M ata K uliah Ma uliah : Pere Perenc nca anaa naan dan E valuasi luasi Pr ogra gr am K eseha sehattan L ingkunga ingk ungan n D osen sen : Corie Cori e I ndri ndri a Pr asast sasti,i, SK M., M. , M.K M. K es ANALISIS SWOT PELAKSANAAN PROGRAM PENGENDALIAN PENGENDALIAN DBD DI KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN
KIKI SANJAYA NIM. 101414353007
PRODI MAGISTER KESEHATAN LINGKUNGAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Bengue merupakan penyakit yang terjadi pada daerah tropis, dimana penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang menular disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari penderita kepada orang lain dengan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Menurut WHO, dengue adalah penyakit virus yang umum ditularkan oleh nyamuk yang terinfeksi dengan salah satu dari empat serotipe virus dengue ke manusia dengan gejala muncul 3-14 hari setelah gigitan infektif. Dengue yang parah ditandai dengan demam, sakit perut, muntah terus menerus, pendarahan dan kesulitan bernafas dan komplikasi yang berpotensi mematikan. Penyakit DBD kebanyakan menyerang anak-anak disetiap negara dan 95% kasus yang dilaporkan berumur dari 15 tahun. Kelompok yang berisiko tinggi meliputi anak berumur 5-9 tahun. Filiphina dan Malaysia melaporkan banyak kasus berumur lebih 15 tahun. Walaupun Thailand, Myanmar, Indonesia, dan Vietnam tetap melaporkan banyak kasus di bawah 14 tahun. Kasus DBD yang berumur 15 tahun banyak di jumpai di Amerika daripada Asia (Soegijanto, 2006). Pada abad 21 DBD telah muncul sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat internasional, kejadian luar biasa penyakit DBD
pertama kali
terjadi di Asia diitemukan pada daerah Manila pada tahun 1954. Kemudian pada tahun 1958 terjadi kejadian luar biasa penyakit DBD di Bangkok-Thonburi dan
sekitarnya. Di Singapura juga ditemukan kasus DBD dewasa muda dalam jumlah yang lebih banyak dengan hasil isolasi virus dengue yang menunjukkan tipe 1 dan 2. Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia, DBD pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang meninggal dunia. Sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia (Kemenkes RI, 2011). Indonesia sampai saat ini yang menjadi masalah kesehatan di masyarakat salah satunya adalah penyakit demam berdarah dengue (DBD). Pada t ahun 1968 di Surabaya dan Jakarta terjadinya peningkatan angka kejadian DBD dan hal itu menyebar ke seluruh daerah kabupaten yang berada di wilayah Provinsi TimorTimor Republik Indonesia. Angka kematian akibat kasus DBD masih tinggi, vektor penyakit DBD salah satunya adalah Aedes aegypti masih banyak dijumpai di wilayah indonesia. Penanggulangan DBD yang telah dilakukan oleh Kementrian Kesehatan diutamakan pada kegiatan preventif dan promotif dengan menggerakkan serta memberdayakan masyarakat dalam upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Kegiatan ini dikenal dengan 3M plus, yaitu menguras bak penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air, mengubur barang bekas dan plus memakai obat anti nyamuk, memanfaatkan barang bekas, memelihara ikan pemakan jentik dan lain sebagainya (Kemenkes RI, 2011).
Cara tepat dalam pencegahan DBD dengan melakukan pengendalian ataupun pemberantasan nyamuk penular yaitu Aedes Aegypti. Berbagai upaya telah dilakukan dalam penanggulangan kasus-kasus DBD yang masih banyak terjadi, begitu banyak hal yang dapat dapat menghambat ataupun mendukung kegiatan
pelaksanaan
program
pemberantasan
kasus
DBD.
Program
pengendalian DBD sangat perlu dilakukan agar dapat menurunkan angka kejadian. 1.2 Tujuan
1. Bagaimana mengidentifikasi masalah kesehatan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Maros. 2. Bagaimana menganalisis program pengendalian di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Maros dengan menggunakan analisis SWOT.
BAB II ANALISIS PROGRAM MENGGUNAKAN SWOT 2.1 Analisis SWOT
Menyusun dan menghitung nilai bobot, rating dan skor untuk ta bel eksternal dan internal dibuat dengan teknik skala sebagai berikut: 1. Bobot nilai
1,00 = sangat penting
0,75 = penting
0,50 = standar
0,25 = tidak penting
0,10 = sangat tidak penting
2. Rating nilai
5 = sangat baik
4 = baik
3 = netral (standar)
2 = tidak baik
1 = sangat tidak baik
3. Skor nilai Untuk skor nilai dihitung dengan mempergunakan formula sebagai berikut: SN = BN x RN
Keterangan: SN = Skor nilai BN = Bobot nilai RN = Rating nilai 2.2 Identifikasi variabel
Mengidentifikasi
variabel
yang
berhubungan
dengan
program
pengendalian DBD di wilayah kerja Dinas Kesehatan Maros, baik variabel yang mendukung mengancam maupun yang dibutuhkannya. Dari variabel yang telah ada lalu dikelompokkan sesuai dengan variabel ini berasal yaitu eksternal dan internal. INTERNAL NO
VARIABEL
1.
SDM (Sumber Daya Manusia)
2.
Proses
3.
Tempat atau Saluran Distribusi
DIMENSI
a. Mempunyai sumber daya manusia yang berpotensi dibidangnya b. Mempunyai kader kesehatan c. Penempatan SDM banyak yang belum sesuai dengan pendidikan d. Kualitas SDM e. Kuantitas SDM a. Mempunyai dana yang mencukupi untuk melaksanakan kegiatan program pengendalian DBD. b. Pelatihan kepada kader desa c. Kematangan persiapan dalam pelaksanaan program pengendalian DBD d. Kendala pada proses pelaksanaan kegiatan. a. Menentukan daerah-daerah yang endemis DBD. b. Fasilitas dan sarana yang belum memadai untuk kegiatan pengendalian DBD.
4.
Promosi
a. Promosi kepada tokoh desa dan masyarakat b. Kurangnya program promosi pencegahan DBD kepada masyarakat.
EKSTERNAL NO
VARIABEL
DIMENSI
1.
Ekonomi
a. Kurangnya dukungan dana b. Masih rendahnya ekonomi masyarakat.
2.
Sosial
3.
Budaya
4.
Politik
a. Pro dan kontra masyarakat terhadap program kegiatan pengendalian DBD b. Dampak kegiatan program pengendalian DBD di lingkungan masyarakat c. Peningkatan penyakit menular a. Perilaku masyarakat yang sulit berubah b. Masih tingginya persepsi negative masyarakat terhadap kegiatan program pengendalian DBD yang dilakukan c. Masyarakat diharapkan dapat berubah perilaku mereka setelah program pengendalian DBD a. Sudah adanya peraturan mengenai pengendalian DBD b. Dukungan pemerintah terhadap kegiatan program pengendalian DBD
2.3 Mengklasifikasikan variabel tersebut apakah termasuk dalam S, W, O, atau T. NO
VARIABEL
DIMENSI
STRENGHT
1.
2.
3.
4.
SDM
Proses
a. Mempunyai sumber daya manusia yang berpotensi dibidangnya b. Mempunyai kader kesehatan
a. Pelatihan kepada kader desa b. Kematangan persiapan dalam pelaksanaan program pengendalian DBD
Tempat
a. Menentukan daerah-daerah yang endemis DBD
Promosi
a. Promosi kepada tokoh desa dan masyarakat
WEAKNESSES
1.
2.
3.
SDM
Proses
Tempat
a. Penempatan SDM banyak yang belum sesuai dengan pendidikan b. Kualitas SDM c. Kuantitas SDM a. Mempunyai dana yang mencukupi untuk melaksanakan kegiatan program pengendalian DBD. b. Kendala pada proses pelaksanaan kegiatan. a. Fasilitas dan sarana yang belum memadai untuk kegiatan pengendalian DBD.
4.
Promosi
a. Kurangnya pencegahan masyarakat.
program DBD
promosi kepada
OPORTUNITY
1.
Sosial
2.
Budaya
3.
Politik
a. Masyarakat diharapkan dapat berubah perilaku mereka setelah program pengendalian DBD a. Dampak kegiatan program pengendalian DBD di lingkungan masyarakat
a. Sudah adanya peraturan mengenai pengendalian DBD b. Dukungan pemerintah terhadap kegiatan program pengendalian DBD
THREAT
1.
Ekonomi
a. Kurangnya dukungan dana b. Masih rendahnya ekonomi masyarakat.
2.
Sosial
a.
Pro dan kontra masyarakat terhadap program kegiatan pengendalian DBD b. Peningkatan penyakit menular
3.
Budaya
a. Perilaku masyarakat yang sulit berubah b. Masih tingginya persepsi negative masyarakat terhadap kegiatan program pengendalian DBD yang dilakukan
2.4 Menentukan bobot tiap variabel yang telah ditentukan NO
VARIABEL
DIMENSI
BOBOT
RATING
STRENGHT
1.
SDM
a. Mempunyai sumber daya manusia yang berpotensi dibidangnya
0,95
5
0,89
5
a. Pelatihan kepada kader 0,89 desa
4
b. Mempunyai kader kesehatan
2.
Proses
b.
3.
Tempat
4.
Promosi
Kematangan persiapan dalam pelaksanaan 0,82 program pengendalian DBD
a. Menentukan daerahdaerah yang endemis DBD
4
0,87
5
a. Promosi kepada tokoh desa 0,85 dan masyarakat
4
a. Penempatan SDM banyak yang belum sesuai dengan pendidikan
0,95
1
0,94
2
WEAKNESSES
1.
SDM
b. Kualitas SDM
c. Kuantitas SDM 2.
Proses
3.
Tempat
4.
Promosi
0,95
3
a. Mempunyai dana yang 0,95 mencukupi untuk melaksanakan kegiatan program pengendalian DBD.
3
b. Kendala pada proses 0,79 pelaksanaan kegiatan.
3
a. Fasilitas dan sarana yang belum memadai untuk 0,85 kegiatan pengendalian DBD.
2
a. Kurangnya program 0,89 promosi pencegahan DBD kepada masyarakat.
2
a. Masyarakat diharapkan dapat berubah perilaku mereka setelah program pengendalian DBD
0,94
4
0,89
5
0,85
4
0,86
4
OPORTUNITY
1.
Sosial
2.
Budaya
3.
Politik
a. Dampak kegiatan program pengendalian DBD di lingkungan masyarakat
a. Sudah adanya peraturan mengenai pengendalian DBD b. Dukungan pemerintah terhadap kegiatan program pengendalian DBD
THREAT
1.
2.
Ekonomi
a. Kurangnya dukungan dana
0,95
2
b. Masih rendahnya ekonomi masyarakat.
0,85
2
0,86
3
0,95
2
0,79
2
0,85
3
Sosial a. Pro dan kontra masyarakat terhadap program kegiatan pengendalian DBD
b. Peningkatan penyakit menular 3.
Budaya a. Perilaku masyarakat yang sulit berubah b. Masih tingginya persepsi negative masyarakat terhadap kegiatan program pengendalian DBD yang dilakukan
JUMLAH
20,38
2.5 Hasil dari analisis SWOT untuk program pengendalian DBD 20
O 15
10
5
0
W -20
-15
-10
-5
S 0
5
10
15
20
25
30
-5
-10
-15
T
Dari hasil analisis SWOT didapatkan bahwa hasilnya yaitu program pengendalian DBD di Kabupaten Maros berada di kuadran I (Positif, Positif), posisi ini menandakan bahwa program pengendalian DBD tersebut kuat dan sangat berpeluang dalam pencegahan penyakit DBD, rekomendasi strategi yang diberikan adalah progresif, artinya program tersebut dalam kondisi prima dan mantap sehingga dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. Dimana nantinya kita akan menggunakan strategi SO yaitu strategi yang harus dapat menggunakan kekuatan sekaligus memanfaatkan peluang yang ada.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis SWOT didapatkan bahwa hasilnya yaitu program pengendalian DBD di Kabupaten Maros berada di kuadran I (Positif, Positif), posisi ini menandakan bahwa program pengendalian DBD tersebut kuat dan sangat berpeluang dalam pencegahan penyakit DBD. 3.2 Saran
Untuk kedepannya agar program berjalan dengan baik dan maksimal maka sebaiknya pelaksana menggunakan strategi SO yaitu strategi yang harus dapat menggunakan kekuatan sekaligus memanfaatkan peluang yang ada.