Uji organoleptik Uji ambang rangsang
Oleh
Muhammad pajri D1C009037
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang produk pangan mempunyai berbagai atribut yang dapat digolongkan sebagai sifat objektif, yaitu sifat yang dapat di ukur atau dinilai berdasarkan respon objektif dari instrument fisik, dan sebagai sifat subyektif atau respon pribadi manusia. Golongan sifat terakhir ini disebut sifat organoleptik karena dalam penilaiannya menggunakan organ indra manusia. Golongan sifat ini juga disebut sifat sensorik
karena, penilaian atau pengukurannya didasarkan pada rangasangan saraf sensorik pada alat indra manusia ( soekarto dan hubeis, 1992 ). Sifat idrawi hanya dikenal dengan uji indrawi , yaitu dengan suatu proses pengindraan, manusia sebagai instrument ukur disebut panelis. Mengenali sifat indrawi dengan pengindraan ( uji indrawi ) kepada panelis memerlukan pendekatan yang khusus, pengelola uji harus dapat mengkomunikasikan dengan tepat sifat indrawi yang dimaksudkan karena ada kalanya sifat indrawi itu hanya mudah dirasakan namun sulit dinyatakan atau didiskripsikan ( soekarto dan hubeis, 1992 ). Organ indra terdiri atas nuron, sel-sel saraf, dan sel-sel pendukung bukan saraf yang berfungsi untuk membentuk potensial alsi didalam neuran, yang secara integrasi membantu system yang disebut dengan reseptor sensorik. Raseptor ini merupakan tranduser yang mengubah berbagai bentuk energy didalam lingkungan kepotensial aksi didalam neuron (ganong,1995).
1.2 Tujuan Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui ambang rangsangan dilihat dari respon terhadap sampel yang disajikan.
BAB II METODOLOGI 2.1 Tempat dan wAktu Praktikum ini dilakukan pada hari sabtu, tanggal 2 April 2011 pada pukul 13.
00
– 15.00 wib, yang dilaksanakan dilaboratorium kimia-biokimia, teknologi hasil pertanian, fakultas pertanian, universitas jambi.
2.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sendok kecil, timbangan dan gelas plastic, serta bahan yang digunakan adalah air (aquadest) dan gula pasir.
2.3 Prosedur Kerja Pada praktikum ini, panelis diminta mencicipi untuk semua contohyang telah disajikan satu persatu dan selanjutnya diminta untuk menyatakan responnya apakah ada atau tidak ada sifat indrawiyang diminta dengan mengisi format uji yang telah disediakan.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Table. Hasil penilaian organoleptik uji ambang rangsang Sampel Kode Bahan
Jumlah
143
351
648
427
317
644
763
2
9
66
23
14
13
10,5
Setelah dilakukan pengujian organoleptik dan diambil hasil dapat dibahas pada metode uji ambang rangsang, jumlah yang menyatakan sampel dengan pengenceran 3 (P3), P4, P5, P6, dan P7 adalah sebanyak, secara berurutan 3, 9, 66, 23, 14, 13, dan 10,5 panelis. Berdasarka standar penilaian uji ambang rangsang jika jumlah panelis sebanyak 33 orang atau panel, maka untuk taraf 5% jumlah panelis untuk menyatakan beda minimal adalah 23 orang atau panel. Berarti pada pengujian organoleptik rasa ini dapat dinyatakan bahwa sampel air dengan pengenceran gula satu kali (P1/648) dan P2 (427) berbeda nyata pada taraf 5%. Hal yang menyebabkan ini terjadi karena panelis merasakan bahwa sampel P1 dan P2 yang disajikan berbeda dari sampel-sampel yang lain, mungkin pada sampel dengan kode tersebut memiliki rasa yang manis seperti rasa gula, sedangkan sampel yang lain sudah terasa hambar atau hamper sama seperti rasa air biasa.
BAB IV KESIMPULAN
Berdasrka uji yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1.
Sampel dengan pengenceran 1 (648) dan pengenceran 2 (427) berbeda nyata dengan air biasa pada taraf 5%
2.
Sampel dengan P3 (317), P4 (644), P5 (351), P6 (143), dan P7 (763) tidak berbeda nyata dengan air biasa pada taraf 5%
DAFTAR PUSTAKA
Soekarto, T.S dan M. Hubeis. 1992. Petunjuk laboratorium metode penilaian indrawi. Bogor. IPB Press. Ganong, W.F., 1995. Fisiologi kedokteran. Alih bahasa oleh Petrus Adrianto. Jakarta.