LAPORAN PRAKTIKUM IHC “PEMERIKSAAN HER-2 CA MAMAE”
DISUSUN OLEH :
Anisa ( G1C216211) Ci!a "#$an%a sa!i (G1C216&'6) Dsi Ranasa!i (G1C216&') Na!*i (G1C216&+,) Sa%!iani A*i! (G1C2161')
PROGRAM STUDI DI. ANALIS KESEHATAN /AKULTAS ILMU KEPERA0ATAN DAN KESEHATAN UNI.ERSITAS MUHAMMADI"AH SEMARANG 2&162&1, A I PENDAHULUAN
1
A3 Laa! $a4an5 Penyakit kanker payudara merupakan penyakit berbahaya yang
terjadi akibat pertumbuhan sel-sel yang tidak terkontrol yang dapat menyebar ke bagian lain di tubuh. Di Indonesia sendiri, kanker payudara ini menempati peringkat teratas yang terjadi pada wanita. Prognosis terhadap kanker dan terapi yang akan digunakan dalam mengatasi kanker payudara sangat penting untuk diketahui oleh penderita kanker dan dokter. Salah satu metode yang dapat memberikan prognosis dan jenis terapi terhadap
kanker
payudara
adalah
dengan
menggunakan
Immunohistochemistry yang biasa disingkat dengan IHC. IHC merupakan suatu teknik yang digunakan
untuk
mengidentifikasi molekul tertentu seperti protein dalam suatu jaringan dengan memanfaatkan prinsip pengikatan antibodi. IHC pada kanker payudara digunakan untuk mengetahui keberadaan dan status protein H!"#neu pada payudara. Protein H!"#neu atau disebut juga reseptor H!" akan dijumpai pada setiap payudara dan bertanggung jawab untuk mengatur proses pertumbuhan dan pembelahan sel. $amun pertumbuhan sel H!"#neu yang tidak normal dan berlebihan %o&erekspresi' akan mengakibatkan sel tumbuh dan membelah menjadi jauh lebih (epat. )eadaan inilah yang disebut dengan kanker payudara positif H!" yang merupakan kanker payudara agresif. *erdasarkan hasil skore pemeriksaan IHC H!" dapat diketahui prognosis kanker serta terapi yang tepat yang diberikan seperti pemberian targeted therapy dengan menggunakan Her(eptin %trastu+umab' maupun terapi kombinasi lainnya. Skore H!" dengan IHC terdiri dari # yang
2
menandakan bahwa jaringan tersebut negatif tidak memiliki protein H!" yang o&erekspresi, skore " menandakan adanya equivocal dimana hasil skore tersebut belum bisa menentukan apakah perlu diberi targeted therapy atau tidak sehingga diperlukan pemeriksaan lain dengan menggunakan CISH %Chromogenic In Situ Hybridization' atau /ISH % Flourescence In Situ Hybridization' dan skore 0 yang menandakan bahwa jaringan tersebut positif memiliki H!" yang o&erekspresi. 3 T7an P!a4i4* 1ujuan praktikum pemeriksaan her-" (a mamae yaitu untuk
mengetahui adanya kerusakan pada jaringan payudara# mamae melalui ekspresi protein.
A II TIN8AUAN PUSTAKA
A3 Ca Ma*a Kan4! Pa9%a!a )anker payudara adalah penyakit heterogen
yang ekstrim
disebabkan oleh interaksi faktor genetik dan faktor risiko lingkungan yang menyebabkan akumulasi perubahan progresifitas genetik dan epigenetik sel kanker payudara %Con+en SD, 2rushko 13, "4'. Di Indonesia, )anker payudara menduduki peringkat kedua setelah kanker leher rahim
3
diantara kanker yang menyerang wanita Indonesia. Pre&alensi kanker payudara di Indonesia adalah 5 per . penduduk %6H7, "4'. 3dapun Penggolongan subtipe kanker payudara berdasarkan pemeriksaan Immunohistochemistry %IHC', % 3sako 7, et al, "0' yaitu 8 . 9uminal 3 8 !#P! %', H!" %-', )i:; < "=>. ". 9uminal * %H!" %-'' 8 !#P! %', )i:; ? "=>. 0. 9uminal * %H!" %'' 8 !#P! %', H! %', any )i:;. @. H!" 8 !#P! %-', H!" %'. =. 1$ 8 !#P! %-', H!" %-'
Ini adalah subtipe yang paling sering ditemukan tetapi tidak semua tumor akan mempunyai gambaran seperti tersebut di atas. 3dakalanya kanker payudara tidak dapat digolongkan seperti itu tetapi termasuk dalam penggolongan lainnya yaitu 8 A
9uminal !-#3!8 %o&erlapping dengan apokrin dan disebut opokrin molekuler' Bteridentifikasi sebagai subtipe androgen responsif yang akan memberikan respon terhadap pemberian terapi antihormonal dengan bi(alutamide
A
Claudin-low8 tipe yang lebih jarang sering triple-negative, tetapi dibedakan dengan adanya ekspresi yang rendah dari sel B sel protein penghubung termasuk -(adherin dan sering disertai infiltrasi limfosit.
3 H*an Ei%!*a$ Rs#! (HER2)
4
H!" % H!-"#neu, erb*"' merupakan anggota family erb*#H! dari reseptor transmembran tirosin kinase yang dikode oleh gen H!". 2en H!" merupakan proto-onkogen yang ditemukan pada kromosom ; dan berfungsi sebagai reseptor membran sel. 2en H!" mengkode glikoprotein transmembran 4=-kDa yang memiliki aktifitas intrinsik protein
kinase.
H!
family
berperan
penting
untuk
mengatur
pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan diferensiasi sel. 2en H!" berperan dalam regulasi pertumbuhan, proliferasi, dan pembelahan sel normal, namun mengekspresikan reseptor di permukaan sel dalam jumlah sedikit. !eseptor H!" terdiri atas domain ekstraseluler, domain transmembran, dan domain intraseluler %2ray E, 2alli(k 2, " 2rushko 13, 7lopade 7I, "4'. !eseptor H!" dianggap sebagai orphan receptor karena tidak memiliki ligan spesifik sehingga tidak dapat dikenali dan diaktifkan oleh ligan 2/. Sedangkan, reseptor dari anggota family H! lainnya memiliki ligannya masing B masing. $amun reseptor H!" mampu untuk membentuk heterodimer. *entuk heterodimer tersebut merupakan hasil dari kombinasi antara reseptor H!" dengan berbagai reseptor lainnya dalam family H!, sehingga membentuk kompleks reseptor heterodimer. 7leh karena itu, ligan %2/' akan mengikat kompleks reseptor heterodimer pada permukaan sel sehingga menyebabkan aktifasi protein intrinsik tirosin kinase. Hasilnya adalah transmisi sinyal growth factor akan melewati membran sel menuju bagian intraselluler dari nukleus, sehingga akan mengaktifkan gen H!" %*rennan PE, et al, "'.
5
3mplifikasi gen H!" pada kanker payudara diperkirakan " B 0>. Peningkatan ekspresi gen H!" menyebabkan peningkatan proliferasi, metastasis, dan menginduksi angiogenesis dan anti-apoptosis. 3ktifasi gen H!" memerlukan heterodimer dengan reseptor dari family H! lainnya. $amun heterodimer reseptor dari H!" memiliki perbedaan tingkat stimulasi mitogenik. )ompleks reseptor heterodi mer H!" dengan H!0 merupakan kompleks reseptor yang sering ditemukan pada sel kanker %2ray E, 2alli(k 2, "'. 1iga mekanisme sel penyebab prognosis buruk pada o&erekpresi her" %' o&erekspresi her " meningkatkan properti sel - sel kanker metastasis, seperti angioin&asi, angiogenesis dan ke %"' menyebabkan resistensi terhadap terapetik menyebabkan respon buruk terhadap terapi, hal ini mungkin juga berhubungan absennya respon hormon steroid pada H!" . )e %0' proliferasi yang tinggi dengan karakteristik persentase tinggi pada fase BS.yang diduga berhubungan dengan ukuran tumor.
2ambar . 7&erekspresi H!" %Sumber 8 /rans(is(o E, et al, "=' C3 P*!i4saan H!-2 Ca Ma*a
6
IHC
merupakan
suatu
teknik
yang
digunakan
untuk
mengidentifikasi molekul tertentu seperti protein dalam suatu jaringan dengan memanfaatkan prinsip pengikatan antibody %$(l, "0'. Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan Her-" Ca mamae dengan terlebih dahulu dilakukan pewarnaan HematoFylin eosin %H' untuk memudahkan pengamatan. Pewarnaan ini digunakan untuk mewarnai jaringan. Prinsipnya yaitu inti yang bersifat asam akan menarik +at# larutan yang bersifat basa sehingga akan berwarna biru. Sitoplasma bersifat basa akan menarik +at #larutan yang bersifat asam sehingga berwarna merah. Hematoksilin bekerja sebagai pewarna basa, artinya +at ini mewarnai unsur basofilik jaringan. Hematoksilin memulas inti dan strukutur asam lainnya dari sel %seperti bagian sitoplasma yang kaya-!$3 dan matriks tulang rawan' menjadi biru. Hematoxylin akan mewarnai nukleus sedangkan eosin akan mewarnai sitoplasma. osin bersifat asam. Ia akan memulas komponen asidofilik jaringan seperti mitokondria, granula sekretoris dan kolagen. 1idak seperti hematoksilin, eosin mewarnai sitoplasma dan kolagen menjadi warna merah muda. Interprestasi hasil 7&er eFpresi her" %-'
7&er eFpresi her " %'
7
7&er eFpresi H!" %"'
7&er eFpresi H!" %0'
2ambar ". 1ingkat kspresi H!" dengan pemeriksaan IHC %Sumber 8 Da&id 2,et al, 3meri(an so(iety for Clini(al Pathology, "4'
A III METODE PRAKTIKUM
A3 0a4 %an T*a P!a4i4* . 6aktu Praktikum 8 Sabtu "5 oktober ": ". 1empat Praktikum 9aboratorium ikrobiologi Gni&ersitas uhammdiyah Semarang
%G$IGS', jalan kedungmundu raya $o. 4 semarang 3 A$a %an ;a
8
3lat yang digunakan pada praktikum ini yaitu 8 be(ker glass, mi(rowa&e,
objek
glass,
de(k
glass,
pipet
tetes,
dan
tissue,waterbath,(hambers, )ulkas, rlenmeyer,2elas Gkur, Chamber, dan angkok ". *ahan *ahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu 8 Fylol, alkohol % 5:>, 4>, ;>,dan = >', auades, H "7" 0 >, methanol ml, P*S %Ph 5, pH 5," pH 5,0 pH ;,@', $SS, 3ntibody retrie&al, antibody primer, antibody sekunder biotinilate %warna kuning', antibody sekunder II %warna merah', D3* Cromogen subrat, HematoFylin, 9ithium Carbonat = >, dan ntelan.
C3 P!#s%! K!7a P!a!asi Ra5n
. ylol8 dituang Fylol ml ke dalam (hamber, beri label Fylol I,II,III ". 3lkohol8 dibuat pengen(eran alkohol 5:> menjadi 4>,;>,=>. 0. H"7" 0> dalam methanol 5@ ml,: ml H"7" absolut ditambah 5; ml methanol absolut,dihomogenkan. @. P*S PH J;,@ dengan (ara menimbang $aCl 8 @"," gr $aHP7@ 8 :,:: gr $aH"P7@ 8 ,;" gr PH ;,@ dalam 0 liter. Dilarutkan dalam 9iter 3uades. Dari Ph ;,@ dibuat PH 5, 5," 5,0 masing-masing sebanyak " ml =. Disiapkan $SS % $ormal Swine Serum'
9
2ambar 0. !eagen yang telah dibuat %Dokumentasi Pribadi )elompok '
P!a!asi Sa*$ . Disiapkan alat dan bahan
2ambar @. !eagen yang telah dimasukkan ke dalam staining jar 2ambar =. Preparat yang akan ". )emudian dilakukan deparafinasi, di rendam objek glass yang berisi diwarnai
jaringan kedalam Fylol ,",0 masing Bmasing = menit.
2ambar :. Preparat saat dideparafinisasi
0. )emudian direndam dalam alkohol 5:>, 4>, ;>, = > masing B masing 0 menit. @. Di(u(i dengan auades %dengan pipet' selama menit, pada bagian depan dan belakang.
10
=. Selanjutnya dimasukan antigen retrie&al %P*S Sitrat' kemudian 2ambar ;. Pen(u(ian preparat dengan dimasukan di mi(rowa&e padaauadest suhu @ C selama = menit.
2ambar 4. Preparat dimasukkan ke mi(rowa&e
:. Dikeluarkan dari mi(rowa&e dan ditunggu selama " menit dalam keadaan masih tertutup, angkat staining jar dari be(ker glass dan didiamkan selama " menit, kemudian dibuka staining jar diamkan selama = menit.
2ambar 5. Preparat didinginkan setelah dari mi(rowa&e
;. Direndam dengan H"7" 0> dalam methanol ml selama " menit. 4. )emudian di(u(i dengan air mengalir selama = menit. 5. Selanjutnya di rendam dengan P*S Ph 5, pH 5," pH 5,0 masingmasing selama = menit, . Dibilas dengan P*S pH ;,@ % (elupan '. . )emudian digenangi dengan $SS %$ormal Swin Serum ' 4- Kl selama ;- menit. 9alu dibilas dengan P*S pH ;,@. ". Selanjutnya P*S dibuang tanpa di(u(i, ditetesi dengan primer %H!"' didiamkan semalam dikulkas. 0. Di(u(i dengan P*S pH ;,@ selama menit. @. )emudian preparat tersebut dikeringkan dan dilap dengan tissu.
11
=. Ditetesi antibody sekunder biotinilate %warna kuning'# 1rekkie uni&ersal link biarkan selama menit. :. Di(u(i dengan P*S pH ;,@ selama menit ;. )emudian preparat dikeringkan dilap dengan tissu. 4. Ditetesi antibody sekunder II %warna merah ' 1rek a&idin H!P %label' dibiarkan selama menit. 5. Di(u(i dengan P*S pH ;,@ selama menit. ". )emudian preparat dikeringkan dengan dilap dengan tissu. ". Ditetesi dengan D3* Cromogen subrat %tanpa terkena (ahaya' selama menit dalam suhu ruang. "". Di(u(i dengan auades kemudian dikeringkan "0. Selanjutnya dilakukan penge(atan %Counter Staining' - Digenangi preparat dengan HematoFylin selama 0-= menit. - Di(u(i dengan air mengalir selama = menit - )emudian digenangi dengan larutan lithium (arbonat = > selama "-0 menit. - Selanjutnya di(u(i dengan air mengalir - Dikeringkan dalam o&en pada suhu @ B = oC selama = menit. - )emudian ditetesi dengan entelan lalu ditutup dengan (o&er glass. "@. Diamati dibawah mikroskop.
Ca Mamae HER 2
2ambar . Preparat yang akan diamati
D3 Hasi$ %an P*;a
12
2ambar ". Sampel Hasil Praktikum Ca-ammae *erdasarkan hasil pengamatan dengan mikroskop pembesaran @F, didapatkan gambaran H!" tampak seperti diatas. 2ambaran H!" tersebut kurang jelas, kemungkinan terjadi kesalahan pada proses pewarnaan jaringan, yaitu tahap deparafinisasi. Paraffin yang masih ada tersebut
dapat
menyebabkan
mengganggu pewarnaan
proses
tidak
jelas
pewarnaan dan
sulit
jaringan untuk
sehingga melakukan
pengamatan. Dari hasil pengamatan di atas didapatkan gambaran her-" Ca mamae. 1idak terjadi kerusakan jaringan ditandai dengan warna *iru dan tidak adanya warna (oklat yang merupakan pertanda adanya pertumbuhan sel H!"#neu yang tidak normal dan berlebihan %o&erekspresi'. *erikut ini adalah table skore dan klasifikasi IHC H!".
13
Skore IHC
Pola Penge(atan IHC
)lasifikasi
1idak ada pewarnaan membran
$egatif
pewarnaan membran tidak $egatif lengkap %<>' dan lemah
"
Pewarnaan membran lengkap ui&o(al tapi tidak seragam atau lemah setidaknya sebesar > tapi ke(il atau sama dengan 0>
0
Pewarnaan intensitas membran seragam dengan nilai ? 0> sel kanker
Positif H!"
A3 Ksi*$an Dari hasil Praktikum dapat disimpukan bahwa 1idak 3da
pertumbuhan sel her-" di jaringan mammae. 3 Sa!an Perlu dilakukan pelatihan khusus untuk penge(atan dan pengamatan untuk menentukan skor atau derajat keparahan terhadap suatu kanker
14
DA/TAR PUSTAKA
3sako 7, 1akaharab S, Sumiyoshia ), Lamamotoa H, )awai(E and Shibaa %"0' !elationship between intrinsi( subtypes and tumor responses to neoadju&ant(hemotherapy in patients with lo(ally ad&an(ed breast (an(er.*reast Disease 0@ %""#"0' 5 -;. *rennan PE, )umogai 1, *ere+o& 3, urali !, 2reene I. H!"#$eu8 e(hanisms of Dimeri+ation#7ligomeri+ation. ". 3&ailable on : Con+en SD. "4. $u(lear !e(eptor and *reast Can(er.ole(ular ndo(rinology. ""%'8""=- """4 2ray E, 2alli(k 2. ".1he !ole of 7n(ogene 3(ti&ation in 1umor Progression. e(hanisms of 7n(ogenesis. GS38 Springer. )imman, . d. %"" '. 1he *urden of Can(er in ember Countries of the 3sso(iation of Southeast 3sian $ations %3S3$'. sian !acific "ournal of Cancer !revention vol# $%, @-@".
15