantauan bayi, cara pemberian ASI ASI dan kebersihan kebersihan ibu dan bayi bayi
P elaksanaan laksanaan Met M etod ode e Kangur K anguru u dapa dapat dilakuk dil akukan an pada pada wak waktu: a.Segera setelah lahir b.Sangat awal, awal, setelah setelah 10-15 10-15 menit c.Awal, setelah umur 24 jam d.Menengah, setelah 7 hari perawatan e.Lambat, setelah bayi bernafas sendiri tanpa O2 f.Setelah keluar dari perawatan incubator
K r i ter ter i a kebe keber hasi hasi lan Perawat Perawatan an Me M etod tode Kangur K anguru u adala adalah: h: a.Suhu tubuh bayi stabil dan optimal (36,5 0C-37,5 0C) b.Kenaikan berat badan badan stabil c.Produksi ASI adekuat d.Bayi tumbuh dan berkembang optimal e.Bayi dapat menetek kuat