TORSIO TESTIS
KELOMPOK IV
KASUS • Pada pukul 06.30, saat saudara sedang bertugas sebagai dokter umum jaga UGD, datang seorang laki-laki berusia 17 tahun dengan keluhan nyeri di kantung pelir. Penderita adalah seorang pelajar SMU di Jakarta, belum menikah. Penderita ini menunjukkan keadaan genitalia eksterna nya seperti gambar di bawah ini.
Pembahasan • Nama
: Boy
• Jenis kelamin
: Laki-laki
• Usia
: 17 tahun
• Pekerjaan
: Pelajar SMU di Jakarta
• Status
: Belum menikah
• Keluhan utama : Nyeri pada kantung pelir pembesaran skrotum
Anamnesis Tambahan •
Sejak kapan timbul nyeri?
•
Faktor yang memperberat dan memperingan nyeri?
•
Sifat nyeri kolik/menetap?
•
Nyeri timbul sewaktu buang air besar atau buang air kecil?
•
Apakah nyeri sampai mengganggu aktivitas?
•
Ada penjalaran nyeri atau tidak?
•
Apakah pernah mengalami hal ini sebelumnya?
•
Apakah ada riwayat trauma?
•
Riwayat seksual?
•
Apakah buang air besar dan buang air kecil lancar?
•
Apakah setelah buang air kecil merasa puas atau perih?
•
Apakah urin normal? (warna,kejernihan, jumlah)
•
Apakah ada gejala penyerta? (mual, muntah, demam)
•
Apakah flatus lancar?
•
Apakah pembesaran skrotum sebelumnya pernah diobati?
•
Apakah ada alergi?
•
Apakah ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama?
Pemeriksaan Fisik •
Inspeksi – Tampak nyeri kesakitan – Skrotum memerah – Kesadaran: compos mentis – Tanda vital : • TD : 120/80 mmHg • Nadi : 92 x/ menit • Suhu : 37,2 derajat Celcius • RR : 24x /menit – Kepala normal – Leher normal – Dada normal – Abdomen normal – Status lokalis: • Daerah skrotum : – Kiri lebih besar dari kanan – Ada eritema( warna kemerahan pada skrotum) Testis kanan normal, testis kiri mendatar
• Palpasi – Ada nyeri tekan – Ukuran testis 2x3x4 cm (kiri lebih besar dari kanan) – Konsistensi testis kiri padat dan keras – Testis kiri akan nyeri sewaktu diangkat – Batas epididimis dan testis sebelah kiri kurang jelas – Vas deverens normal – Funikulus spermatikus nyeri, menebal, dan membesar – Turgor testis sebelah kiri tidak ada retraksi, sebelah kanan ada.
Data pemeriksaan laboratorium Darah Lengkap : 14,1 g/dl (12-15g/dL) Hb : 42 % (37-43%) Ht : 7.500 (5.000-10.000 ribu /dL) Leukosit Trombosit : 334.500/µL (150.000-350.000/µL) Hitung jenis: : 0% (0-1%) Basofil Eosinofil : 0% (1-3%) menurun Sel batang : 10% (2-6%) : 65% (55-70%) Sel segmen : 20% (20-40%) Limfosit : 5% (2-8%) Monosit : 2 menit (0-6 menit) Waktu perdarahan Waktu pembekuan : 7 menit (9-15 menit)
Urinalisa : BJ
: 1.015
( 1.005 – 1030 )
PH
: 6,7
( 4,5 – 8,0 )
Warna
: kuning muda
Kekeruhan
: jernih
Protein
:-
Reduksi
:-
Benda keton
:-
Bilirubin
:-
Urobilinogen
:-
Nitrit
:-
Sedimen
:
Leukosit
: - ( 0 – 3 )
Eritrosit
: 1 ( 0 – 1 )
Epitel
: - ( +1 )
Kristal
:-
Sel
Stetoskop Doppler, Ultrasonografi, Sintigrafi testis
Dari pemeriksaan Doppler ditemukan massa pada testis kiri
Dari pemeriksaan darah lengkap dan urinalisa di dapatkan
dalam batas normal, sehingga dapat menyingkirkan kemungkinan infeksi atau peradangan.
Pemeriksaan fisik yang di dapatkan nyeri dan waktu yg
mendadak mendukung ke arah diagnosis “ Torsio testis “
Diagnosis Kerja • Torsio Testis
Torsio testis terjadi akibat perkembangan abnormal dari funikulus spermatikus atau selaput yang membungkus testis. Insersi abnormal yang tinggi dari tunika vaginalis pada struktur funikulus spermatikus akan mengakibatkan testis dapat bergerak, sehingga testis kurang melekat pada tunika vaginalis viseralis. Testis yang demikian mudah memuntir dan memutar funikulus spermatikus. Biasanya hal ini terjadi pada masa pubertas dan sekitar 25 tahun, tetapi dapat terjadi pada usia berapapun. Arah dari torsio testis (dilihat dari kaudal) yaitu : Testis kanan, arah puntiran mengikuti atau searah dengan jarum jam. Testis kiri, arah puntiran berlawanan dengan arah jarum jam. Secara fisiologis otot kremaster berfungsi menggerakkan testis mendekati dan menjadi rongga abdomen guna mempertahankan suhu ideal untuk testis. Adanya kelainan sistem penyanggah testis menyebabkan testis dapat mengalami torsio jika bergerak secara berlebihan. Beberapa keadaan yang menyebabkan pergerakan yang berlebihan itu, antara lain adalah perubahan suhu mendadak ( seperti pada saat berenang), ketakutan, latihan yang berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat, defekasi, atau trauma yang mengenai skrotum. Terpeluntirnya funikulus spernatikus menyebabkan obstruksi aliran darah testis sehingga testis mengalami hipoksia, edema testis, dan iskemia. Pada akhirnya testis akan mengalami nekrosis.
Epididimitis, orkitis, epididimo-orkitis Kondisi ini paling sering terjadi dari refluks urin yang terinfeksi atau penyakit menular seksual yang disebabkan oleh gonokokus dan Chlamydia. Hidrokel Rasa sakit akibat pembengkakan. Adanya pembesaran skrotum, Testis tumor hanya jarang disertai rasa sakit Edema skrotum idiopatik Kulit skrotum menebal, edematous, dan sering meradang, Testis tidak lunak, ukuran dan posisi normal.
Detorsi Manual
mengembalikan
posisi testis ke
asalnya
Pemberian analgesik
Operasi:
Orkidopeksi
Orkidektomi
untuk
mengatasi nyeri
Penatalaksanaan harus tetap dilaksanakan karena
bisa menyebabkan keadaan sebagai berikut: 1.Infertilitas 2.Nekrosis 3.Infeksi 4.Sakit
testis
dan bisa menyebar ke testis yang sehat
makin hebat dan bertambah berat
5.Mengganggu
penampilan karena susah berjalan
Torsio Testis
Definisi Torsio testis merupakan suatu keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga terjadi gangguan vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat terjadinya infark daripada testis. Peristiwa ini biasanya terjadi pada laki-laki usia 8-20 tahun dan terjadinya mendadak. Akibatnya akan terjadi strangulasi suplai aliran darah ke testis yang bersangkutan dan bila dibiarkan berlangsung lebih dari 3-4 jam, menyebabkan terjadinya infark dan kemudian atrofi dari organ-organ bersangkutan.
Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada orang dewasa adalah 4×3×2,5 cm dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid kedua buah testis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Diluar tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika dartos. Otot kremaster yang berada disekitar testis memungkinkan testis dapat digerakan mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil.
Torsio testis terjadi akibat perkembangan abnormal dari korda spermatika atau selaput yang membungkus testis. Biasanya hal ini terjadi pada masa pubertas dan sekitar 25 tahun, tetapi bisa terjadi pada usia berapapun. Torsio testis bisa terjadi setelah testis mengalami trauma, seorang pria melakukan aktivitas yang sangat berat atau bisa juga terjadi tanpa alasan yang jelas.
Segera terjadi nyeri yang hebat dan pembengkakan di dalam skrotum disertai mual dan muntah. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: Pusing atau pingsan Benjolan di testis Darah di dalam semen.
Torsio testis dapat diklasifikasikan ke dalam 2 tipe:
1.
Torsio Ekstravaginal terjadi secara perinatal, selama penurunan testicular dan sebelum fiksasi testicular pada scrotum. Fiksasi yang belum tuntas pada gubernaculum ke dinding scrotal membiarkan semua testis dan tunica vaginalis bebas berputar di dalam scrotum
2.
Torsio Intravaginal terjadi pada 95% dari semua torsio testis. Perlekatan yang tinggi dari tunica vaginalis pada spermatic cord membiarkan testis berputar dalam cord, di dalam tunica vaginalis dimana posisinya tidak vertical seperti normal melainkan horizontal
Timbul mendadak, nyeri hebat dan pembengkakan dalam skrotum, sakit perut hebat, kadang-kadang disertai dengan rasa mual dan muntah. Testis yang bersangkutan dan dirasakan membesar. Terjadi retraksi retraksi dari testis kearah kranial, karena funikulus spermatikus terpuntir tadi memendek
Testis pada sisi yang terkena sering lebih tinggi jika dibandingkan dengan sisi testis yang lain. Testis umumnya sangat nyeri tekan dan elevasi tidak menghilangkan nyeri seperti sering terjadi pada epididimis akut. Funikulus menebal, kadang-kadang dapat diraba suatu simpul. Bila telah lama berlangsung maka testis menyatu dengan epididimis dan sukar dipisahkan, keduanya membengkak, timbul effusian, hiperemia, udema kulit dan subkutan
Skening dengan radinukleotida Skening dengan USG
Detorsi Manual Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu dengan jalan memutar testis ke arah berlawanan dengan arah torsio. Karena arah torsio biasanya ke medial maka dianjurkan untuk memutar testis ke arah lateral dahulu, kemudian jika tidak terjadi perubahan, dicoba detorsi ke arah medial. Hilangnya nyeri setelah detorsi menandakan bahwa detorsi telah berhasil. Jika detorsi berhasil operasi harus tetap dilaksanakan.
Operasi untuk mengembalikan posisi testis pada arah yang benar (reposisi) dan setelah itu dilakukan penilaian apakah testis yang mengalami torsio masih viable (hidup) atau sudah mengalami nekrosis. Jika testis masih hidup, dilakukan orkidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral. Orkidopeksi dilakukan dengan mempergunakan benang yang tidak diserap pada 3 tempat untuk mencegah agar testis tidak terpluntir kembali, sedangkan pada testis yang sudah mengalami nekrosis dilakukan pengangkatan testis (orkidektomi) dan kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral