USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG DI PROVINSI JAMBI BAB 1 PENDAHULUAN
Peluang usaha peternakan sapi potong di Provinsi Jambi cukup cerah. Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan daging sapi Provinsi Jambi pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 26.588,46 ton berdasarkan standar gizi konsumsi daging. Kebutuhan daging sapi setiap tahunnya terus meningkat pesat, sementara produksi daging sapi jauh lebihkecil, sehingga pemenuhan kebutuhan selalu negatif, kekurangan produksi daging tersebut sebagian besar (± 70 %) didatangkan dari luar Provinsi Jambi.
Konsumsi daging sapi/kerbau masyarakat Jambi pada tahun 1997 sebesar 9,1 kg/kapita/tahun, tahun 2004 konsumsi sudah mencapai 10,15 kg/kapita/tahun (BPS Provinsi Jambi, 2005), artinya konsumsi daging mengalami peningkatan sebesar 1,05 kg/kapita, dan diperkirakan konsumsi daging sapi/kerbau akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Dengan demikian usaha peternakan sapi potong di Provinsi Jambi sangat potensi dan sangat layak (feasible) untuk diusahakan.
Berdasarkan analisis dari aspek ekonomi, finansial dan produksi, dengan investasi di usaha peternakan sapi potong sebesar Rp. 546,4 juta, dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp. 652,8 juta dengan timgkat keuntungan mencapai Rp. 29,4 juta. Pada tahun ke 2 usaha peternakan sapi potong ini diproyeksikan sudah memperoleh laba sebesar Rp. 106,4 juta, dengan nilai IRR lebih besar tingkat dari tingkat bunga komersil 18 persen per tahun, maka IRR lebih besar dari tingkat bunga sosial. NPV kumulatif juga bernilai positif setelah proyek bejalan 5 tahun yaitu Rp 267,49 juta, dan Gross B/C ratio diperoleh sebesar sebe sar 1,1507 dan Pay Back Period adalah 3,859 atau 3 tahun 9 bulan 20 hari investasi awal sudah kembali, sedangkan BEP dicapai pada 4 tahun 1 bulan, dimana arus penerimaan sudah dapat menutupi segala biaya operasidan pemeliharaan serta biaya modal lainnya, pada harga jual sapi Rp 3,4 juta per ekor. 1.1.
Latar
Belakang.
Salah satu kebijakan ekonomi yang sangat strategis dalam rangka mempercepat laju pertumbuhan ekonomi daerah adalah melalui peningkatan investasi. Untuk itu, upaya menarik investor untuk berinvestasi perlu dilakukan. Kebijakan yang dimaksud harus mengarah pada dua aspek. Pertama dari aspek internal, menciptakan kondisi yang kondusif bagi investor untuk berinvestasi, baik melalui instrumen kebijakan/peraturan daerah maupun dengan penyediaan sarana dan prasarana penunjang aktivitas investasi itu sendiri. Kedua dari aspek eksternal yaitu dengan memberikan informasi kepada pihak luar mengenai peluang dan potensi investasi yang tersedia di daerah.
Berkenaan dengan hal tersebut, untuk Provinsi Jambi saat ini sedang dikembangkan komiditi unggulan yang berbasis pada kegiatan produksi khususnya pada Usaha Peternakan. Usaha peternakan merupakan salah satu peluang usaha yang sangat berprospek di Jambi, karena tingkat permintaan dan potensi peternakan di beberapa daerah sangat baik. Salah satu peluang petani dalam mengembangkan usahanya dimasa sekarang dan yang akan datang adalah pemeliharaan ternak sapi potong. Hal ini mengingat permintaan pasar setiap tahunnya semakin meningkat, seiring dengan lajunya pertumbuhan penduduk dan tingginya kesadaran masyarakat akan gizi. Pembangunan subsektor peternakan di Provinsi Jambi, khususnya ternak sapi potong sudah berkembang dengan baik. Pembangunan ini sejalan dengan program "Swasembada Daging 2005" yang telah dicanangkan secara nasional dengan sasaran penurunan impor sapi sebesar 108.000 ekor selama kurun 2000-2005. Kegiatan prioritas yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jendral Produksi peternakan guna mendukung program tersebut adalah peningkatan produktivitas sapi potong (Ditjen Peternakan 2000a).
Peternakan sapi potong di Kecamatan Rimbo Bujang (Kabupaten Tebo) dan Kecamatan Pemenang (Kabupaten Merangin) relatif memiliki potensi pasar. Peluang pasar yang dapat dimanfaatkan , terutama untuk memenuhi kebutuhan daging di Kota Jambi sebesar 3100 ekor sapi pertahun. Di samping itu, kebutuhan daging untuk Provinsi Sumatera Barat melalui pasar ternak Pelangki:" Kabupaten Sawahlunto Sijunjung. Sij unjung. Sedangkan untuk Batam terbuka peluang pasar sebesar 2500 ekor sapi pertahun yang dapat dipasarkan melalui Kuala Tungkal dan Pelabuhan Muara Sabak. 1.2.
Maksud
dan
Tujuan
a.Untuk melihat peluang usaha peternakan sapi potong di Provinsi Jambi dari aspek produksi dan peluang pasar. b.Untuk menghitung secara teknis dan finansial kelayakan usaha peternakan sapi potong untuk di kembangkan di Provinsi Jambi. 1.3.
Kegunaan
a Memberikan informasi seluas-luasnya kepada masyarakat dan dunia usaha yang berminat untuk berinvestasi pada usaha peternakan sapi potong di Provinsi Jambi. b. Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah, Masyarakat dan Dunia Usaha dalam menetapkan kebijakan dan pilihan berusaha (berinvestasi) terutama di sektor usaha peternakan sapi potong di Provinsi Jambi. BAB II ANALISIS ASPEK PRODUKSI DAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG DI PROVINSI JAMBI 2.1.
Potensi
Peternakan
Sapi
Potong
Kabupaten Tebo, Merangin dan Muaro Jambi, merupakan daerah yang diperuntukkan bagi pengembangan peternakan terutama sapi potong. Ketiga daerah ini sudah mencadangkan lahan seluas 151.640 ha yang cocok dengan peternakan, khususnya ternak sapi potong. sedangkan potensi sumberdaya yang telah dimanfaatkan relatif kecil. Potensi sapi potong yang baru dimanfaatkan sebesar 9.188 ekor (3,5 % dari seluruh ternak yang ada di Kecamatan Rimbo Bujang). Dengan relatif kecilnya populasi ternak sapi potong ini berindikasikan pada relatif kecilnya jumlah lahan yang telah digunakan dan jumlah pekan ternak yang dibutuhkan. Dari hasil survey, ternak sapi potong yang dipelihara hanya memerlukan areal seluas ± 100 ha, sedangkan areal yang bisa digunakan untuk kegiatan peternakan seluas 35.746 Ha (hanya untuk Kec. Rimbo Bujang). Dari gambaran diatas terlihat bahwa sumberdaya yang telah dimanfaatkan adalah relatif kecil bila dibandingkan dengan potensi sumberdaya yang ada. Jika diasumsikan bahwa setiap kepala keluarga mampu memelihara ternak sapi potong 4-5 ekor. Asumsi ini didasarkan pada a.Lahan yang akan digunakan untuk memelihara ternak cukup tersedia yaitu seluas ± 35.000 Ha dari 35.746 Ha yang disediakan untuk kegiatan peternakan b.Tenaga kerja yang diperlukan juga cukup tersedia yaitu sebesar 22.102 KK dari 27.987 KK c. Pakan ternak baik dari kebun bibit HMT, bibit rumput Gemmarampak maupun Intensifikasi HMT cukup tersedia. Dengan demikian potensi sumberdaya ternak sapi potong yang belum dimanfaatkan sekitar 25.812 ekor. 2.2.
Lokasi
Alternatif lokasi untuk usaha peternakan sapi potong berada di dua Kawasan Sentra Produksi yaitu Rimbo Bujang Kabupaten Tebo dan di Pemenang Kabupaten Merangin. Untuk Kawasan Rimbo Bujang, rencana pengembangan usaha peternakan tersebar beberapa desa yaitu Wanareja dan Rimbo Mulyo. Pada kawasan Pamenang, lokasi alternatif tersebar 5 desa yaitu desa Pinang Merah, Mampun Batu, Rasau, Bukit Bungkul, dan Tambang Emas. Populasi sapi pada 5 lokasi tersebut sejumlah 4.731 ekor sapi dan masih potensial untuk dikembangkan menjadi sentra produksi sapi potong sebanyak 5.563 ekor sapi. Pada Zona Inti Kawasan Agropolitan Kabupaten Muaro Jambi lokasi alternatif untuk pengembangan ternak sapi terdapat di Tangkit Baru, Tarikan, Petaling dan Sungai Gelam. Dilihat dari ketersediaannya rumput dan luas lahan lokasi tersebut mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan peternakan. Rumput pekan ternak tersedia dimana -mana Desa Tangkit Baru mempunyai limbah nenas yang banyak dan dapat digunakan untuk pakan ternak penggemukan. Populasi sapi di empat lokasi yang masuk dalam kawasan Agropolitan tersebut diperkirakan mencapai 1000 ekor, dan sangat potensi untuk memasok sapi potong ke Kota Jambi, karena jaraknya relatif dekat dan sudah ada pasar ternak di daerah tersebut.
Tabel 2.1Pengembangan Sektor/Komoditi Unggulan Peternakan Pada Zona 3 Kawasan Angropolitan Kabupaten Muaro Jambi, Kawasan Sentra Produksi Rimbo Bujang Kabupaten Tebo dan Kawasan Sentra Produksi Pamenang Kabupaten Merangin Tahun 2005. No
Uraian
1.Komoditas
Sasaran
Unggulan
Pengembangan
Peternakan
Ternak
2.Lokasi
Sapi Pengembangan
Kab. Muaro Jambi, Kec. Kumpeh dan Kumpeh Ulu (Zona 3 Kawasan Agropolitan) a.
Desa
b.
Puding
Desa
bagian
Pilau
c.
Barat
Mentaro
dan Bagian
Timur Barat
Desa
Pemunduran
Kab. Tebo, Kec. Rimbo Bujang (Kawasan Sentra Produksi, atau KSP Rimbo Bujang a.
Desa
b.
Desa
Wanareja Rimbo
Mulyo
Kab. Merangin, Kec. Pamenang (Kawasan Sentra Produksi, atau KSP Pamenang) a.
Desa
Pinang
b.
Desa
Mampun
c.
Merah Batu
Desa
Rasau
d.
Desa
Bukit
e. 3.
Desa
Tambang
Potensi
Bungkul
Sumber
Emas Alam
Daya
Dukungan lahan kering, potensi rumput alam, potensi limbah tanaman pangan dan palawija. 4. Sistem Pengelolaan Ternak 1. 2. 5. 6. a.
Sistem Sistem
Penggemukan
Semi Intensif dengan Lahan yang Lahan
atau Ternak
Sistem
Intensif
diikat pada diperlukan yang
di
Kandang
pandang pengembalaan 300 Ha tersedia
b. c.
Zona 3 Kawasan Agropolitan Kab. Muara Jambi untuk pengembangan Lahan Peternakan seluas 27.000 Ha. Kawasan Sentra Produksi (KSP) Rimbo Bujang untuk pengembangan lahan peternakan seluas 35.746 Ha Kawasan Sentra Produksi (KSP) Pamenang untuk pengembangan lahan peternakan 34.600 ha 7. Status tanah dan peruntukan (RT RW) · · ·
Zona 3 Kawasan Agropolitan Kab. Muara Jambi sebagai Pengembangan Komoditi Unggulan Peternakan. Kawasan Sentra Produksi (KSP) Rimbo Bujang sebagai pengembangan lahan peternakan Kawasan Sentra Produksi (KSP) Pamenang untuk pengembangan lahan peternakan. 8. Kendala · · · ·
Kurang
modal
Kurang Kurang Pasar 9. · ·
tenaga bibit
yang ternak
penyuluh berkualitas
dengan belum
peternakan harga
murah kompetitif Solusi
· ·
Kredit
peternakan
Penambahan Penyediaan Membangun 2.3.
Luas
tenaga bibit
yang pasar Lahan
berkualitas
dengan
peternakan dan
melalui
perbankan
penyuluh
peternakan
harga
yang
agar
Bangunan
serta
terjangkau
peternak
lebih
kompetitif
Fasilitas
Penunjang
Luas Ideal untuk satu unti usaha penggemukan sapi potong minimum 3.500 M2. Dilahan seluas ini dapat dibangun satu unit perkandangan yang terdiri dari 4 kelompok kandang penggemukan. Setiap kelompok kandang terdiri dari 24 kandang tunggal atau seluruhnya terdapat 96 kandang tunggal. Setiap kandang tunggal digunakan untuk seekor sapi bakalan yang akan digemukan.
Dengan jumlah 96 kandang tunggal maka penyediaan fasilitasn penunjang seperti tempat timbang sapi, tempat karantina, gudang untuk penyimpan bahan pakan, kantor, dan tempat penjemuran jerami lebih efektif. Sarana penunjang yang diperlukan untuk mendukung berdirinya kegiatan usaha peternakan sapi potong adalah sebagai berikut: Tabel
2.2.
Fasilitas
Penunjang
Kandang
Fasilitas
Sapi
Yang
Diperlukan. Kelengkapan
Bentuk
Kapasitas 1. Kandang
Sapi
Kandang
Sirkulasi Sapi
Bangunan
96 2. Administrasi
ekor
dan
sapi/unit
Pengolahan
·
Kantor
administrasi
·
Gudang
·
Dapur
pengolahan
·
WC
Bangunan
Terpadu
·
10
pegawai
·
5
pegawai
3Penjemuran
jerami
·
Tempat
· ·
jemur
Tempat Pengolahan
penampungan jerami
kering
·
Terbuka
·
Bangunan
·
Bangunan
4. Penampungan
sementara
·
Tempat
turun
sapi
·
Sterilisasi
·
Timbangan
·
Penampungan
· · ·
sementara
Terbuka Kolam
sapi Timbangan
·
Lahan
terbuka
·
Fleksible
·
2
ekor
sapi
·
1
ekor
sapi
·
20-30
ekor
5.Isolasi
dan
sapi perawatan
·
Kandang
isolasi
·
Kandang
rawat
·
Bangunan
·
Bangunan
·
Disesuaikan
·
Disesuaikan
6. Pengolahan · · ·
pupuk Bangunan Penampungan Tempat
pengolahan sementara penjemuran
·
Bangunan
·
Terbuka
·
Terbuka
7. Pengolahan · ·
limbah Kolam Kolam
penampungan penyaringan
·
Kolam
·
Sumur
Kolam
peresapan
terbuka
8. Air ·
ikan
dan
minum Sumur
·
terpadu
dan
pompa
Kamar
mandi
atau
sumur
dan
bor
Bak
mandi
· 9.
Disesuaikan Listrik
·
Kantor
·
Gudang
· Mesin 10.
diesel
atau
jaringan
·
PLN
Kandang Disesuaikan Jalan
·
Jalan
utama
· · Aspal 11.
Parkir
dan
Sirkulasi ada saluran
· · Mobil
airnya
·
bangunan kebutuhan Transportasi
Sesuai
Angkutan
bak
Angkutan terbuka
2.4 2.4.1
antar
(Pick
sapi makanan up)
Analisis Seleksi
·
1
sapi Unit Produksi
Sapi
Bakalan
Sapi yang akan digemukkan haruslah diseleksi agar produksinya maksimal. Ada bebrapa metode seleksi yang dapat dilakukan, yaitu: 1. Penilaian
2. 3. 4.
Penampilan
atau Test
Silsilah Perfomans produksi
Metode yang paling sederhana yang dapat dilakukan untuk seleksi sapi bakalan adalah metode penilaian visual. Hal-hal yang dinilai adalah. a. Rentangan badan : Dilihat dari samping, semakin panjang rentangannya semakin baik, berarti banyaknya otot yang bisa melekat juga lebih besar. b. Bagian belakng : Dilihat dari belakang, semakin lebar panggul semakin baik c. Bagian dada (Brisket) : Dilihat dari depan
Sapi yang baik untuk penggemukan adalah sapi dengan tulang yang besar/tebal dan dapat berdiri tegak, hal ini menunjukkan ketebalan otot-otot yang akan melekat setelah masa/periode penggemukan. Otot yang tebal berkorelasi positif terhadap bobot berkas sapi. Sapi bakalan untuk penggemukan adalah yang berada pada masa pertumbuhan (kurang dari satu tahun) agar dapat menunjukkan performa produksi yang maksimal. 2.4.2.
Teknis
Budidaya
Sapi-sapi lokal yang terdapat di Indonesia, kesemuanya dapat digunakan untuk penggemukan, akan tetapi tidaklah semua jenis sapi itu mempunyai prospek yang sama untuk digemukkan. Pada bagian berikut akan di deskripsikan hal-hal yang berkenaan dengan usaha penggemukkan sapi dalam usaha peternakan sapi potong.
Berbagai
Sistem
Penggemukkan
:
Ada beberapa sistem penggemukan yang digunakan untuk sapi, diantaranya adalah : a. Pasture
Fettening
Merupakan suatu sistem penggemukan sapi yang dilakukan dengan cara menggembalakan sapi di padang pengembalaan. Teknik pemberian pakan dalam sistem ini adalah dengan pengembalan. b. Dry
Lot
Fattening
Merupakan suatu sistem penggemukkan sapi dengan pemberian ransum atau pakan yang mengutamakan biji-bijian, seperti jagung, sorgum atau kacang-kacangan. Namun belakangan
ini penggemukan sapi dengan sistem ini bukan hanya memberikan satujenis biji-bijian saja, tetapi sudah merupakan suatu bentuk yang diformulasi dari berbagai jenis bahan pakan konsentrat. c. Kombinasi
Pasture
dan
Dry
Lot
Fattening
Di daerah tropis, pada musim banyak produksi hijauan ataupun rumput, penggemukan sapi dilakukan dengan pasture, pada musim tertentu sepeti pada musim kemarau, sewaktu produksi hjauan sudah sangat menurun, penggemukan sapi diteruskan dengan sistem Dry Lot. Pembuatan Beberapa -
Kandang syarat
pembuatan
kandang
sapi
untuk
penggemukan
:
Memberi kenyamanan bagi sapi-sapi yang digemukkan dan bagi sipemelihara ataupun pekerja kandang. Memenuhi persyaratan bagi kesehatan sapi Ventilasi atau pertukaran udara yang sempurna Mudah dibersihkan - Bahan-bahan yang digunakan dapat bertahan lama, tidak mudah lapuk, dan biayanya relatif murah dan terjangkau oleh peternak pada umumnya. Tidak
ada
genangan
air
di
dalam
maupun
luar
Kontruksi
kandang Kandang
Sebaiknya dipilih bahan-bahan yang bersifat tahan lama, tidak menimbulkan refleksi panas terhadap sapi yang ada dalam kandang. Lantai kandang dapat dibuat dari semen, papan/kayu, atau tanah yang dipadatkan. Untuk dinding kandang disarankan dibuat hanya pada daerahdaerah yang banyak angin dan angin tertiup keras. Atap kandang, dapat berupa genting, daun tebu, daun kelapa, daun umbia, alang-alang atau ijuk. Tempat ransum dan air minum, dapat dibuat dari tembok beton dengan lubang permukaan air pada bagian bawah dan sebaiknya dibuat cekung. Ukuran Ukuran
Kandang kandang
untuk
satu
ekor
sapi
dewasa
adalah
sebagai
berikut
:
Panjang dan lebar lantai 2,10x1,45 m untuk sapi-sapi eks impor. Untuk sapi perah jantan panjang tempat ransum beserta aiir minum adalah selebar tempat sapi yaitu sekitar 1,45-1,50 m, tempat ransum panjangnya 25-100 cm, lebar 50 cm dan kedalamannya 40 cm. Panjang tempat air minum adalah 45-55 cm, lebar 50 cm dan kedalamannya 40 cm. Pada bagian belakang sapi dibuat selokan dengan lebar sekitar 25-30 cm dan kedalaman 15-20 cm. Jalan samping antara jalan kedua baris sapi pada kandang tipe ganda harus dibuat dengan lebar 1
m.
2.5.
Analisis
Ekonomi
Untuk menetukan layak atau tidaknya pengembangan industri ini, pendekatan analisis data lebih diarahkan pada finansial. Analisis kelayakan Finansial merupakan salah satu bagian dari analisi proyek yang memandang kelayakan dari aspek badan atau perorangan yang menanam modal (Kadariah, 1986). Penanaman modal ini merupakan kegiatan investasi yang berkaitan dengan peningkatan kinerja perusahaan diantaranya penggunaan alat-alat dan teknologi yang lebih maju. Pujosumarto (1985) menyatakan bahwa analisis finansial merupakan analisis yang berhubungan dengan perbandingan antara pengeluaran dan pemasukan uang. Menurut Jamin (1983) dan Yacob Ibrahim (2003), bahwa langkah-langkah yang diperlukan dalam proses analisis finansial adalah : 1. Menentukan a. rencana penjualan b. hasil-hasil pendapatan c. biaya-biaya biaya pembayaran -
per-satuan lainnya yang
hutang/kredit
waktu setiap
: (tahun) tahun mencakup operasional penyusutan dan pajak
2. Mengidentifikasikan biaya dan manfaat Biaya proyek digolongkan menjadi : a. Investasi: merupakan biaya tetap yang dikeluarkan untuk investasi (sebelum beroperasi, misalnya untuk tanah, konstruksi, peralatan dan sebagainya). b. Biaya operasi/produksi dan pemeliharaan, diantaranya bahan baku, bahan penolong, air, listrik, telpon, bahan baku, peralatan kantor, pemeliharaan mesin/pabrik, gaji/upah dan lainlain. Biaya operasi digolongkan dalam biaya variabel atau modal kerja. 2.5.1. A.
Analisis
Kelayakan Manfaat
proyek Ekonomis.
Usaha peternakan sapi potong membutuhkan investasi awal sebesar Rp. 77.000.000 untuk 192 ekor sapi. Peternakan sapi potong pada tahun kedua sudah dapat mendatangkan hasil. Sedangkan biaya operasional yang harus dikeluarkan adalah sebesar Rp. 273.198.000,selama 6 bulan atau Rp. 546.396.000,untuk setiap tahun.
Dengan investasi tersebut peternakan sapi akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 652.800.000,- per tahun. keuntungan ini masih bisa digandakan dengan investasi yang sama.
Data
lebih
Penjualan Sapi
informatif
dapat
Lama/Frekuensi Potong 1
dilihat
pada
Tabel
Kuantitas Tahun 192
2.3
berikut
Harga/Unit 3.400
:
Jumlah 652.800
B. Keburuhan Biaya. Dalam memulai usaha baru secara ekonomis selalu ada dua jenis biaya yang mesti dipertimbangkan yaitu :
·
Biaya
·
investasi/modal
Biaya
operasional
Biaya investasi merupakan biaya awal yang harus dikeluarkan hingga proyek siap dijalankan. Sedangkan biaya operasional adalah biaya yang harus dikeluarkan secara rutin setiap periode atau setiap tahunnya selama proyek memiliki umur ekonomis. B.1.
Biaya
Investasi
Biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk peternakan sapi potong adalah sebesar Rp. 77.000.000,dengan rincian pada Tabel 2.5 berikut: Tabel
2.4.
Investasi 1. 2. 3.
Biaya
Investasi
Awal
Awal Frekuensi Lahan Kandang 1
5.000 5.000 Total
Usaha
Peternakan
Kuantitas 2 1
Investasi
B.2.
Sapi
Potong
(Rp.
Harga satuan 12.000 48.000
000)
Jumlah 24.000 48.000 peralatan
Awal
77.000
Biaya
Operasional
Adapun besarnya biaya operasional adalah sebesar Rp.273.198.000,- setiap enam bulan atau sebesar Rp.546.396.000,- per tahun dengan rincian seperti terlihat pada Tabel 2.5 berikut : Tabel Biaya 1. 2. 3. 4. 5. 6.
2.5
Rincian
Biaya
Operasional
Usaha
Peternakan
Sapi
Potong
Operasional Frekuensi Kuantitas Harga Satuan Bibit Sapi 96 2.200 Buruh Tetap (Kepala) 6 1 750 Buruh Tidak Tetap 6 7 650 Pengobatan 6 1 300 Ransum 1: Dedak 183 96 1 Ransum 2: Ampas Tahu 183 25 1
(Rp.000) Jumlah 211.200 4.500 27.300 1.800 8.784 5.490
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Biaya Biaya C.
Ransum 3: Kulit Jagung Obat 1. Gayami Obat Mencret 6 Obat Cacing 6 Listrik 6 Angkutan Bibit 0 Biaya Asuransi 0 Operasional Selama Operasional Selama Umur
183
40
6
1 4
10 6
1
6
4 20 10 50 96 20 6 500 Bulan Setahun
7.320 240 144 1.200 300 1.920 3.000 273.198 546.396 Proyek
Penentuan umur proyek yang paling lazim dilakukan adalah dengan mengukur umur aset yang dipakai atau jumlah tahun pemakaian aset tersebut. Cara lain adalah dengan menggunakan umur dari unsur pokok investasi. Jadi, dari data yang dipeoleh dari survey dapat ditentukan bahwa umur proyek ini adalah 5 tahun. 2.5.2.
Kelayakan
Investasi
Analisis investasi digunakan untuk mengukur apakah suatu investasi yang akan dilakukan benr-benar memberikan hasil yang menguntungkan (mendatangkan laba). Analisis ini perlu dilakukan, karena nilai uang sangat dipengaruhi oleh waktu dan tingkat bunga. Nilai Rp. 1.000.000,- saat ini tidaklah sama dengan lima tahun mendatang. Nilai real Rp.1.000.000,akan lebih kecil dari nilai nominalnya. Untuk itu, ada banyak peralatan yang bisa digunakan untuk mengukur kelayakan investasi, diantaranya adalah NPV (Net Present Value), Ratio B/C (ratio Benefit and Cost) dari IRR (Internal Rate Return). Sementara periode mengembalikan dapat diukur dengan menggunakan rumus Payback Periods. Selanjutnya juga akan dihitung Break Even Point (BEP) dan Analisis Sensitivitas. 2.5.3.
Analisis
Proyeksi
Laba/Rugi
Investasi
Sapi
Potong
Analisis Ini diperlukan untuk memberikan gambaran bahwa proyek tersebut sangat profitable yaitu membandingkan nilai profit per tahun dibagi capital dengan suku bungan bank per tahun. Tabel
2.6.
Proyeksi
Laba/Rugi
Investasi
Usaha
Sapi
Potong
(
Rp
000)
Uraian Tahun 1 2 3 4 5 1. Pendapatan a. Penjualan Bersih 652.800 652.800 652.800 652.800 652.800 b. Salvage Value 45.000 2. Total Pendapatan 652.800 652.800 652.800 652.800 697.800 3. Pengeluaran 591.596 514.596 514.596 514.596 514.596 4. Laba Kotor 61.204 138.204 138.204 138.204 183.204 5. Gaji dan Upah 31.800 31.800 31.800 31.800 31.800 6. Laba 29.404 106.404 106.404 106.404 151.404 2.5.4.
Analisis
NPV
(Net
Present
Value)
NPV atau nilai bersih sekarang adalah alat yang digunakan untuk menghitung nilai sekarang dari laba suatu investasi apakah investasi tersebut memberi keuntungan atau bahkan sebaliknya. NPV dihitung dengan cara menghitung nilai sekarang laba (nilai sekarang pendapatn dikurangi nilai sekarang investasi / biaya operasional) tahun pertama hingga tahun terakhir umur proyek invastasi. kemudian nilai sekarang laba tahun pertama hingga tahun terakhir dijumlahkan. Proyek investasi ini baru layak dijalankan (GO) jika total nilai sekarang laba lebih besar dari 0 (Nol). Rumus
yang
digunakan
untuk
NPV
adalah
sebagai
berikut
:
n NPV
=
t=1 K
Σ
BT
(1
-
CT
+
-
i
KT
)
T =
Merupakan modal yang digunakan pada periode Investasi (Biaya Investasi). B1-n = Penerimaan dari tahun ke 1 sampai tahun ke n C1-n = Pengeluaran dari tahun ke 1 sampai tahun ke n (Biaya Operasional) n = Jangka waktu proyek Hasil Tabel
dari
perhitungan
2.7.
Hasil
NPV NPV
nya saha
Tahun Ke Pendapatan Biaya 1 652.800 623.396 2 652.800 546.396 3 652.800 546.396 4 652.800 546.396 5 652.800 546.396 455.020
dapat
dilihat
Peternakan
Laba Diskon 29.404 106.404 106.404 106.404 106.404
pada Sapi
Tabel
2.7
Potong
Faktor NPV NPV 0,84746 24.919 0,71818 76.418 0,60863 64.761 0,51579 54.882 0,43711 46.510
berikut (Rp.
:
000)
Akumulatif 24.919 101.336 166.097 220.979 267.489 267.489
Berdasarkan Tabel 2.7 dapat dilihat, bahwa hasil perhitungan Net Present Value (NPV) = Rp. 267.489.000. Berarti NPV > 0 dengan demikian proyek ini layak untuk di usahakan di Provinsi Jambi. 2.5.5.
Analisis
Gross
Benefit
Cost
Ratio
(Rasio
B/C)
Rasio Gross B/C adalah rasio dari pendapatan (B=Benefit) dibandingkan dengan biaya (C=Cost) yang telah dihitung nilai sekarangnya (telah didiscount factor). Analisis ini pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan analisis NPV. Proyek investasi baru layak dijalankan (go), jika rasio B/C lebih besar dari 1 (satu). Rumus
yang
digunakan
untuk
Grodd
B/C
adalah
sebagai
berikut
:
Σ Gross
b1 B/C
Ratio
=
t=1
(1
+
i
)
t
n Σ t
C1 (1
=1
+ +
i
Ki t
)
Dimana
:
K
=
Merupakan modal yang digunakan pada periode Investasi (Biaya Investasi). B1-n = Penerimaan dari tahun ke 1 sampai tahun ke n C1-n = Pengeluaran dari tahun ke 1 sampai tahun ke n (Biaya Operasional) Hasil
analisis
Rasio
Gross
B/C
dapat
dilihat
pada
Tabel
2.8
berikut
:
Tabel 2.8 Hasil analisis Rasio Gross B/C dapat dilihat pada tabel 2.8 berikut : Tahun
Ke
Pendapatan Biaya Laba 1 652.800 2 652.800 3 652.800 4 652.800 5 652.800 1.773.928 Benefit Go 2.5.6.
Diskon 623.396 546.396 546.396 546.396 546.396
Faktor 29.404 106.404 106.404 106.404 106.404
PV
Cost
Biaya 0,84746 0,71818 0,60863 0,51579 0,43711
PV 528.302 392.413 332.553 281.825 238.835
Ratio
Internal
Rate
Return
Pendapatan 553.220 468.831 397.314 336.707 285.345 2.041.417 1,1507892
(IRR)
Internal Rate Return menghitung tingkat bunga pada saat arus kas sama dengan 0 (nol) atau pada saat laba (pendapatan dikurangi laba) yang telah didiscount factor sama dengan 0 (nol). IRR ini berguna untuk mengetahui pada tingkat bunga berapa proyek investasi tetap memberikan keuntungan. Jika bungan sekarang kurang dari IRR maka proyek dapat diteruskan sedangkan jika bunga lebih dari IRR maka proyek investasi lebih baik dihentikan.
Rumus
yang
digunakan
untuk
IRR
adalah
sebagai
berikut
:
IRR NPV1 IRR i1 = i2 = NPV1 NPV2 Hasil
=
i1
+
NPV1
(i2
-
i1) NPV2
= Tingkat Tingkat = = analisis
IRR
Internal discount discount NPV NPV dapat
rate rate pada pada diliha
Rate Of yang menghasilkan yang menghasilkan tingkat bunga tingkat bunga pada
tabel
2.9
Return NPV1 NPV2 i1 i2
berikut
:
Tabel 2.9 Hasil Analisis IRR Usaha Peternakan Sapi Potong (Rp.000) Tahun Ke Pendapatan Biaya Laba Diskon Faktor PV Laba Diskon Faktor PV Laba 0 0 77.000 -77.000 1,00000 -77.000 1,00000 -77.000 1 652.800 546.396 106.404 0,84746 90.173 0,76923 81.849 2 652.800 546.396 106.404 0,71818 76.418 0,59172 62.961 3 652.800 546.396 106.404 0,60863 64.761 0,45517 48.431 4 652.800 546.396 106.404 0,51579 54.882 0,35013 37.255 5 652.800 546.396 106.404 043711 46.510 0,26933 28.658 455.020 255.744 182.154 Internal
Rate
2.5.7.
of Pay
Return
(IRR)
Back
=
52,75%
Period
(PBP)
Payback periode adalah jangka waktu yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya Investasi yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek.
Rumus
payback
periode
adalah
sebagai
berikut
n Σ Pay
:
n Ii back
Period
(PBP)
Σ =
t=1
Bicp-1 t=1
BP
Dimana Tp-1 = Tahun sebelum Ii = Jumlah investasi yang Bicp-1 = Jumlah benefit yang telah di-discount Bp = Jumlah benefit pada pay
: terdapat PBP telah di-discount sebelum pay back period back period berada.
Tabel
2.10.
Perhitungan
Hasil
Pay
Back
Period
(PBP)
Tahun Ke Investasi awal Biaya Operasional Pendapatan Pendapatan Bersih DF 18% PV Investasi PV Biaya PV Benefit Net 0 77.000 -77.000 1,00000 77.000 1 546.396 652.800 106.404 0,84746 463.047 553.220 2 546.396 652.800 106.404 0,71818 392.413 468.831 3 546.396 652.800 106.404 0,60863 332.553 397.314 4 546.396 652.800 106.404 0,51579 281.825 336.707 5 546.396 652.800 106.404 0,43711 238.835 285.345 77.000 1.708.674 2.041.417 Pay 3,8592
Back
Period
Berdasarkan hasil perhitungan discount factor dalam tabel 2.10, didapat nilai pay back period sebesar 3,859 yang berarti pada tahun ke-3 bulan ke-9, semua investasi akan kembali. 2.5.8.
Analisis
Break
Even
Point
(BEP)
Beak even adalah Suatu keadaan dimana seluruh penerimaan (Total Revenue, TR) hanya mampu menutup seluruh pengeluaran (Total Cost, TC), atau dengan kata lain bahwa Break Even akan terjadi keadaan dimana total Revenue = Total Cost atau TR = TC Asumsi yang digunakan adalah : · Harga Jual tidak berubah · Seluruh biaya dapat dibagi kedalam biaya tetap dan biaya variabel · Biaya variabel bersifat proporsional Dalam
unit
Rumus
BEP
adalah
sebagai
berikut
n
: n
Σ BEP
TCi
Σ
=
Bicp-1 t=1
t=1
BP
Dimana
:
Tp-1 = Tahun sebelum terdapat BEP TCi = Jumlah investasi yang telah di-discount Bicp-1 = Jumlah benefit yang telah di-discount sebelum Break Even Point Bp = Jumlah benefit pada Break Even period berada. Tabel
2.11.
Perhitungan
Tahun 0
Total Cost 77.000
Pendapatan -77.000
Hasil
Break
Benefit Diskon 1,00000
Even
Faktor TCi 77.000
Point PV
(BEP)
Pendapatan Bi 0 -77.000
1 546.396 2 546.396 3 546.396 4 546.396 5 546.396 1.785.674 Break
652.800 652.800 652.800 652.800 652.800
106.404 106.404 106.404 106.404 106.404
Even
0,84746 0,71818 0,60863 0,51579 0,43711 2.041.417
Point
463.047 392.413 332.553 281.825 238.835
553.220 468.831 397.314 336.707 285.345
(BEP)
90.173 76.418 64.761 54.882 46.510 255.744
=
4,10.
Berdasarkan hasil perhitungan discount factor dalam tabel 2.10, didapat nilai break weven point sebesar 4,10 yang berarti pada tahun ke-4 bulan ke-1, terjadi titk pulang pokok atau TR=TC, sehingga pada tahun tersebut arus penerimaan dapat menutupi segala biaya operasional dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya. 2.5.9.
Analisis
Rate
of
Return
on
Investment
(ROI)
Yaitu suatu analisis untuk mengetahui kemampuan modal yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Rumus
dari
Rate
ROI Pendapatan JUmlah
Return
on
bersih
Pendapatan Jumlah
Analisis
Investment
(ROI)
x
bersih investasi
ROI 106.404.000 546.396.000 2.5.10.
of
100
= = x
%
Usaha
:
% Investasi
Rp. Rp.
100
Sensitivitas
adalah
106.404.000,546.396.000,=
19,47
Peternakan
Sapi
%
Potong
Analisis sensitivitas dilakukan untuk menguji apakah suatu usaha tetap layak dijalankan pada tingkat harga tertentu dengan menaikkan biaya secara periodik. Semakin tinggi sesitivitas suatu usaha maka akan semakin mudah usaha tersenut jatuh. Kelayakan dihitung dengan menggunakan NPV, Benefit Rasio dan IRR. Penguji usaha sapi potong ini, dilakukan dengan asumsi terjadi kenaikan biaya hingga 2 persen per tahun. HAsil penganalisaan dapat diamati pada tabel-tabel berikut : Hasil Tabel Tahun 0 1
penghitungan 2.12.
Hasil
Analisis
Sensitivitas
Analisis
Ke Pendapatan Biaya 0 77.000 652.800 557.324
Usaha
Sensitivitas Laba Diskon -77.000 95.476
Peternakan
Untuk
Sapi
NPV
Faktor NPV NPV 1 -77.000 0,84746 80.912
Potong:
(Rp.
000)
Akumulasi -77.000 3.912
2 3 4 5.
652.800 652.800 652.800 652.800
568.470 579.840 591.437 603.265
84.330 72.960 61.363 49.535
NPV 363.664
0,71818 0,60863 0,51579 0,43711
60.564 44.406 31.651 21.652
yaitu
64.476 108.882 140.533 162.185 GO 162.185
Berdasarkan Tabel 2.12 dapat dilihat, setelah dilakukan proyeksi kenaikan 2 persen pertahun, maka hasil perhitungan Net Present Value (NPV) masih relatif tinggi yaitu Rp. 162.185.000. Berarti NPV > 0 dengan demikian usaha peternakan sapi potong di Provinsi Jambi masih layak diusahakan. Tabel
2.13.
Hasil
Analisis
Tahun Ke Pendapatan Biaya 0 0 77.000 1 652.800 557.324 2 652.800 568.470 3 652.800 579.840 4 652.800 591.437 5 652.800 603.265 1.799.424 B/C
Sensitivitas Laba
Untuk
Diskon -77.000 95.476 84.330 72.960 61.363 49.535
Ratio
Rasio
Faktor
PV 1 0,83333 0,69444 0,57870 0,48225 0,40188
Gross
B/C
Biaya
PV Pendapatan 77.000 0 464.437 544.000 394.771 453.333 335.555 377.778 285.222 314.815 242.439 262.346 1.952.272
Yaitu
Benefit 1,0849425
(Rp.000)
GO
Cost
Ratio
Dengan kenaikan biaya produksi 2 persen pertahun, maka nilai B/C ratio menurun dari 1,15078 menjadi 1,08449 namun nilainya masih berada diatas 1. Hal ini mengindikasikan usaha peternakan ini masih layak untuk diusahakan. Tabel
2.14.
Hasil
Analisis
IRR
Usaha
Peternakan
Sapi
Potong
(Rp.000)
Tahun Ke Pendapatan Biaya Laba Diskon Faktor 1 PV Laba 1 Diskon Faktor 2 PV Laba 2 0 0 77.000 -77.000 1 -77.000 1 -77.000 1 652.800 480.324 172.476 0,84746 146.166 0,76923 132.674 2 652.800 579.840 72.960 0,71818 52.399 0,59172 43.172 3 652.800 591.437 61.363 0,60863 37.348 0,45517 27.931 4 652.800 603.265 49.535 0,51579 25.549 0,35013 17.343 5 652.800 615.331 37.469 0,43711 16.378 0,26933 10.092
393.804
277.840
154.211 Internal
Rate
of
Return
(IRR)
38,23
Dengan usaha peternakan sapi pada tingkat harga jual Rp.3.400.000 per ekor usaha ini layak untuk dijalankan, jika terjadi kenaikan biaya produksi hingga 2% per tahun. Namun bila kenaikan biaya lebih dari 5% maka usaha ini kurang layak untuk dijalankan. Namun sensitivitas ini dapat diturunkan dengan menaikan harga jual. 2.6.
Aspek
Pemasaran
Konsumsi daging sapi/kerbau masyarakat Jambi pada tahun 1997 sebesar 9,1 kg/kapita/tahun, sedangkan Nasional Gizi (SGN) untuk per pelita II sebesar 10,11 kg/kapita/tahun (Widya Karya Pangan dan Gizi, 1995).Pada tahun 2004 berdasarkan data statistik kebutuhan konsumsi penduduk perkapita daging sapi segar adalah 10,15 kg/tahun.
Dengan demikian kebutuhan akan daging sapi segar per kapita/tahun penduduk Provinsi Jambi pada tahun 2005 sebesar 2.619.553 jiwa x 10,15 kg/tahun=26.588,46 ton/tahun, sedangkan produksi diperkirakan hanya 3.900 ton, jika standar gizi ini digunakan, maka kekurangan daging sapi diprovinsi jambi relative besar yaitu 22.688 ton pada tahun 2005 ini. Tabel 2.15. Kebutuhan Daging per Kapita/Tahun di Provinsi Jambi Tahun 2004 (Berdasarkan standar gizi konsumsi) No Kab. /Kota Jumlah Penduduk Jumlah Kebutuhan per-kapita/tahun (kg) Jumlah Kebutuhan Kab. /Kota per tahun (ton) 1 Kerinci 303.120 10,15 3.076,67 2 Jambi 451.968 10,15 4.587,48 3 Batanghari 209.817 10,15 2.129,64 4 Muaro Jambi 274.691 10,15 2.788,11 5 Bungo 241.392 10,15 2.450,13 6 Tebo 235.206 10,15 2.387,34 7 Merangin 275.534 10,15 2.796,67 8 Sarolangun 195.909 10,15 1.988,48 9 Tanjab Barat 228.514 10,15 2.319,42 10 Tanjab Timur 203.402 10,15 2.064,53 Provinsi Jambi 2.619.553 10,15 26.588,46 Sumber : Disperindag provinsi Jambi, BPS Provinsi jambi 2005 (data diolah)
Kebutuhan daging sapi pada tahun 2002 dipasok dari luar sebesar 40%, tahun 2003 pasokan dari luar terus meningkat menjadi 67%. Keadaan ini menunjukan peningkatan kebutuhan daging sapi di Jambi, tidak diikuti dengan produksinya, sehingga ketergantungan pasokan
dari daerah lain terus maningkat. Gambaran ini dapat disimpulkan, bahwa prospek usaha peternakan di Provinsi jambi sangat potensi dan menguntungkan.
Pada Tabel 2.16 dibawah dapat dilihat perkembangan populasi sapi di Provinsi Jambi, dimana selama periode 1999-2004 pertumbuhan rata-rata populasi ternak sapi mengalami penurunan sebesar 1,39 persen pertahun. Tabel 2.16 : Perkembangan Populasi Ternak di Prov. Jambi 1999-2004 (ekor). JENIS TERNAK 1999 2000 2001 2002 2003 2004 GR Sapi Potong 150.253 142.054 138.398 141.600 145.32 150.220 Kerbau 77.322 70.102 68.003 69.713 70.157 70,715 Kambing 120.340 122.386 122.664 126.796 126.796 129,020 Domba 48.220 45.701 45.70 45.532 45.532 45,915 Babi 13.905 13.446 12.440 11.309 11.309 20.952 Ayam Buras 3.994.049 4.195.949 3.124.160 3.439.960 3.809.866 4.190.853 Ayam Broiler 2.817.880 4.793.997 5.574.160 5.424.441 6.463.799 6.890.903 Ayam Petelur 205.163 268.497 286.133 445.453 589.576 848.989 Itik 625.627 628.169 439.428 496.798 709,396 900,993 Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jambi Tahun
(%) -1,39 -1,77 1,40 -0,96 8,55 0,97 19,58 32,85 7,57 2005.
Tabel 2.16 juga memperlihatkan ternak lain seperti kerbau dan domba juga mengalami penurunan populasi. Bila dikaitkan dengan kebutuhan daging perkapita, pada tahun 1997 hanya sebesar 9,1 kg/kapita/tahun, kemudian meningkat menjadi 10,15 kg/kapiata/tahun pada tahun 2004. Keadaan ini mengindikasikan investasi dibidang usaha peternakan sapi potong di Jambi sangat menguntungkan, sejalan dengan peningkatan pendapatan dan konsumsi masyarakat terhadap daging sapi yang terus meningkat. 2.7.
Aspek
Lingkungan
Secara geografis ketiga kabupaten yang ditawarkan untuk investasi usaha peternakan sapi potong sangat sesuai dan mempunyai potensi yang besar di masa depan. Potensi sumber daya alam berkaitan dengan potensi hijauan pakan ternak, seperti pada padang pengembalaan alami diman lahan yang ditumbuhi hijauan alami pada daerah rawa-rawa maupun lahan kering banyak terdapat disekitar tempat-tempat pengembalaan sapi.
Bila dibandingkan antara luas wilayah dengan jumlah penduduk pada masing-masing desa, maka kepadatan penduduk terhadap wilayah menunjuka proposi yang masih cukup luas, artinya kepadatan per wilayah untuk setiap orang masih luas. Dampak luasnya wilayah tersebut, maka sektor ketenagakerjaan masyarakat semakin berpeluang dalam berusaha tani maupun beternak untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada.
Seperti daerah-daerah lainya, maka daerah yang ditawarkan untuk pengembangan usaha ternak sapi potong tersebut sebagian besar (82%) bekerja disektor pertanian. Sektor ini akan berperan terhadap ekonomi rumah tangga petani dan membentuk struktur perekonomian wilayah pengembangan peternakan sapi potong tersebut.
Tabel
2.17
:
Karakter Lahan dan kesesuaian Lingkungan untuk Usaha pengembangan Sapi Potong di Provinsi Jambi. Uraian Karakter Lahan Lahan Basah Kering Lahan Kering Lahan Kering Topografi 0-100 M dpi 100-500 M dpi >100 m HIdrologis Dengan genangan air, tanda hujan, semi tergenagng. Tidak pernah tergenang. Tidak pernah tergenang. Vegetase Hutan alam dan produksi, rawa-rawa, rumput alam, swah tadah hujan dan irigasi. Hutan Produksi, perkebunan tetap, semak belukar. Suaka alam dan hutan produksi, perkebunan teh, semak belukar. Komoditas ternak Unggulan Padang pengembalaan, rumput alam, hijauan pakan ternak, ternak kerbau dan sapi. Rumput alam, hijauan pakan ternak, ternak sapi. Sayur-mayur, dan buah-buahan, hijauan pakan ternak, ternak kambing. Wilayah Cakupan Zona 3 Kawasan Agropolitan Kab. Muaro Jambi untuk usaha pengembangan peternakan. Kawasan Sentra Produksi (KSP) untuk peternakan sapi dan kambing yaitu KSP Rimbo Bujang dan Pamenang. Sebagian kabupaten Merangin dan seluruh wilayah kabupaten Kerinci.
Dari aspek budaya (Culture) masyarakat diwilayah pengembangan peternakan sapi potong tersebut sangat lekat dengan usaha ternak, terutama kerbau dan sapi, karena disamping sumber pendapatan utama, sapi dan kerbau tersebut juga digunakan untuk membajak sawah dan mengangkut hasil pertanian kerumah dan ke kota kecamatan untuk dipasarkan.
Dengan demikian aspek budaya dan etos kerja yang gigih dari masyarakat diwilayah pengembangan usaha peternakan sapi potong yang ditawarkan tersebut sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mendukung usaha peternakan sapi potong tersebut. 2.8.
Aspek
Legalitas
Meliputi keseluruhan perijinan dan lembaga yang berwenang memberikan izin berikut dengan waktu yang diperlukan. Tabel
2.18.
Jenis Perijinan dan Lembaga yang Berwenang Memberikan Izin serta Waktu yang Perlukan Dan Perkiraan Biaya yang Dibutuhkan Untuk Investasi Di Provinsi Jambi Tahun 2005. Jenis Perijinan Lembaga Yang Berwenang Waktu Yang Diperlukan Perkiraan Biaya Yang Muncul Keterangan Ijin
Pusat
- SP Penanaman Modal BKPM 10 Hari Kerja Rp. 1.000.000 Biaya Untuk Pengecekan Lapangan APIT BKPM/Bea Cukai 10 Hari Kerja Rp. 1.000.000 RPTK BKPM/BPMPD Depnakertrans 10 Hari Kerja Rp. 1.000.000 - SP Pabean brg Modal BKPM/Bea Cukai 10 Hari Kerja Rp. 1.000.000 - SP Pabean Bahan Baku BKPM/Bea Cukai 10 Hari Kerja Rp. 1.000.000 IUT BKPM/Departemen Terkait 10 Hari Kerja Rp. 1.000.000 Ijin Daerah - Lokasi Kantor Pertanahan 30 Hari Kerja Retribusi daerah 1 s/d 100 ha yaitu 5000/ha Retribusi Leges Rp. 500.000,- IMB Kadis Perkotaan, Pasar dan Pertamanan 12 Hari Kerja Kandang Ternak Rp. 800/M2 Tergantung Kabupaten/Kota dan Jenis Usaha - HO Setda Kabupaten bagian Perekonomian 7 Hari Kerja Tarif Lingkungan X Luas ruang X Indeks Lokasi X Indeks Gangguan Tarif diatas luas 100 M2 = Rp. 150/M2 Indeks Gangguan 2 Indeks lokasi 2 - Amdal Bappelda 30 Hari Kerja Jenis dan skala Usaha serta lokasi - Izin Usaha Peternakan Kadis Pertanian, Perikanan dan Peternakan 15 hari Kerja Retribusi Leges Rp. 3.000 Fasilitas yang diperoleh Bea Cukai BKPM 10 Hari Kerja Keringanan bea masuk atas pengimporan brg modal atau bhn baku/penolong dan fasilitas fiskal lainnya. BAB PENUTUP
III
Usaha peternakan sapi potong pada tingkat harga jual Rp.3.200.000 sampai Rp.3.400.000 per ekor, jika terjadi kenaikan biaya produksi hingga 2% per tahun. Namun bila kenaikan biaya produksi lebih dari 5% per tahun, maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan. Namun harga jual ini perkirakan mengalami kenaikan, sejalan dengan meningkatnya harga kebutuhan pokok sehari-hari, karena kenaikan harga BBM yang mencapai 85 persen per 1 Okt ober 2005 ini.
Oleh kerena itu Investasi usaha peternakan sapi potong sangat layak (feasible) dilakukan di Kabupaten Tebo, Muaro Jambi dan Merangin, berdasarkan analisa ekonomi dan finansial, analisa produksi dan analisa pasar yang meliputi daya serap pasar lokal dan pasar regional serta pasar internasional seperti pasar Singapura dan Malaysia sangat berdekatan dengan provinsi Jambi. Berkenaan dengan Investor diharapkan dapat berhubungan dan kontak langsung dengan : 1 Pemerintah Provinsi Jambi melalui Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah Jalan RM. Noor Admadibrata No. 1 A Telp.(0741) 669352 fax (0741) 60450 Jambi. 2 Dinas Peternakan Provinsi Jambi Jl. Kol. Abunjani Sipin Jambi. 3 Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi melalui Biro Ekonomi dan Pembangunan, Kantor pertanian dan Peternakan kabupaten Muaro Jambi di perkantoran Bupati di Sengeti. 4
Pemerintah Kabupaten Tebo melalui Biro Ekonomi dan Pembangunan, kantor pertanian dan peternakan Kabupaten Tebo di Muaro Tebo. 5 Pemerintah Kabupaten Merangin melalui Biro Ekonomi Pembangunan, Kantor Pertanian dan Petrnakan Kabupaten merangin di Bangko. 6 Kontak langsung dengan pengusaha pabrik makanan ternak dan pembibitan ternak PT. Japfa Comfeed Indonesia cabang Jambi. 7 Usaha Peternakan sapi potong di sungai Gelam kabupaten Muara Jambi. update Sunday, October 8, 2006 D I P O S K A N O L E H H E N D R I S A N T O S O P A D A 0 2 . 0 1 0 KOMENTAR:
POSKAN KOMENTAR Berlangganan Poskan Komentar [Atom] << Beranda POSTING SEBELUMNYA Oknum Polisi Paksa Siswa SMA Berbuat Mesum Dua ok... Perkosa GadisPNS Dibekuk Monday, 18 February 2008... .::: Tanggo Rajo :::.Kawasan di depan Rumah Dinas ... Kawasan obyek wisata budaya::: Taman Mini Jambi & ... ::: Makam Sultan Thaha Syaifuddin :::..Makam pahla... sarana transportasi di jambiSaat ini sarana & pras... Arti lambang kota jambiKetentuan mengenai Lambang ... penerbangan dijambi Nama Jadwal Penerbangan ... sejarah kota jambi Kota Jambi adalah ibukota Prop... Bocah 4 Tahun Tewas Terbakar Monday, 24 December ... MENGENAI SAYA HENDRI SANTOSO JL.10.UNIT 5.KEC RIMBO BUJANG.KAB TEBO.PROV, JAMBI,SUMTRA,, INDONESIA
saya sekarang lagi kuliah di semarang jawa tenagah,di universitas dian nuswantoro,(dinus.ac.id)ambil fakultas Teknik informatika S1,skarang br semester 4 no hp 085226409660 LIHAT PROFIL LENGKAPKU Berlangganan Entri [Atom]