FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Telp : 031 594 7254, Fax : 031 596 4182 Email :
[email protected]
BAB VI PENGUJIAN ULTRASONIC (UT TEST)
6.1. Gambaran Umum Uji ultrasonic adalah pengujian baik pengukuran tebal maupun pendeteksian cacat internal (flaw detection) dengan menggunakan getaran ultra, yakni gelombang mekanis yang berfrequensi diatas 20 KHz . Gelombang ini memiliki sifat sama dengan gelombang suara yang dapat dipantulakn , dibiaskan , didefraksikan dan diserap . Dimensinya ditentukan sebagai berikut : panjang gelombang, frequensi, kecepatan rambat, amplitudo, dan fasa. Gelombang ultrasonic dihasilkan oleh suatu transducer yang biasanya bekerja berdasarkakan konversi enerji listrik (piezo electric) menjadi energi mekanik . Gelombang ultrasonic akan terdifraksi (tersimpangkan) sedemikian besar di dalam udara sehingga untuk mendapatkan perambatan yang konsisten dari transducer kebenda uji, kedua permukaan benda yang berhimpitan (interface) harus diberi zat perantara yang dapat menghantarkan gelombang ultrasonic yang berupa cairan (air, gemuk, minyak pelumas, dll) yang disebut couplant . Perambatan gelombang ultrasonic ini dapat dimanipulasikan untuk maksud pengukuran ketebalan bahan , bentuk dan besaran serta lokasi ketidak sesuaian/cacat internal , dan homoginitas bahan yang dilewatinya.
Gambar 6.1 Alat Uji Ultrasonic Test
Cornelius Tony Suteja (4110100053)
LAPORAN PRATIKUM INSPEKSI LAS | 45
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Telp : 031 594 7254, Fax : 031 596 4182 Email :
[email protected]
6.2. Tujuan Metode ultrasonik banyak digunakan dalam pengujian non-destruktif dari segala macam sambungan las. Tujuan dari ultrasonic test adalah untuk mengetahui adanya cacat pada sambungan las sejak dini sehingga segera dapat di atasi. 6.3. Dasar Teori Pemeriksaan ultrasonik dapat dilakukan pada berbagai bentuk bahan termasuk coran, forging, las, dan komposit. Informasi tentang adanya diskontinuitas, retak, ketebalan lapisan, dan sifat akustik dapat dikorelasikan dengan sifat tertentu dari bahan. Prinsip kerja dari ultrasonic flaw detector adalah gelombang suara frekuensi tinggi dimasukkan ke dalam material dipantulkan kembali dari permukaan atau cacat. Energi suara yang dipantulkan ditampilkan terhadap waktu, dan divisualisasikan pada specimen. Sebagaimana halnya jenis-jenis sarana uji lainnya, ultrasonic juga memiliki keunggulan dan kelemahan. Terdapat tiga jenis prinsip penggunaan gelombang ultrasonic untuk maksud pengujian bahan . Ketiga prinsip tersebut adalah :
Prinsip Teknik Resonansi
Prinsip Teknik Transmisi, dan
Prinsip Teknik Pulsa Echo
Ketiga prinsip ini dapat dilihat pada sketsa dibawah ini :
Gambar 6.2 Teknik Resonansi
Cornelius Tony Suteja (4110100053)
LAPORAN PRATIKUM INSPEKSI LAS | 46
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Telp : 031 594 7254, Fax : 031 596 4182 Email :
[email protected]
Gambar 6.3 Teknik Transmisi
Gambar 6.4 Teknik Pulsa Echo Diantara ketiga teknik tersebut diatas , tehnik pulsa echo yang paling banyak digunakan . Teknik transmisi dan pulsa echo biasa digunakan dengan sistim kontak langsung maupun immersion ( dalam air ) , sedangkan tehnik resonansi hanya digunakan dengan sistim kontak langsung . Pada umumnya Uji Ultrasonic terdiri dari : o Sumber gelombang ultrasonic (unit pemancar dan transducer pemancar) o Penerima gelombang ultrasonic (unit penerima dan trasducer penerima) o Display, display dapat berupa Scan A , Scan B dan Scan C . Peralatan portable biasanya menggunakan scan A
Cornelius Tony Suteja (4110100053)
LAPORAN PRATIKUM INSPEKSI LAS | 47
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Telp : 031 594 7254, Fax : 031 596 4182 Email :
[email protected]
Gelombang ultrasonic adalah gelombang mekanis yang frequensinya lebih besar dari 20 KHz dan sifatnya serupa dengan gelombang suara , jadi karenanya berlaku pula formula
Frequensi yang banyak digunakan berkisar
antara
250 KHz - 15 MHz .
Gelombang ini dapat merambat didalam bahan dengan bermacam moda , yakni :
Moda Longitudinal (Compression)
Moda Transversal (Shear)
Moda Permukaan (Gelombang Releigh)
Moda Pelat (Gelombang Lamb) Perubahan dari satu moda ke moda lainnya dapat terjadi karena misalnya karena
pantulan atau pembiasan. Dengan berubahnya moda berubah pula kecepatan rambat gelombang ultrasonic yang terkait ,namun dalam kedua hal tersebut frequensi gelombang ultrasonic selalu tetap. Dibawah ini ditampilkan kecepatan rambat gelombang ultrasonic dalam beberapa jenis bahan :
Gambar 6.5 Cepat Rambat Gelombang Ultrasonik Jika frekuensi tetap , dengan berubahnya jenis moda akan merubah panjang gelombang ultrasonic. Frequensi gelombang sangat menentukan kepekaan peralatan uji, makin tinggi frekuensi makin cermat penunjukannya (mampu mendeteksi cacat yang berdimensi kecil). Uji ultrasonik termasuk salah satu dari uji tanpa rusak yang fungsinya saling mendukung dengan jenis uji tanpa merusak lainnya terutama untuk mendeteksi cacat internal dan ketebalan dinding. Cornelius Tony Suteja (4110100053)
LAPORAN PRATIKUM INSPEKSI LAS | 48
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Telp : 031 594 7254, Fax : 031 596 4182 Email :
[email protected]
Penggunaan UT dilapangan masih dianggap lebih mahal daripada radiografi , disamping pada umumnya UT tidak dapat dibuktikan dengan record tertulis sebagaimana halnya radiografi , jadi baik buruk rekomendasi inspektor benar benar didasarkan atas profesionalitas dan tingkat kualifikasinya sebagai ahli uji ultrasonik dengan level tertentu dengan lingkup tanggung jawabnya. Uji
ultrasonik
sama
dengan
uji
radiografi,
memerlukan
bukti kualifikasi inspektor dan mutu kinerja yang harus didemonstrasikan , kecuali apabila sertifikasi kompetensinya dikeluarkan oleh institusi yang telah diakui secara internasional (seperti misalnya ASNT) dan masih valid pada saat recruitmentnya. Selanjutnya bagi seorang ahli uji ultrasonik, untuk meningkatkan kinerja dan kehandalannya walaupun telah berkualifikasi tingkat tertinggi tetap diperlukan praktek dan eksperimen yang terus menerus dan enovative untuk dapat menangani berbagai bentuk non konformasi yang rumit dan unique dalam berbagai material dengan variabel komponen yang berbeda seperti misalnya accoustic impedance dan lain lain yang cukup dominan. 6.4. Spesimen dan Peralatan Uji Pada pengujian ini menggunakan blok kalibrasi sebagai berikut :
Gambar 6.6 Material Uji Selain alat uji ultrasonic test seperti Gambar 6.1, terdapat peralatan bantu lainnya dalam melakukan pengujian ultrasonik ini. Peralatan-peralatan tersebut antara lain adalah :
Jangka Sorong
Minyak/Couplant
Probe Normal
Probe Sudut
Cornelius Tony Suteja (4110100053)
LAPORAN PRATIKUM INSPEKSI LAS | 49
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Telp : 031 594 7254, Fax : 031 596 4182 Email :
[email protected]
Gambar 6.7 Probe, Jangka Sorong, Couplant 6.5. Prosedur Pengujian Sebelum malakukan pengujian yang sebenarnya, terlebih dahulu melakukan kalibrasi
Kalibrasi probe normal pada material blok lakibrasi V1
Gambar 6.8 Kalibrasi probe normal pada V1
Prosedur : 1. Letakkan probe pada posisi A. Atur sweep length dan sweep delay untuk menampilkan kaki atau puncak indikasi tepat di 2.5, 5.0, 7.5 dan 10.0. Jika sudah, berarti peralatan telah terkalibrasi untuk baja dengan range 100 mm. 2. Letakkan probe pada posisi B. Indikasi akan muncul tepat di skala 10 pada layar. 3. Letakkan probe pada posisi C. Tidak ada indikasi yang muncul pada layar. 4. Letakkan probe pada posisi B. Atur sweep length dan sweep delay untuk menempatkan indikasi tepat pada posisi 5.0 dan 10.0. Peralatan telah terkalibrasi untuk baja dengan range 200 mm. 5. Letakkan probe pada posisi C. Indikasi akan muncul di skala 10.0.
Kalibrasi probe sudut (70o) pada material V2
Cornelius Tony Suteja (4110100053)
LAPORAN PRATIKUM INSPEKSI LAS | 50
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Telp : 031 594 7254, Fax : 031 596 4182 Email :
[email protected]
Gambar 6.9 Kalibrasi probe sudut pada V2
Prosedur : o Letakkan probe pada posisi B. o Atur posisi probe dan dengan memakai sweep length dan sweep delay, munculkan indikasi pertama dan tertinggi pada skala layar 2.5 dan 10.0. Peralatan telah terkalibrasi untuk range 100 mm Setelah alat dikalibrasi dan hasilnya ultrasonic flaw detector masih layak untuk digunakan dan telah mendapakan exit pointnya, maka penggunaan Ultrasonic flaw detector pada specimen dapat dilakukan : o Oleskan minyak pada material uji o Arahkan probe dan gerakkan perlahan dsampai mendapatikan kurva initial pulse dan kurva indikasi yang tertinggi o Setelah mendapatkan posisi dimana kurva indikasinya memilki tinggi yang tertinggi o Lalu perhatikan nilai dari sound path, Surface distance dan depth
6.6. Data Pengujian Berikut ini adalah data yang didapatkan ketika proses kalibrasi. Sudut probe normal
= 0°
Sudut probe sudut
= 45°
Velocity blok kalibrasi = 3250 m/s Exit point probe sudut
= 13 mm
Range probe normal
= 150 mm
Range probe sudut
= 150 mm
Cornelius Tony Suteja (4110100053)
LAPORAN PRATIKUM INSPEKSI LAS | 51
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Telp : 031 594 7254, Fax : 031 596 4182 Email :
[email protected]
Sedangkan data specimen yang diperoleh pada awalnya adalah hanya ketebalan sebesar 20 mm. Selain itu velocity yang digunakan sebesar 5920 m/s. Untuk pengujian, digunakan pada material dengan ketebalan 25 mm. Pengujian pertama: Dengan menggunakan probe normal 4MHz diameter Kristal 10mm. 1) Pada blok kalibrasi V1, menghasilkan: Pulse 2
Pulse 3
100% FSH
50% FSH
90% FSH
43% FSH
80% FSH
36% FSH
70% FSH
33%FSH
60% FSH
28% FSH
50% FSH
22,5% FSH
40% FSH
19% FSH
30% FSH
14% FSH
20% FSH
10% FSH
Tabel 6.1 Hasil Pulse Pada Pengujian Pertama Blok Kalibrasi V1 2) Pada benda uji yang diberi lubang buatan pada kedalaman tertentu, Calibration Setting:
Sound path = 50 mm dan Thinkness = 50 mm
Gambar 6.10 Pengujian pertama pada benda uji yang diberi lubang buatan Dihasilkan:
Ketebalan benda uji = 19 mm
Kedalaman lubang buatan (indikasi) = 13,7 mm
Panjang indikasi dari sisi benda uji = 26,4 mm
Cornelius Tony Suteja (4110100053)
LAPORAN PRATIKUM INSPEKSI LAS | 52
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Telp : 031 594 7254, Fax : 031 596 4182 Email :
[email protected]
3) Pada benda uji kode T507, Dihasilkan ketebalan benda uji pada 5 spot:
Gambar 6.11 Tampilan bagian bawah benda uji
Spot 1 (posisi tengah) = 25,3 mm
Spot 2 (posisi kanan atas) = 10,9 mm
Spot 3 (posisi kanan bawah) = 24,8 mm
Spot 4 (posisi kiri bawah) = 25,3 mm
Spot 5 (posisi kiri atas) = 25,3 mm
Pengujian kedua: Dengan menggunakan probe sudut. 4 MHz, 8 X 9 mm, 45˚ 1) Pada blok kalibrasi V1 Calibration setting:
Sound path = 150 mm
Thickness = 150 mm
Angle = 45˚
Velocity = 3250
⁄
Dihasilkan:
Range = 20 mm
Exit point = 13 mm
2) Pada blok kalibrasi V2 Calibration setting:
Sound path = 150 mm
Thickness = 150 mm
Angle = 45˚
Cornelius Tony Suteja (4110100053)
LAPORAN PRATIKUM INSPEKSI LAS | 53
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Telp : 031 594 7254, Fax : 031 596 4182 Email :
[email protected]
Range=25mm
Range=50mm
Gambar 6.12 Pengujian kedua pada blok kalibrasi V2 Dihasilkan:
Pulse 1 = 25 mm
Pulse 2 = 99,9 mm
Pulse 3 = 174,9 mm
3) Pada benda uji, tebal 19,5 mm Dihasilkan :
Gambar 6.13 Penampang samping pada benda uji
Surface distance (SD) = = SD = 27, 581 mm
a = SD – exit point = 14, 588 mm
Flaw depth (jarak tempuh gelombang suara) Rumus: =
Cornelius Tony Suteja (4110100053)
LAPORAN PRATIKUM INSPEKSI LAS | 54
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Telp : 031 594 7254, Fax : 031 596 4182 Email :
[email protected]
= 55,163 mm Hasil Pulse: = 55,7 mm 4) Pada benda uji, SD = 1,2 mm dan kedalaman indikasi = 14,2 mm
Hasil Pulse: SD = 1,1 mm Depth = 14,1 mm Flaw depth = 19.9 mm
6.7. Analisa Pengujian dan Kesimpulan Sebelum melakukan pengujian ultrasonic pada suatu material seharusnya perangkat Ultrasonic flaw detector dikalibrasi terlebih dahulu, untuk mengetahui apakah perangkat Ultrasonic flaw detector masih berfungsi dengan baik atau tidak. Setelah melakukan proses kalibrasi yang sesuai, dan diaplikasikan pada spesimen. Telah terbukti cacat buatan (lubang buatan) berhasil dideteksi termasuk kedalamannya. Untuk mendeteksi kedalaman tinggi pulsa harus berkurang kuranglebih 50% dari pulsa awal yang memiliki tinggi kuranglebih 80% FSH. Jadi dapat disimpulkan sebagai berikut :
Proses kalibrasi berhasil dilakukan baik pada probe normal maupun probe sudut.
Kedua jenis probe mampu mendeteksi satu lubang buatan beserta kedalamannya menggunakan metode yang sedikit berbeda.
Jika dibandingkan dengan PT atau MT, UT merupakan metode yang paling akurat. Tapi juga yang paling mahal.
Cornelius Tony Suteja (4110100053)
LAPORAN PRATIKUM INSPEKSI LAS | 55