I.
Apakah sastra ?
Bahasa Lisan- Bahasa Tulis- Sastra Obyek utama penelitian ilmu sastra itu tidak tentu. Sampai sekarang belum ada orang yang mampu memberi jawaban dengan tepat mengenai apakah sastra. Sudah banyak yang memberi batasan mengenai sastra, namun akhirnya terbukti tak kesampaian karena hanya menekankan satu aspek saja. Sampai sekarang yang belum hilang adalah pendekatan yang menyamakan sastra dengan bahasa tulis. Definisi sebuah gejala dapat kita dekati dari sebuah namanya, namun definisi ini tidak sempurna. ata sastra dalam bahasa !ndon !ndonesia esia berasal dari bahasa Sanse Sansekerta, kerta, sas dalam kata kerja ke rja me memp mpuny unyai ai ar arti ti me meng ngara arahk hkan an,, me meng ngaja ajark rkan an.. Se Seda dang ngka kan n ak akhi hiran ran -t -tra ra bi biasa asany nyaa menunj men unjukk ukkan an alat sara sarana. na. "ak "akaa dar darii itu sast sastra ra dap dapat at ber berarti arti alat unt untuk uk men mengaj gajar, ar, buku petunjuk. Dalam bahasa #ina, kata yang dekat dengan sastra adalah kata wen yang artinya pola, susunan, struktur. $emakaian kata literature untuk segala bentuk yang berwujud tulisan, sangat bertahan lama di %ropa. Oleh karena pembedaan bahan tulisan yang bernilai estetik dari tulisan lain. $emakaian $emaka ian bahasa dalam bentu bentuk k tulisa tulisan n menu menunjukk njukkan an sejum sejumlah lah keistim keistimewaan ewaan yang &ukup jelas membedakan dari bahasa lisan.se&ara ringkas &iri-&iri itu akan di uraikan sebagai berikut ' (. Dalam pemakaian pemakaian bahasa se&ara tertuli tertuliss baik pembi pembi&ara &ara maupun pendengar, pendengar, kehilanaga kehilanagan n saran sar anaa ko komu muni nika kasa saii ya yang ng da dala lam m pe pema maka kaian ian ba baha hasa sa lis lisan an me memb mberi eri su sumb mban anga gan n un untu tuk k berhasilnya suatu komunikasai. Sarana itu di sebut suprasegmental. Suprasegmental adalah gejala intonasi ) aksen, tekanan kata, tinggi rendahnya nada, keras lemanya suara*. +hlenbe&k )(' /0* ' eberhasilan komunikasi tidak tergantung pada efek sarana-sarana lingual saja1 pemahaman pemakaian bahasa lisan adalah hasil permaianan bersamaa yang subtil dari datadataa pen dat penget getahu ahuan an ling lingual ual dan eks ekstra tra lin lingua gual, l, dar darii inf inform ormasi asi aud auditif itif,, 2is 2isual ual,, dan kog kognit nitif if ) berdasarkan pengetahuan atau penafsiran *. 3. Dalam bah bahasa asa tul tulis is bia biasany sanyaa tid tidak ak ada kem kemung ungkin kinan an hub hubung ungan an fis fisik ik ant antara ara pen penuli uliss dan pemba&a. Sedangkan komunikasi lisan kita banyak tergantung pada kemungkinan yang di adakan oleh hubungan fisik 1 pendengar melihat gerak-gerik si pembi&ara, yang seringkali penting untuk menjelaskan apa yang di maksudkannya.selain itu pula dapat memberi reaksi langsung yang penting bagi pembi&ara. Dalam komunikasi dalam bahasa tulis, situasi itu sangat berbeda. $enulis harus mengu&apkan sesuatu lebih eksplisit, harus sejelas mungkin,
dan juga harus hatri-hati. Sedangkan pemba&a pun harus mengambil sikapa yang lain, karena tidak adanya interaksi yang spontan. 4. Da Dalam lam te teks ks te tertu rtuli liss pe penu nuli liss ti tida dah h ha hadi dirr seb sebag agia iann nnya ya ata atau u se selu luru ruhny hnyaa da dalam lam sit situa uasi si komunikasi. #ontohnya adalah karangan yang anonim, pemba&a harus men&ari informasi yang rele2an hanya dari data tertulis saja. . Teks Teks ter tertul tulis is jug jugaa sang sangat at mun mungki gkin n mak makin in lep lepas as dari ker kerang angka ka refe referen rensi si asli asliny nya. a. $en $enuli uliss mengarang tulisannya berdasarkan situasi tertentu, situasi pribadi, situasi sosial, berdasarkan situasi dia sendiri sebagai pemba&a.untuk pemba&a.untuk menghindari menghindari salah faham, penga pengarang rang terpaksa se&ara eksplisit dan jelas menguraikan menguraikan inform informasi asi konte kontekstual kstual yang dalam situasi per&ak per&akapan apan biasanya tidak perlu di eksplesitkan. Dalam komunikasi lewat tulisan sering terjadi salah faham jauh lebih besar. 5. $emba&a mempunyai keuntungan lain, kalau di bandingkan dengan dengan pendengar dalam situasi komunikasi.tulisannya dapat di ba&a beberapa kali apabila di anggap penting. Tanggapannya pun dapat di tunda di pikirkan kembali sebelum di tuliskan. 0. Te Teks ks tertulis dapat di reproduksikan dalam berbagai bentuk. 6ang 6ang berarti bahwa lingkungan orang yang terlibat dalam dalam tindak komunikasi dengan bahasa tulisan pada prinsipnya jauh lebih besar dan luas daripada yang biasanya terdapat dalam situasi bahasa lisan. . omun omunikasi ikasi antara penulis dan pemba pemba&a &a lewat tulisa tulisan n membuka kemungkinan kemungkinan adanya jarak jauh antara kedua belah pihak, dalam hal ruang, waktu dan juga segi kebudayaan. ita dapat memba&a mem ba&a hasil tul tulisan isan dari mas masaa yan yang g lam lampau pau,, dar darii neg negri ri lai lain, n, den dengan gan latar bel belaka akang ng kebudayaan yang lain sekali dari situasi kita sendiri. Sarana dan tujuh &iri bahasa tulis yaitu ' (.
Oleh karena karena kemungki kemungkinan nan untuk untuk mengung mengungkapk kapkan an sarana supraseg suprasegmental mental dan dan paralingua paralinguall dalam da lam si situ tuasi asi tu tulis lisan an sa sang ngat at ter terba bata tas, s, ma maka ka se seor oran ang g pe penu nuli liss ter terpa paks ksaa me meng ngus usah ahak akan an perumusan yang seteliti dan setepat mungkin, dalm per&akapan kalimat dapat di pakai se&ara tak karuan saja, karena setengahnya seringkali sudah &ukup untuk pendengar yang &ermat.
3.
Dalam Da lam sit situa uasi si ba baha hasa sa tu tulis lis si pe pemb mbi&a i&ara ra bu buka kanl nlah ah fa fakt ktor or ya yang ng te terse rsedi diaa da dalam lam tin tinda dak k komunikasi, faktor ini pun dapat dipermainkan oleh pengarang karya sastra. Tetapi dalam tulisan belum tentu kita tahu siapakah si aku yang kita temui dan ambiguitas ambiguitas tentang diri penulis yang tidak kita hadapi langsung.
dan juga harus hatri-hati. Sedangkan pemba&a pun harus mengambil sikapa yang lain, karena tidak adanya interaksi yang spontan. 4. Da Dalam lam te teks ks te tertu rtuli liss pe penu nuli liss ti tida dah h ha hadi dirr seb sebag agia iann nnya ya ata atau u se selu luru ruhny hnyaa da dalam lam sit situa uasi si komunikasi. #ontohnya adalah karangan yang anonim, pemba&a harus men&ari informasi yang rele2an hanya dari data tertulis saja. . Teks Teks ter tertul tulis is jug jugaa sang sangat at mun mungki gkin n mak makin in lep lepas as dari ker kerang angka ka refe referen rensi si asli asliny nya. a. $en $enuli uliss mengarang tulisannya berdasarkan situasi tertentu, situasi pribadi, situasi sosial, berdasarkan situasi dia sendiri sebagai pemba&a.untuk pemba&a.untuk menghindari menghindari salah faham, penga pengarang rang terpaksa se&ara eksplisit dan jelas menguraikan menguraikan inform informasi asi konte kontekstual kstual yang dalam situasi per&ak per&akapan apan biasanya tidak perlu di eksplesitkan. Dalam komunikasi lewat tulisan sering terjadi salah faham jauh lebih besar. 5. $emba&a mempunyai keuntungan lain, kalau di bandingkan dengan dengan pendengar dalam situasi komunikasi.tulisannya dapat di ba&a beberapa kali apabila di anggap penting. Tanggapannya pun dapat di tunda di pikirkan kembali sebelum di tuliskan. 0. Te Teks ks tertulis dapat di reproduksikan dalam berbagai bentuk. 6ang 6ang berarti bahwa lingkungan orang yang terlibat dalam dalam tindak komunikasi dengan bahasa tulisan pada prinsipnya jauh lebih besar dan luas daripada yang biasanya terdapat dalam situasi bahasa lisan. . omun omunikasi ikasi antara penulis dan pemba pemba&a &a lewat tulisa tulisan n membuka kemungkinan kemungkinan adanya jarak jauh antara kedua belah pihak, dalam hal ruang, waktu dan juga segi kebudayaan. ita dapat memba&a mem ba&a hasil tul tulisan isan dari mas masaa yan yang g lam lampau pau,, dar darii neg negri ri lai lain, n, den dengan gan latar bel belaka akang ng kebudayaan yang lain sekali dari situasi kita sendiri. Sarana dan tujuh &iri bahasa tulis yaitu ' (.
Oleh karena karena kemungki kemungkinan nan untuk untuk mengung mengungkapk kapkan an sarana supraseg suprasegmental mental dan dan paralingua paralinguall dalam da lam si situ tuasi asi tu tulis lisan an sa sang ngat at ter terba bata tas, s, ma maka ka se seor oran ang g pe penu nuli liss ter terpa paks ksaa me meng ngus usah ahak akan an perumusan yang seteliti dan setepat mungkin, dalm per&akapan kalimat dapat di pakai se&ara tak karuan saja, karena setengahnya seringkali sudah &ukup untuk pendengar yang &ermat.
3.
Dalam Da lam sit situa uasi si ba baha hasa sa tu tulis lis si pe pemb mbi&a i&ara ra bu buka kanl nlah ah fa fakt ktor or ya yang ng te terse rsedi diaa da dalam lam tin tinda dak k komunikasi, faktor ini pun dapat dipermainkan oleh pengarang karya sastra. Tetapi dalam tulisan belum tentu kita tahu siapakah si aku yang kita temui dan ambiguitas ambiguitas tentang diri penulis yang tidak kita hadapi langsung.
4.
Oleh karena karena hubungan hubungan antara karya karya sastra dengan penulis penulis tidak jelas, jelas, dengan sendiriny sendirinyaa tulisan itu sendiri makin penting, menjadi pusat perhatian pemba&a. Lepasnya karya sastra dari tujuan komunikasi biasa dan dari diri penulis menimbulkan ma&am-ma&am kon2ensi yang harus di kuasai seorang pemba&a, agar dia dapat memahami karya sastra.
.
Dalam situasi situasi komunikasi komunikasi tulisan tulisan referen dan a&uan, a&uan, yaitu hal hal dalam kenyataan kenyataan yang di tunjuk tun jukkan kan dal dalam am tin tindak dak uja ujaran ran yan yang g bia biasa, sa, mun mungki gkin n tid tidak ak jel jelas as dan sam samarar-sama samarr saja saja.. Demikianlah perbedaan antara pembedaan antara ujaran dan tulisan menjadi sumber paradoks sastra yang fundamental. ita tertarik pada sastra karena nyatalah itu sesuatu yang lain dari komunikasi biasa.
5.
emungkinan permainan kon2ensi kon2ensi yang yang makin ruwet, makin menyesatkan pemba&a pemba&a karena kompleksitas makna berhubungan juga dengan monumentalitas karya sastra. Seakan-akan terjadi sema&am permainan kejar-kejaran antara penulis dan pemba&a.
0.
emungkinan reproduksi dalam berbagai bentuk sangat penting untuk sastra sebagai faktor faktor kebudayaan. 7eproduksi tulisan itu ada pula akibatnya. Tulisan memungkinkan pemantapan dan kelestarian berita yang terkandung di dalamnya.
.
Berkat
menyimpan
dan
menyelamatkan
sastra
dalam
bentuk
tulisan
dan
menyebarluaskannya melampaui batas waktu dan ruang, juga melampaui batas bahasa dan kebudayaan. Tetapi hal itu menimbulkan masalah, dalam arti penafsiran dari karya sastra dari masaa ata mas atau u keb kebuda udayaa yaan n yan yang g lai lain n ter ternya nyata ta san sangat gat sul sulit it dan men mengak gakibat ibatkan kan kem kemung ungkin kinan an perbedaan pemahamaan yang sangat menonjol. Sastra dan bahasa tulis tidak identi identik, k, sastra tidak terbata terbatass pada bentu bentuk k bahasa tulis. "aklum ada pula sastra lisan, baik dalam masyarakat tradisional, maupun dalam masyarakat modern. Sastra lisan pemakaian bahasa seringkali jauh lebih rumit dan terpelihara ataupun menyimpang dari yang biasa dalam bahasa yang sehari-hari. esimpulan yang penting dalam hubungan ini tidak ada kriteria yang jelas yang dapat kita ambil dari perbedaan pemakaian bahasa lisan dan bahasa tulis untuk membatasi sastra sebagai gejala yang khas. 8da pemakaian bahasa lisan l isan dan tulis yang sastra, ada a da pula yang bukan sastra, dan sebaiknya ada sastra tulis dan ada pula sastra lisan. Tolok ukur untuk membedakan sastra dengan bukan sastra harus di &ari di bidang lain.
II. Karya Sastra Dalam Model Semiotik
(.
Sastra sebagai tanda termasuk bidang semiotik ' De Saussure 9erdinand de Saussure di akui sebagai tokoh yang meletakkan dasar ilmu bahasa modern. Bahasa adalah sistem tanda, dan tanda merupakan kesatuan antara dua aspek yang tak terpisahkan satu sama lain ' signifiant ) penanda * dan signifie ) petanda *. Signifiant adalah aspek formal atau bunyi pada tanda itu, sedangkan signifie adalah aspek kemaknaan atau konseptual. De Saussure membi&arakan beberapa aspek tanda yang khas ' tanda adalah arbiter, kon2ensional dan sistematik. 8rbiter berarti bahwa dalam urutan bunyi itu sendiri tidak ada alasan atau motif untuk menghubungkannya. De Saussure menjelaskan pula bahwa bahasa bukanlah satu-satunya sistem tanda yang di pakai dalam masyarakat, ada berbagai sistem tanda lain. Semua sistem tanda, termasuk bahasa, yang merupakan sistem tanda yang paling kompleks dan mendasar untuk komunikasi antar manusia. !lmu pengetahuan yang bertugas untuk meneliti berbagai sistem tanda oleh De Saussure di sebut semiologi, atau ilmu tanda. :agasan yang sama tlah lebih dahulu di kembangkan oleh #harles Sander $eir&e, seorang filsuf 8merika, tetapi tulisannya baru kemudian di terbitkan.
3.
"odel bahasa arl Buhler Sastra merupakan sistem tanda yang bertugas sebagai alat komunikasi antar manusia makin meluas dalam kalangan peneliti sastra. arl Buhler seorang ahli psikolog, tetapi yang banyak mempunyai minat mengenai masalah bahasa dan yang malahan dalam tahun (4 menulis sebuah buku. Buhler pertama kali dengan jelas menguraikan &iri khas tanda bahasa sebagai gejala sosial. ;al itu berdasarkanya yang di sebut organonmodell der spra&he, model bahasa dengan memakai istilah yunani. $lato mengenai bahasa , organon berarti alat, sarana, instrumen. Oleh Buhler hasil rangkap tiga yang di akibatkan oleh bahasa ' 8usdru&k, 8ppell, Darstellung. Buhler menjelaskan bahwa tiga fungsi tersebut tidak selalu sama pentingnya dalam situasi komunikasi, yang dominan dalam pemakaian bahasa yang biasa adalah fungsi Darstellung, referensinya 1 dominannya fungsi itu terungkap dalam apa yang kita sebut arti unsur bahasa. Tetapi dalam situasi tertentu mungkin ekspresilah yang dominan.
4.
"odel sastra 8brams
Sastra mau tak mau adalah salah suatu bentuk pemakaian bahasa. 8brams meneliti teori-teori mengenai sastra yang berlaku dan di utamakkan di masa 7omantik, khususnya dalam puisi dan ilmu sastra !nggris. 8brams membi&arakan masalah keanekaragaman yang seringkali sangat menga&aukan yang dapat kita perhatikan di bidang teori sastra. 8brams memberikan sebuah keranga yang terkandung pendekatan kritis yaitu ' a.
$endekatan obyektif adalah pendekatan yang menitikberatkan karya itu sendiri.
b.
$endekatan ekspresif adalah pendekatan yang menitikberatkan penulis.
&.
$endekatan mimetik adalah pendekatan yang menitikberatkan semesta.
d.
$endekatan pragmatik adalah pendekatan yang menitikberatkan pemba&a. !stilah pragmatik menunjuk pada efek komunikasi yang seringkali di rumuskan dalam istilah ;oratius. Seni harus menggabungkan sifat utile dan dul&e, bermanfaat dan manis. 8brams memperlihatkan bahwa empat pendekatan itu seringkali dominan. 8brams sendiri dalam tulisannya belum memakai istilah semiotik atau teori komunikasi. "odelnya sangat mirip dengan organon Buhler.
.
"odel 7oman
5.
"odel #harles "orris, disesuaikan oleh lauss #harless "orris seorang ahli semiotik awal yang terkenal, yang kemudian di sesuaikan oleh lauss. "odel ini pada prinsipnya sama dengan Buhler, tetepi lain istilahnya. "odel "orris-laus membedakan tiga dimensi dalam proses semiosis pada tanda yang dilambangkan lagi segitiga. Dimensi pertama adalah dimensi sintaktik, yaitu hubungan antara tanda satu dengan tanda yang lain. Dimensi sintaktik menekankan struktur instrinsik karya sastra sebagai sistem tanda. Sedangkan dimensi pragmatik melingkupi baik pengirim maupun penerima pesan. Dimensi
semantik
dalam
model
"orris-lauss
bertepatan
dengan
fungsi
mimetik atau referensial dalam model lain. lauss memberikan pembedaan antara semantik dan sigmatik. Semantik mengenai aspek arti se&ara konseptual Saussure. Sedangkan sigmatik dalam lauss menga&u pada aspek a&uan atau referensial.
0.
"odel semiotik "orris disesuaikan oleh 9oulkes 9oulkes tertarik oleh peranan pemba&a dalam proses komunikasi lewat karya sastra. 6ang di bedakannya adalah pragmatik penulis dan pragmatik pemba&a. #ontrolling fa&tors, yaitu keseluruhan faktor yang dalam proses komunikasi dan pemahaman karya sastra mempengaruhi dan ikut menentukan sikap pemba&a terhadap karya yang di hadapinya. !tulah memang fokus utama penelitian 9oulkes, yang memperlihatkan sikap dan peranan pemba&a masyarakat modern dipengaruhi oleh berbagai faktor artistik, sosial, politik dan ekonomi.
.
"odel yang di berikan belum lengkap $enelitian yang menekankan aspek pragmatik, mimetik, ekspresif atau obyektif sangat sangat bermanfaat. Se&ara ideal semua aspek karya sastra harus di ikutsertakan dalam penelitian. Tetapi keempat aspek tidak selalu sama pentingnya. Sesungguhnya model yang di berikan 8brams menunjukkan kekurangan dalam arti bahwa beberapa faktor yang penting dalam penelitian belum terlingkupi sama sekali.
=.
Dua faktor lain yang perlu ada dalam model semiotik sastra ' sistem bahasa dan kon2ensi sastra 8hli semiotik
.
$emba&a sebagai 2ariabel sosial dan diakronis "odel 8brams penangkap atau penerima adalah abstraksi. 9ungsi sastra adalah pemba&a sebagai 2ariabel. Setiap karya sastra di ba&a, di nilai, di ke&am oleh berbagai anggota masyarakat. Dalam penelitian karya fungsi karya sastra ialah faktor waktu. 9aktor diakronis adalah sesuatu yang hakiki untuk se&ara memahami dengan baik makna dan fungsi sebuah karya sastra. $enelitian karya sastra tanpa memperhatikan sejarah sastra dalam arti, tidak mungkin di lakukan se&ara memuaskan. arena sejarahlah yang memberikan dinamika yang khas untuk karya sastra.
(/. Bentuk karya sastra sebagai 2ariabel Dalam sejarah sastra ternyata bahwa setiap karya sastra berubah, karena berbagai faktor. >ariasi sebagai &iri khas utama karya sastra. >ariasi juga memainkan peranan yang penting dan khas dalam hal sastra lisan, yang biasanya tidak di selamatkan dalam bentuk tulisan.
III. Karya Sastra dan Bahasanya
(.
Bahasa Sastra sebagai bahasa khas ' retorik, stilistik Sarana bahasa yang dipakai dalam bahasa yang baik termasuk penyimpanagan. $enyimpangan dari bahasa sehari-hari tidak dapat di &ari dasar untuk membedakan sastra dari pemakaian bahasa yang lain. ?amun keistimewaan bahasa sastra puisi tetap di teliti se&ara sistematik. Stilistik berusaha menetapkan keistimewaan pemaakaian bahasa se&ara insidental, tetapi tidak berhasil.
3.
9ungsi bahasa yang disebut puitik dalam teori
kemungkinan yang dari segi tertentu menonjolkan ekui2alensi. %kui2alensi itu dapat berwujud gejala yang beranekaragam yaitu ' bunyi, rima, aliterasi, asonansi dan lain-lain. 4.
$enerapan dan penggarapan teori
.
ritik 7iffaterre atas pandangan
5.
ritik sosiologis terhadap teori
0.
Teori sastra $ratt
$ratt meletakkan dasar untuk teori sastra yang tergantung pada konteks . Beberapa kon2ensi yang penting, yang berlaku dalam komunikasi kesusastraan yaitu ' a.
$emba&a telah menerima peranan sebagai audien&e dalam situasi menanggapi pesan sastra. $eran audien&e yang tidak aktif ikut serta dalam komunikasi sudah tentu bukan peran yang khas untuk komunikasi lewat sastra.
b.
$emba&a yang mulai memba&a karya sastra telah tahu sebelumnya bahwa ba&aan yang dihadapinya bukan sembarang tulisan. Sebelum pemba&a mulai memba&a dia sudah bersedia untuk menanggapi buku tersebut sebagai roman modern.
&.
$ratt membi&arakan karya sastra yang di sebut tellability. Tellability menjadi &iri khas sastra walaupun tidak se&ara eksklusif. Dengan dua sifatnya yang khas, yang justru dalam sastra sangat penting . $enyimpangan dalam roman modern bukan hanya perkara permainan saja.
IV. Karya Sastra dan Sistem Sastra
(.
Bahasa sebagai sistem semiotik primer "enurut $ratt karya sastra adalah &onte@tdependent spee&h e2ent, peristiwa ujaran yang tergantung pada konteks. Bahasa, sebelum dipakai penulis, sudah merupakan sistem tanda, sistem semiotik ' setiap tanda, unsur bahasa itu mempunyai arti tertentu, yang se&ara kon2ensi disetujui, harus diterima oleh anggota masyarakat, dan yang mengikat mereka, tidak hanya dalam artian bahwa tanda itu merupakan berian. Sutardji #alAoum Ba&hri memberontak terhadap kungkungan perlengkapan konseptual yang terasa seakan-akan dipakasakan dan membebaskan kebebasan pen&iptanya. ita semua mempunyai sistem bahasa, yang antara lain merupakan sistem kemaknaan yang berbeda-beda menurut bahasa yang dipakai sebagai anggota sebuah masyarakat. Sastra disebut Lotman sistem tanda sekunder yang membentuk model, yaitu yang tergantung pada sistem primer yang diadakan oleh bahasa, dan yang hanya dapat dipahami dalam hubungannya dan seringkali dalam pertentangannya dengan sistem bahasa. Susunan bahasa menentukan segala sistem semiotik oleh karena seni adalah satu diantara sistem semiotik itu, kita tahu pasti bahwa kita akan menemukannya di dalamnya &ap dari bentuk-bentuk abstrak bahasa itu. Latar belakang yang sama kita lihat pula dalam pertentangan antara meaning dan
signifi&an&e yang telah dikutip dari tulisan 7iffaterre sebagai prinsip semiotik sastra yang penting. 3.
arya sastra dan kon2ensi budaya #uhler membi&arakan masalah kode kultural. "asalahnya memang penting, khususnya pula untuk penelitian sastra !ndonesia tradisional, tetapi tidak mungkin kita membi&arakannya dengan panjang lebar dalam rangka ini. Dikatakan bahwa pemisahan kon2ensi budaya dari kon2ensi bahasa dan sastra ataupun sosiolinguistik seringkali tidak mungkin atau tidak mudah dilaksanakan.
4.
on2ensi sastra "adame de Stael telah menjadi penindasan uni2ersal, jadi kon2ensi dialami sebagai ikatan, kungkungan yang daripadanya kita harus membebaskan diri. Tetapi ironisnya pengakuan kon2ensi dalam sejarah bertepatan dengan penolakannya. Tetapi betapa kuat kita menentang adanya dan perlunya kon2ensi, sastra dan seni selalu berada dalam ketegangan antara aturan dan kebebasan. "asalah kompetensi kesastraan, dengan &ontoh kon2ensi puisi lirik ) #uller *
.
on2ensi itu sangat berbeda-beda sifatnya, ada yang sangat umum, ada pula yang sangat khas dan spesifik. #uller menyatakan bahwa karya sastra mempunyai struktur dan makna dalam kaitannya dengan suatu perangkat kon2ensi sastra, kompetensi kesastraan yang harus dikuasai oleh pemba&a. #uller menyatakan sajak adalah pengutaraan yang mendapat arti hanya dalam kaitannya dengan sistem kon2ensi yang diakrabkan oleh pemba&a. #ompeten&e adalah perangkat kon2ensi untuk memba&a teks sastra. Dan ilmu sastra,puitik justru harus meniliti sistem yang mendasari karya,yang memungkinkan efek kesastraan. Tradisi yang kuat dalam puisi dalam dunia barat memakai kata-kata deiktik yang bersifat keruangan, kewaktuan,dan keorangan untuk memaksa pemba&a agar membina persona yang meditatif, perenung. ata deitik adalah kata yang referenya bergantiganti,tergantung siapa yang menjadi pembi&ara dan tergantung pada saat dan tempat di tuturkannya kata itu. Oleh #uller organi& wholes, keseluruhan yang organik' harapan koherensi dan kebulatan makna menentukan kegiatan penafsiran pemba&a. on2ensi puisi lirik yang dibi&arakan #uller disebut tema dan perwujudan' yaitu kon2ensi signi2i&an&e, makna yang rele2an)yang sudah tentu erat hubungannya dengan kon2ensi kedua*.
$uisi lirik yang pada lahirnya dapat kita ba&a sebagai peristiwa insidental atau pengalaman indi2idual. hasus khas dari kon2ensi ini ialah bahwa puisi sering kali mengambil rele2ansinya dari maknanya sebagai perenungan atau pengamatan mengenai masalah itu sendiri.
"asalah jenis sastra ' teori 8ristoteles Teori 8ristoteles berdasarkan sastra 6unani klasik,yaitu satu-satunya sastra yang dikenalnya. Sarana perwujudannya ada dua prosa dan puisi. Sedangkan objek perwujudannya ada tiga' manusia rekaan lebih agung dari pada manusia nyata, manusia rekaan lebih hina dari pada manusia nyata, manusia rekaan sama dengan manusia nyata. 7agam perwujudannya ada tiga yaitu teks sebagian terdiri dari &erita, yang berbi&ara si aku lirik penyair, dan yang berbi&ara para tokoh saja.
0.
Strukturalisme dan masalah jenis sastra 9ormalis 7usia mengakui dinamika sistem jenis sastra yang terus bergeser dan berubah. $emikiran ini dilanjutkan oleh golongan baik di $raha dan $ran&is. "enurut pendekatan ini karya sastra merupakan aktualisasi sebuah perangkat kon2ensi, aktualisasi yang sekaligus memenuhi harapan pemba&a dan melangarnya karna ino2asi. #uller pada asasnya fungsi kon2ensi jenis sastra ialah mengadakan perjanjian antara penulis dan pemba&a, agar terpenuhi harapan tertentu yang rele2an,dan dengan demikian dimunkinkan sekaligus panyesuaian dan penyimpangan dari ragam keterpahaman yang telah diterima. Todoro2 menyatakan setiap karya agung menetapkan terwujudnya dua jenis, kenyataan dua norma' norma jenis yang dilampoinya,yang menguasai sastra sebelumnya dan norma jenis yang di&iptakannya. arya sastra yang agung justru dengan melampoi batas yang berlaku membuka kemungkinan baru untuk perkembangan jenis sastra. $enelitian sistem jenis sastra tidak ada garis pemisah yang jelas antara pendekatan diakronik dan sinkronik'karya sastra selalu berada dalam ketegaan dengan karya-karya yang di&iptakan sebelumnya.
.
"asalah sistem sastra Tentang sistem sastra dapat dikatakan sebagai berikut'
a.
Sistem itu tak dapat bersifat longgar, lin&ah. Oleh karna karya sastra ditandai oleh penyimpangan dan pelanggaran terhadap norma-norma. etegangan antara norma sastra yang
kolektif dan penyimpangan indi2idual adalah &iri khas sistem sastra demikian pula merupakan &iri khas indi2idual karya itu sendiri. b.
$erbedaan antara diakronik dan sinkronik yang &ukup mendasar untuk konsep sistem bahasa. Sistem sastra se&ara prinsip mengabungkan unsur diakronik dan sinkronik. Sebuah sastra dalam manifestasi kongkret dalam sebuah bahasa pasti sedikit banyak menunjukkan unsurunsur sistematiknya.
=.
"asalah sistem sastra uni2ersal $endekatan 8ristoteles yang pembagian utamanya epik lirik-drama sebagai bentuk sastra utama mengenai sastra. Sastra bukanlah tumpukan karya,melainkan kata-kata. %liot mengatakan monumen sastra yang ada mewujudkan tata susun yang ideal satu sama lain,jadi bukanlah hanya merupakan kumpulan karya sejumlah indi2idu.
V. Karya Sastra Sebagai Struktur Strukturalisme
(.
Teori 8ristoteles mengenai struktur karya sastra %mpat pendekatan terhadap karya sastra yang disarankan 8brams pada prinsipnya sama dengan model semiotik,yaitu pendekatan objektif, ekspresif, pragmatik dan mimetik. "enurut pandangan 8ristoteles dalan tragedi a&tion, tindakan, bukan &hara&ter, watak yang terpenting. %fek tragedi dihasilkan oleh aksi plotnya, dan untuk menghasilkan efek yang baik plot harus mempunyai keseluruhan. %mpat sarat utama disebut order, amplitude, unity, dan &onne&tion. Order berarti urutan, urutan aksi harus teratur. 8mplitude berarti bahwa luasnya ruang lingkup dan dan kekomplekskan karya harus &ukup untuk memungkinkan perkembangan peristiwa yang masuk akal ataupun yang harus ada untuk menghasilkan peredaran dari nasib baik ke nasib buruk atau sebaliknya. Sedangkan unity berarti semua unsur dalam plot harus ada, tak mungkin tiada, dan tidak bisa bertungkar tempat tanpa menga&aukan ataupun membinasakan keseluruhannya. #onne&tion berarti bahwa sastrawan tidak bertugas untuk menyebut hal-hal yang sungguh-
sungguh terjadi, tetapi hal-hal yang mungkin atau harus terjadi dalam rangka keseluruhan plot itu. $erbedaan hakiki antara sastrawan dan sejarawan ' sejarawan men&eritakan yang terjadi sedangkan sastrawan men&eritakan peristiwa ataau kejadian yang masuk akal atau harus terjadi, berdasarkan tuntutan konsistensi dan logika &eritanya. eteraturan atau susunan plot yang masuk akal, ruang lingkup yang &ukup luas, kesatuan dan keterkaitan plot disebut 8ristoteles sebagai syarat utama, khususnya untuk tragedi. Tidak ada hukuman yang yang lebih berat bagi karya sastra daripada tudingan seorang pengkritik sastra yang menyimpulkan. 3.
Struktur karya sastra dan lingkaran hermeneuti& ;ermeneutik adalah ilmu atau keahlian menginterpretasi karya sastra dan ungkapan bahasa dalam arti yang lebih luas menurut maksudnya. $roses penafsiran kalau dipikirkan selalu menghadapi kesulitan metode. $roses interpretasi yang bertangga berdasarkan asumsi dan kon2ensi ataupun aksioma bahwa teks yang di ba&a mempunyai kesatuan, keseluruhan, kebulatan makna, dan koherensi instrinsik. +ntuk meme&ahkan lingkaran hermeneutik dan men&ari makna total sebuah karya sastra, setiap bagian dan anasir karya itu diberikan tempat selayaknya dalam penafsiran karya yang menyeluruh, dan sekaligus menyumbang aspek hakiki pada keseluruhan makna karya tersebut.
4.
ekurangan minat untuk struktur karya sastra pada abad kesembilan belas ritik sastra pada abad ke ( menonjolkan pendekatan ekspresif sangat ditonjolkan. Selain itu sejarah sastra yang sering juga mengabaikan karya sebagai keseluruhan makna. $endekatan pada abad ini melihat sastra pertama-tama seb agai sarana untuk memahami aspek-aspek kebudayaan yang lebih luas, terutama sejarah, agama, aspek kemasyarakatan. ;al itu diperkuat oleh karena peneliti sastra seringkali bekerja selaku penyebar agama.
.
"un&ulnya minat untuk struktur karya sastra Dalam abad 3/, pergeseran bidang ilmu kemanusiaan ialah pergeseran dari pendekatan historik atau diakronik ke pendekatan sinkronik. Saussure yang membawa perputaran perspektif yang &ukup radikal dari pendekatan diankronik ke pendekatan sinkronik. $enelitian bahasa menurut pendapat ini harus mendahulukan bahasa se bagai sistem yang sinkronik. "akna dan fungsi unsur-unsurnya hanya dapat dipahami dalam keterkaitannya dengan unsur-unsur lain. Sifat bahasa utama sebagai sistem tanda ialah sifat
relasionalnya, yang berarti keseluruhan reaksi atau oposisi antara unsur-unsur dan aspeknya harus diteliti dan dipahami terlebih dahulu. 5.
8liran 9ormalis di 7usia $endekatan 9ormalis bertentangan dengan ajaran-ajartan "ar@is. "etode formalis dan aliran futuris terdapat persesuaian paham timbal balik yang bersejarah. $ara formalis pertama-tama ingin membebaskan ilmu sastra dari kungkungan ilmu-ilmu lain. "ereka men&ari &iri khas karya sastra dari ungkapan bahasa lain. #iri itu di sebut literariness. onsep utama kaum formalis adalah konsep dominan, &iri menonjol atau utama. "enurut pendapat dan pengalaman mereka dalam sebuah karya sastra aspek bahasa tertentu se&ara dominan menentukan &iri-&iri khas hasil sastra itu. $enelitian
struktur
naratif
dalam
roman
atau
&erita
pendek
Shklo2sky
mengembangkan oposisi antara fabel ) fabula * dan plot ) sjuAhet *. 9abel adalah jalan &erita menurut logika dan kronologi peristiwa yang terdapat dalam &erita tertentu. Se&ara mimetik dalam karya sastra sering dimanfaatkan sarana mengasingkan karya yang disebut deotomatisasi. aum formalis deotomatisasi, 1penyimpangan dari yang wajar dianggap proses sastra yang mendasar. Se&ara sinkronik karya sastra menyimpang dari bahasa seharihari.
0.
$endekatan struktural dan gerakan otonomi ritik sastra harus berpusat pada karya sastra itu sendiri, tanpa memperhatikan penyair sebagai pen&ipta atau pemba&a sebagai penikmat. Lodge yang pertama kali membantah salah paham seakan-akan pengkritik sastra berurusan dangan niat pemba&a yang tersedia baginya hanya meaning, makna karya itu dan hanya itulah yang dapat dipahami ataupun dikuasainya. arren dalam pendekatan ekstrinsik terhadap karya sastra pada prinsipnya ditolak karena dianggap kurang tepat, yang perlu adalah pendekatan instinsik yang menekankan struktur karya sastra itu sendiri.
.
Tentang analisis struktur karya sastra 8nalisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan se&ermat, seteliti, semenditel dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. $ada sebuah sajak atau
roman pun tidak &ukup sema&am enumerasi gejala-gejala yang berhubungan dengan aspek waktu, ruang, perwatakan, point of 2iew dan sorot balik. Setiap karya sastra memerlukan metode analisis yang sesuai dengan sifat dan strukturnya. $erbedaan analisis tidak hanya tergantung pada tebal tipisnya sebuah karya sastra. =.
%mpat kelemahan strukturalisme khususnya ?ew #riti&ism. onsep struktur elemahan pendekatan struktural terutama berpangkal pada empat hal yaitu '
a. ?ew &riti&ism dan analisis struktur karya sastra se&ara umum merupakan teori, bahkan ternyata merupakan bahaya untuk mengembangkan teori sastra yang sangat perlu. b. arya sastra tidak dapat diteliti se&ara terasing, tetapi harus dipahami dalam rangka sistem sastra dengan latar belakang sejarah. &. 8danya struktur yang objektif pada karya sastra makin disangsikan, peranan pemba&a selaku pemberi makna dalam interpretasi karya sastra makin ditonjolkan dengan segala konsekuensi untuk analisis struktural. d. 8nalisis yang menekankan otonomi karya sastra juga menghilangkan konteks dan fungsinya, sehingga karya itu kehilangan rele2ansi sosialnya. #uller sastra itu sendiri merupakan eksplorasi dan perenungan yang terus menerus mengenai pemberian makna dalam segala bentuknya, penafsiran pengalaman, komentar mengenai keberlakuan berbagai &ara menafsirkan pengalaman.
.
$as&a-strukturalisme Srukturalisme menitik beratkan struktur karya indi2idual mengabaikan hakikat ilmu sastra.
$endekatan
pas&a-strukturalisme
menunjukkan
perbedaan
paham
adalah
keterper&ayaan terhadap bahasa' bahasa tidak mungkin men&erminkan kenyataan, atau tidak mungkin di&ek berdasarkan kenyataan. $emakaian bahasa dalam teks men&iptakan sebuah kenyataan yang hanya terdiri dari dan dalam bentuk bahasa, sebagai dunia tanda. (/. $rinsip intertekstualitas atau hubungan antar teks $rinsip utama karya sastra adalah intelektualitas. $rinsip ini berarti bahwa setiap teks sastra diba&a dan harus diba&a dengan latar belakang teks-teks lain. #uller menyatakan setiap
teks terwujud sebagai mosaik kutipan-kutipan, setiap teks merupakan peresapan dan transformasi teks-teks lain. onsep intertektualitas memainkan peranan yang sangat penting dalam semiotik sastra, tidak hanya dalam usaha untuk sekedar memberi interpretasi tertentu terhadap karya sastra yang konkrit. ((. enisbian konsep struktur, peranan pemba&a selaku pemberi makna $rinsip intertektualitas mempunyai konsekuensi untuk pandangan ilmiah terhadap struktur karya sastra. 8ntara analisis struktural yang obyektif dengan interpretasi makna karya sastra yang tergantung pada pemba&a ternyata juga tidak tepat. 8ntara analisis struktural dengan interpretasi ada hubungan dialektik seperti antara bagian-bagian dan keseluruhan sebuah teks dan pemba&a. $raha diwakili oleh aliran estetik resepsi, yang dipelopori oleh ;ans 7obert
:oldmann
disebut
strukturalis
genetik
yang
menerangkan
karya
dari
homologi,
persesuaiannya dengan struktur sosial.
VI. Penulis Dalam Model Semiotik
(.
Longinus dan aspek ekspresif karya sastra $uitik 8ristoteles ditekankan terutama dua faktor model semiotik yaitu karya sastra sebagai stuktur yang menyeluruh dan karya sastra dalam hubungannya dengan kenyataan. 8rs poeti&a menekankan aspek pragmatik' sastra harus memberi manfaat dan nikmat. "enurut Longinus yang merupakan syarat mutlak dan paling penting untuk pen&iptaankarya yang agung, tetapi gagasan itu seolah-olah tengelam berabad-abad lamanya. 8brams menyatakan tidak ada yang sama banyaknya menghasilkan keagungan seperti emosi mulia pada tempat yang tepat, emosi mengilhami dan merasuki kata-kata dengan sema&am keedanan dan semangat ilahi.
3.
8bad pertengahan' manusia selaku pen&ipta meneladan &iptaan tuhan "enurut
4.
$engakuan 8ugustinus dan pengakuan 7ousseau
a.
Dalam &onfessiones 8ugustinus manusia digambar sebagai hamba yang takluk pada tuhan. 7iwayat hidupnya hanya bertujuan untuk menghilangkan dirinya. Dalam les &onfessions 7ousseau manusia adalah otonom, hanya takut pada hukum sendiri. Tujuan riwayat hidup adalah penemuan dan pengunkapan diri manusia yang unik.
b.
8ugustinus mempertentangkan tuhan yang tak berubah, tetapi yang mengubah segala sesuatu dalam alam semesta dengan riwayat manusia yang terpe&ah antara yang dahulu dan masakini, akibat dosanya manusia kehilangan keutuhannya. Sedangkan 7ousseau mengajukan keutuhan
dan keatuan riwayat hidup manusia, pada asalnya manusia tidak berdosa, hanya masyarakatlah yang merusak dunia manusia. &.
8ugustinus mempertentangkan tuhan yang abadi, yang tak terikat pada waktu dan tempat, dengan manusia yang tak sempurna dan yang ingatannya dan pengetahuannya fragmentaris saja. Bagi 7ousseau manusia sebagi indi2idu mempunyai pengalaman dan penghayatan menyeluruh, melalui daya imajinasinya ia berhasil membayangkan keunikannya yang menjadi kebangaannya.
d.
ata 8ugustinus tuhan yang maha tahu, sedangkan manusia tidak mengenal dirinya. Tetapi bagi 7ousseau manusia tahu beres, dialah maha tahu, dia dapat membenarkan dirinya sendiri.
.
aitan antara mimesis dan &reatio dari segi bahasa Teori mimesis pada prinsipnya mengangap karya seni sebagai pen&erminan, penirauan ataupun pembayangan realitas. $eniliti sosiologi sastra dan peneliti lain yang menganggap karya seni sebagai dokumen sosial. $eralatan konsep tual yang di berikan dalam konsep sistem bahasa tidak langsung terikat pada kenyataan manapun juga dan memberi kelonggaran pada pemakainya untuk memanfaatkanya bagi angan-angan. Segi bahasa sudah jelas ada ambiguitas terhadap kenyataan. 8da peneliti yang berpendapat bahwa justru bahasalah yang memberi kmungkinan dan pembatasan pada kita untuk mengetahui kenyaataan.
5.
enyataan dari segi sosiologi Bahasa tidak hanya mengintegrasi berbagai bidang pengalamn sehari-hari menjadi keseluruhan yang berarti. Bahasa juga memungkinkan mengatasi kenyataan sehari-hari dan memindahkan kenyataan yang tidak nyata, kedalam kenyataan sehari-hari.
0.
Sastra ' peneladanan dan sekaligus model kenyataan #uller mengatakan roman bertindak sebagai model lewat mana masyarakat membayangkan diri sendiri, penuturan dalam dan lewat mana disendikannya dunia. !dentitas kita tergantung pada roman. 7oman adalah pelaku keterpahaman semiotik yang primer. $ertentangan antara mimesis dan &reatio adalah pertentangan nisbi ataupun pertentangan
semu. ;ubungan antara seni dan kenyataan bukanlah hubungan searah. ;ubungan itu selalu merupakan interaksi yang kompleks dan tak langsung. on2ensi tidak terjadi tanpa terpengaruhi oleh kenyataan. enyataan berpengaruh besar dan mengarahkan terjadinya kon2ensi bahasa sastra dan sosial. Tetapi sebaliknya pengamatan penafsiran kenyataan diarahkan pula oleh kon2ensi tersebut. $emba&a harus selalu bolak-balik antara kenyataan dan rekaan, antara mimesis dan &reatio. .
7oman dalam ketegangan antara kenyataan dan rekaan Dunia kenyataan dan dunia rekaan selalu saling berjalinan, yang satu tidak bermakna tanpa yang lain. Se&ara faktual kaitan antara kenyataan diberikan setepat mungkin sangat berbeda-beda. $emberian makna memerlukan bolak-balik antara kenyataan dan makna dibelakang dunia kernyataan.
=.
"asalah realisme dalam sejarah sastra $engkritik sastra Sainte menuntut agar sastra se&ara setia menyajikan kenyataan, lagi pula tidak membatasi diri pada kenyataan lingkungan . $endekatan ini diperkuat lagi oleh pengaruh ilmu pengetahuan . Cola menganggap perlu mengatakan penelitian ilmiah untuk roman yang ingin dituliskannya, dan dia juga berpendapat bahwa seorang penulis sastra harus jujur dan terus terang, sehingga hal yang paling jelek dan keji s erta mengerikan yang terdapat dalam kenyatan tidak boleh ditiadakan atau disembunyikan.realisme mutlak dalam roman manapun juga tidak ada. Se&ara prinsip roman realis tidak berbeda dengan roman lain, ataupun dengan sajak lirik dalam karya sastra.
.
7oman sebagai dokumen sosial Tiap karya sastra ada keterpaduan antara kenyataan dan kekhayalan. Orang harus hatihati daam usaha ingin mengambil fakta dari tulisan rekaan. alaupun nampaknya tulisan itu harus realis. arya rekan memang merupakan dokumen sosial. ebenaran lewat sastra pemba&a seringkali jauh lebih baik dari lewat tulisan. Sastra yang baik men&iptakan kembali rasa kehidupan, bobotnya dan susunannya. Sastra baik men&iptakan kembali kemendesakan hidup.
(/. enyataan dalam puisi lirik
$uisi lirik pada prinsipnya mirip dengan kenyataan. "enurut loos seni adalah ungkapan yang paling indi2idual dari emosi yang paling indi2idual. $uisi lirik baru dapat dipahammi dan nilai seluruhnya dalam kaitannya yang kompleks antara pengakuan yang paling indi2idual si penyair lewat aku liriknya. ((. enyataan dalam babad dan sejarah $endekatan terhadap teks tradisional ini memang khas bersifat mimeti, mengharapkan sejarah dari teks-teks tertentu. Tetapi pendekatan mimetik ini tidak sesuai dengan sifat teks yang bersifat kesastraan. 7assers mendekati teks sejarah ini dari segi antrpologi, melihatnya sebagai pemberian makna. $emberian makna se&ara mimetik dalam penulisan sejarah pasti keliru. $erpaduan serta tegangan antara mimetis dan kreasi adalah esensi teks, juga teks sejarah yang dibi&arakan disini. (3. Sastra dan penulisan sejarah 8ristoteles berpendirian bahwa sipenyair sebenarnya lebih ulung pekerjaanna daripada si sejarawan. Sejarawan yang mau tak mau terikat pada fakta-fakta yang kebetulan pernah terjadi. Sejarah harus ditulis kembali, terus menerus. eobyektifan mutlak tidak pernah ter&apai, karena beberapa hal yaitu fakta-fakta tidak pernah lengkap, penulis sejarah mau tak mau harus berlaku selektif, penulis itu sendiri adalah manusia yang latar belakang. (4. ;ayden hite mengenai sejarah dan sastra ;ayden berpendapat bahwa tulisan sejarah tidak hanya dari segi fakta yang diolah dan situasi sejarawan harus bersifat subyektif atau relatif nilainya. ;ayden lebih prinsipil mempertahankan pendirian bahwa penulisan sejarah menurut esensinya tidak berbeda dengan sastra. ;ayden berpendapat juga bahwa pandangannya tidak merendahkan derajat atau gengsi ilmu sejarah. Dengan menyadari bahwa dalam persepsi setiap sejarawan mau tak mau ada unsur rekaan.
IX. eks Karya Sastra Sebagai Variabel Dalam Model Semiotik
(.
emampuan sebuah teks "enurut Bowers pengaruh perusak karya sastra yang tak kenal ampun, yang menggerogoti sebuah teks sepanjang waktu penurunannya. enyataanya teks apapun juga &enderung berubah dan tak tidak stabil wujudnya sepanjang masa. "asalah ini yaitu karya sastra sebagai 2ariabel, dengan konsekuensinya untuk fungsi karya sastra sebagai tanda
dalam model semiotik. Dalam hubungan dan peranan pemba&a serta faktor-faktor lain yang rel2an yang ditimbulkan oleh model tersebut. 3.
9ilologi atau tekstologi sebagai studi sejarah teks 9ilologi dalam tradisi barat, diperluas artinya sehingga praktis sama dengan studi kebudayaan berdasarkan teks dan bahan-bahan. !stilah tekstologi akan dipergunakan untuk menunjukan studi sejarah teks. Sebuah karya mungkin tersimpan dalam beberapa 2ersi, masing-masing diwakili oleh sejumlah naskah. !stilah teks dipakai se&ara umum untuk wujud sebuah tulisan. Batas antara 2ersi dan naskah tidak jauh berbeda, namun tidak &ukup berdekatan pula disebut satu 2ersi. Tiga ma&am tekstologi, menurut ragam penurunan teks yaitu '
a. tekstologi yang meneliti sejarah teks lisan b. tekstologi yang meneliti sejarah teks manuskrip &. tekstologi yang meneliti sejarah buku &atatan Batas antara tekstologi buku dan tekstologi naskah tidak jelas. Tekstologi mengenai karya Shakespeare walauun pada prinsipnya berdasarkan edisi awal yang ter&etak namun banyak menunjukan &iri khas filologi naskah. 4.
Tekstologi buku &etakan Bowers mengatakan pengkritik sastra harus menjadi njlimet, serta meninggalkan keper&ayaan kekanak-kanakan pada kemutlakan kata &etakan. Dengan perbaikan teknologi per&etakan jelaslah terjadi perubahan yang penting, buku &etakan dapat disebar luaskan dalam bentuk yang identik dengan jumlah yang &ukup besar.
.
Sebab musabab teks &etakan tidak mantap $erubahan yang diadakan sebuah teks dengan sengaja. Dapat dibedakan beberapa hal yaitu '
a. $erubahan dalam hal transliterasi dari satu sistem tulisan ke sistem lain. b. $enggarapan kembali sebuah teks yang sudah di&etak oleh pengarang. &. Sebuah teks &etakan diubah atas anjuran atau petunjuk penerbit d. Teks &etak yang diubah karena &ur tangan sensor atau pembesar dengan alasan politik 5.
Tekstologi naskah sedikit sejarahnya
"etode yang dikembangkan oleh La&hmann berpangkal pada hipotesis bahwa sebuah teks pernah ter&ipta dalam bentuk asli yang unik dan murni. Tujuan utama filologi menurut mereka ialah memulihkan teks asli dan murni itu. $ada prinsipnya hubungan gagasan filolog dua naskah mempunyai sejumlah kesalahan bersama yang &ukup besar dan rele2an se&ara independen. 0.
9ilologi di !ndonesia 9ilologi ala La&hmann sadar juga bahwa ar&hetypos belum identik dengan tulisan asli teks yang diinginkan rekonstruksinya. $rinsip edisi diplomatik yaitu dengan setia menerbitkan naskah sebagaimana adanya, dengan mengadakan perubahan dan perbaikan yang dianggap perlu sebuah komentar.
.
ritik terhadap filologi tradisional, khususnya metode stemma "etode stemma memperlihatkan pendekatan terhadap teks yang menekankan aspek ekspresif. Sikap peneliti tekstologi terhadap naskah juga berubah, makin disadari bahwa metode skemma baik dari segi teori maupun penerapannya menunjukan beberapan kelemahan. Satu prinsip utama skemma ialah adanya satu teks purba yang asli dan utuh, yang ditulis oleh seorang penulis. ;ipotesis yang mendasari metode skemma mengandaikan tidak ada kontaminasi, perubahan naskah. ?askah hanya diturunkan 2ertikal dari naskah yang merupakan induknya. "etode skemma pun tidak benar mutlak, malahan sering sangat meruwetkan.
=.
>ariasi naskah ' korupsi atau kreasi 9ilologi modern 2ariasi naskah justru seringkali dilihat sebagai kreasi yaitu teks oleh penyalin di sesuaikan dengan perubahan dalam lingkungan sosio-budaya dimana salinan itu harus berfungsi menurut harapan pemba&a yang menjadi sasaran naskah baru itu. $enelitian naskah memberi informasi yang rele2an untyk mengetahui sejah dan resepsinya.menurut Day setiap naskah harus diteliti, diba&a, dinikmati, dan dinilai atas dasar mutunya sendiri, sebagi hasil daya &ipta seorang pujangga.
.
Sepuluh dalil Li&ha&e2 untuk tekstologi Bunyi sepuluh tesis Li&ha&he2 yaitu '
a.
Tekstologi ialah &abang ilmu pengetahuan yang menyelidiki sejarah teks suatu sastra
b.
$ertama-tama penelitian teks, kemudian penerbitannya
&.
%disi teks harus menggambarkan sejarahnya
d.
ada kenyataan tekstologi diluar penjelasannya
e.
esaksian perubahan teks yang sadar diadakan se&ara ideologis, estetik, psikologi.
f.
Teks perlu diteliti keseluruhannya
g.
Bahan penyerta tekstologi dan suatu karya sastra dala satu kumpulan
h.
$erlu diteliti bayangan sejarah teks sebuah karya dalam monumen sastra lain
i.
$ekerjaan sang penyalin dan kegiatan skriptoria perlu diteliti
j.
7ekonstuksi suatu teks tidak dapat menggantikan teks yang di turunkan se&ara faktual X.
Studi Sastra !isan Dalam "angka Semiotik Sastra #. :ayutan sastra lisan dalam kerangka teori sastra umum
8lasan mengapa dianggap penting perhatian untuk bentuk sastra lisan yaitu ' a. 8da perbedaan antara sastra lisan dan sastra tulis. Sastra tulis tidak memerlukan komunikasi langsung antara pen&ipta dan penikmat. b. $eneliti sastra lisan biasanya berlangsung dalam rangka yang berbeda-beda dengan ilmu sastra umumnya. &. erangka teori sastra sekaligus dapat dipakai untuk sastra lisan d.
edua bentuk sastra masih berdampingan, tetapi sering pula ada keterpaduan 3. "inat untuk sastra lisan di %ropa ' sedikit sejarahnya $uisi adalah &ara berbahasa yang asli, dalam puisi yang disebut primitif kekuatan asli manusia yang mulai berbahasa masih diselamatkan, tetapi kemudian kemampuan itu makin pudar, dipengaruhi oleh perkembangan kebudayaan. hususnya tulisan yang meniadakan anasir hakiki dari puisi. $enelitian ilmu folkor tidak terbatas pada &erita saja, tetai juga mengumpulkan data mengenai adat istiadat, kebudayaan kebendaan, dan lain-lain. 4. "inat untuk sastra lisan di !ndonesia' sedikit sejarahnya >an Der Tuuk tidak berminat u ntuk sastra rakyat, tetapi bagi dia sastra rakyat sangat penting sebagai bahan untuk studi bahasa, dan dia menyuruh sejumlah informan untuk menulis sebanyak mungkin &erita rakyat dalam bahasa mereka yang asli. . $erkembangan penelitian sastra rakyat kemudian maAhab 9inlandia
"asalah utama yang dihadapi peneliti ialah masalah klasifikasi dan organisasi bahan bahannya. +ntuk penggolongan &erita rakyat maAhab ini memakai dua konsep dasar yaitu type dan motif.
5. $enelitian $ropp mengenai doneng 7usia $ropp menguasai atau menentukan susunan plot dalam sebuah dongeng 7usia. $ropp memerlukan analisis struktur folktale yang men&oba memastikan anasir hakiki setiap dongeng yang dibi&arakannya. Berdasarkan analisis seratus dongeng se&ara singkat yaitu ' a. Dalam sebuah dongeng bukanlah tokoh atau motifnya, melainkan fungsi tokoh tersebut b. +ntuk fairy tale jumlah fungsi terbatas &. +rutan fungsi dalam setiap dongeng selalu sama d. Segi struktur, semua dongeng mewakili hanya satu type saja 9ungsi teori $roop adalah tindak seorang tokoh yang dibatasi dari segi maknanya untuk jalan lakonnya. $ropp juga mengembangkan skemma yang selalu sama menurutnya ada 4( fungsi. ritik utama terhadap $ropp menyangkut pilihan dan anasir fungsi. Sebab ternyata $ropp sembarangan menganggap unsur &erita.kon sep fungsi menjadi ruwet, tidak dapat dibuktikan benar tidaknya. 0.
$enulisan puisi lisan ' $arry dan Lord !de baru ;omerus yang dilan&arkan $arry adalah untuk pen&iptaan karyanya memanfaatkan persediaan formula yang menjadi modalnya, yang siap dipakai sesuai dengan persyaratan mantra yang dimanfaatkan eposnya. %pos ;omerus ternyata dimanfaatkan dalam puisi mantra tertentu. Beberapa kesimpulan penting $ary dan Lord mengenai epos 6ugosla2ia yaitu '
a. %pos rakyat 6ugosla2ia oleh penyanyinya tidak dihafalkan se&ara turun temurun
b. $restasi men&iptakan karya yang panjang itu lebih mengherankan, karena perhatian skemma mantra yang harus dipakai &ukup ketat .
$enelitian modern tentang sastra rakyat di !ndonesia ' 9o@ Sweeney Sweeney menegaskan bahwa tukang &erita "elayu sungguh profesional. Setiap tukang &erita memiliki sejumlah lagu. "asing-masing untuk &erita tertentu. $ersamaan situasi tukang &erita "elayu adalah daya &ipta dalam menggubah &erita ini. Tukang &erita yang baik dan pengalaman tiak menghafalkan teks yang mantap, tetapi setiap kali dibawakan di&iptakan kembali. 9o@ membi&arakan jenis puisi yang disebut bini, dan puisi keagamaan. Orang 7oti juga memasukkan puisi dialek bahasanya dalam kosa tersebut. $uisi 7oti merupakan &ontoh yang sangat baik terhadap keterkaitan fungsi puisi dalam kehidupan kemasyarakatan yang lebih luas. XI. eori Sastra Dan Se$arah Sastra
(.
$endekatan sejarah sastra yang tradisional !lmu sastra terarah pada sejarah sastra. Tetapi tidak berarti ilmu sastra bersifat kesejarahan. Sebab pendekatan historik terjelma dalam berbagai bentuk. %mpat pendekatan yang utama yaitu '
a. Sejarah sastra ditaklukan pada sejarah umum, sehingga karya sastra dan penulisnya ditempatkan dalam rangkaa yang disediakan oleh ilmu sejarah umum b. $endekatan yang mengambil kerangka karya atau tokoh agung, gabungan dua kriteria. &. Sejarah sastra yang memusatkan perhatian pada motif atau tema yang terdapat dalam karya sepanjang Aaman. d. Lebih memperhatikan asal usul karya sastra daripada struktur dan fungsinya. 3.
$rinsip dasar sejarah sastra Setiap karya adalah manifestasi sebuah sistem yang sedikit banyaknya harus dikuasai oleh pemba&a agar karya yang diba&anya dapat diberi makna. :uillen mengembangkan konsep sastra sebagai sistem dan fungsi genre sebagai unsur hakiki dalam sistem itu berdasarkan studi yang sangat mengesankan mengenai perkembangan roman pikaresk sebagai jenis sastra.
4.
Beberapa faktor yang rele2an untuk sejarah sastra
a. Dinamika sistem sastra
onsep jenis sastra yang modern bersifat dinamik, tidak starik. ;al itu disebabkan oleh pandangan karya sastra selalu berada dalam tegangan antara kon2ensi dan kreasi. ?orma dan kon2ensi jenis sastra tetap berubah, dan itulah termasuk hakikat sejarah sastra. b. $engaruh timbal balik antara jenis sastra 9ungsi jenis sastra tertentu tidak hanya ditentukan oleh &iri-&iri instrinsiknyatetapi pula oleh kaitan atau pertentangannya dengan jenis lain. Dalam sejarah sastra dapat dilihat transformasi teks tertentu dari jenis satu jenis ke jenis yang lain. Sejarah sastra pada prinsipnya harus berpusat pada sejarah jenis sastra namun jenis sastra dan perkembangannya tidak boleh ditelusuri dalam isolasi. &. !ntertektualitas karya indi2idual dan sejarah sastra ;ubungan yang ambigu antara karya indi2idual dan norma-norma jenis sastra. arya sastra sekaligus merupakan pelaksanan norma jenis sastra dan pelanggaran terhadap norma yang sama.
d. Sejarah sastra dan sejarah umum ;ubungan antara perkembangan sastra dan perkembangan masyarakatlah dalam hubungan timbal balik, baik sastra itu bersifat afirmatif. 7i&klefs mengatakan gejala yang sangat menarik dan penting, tetapi pengaitannya dengan perkembangan masyarakat umum pada waktu itu sulit. e. $enelitian resepsi sastra dan sejarah sastra 7esepsi karya sastra tidak hanya oleh para pemba&a seAamannya, tetapi juga resepsi oleh angkatan pemba&a yang menentukan makna dan nilai satu teks.
sastra lisan itu hilang, tak berbekas. Sastra lisan yang masih ada sekarang adalah berkat usaha berbagai peneliti. g. Sejarah sastra !ndonesia dan sejarah dalam bahasa ?usantara ;ubungan antara sejarah sastra ekabahasa dan sejarah sastra se-!ndonesia. $entingnya bahasa sebagai sarana pengikat dan pembatas sastra sukar di sangkal. Sastra berkembang dalam suatu masyarakat bahasa, atas dasar pemahaman karya sastra sebelumnya. ?amun tak dapat disangkal bahwa sistem sastra tertentu tidak tumbuh dan berkembang dalam isolasi mutlak. .
Beberapa saran dan &ontoh tentang penulisan sejarah sastra ' metode penampang sinkronik'
masalah
sejarah
sastra
hanya
dabat
diatasi
dengan
pendekatan
yang keanekaragaman. Satu pendekatan dari segi tekhnik penelitian memberi harapan akan hasil yang memuaskan dalam sirtuasi sejarah. $uisi Baudelaire yang mendobrak &ita-&ita keindahan itu dan yang men&ari yang indah dalam yang uruk dan jahat. Baudelaire meme&ahkan norma puisi yang sekaligus mewakili ideologi.
emungkinan penerapan metode penampang sinkronik di !ndonesia ;ubungan instrinsik antara karya-karya dapat ditelusuri berdasarkan analisis instrinsik serta data ekstrinsik. $enelitian resepsi sastra se&ara agak luas dan representatif biasanya tidak mudah. Tetapi kaitan antara sastra dan keadaan oleh penampang sinkronik dapat di teliti. $endekatan yang seragam dapat dibayangkan untuk sastra
0.
Sejarah Sastra se-!ndonesia $enelitian sastra lisan dapat diperhatikan minat yang makin meningkat untuk masalah sejarah sastra. Baik dari segi teori maupun praktis. Berdasrkan konsep-konsep teori sastra dan pemahaman yang lebih tajam mengenai &iri khas karya sastra dan kon2ensi sastra sebagai
sistem sinkronik. Sejarah sastrapun dapsat dikembangkan pada tataran yang lebih tinggi dan dengan perlengkapan konseptual yang lebih maju dan sempurna.
XII. Sastra Sebagai Seni % Masalah &stetik
(.
!lmu sastra dan estetik arya sastra dapat didekati dari dua segi yang &ukup berbeda. Terutama dibi&arakan masalah satra sebagai seni bahasa, dengan tekanan pada aspek kebahasaanya dalam kaitan dan pertentangannya dengan bentuk dan pemakaian bahasa lain. Sastra juga merupakan bentuk seni, jadi dapat didekati dari aspek keseniannya. Seni bahasa menimbulkan masalah yang khas, karena bahasa sebagai sarana seni bagi seniman. Bahasa sebelum dipakai oleh seniman untuk membentuk sistem tanda dengan sistem makna yang mau tak mau mendasari &iptaan sastrawan.
3.
Sistem sejarah estetik sastra Barat eindahan yang mutlak menurut $lato hanya terdapat pada tingkatdunia ide-ide, dan dunia ide yang mengatasi kenyataan itulah dunia ilahi yang tidak langsung terjangkau oleh manusia. $ara filsuf mendekati dunia ide lewat harmoni yang ideal. $lato se&ara tak langsung seni berhubungan dengan hakikat benda-benda. Seni sejati berusaha mengatasi kenyataan, dalam bayang-bayang yang hina diusahakannya menyarankan sesuatu dari dunia yang lebih tinggi. $emandangan mengenai seni dari segi estetik pada masa itu berdasarkan dua hal yang hakiki. $ertama persatuan mutlak dari yang baik, yang benar dan yang indah sangat lama menguasai estetik Barat.
4.
%stetik terlepas dari norma agama dan etik ?orma-norma untuk estetik pada satu pihak terdapat dalam etik dan filsafat. $etratar&a mengatakan memang se&ara sadar mengalami dan menikmati keindahan alam sebagai sesuatu yang baru bagi dia pribadi. $engalaman estetik se&ara mutlak kepada penikmat, jadi pemba&a, penonton, pendengar. "enurut pendapat ini keindahan nilai estetik bukanlah sesuatu yang se&ara objektif terletak dalam karya seni. $enikmat menjadi pen&ipta serta. Obyek bambigu
.
Beberapa pendekatan estetik !ndonesia ' "elayu dan
Teori estetik yang eksplisit tidak diketahui dibidang sastra !ndonesia yang tradisional. 8da konsepsi estetik yang se&ara implisit terkandung dalam sastra "elayu
klasik dalam
puisi
Tegangan sebagai dasar penilaian estetik $enelitian estetik harus mendapat tempat yang layak dalam rangka penelitian kebudayaan umum. 9ungsi estetik adalah &ara subjek melaksanakan diri terhadap dunia lahir. 9ungsi estetik bukanah pertama-tama atau semata-mata kualitas karya seni se&ara obyektif. $erbedaan antara unsur bahasa sebagai tanda dan karya sastra sebagai tanda. +nsur bahasa mempunyai makna yang tetap, yang terletak pada tanda itu sendiri. %stetik menilai seni ditentukan oleh tegangan antara karya seni sebagai sesuatu yang tersedia se&ara tetap dan sikap dan pengalaman seseorang penikmat atau pengamat yang tetap berubah. $enikmat estetik tergantung pada tegangan antara yang baru dan yang lama. 9ungsi estetik tergantung pada dan ditentukan oleh tegangan antara pemenuhan dan pendobrakan harapan. Tegangan adalah syarat mutlak dasar hakiki untuk penikmat estetik dan tegangan itu terjelma antara karya seni sebagai berian, dan penikmat sebagai 2ariabel.
0.
Tegangan pertama ' fungsi puitik bahasa $uisi lirik dan puisi epik berbeda kon2ensi bahasanya. on2ensi pemakaian bahasa dalam sastra mau mengharapkan sesuatu yang ekstra. Dalam sastra arti sehari-hari ditingkatkan menjadi makna semiotik. %ntah disebut ambiguitas. Tegangan itu merupakan bagian yang hakiki dari penikmat estetik dalam sastra.
.
Tegangan yang inheren pada struktur karya sastra Struktur karya sastra bersifat multidimensional. !ngarden membedakan lima lapis atau strata norma-norma. Bunyi, dunia kata sebagai satuan arti. Segi pandangan karya yang mungkin terungkap, lapis kualitas metafisik. $emba&a sebuah karya terus berada dalam
situasi tegangan antara semua aspek yang ingin dibina menjadi keseluruhan yang utuh. Tanpa tegangan sema&am itu penilaian estetik pasti lebih rendah. =.
>ariasi karya sebagai sumber tegangan enikmatan estetik dipertinggi oleh pelaksanaan tegangan yang sangat fundamental. $emba&a biasa seringkali tidak sadar akan 2ariasi dalam bentuk sebuah teks, sehingga dia menerima teks yang kemudian diperolehnya. >ariasi sebuah teks yang sama dapat menimbulkan kegairahan yang khas. >ariasi antara satu naskah dengan naskah lain mempunyai fungsi semiotik se&ara intertekstual. Bagi para ahli nilai estetik dapat dipertinggi oleh 2ariasi yang pada penglihatan pertama oleh orang awam.
.
Tegangan antara kon2ensi sastra dan karya indi2idual $emahaman dan penilaian karya sastra pemba&a tidak hanya diarahkan dan dibimbing oleh kemampuannya sebagai pemakai bahasa. Sistem kon2ensi itu sangat kompleks dan seringkali bersifat hirarkis. ;ubungan intertekstual sebuah karya tidak sadari atau diketahui oleh setiap pemba&a, dan kenikmatan memba&a tidak harus berdasarkan pengetahuan atau penghayatan karya sastra yang merupakan hipogramnya.
(/. Tegangan antara mimesis dan kreasi, atau kenyataan dan alternati2e 8mbi2alensi karya sastra terhadap kenyataan merupakan prinsip dasar kesusastraan. Dalam kontfrontasi antara norma kenyataan dan norma alternatif mungkin timbul keterharuan, pengalaman estetik pada pemba&a oleh karena disadarinya tegangan antara realitas dan impian hidupnya. ((. Situasi pemba&a sebagai sumber tegangan $emba&a setidak-tidaknya harus diperin&ikan dari dua segi yaitu sosial dan waktu. $emba&a sebuah karya sastra dapat berbeda mengenai latar belakang sosio-budaya. $enilaian karya sastra sebagian besar tergantung dari kaitan antara karya sastra pen&ipta dan pemba&anya. aitan itu bersifat sangat eksklusif. Tegangan sosial yang terungkap dalam karya sastra mempertinggi penilaiannya pada golongan tertentu. Dan sebaliknya menjadikan orang lain memben&i pada karya itu. (3. $emikiran estetik dan jarak waktu