Nama
: I Gede Angga Mardika
NIM
: P07134014029
Semester
: IV WIDAL TEST
Hari, Tanggal Praktikum
: Kamis, 17 Maret 2016
Tempat Praktikum
: Laboratorium Imunoserologi JAK Poltekkes Denpasar
A. Tujuan Untuk mengetahui adanya antibody spesifik dalam serum terhadap antigen Salmonella secara kualitatif dan semikuantitatif berdasarkan reaksi aglutinasi. B. Prinsip Berdasarkan reaksi aglutinasi secara imunologis antara antibody dalam serum dengan suspensi bakteri sebagai antigen yang homolog. C. Metode Slide aglutination test. D. Dasar Teori Demam tifoid adalah penyakit demam sistemik berkepanjangan yang disebabkan oleh serotipe Salmonella tertentu termasuk Salmonella typhi, S. paratyphi A, S. paratyphi B dan S. paratyphi C. Manusia adalah satu-satunya tuan rumah reservoir untuk demam tifoid, dan penyakit ini ditularkan oleh air yang terkontaminasi bakteri fecal dan makanan di daerah endemik.Demam tifoid merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara berkembang dan diagnosis klinisnya sangat sulit. Diagnosis di negara-negara berkembang seperti Ethiopia banyak dilakukan dengan uji Widal. Namun, nilai dari tes ini masih diperdebatkan. Oleh karena itu, mengevaluasi hasil tes ini sangat diperlukan untuk interpretasi yang benar dari hasilnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 21 juta kasus demam tifoid dengan
jumlah > 600.000 kematian setiap tahunnya. Kasus-kasus semacam ini lebih mungkin untuk dilihat di India, Amerika Selatan dan Tengah, dan Afrika yaitu di daerah dengan pertumbuhan yang cepat penduduknya, peningkatan urbanisasi, dan air bersih terbatas, infrastruktur, serta sistem kesehatan yang buruk. Darah, sumsum tulang dan kultur tinja adalah metode diagnostik yang paling dapat diandalkan tetapi teknik ini adalah teknik yang mahal dan beberapa fasilitas kultur bakteri seringkali tidak tersedia. Di banyak negara termasuk Ethiopia, tes Widal adalah tes yang paling banyak digunakan dalam diagnosis demam tifoid karena relatif murah, mudah dilakukan dan membutuhkan pelatihan dan peralatan yang minimal. Meskipun tes Widal telah digunakan selama lebih dari satu abad,namun nilai tes ini untuk mendiagnosa demam tifoid masih diperdebatkan selama bertahun-tahun seperti yang telah ada.( Gizachew Andualem.dkk,2014 ) Demam tifoid adalah penyakit multi-sistemik parah yang ditandai dengan demam berkepanjangan dan berkelanjutan oleh bakteremia tanpa endotel atau endocardial dan invasi bakteri dan multiplikasi dalam sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar getah bening dan patch Peyer. Hal ini disebabkan oleh Salmonella typhi yaitu sebuah basil Gram negatif . Penyakit ini unik untuk manusia, hal itu ditandai dengan malaise, demam, perut tidak nyaman, ruam transient, splenomegali, hepatomegali, bradikardia, dan leukopenia, komplikasi utama yang paling menonjol adalah perdarahan usus, dan perforasi. Teknik yang berbeda digunakan untuk diagnosis tifus, termasuk kultur darah, kultur sumsum tulang, kultur usap dubur, kultur urin, tes widal, ELISA, dan imunofluoresensi . Tes widal adalah tes serologi dugaan demam tifoid, dalam kasus infeksi Salmonella.Tes widal memiliki sedikit relevansi klinis karena jumlah infeksi bereaksi silang dan sensitivitas yang relatif rendah dan spesifisitas . ( Mohammed Abdul,2013 ). Hasil positif palsu dapat berhubungan dengan antibodi bereaksi silang dari serum pasien demam selain demam tifoid. Tes Widal memiliki sensitivitas rendah, spesifisitas dan nilai prediktif positif, tetapi memiliki nilai prediksi negatif baik
yang menunjukkan bahwa negatif hasil tes Widal memiliki indikasi yang baik untuk tidak adanya penyakit.( Yagoub Hamadt Allah Elhaj Abd Elseed,2015 )
E. Sampel Serum ( Serum disimpan dalam suhu 2-8 oC jika tidak diperiksa dalam 24 jam dan suhu -20oC dalam 4 minggu ) F. Bahan 1. Suspensi antigen O : Salmonella typhi O Salmonella paratyphi AO Salmonella paratyphi BO Salmonella paratyphi CO Control serum positif Control serum negatif Buffer glisin saline 2. Suspensi antigen H : Salmonella typhi H Salmonella paratyphi AH Salmonella paratyphi BH Salmonella paratyphi CH G. Alat 1. Mikropipet 2. Yellow tip 3. Slide / objek glass / gelas benda 4. Rotator 5. Pengaduk plastic dalam kit 6. Tabung reaksi 7. Rak tabung reaksi H. Interpretasi Hasil
( - ) = tidak ada aglutinasi
( + ) = ada aglutinasi
I. Cara Kerja Cara kerja kualitatif 1. Alat dan bahan disiapkan di atas meja praktikum 2. Diteteskan 1 tetes suspensi antigen 3. Serum di pipet 0.08 ml / 80 mikron dan diteteskan di atas slide 4. Serum dan antigen diaduk menggunakan batang pengaduk atau tusuk gigi steril selama 5 detik lalu digoyangkan selama 1 menit 5. Setelah digoyangkan,hasilnya langsung diamati dan dibandingkan dengan kontrol positif dan negatifnya Metode titrasi slide 1. Masing-masing serum dipipet 0.08 ml,0.04 ml,0.02 ml,0.01 ml dan 0.005 ml yang tidak diencerkan pada gelas benda 2. Masing-masing serum ditambahkan dengan 1 tetes antigen suspensi antigen,lalu aduk selama 5 detik dan goyangkan selama 1 menit kemudian amati hasilnya 3. Tentukan hasil akhir atau titernya
Volume serum
Ekuivalen pengenceran
0.08 ml
1:20
0.04 ml
1:40
0.02 ml
1:80
0.01 ml
1:160
0.005 ml
1:320
Metode aglutinasi tabung 1. Dibuat satu seri pengenceran serum dengan menggunakan saline atau 0.25% fenol saline sebagai pengencer ( diluent ) sebagai berikut : No.tabung
Diluent ( ml )
Serum ( ml )
Pengenceran
1
1.9
0.1
1:20
2
1.0
1.0
1:40
3
1.9
1.0
1:80
4
1.0
1.0
1:160
5
1.9
1.0
1:320
6
1.0
1.0
1:640
7
1.9
1.0
1:1280
8
1.0
0.0
kontrol
2. Ditambahkan masing-masing serum dengan 1 tetes suspense antigen pada setiap tabung pengenceran.Suspensi antigen tidak perlu diencerkan.Dikocok semua tabung 3. Semua tabung diinkubasi pada : Suhu 50oC selama 4 jam untuk pembacaan titrasi antigen O Suhu 50oC selama 2 jam untuk pembacaan titrasi antigen H 4. Ditentukan hasil akhir atau titer masing-masing antibody J. Hasil Pengamatan No.
Nama Pasien
JK
1
I Kadek Hardyawan
Laki-laki
Umur 20 Tahun
Uji kualitatif : 1. Pengenceran 20 mikron Terjadi aglutinasi (+) antara antibody ( serum ) dengan antigen pada serotype Salmonella paratyphi AO,BO,CO dan BH
2. Pengenceran 10 mikron Masih terjadi aglutinasi yang menunjukan hasil positif pada serotype Salmonella paratyphi AO,BO,CO dan BH sehingga didapat titer pasien sebagai berikut :
Salmonella paratyphi AO = (+) 1/160
Salmonella paratyphi BO = (+) 1/160
Salmonella paratyphi CO = (+) 1/160
Salmonella paratyphi BH = = (+) 1/160
Foto-foto pengamatan Reagen + Serum
Pengenceran 20 µ
Pengenceran 10 µ
K. Pembahasan Demam tifoid adalah penyakit demam sistemik berkepanjangan yang disebabkan oleh serotipe Salmonella tertentu termasuk Salmonella typhi, S. paratyphi A, S. paratyphi B dan S. paratyphi C. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 21 juta kasus demam tifoid dengan jumlah > 600.000 kematian setiap tahunnya. Kasus-kasus semacam ini lebih mungkin untuk dilihat di India, Amerika Selatan dan Tengah, dan Afrika yaitu di daerah dengan pertumbuhan yang cepat penduduknya, peningkatan urbanisasi, dan air bersih terbatas, infrastruktur, serta sistem kesehatan yang buruk. ( Gizachew Andualem.dkk,2014 ) Diagnosis akurat demam tifoid pada tahap awal ini penting tidak hanya untuk diagnosis etiologi, tetapi juga untuk mengidentifikasi individu yang dapat berfungsi sebagai pembawa potensial, yang mungkin bertanggung jawab untuk wabah demam tifoid akut. Teknik yang berbeda digunakan untuk diagnosis tifus, termasuk kultur darah, kultur sumsum tulang, kultur usap dubur, kultur urin, tes widal, ELISA, dan imunofluoresensi . Tes widal adalah tes serologi dugaan demam tifoid, dalam kasus infeksi Salmonella. Prinsip penetapan kadar tes widal ini adalah tes aglutinasi cepat menggunakan standar S. typhi O dan suspensi antigen H yang bertujuan untuk melakukan tes serum terhadap somatik dan antigen flagellar. Ketika antibodi menggabungkan dengan antigen sel hidup (membentuk bagian dari sel - bakteri misalnya, atau bagian inert antigen terikat) sel-sel menggumpalkan, itu berarti mereka membentuk gumpalan (yaitu penggumpalan sel seperti bakteri di hadapan antibodi.Antibodi atau molekul lain mengikat beberapa partikel dan bergabung dengan mereka, menciptakan sebuah kompleks besar).( Mohammed Abdul,2013 ). Pada praktikum kali ini,praktikan telah melakukan pemeriksaan widal terhadap sampel serum pasien atas nama I Kadek Hardyawan ( 20 tahun ) dengan
jenis kelamin laki-laki.Sampel serum yang digunakan diambil satu hari sebelum pemeriksaan dan disimpan pada suhu 8oC agar tidak terjadi kerusakan pada serum yang dapat menyebabkan hasil positif palsu atau negatif palsu akibat suhu yang tidak sesuai.Sampel serum pasien memiliki karakteristik yaitu berwarna kekuningan dengan volume ± 2 ml.Untuk reagen yang digunakan adalah suspensi antigen Salmonella dengan merk Remel yang memiliki sensitifitas 89,50% dan akurasi 87,91% yang lebih baik dibandingkan reagen-reagen lainnya.Pada pratikum ini,tidak dilakukan prosedur sesuai dengan ketentuan tetapi pengenceran yang dilakukan dimulai dari pengenceran 20 µ karena ketersediaan reagen dan volume serum pasien yang kurang mencukupi untuk dilakukan pemeriksaan widal yang sesuai.Langkah pertama yang dilakukan pada pemeriksaan ini adalah pengenceran 20 µ dengan cara meneteskan 1 tetes reagen suspensi Salmonella typhi O,Salmonella paratyphi AO,Salmonella paratyphi BO,Salmonella paratyphi CO, Salmonella Typhi H,Salmonella paratyphi AH,Salmonella paratyphi BH dan Salmonella paratyphi CH di atas slide test berwarna putih.Dalam penetesannya,botol regagen harus diposisikan secara tegak lurus dan saat reagen menetes,reagen tidak disentuhkan secara langsung ke permukaan slide melainkan dijatuhkan secara langsung agar volume yang dikeluarkan sesuai dan tidak kurang.Setelah itu,diteteskan 20 µ serum menggunakan mikropipet 20µ ke setiap slide yang sudah diteteskan reagenreagen suspense Salmonella.Pada saat meneteskan serum pasien juga tidak langsung mengenai reagen karena jika serum dan reagen bersentuhan secara langsung sebelum penghomogenan dapat menyebabkan serum dan reagen langsung bereaksi sehingga waktu yang digunakan melebihi ketentuan dan dapat menyebabkan hasil positif palsu.Kemudian Dihomogenkan semua campuran tadi selama 5 detik mengunakan tusuk gigi steril hingga campuran membentuk lingkaran berdiameter ± 3 cm,lalu digoyangkan slide selama 1 menit.Setelah slide digoyangkan,diamati hasil yang terjadi pada semua campuran di tempat yang terang.Berdasarkan praktikum,pada pengenceran 20 µ ini didapatkan hasil sebagai berikut :
Reagen
O
AO
BO
CO
H
AH
BH
CH
Hasil
-
+
+
+
-
-
+
-
Sesuai dengan interpretasi hasil,hasil positif terjadi pada reagen suspensi Salmonella
Paratyphi
AO,BO,CO
dan
BH
yang
ditunjukkan
dengan
penggumpalan ( aglutinasi ) pada campuran berupa pasir-pasir halus yang terlihat bergerak saat digoyangkan.Karena adanya hasil positif pada pemeriksaan ini,maka pemeriksaan dilanjutkan dengan pengenceran 10 µ.Langkah dalam pemeriksaan tahap ini adalah diteteskan 1 tetes reagen suspensi Salmonella yang positif terjadi aglutinasi ke slide sesuai dengan serotipenya yaitu AO,BO,CO dan BH.kemudian
diteteskan
10
µ
serum
ke
slide
yang
sudah
berisi
reagen.Dihomogenkan campuran hingga membentuk lingkaran berdiameter ±3 cm selama 5 detik dan langsung digoyangkan selama 1 menit,setelah itu hasilnya langsung diamati.Menurut hasil yang terbentuk,semua suspensi Salmonella mengalami aglutinasi.
Reagen
AO
BO
CO
BH
Hasil
+
+
+
+
Titer
1/160
1/160
1/160
1/160
Dari hasil ini,dapat dikatakan bahwa serum pasien memiliki kadar titer antibodi yaitu 1/160.Namun,praktikum kali ini tidak dilanjutkan ke pengenceran 5 µ karena ketersediaan reagen dan serum serta keterbatasan waktu. Penyakit ini biasa menyerang manusia, hal itu ditandai dengan malaise, demam, perut tidak nyaman, ruam transient, splenomegali, hepatomegali, bradikardia, dan leukopenia, komplikasi utama yang paling menonjol adalah perdarahan usus, dan perforasi. Infeksi terjadi pada semua kelompok umur
dengan insiden yang lebih tinggi dan lebih presentasi klinis bervariasi pada anakanak . Manusia terinfeksi melalui makan makanan mentah atau setengah matang, termasuk daging, unggas, telur dan produk susu . Diagnosis klinis demam tifoid sangatlah sulit, karena gejala yang ditimbulkan beragam dan mirip dengan penyakit demam lainnya .Selain itu, hasil positif palsu terlihat pada pasien yang mendapat vaksinasi sebelumnya atau infeksi atau mengalami beberapa penyakit autoimun, selain itu hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh pengobatan dini,organisme yang tersembunyi di tulang dan sendi serta demam tifoid yang kambuh.( Mohammed Abdul-Daim Saleh,2013 ). Hasil positif palsu dapat berhubungan dengan antibodi yang bereaksi silang dari serum pasien demam selain demam tifoid. Tes Widal memiliki sensitivitas rendah, spesifisitas dan nilai prediktif positif, tetapi memiliki nilai prediksi negatif baik yang menunjukkan bahwa hasil negatif tes Widal memiliki indikasi yang baik untuk mendiagnosa tidak adanya penyakit. Namun demikian, dengan menggunakan tes Widal sebagai satu-satunya uji laboratorium untuk diagnosis demam tifoid akan menghasilkan diagnosis menyesatkan. Oleh karena itu, sangat penting untuk menggunakan teknik kultur untuk mendiagnosis demam enterik ini.( Yagoub Hamadt Allah Elhaj Abd Elseed,2015 ) L. Simpulan Dari hasil praktikum pemeriksaan widal pada serum pasien atas nama I Kadek Hardyawan jenis kelamin laki-laki didapatkan hasil titer antibodi :
Salmonella paratyphi AO = (+) 1/160
Salmonella paratyphi BO = (+) 1/160
Salmonella paratyphi CO = (+) 1/160
Salmonella paratyphi BH = (+) 1/160
Daftar Pustaka Andualem ,Gizachew.2014. A comparative study of Widal test with blood culture in the diagnosis of typhoid fever in febrile patients.[ online ].tersedia : http://bmcresnotes.biomedcentral.com/articles/10.1186/1756-0500-7-653 [diakses 20 Maret 2016,21.00 wita ] Elseed ,Yagoub Hamadt Allah Elhaj Abd.2015. Comparison between the Widal test and culturing technique in the diagnosis of enteric fever in Khartoum State, Sudan. [ online ].tersedia : .http://www.academicjournals.org/journal/JBR/article-fulltext-pdf/51ADB7E53534 [diakses 20 Maret 2016,21.00 wita ]
Daim
Saleh
,Mohammed
Abdul.2013.Comparison
of
widal
agglutination test with ELISA typhi test for serological diagnosis of typhoid fever in some Iraqi patients in Diyala governorate. [ online ].tersedia : 2016,21.00 wita ]
http://www.journalijar.com [diakses 20 Maret