ANALISA MUTU DAN HASIL PERTANIAN LAPORAN ANALISA KADAR AIR
Oleh :
Nama
: AKHMAD TRI RIFQI
NIM
: 121710101099 121710101099
Kleas
: THP - C
Kelompok
:4 / C2 Shift 1
Hri / Tgl Praktikum
: 08 Oktober 2013
Hrai / Tgl Pengumpulan
: 22 Oktober 2013
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2013
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk
kehidupan.Air diperlukan untuk kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup. Selain digunakan untuk keperluan proses biokimiawi, air terdapat pada setiap bahan, atau yang disebut dengan kadar atau kandungan air. Pengukuran kadar air dalam suatu bahan sangat diperlukan dalam berbagai bidang. Air merupakan salah satu senyawa yang dibutuhkan dalam kehidupan organisme, baik air, hewan, manusia, maupun mikroorganisme. Air memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup. Air berperan dalam proses kimia dan biokimia yang terjadi dalam tubuh organisme. Air berguna sebagai pelarut senyawa tertentu dan zat pengangkut serta sebagai pemelihara suhu tubuh. Semua bahan pangan mengandung air. Keberadaan air dalam bahan pangan dapat menjadi indikator daya awet bahan tersebut karena aktivitas mikroba sangat tergantung pada aktivitas air bahan sehingga apabila aktivitas air bahan diturunkan, maka mikroorganisme tidak dapat tumbuh dengan baik pada bahan. Selain itu, kadar air dalam bahan juga dapat digunakan untuk menentukan kegiatan penanganan dan pengolahan bahan selanjutnya. Untuk mengetahui kadar air dalam bahan dapat dilakukan dengan beberapa metode penetapan kadar air. Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan yang menunjukan banyaknya air yang terkandung di dalam bahan. Kadar air biasanya dinyatakan dengan persentase berat air terhadap bahan basah atau dalam gram air untuk setiap 100 gram bahan yang disebut dengan kadar air basis basah (bb). Berat bahan kering atau padatan adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap (konstan).. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menetapkan kadar air dalam bahan, yaitu metode thermogravimetri, distilasi, khemis, dan fisis. Pemilihan metode penetapan kadar air harus dilakukan dengan tepat agar proses penetapan bisa berjalan optimal. Penetapan kadar air bahan harus disesuaikan dengan sifat bahan yang akan dianalisis karena ada metode penetapan yang dapat
menentukan kadar air maksimal bahan, namun dapat menyebabkan perubahan lain yang tidak diinginkan pada bahan, misalnya dekomposisi zat organik atau hilangnya kandungan senyawa volatil bahan karena menguap terkena panas saat proses penetapan kadar air. Oleh karena itu, perlu kiranya untuk melakukan kegiatan praktikum kali ini guna mengetahui dan menentukan kadar air yang ada di dalam bahan hasil pertanian. 1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui cara pengukuran kadar air bahan pangan dan hasil
pertanian, 2. Untuk mengetahui preparasi bahan dan cara penyimpanan sampel selama menunggu bahan untuk ditimbang, 3. Untuk mengetahui cara pengukuran yang sesuai dengan macam bahan hasil pertanian.
BAB 2. TINJAUN PUSTAKA 2.1 Penjelasan macam-macam metode analisa kadar air
Metode Oven atau thermogravimetri Metode oven biasa merupakan salah satu metode pemanasan langsung dalam penetapan kadar air suatu bahan pangan. Dalam metode ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah periode pemanasan tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang terkandung. Metode ini terutama digunakan untuk bahan-bahan yang stabil terhadap pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah kandungan sukrosa dan glukosanya seperti tepung-tepungan dan serealia (AOAC 1984). Metode ini dilakukan dengan cara pengeringan bahan pangan dalam oven. Berat sampel yang dihitung setelah dikeluarkan dari oven harus didapatkan berat konstan, yaitu berat bahan yang tidak akan berkurang atau tetap setelah dimasukkan dalam oven. Berat sampel setelah konstan dapat diartikan bahwa air yang terdapat dalam sampel telah menguap dan yang tersisa hanya padatan dan air yang benar-benar terikat kuat dalam sampel. Setelah itu dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui persen kadar air dalam bahan (Crampton 1959). Secara teknik, metode oven langsung dibagi menjadi dua yaitu, metode oven temperatur rendah dan metode oven temperatur tinggi. Metode oven temperatur rendah menggunakan suhu (103 + 2)˚C dengan periode pengeringan selama 17 ± 1 jam. Periode pengeringan dimulai pada saat oven menunjukkan temperatur yang diinginkan. Setelah pengeringan, contoh bahan beserta cawannya disimpan dalam desikator selama 30-45 menit untuk menyesuaikan suhu media yang digunakan dengan suhu lingkungan disekitarnya. Setelah itu bahan ditimbang beserta wadahnya. Selama penimbangan, kelembaban dalam ruang laboratorium harus kurang dari 70% (AOAC 1970). Selanjutnya metode oven temperatur tinggi. Cara kerja metode ini sama dengan metode temperatur rendah, hanya saja temperatur yang digunakan pada suhu 130- 133˚C dan waktu yang digunakan relatif lebih rendah (Crampton 1959).
Penetapan air dengan metode Karl Fischer I Metode ini digunakan untuk menetukan kadar air produk kering. Air dalam sampel dititrasi dengan pereaksi Karl Fischer yang terdiri dari sulfur dioksida piridin, dan iodin dalam metanol anhidrat. Peraksi distandarisasi dengan air kristal, sodium asetat hidrat. Titik akhir titirasi ditentukan secara elektrometrik yang menggunakan titik penghentian titik akhir “dead stop”. Penetapan air dengan metode Karl Fischer II (AOAC, 1984) Metode ini digunakan untuk menetapkan kadar air produk coklat. Metode destilasi Metode destilasi digunakan untuk mengeluarkan kebasaan dari bahan dengan memanaskan dalam minyak atau cairan non air tertentu, dan mengukur hilangnya berat atau volume air yang didestilasi dari bahan ini. Metode destilasi toluena dapat mendidihkan bahan yang digiling halus dalam aparat yang mengembangkan bahan yang menguap, mengumpulan embun dalam tabung pengukur dan mengembalikan toluena yang mengembun ke dalam bejana pendidihan (Srivastava, 1987).
2.2 Penjelasan bahan baku
2.2.1 Umbi Jalar Tanaman ubi jalar ( Ipomoea batatas. L) atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah.
Ditinjau dari komposisi kimia, ubi jalar potensial sebagai sumber karbohidrat, mineral dan vitamin (Tabel 1). Selain umbinya yang memiliki gizi cukup tinggi, daun ubi jalar muda dapat dijadikan sayur yang juga mengandung gizi cukup tinggi. Umbi komoditas ini kaya akan energi, vitamin A dan C, tetapi miskin protein, sedangkan daunnya kaya akan mineral dan vitamin A. Apabila ubi jalar dijadikan
sebagai makanan pokok maka perlu dilakukan penambahan unsur
protein (Setyono, 1996).
2.2.2 Kentang Kentang merupakan tanaman dikotil yang bersifat semusim dan berbentuk semak/herba. Batangnya yang berada di atas permukaan tanah ada yang berwarna hijau, kemerah-merahan, atau ungu tua. Akan tetapi, warna batang ini juga dipengaruhi oleh umur tanaman dan keadaan lingkungan. Pada kesuburan tanah yang lebih baik atau lebih kering, biasanya warna batang tanaman yang lebih tua akan lebih menyolok. Bagian bawah batangnya bisa berkayu. Sedangkan batang tanaman muda tidak berkayu sehingga tidak terlalu kuat dan mudah roboh Kentang termasuk makanan pokok dunia, selain gandum, beras, dan terigu. Bagian utama tanaman kentang yang menjadi bahan makanan adalah umbinya. Kentang merupakan sumber karbohidrat yang mengandung vitamin dan mineral
cukup tinggi. Komposisi utama kentang terdiri dari air 80 %, pati 18 %, dan protein 2 %. Kandungan gizi kentang disajikan pada Tabel 2 berikut.
2.2.3 Jambu Merah Biji Jambu merah memiliki nama latin Psidium guajava dan termasuk dalam keluarga Myrtaceae. Buah jambu biji memiliki rasa yang manis meski ada juga yang rasanya sangat asam. Daging buahnya berwarna merah muda ada juga yang putih. Bijinya keras, sangat banyak dan kecil-kecil. Akan tetapi, sekarang ada varietas unggul dimana rasanya sangat manis dan hampir tanpa biji. Buah ini sangat kaya sumber serat larut (5,4 g per 100 g buah, sekitar 14% dari kebutuhan harian), yang membuatnya menjadi pencahar massal yang baik. Kandungan serat membantu melindungi usus besar selaput lendir dengan mengurangi waktu terkena racun serta mengikat bahan kimia penyebab kanker di usus besar. Jambu biji dikatakan buah yang sangat istimewa karena memiliki kandungan zat gizinya yang tinggi, seperti vitamin C, potasium, dan besi. Selain itu, juga kaya zat nongizi, seperti serat pangan, komponen karotenoid, dan polifenol. Buah jambu biji bebas dari asam lemak jenuh dan sodium, rendah lemak dan energi tetapi tinggi akan serat pangan (dietary fiber). Serat pangan bermanfaat untuk mencegah
berbagai penyakit degeneratif, seperti kanker usus besar ( kanker kolon ), divertikulosis, aterosklerosis, gangguan jantung, diabetes melitus, hipertensi dan penyakit batu ginjal (Gaman, 1992 ). Kandungan Gizi dalam 100 gram buah jambu biji yaitu mengandung : Energi 49 kal, Protein 0,9 g , Lemak (0,3) g , Karbohidrat 12,2 g, Serat 5,6 g, Kalsium 14 mg, Fosfor 28 mg, Zat Besi 1,1 mg, Vitamin A 25 IU, Vitamin B1 0,02 mg, Vitamin C 87 mg dan Air 86 g. 2.3 Prinsip analisa metode yang dilakukan saat praktikum
Menurut Sudarmadji tahun 2007, prinsip metode penetapan kadar air dengan oevn biasa atau Thermogravimetri yaitu menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Penimbangan bahan dengan berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan dan cara ini relatif mudah dan murah. Percepatan penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang lain karena pemanasan maka dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Bahan yang telah mempunyai kadar gula tinggi, pemanasan dengan suhu kurang lebih 100º C dapat mengakibatkan terjadinya pergerakan pada permukaan bahan. Suatu bahan yang telah mengalami pengeringan lebih bersifat hidroskopis dari pada bahan asalnya. Oleh karena itu selama pendinginan sebelum penimbangan, bahan telah ditempatkan dalam ruangan tertutup yang kering misalnya dalam eksikator atau desikator yang telah diberi zat penyerapan air. Penyerapan air atau uap ini dapat menggunakan kapur aktif, asam sulfat, silica gel, kalium klorida, kalium hidroksid, kalium sulfat atau barium oksida. Silika gel yang digunakan sering diberi warna guna memudahkan bahan tersebut sudah jenuh dengan air atau belum, jika sudah jenuh akan berwarna merah muda, dan bila dipanaskan menjadi kering berwarna biru. 2.4 Penjelasan mengapa kadar air penting dilakukan bagi produk makanan
Menurut Haryanto tahun 1992 kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan karena air dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, serta ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan. Air juga termasuk zat gizi. Setiap bahan pangan mengandung air. Air dapat berasal dari energi zat gizi pangan selama metabolisme, atom karbon dan atom H bergabung dengan oksigen menghasilkan CO 2 dan H2O. Air berfungsi sebagai media hampir semua reaksi kimia yang ada di dalam tubuh dan ikut serta dalam reaksi tersebut, air dapat melarutkan mineral, vitamin, asam amino, glukosa, dan banyak molekul kecil lainnya, air berperan sebagai pengangkut zat penting ke dalam sel, dan mengeluarkan sisanya (Tejasari, 2005: 50-51).
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat - Eksikator - Neraca analatis - Botol timbang - Penjepit - Oven 3.1.2 Bahan - Ubi ungu - Tomat - Talas 3.2 Prosedur Analisa Botol Timbang Bahan Oven 24 menit Timbang b gram Eksikator 15 menit dimasukkan
Timbang a gram
Botol timbang Oven 24 jam Eksikator 15 menit
Timbang c gram sampai konstan
Awalnya menyiapkan botol timbang
lalu dioven selama 24 jam dan
dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit. Tujuan dioven adalah untuk menguapkan sisa – sisa air pada botol timbang sehingga proses analisis tidak akan terganggu. Tujuan dimasukkan ke dalam eksikator adalah untuk menyeimbangkan kelembapan relatif (R H)
yang nantinya akan dapat mengganggu ketepatan
analisis. Hal ini dilakukan karena botol timbang yang baru saja dioven, pori porinya akan membesar/bersifat porous sehingga akan bersifat higroskopis (mudah menarik air dari lingkungan) dan akan dapat mempengaruhi berat saat penimbangan. Akibatnya data yang diperoleh kurang akurat. Setelah itu botol timbang kosong ditimbang sebagai a gram. Kemudian bahan ditambahkan sebanyak 3 gram ke dalam botol dan ditimbang sebagai b gram. Selanjutnya botol + bahan dioven selama 24 jam untuk menguapkan kadar air dalam bahan dan dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit Tujuan dimasukkan ke dalam eksikator adalah untuk menyeimbangkan kelembapan relatif (R H) yang nantinya akan dapat mengganggu ketepatan analisis saat penimbangan. Hal ini perlu dilakukan karena botol timbang yang baru saja dioven, pori-porinya akan membesar/bersifat porous sehingga akan bersifat higroskopis (mudah menarik air dari lingkungan) dan akan dapat mempengaruhi berat saat penimbangan. Akibatnya data yang diperoleh kurang akurat. Setelah itu botol + bahan yang sudah dioven ditimbang sebagai c gram. Penimbangan dilakukan selama dengan 2 kali pengulangan pada hari yang sama
berturut-turut hingga tercapai berat
konstan lalu ditentukan berat bahan + botol (c gram). dan kadar air bahan dapat dihitung dengan memasukkan ke dalam rumus yang telah ditetapkan Ka %wb= (b-c)/(b-a) x 100% dan Ka% db = (b-c)/(c-a) x 100%.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 90.000 80.000 70.000 60.000 r i a r a d a k
50.000 40.000
79.039
83.882 71.597 62.089
30.000 20.000 10.000 0.000 kentang
jambu biji
ubi jalar
talas
4.1 Pembahasan
Pada kegiatan praktikum kali ini, kami melakukan kegiatan penetapan kadar air bahan hasil pertanian dengan metode thermogravimetri. Prinsip penetapan kadar air metode thermogravimetri adalah pemanasan bahan pada titik didh air sehingga air akan menguap, lalu ditimbang berat sebelum dan sesudah pemanasan. Selisih berat bahan sebelum dan sesudah dipanaskan adalah kadar air bahan. Sampel yang digunakan adalah tepung kentang, jambu biji,ubi jalar dan talas.lalu ditentukan kadar air % wet bulb (wb) dan dry bulb (db) bahan.Kadar air dry bulb (db) adalah kadar air yang ditentukan pada saat suhu dry bulb yaitu pada saat suhu diukur dengan pembacaan termometer biasa atau termometer yang bolanya dalam kondisi kering. Kadar air %db dapat dicari dengan rumus Ka% db = (b-c)/(c-a) x 100%. Kadar air % db menghitung jumlah air yang ada di dalam bahan dibandingkan terhadap berat bahan kering dan dikalikan 100% (mencari kadar air dalam kondisi bahan kering ).
Kadar air wet bulb (wb) adalah kadar air yang ditentukan pada saat suhu wet bulb yaitu ketika suhu campuran uap air-udara sebagaimana yang dinyatakan oleh pengukuran dengan termometer yang ”bulb-nya” diselimuti dengan lapisan tipis cair. Kadar air %wb dapat dicari dengan rumus Ka %wb= (b-c)/(b-a) x 100%. Kadar air % wb menghitung jumlah air yang ada di dalam bahan dibandingkan terhadap berat bahan basah dan dikalikan 100% ( mencari kadar air dalam kondisi bahan basah ). Dari diagram tabel 1 dapat diketahui bahwa kadar air (% wb) pada kentang sebesar 79.039 . Sedangkan berdasarkan literatur sebesar 64 gram/100 gram bahan(Direktorat gizi depkes RI,1981) . Dari analisis pada kadar air dalam kentang menunjukan angka yang lebih tinggi dari literatur. Perbedaan ini mungkin dikarenakan terjadi kontak antara bahan dengan udara saat dikeluarkan dari oven sehingga bahan yang baru keluar dari oven dan bersifat porous akan mudah menyerap uap air dari udara serta terjadi kontak antara bahan/botol dengan tangan yang juga mengandung kadar air tertentu sehingga mempengaruhi kadar air bahan saat ditimbang dan menjadikan kadar air bahan yang dianalisis lebih banyak dibandingkan dengan di literatur. untuk nilai RSDnya diperoleh nilai sebesar 0,199% nilai RSD ini menunjukan bahwa keakuratan data yang diperoleh dari praktikum sangatlah tinggi .pada literatur nilai RSD yang dapat diterima adalah <5%. Pada bahan jambu merah dari diagram tabel 1. dapat diketahui bahwa kadar air (% wb) pada jambu merah sebesar 83,882 . Sedangkan berdasarkan literatur sebesar Air 86 g gram/100 gram bahan (Gaman, 1992 ). Dari analisis pada kadar air dalam jambu merah sudah menunjukan angka hampir sama dari literatur perbedaan yang sangat kecil ini mungkin dikarenakan kondisi dari buah jambu merah yang berbeda dengan literatur. Untuk nilai RSDnya diperoleh nilai sebesar 0,842% nilai RSD ini menunjukan bahwa keakuratan data yang diperoleh dari praktikum sangatlah tinggi .pada literatur nilai RSD yang dapat diterima adalah <5% semakin kecil RSD keakuratan data yang diperoleh semakin tinggi.
Pada bahan ubi jalar dari diagram tabel 1. dapat diketahui bahwa kadar air (% wb) pada ubi jalar sebesar 71,597 . Sedangkan berdasarkan literatur sebesar Air 65,5 g gram/100 gram bahan(Setyono, 1996). Dari analisis pada kadar air ubi jalar menunjukan selisih sekitar 5 % dari literatur. Hal ini tidak bisa dikatatakan menyimpang dikarenakan bahan ubi jalar pada literatur dan pada saat praktikum mungkin berbeda dari peresapan air saat di pohon ataupun munngkin waktu penyimpanan. Untuk nilai RSDnya diperoleh nilai sebesar 0,328% nilai RSD ini menunjukan bahwa keakuratan data yang diperoleh dari praktikum sangatlah tinggi .pada literatur nilai RSD yang dapat diterima adalah <5% semakin kecil RSD keakuratan data yang diperoleh semakin tinggi. Pada bahan talas dari diagram tabel 1. dapat diketahui bahwa kadar air (% wb) pada ubi jalar sebesar 62,089 % . Sedangkan berdasarkan literatur kadar Airnya sebesar 71 gram/100 gram bahan(Setyono, 1996). Dari analisis kadar air bahan talas menunjukan selisih yang cukup besar dibandingkan dengan literatur hal ini mungkin dikarenakan bahan tales pada literatur dan pada saat praktikum ada perbedaaan saat buah berada pada pohonya , mungkin kondisi penyimpananya. Selain perbedaan dari bahan mungkin juga bisa dikarenakan kesalahan praktikan saat penimbangan ataupun pencatatan. Untuk nilai RSDnya diperoleh nilai sebesar 0,498% nilai RSD ini menunjukan bahwa keakuratan data yang diperoleh dari praktikum sangatlah tinggi .pada literatur nilai RSD yang dapat diterima adalah <5% semakin kecil RSD keakuratan data yang diperoleh semakin tinggi.
BAB 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan praktikum kali ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Penentuan kadar air pada praktikum mengunakan metode oven biasa dengan prinsip menguapkan air bahan di dalam oven. 2. Kadar air pada talas(62,089) dari hasil praktikum memiliki nilai yang paling rendah dibanding dengan kentang (79,039), jambu merah(83,882) ,ataupun ubi jalar(71,597). 3. Analisa penentuan kadar air pada bahan perlu dilakukan untuk mengetahui berapa% kandungan air yang dimiliki bahan tersebut sehingga dapat diketahui cara penanganan bahan pada kadar air yang tinggi ataupun randah.
5.2 Saran
1. Pada saat pengangkatan botol timbang dari oven harus dilakuakn dengan hati – hati dan cepat agar air dari lingkungan tidak masuk pada bahan. 2. Dalam penimpangan harus diamati dengan teliti dan, 3. Pada pencatatan hasil praktikum sebaiknya disusun dengan rapi.
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1984. Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical Chemistry. 14th Ed. Virginia : AOC, Inc. Atkins, 1999, Kimia Fisika I, Erlangga, Jakarta. Crampton, EW. 1959. Fundamental of Nutrition. USA: Freeman and Company Gaman, P.M. dan K.B. Sherington. 1992. Ilmu Pangan: Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. UGM Press: Jogjakarta. Haryanto B. 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sa gu. Yogyakarta : Kanisius Setyono, A., Y. Setiawati, dan Sudaryono. 1996. Penanganan pascapanen ubi jalar. Dalam M. Syam, Hermanto, danA. Musaddad (eds). Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Buku 4. Jagung, sorgum, ubi kayu, dan ubi jalar.Pusat Penelitian danPengembanganTanaman Pangan.Bogor. Srivastava, 1987, Tehnik Instrumentasi, UI-Press, Jakarta. Sudarmadji S, Bambang H, Suhardi. 2007. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Tejasari. 2005. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta : Graha Ilmu
LAMPIRAN Tabel Pengamatan Bahan Kentang
Ulangan 1 2 3
Berat Botol (a gram)
Berat Botol + bahan (b gram)
44,855 16,979 44,381
47,860 19,990 47,837
Berat Bahan awal (gram) 3,006 3,012 3,006
Penimbangan 1
2
45,483 17,616 45,462
45,479 17,615 45,457
Berat Bahan Konstan (c gram) 45,481 17,6155 45,4595
Tabel Pengamatan Bahan Jambu Biji
Ulangan 1 2 3
Berat Botol (a gram)
Berat Botol + bahan (b gram)
34,798 44,873 44,376
37,797 47,877 47,382
Berat Bahan awal (gram) 3,000 3,004 3,007
Penimbangan 1
2
35,269 45,383 44,453
35,264 45,380 44,849
Berat Bahan Konstan (c gram) 35,2665 45,3815 44,851
Tabel Pengamatan Bahan Ubi Jalar Ulangan
1 2 3
Berat botol (a gram)
Berat botol + bahan (b gram)
Berat bahan awal
44,855 44,876 44,902
47,756 47,819 47,835
3,019 3,076 3,029
Penimbangan 1
2
45,689 45,713 45,732
45,682 45,708 45,724
Berat bahan konstan (c gram) 45,6855 45,7105 45,728
Tabel Pengamatan Bahan Talas Ulangan
1 2 3
Berat botol (a gram)
Berat botol + bahan (b gram)
Berat bahan awal
44,376 44,832 44,444
47,279 47,731 47,341
3,012 3,008 3,003
Penimbangan 1
2
45,471 45,929 45,556
45,465 45,925 45,549
Berat bahan konstan (c gram) 45,468 45,927 45,5525
4.2 Hasil Perhitungan
Tabel Perhitungan Kadar Air Bahan Kentang Ulangan 1 2 3 Rata-rata SD RSD
Kadar Air Wb (%) 79,168 78,860 79,091 79,039 0,158 0,199
Kadar Air Db (%) 380,031 373,055 378,281 377,122 3,629 0,962
Table Perhitungan Kadar Air Bahan Jambu Biji Ulangan 1 2 3 Rata-rata SD RSD
Kadar Air Wb (%) 84,378 83,072 84,198 83,882 0,707 0,842
Kadar Air Db (%) 540,128 490,757 532,842 521,242 26,651 5,112
Table Perhitungan Kadar Air Bahan Ubi Jalar Ulangan 1 2 3 Rata-rata SD RSD
Kadar Air Wb (%) 71,371 71,644 71,837 71,597 0,235 0,328
Kadar Air Db (%) 249,307 252,666 255,084 252,352 2,901 1,149
Table Perhitungan Kadar Air Bahan Talas Ulangan 1 2 3 Rata-rata SD RSD
Kadar Air Wb (%) 62,383 62,228 61,736 62,089 0,306 0,492
Kadar Air Db (%) 165,842 164,748 161,344 163,978 2,345 1,43