ANALISA SINTESA TINDAKAN 1. GAMBARAN KASUS Pasien datang ke IGD RSMS pada tanggal 18 Mei 2017 dengan keluhan kelemahan anggota gerak kiri, kesulitan menelan dan tampak lemah . Hal ini dirasakan pasien sudah selama 2 hari sebelum masuk RSMS. Sebelumnya pasien dirawat di RSUD majenang selama 2 hari. Saat dilakukan pengkajian keperawatan hemodinamik pasien kurang stabil TD : 141/79 mmHg, mmHg, HR : 85 x/mnt, RR : 26 x/mnt, terpasang oksigen dengan nasal kanul 3 liter/ menit. Klien tampak sering tersedak dan terlihat kesulitan dalam mengeluarkan sputum, setiap kali minum selalu tersedak dan bahkan muntah, Pada suara nafas terdapat gurgling sedangkan pada auskultasi paru terdengar suara tambahan berupa ronkhi basah, pada gambaran rongsen thorak terdapat gambaran pnemonia. Pada pemeriksaan fisik terdapat gangguan pada nervus VII ( fasialis ) yaitu penurunan reflek menelan dan bicara pelo serta gangguan nervus IX ( glasofaring ) dan nervus X ( vagus ) yaitu kesulitan menelan dan penurunan reflek batuk. Pada pengkajian ekstrimitas terdapat kelemahan anggota gerak ekstrimitas kiri dengan kekuatan otot hanya 1 ( hanya terdapat kontraksi otot ). 2. MASALAH KEPERAWATAN UTAMA Dari hasil pengkajian dan analisa data yang didapatkan ditemukan :
No DATA ETIOLOGI PROBLEM 1 DS : DO : terdapat lendir pada jalan Sekresi yang Ketidakefektifan nafas, gurgling positif, tertahan karena bersihan jalan nafas reflek batuk menurun, penurunan reflek ( 00031 ) tersedak ketika minum, batuk auskultasi ditemukan ronkhi basah, gangguan nervus VII, nervus IX, nervus X, kelemhan ekstrimitas kiri, mobilisasi minimal. Diagnosa keperawatan yang ditegakan yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan dengan sekresi yang tertahan karena penurunan reflek batuk. 3. TINDAKAN YANG DILAKUKAN a. Pengertian Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian : postural drainage, perkusi, dan vibrasi b. Tujuan Mengeluarkan sekresi di jalan napas
Mengalirkan dan mengeluarkan secret yang berlebihan
Menurunkan akumulasi secret pada klien yang tidak sadar atau lemah
Memperbaikiventilasi
Meningkatkanefisiensiotot-ototpernapasan
c. Indikasi Indikasi Klien Postural Drainase a. Mencegah penumpukan sekret pada : Klien yang memakai ventilasi Klien yang melakukan tirah baring yang lama Klien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik dan bronkiektasis b. Mobilisasi Sekret yang Tertahan Pasien dengan atelectasis yang disebabkan oleh secret Pasien dengan abses paru Pasien dengan pneumonia Pasien pre dan pos operatif Pasien neurology dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk. d. Prosedur pelaksanaan a. Tahap pra interaksi
Mengecek program therapi
Mencuci tangan
Menyiapkan alat : kertas tisue, bengkok, pengalas, sputum pot, air minum hangat b. Tahap orientasi
Memberikan salam dan menyapa nama pasien
Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien dan keluarga c. Tahap kerja
Menjaga privacy pasien
Mengatur posisi sesuai dengan gangguan paru
Memasang alas dan bengkok didekat mulut bila pasien berbaring
Melakukan claping dengan cara tangan perawat menepuk punggung pasien secara bergantian sampai ada rangsangan batuk Menganjurkan pasien inspirasi dalam, tahan sebentar, kedua tangan perawat berada dipunggung pasien Meminta pasien untuk melakukan ekspirasi, pada saat yang bersamaan tangan perawat melakukan fibrasi Meminta pasien untuk menarik nafas, menahan nafas, dan membatukan dengan kuat Menampung lendir pada bak sputum Melakukan auskultasi paru
Bila masih ada lendir, prosedur bisa dilakukan sampai berulang kali tergantung dari kebutuhan dan kondisi hemodinamik pasien hingga lendir bersih d. Tahap terminasi
Melakukan evaluasi tindakan
Berpamitan dengan pasien
Membereskan alat – alat
Mencuci tangan
Melakukan dokumentasi pada lembar keperawatan 4. HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN a. Beri cairan / minuman hangat dalam jumlah yang cukup banyak untuk meningkatkan sekresi. b. Lakukan terapi fisik dada 30 – 60 menit setelah pemberian bronkodilator. c. Gunakan bantal untuk menyokong pasien dan meningkatkan kenyamanan. d. Lakukan postural drainage sekurangnya 5 menit sebelum dilakukan perkusi / clapping dada. e. Hindari perkusi hingga 2 jam setelah makan untuk mencegah reflek batuk. Jadwalkan fiosioterapi dada30 – 60 menit sebelum makan. Jika klien mendapatkan makanan per sonde (gastrik tube), hentikan pemberian sedikitnya 1 jam sebelum tindakan. Jika klien mendapatkan makanan dari infus duodenum atau jejunumberkelanjutan, makanan tetap dapat diberikan selama pelaksanaan prosedur. f. Saat melakukan vibrasi,usahakan vibrasi dan perkusi sedikitnya 3 – 5 menit untuk setiap posisi/daerah dan dapat dilakukan lebih lama jika dapat ditoleransioleh klien dan waktunya memungkinkan. g. Auskultasi dada sebelum tindakan fisioterapi dada dan lakukan evaluasi terhadap keefektifan tindakan. h. Anjurkan klien melakukan pernafasan bibir dan diagfragma selama prosedur tindakan. i. Jangan melakukan tindakan perkusi di atas permukaan tulang datar seperti skapula, spina, atau klavikula. j. Jangan melakukan perkusi diatas organ vital atau jaringan sensitif ( seperti payudara, ginjal, hati dan limpa). k. Beri waktu istirahat dan waktu untuk batuk ( jika ada ) s elama tindakan. l. Bilas ( kumur ) dilakukan setelah klien dapat mengeluarkan sputum. m. Waktu terbaik untuk melakukan tindakan fisioterapi dada adalah pada pagi hari dan sebelum tidur. Jika perlu, lakukan empat kali dalam sehari. Tindakan fisioterapi dada dapat dilakukan sebelum makan dan sebelum tidur. n. Waktu terbaik menurut pilihan pasien adalah pada saat pasien merasa nyaman dan produksi sputum minimal. 5. KONTRA INDIKASI
a. Tension pneumotoraks b. Hemoptisis c. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard akutrd infark dan aritmia. d. Edema paru e. Efusi pleura yang luas
6. GAMBARAN PELAKSANAAN DIRUMAH SAKIT
Kementrian Kesehatan RI telah menyelengggarakan berbagai upaya pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan secara terarah. Pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap mutu pelayanan secara keseluruhan termasuk pelayanan keperawatan pasien dengan penyakit paru dan gangguan pembuluh darah (Suhartanti et al.,2012). Sebagian besar orang yang sehat sedikit memikirkan tentang fungsi pernapasan mereka. Perubahan posisi yang sering, ambulasi, dan latihan fisik biasanya dapat mempertahankan ventilasi dan pertukaran gas yang adekuat. Akan tetapi saat seseorang sakit, fungsi pernafasan mungkin terhambat oleh beberapa alasan seperti nyeri dan imobilitas (Koizer &ErbdalamMeiliya, 2009). Perawat dapat memfasilitasi fungsi pernafasan dengan menganjurkan latihan napas dalam dan batuk untuk mengeluarkan sekret (Koizer &ErbdalamMeiliya, 2009). Perawat juga bisa melakukan terapi mandiri yaitu diantaranya fisioterapi dada. Fisioterapi dada (perkusi, vibrasi dan drainase serangkaian tindakan keperawatan yang bertujuan mempertahankan kepatenan jalan napas (Mubarak, 2008).
postural) merupakan membersihkan dan
Dalam pelaksanaan tindakan tersebut dilapangan sering kali kita terkendala oleh beberapa hal seperti :
Pertimbangan Khusus dalam Perencanaan dan Implementasi Hindari melakukan drainase postural pada klien yang kurang menoleransi posisi berbaring datar (Misal klien dengan peningkatan tekanan intra cranial atau gawat napas berat). Perkiraan lamanya terapi atau derajat elevasi kepala bergantung pada kemampuan toleransi klien. Mulailah terapi setelah dua jam atau lebih pemberian makanan padat (setelah satu jam asupan makanan cair). Lakukan terapi sebelum waktu makan dan tidur untuk membuka jalan napas sehingga klien lebih mudah bernapas selama makan dan tidur. Jangan lakukan perkusi atau vibrasi di area kulit yang mengalami iritasi atau luka, jaringan lunak, tulang belakang, atau terdapat nyeri. Selalu sediakan peralatan pengisapan.
Pediatric Pada anak-anak, pastikan bahwa alat pengisap berfungsi dengan baik dan tersedia sehingga dapat digunakan saat terjadi aspirasi. Berikan tekanan yang ringan selama perkusi atau vibrasi untuk mencegah fraktur.
Geriatrik Modifikasi tekanan yang dilakukan untuk perkusi atau vibrasi untuk mencegah fraktur pada tulang. Klien lanjut usia seringkali memiliki tulang yang rapuh. Khususnya diruang IGD RSMS pelaksanaan fisiotherapi dada masih sangat minimal dalam pelaksanaanya hal ini disebabakan karena beberapa hal seperti :
Minimnya pengetahuan perawat tentang pentingnya fisiotherapi dada Kesenjangan antara jumlah perawat dan jumlah pasien sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan menjadi kurang optimal Kurangnya pengetahuan pasien pada saat diberikan penjelasan tentang pentingnya fisiotherapi dada sehingga pasien menolak dilakukan tindakan tersebut
Oleh sebab itu perlu ditekankan lagi pemahaman bagi perawat untuk menguasai konsep teori dan skill dalam melakukan prosedur fisioterapi dada. Dengan menguasai pengetahuan dan praktek tentang fisioterapi dada maka perawat dapat memberikan tindakan perawat efektif demi tercapainya pemberian asuhan keperawatan yang optimal.