BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berpuluh-puluh tahun dari mulai berdirinya bangsa ini, pendidikan kita yang mengedepankan sains dan teknologi, cenderung mengabaikan dan menggeser aspek-aspek humaniora. Bidang-bidang seperti budaya dan seni (termasuk di dalamnya sastra) merupakan bidang-bidang yang cenderung dianak tirikan. Padahal, melalui bidang-bidang inilah kepribadian dan kemanusiaan kita: kepekaan sosial, religi, kehalusan rasa, pembangunan nilai, moral, budi pekerti, dan sejenisnya, terolah dan terasah. Bukti pengabaian ini misalnya bisa dilihat dari sedikitnya porsi pembelajaran sastra sejak jenjang Sekolah Dasar (SD). Sastra, seperti pada jenjang-jenjang pendidikan
di
atasnya,
merupakan
bagian
dari
mata
pelajaran
Bahasa Indonesia. Akan tetapi, kenyataan di lapangan memperlihatkan mata pelajaran ini lebih didominasi oleh pelajaran tata bahasa. Penelitian A. Chaedar Alwasilah, misalnya, membuktikan bahwa di sekolah-sekolah, sastra hanya diajarkan sebanyak rendah3,6% saja. Dan, dalam pembelajaran yang hanya rendah3,6% tersebut, pembelajaran lebih ditekankan pada aspek pengetahuan (kognitif), bukan afektif. Titik berat pembelajaran sastra pada aspek pengetahuan (hafalan) tersebut sudah dikeluhkan banyak pihak sejak tahun 1955-an. Dari mulai H.B Jassin dan Wildan Yatim (Prisma, 1979), Ajip Rosidi (1970), hingga para pengamat dan ahli sastra, serta para pengajar sastra hari ini. Dan, kondisinya belum banyak berubah meski
kurikulum
telah
berkali-kali
berganti
dengan
perumusan
tujuan
pembelajaran sastra yang lebih ideal. Sastra pada dasarnya adalah ungkapan sastrawan hasil pengalaman dan penghayatannya terhadap kehidupan. Oleh karena itu, dalam sastra terkandung
1
pandangan, penilaian, dan penafsiran sastrawan tentang kehidupan. Kehidupan itu sendiri sangat luas, meliputi persoalan-persoalan kemanusiaan, baik yang sifatnya individual, maupun persoalan sosial, politik, dan budaya yang lebih luas dengan berbagai dimensi dan berbagai nilainya.Sastra, meminjam ungkapan Mathew Arnold, adalah criticsm of life, senantiasa kritis terhadap persoalan-persoalan kehidupan dan selalu berupaya memancarkan pandangan-pandangan untuk memperbaikinya. Dengan karakteristik sastra tersebut, sudah sepatutnya pembelajaran sastra diarahkan untuk mereguk manfaat-manfaat sastra, yakni untuk lebih memahami dan memperkaya wawasan kehidupan, mempertajam watak dan kepribadian, memperhalus budi pekerti, cipta, rasa, karsa, kepekaan sosial, budaya, religi, dan kepekaan pada nilai-nilai kemanusiaan. Ini semua akan tumbuh jika pembelajaran sastra diarahkan pada apresiasi sastra dengan lebih banyak menyentuh segi afeksi. Dalam hal ini, siswa diajak untuk menikmati, memahami, dan menghayati karya sastra. Dengan kata lain, siswa diajak mengalami langsung proses apresiasi sastra.
B. Perumusan Masalah
1.
Apa engertian sastra anak?
2.
Apa sifat sastra anak?
3.
Bagaimana hakikat sastra anak?
C. Tujuan Penulisan
1.
Dapat menjelaskan hakikat pembelajaran sastra anak
2.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sastra Anak
Dalam bahasa indonesia,kata sastra berasal dari bahasa sanskerta yakni berasal dari akar kata sas-, yang dalam kata kerja turunanya di artikan sebagai “mengarahkan”.”mengajar” dan memberi petunjuk atau instruksi”. Akhiran – tra menunjukkan alat berdasarkan asal kata dalam bahasa sanskerta,diartikan sebagai alat untuk mengajar, buku petunjuk dan buku instruksi atau pengajaran. Sedangkan Sastra anak adalah karya seni yang imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang bermedium bahasa baik lisan maupun tertulis yang secara khusus dapat di pahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak ( Santosa, 2003: 8.3 ) sementara itu menurut Sarumpaet ( Dalam Santosa,2003 : 8.3 ) Sasra anak didefinisikan sebagai karya sastra yang dikonsumsi anak-anak dan diurus serta dikerjakan oleh orang tua. Dengan begitu dapat disimpulkan Sastra anak adalah sastra yang di tulis oleh orang tua kepada anak-anak, sedangkan proses produksinya dilakukan oleh orang tua, termasuk dalam memberikan arahan dan bimbingan dalam menentukan buku yang cocok untuk anak. Berdasarkan uraian tersebut dapt dideskripsikan bahwa sastra anak adalah sastra yang dapat disampaikan dalam bentuk lisan maupun tulisan, baik berupa prosa, puisi, maupun drama, dan berisi pelajaran moral untuk anak-anak,serta di tulis oleh orang tua. Oleh karena untuk konsumsi anak-anak, sastra anak tentu harus memiliki unsur imajinasi yang dominan. Bahasa yang digunakan pun harus bahasa yang sedehana dengan pola pengkalimatan yang pendek dan mudah di cerna. Berdasarkan kutipan dari Solehan bahwa kata sastra berarti karya seni imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa (Rene
3
Wellek, 1989). Karya seni imajinatif tersebutdapat dalam bentuk lisan ataupun tertulis. Selanjutnya, kata anak dapat diartikan sebagai manusia kecil (KBBI, 2000:41). Kata anak yanng dimaksud disini bukanlah anka balita ataupun anak remaja, tetapi anak usia SD yang berumur antara 6 sampai 13 tahun. Menurut Santoso (2003, 8.3) sastra anak adalah karya seni yang imajinatif dengan usur estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa baik lisa maupun tertulis yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan eriidi tentang dunia ayangg akrab dengan anak-anak. Sementara itu, menurut Sarumpaet (Dalam Santoso, 2003, 8.3), sastra anak adalah karya satra yan dikonsumsi anak dan diurus serta dikerjakan oleh orang tua. Artinya, sastra anak ditulis oleh orang tua yang ditujukan kepada anak dan proses produksinya pun dikerjakan oleh orang tua.
B. Ciri Sastra Anak
Menurut Sarumpaet ( Dalam Santosa, 2003: 8.4 ) ada tiga ciri sastra anak yaitu : 1. Adanya unsur pantangan Yang dimaksud dengan unsur pantangan adalah bahwa dalam menentukan tema dan amanat sasra anak harus menghindarkan tema atau amanat yang antara lain menyangkut permasalahan seks, cinta yang erotis,dendam yang meninbulkan kebencian, kekejaman, prasangka buruk, dan kematian. 2. Sajian yang dilakukan dengan gaya secara langsung. Maksud dari penyajian dengan gaya secara langsung adalah dalam sajiannya, cerita dideskripsikan secara singkat dan langsung menuju pada sasaran.artinya kalupun ada pemaparan ,sifatnya tetap dinamis dan dalam ruang lingkup permasalahan yang tetap satu jalinan. Dengan demikian deskripsi watak tokoh pun menjadi mudah untuk didentifikasi.
4
3. Adanya fungsi terapan Maksud dari fungsi terapan sebagai salah satu ciri sastra anak adalah bahwa dalam satra anak sajian cerita yang ditampilkan harus bersifat informatif dan mengandung unsur-unsur bermanfaat, baik sebagai pengetahuan umum ,maupun keterampilan khusus
C. Gendre Dan Fungsi Sastra
Gendre sastra adalah istilah yang sama untuk merujuk pada pengertian sastra. Dengan kata lain gendre sastra , termasuk sastra anak yang sekarang banyak terdapat di masyarakat terdiri atas cerpen dan puisi. Kedua buah gendre sastra ini berdasarkan kehdiran dua tokohnya dapat dikelompokan menjadi 3 jenis, yakni gendre sastra anak yang mengetengahkan tokkoh utama berasal dari: 1. Alam benda mati, misalnya batu, sugai, air, sepatu dan sejenisnya. 2. Alam benda hidup yang bukan manusia, misalnya nama-nama binatang dan tumbuhan 3. Alam manusia sendiri, misalnya bawang merah dan bawang putih. Selain itu
gendre sastra juga dapat juga ditinjau dari segi fungsi
pragmatiknya memiliki fungsi pendidikan dan hiburan. Dalam fungsi pendidikan seperti halnya puisi berjudul “ menyesal”,fungsi unsur pendidikan yang disampaikan sangat jelas bahwa selagi masih muda hendaknya kita dapat mengisi kegiatan yang bermanfaat belajar yang rajin,patuh pada orang tua,hormat pada guru,dan hal-hal lain yang berguna karena jika usia sudah tua akan menyesal.
D. Cara Membaca Dan Menikmati Karya Sastra
Cara membaca dan menikmati karya sastra yang dimaksud adalah kegiatan yang lebih dekat pada pada apresiasi karya sastra.
5
Secara lebih sfesifik, Santosa ( 2003 : 8.4 ) memberikan 3 rumusan apresiasi sastra anak yaitu: 1. Apresiasi sastra anak adalah penghargaan ( terhadap karya sastra anak) yang didasarkan pada pemahaman 2. Apresiasi sastra anak adalah penghargaan atas karya sastra anak sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai – nilai yang terkandung dalam karya sastra anak. 3. Apresiasi satra anak adalah kegiatan menggauli cipta sastra anak dengan sungguh – sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, serta kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra anak. Kegiatan mengpresiasi karya sastra anak dapat dilakukan melalui : 1. Kegiatan apresiasi langsung Kegiatan apresiasi langsung adalah kegiatan dilakukan secara sadar untuk memperoleh nilai kenikmatan dan kehikmatan karya sastra yang diapresiasi. 2. Kegiatan apresiasi tidak langsung Kegiatan apresiasi tidak langsung adalah kegiatan apresiasi yang menunjang pemahaman terhadap karya sastra. 3. Kengiatan pendokumentasian Kegiatan pendokumentasian sebagai salah satu kegiatan apresiasi sastra merupakan bentuk apresiasi sastra yang secara nyata ikut melestarikan keberadaan karya sastra. 4. Kegiatan kreatif Maksud dari kegiatan kreatif dalam apresiasi sastra anak adalah segala bentuk kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kecintaan, dan penghargaan terhadap sastra anak.
6
E. Unsur – Unsur Pembangun Karya Sastra 1. Uunsur – unsur Intrinsik Prosa
Sebuah karya sastra berbentuk prosa dapat berupa novel, roman, cerpen, dan beberapa istilah lainnya, yang pasti berisi sebuah cerita tentang kehidupan, khusus untuk anak – anak biasa dikelompokan kedalam cerita anak – anak. Sebuah karya prosa dibangun oleh unsur – unsur yang saling mendukung, yaitu : 1. Tokoh Tokoh penokohan dan perwakilan merupakan salah satu hal yang kehadirannya amat penting bahkan, sangat menentukan sebuah karya fiksi hadir tanpa adanya tokoh cerita atau tanpa adanya tokoh yang bergerak dari awal hingga akhir cerita. 2. Tema Menentukan
tema
sebuah
karya
sastra
harus
dimulai
dengan
ditemukannya kejelasan tentang tokoh dan perwatakannya seta situasi dan alur cerita yang ada. 3. Alur Aur merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah cerita. Dalam bahasa yang paling sederhana, rangkaian peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita dan dialami oleh tokoh – tokohnya. Definisi yang lain juga menyebutkan bahwa alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah inter – relasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian – bagian dalam keseluruhan fiksi. 4. Latar atau Landas Tumpu Latar atau landas tumpu adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi yang bentuknya dapat bermacam – macam, mungkin kampus, pedesaan,
7
perkotaan, nama kota, nama daerah, dan nama negara, serta segala tempat yang dapatt diamati dengan penca indera kita. 5. Gaya Penceritaan Gaya penceritaan adalah tingkah laku pengarang dalam menggunakan bahasa agar menimbulkan efek – efek atau penekanan tertentu. Tingkah laku berbahasa ini merupakan salah satu sarana sastra yang amat penting karena tanpa bahasa, tanpa gaya bahasa sastra tidak ada. Dalam setiap kali bertutur, khususnya tuturan tulis (bukan lisan), sipengarang selalu berupaya untuk mempengaruhi pembacanya. Berbagai usaha dan tindakan perlu dilakukan agar pembaca dapat tertarik sehingga dapat menyerap gagasan yang ini disampaikannya. Berbagai usaha dan tindakan tersebut dapat dilakukan dengan: a. Pemilihan materi bahasa b. Pemakaian ulasan c. Pemanfaatan gaya bertutur 6. PusatPengisahan Pusat pengisahan adalah posisi dan penempatan diri pengarang dalam ceritanya atau dari mana seorang pengarang melihat peistiwa – peristiwa yang terdapat dalam ceritanya itu. Dari titik pandang pengarang ini lah pembaca menikuti jalannya cerita dan memahami temansnya. Pusat pengisahan dapat dibedakan dari beberapa jenis : a. Pengarang sebagai tokoh cerita b. Pengarang sebagai tokoh sampingan c. Pengarang sebagai orang ketiga d. Pengarang sebagai pemain atau narator.
8
2. Unsur Intrinsik Puisi
1. Unsur – unsur Estetik Bunyi Unsur – unsur estetik bunyi terdiri atas persajakan, kiasan bunyi dan orkestrasi. Unsur – unsur tersebut saling berjalinan untuk memperoleh ekspresifitas secara intensif. Bahkan, unsur – unsur keputusan bunyi berjalinan erat dengan unsur – unsur satuan arti untuk mendapatkan nilai seni atau ekstetik sebanyak – banyaknya. 2. Unsur – unsur Estetik satuan arti Unsur – unsur ini berupa kata, frase, dan kalimat yang dipilih dan disusun untuk mendapatkan nilai estetik. Dalam proses penciptaan puisi, penyair sering kali mengganti kata - kata untuk mendapatkan pilihan yang tepat. Pilihan yang tepat harus sesuai dengan unsur bunyi, unsur arti, suasana , tempat terjadinya peristiwa, dn konsep keindahan.
F. Sifat Sastra Anak
Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan p ada fakta. Unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan. (Wahidin, 2009) Perkembangan anak akan berjalan wajar dan sesuai dengan periodenya bila disugui bahan bacaan yang sesuai pula. Sastra yang akan dikonsumsikan bagi anak harus mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit belit, menggunakan setting yang ada di sekitar mereka atau ada di dunia mereka, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak. (Puryanto, 2008: 2)
9
Sarumpaet (dalam Puryanto, 2008: 3) mengatakan persoalan-persoalan yang menyangkut masalah seks, cinta yang erotis, kebencian, kekerasan dan prasangka, serta masalah hidup mati tidak didapati sebagai tema dalam bacaan anak. Begitu pula pembicaraan mengenai perceraian, penggunaan obat terlarang, ataupun perkosaan merupakan hal yang dihindari dalam bacaan anak. Artinya, tema-tema yang disebut tidaklah perlu dikonsumsi oleh anak. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, tema-tema bacaan anak pun berkembang dan semakin bervariasi. Jenis-jenis bacaan anak misalnya, pada sepuluh tahun yang lalu sangat sedikit atau bahkan tidak ada, sangat mungkin telah hadir sebagai bacaan yang populer tahun-tahun belakangan ini. Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Jenis prosa dan puisi dalam sastra anak sangat menonjol. Berdasarkan kehadiran tokoh utamanya, sastra anak dapat dibedakan atas tiga hal, yaitu: (1) sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama benda mati, (2) sastra anak yang mengetengahkan tokoh utamanya makhluk hidup selain manusia, dan (3) sastra anak yang menghadirkan tokoh utama yang berasal dari manusia itu sendiri. (Wahidin, 2008 ) Ditinjau dari sasaran pembacanya, sastra anak dapat dibedakan antara sastra anak untuk sasaran pembaca kelas awal, menengah, dan kelas akhir atau kelas tinggi. Sastra anak secara umum meliputi (1) buku bergambar, (2) cerita rakyat, baik berupa cerita binatang, dongeng, legenda, maupun mite, (3) fiksi sejarah, (4) fiksi realistik, (5) fiksi ilmiah, (6) cerita fantasi, dan (7) biografi. Selain berupa cerita, sastra anak juga berupa puisi yang lebih banyak menggambarkan keindahan paduan bunyi kebahasaan, pilihan kata dan ungkapan, sementara isinya berupa ungkapan perasaan, gagasan, penggambaran o byek ataupun peristiwa yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. (Saryono dalam Puryanto, 2008: 3) Menurut Puryanto (2008: 7) secara garis besar, ciri dan syarat sastra anak adalah: 1. Cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di dunia
10
anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak. 2. Puisi anak mengandung tema yang menyentuh, ritme yang meriangkan anak, tidak terlalu panjang, ada rima dan bunyi yang serasi dan indah, serta isinya bisa menambah wawasan pikiran anak. Buku anak-anak biasanya mencerminkan masalah-masalah masa kini. Hal-hal yang dibaca oleh anak-anak dalam koran, yang ditontonnya dilayar televisi dan di bioskop, cenderung pada masalah-masalah masa kini. Bahkan yang dialaminya di rumah pun adalah situasi masa kini. (Tarigan, 1995: 5)
11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Sastra anak adalah karya imajinatif dalam bentuk bahasa yang berisi pengalaman, perasaan, dan pikiran anak yang khusus ditujukan bagi anak-anak, ditulis oleh pengarang anak-anak maupun pengarang dewasa.. Sastra anak memiliki karakteristik sebagai pembeda dengan sastra dewasa yang dapat dilihat dari dua segi, yaitu 1. Segi kebahasaan, meliputi: struktur kalimat, pilihan kata, gaya bahasa/ majas 2. Segi kesastraan, dilihat dari unsur intrinsiknya Sarumpaet mengidentifikasi tiga ciri pembeda antara sastra anak-anak dengan sastra dewasa, tiga ciri pembeda itu adalah (1)Unsur Pantangan; (2)Penyajian dengan Gaya Langsung; (3)Fungsi Terapan.
B. Saran
Sebagai seorang calon pendidik ada beberapa hal yang sapat kita lakukan diantaranya: 1. Pendidik harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar ketika memberikan pengajaran kepada anak didiknya. 2. Pendidik harus memastikan bahwa anak-anak didiknya senang, suka, juga nyaman diajar oleh kita, agar mereka dapat menerima materi dengan baik dan tidak merasa terpaksa. 3. Belajarlah terus agar menjadi guru yang profesional.
12
DAFTAR PUSTAKA
Santoso Puji Dkk, 2008. Pembelajaran Bahasa Indonesia SD, JAkarta : Universitas Terbuka Yusi Rosdiana Dkk, 2007. Bahasa Dan Sastra Indonesia Di SD. Jakarta : Unuversitas Terbuka. Rusyana, Yus.1984. Bahasa dan sastra dalam gempitan pendidikan. Bandung: CV Dipenegoro
Tarigan, Henry Guntur. 1995. Dasar-dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa. Witakania. 2008. Aspek Psikopedagogik dalam Sastra Anak .
13
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan Judul ” Sastra Anak ” Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
Bengkulu,
Mey 2012
Penyusun
i 14
PENDIDIK AN BAHASA IINDONESIA DAN S SASTR A K K ELAS T TINGGI SASTRA ANAK
Oleh ::
JUR USAN T TAR BIYAH PENDIDIK AN G GUR U M MADR ASAH IIBTIDAIYAH SEK OLAH T TINGGI A AGAMA IISLAM N NEGER I STAIN ((BENGK ULU) 2012
15
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................... ..................................
i
DAFATR ISI ................................................ ....................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................. ..........................................
1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Sastra anak ................................................... .........................
3
B. Ciri Sastra Anak ................................................... ..................................
4
C. Gendre Dan Fungsi Sastra .............................................. .........................
5
D. Cara Membaca Dan Menikmati Karya Sastra .........................................
5
E. Unsur – Unsur Pembangun Karya Sastra ................................................
7
F. Sifat Sastra Anak ................................................... ..................................
9
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ................................................ ..........................................
12
B. Kritik dan Saran ................................................ ..................................
12
DAFTAR PUSTAKA ................................................... ..................................
iii
ii 16
17