TUGAS I DEMAND SIDE MANAGEMENT (DSM) dan SUPPLY SIDE MANAGEMENT (SSM)
Oleh FEBRIANI WIJAYANTI NPM. 250120160011
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Manajemen Energi dan Teknologi
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016
DEMAND SIDE MANAGEMENT (DSM) dan SUPPLY SIDE MANAGEMENT (SSM)
Latar Belakang Tenaga listrik merupakan sumber energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik untuk kegiatan industri, kegiatan komersial maupun dalam kehidupan sehari-hari rumah tangga. Energi listrik dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penerangan dan juga proses produksi yang melibatkan barang-barang elektronik dan alat-alat/mesin industri. Mengingat begitu besar dan pentingnya manfaat energi listrik sedangkan sumber energi pembangkit listrik terutama yang berasal dari sumber daya tak terbarui keberadaannya terbatas, maka untuk menjaga kelestarian sumber energi ini perlu diupayakan langkahlangkah strategis yang dapat menunjang penyediaan energy listrik secara optimal dan terjangkau. Saat ini, ketersediaan sumber energi listrik tidak mampu memenuhi peningkatan kebutuhan listrik di Indonesia. Terjadinya pemutusan sementara dan pembagian energi listrik secara bergilir merupakan dampak dari terbatasnya energi listrik yang dapat disupply oleh PLN. Hal ini terjadi karena laju pertambahan sumber energi baru dan pengadaan pembangkit tenaga listrik tidak sebanding dengan peningkatan konsumsi listrik. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk mengatasi krisis energi listrik ini secara simultan dan terstruktur. Salah satu solusi dari permasalahan krisis energi listrik yang terjadi adalah dengan melakukan pengelolaan pemakaian energi listrik pada sisi produsen dan sisi konsumen melalui konsep manajemen energi. Manajemen energi didefinisikan sebagai program terpadu yang direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis untuk memanfaatkan sumber daya energi dan energi secara efektif dan efisien dengan melakukan perencanaan, pencatatan, pengawasan dan evaluasi secara kontinu tanpa mengurangi kualitas produksi/pelayanan. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012, Manajemen energi
1
adalah kegiatan terpadu untuk mengendalikan konsumsi energi agar tercapai pemanfaatan energi yang efektif dan efisien untuk menghasilkan keluaran yang maksimal melalui tindakan teknik secara terstruktur dan ekonomis untuk meminimalisasi konsumsi bahan baku dan pendukung. Tujuan Manajemen Energi : - Meningkatkan efisiensi energi listrik dan mengurangi penggunaan energi listrik yang tidak perlu sehingga akan mengurangi biaya pemakaian energi listrik. - Menerapkan strategi yang efektif dalam melakukan pengelolaan pemanfaatan energi listrik. Manajemen energi diterapkan untuk memaksimalkan kapasitas pembangkit yang ada dalam memenuhi kebutuhan energi listrik, yaitu dengan melaksanakan program di sisi permintaan (Demand Side Management) dan di sisi penyediaan (Supply Side Management).
1. Program Supply Side Management (SSM) Supply Side Management (Manajemen Energi di Sisi Penyedia) adalah penghematan yang dilakukan di sisi produsen tenaga listrik, yaitu metode untuk menambah kapasitas penyediaan tenaga listrik. Supply Side Management dilakukan melalui optimasi penggunaan pembangkit tenaga listrik yang ada dan pemanfaatan captive power. Program SSM bagi PLN dalam memenuhi kebutuhan energi listrik adalah dengan cara : Pengaturan disisi PLN untuk menaikkan pasokan tenaga listrik Membeli energi dari Captive Power. Captive Power adalah kondisi dimana pihak swasta secara independent mengelola penyediaan listrik untuk perusahaan lain di dalam suatu Kawasan Industri dan Kawasan Ekonomi Khusus, terutama di daerah dengan tingkat konektifitas grid yang rendah. Membeli energi dari Independent Power Producer (IPP) IPP (Independent Power Producer) yaitu perusahaan produsen listrik swasta yang dibentuk oleh konsosium untuk melakukan perjanjian PPA dengan PLN.
2
PPA (Power Purchase Agreement) adalah perjanjian jual beli tenaga listrik antara perusahaan produsen listrik swasta (IPP) dan PLN.
2. Program Demand Side Management (DSM) Program Demand Side Management (DSM) dimaksudkan untuk mengendalikan pertumbuhan permintaan tenaga listrik, dengan cara mengendalikan beban puncak, pembatasan sementara sambungan baru terutama di daerah krisis penyediaan tenaga listrik, dan melakukan langkah-langkah efisiensi lainnya di sisi konsumen. Dengan kata lain, Demand Side Management (DSM) hadir untuk memecahkan permasalahan penggunaan energi listrik di sisi pelanggan. Konsep Demand Side Management (DSM) dikemukakan pertama kali oleh Clark W. Gellings dan John H. Chamberlin. DSM meliputi kegiatan sistematis yang dilakukan oleh perusahaan listrik atau pemerintah yang dirancang untuk mengubah jumlah dan / atau waktu penggunaan listrik di sisi pelanggan termasuk di dalamnya penggunaan peralatan hemat energi.
Sasaran-sasaran Demand Side Management (DSM) Sasaran DSM meliputi (Gellings, 1993) : A. Sasaran-sasaran Umum Sasaran-sasaran ini secara garis besar meliputi tiga hal, yaitu: 1. Performansi Keuangan (Financial Performance) Secara umum biaya untuk proyek listrik dapat dibagi dua bagian yaitu biaya tetap seperti bunga atas investasi, depresiasi, asuransi, dll. Dan biaya variabel yang tergantung dari keadaan operasional. 2. Hubungan ke Pelanggan Misi utama dari perusahaan listrik adalah untuk memberikan pelayanan listrik yang dibutuhkan pelanggan dengan biaya yang serendah mungkin dengan menjadikan konsumen sebagai
faktor yang utama. Program-program
perusahaan listrik untuk mengurangi biaya, mengurangi beban puncak dan meningkatkan penjualan di luar beban puncak, yang pada intinya adalah penghematan di sisi perusahaan listrik harus sesuai dengan apa yang
3
dibutuhkan oleh konsumen. Dengan kata lain untuk kesuksesan program ini, perusahaan harus melihat dari sudut pandang konsumen. Sedangkan pelanggan memandang listrik bukan dari sisi listriknya, melainkan dari sisi manfaatnya. Seperti membutuhkan cahaya, udara sejuk (AC), dan berjalannya peralatan listrik mereka tanpa ada gangguan, pelayanan yang memuaskan, dan sebagainya. Masalah tarif merupakan sesuatu yang sangat penting di mata konsumen, tarif yang rendah adalah salah satu segi pelayanan yang dianggap baik, di samping itu hal-hal seperti keandalan dan kenyamanan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan karena memegang peranan penting sebagai wujud kualitas pelayanan. Sehingga antara tarif yang murah dan keandalan merupakan faktor pendukung yang harus diperhatikan. 3. Hubungan ke Pegawai Adanya penekanan rasa tanggung jawab serta profesionalisme petugas akan berhasilnya proyek DSM, penekanan terhadap adanya kesadaran bahwa kepentingan perusahaan listrik adalah kepentingan petugas di samping itu juga sebgai kepentingan nasional.
B. Sasaran-sasaran Khusus Sasaran-sasaran ini terdiri dari : 1. Peningkatan Utilisasi Sistem Peningkatan dan pengembangan pembangunan dari peralatan-peralatan listrik dan proses yang membarikan kinerja yang lebih baik dalam pengoperasian dan utilisasi yang lebih efisien. Pada awalnya pelaksanaan kegiatan ini membutuhkan tambahan biaya yang tinggi, tetapi dari hasil penghematan yang diperoleh, eaktu pengembalian untuk tambahan biaya dari peralatan hemat energi lebih baik dibanding perencanaan yang konvensional. 2. Menunda pembangunan unit pembangkit listrik yang baru Dengan dilaksanakannya program DSM maka akan mengurangi kebutuhan beban puncak dengan berbagai cara sistematis. Hal ini berarti kapasitas cadangan dengan sendirinya semakin besar, sehingga kebutuhan akan sebuah unit
4
pembangkit dapat ditunda yang berarti bahwa terjadi perlambatan pengembangan modal. 3. Memperbaiki unjuk kerja (performance) sistem, yang meliputi : a. Perbaikan Faktor Beban Efektifitas pemakaian energi listrik biasanya dinyatakan dalam suatu perbandingan
yang
disebut
faktor
beban.
Faktor
beban
merupakan
perbandingan antara energi listrik yang benar-benar digunakan dengan jumlah energi yang akan digunakan jika daya listrik digunakan terus menerus pada kebutuhan maksimum. b. Perbaikan efisiensi sistem Dengan pengaturan pemakaian energi listrik sesuai dengan jenis pembangkit yang ada atau dengan penggunaan peralatan hemat energi akan dicapai tingkat efisiensi sistem yang lebih tinggi. c. Perbaikan keandalan sistem Dengan mengurangi pemakaian daya listrik pada periode beban puncak dengan tujuan mencegah daya listrik yang melampaui kapasitas yang tersedia, berarti menghindari kemungkinan terjadinya pemadaman atau memperbaiki keandalan suatu sistem.
C. Sasaran-sasaran Bentuk Pola Beban DSM mempunyai 6 sasaran pola beban, yaitu: 1.
Peak Clipping (Pemenggalan Beban Puncak) Peak Clipping merupakan bentuk pola beban yang dicapai dengan jalan mengurangi permintaan daya listrik pada periode beban puncak. Pemenggalan beban puncak tidak mempengaruhi periode di luar beban puncak. Dengan Peak Clipping kapasitas daya listrik yang dibutuhkan dan biaya operasi dapat diturunkan. Yang dimaksud dengan penurunan biaya operasi adalah berkurangnya pengoperasian PLTG karena mempunyai biaya operasi cukup besar yang biasanya dioperasikan pada saat beban puncak. Pemenggalan beban puncak ini dapat dibentuk dengan beberapa cara, salah satunya adalah
5
dengan mengontrol pemakaian peralatan listrik pelanggan secara langsung seperti pengontrolan peralatan-peralatan listrik konsumen. Contoh : Mematikan sebagian lampu pada waktu beban puncak (Peak Clipping lampu) dilakukan dengan mematikan lampu garasi, lampu dapur dan lampu kamar mandi pada pukul 17.30-22.00.
2.
Valley Filling (Pengisian Beban di Luar Periode Beban Puncak) Valley Filling dibentuk dengan meningkatkan permintaan pada periode luar beban puncak. Pola beban ini dapat memperbaiki pemakaian kapasitas pembangkit yang ada dan mengurangi biaya rata-rata penyediaan daya listrik. Sehingga Valley Filling akan tepat dilaksanakan ketika biaya pertumbuhan daya listrik lebih rendah dari biaya rata-rata, karena meningkatkan beban pada harga yang tepat akan mengurangi biaya rata-rata energi listrik. Valley Filling dapat dibentuk misalnya dengan menambah kapasitas pekerjaan (pada sektor industri bermesin listrik) di luar periode beban puncak.
3.
Load Shifting (Pemindahan Beban) Load Shifting merupakan kombinasi antara Valley Filling dan Peak Clipping yang dicapai dengan pemindahan beban pada periode beban puncak ke periode di luar beban puncak tanpa mengurangi kegiatan pelanggan seharihari. Untuk membentuk pola beban ini, dapat digunakan beberapa cara, salah satunya adalah digunakannya peralatan penyimpanan energi (energy storage) yang umumnya digunakan pada gedung-gedung perkantoran.
4.
Strategic Conservation (Strategi Konservasi) Strategic Conservation merupakan bentuk pola beban yang dapat dicapai salah satunya dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat agar menerapkan sikap hidup hemat energi, menciptakan iklim yang mendorong upaya konservasi energi melalui pengkondisian iklim usaha yang hemat energi, serta melalui kegiatan audit energi dan identifikasi potensi serta metode pelaksanaan yang baik melalui kerjasama dengan pelaku industri
6
peralatan dalam upaya penetapan standar efisiensi peralatan, standar unjuk kerja peralatan, pelabelan dan upaya penerapan peralatan.
5.
Strategic Load Growth (Strategi Pertumbuhan Beban) Strategic Load Growth merupakan bentuk pola beban yang dapat dicapai antara lain melalui target peningkatan penjualan yang meliputi peningkatan pangsa pasar beban yang dilayani dengan bahan bakar secara kompetitif, merangsang konsumen dalam pembelian atau penggunaan listrik melalui langkah-langkah seperti pemberian insentif secara langsung, pembangunan jaringan yang efektif dan efisien serta kemungkinan jangka panjang yang prospektif, dsb.
6.
Flexible Load Shape (Bentuk Beban yang Fleksibel) Pola beban ini dapat dicapai melalui upaya menjaga keandalan atau kegiatan yang bisa menghasilkan pengurangan pemakaian energi listrik sebagai tindakan prefentif terhadap kemungkinan bertambahnya beban yang tidak terlayani sehingga keandalan dari pasokan tetap terjamin tanpa ada gangguan. Enam aktifitas DSM terkait dengan pembebanan listrik seperti
diilustrasikan pada Gambar 1.
Gambar 1.
7
Alternatif-alternatif Demand Side Management Untuk mencapai sasaran dari kegiatan DSM ada beberapa alternatif program yang dapat dilaksanakan. Akan tetapi pelaksanaan kegiatan DSM tidak dapat disamaratakan untuk semua konsumen. Pemilihan masingmasing kegiatan tergantung dari pelanggan, baik sektor industri, komersil, publik, maupun rumah tangga. Banyak faktor yang mempengaruhi agar program DSM ini dapat diterima oleh konsumen. Untuk itu perusahaan listrik harus mempunyai pengetahuan akan sejumlah karakteristik- karakteristik pelanggan yang meliputi : - Demografi - Pendapatan - Pengetahuan - Motivasi/Sikap - Pengalaman Terdahulu
Di samping karakteristik pelanggan, kategori dari pihak pemasok juga perlu diperhatikan. Secara umum hal ini dapat dibagi sebagai berikut: 1. Pilihan-pilihan Harga Memberikan pelanggan pilihan-pilihan harga, sehingga diharapkan pelanggan merubah proses maupun peralatan, agar pola pemakaian pelanggan dapat sesuai yang diharapkan oleh perusahaan listrik. 2. Insentif Langsung Memberikan konsumen insentif berupa pembayaran berupa rebate, bill credit, untuk merangsang kegiatan-kegiatan yang secara ekonomi kurang menarik tanpa insentif. Misalnya penggunaan peralatan yang efisien, peralatan penyimpanan panas, dsb. 3. Kontak pelanggan secara langsung Melakukan komunikasi secara langsung ke konsumen agar meningkatkan kemauan dan keberanian konsumen untuk menjalankan program dan inisiatif perusahaan listrik. Hal ini bisa dilakukan dengan cara misalnya tinjauan lapangan, pelayanan audit energi.
8
4. Kerjasama usaha bersama Meningkatkan kemapuan perusahaan listrik pada program pemasaran dan penerapan melalui kerjasama dengan para ahli di bidang lain seperti arsitek, konsultan, kontraktor, dan bidang terkait lainnya. Program kerjasama dirancang dimana perusahaan listrik dan unit kegiatan yang berhubungan dapat bekerja sama secara saling menguntungkan. 5. Iklan Meningkatkan kepedulian masyarakat akan program-program dan dapat mempengaruhi pelanggan dan perusahaan. Iklan ini bisa melalui berbagai media seperti media elektronik, media cetak, dsb.
Pola Penerapan Pendekatan DSM Pola penerapan DSM menurut Berrie (1992) dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan antara lain : Mekanisme Pengaturan Tarif Listrik Melakukan pengaturan tarif listrik yang sangat tajam disaat tarif WBP (Waktu Beban Puncak) dan tarif di LWBP (Luar Waktu Beban Puncak), sehingga mendorong sebagian konsumen menggunakan energi listrik disaat WLBP. Mekanisme Kontrak Melakukan pembatasan konsumsi listrik di saat WBP dengan melakukan kontrak yang didukung dengan peralatan kontrol yang memadai sehingga saat WBP konsumen tidak bisa menggunakan tenaga listrik yang ada. Pengendalian Langsung Dengan pengendalian langsung ada dua beban listrik yang interutible load dan cutainable load. Interutible load merupakan beban yang sudah tertentu pemakaiannya, sehingga disaat WBP, peralatan tersebut akan terhenti pasokan listriknya. Cutainable load adalah beban atau pemakaian konsumen yang dapat dimatikan pada kondisi tertentu dengan pemberitahuan terlebih dahulu dan terencana. Mekanisme Konservasi Energi Pengaturan ini sangat tergantung dari kesadaran konsumen pada konservasi, hal ini dapat dilakukan oleh konsumen dengan berbagai langkah, misalnya :
9
mematikan listrik bila tidak digunakan, pemilihan pemakaian peralatan listrik yang lebih hemat, menggunakan lampu hemat energi, pemasangan kapasitor pada peralatan industri/rumah tangga yang memiliki faktor kerja rendah, pengaturan waktu pemakaian listrik, merancang rumah/gedung /bangunan yang hemat listrik, dll. Melalui upaya DSM dan SSM ini diharapkan keseimbangan antara sisi penyedia dan sisi konsumen tetap terjaga. Di Indonesia, kebijakan pengelolaan energi lebih diprioritaskan pada bagaimana menyediakan energi atau memperluas akses terhadap energi kepada masyarakat (SSM). Untuk itu, diperlukan perubahan paradigma konservasi energi dari Supply Side Management (SSM) ke arah Demand Side Management yang memfokuskan pada konservasi energi pada sektor pengguna.
Perubahan paradigma ini dimaksudkan agar para pengguna energi melakukan konservasi energi, sehingga dapat mengefisiensikan kebutuhan energi. Selain itu juga dapat memanfaatkan sumber energi terbarukan dan mengurangi energi fosil dengan mengubah peran energi fosil sebagai faktor penyeimbang, dan bukan faktor utama.
10
DAFTAR PUSTAKA
Berrie, T.W. 1992. Electricity Economics and Planning. London : Peter Peregrimus Ltd. IEE Power Series. Gellings, P.E., and J.H Chamberlin. 1993. Demand Side Management Concepts & Methods. Oklahoma : Pennwell Publishing Company. Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No. 14 Tahun 2012 Tentang Manajemen Energi http://dokumen.tips/documents/manajemen-sistem-energipptx.html diakses pada tanggal 9 Oktober 2016 http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-9127-2504100070-Paper.pdf diakses pada tanggal 9 Oktober 2016 http://gereports.co.id/post/142338658570/pentingnya-captive-power-bagiindonesia diakses pada tanggal 10 Oktober 2016
11