DINAS PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH ( KIMPRASWIL ) KOTA YOGYAKARTA
PENYUSUNAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN ( R T B L )
Kawasan MALIOBORO
n a a j r e k e P n a p a h a T
N A L U B 1
U N L A U R H N O A A P D A N L E P
N A L U B 5 , 1
A R A T N A N A R O P A L
1
TAHAP PERSIAPAN
DATA
Data Sekunder Hasil Survey Lapangan : Diagram Grafik Peta Peta tematik, dll
TAHAP PENGUMPULAN DATA
2
PROGRAM BANGUNAN & LINGUNGAN
Analisis kawasan & Wilayah Perencanaan
TAHAP ANALISIS
VISI PEMBANGUNAN
T A K N A A R R A E Y P S A M
KONSEP DASAR PERANCANGAN TATA BANGUNAN & LINGKUNGAN
Analisis pengembangan pembangunan berbasis peran masyarakat
3
RENCANA UMUM & PANDUAN RANCANGAN Peruntukan Lahan Makro & Mikro
RENCANA UMUM
Rencana Tapak Rencana Sistem Pergerakan & Aksesibilitas Lingkungan
N A L U B 5 , 1
R I H K A N A R O P A L
TAHAP PERUMUSAN & PENGEMBANGAN PERANCANGAN
Ruang Terbuka Hijau Rencana Wujud Visual 3D Rencana Prasarana & Sarana Lingkungan
PANDUAN RANCANGAN
Ketentuan Dasar Implementasi Rancangan Prinsip-prinsip Pengembangan Pengembangan Rancangan Kawasan
TAHAP PENGEMBANGAN & DUKUNGAN PELAKSANAAN
4 5
RENCANA INVESTASI KETENTUAN PENGENDALIAN RENCANA PEDOMAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN
n a s a w a K i s i V –
m u m u p e s n o k
n a s a w a K i s i V –
m u m u p e s n o k
10
Isu Permasalahan Kawasan
Penataan Koridor
• Penurunan nilai-nilai luhur poros sumbu filosofis • Penurunan kualitas visual wajah kawasan baik sektor formal maupun informal • Kualitas infrastruktur buruk dan tidak terintegrasi • Kurangnya ruang publik untuk berkreatifitas
Kata kunci Perumusan Visi Kawasan Malioboro :
Berbudaya Berkelanjutan
Sistem Sirkulasi & Transportasi Permukiman
Terintegrasi
• Pencemaran Lingkungan • Kenyamanan Sirkulasi dan bertransportasi • Kenyamanan Pejalan Kaki
Manusiawi Ramah Lingkungan Layak Huni
• Kondisi tata bangunan yang buruk • Kualitas lingkungan yang buruk • Kurangnya ruang terbuka dan RTH
Visi Kawasan Malioboro “M ewujud kan Kawasan M aliobo ro Sebagai Pusat Pelayanan Jasa yang Berbasis Budaya, Human is, Berwaw asan Lingkungan dan Berkelanjuta n”
n a s a w a K i s a s i l a t i v e R –
m u m u p e s n o k
Kawasan Cagar Budaya pembentuk ‘Heritag e City’ Benda-benda Cagar Budaya di DIYyang ditetapkan berdasarkan : World Heritage List No. 642, Kep. Mendikbud. 157/ M/ 1998 Kep. Mendikbud. 157/ M/ 1998 Per. Menbudpar. No. PM25/ PW.007/ MKP/ 2007 Per. Menbudpar. No. M.07/ PW.007/ MKP/ 2010 SK Gub. No 210/ KEP/ 2010 SK Gub. No 185/ KEP/ 2011 KawasanMalioboromenjadi salahsatuKCB/KawasanCagarBudayaDIY
Cerminan Sumbu Filosofi ...??
Konsep Revitalisasi Kawasan Malioboro “ M emant apkan Kaw asan Malioboro Sebagai Area Semi Pedest rian ” menuju arahan RTRW Kota Yogyakarta 2010-2029 (Pasal 80) sebagai area khusus pedestrian
n a s a w a K n a g n a b m e g n e P k o l B –
m u m u p e s n o k
Blok Pengembangan Kawasan
n u m U a n a c n e R
1. StrukturPeruntukanLahan 1. A
Peruntukan Lahan Makro Arahan Kawasan RTRW Provinsi
RTRW Kota
Perwal No. 25 Tahun
-
Pengembangan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi tingkat provinsi.
-
Pelestarian kawasan strategis sosial budaya.
-
Pengembangan kawasan pusat pelayanan kota.
-
Pelestarian kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
-
Pengembangan kualitas ruang dan fasilitas sebagai kawasan pariwisata.
-
Blok Malioboro sebagai kawasan pembatas dan jalur bercitra budaya pariwisata dan atau
2013 2. A.
perjuangan dengan dukungan stasiun tugu serta fasilitas perdagangan dan jasa.
Peruntukan Lahan Mikro Koridor Jalan
-
Pengendalian fungsi lahan formal sesuai ZONASI dan aturan intensitas lahan.
-
Pembangunan bangunan baru pada situs dan Kawasan Cagar Budaya, harus memperhatikan komponen pembentuk citra kawasan
-
Pemberlakuan insentif dan disinsentif pada lahan-lahan tidur dan bangunan yang tidak beroperasi pada pengajuan atau perpanjangan izin.
-
Penataan pola peruntukan yang menggunakan model space sharing seperti pembagian ruang bagi PKL, pejalan kaki, parkir, dan sebagainya.
-
Pengaturan area yang diizinkan untuk PKL dan area yang tidak diizinkan, serta pengaturan
-
Revitalisasi dan optimalisasi fungsi pada bangunan cagar budaya yang pemanfaatannya
modul dan bentuk lapak PKL yang seragam B.
Bangunan Cagar Budaya
kurang optimal dengan pemberlakuan insentif & disinsentif C.
Distrik
-
Penciptaan lingkungan permukiman yang tertata baik dengan infrastruktur dasar memadai dan pengendalian ZONA PERUMAHAN intensitas sedang
D.
Ruang Terbuka
-
Pembagian ruang yang seimbang dan proporsional dengan keragaman aktivitas untuk menghidupkan ruang terbuka.
E.
Persimpangan
-
Optimalisasi bangunan pada persimpangan sebagai respon terhadap node kawasan
g n a c n a R n a u d n a P
1. Struktur Peruntukan Lahan sektor formal KW.01 KJ.02
KW.02
Struktur Peruntukan Lahan Segmen Koridor Jalan (KJ) Koridor Jalan 01 [KJ.01]Koridor Jalan Malioboro Jalan A.Yani untuk fungsi komersial perdagangan jasa, kompleks perkantorandan fungsi lindung cagar budaya; Koridor Jalan 02 [KJ.02]Koridor Jalan Sosrowijayan untuk f ungsi perdagangan jasa Koridor Jalan 03 [KJ.03]Koridor Jalan Dagen untuk fungsi komersial perdagangan jasa; Koridor Jalan 04 [KJ.04]Koridor Jalan Pajeksan untuk fungsi komersial perdagangan jasa; Koridor Jalan 05 [KJ.05]Koridor Jalan Reksobayan untuk fungsi komersial mix use -perdagangan jasa dan fungsi perkantoran; Koridor Jalan 06 [KJ.06]Koridor Jalan Perwakilan untuk fungsi perdagangan jasa; Koridor Jalan 07 [KJ.07]Koridor Jalan Suryatmajan untuk fungsi komersial perdagangan jasa dan kompleks perkantoran; Koridor Jalan 08 [KJ.08]Koridor Jalan Pabringan untuk fungsi komersial perdagangan jasa dan fungsi cagar budaya
KJ.06
KJ.03
KW.03 KW.05 KJ.04 KJ.07
KW.04 KJ.05
KW.06
KJ.08
g n a c n a R n a u d n a P
1. Struktur Peruntukan Lahan sektor informal • Bangunan di tepi jalan tetap dimanfaatkan sebagi bangunan komersial dengan penataan sektor informal (PKL) di arcade. • Penataan PKL Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 37 Tahun 2010 tentang Penataan Pedagang Kaki Lima Kawasan
Khusus Malioboro – Ahmad Yani. • Lokasi : Trotoar sisi barat jalan Malioboro dan jalan A. Yani (persimpangan jalan Malioboro dan jalan Pasar Kembang
sampai dengan simpang tiga jalan Reksobayan); • Lokasi : Trotoar sisi timur jalan Malioboro dan jalan A. Yani (depan Hotel Garuda sampai depan Pasar Sore Malioboro)
kecuali paving sisi timur yang termasuk dalam kawasan Pasar Beringharjo • Lokasi : Sirip Jalan Malioboro – A. Yani adalah trotoar jalan Pajeksan sisi utara dan selatan, jalan Suryatmajan sisi selatan
dan jalan Reksobayan sisi utara (selatan GPIBYogyakarta).
g n a c n a R n a u d n a P
1. Struktur Peruntukan Lahan sektor informal • Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dapat menempatkan PKL pada trotoar di persimpangan jalan, depan Kantor Eks
Kanwil Pekerjaan Umum Propinsi DIY, depan Gedung DPRD Propinsi DIY, depan Kompleks Kepatihan, depan Gedung Perpustakaan Nasional Propinsi DIY dan depan Gereja GPIBYogyakarta dengan tetap memperhatikan kepentingan umum, sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, keamanan dan kenyamanan. • PKLKawasan KhususMalioboro – A. Yani dilarang berjualan di Jalan Pasar Kembang, Jalan Abubakar Ali (utara Hotel
Garuda), Jalan Sosrowijayan, Jalan Perwakilan, Jalan Dagen, Jalan Beskalan dan Jalan Ketandan. • PKLKawasan KhususMalioboro – A. Yani dilarang berjualan pada badan jalan, jalur lambat, dan di tempat parkir dan
dilarang menempatkan peralatan/ kotak-kotak selain yang dipergunakan untuk berjualan di sekitar lokasi berjualan, pada badan jalan/ jalur lambat, trotoar, devider, taman, lampu taman, dan kursi taman.
Ilustrasi di depan kantor Kepatihan apabila tidak digunakan PKL
g n a c n a R n a u d n a P
1. Struktur Peruntukan Lahan sektor informal
desain rangka tenda ‘knockdown’ dan tidak
bentuk “place sharing ”
mengganggu pejalan kaki
Pengaturan modul dan area yang diizinkan untuk PKL dengan jelas
drainase
Saluran utilitas terpadu (listrik, kabel optik, telkom, dll) di bawah median timur
drainase Saluran Limbah PKL & disalurkan ke pengolahan limbah komunal Saluran Air Bersih PKL
Limbah PKL, khususnya limbah dari PKL makanan baik lesehan maupun gerobak (bakso) ditampung dalam bak limbah sementara yang diambil secara periodik atau dilengkapi dengan bak pengolahan limbah komunal PKL sehingga bisa dialirkan ke riol kota.
g n a c n a R n a u d n a P
1. Struktur Peruntukan Lahan sektor informal • Pedagang Kaki Lima (PKL) Kawasan Khusus Malioboro – A. Yani, dilarang untuk ditambah jumlahnya • Pedagang Kaki Lima (PKL) di sirip jalan Malioboro – A. Yani yaitu Jalan Suryatmajan, Jalan Pajeksan dan jalan Reksobayan
dilarang untuk ditambah jumlahnya • PKLyang boleh menggunakan tenda dan peralatannya adalah yang berada di luar pertokoan, dengan ketentuan :
konstruksinya bongkar pasang
bahan kerangka diutamakan dari besi
atap tenda dari bahan terpal atau sejenisnya
rapi dan bersih
g n a c n a R n a u d n a P
1. Struktur Peruntukan Lahan sektor informal Tenda menggunakan warna hijau kombinasi kuning yang serasi dengan lampu jalan
2.75m 2.5m
Ornamen &lampu serapan dari Eropa berbentukorganis
Paving batu alam polos dan yang bermotif untuk membatasi area PKL (18 tegel)
3.0m (10-12 tegel)
• Menggunakan modul ukuran 5.4 meter (18 tegel) x 3.6 meter (12 tegel). • Rangka besi galvanis, sistem ‘knock down’ untuk menciptakan area PKL dengan pola semi permanen .
Menggunakan ornamen serapan dari Eropa berbentuk organis seperti lampu khas Malioboro • Tenda menggunakan warna hijau kombinasi kuning yang serasi dengan lampu jalan. Material pelapis luar gerobak menggunakan ekspose material kayu dan dilengkapi roda. • Ornamen pada gerobak bagian bawah menggunakan ornamen serapan dari Eropa berbentuk organis seperti lampu khas Malioboro.
g n a c n a R n a u d n a P
1. Struktur Peruntukan Lahan sektor informal
• Menggunakan modul ukuran 70 cm x 150 cm tinggi 120 cm • Gerobak dilengkapi roda, meja lipat dan gantungan yang terpasang dan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari gerobak. Meja lipat digunakan sebagi tempat untuk meletakkan barang dagangan, sedangkan gantungan untuk display saja. • Bahan pelapis luar gerobak menggunakan ekspose material kayu atau cat warna coklat • Ornamen pada gerobak menggunakan ornamen serapan dari Eropa berbentuk organis seperti lampu khas Malioboro dengan warna hijau-kuning.
g n a c n a R n a u d n a P
1. Struktur Peruntukan Lahan sektor informal
• Menggunakan modul ukuran 70 cm x 150 cm tinggi 40 cm dan 45 cm • Lapak PKL ini dibuat dengan sistem kock down dan time sharing. • Pada siang hari box atau meja dapat digunakan sebagai tempat untuk meletakkan barang
dagangan sekaligus untuk display, sedangkan pada malam hari box dapat difungsikan sebagai meja makan bagi pedagang kaki lima lesehan. • Bahan pelapis luar gerobak menggunakan ekspose material kayu atau dilapis cat warna coklat.
n u m U a n a c n e R
2. Intensitas Pemanfaatan Lahan A.
Koridor Jalan Koridor Utama
-
Selain bangunan cagar budaya, ketinggian bangunan maksimal 18 meter sampai kedalaman 60 meter dari garis batas luar RUMIJA dan membentuk sudut 45º dari as jalan.
-
Sedangkan untuk sebelah dalam/belakangnya lebih dari 60 meter dari garis batas luar rumija diperbolehkan untuk dibangun lebih tinggi lagi dari ketentuan ketinggian bangunan pada lahan di depannya, dengan membentuk sudut pandang 45º dari titik ketinggian yang diperkenankan dan apabila dikehendaki lain (sudut pandang >45º) harus ada persetujuan dari Walikota Yogyakarta; ketinggian maksimum sebesar 32 (tiga puluh dua) meter.
Koridor Pelingkup dan
-
mengacu aturan intensitas lahan.
Ventilasi
B.
Ba ngunan Cagar Budaya
Distribusi intensitas harus tetap mempertahankan karakter streetscape kawasan dengan
-
Distribusi intensitas harus tetap mempertahankan karakter bangunan dan Peraturan Gubernur DIY no.62 / 2013 tentang Pelestarian Cagar Budaya.
C.
Distrik
-
Distribusi intensitas memperhatikan daya dukung lingkungan dengan mengacu aturan intensitas lahan.
-
Orientasi pembangunan bangunan baru atau perbaikan ke arah bangunan vertikal, jika memungkinkan bersifat komunal (rumah susun).
D.
Ruang Terbuka
-
Pengaturan intensitas rendah untuk keseimbangan daya dukung lingkungan.
E.
Persimpangan
-
Distribusi intensitas harus tetap mempertahankan karakter streetscape kawasan dengan mengacu aturan intensitas lahan.
g n a c n a R n a u d n a P
2. Intensitas Pemanfaatan Lahan KoefisienDasar Bangunan (KDB) Luasan Tanah / Persil BLOK
ZONA
40-100 m²
101-200 m²
201-400 m²
401-1000m²
>1000 m²
Komersial
90%
90%
80%
80%
80%
Perkantoran
90%
90%
80%
80%
80%
Cagar Budaya
80%
80%
80%
80%
80%
KJ. 02 KJ. 03
Komersial
90%
90%
80%
80%
80%
Komersial
90%
90%
80%
80%
80%
KJ. 04
Komersial
90%
90%
80%
80%
80%
KJ. 05
Komersial
90%
90%
80%
80%
80%
KJ. 06
Komersial
90%
90%
80%
80%
80%
KJ. 07
Perkantoran Komersial
90% 90%
90% 90%
80% 80%
80% 80%
80% 80%
Perkantoran
90%
90%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
90%
90%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
80%
90%
90%
80%
80%
80%
KJ. 01
KW. 01
Perumahan Kepadatan Sedang
KW. 02
Perumahan Kepadatan Sedang
KW. 03
Perumahan Kepadatan Sedang
KW. 04
Komersial( mix-use)
KW. 05
Perumahan Kepadatan Sedang
KW. 06
Komersial
g n a c n a R n a u d n a P
2. Intensitas Pemanfaatan Lahan KoefisienLantai Bangunan (KLB) Luasan Tanah / Persil BLOK
ZONA
40-100 m²
101-200 m²
201-400 m²
401-1000m²
>1000 m²
Komersial
4.5
4.5
4.8
4.8
6.4
Perkantoran Cagar Budaya
3.6 2.4
3.6 2.4
4 2.4
4 2.4
4.8 2.4
KJ.02 KJ.03
Komersial Komersial
4.5
4.5
4.8
4.8
6.4
4.5
4.5
4.8
4.8
6.4
KJ.04
Komersial
4.5
4.5
4.8
4.8
6.4
KJ.05
Komersial
4.5
4.5
4.8
4.8
6.4
KJ.06
Komersial
4.5
4.5
4.8
4.8
6.4
KJ.07
Perkantoran Komersial
3.6 4.5
3.6 4.5
4 4.8
4 4.8
4.8 6.4
Perkantoran Perumahan
3.6
3.6
4
4
4.8
KW.01
2.4
2.4
2.4
3.2
3.2
2.4
2.4
2.4
3.2
3.2
2.4
2.4
2.4
3.2
3.2
4.5
4.5
4.8
4.8
6.4
2.4
2.4
2.4
3.2
3.2
4.5
4.5
4.8
4.8
6.4
KJ.01
Kepadatan Sedang
KW.02
Perumahan Kepadatan Sedang
KW.03
Perumahan Kepadatan Sedang
KW.04
Komersial
KW.05
Perumahan Kepadatan Sedang
KW.06
Komersial
g n a c n a R n a u d n a P
2. Intensitas Pemanfaatan Lahan KoefisienDasar Hijau (KDH) Luasan Tanah / Persil BLOK
ZONA
40-100 m²
101-200 m²
201-400 m²
401-1000m²
>1000 m²
Komersial
5
5
10
10
10
Perkantoran Cagar Budaya
5 10
5 10
10 10
10 10
10 10
KJ.02 KJ.03
Komersial Komersial
5 5
5 5
10 10
10 10
10 10
KJ.04
Komersial
5
5
10
10
10
KJ.05
Komersial
5
5
10
10
10
KJ.06
Komersial
5
5
10
10
10
KJ.07
Perkantoran Komersial
5 5
5 5
10 10
10 10
10 10
KW.01
Perkantoran Perumahan
5 10
5 10
10 10
10 10
10 10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
KJ.01
Kepadatan Sedang
KW.02
Perumahan Kepadatan Sedang
KW.03
Perumahan Kepadatan Sedang
KW.04
Komersial
5
5
10
10
10
KW.05
Perumahan
10
10
10
10
10
5
5
10
10
10
Kepadatan Sedang
KW.06
Komersial
g n a c n a R n a u d n a P
2. Intensitas Pemanfaatan Lahan Tinggi Bangunan (TB) Khusus untuk sepanjang jalan dari tugu sampai dengan perempatan depan kantor pos pusat (di dalam Kawasan Malioboro), selain bangunan cagar budaya (BCB), ketinggian bangunan di kiri dan kanan jalan tersebut maksimal 18 (delapan belas) meter sampai kedalaman 60 (enam puluh) meter dari garis batas luar ruang milik jalan (rumija) dan memenuhi ketentuan untuk membentuksudut 45º (empat puluh lima derajat) dari as jalan. Sedangkan untuk sebelah dalam/ belakangnya lebih dari 60 (enam puluh) meter dari garis batas luar RUMIJA diperbolehkan untuk dibangun lebih tinggi lagi dari ketentuan ketinggian bangunan pada lahan di depannya, dengan membentuk sudut pandang 45º (empat puluh lima derajat) dari titik ketinggian yang diperkenankan; dan apabila dikehendaki lain (sudut pandang lebih dari 45º) harus ada persetujuan dari Walikota Yogyakarta dengan tinggi bangunan maksimum 32 (tiga puluh dua) meter.
g n a c n a R n a u d n a P
2. Intensitas Pemanfaatan Lahan Tinggi Bangunan (TB) Ketentuan Tinggi Bangunan pada koridor pelingkup kecuali bangunan atau kompleks bangunan yang berada pada radius 60 (enam puluh) meter dari Inti Lindung dan ; mengacu pada pada Kawasan Lindung Penyangga
Ketentuan Tinggi Bangunan dan diberlakukan ketentuan pandangan bebas (sky line ) dengan sudut 45º (empat puluh lima derajat) dari RUMIJA di seberangnya.
g n a c n a R n a u d n a P
2. Intensitas Pemanfaatan Lahan Tinggi Bangunan (TB) Bangunan atau kompleks bangunan yang berada pada radius 60 (enam puluh) meter dari Inti Lindung dan pada Kawasan Lindung Penyangga harus mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan karakter serta keharmonisan yang sejalan dengan tujuan perlindungan kawasan inti atau citra kota.
g n a c n a R n a u d n a P
2. Intensitas Pemanfaatan Lahan Tinggi Bangunan (TB) Luasan Tanah / Persil BLOK
ZONA
40-100 m²
101-200 m²
201-400 m²
401-1000m²
>1000 m²
Komersial
20
20
24
28
32
Perkantoran
16
16
20
20
24
Cagar Budaya
12
12
12
12
12
KJ.02 KJ.03
Komersial Komersial
20 20
20 20
24 24
28 28
32 32
KJ.04
Komersial
20
20
24
28
32
KJ.05
Komersial
20
20
24
28
32
KJ.06
Komersial
20
20
24
28
32
Perkantoran
16
16
20
20
24
KJ.07
Komersial
20
20
24
28
32
KW.01
Perkantoran Perumahan
16 12
16 12
20 12
20 16
24 16
12
12
12
16
16
12
12
12
16
16
KJ.01
Kepadatan Sedang
KW.02
Perumahan Kepadatan Sedang
KW.03
Perumahan Kepadatan Sedang
KW.04
Komersial
20
20
24
28
32
KW.05
Perumahan
12
12
12
16
16
20
20
24
28
32
Kepadatan Sedang
KW.06
Komersial
g n a c n a R n a u d n a P
2. Intensitas Pemanfaatan Lahan Garis Sempadan Bangunan (GSB) BLOK
Kedudukan Koridor Kawasan
Penetapan Kelas Jalan
Lebar Rumija
Sempadan Bangunan
Koridor utama
Kolektor sekunder
22 m
4m
Jl.Malioboro– Jl. A.Yani KJ.02
Koridor ventilasi
Lokal primer
8m
4m
Jl. Sosrowijayan KJ.03
Koridor ventilasi
Lokal primer
6m
4m
Koridor ventilasi
Lokal primer
13 m
4m
Koridor ventilasi
Lokal primer
8m
3m
KJ.06
Koridor ventilasi
Lokal primer
8m
4m
Jl. Perwakilan KJ.07
Koridor ventilasi
Lokal primer
12 m
4m
Jl. Suryatmajan Jln. Reksobayan
Koridor pelingkup
Kolektor sekunder
8m
4m
Jln. Sosrokusuman
Koridor pelingkup
Kolektor sekunder
6m
3m
Jln. Ketandan Jln. Pabringan Jln. AbubakarAli Jln. Mataram Jln. Suryotmo Jln. Senopati Jln. AhmadDahlan
Koridor pelingkup
Kolektor sekunder
8m
4m
Koridor pelingkup Koridor pelingkup
Kolektor sekunder Kolektor sekunder
8m 14 m
4m 4m
Koridor pelingkup
Kolektor sekunder
12 m
4m
Koridor pelingkup
Kolektor sekunder
16 m
4m
Koridor pelingkup
Kolektor sekunder
18 m
4m
Koridor pelingkup
Kolektor sekunder
12 m
4m
Jln. Bayangkara Jln. GandekanLor
Koridor pelingkup Koridor pelingkup
Kolektor sekunder Kolektor sekunder
13 m 13 m
4m 4m
Jln. PasarKembang
Koridor pelingkup
Kolektor sekunder
14 m
4m
KJ.01
Jl.Dagen
KJ.04 Jl. Pajeksan
KJ.05 Jl. Beskalan
g n a c n a R n a u d n a P & n u m U a n a c n e R
3. Tata Bangunan A.
Koridor Jalan Koridor Utama
-
Tata bangunan dan kualitasnya pada koridor utama sebagai Kawasan Cagar Budaya
-
Tiap blok / penggal koridor diatur dengan tema tertentu untuk memunculkan citra ruang
diarahkan menggunakan Arsitektur Indis dan Arsitektur Cina yang khas melalui pengaturan fasade. -
Memperkuat arcade sebagai ruang pejalan kaki dengan elemen-elemen penyempurnaan wajah bangunan seperti kanopi, pergola dan s ebagainya
Koridor Pelingkup dan
-
Mengatur pemasangan papan nama dan reklame pada wajah bangunan
-
Tata bangunan dan kualitasnya sebagai penyangga Kawasan Cagar Budaya diarahkan menggunakan Arsitektur Indis, Cina & Kolonial
Ventilasi -
Koridor Ventilasi pada Kampung Pecinan diarahkan untuk memperkuat karakter kampung
-
Tata bangunan dan kualitasnya membentuk identitas yang khas sebagai warisan budaya
dengan langgam Arsitektur Cina
B.
Bangunan Cagar Budaya
lokal melalui gaya arsitektur, material bangunan, dan sebagainya yang mengacu pada Perda DIY No. 6 Tahun 2012
C.
Distrik
-
Tata bangunan permukiman diatur secara seimbang dan proporsional untuk memperkuat citra kawasan dengan Arsitektur Indis dan Arsitektur Kolonial
-
Kampung-kampung yang berperan sebagai kampung wisata dikembangkan dengan penentuan tema atau keunikan tertentu dan hirarki yang j elas.
D.
Ruang Terbuka
-
Penataan ruang terbuka sebagai elemen pelengkap yang selaras dengan desain kawasan
E.
Persimpangan
-
Pengolahan massa bangunan harus menjaga daerah bebas pandang.
-
Tata bangunan yang membingkai persimpangan jalan mampu menonjolkan/ mempertegas
-
Mengatur pemasangan papan nama dan reklame pada bangunan sudut.
persimpangan.
g n a c n a R n a u d n a P
3. Tata Bangunan 3.1. Orientasi Bangunan o o
o
orientasi bangunan dihadapkan ke arah jalan Panduan rancangan Arsitektur bangunan pada sisi kiri kanan sumbu filosofi antara kraton sampai tugu termasuk KCB Malioboro memakai Pola Arsitektur Lestari Asli dengan gaya arsitektur Indis dan Cina. Tampilan fasade dengan repetisi kolom untuk lantai 1 dan repetisi kusen dan repetisi bukaan untuk lantai 2.
Pengaturan Ketinggian , Intensitas Bangunan dan setbac k bangunan Perwal 25 Th 2013
Ornamen serapan Eropa Bentuk organis (flora) Sebagai ornamen penghubung di koridor utama
Pengolahan Bangunan Sudut Sebagai Respon Terhadap Persimpangan / Node Iklan Layanan Masyarakat
g n a c n a R n a u d n a P
3. Tata Bangunan 3.2. Wajah Depan Bangunan Koridor Utama ARSITEKTUR INDIS : • untuk renovasi fasad mengikuti kaidah Arsitektur Indis yang berada di Koridor Utama Malioboro
Ciri Indis baroque
simetris
memuncak
arahan untuk persil dengan wajah pendek
ornamentik
arahan persil dengan wajah lebar
• Warna wajah depan mengikuti tema yang ditentukan pada Tata Kualitas Lingkungan dengan tetap
memperhatikan : keserasian dan bisa sesuai trade mark perusahaan (korporasi) • Papan nama diselaraskan, supaya tidak menutupi fasad bangunan, sebaiknya berada di antara kaki dan badan bangunan
g n a c n a R n a u d n a P
3. Tata Bangunan 3.2. Wajah Depan Bangunan Koridor Utama ARSITEKTUR CINA : • untuk renovasi fasad mengikuti kaidah Arsitektur Cina yang berada di Koridor Utama Malioboro dan di Kampung Pecinan Ketandan serta Kampung Ngupasan
Arsitektur Cina Atap pelana & atap bertingkat
Dinding pemisah Nangsang
untuk persil wajah pendek
Railing ornamentik Cina
Kolom onamentik Cina
Dominasi merah & Emas
arahan untuk persil dengan wajah lebar
• Warna wajah depan mengikuti tema yang ditentukan pada Tata Kualitas Lingkungan dengan tetap
memperhatikan : keserasian dan bisa sesuai trade mark perusahaan (korporasi) • Papan nama diselaraskan, supaya tidak menutupi fasad bangunan, sebaiknya berada di antara kaki dan badan bangunan
g n a c n a R n a u d n a P
3. Tata Bangunan 3.3. Penyempurnaan Wajah Depan Bangunan Koridor Utama
TENDA/ KANOPI: • Menggunakan tenda untuk penyelesaian arcade dengan menyesuaikan bentuk bangunan • Peletakkan tenda/ kanopi di bawah papan nama • Arahan Warna : kaya warna dengan memperhatikan keserasian arsiektur bangunan dan tema koridor Kepala
Badan
Kaki
kanopi seperempat bola
kanopi lurus panjang
kanopi lengkung panjang
PERGOLA • Menggunakan pergola untuk penyelesaian arcade dengan menyesuaikan bentuk bangunan • Peletakkan pergola di bawah papan nama LAMPU Menambahkan elamen lampu pada dinding wajah depan : lampu spotlight atau lampu armatur
pergola
g n a c n a R n a u d n a P
3. Tata Bangunan 3.4. Papan Nama &Reklame
Papan Nama Tenda Kanopi Lampu
• Prinsip pemasangan papan nama iklan/ reklame yang menempel pada bangunan dibuat sedemikian rupa
sehingga ukurannya tidak boleh menutupi fasad bangunan. • Papan nama, reklame/ iklan atau sponsor dipasang pada bagian kaki dan badan wajah depan bangunan.
g n a c n a R n a u d n a P
3. Tata Bangunan 3.4. Papan Nama &Reklame • Khusus untuk Kawasan Malioboro penempatan reklame dan signage diatur dalamZona Khusus
sesuai arahan pada Raperda tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Reklame • Pemasangan nama toko tidak hanya pada wajah depan bangunan tetapi juga berorientasi
untuk kenyamanan pejalan kaki, sehingga papan nama dipasang menggantung pada arcade untuk kemudahan saat membaca.
g n a c n a R n a u d n a P
3. Tata Bangunan 3.5. Wajah Bangunan Koridor Ventilasi • Koridor ventilasi dan perumahan (kampong-kampong) di belakang koridor utama merupakan zona
penyangga KCB Malioboro. Di dalam SK Kepala Dinas Kebudayaan DIY disebutkan bahwa zona penyangga KCB Malioboro menggunakan Arsitektur Indis, Arsitektur Cina dan Arsitektur Kolonial • Koridor ventilasi diarahkan untuk bangunan vertikal sebagai bentuk efisiensi lahan dengan tetap mengacu
pada aturan intensitas lahan dan tetap menggunakan bentuk arsitektur Indis dan Kolonial pada bangunan atau bagian dari bangunan tersebut, kecuali kampung Ketandan dan Ngupasan • Gaya Arsitektur Kolonial adalah gaya arsitektur Eropa/ Belanda yang langsung diterapkan pada bangunan
di Yogyakarta, dengan modifikasi yang minimal.
g n a c n a R n a u d n a P
3. Tata Bangunan 3.5. Wajah Bangunan Koridor Ventilasi • Atap bangunan utama berbentuk limasan, pelana, dan/ atau varian dari masing-masing bentuk tersebut,
dengan sudut kemiringan atap sebesar 30-45 derajat. • Atap tritisan dapat berupa atap miring tanpa konsol atau menggunakan konsol kayu/ besi, dan atap datar
biasa atau menggunakan tarikan kabel baja di atasnya. • Lisplang dapat dari bahan beton/ semen yang lebar, dengan ornamen lekukan/ prof il memanjang. • Kolom-kolom silindris sebagai ornamen dan/ atau struktur, menggunakan gaya arsitektur
Neoklasik/ Artneuvo/ Doric, bukan gaya arsitektur Yunani/ Romawi • Menara sebagai aksen bangunan dengan bentuk segi empat atau lebih diberi atap. • Gunung-gunung sebagai sisi depan atap pelana, dalam bentuk segitiga berundak dengan variannya. • Pintu dan Jendela berbentuk empat persegi panjang dengan daun pintu krepyak kayu, panel kayu,
kombinasi panel dan krepyak, dan/ atau kaca • Bukaan jendela pada dinding luar relatif tidak banyak dan berukuran tidak besar jika dibandingkan
dengan gaya arsitektur Indis.
g n a c n a R n a u d n a P
3. Tata Bangunan 3.5. Wajah Bangunan Koridor Ventilasi
g n a c n a R n a u d n a P
3. Tata Bangunan 3.6. Gapura dan Pagar • Pagar menggunakan kolom-kolom silindris sebagai ornamen dan/ atau struktur, menggunakan gaya arsitektur
Neoklasik/ Artneuvo/ Doric, bukan gaya arsitektur Yunani/ Romawi • Ornamen pada pagar luar bangunan dapat dikombinasikan dengan batu / kerikil berwarna hitam • Khusus untuk Gapura Kepatihan yang menghadap ke koridor ventilasi Jl.Suryatmajan menggunakan gapura ‘ Semar Tinandu ‘. Terkait dengan rencana orientasi Kepatihan yang menghadap ke Selatan
g n a c n a R n a u d n a P
3. Tata Bangunan 3.7. Wajah Bangunan pada Koridor Pelingkup • Untuk renovasi wajah bangunan pada koridor pelingkup sebagai zona penyangga diarahkan menggunakan
gaya Arsitektur Indis, Arsitektur Cina dan Arsitektur Kolonial. • Panduan rancang untuk pemasangan papan nama, iklan dan sponsor mengikuti arahan dan kaidah papan
nama dan reklame seperti yang telah diuraikan di atas. • Penataan bangunan mengikuti aturan intensitas pemanfaatan lahan seperti KDB, KLB, KDH, Tinggi Bangunan
dan Garis Sempadan (GSB). • Area sempadan bangunan yang tercipta diarahkan sebagai penambahan tata hijau dan area dropping
barang.
g n a c n a R n a u d n a P
3. Tata Bangunan 3.7. Bangunan Cagar Budaya Bangunan Cagar Budaya di dalam deliniasi RTBL Kawasan Malioboro dan telah ditetapkan berdasarkan: SK Penetapan Menteri, SK Penetapan Gubernur, SK Penetapan Walikota/ Bupati, maka arahan kebijakan pelestarian mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Pelestarian Warisan Budaya Dan Cagar Budaya. No
Nama Bangunan
Alamat
1
Benteng Vredeburg
Jl. A. Yani No. 2-4 Yogyakarta
2
Gedung Agung
Jl. A. Yani No. 3 Yogyakarta
3
Hotel Inna Garuda d/h Grand Hotel de Djogja Jl. Malioboro 60
4
Kompleks Gedung Kepatihan
SK Penetapan Menteri/ Gubernur Kep. Mendikbud. 0224/U/1981
SK Walikota No. 798/KEP/2009 SK Walikota No. 798/KEP/2009
Jl. Malioboro Yogyakarta
Per. Menbudpar No. PM.
Jl. Jend. A. Yani No. 175, Kel.
07/PW.007/MKP/2010 Per. Menbudpar No. PM.
Sosromenduran, Kec. Gedongtengen,
25/PW.007/MKP/2007
Gereja Prot es tan "Marga Mul ya"
Jl. Jend. A. Yani No. 5, Kel . Ng upasan, K ec.
Per. Menbudpar No. PM.
7
Gedung DPRD Provinsi DIY
Gondomanan, Yogyakarta Jl. Malioboro No. 54, Yogyakarta
25/PW.007/MKP/2007 SK Gub. No.210/KEP/2010
8
Pasar Beringharjo
Jl. Pabringan No. 1 Yogyakarta
SK Gub. No.210/KEP/2010
9
Apotek Kimia Farma Cabang I Yogyakarta
Jl. A. Yani No. 179, Kel. Sosromenduran, Kec.
Per. Menbudpar No. PM.
Gedongtengen, Yogyakarta
25/PW.007/MKP/2007
10
Apotek Kimia Farma Cabang II Yogyakarta
Jl. A. Yani No. 121, Kel. Sosromenduran, Kec.
Per. Menbudpar No. PM.
Gedongtengen, Yogyakarta
25/PW.007/MKP/2007
5
6
Gedung Nasional Perpustakaan Provinsi
SK Penetapan Walikota/ Bupati
SK Walikota No. 798/KEP/2009
SK Walikota No. 798/KEP/2009
11
Rumah Kuno Lor Pasar Ny. Yosephine Unis
Jl. Lor Pasar Beringharjo 41
12
Toko Liong Silvia Megawati
Jl. Lor Pasar Beringharjo 40
SK Walikota No. 798/KEP/2009 SK Walikota No. 798/KEP/2009
13
Bangunan Toko
Jl. Malioboro
SK Walikota No. 798/KEP/2009
14
SD Netral D/h Dalem Cornelan
Jl. Sosrowijayan
SK Walikota No. 798/KEP/2009
15
Dalem Jogonegaran
Kampung Jogonegaran
SK Walikota No. 798/KEP/2009
16
Dalem Jayaningratan/Sosrodipuran (UPN 45)
Jl. Dagen 219
SK Walikota No. 798/KEP/2009
17
Dalem Kusumodiningrat (Wisma PTM)
Jl. Sosrowijayan
SK Walikota No. 798/KEP/2009
18
Kantor PEPABRI
Jl. Dagen
SK Walikota No. 798/KEP/2009
19
Bangunan Cina Tjan Bian Thiong
Jl. Pajeksan 16
SK Walikota No. 798/KEP/2009
20
Joglo Jogonegaran
Jogonegaran RT 49/13
SK Walikota No. 798/KEP/2009
21
SD Negeri Sosrowijayan
Jl. Sosrowijayan 21
SK Walikota No. 798/KEP/2009
n u m U a n a c n e R
4. SistemSirkulasi dan Jalur Penghubung A.
Koridor Jalan Koridor Utama
-
Penetapan kawasan menuju pedestrian dengan arahan fungsi jalan sebagai jalur semi pedestrian dan area khusus pejalan kaki secara bertahap.
-
Kontinuitas jalur pedestrian, jalur kendaraan non-motoris dan kendaraan wisata untuk mendukung keamanan dan kenyamanan pergerakan.
-
Street furniture dikoordinasikan dalam desain, ornamen dan skala yang mendukung
karakter.
Koridor Pelingkup dan Ventilasi
B.
Bangunan Ca gar Budaya
-
Pengaturan titik-titk parkir kendaraan.
-
Pengaturan space sharing.
-
Kemudahan akses dan pergerakan bagi orang, barang, dan kendaraan.
-
Pengaturan titik-titik parkir komunal kendaraan.
-
Pengaturan space sharing.
-
Kemudahan akses dan pergerakan bagi orang,dan kendaraan wisata.
-
Pengaturan parkir bagi BCB yang telah memiliki daya tarik atau yang akan dikembangkan.
C.
Distrik
-
Kemudahan akses dan pergerakan bagi orang, barang, dan kendaraan.
D.
Ruang Terbuka
-
Pola penataan sirkulasi yang menarik dan merata untuk pengunjung
E.
Persimpangan
-
Pengolahan material pada node masuk sisi utara, node titik 0 km sisi selatan maupun node Jl. Suryatmajan untuk memperkuat persimpangan.
g n a c n a R n a u d n a P
4. SistemSirkulasi dan Jalur Penghubung o
o
o
AREA SEMI PEDESTRIAN dari selatan (titik 0 km) s/ d ngejaman Trans Jogja masih bisa melewati AREA SEMI PEDESTRIAN tersebut Sirkulasi kendaraan “searah jarum jam” pada koridor pelingkup, kecuali Jl.Bayangkara sisi selatan dari Jl.Reksobayan s/ d Pertigaan PKU Muh.
o
multy entry dari arah timur Jl.Suryatmajan Sebagai akses Kepatihan
o
terintegrasi
- dengan transportasi wisata Kraton & sekitarnya dengan becak dan andong - dengan kantong parkir seperti Ngabean - dengan kantong parkir XT-Square (makro)
- Penerapan GSB untuk kemudahan dropping ke toko/ bangunan komersial
g n a c n a R n a u d n a P
4. SistemSirkulasi dan Jalur Penghubung • Menerapkan Jl. Malioboro – Jl. A. Yani sebagai area khusus pedestrian secara bertahap yang dimulai dari
selatan, yaitupenggal Jl.Reksobayan (ngejaman) sampai dengan titik 0 km. • Kendaraan yang melewati koridor utama diarahkan keluar kawasan melalui Jl.Reksobayan dan Jl.Pabringan untuk mendapatkan area khusus pedestrian tahap 1. • Apabila diperlukan akses masuk bagi tamu negara ke Gedung Agung maka dapat disterilkan dari pengunjung lainnya dengan sistem protokoler kenegaraan.
• Pengaturan sistem sirkulasi di jalan pelingkup yang meliputi Jl. Mataram, Jl.Suryotomo, Jl.Bayangkara dan
Jl.Gandekan Lor dengan arah pergerakan searah jarum jam sehingga mengurangi beban kendaraan di jalan pelingkup, kecuali Jalan Bayangkara di sisi selatan dari Jl.Reksobayan sampai dengan simpang pertigaan RSU PKU Muhammadiyah mempunyai pergerakan dua arah.
g n a c n a R n a u d n a P
4. SistemSirkulasi dan Jalur Penghubung • Mempertahankan Trans-Jogja sebagai transportasi umum masal, sehingga jalur/ rute Trans-Jogja tidak
berubah dan diperbolehkan melewati area pejalan kaki di depan Benteng Vredeburg dan Gedung Agung • Mempertahankan dan mengembangkan jalur kendaraan tradisional/ lokal non-motor seperti andong dan
becak dengan memantapkan jalur lambat di sisi barat koridor utama Jl. Malioboro – Jl. Ahmad Yani, kecuali pada area semi pedestrian di depan Benteng Vredeburg dan Gedung Agung
g n a c n a R n a u d n a P
4. SistemSirkulasi dan Jalur Penghubung • Menerapkan amdal lalu lintas untuk bangunan hotel atau mall baru yang akan dibangun terkait dengan
akses masuk lahan dan ketersediaan parkir. • Mempertegas amenity zone zona pejalan kaki pada sisi timur koridor utama Jl.Malioboro – Jl.A.Yani dan menggunakan street f urniture seperti pepohonan, lampu, tempat sampah, bangku taman • Jalur Pedestrian di sisi timur menggunakan material dekoratif dengan desain yang menarik yaitu menggunakan paving blok batu andesit warna hitam dipadukan dengan jenis batu alam lainnya.
Pot dan bangku eksisting bentuk hasta brata
Penambahan bangku taman Berornamen serapan Eropa selaras dengan ornamen lampu
Tempat Sampah menggunakan warna hijau kuning selaras dengan lampu khas Malioboro
Pot dan bangku eksisting bentuk hasta brata
g n a c n a R n a u d n a P
4. SistemSirkulasi dan Jalur Penghubung • Penataan sistem parkir kendaraan bermotor di Kawasan Malioboro dengan sistem off street parking • Parkir on street dan pada area pedestrian sisi timur koridor utama Jl. Malioboro dan Jl. Ahmad Yani
dialihkan ke kantong-kantong parkir komunal baik di dalam kawasan maupun di dalam lingkup meso kawasan meliputi taman parkir Senopati, taman parkir Ngabean dan di Stasiun Tugu. • Pengembangan kantong parkir dan gedung parkir di dalam kawasan perencanaan meliputi lahan
eks. UPN di belakang Hotel Melia Purosani, lahan eks.bioskop Indra, taman parkir Abu Bakar Ali dan taman parkir utara benteng Vredeburg. • Gedung parkir yang dibangun vertikal menggunakan konstruksi baja, pre-cast concrete dan
sambungan HTB Bolt dengan sistem knock down , sehingga bangunan dapat dibongkar, dipindah dan dipasang kembali dengan mudah
g n a c n a R n a u d n a P
4. SistemSirkulasi dan Jalur Penghubung MODUL PARKIR MOBIL • Gedung parkir vertikal untuk mobil menggunakan modul 8 m x 8 m jarak antar kolom dan dilengkapi ramp untuk pemisahan akses masuk dan keluar. • Sampel untuk parkir mobil vertikal menggunakan 9 modul parkir knock down dilengkapi akses dan ramp seluas 2 x 3m x 24m, sehingga total luas dasar adalah : • 9 x 8m x 8m + 2 x 3m x 24m = 576 m² + 144 m² = 720 m² • Kapasitas ( 2 lantai ) dengan luas dasar 720 m² mampu menampung 50 mobil.
Modul Gedung Parkir Mobil
Modul Gedung Parkir Motor
MODUL PARKIR MOTOR • Gedung parkir vertikal untuk motor menggunakan modul 6 m x 6 m jarak antar kolom dan dilengkapi ramp untuk pemisahan akses masuk dan keluar. • Sampel untuk parkir mobil vertikal menggunakan 16 modul parkir knock down dilengkapi akses dan ramp seluas 2 x 3m x 24m, sehingga total luas dasar adalah : • 9 x 8m x 8m + 2 x 3m x 24m = 576 m² + 144 m² = 720 m² • Kapasitas ( 3 lantai ) dengan luas dasar 720 m² mampu menampung 720 motor.
n u m U a n a c n e R
5. SistemRuang Terbuka dan Tata Hijau A.
Koridor Jalan
-
Pengembangan koridor sebagai ruang terbuka publik mampu menciptakan identitas koridor.
-
Pengembangan jalur hijau menerus guna meningkatkan kenyamanan pejalan kaki, berupa vegetasi perindang maupun vegetasi rendah (perdu).
-
Pengembangan vegetasi yang menerus pada koridor utama sebagai elemen penghubung tema-tema pada koridor.
B.
Distrik
-
Penyediaan ruang terbuka dan meningkatkan kuantitas tata hijau yang seimbang untuk meningkatkan daya dukung lingkungan permukiman.
C.
Ruang Terbuka
-
Peningkatan kualitas ruang terbuka terdiri dari hardscape dan soft landscape yang memiliki makna filosofis tradisional Jawa dan mampu menguatkan nilai-nilai luhur sumbu filosofis (poros Tugu – Kraton – Panggung Krapyak).
-
Pengembangan vegetasi beragam, disamping menjaga fungsi ekologis juga sebagai elemen arsitektural yang mempunyai makna filosofis.
D.
Persimpangan
-
Pengembangan vegetasi rendah pada daerah bebas pandang (perdu).
• Perencanaan tata hijau ini dapat menambah luas tajuk RTH. • Untuk menentukan pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman dan
persyaratan penempatannya. • Pemilihan jenis tanaman adalah tanaman khas daerah setempat dan dapat memperkuat sumbu imajiner • Sistem tata hijau difungsikan sebagai penghijauan kota dengan menerapkan kembali prinsip lansekap warisan budaya. Misalnya : : Nengsemke, yang berarti cantik dan menarik. o ASEM : Sanjung, yang berarti membanggakan digunakan untuk memperkuat sumbu imajiner; o TANJUNG bunga dan daunnya cantik.
g n a c n a R n a u d n a P
5. SistemRuang Terbuka dan Tata Hijau Median atau pulau jalan dapat berupa taman atau non tama; kriteria : o Tanaman rendah / perdu dengan ketinggian < 0.80 m, dipilih tanaman perdu yang mempunyai massa dan ketinggian agar tidak mudah terinjak oleh penggunjung. o Pemilihan perdu pada median dapat disesuaiakan dengan penentuan tema koridor utama o Jenisnya berbunga atau berstruktur indah, misalnya: • Melati Putih (Jasminus sambac) Tema 1 dan tema 4 (warna monochrome putih) • Soka berwarna-warni (Ixora stricata ), Tema 2 (bunga lokal Jawa & kaya warna) • Bunga Kertas/ Bougenville (Bougainvillea spectabili s ) , Tema 3 (warna merah) • Lantana (Lantana camara ), • Pangkas Kuning (Duranta sp ), o Bermasa daun padat dan ditanam rapat Tanaman Perindang
Tanaman perindang/ peneduh yang telah ada tetap dipertahankan dan ditingkatkan upaya pemeliharaannya. Penambahan dapat dilakukan pada lokasi yang kurang pohon peneduh. o Vegetasi dengan kategori pohon yang tinggi (8-18 meter) dan berdaun rindang ditanam di area tepi jalan, yaitu area pejalan kaki sebagai peneduh sekaligus pelindung dari terik matahari, hujan & asap o Pohon-pohon yang tinggi dan berdaun rindang membutuhkan area tanam yang lebar agar perakarannya tidak merusak lapisan penutup jalan, dengan jarak tanam 12 meter. o Pohon-pohon eksisting beserta pot yang berbentuk hasta brata yang ada di area pedestrian sisi timur tetap dipertahankan. o Saat ini sudah ada program penambahan tata hijau dengan penanaman pohon tanjung pada koridor ventilasi oleh BLH ( Badan Lingkungan Hidup ).
g n a c n a R n a u d n a P
5. SistemRuang Terbuka dan Tata Hijau Ruangterbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu
terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang terbuka hijau seperti taman kota, hutan dsb Mempertegas ruang terbuka sekaligus area pedestrian menggunakan street f urniture seperti pepohonan, lampu, tempat sampah, bangku taman
sebagai elemen penghubung Tema-Tema pada Koridor Utama
Pohon Tanjung dan Asem sebagai vegetasi perindang
Lampu Khas Malioboro sebagai ciri khas/karakter Ornamen serapan Eropa pada lampu dapat digunakan pada elemen street furniture lainnya
Penambahan bangku taman Berornamen serapan Eropa selaras dengan ornamen lampu
Pot dan bangku eksisting bentuk hasta brata
n u m U a n a c n e R
6. Tata Kualitas Lingkungan A.
Koridor Jalan
-
Pengaturan wajah jalan (façade) sesuai dengan tema blok koridor untuk memperkuat citra kawasan sesuai dengan konsep pembagian tema di atas.
-
Pengaturan reklame/iklan sehingga tidak menurunkan kualitas kawasan
-
Pengaturan material pada jalur pedestrian untuk mendukung kenyamanan pejalan kaki dan pemilihan motif material yang dapat memperkuat citra kawasan yang berbudaya
B.
Distrik
-
Tata kualitas pada kampung-kampung wisata secara umum diarahkan sebagai komponen pembentuk citra kawasan dengan arsitektur Indis dan Kolonial kecuali Kampung Ketandan dan Kampung Ngupasan yang mempunyai karakter kampung Pecinan.
C.
Ruang Terbuka
-
Desain signage disesuaikan dengan tema dan karakter unik kampung wisata.
-
Peningkatan kualitas dengan tata hijau area terbuka publik & jalan lingkungan
-
Mempertahankan keberadaan lampu khas Malioboro dan mengaplikasikan ornamen khas tersebut untuk memperkuat karakter kawasan Malioboro
-
Penataan street furniture disesuaikan dengan desain serta ornamen yang dapat memperkuat citra kawasan yang berbudaya.
D.
Persimpangan
-
Pengaturan material dengan pola atau motif yang dapat memperkuat node (persimpangan) khususnya pada node dan entry point koridor utama.
-
Pengaturan rambu-rambu lalu lintas, signage lainnya, reklame dan pencahayaan yang terkait dengan kemanan bagi pengguna jalan.
m u ‘welcoming corridor’ m Terdapat BCB dengan gaya u arsitektur indis (Indo-Belanda) a perpaduan antara budaya barat n a dengan budaya lokal (timur) c n e Penggal Tema r Penggal 1 Jl. Pasar KembangJl.Abubakar Ali sampai dengan Jl.Perwakilan
‘welcoming corridor’
Stasiun Tugu Akses Antar Kota & Provinsi Entry Point
1
Low Commercial Diversity High Commercial Diversity
Langgam
Arsitektur Indis (Indo-Belanda) Kecuali bangunan sudah memiliki langgam arsitektur Cina
Warna Monochrome putih dengan warna kusen, list dan a ksen yang diselaraskan Boleh menggunakan warna trade mark perusahaan /korporasi
pohon asem atau tanjung arsitektur indis
lampu khas Malioboro
perdu melati
PERSIL TOKO
g n a c n a R n a u d n a P
6. Tata Kual aliitas Lingkungan 6.1.. Tema 6.1 Pengaturan Ketinggian , Intensitas Bangunan dan setback bangunan Perwal 25 Th 2013
arsitektur arsitektur indis dengan arsitektur topeng gaya Baroque
Pohon tanjung jarak 8-12 m
Lampu sebagai elemen penghubung menciptakan kemenerusan / continuitas
Elemen Penyempurnaan Wajah Depan dengan papan nama, reklame, tenda kanopi & lampu Vegetasi Perdu melati (berbunga putih)
‘ we welcom lcoming ing corridor corr idor’ ’
m u ‘ soc ocial ial corr corridor idor’ ’ m tema koridor mengusung u arsitektur indis indis & arsite arsitektur cina cina a n kecuali Kompleks Kepatihan yang a tetap menggunakan langgam c n Arsitektur Jawa e r
2
Mall Malioboro sebagai social mall sarana rekreatif & interaksi Low Commercial Diversity High Commercial Diversity Low Commercial Diversity High Commercial Diversity
3 Penggal Penggal Pengg al 2 Jl.Perwakilan sampai dengan Jl.Suryatmajan – Jl.Pajeksan
Tema ‘social corridor’
2
Kepatihan mempunyai langgamarsitektur Jawa
Langgam Arsitektur Indis Arsitektur Cina kecuali BCB Kepatihan
3
Warna Kaya warna Boleh menggunakan warna trade mark perusahaan /korporasi
arsitektur indis dan arsitektur cina
pohon asem atau tanjung
lampu khas Malioboro
perdu soka
g n a c n a R n a u d n a P
6. Tata Kual aliitas Lingkungan 6.1.. Tema 6.1 Pengaturan Ketinggian , Intensitas Bangunan dan setback bangunan Perwal 25 Th 2013
Ruang terbuka di depan Kepatihan sebagai ruang interaksi sosial
arsitektur indis dengan gaya Baroque arsitektur arsitekt ur cina cina
Ornamen bentuk organis sebagai elemen penghubung Lampu sebagai elemen penghubung mencip encipta takan kan kemenerus kemenerusan an
Vegetasi Perdu soka (berbunga (b erbunga merah dan warna-warna lainnya)
Pohon perindang dengan tanjung Pot - kursi kursi bentuk hasta hasta brat br ata a
‘ soc ocial ial corridor’
m u ‘culture corridor’ m Terdapat BCB – ruko Pecinan u dengan arsitektur Cina; a n Kampung Ketandan serta a Ngupasan kental nuansa Cina c n e r
Penggal Penggal 3 Jl.Suryatmajan – Jl.Pajeksan sampai dengan Jl.ReksobayanJl.Pabringan
3 4
Tema
Langgam
Warna
‘culture
Arsitektur Cina
corridor’
Kecuali bangunan sudah memiliki langgam arsitektur Indis
Dominasi warna Merah dan Emas Boleh menggunakan warna trade mark perusahaan /korporasi
Kampung Ketandan Kultur Cina yang kuat Kampung Ngupasan dihuni etnis Cina; arsitektur Cina kurang kuat
Medium Commercial Diversity Medium Commercial Diversity
pohon asem atau tanjung
4
3
arsitektur cina
lampu khas Malioboro
perdu soka
PERSIL
PERSIL
TOKO
TOKO
g n a c n a R n a u d n a P
6. Tata Kualitas Lingkungan 6.1. Tema Pengaturan Ketinggian , Intensitas Bangunan dan setback bangunan Perwal 25 Th 2013 arsitektur cina
Lampu sebagai elemen penghubung menciptakan kemenerusan / continuitas Elemen Penyempurnaan Wajah Depan dengan papan nama, reklame, tenda kanopi & lampu Vegetasi Perdu lantana (berbunga warna-warni)
‘culture corridor’
m u ‘preservation corridor’ Penggal Penggal 4 m Terdapat lebih dari 1 BCB – yang u Jl.Reksobayanmenjadi landmark Malioboro Jl.Pabringan a n dengan gaya arsitektur indis sampaititik 0 km a c Ciri Arsitektur Indis (SK Ka Dinas Kebudayaan DIY) n • Bentuk atap untuk bangunan induk adalah limasan dengan e r kemiringan sudut atap 30-45 derajat. • Ornamen berupa hiasan pada lubang ventilasi / roster,
plisir (lekukan / takikan) pada dinding dan kaca patri • Pintu dan jendela berbentuk empat persegi panjang dengan daun pintu krepyak kayu, panil kayu atau kombinasi keduanya.
Tema
Langgam
‘preservation Ar sitektur corridor’
Indis (Indo-Belanda)
5 6 7
Warna Monochrome putih
Gedung Agung BCB Vredeburg BCB Gedung Societet
5
6
BCB
7
pohon asem atau tanjung
Kompleks BCB lampu khas Malioboro
ceplok piring
Kompleks BCB
g n a c n a R n a u d n a P
6. Tata Kualitas Lingkungan 6.1. Tema
‘preservation corridor’ Merupakan penggal koridor jalan utama yang diarahkan sebagai area ‘khusus pejalan kaki’ tahap 1 dari Jl.Reksobayan (ngejaman) s.d Titik 0 km
Pedestrian dengan pavingmotif kombinasi polos seperti batu andesit
Vegetasi Perdu - Ceplok Pring
Penggantian material koridor utama sebagai area khusus pejalan kaki
Penambahan kursi ber-ornamen serapan Eropa selaras lampu khas Malioboro mempertahankan vegetasi eksisting
g n a c n a R n a u d n a P
6. Tata Kualitas Lingkungan 6.2. Elemen Street Furniture
o
Prinsip : menggunakan bentukan lampu eksisting, sebagai bentuk pelestarian ornmen pada lampukhas Malioboro bentuk serapan dari Eropa menggunakan pola organis
o
streetscape diarahkan untuk
memberi karakter kuat dan jelas melalui penampilan bentuk, motif dan ornamen disesuaikan dengan warna (kombinasi hijau-kuning) dan ornamen lampu khas Malioboro yang sudah ada
g n a c n a R n a u d n a P
6. Tata Kualitas Lingkungan 6.2. Elemen Street Furniture
o
o
Elemen-elemen street furniture diarahkan untuk mempertegas ruang terbuka publik pada koridor utama Jalan Malioboro dan Jalan Ahmad Yani . Penambahan ruang terbuka publik diarahkan pada ruang-ruang di depan kantor pemerintahan seperti Kompleks Kepatihan
Lampu khas Malioboro tetap dipertahankan
Lampu khas Malioboro tetap dipertahankan Pot sekaligus Bangku taman eksisting Hasta Brata Tempat sampah
Bangku taman
g n a c n a R n a u d n a P
6. Tata Kualitas Lingkungan 6.3. Panduan Rancangan Node - Entry Poit Sisi Utara o
o
Pengolahan entry point diarahkan dengan elemen horisontal lansekap saja, agar tidak menghalangi pandangan poros sumbu imajiner Pengaturan material paving blok dengan batu alam dan paving dapat memperkuat node (persimpangan) baik node entr y point di sisi utara & node
o
di sisi selatan
Permainan material penutup adalah kombinasi antara batu alam/ paving bermotif pada sisi tengah dan batu andesit pada sisi luar sepanjang 25 meter ke arah jalan di sisi timur dan barat
g n a c n a R n a u d n a P
6. Tata Kualitas Lingkungan 6.3. Panduan Rancangan Node/ Persimpangan o
Dibutuhkan pengaturan node kawasan untuk kenyamanan aspek visual, yaitu keleluasaan sudut pandang terhadap visual kawasan dari berbagai sudut/ arah termasuk pengendara kendaraan.
o
Kondisi bangunan sudut jalan perlu merespon persimpangan jalan agar tidak menggangu arah pandang dan mempertegas persimpangan node kawasan.
o
Bangunan sudut diarahkan untuk bidang pemasangan reklame atau iklan layanan masyarakat.
o
Pengaturan material paving blok dengan batu alam dan paving dapat memperkuat persimpangan
node di Jalan Suryatmajan – Jalan Pajeksan.
g n a c n a R n a u d n a P
6. Tata Kualitas Lingkungan 6.4. KualitasLingkunganPermukiman • Permukiman pada sub kawasan di belakang koridor
utama sebagai kawasan penyangga KCB Malioboro menggunakan Arsitektur Indis, Arsitektur Cina & Arsitektur Kolonial • Bangunan permukiman mengikuti penetapan ZONA PERUMAHAN –> mengacu aturan intensitas lahan • Menambahkan tata hijau pada jalur sirkulasi / jalan lingkungan di area perumahan/ permukiman. • Material penutup jalan lingkungan menggunakan grassblok untuk menambah area resapan hijau.
g n a c n a R n a u d n a P
6. Tata Kualitas Lingkungan 6.4. KualitasLingkunganPermukiman • Permukiman di belakang
koridor utama menggunakan Arsitektur Indis & Kolonial kecuali; pada Kampung Ketandan dan Ngupasan menggunakan Arsitektur Cina untuk memperkuat karakter kampung Pecinan. • Arsitektur Indis & Kolonial :
Ornamen batu kali ekspos di dinding luar, ketinggian 40 – 100 cm, atau sampai di bawah ambang bawah jendela.
n u m U a n a c n e R
7. SistemPrasarana dan Utilitas Lingkungan A.
Koridor Jalan
-
Penataan sistem prasarana dan jaringan utilitas yang terpadu.
-
Penataan sistem prasarana & jaringan utilitas mempertimbangkan potensinya sebagai elemen lingkungan yang didesain sebagai elemen street furniture.
-
Penataan sistem prasarana dan jaringan utilitas bagi pelaku sektor informal.
B.
Distrik
-
Penataan sistem prasarana dan jaringan utilitas yang terpadu.
C.
Ruang Terbuka
-
Penataan sistem prasarana dan jaringan utilitas yang terpadu.
-
Penataan sistem prasarana & jaringan utilitas mempertimbangkan potensinya sebagai elemen lingkungan yang didesain sebagai elemen street furniture.
D.
Persimpangan
-
Pengaturan material dengan pola atau motif yang dapat memperkuat node (persimpangan) khususnya pada node dan entry point koridor utama.
-
Pengaturan rambu-rambu lalu lintas, signage lainnya, reklame dan pencahayaan yang terkait dengan kemanan bagi pengguna jalan.
•
• • •
Penataan sistem prasarana dan jaringan utilitas pada Koridor Utama Jalan Malioboro – Jalan Ahmad Yani dengan membuat saluran utilitas terpadu untuk tempat (shaft) pipa kabel listrik, pipa kabel telekomunikasi dan pipa kabel optik. Peningkatan kualitas saluran drainase dengan menutup saluran menggunakan grill besi. Peningkatan kualitas saluran drainase dengan membuat saluran limpasan drainase di bawah tanah (tersembunyi) untuk menambah daya tampung. Penyediaan sumber air bersih dan saluran distribusi air untuk PKL makanan.
g n a c n a R n a u d n a P
7. SistemPrasarana dan Utilitas Lingkungan Penambahan intensitas lampu jalan khas Malioboro untuk memperkuat karakter Kawasan Malioboro
Drainase : saluran limpasan drainase di bawah tanah untuk menambah daya tampung
Saluran utilitas terpadu (listrik, kabel optik, telkom, dll) di bawah median timur
drainase Saluran Limbah PKL & disalurkan ke pengolahan limbah komunal Saluran Air Bersih PKL
Peningkatan kualitas pembuangan limbah PKL (khususnya PKL makanan) dengan membuat bak penampung yang dilengkapi dengan pengolahan limbah PKL komunal. Efluen hasil pengolahan dari bak pengolahan limbah PKL komunal yang sudah memenuhi ambang baku mutu dapat dialirkan ke badan-badan air dan atau riol kota.