ANOMALI GIGI
KARYA TULIS
O L E H
drg.Young Ferry
2006
DAFTAR ISI
Daftar Isi........................................................................................................1 BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................2
A. Latar Belakang...................................................................................2 BAB II ANOMALI GIGI
A.Anomali gigi...................................................................................... 3 1. Anodontia.......................................................................................3 2. Supernumerary tooth......................................................................4 BAB III PERUBAHAN BENTUK PADA MORFOLOGI GIGI .............................................................................................................5
A. Pembentukan mahkota abnormal......................................................5 B. Pembentukan akan yang abnormal...................................................6 BAB IV BERBAGAI KELAIANAN GIGI.............................................................10
A. Bentuk kelainan..............................................................................10 BAB V PENUTUP ..................................................................................................12 Daftar Pustaka............................................................................................13
2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam konsep pembangunan jangka panjang yang berkelanjutan serta upaya menjaga sistem kesehatan yang ada di Negara Indonesia, senantiasa akan bermuara pada kepentingan masyarakat. Karena pada intinya bangsa yang sehat secara fisik dan mental adalah cerminan dan biasan dari kondisi masyarakatnya. Jika
masyarakat
selalu
memperhatikan
kesehatan
untuk
kelangsungan
pembangunan suatu bangsa, maka imbas timbal balik antara masyarakat di satu sisi serta dan pemerintah di sisi yang lain adalah membentuk simbiosis yang saling menopang bagi pembangunan dari Negara Indonesia secara komperehensif dan menyeluruh. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat tahun 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat, termasuk kesehatan gigi dan mulut bagi setiap anggota masyarakat. Arahnya tak lain adalah terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui strategi pembangunan kesehatan agar tercipta masyarakat, bangsa Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan prilaku sehat, memiliki kemampuan
untuk
menjangkau
pelayanan
kesehatan, termasuk
pelayanan kesehatan gigi yang bermutu secara adil dan merata. Pemahaman bagi masyarakat perlu disosialisasikan agar masyarakat mengetahui secara mendasar bentuk-bentuk kelaianan dan penyimpangan dari bentuk gigi. Gigi adalah harta yang sangat berharga, bagaimanapun manusia akan sulit
hidup
jika tidak
mempunyai gigi sebagai
alat instrument
untuk
menghancurkan makanan. Bentuk-bentuk gigi dalam perkembangannya ada yang yang tidak sesuai dengan bentuk asli gigi itu sendiri sehingga mempengaruhi fungsi dari gigi tersebut. Pengetahuan ini perlu menjadi kesadaran sehingga jika ada kasus-kasus yang ditemukan dalam kehidupan dalam masyarakat, tidak terjadi suatu salah pengertian dan salah pemahaman atas berbagai fenomena fungsi gigi. Keterbelakangan dan keterbatasan informasi hal-hal yang kadang kecil namun memberi efek yang sangat besar bagi sebagian
masyarakat, sehingga
dampak dari semua itu akan memberi pengaruh pada derajat kesehatan masyarakat secara menyeluruh.
3
BAB II ANOMALI GIGI A. Anomali gigi
adalah yang bentuknya menyimpang dari bentuk aslinya Faktor-faktor yang menyebabkan anomali gigi adalah : 1. Faktor heriditer 2. Gangguan pada waktu pertumbuhan, perkembangan gigi 3. Gangguan metabolisme umumnya dapat terjadi anomali gigi 1. Pada gigi tetap lebih banyak dari pada gigi susu 2. Pada gigi geligi atas lebih banyak dari pada gigi geligi bawah 3. “Anodontia” yaitu tidak ada benih gigi di dalam rahang ( ± 1 % - 2% dari pada penduduk) 4. Kelebihan gigi atau supernumerary (exstra) tooth ( ± 1% - 2% dari pada penduduk) 5. Perubahan bentuk/bentuk yang abnormal, jarang sekali terjadi. 6. Gigi kembar/ fused anterior tooth
1. Anodontia
Anodontia ada dua macam : 1. Anodontia Lengkap: Anodontia lengkap kebanyakan disebabkan oleh penyakit heriditer ( sex-linked generic trait ), hal ini jarang sekali terjadi. 2. Anodontia sebagian : Anodontia sebagian biasanya kongenital . Kehilangan satu atau beberapa gigi di dalam rahang meskipun terbukti karena herediter tetapi tendens untuk tidak ada gigi yang sama pada suatu keluarga sering dijumpai.
Urutan gigi geligi yang anodontia : 1. Gigi pertama yang paling sering hilang ialah M3 tetap. 2. M3 atas lebih sering hilang dari pada M3 bawah. 3. Gigi kedua yang paling sering hilang ialah I2 atas tetap. 4. Kira-kira 1%-2% dari penduduk kehilangan satu atau kedua-duanya gigi I2 atas.
4
5. Gigi ketiga yang paling sering hilang ialah P2 bawah. Kira-kira 1% dari penduduk kehilangan satu atau kedua-duanya P2 bawah. 6. I1 bawah, dapat kehilangan satu atau kedua-duanya gigi tersebut, bisa gigi susu yang hilang atau gigi tetap.
2. Gigi lebih / supernumerary ( extra ) tooth
Gigi lebih dapat terjadi pada 0,3 %-3,8 % dari penduduk. Ditemukan pada gigi tetap dan gigi susu, 90% terjadi pada rahang atas. Lokasinya pada daerah I1 atas atau region M3 atas. Penelitian dari 50 penderita dari usia 16 bulan s/d 17 tahun terjadi gigi lebih ada dua macam : 1. Gigi lebih tunggal ( 20% ) 2. Gigi lebih ganda: 14% dari gigi-gigi lebih adalah yang ganda, 80% darinya terdapat pada bagian palatal/lingual dari lengkung gigi. Macam-macamnya ialah : 1. Daerah Insisivus atas : mesiodens adalah gigi yang didapat antara gigi I1 atau mesial dari kedua I1, gigi ini dapat : ♣
terlihat dirongga mulut/erupsi
♣
terpendam/tidak erupsi, sehingga terlihat diastema/ruangan di lengkung gigi.
Mesiodens gigi tetap penduduk Caucasia 0,15-1,9%. Jarang sekali ditemukan gigi lebih anatara I1 dan I2 atau anatara I2 dan C. Kehadiran gigi lebih pada gigi geligi susu jarang sekali ( lebih kurang 0,5 % ). Umumnya bila terdapat gigi lebih pada geligi susu ini ialah mesidens pada garis media/midline mesiodens atau gigi lebih I2/ supplemental lateral incisor.
2. Daerah molar ketiga : kehadiran gigi lebih distal dari M3 lebih sering di rahang atas tetapi dapat juga di rahang bawah, yang sering disebut distomolar atau paramolar. Gigi lebih M4 jarang erupsi dalam rongga mulut, biasanya diketemukan melalui Ro foto. A = paramolar tuberkel pada molar ketiga bawah kiri B = gigi paramolar dan distomolar tuberkel pada rahang yang sama C = dostomolar tuberkel pada molar ketiga atas kanan.
5
3. Daerah premolar kedua bawah; tempat yang paling umum untuk gigi lebih rahang bawah ialah region premolar kedua. Gigi lebih yang tampak pada daerah ini biasanya menyerupai gigi premolar dalam bentuk dan ukuran.
BAB III PERUBAHAN BENTUK PADA MORFOLOGI GIGI
A. Pembentukaan mahkota yang abnormal
1. Molar ketiga: M3 atas mempunyai bentuk mahkota yang paling bervariasi dari seluruh gigi geligi tetap, kemudian M3 bawah. Perubahan bentuk dari mahkota berbentuk pasak ( peg shaped ) sampai mahkota yang mempunyai cusp ganda, bentuk mahkotanya seperti mahkota M1 atau M3. 2. I2 atas tetap: ggigi anterior yang paling umum mengalami anomali dalam bentuk ialah I2 atas, berbentuk pasak (1-2% dari penduduk). Biasanya gigi tersebut berbentuk konus, bagian servikal lebar dan mengecil ke arah insial. Gigi I1 atas berbentuk pasak paling jarang diketemukan 3. Geminasi atau kembar: klinis terlihat sebagai gigi kembar atau dempet ( fused tooth), umumnya sering terlihat di daerah anterior. Geminasi adalah sebagian akibat dari suatu benih gigi yang membelah, biasanya gigi tersebut mempunyai satu akar dengan saluran satu akar, dan diketemukan pada kurang lebih dari 1 % penduduk. Geminasi tampak lebih sering pada gigi susu dari pada pada gigi tetap, pada region I dan P. 4. Fusion atau kembar dempet : klinis terlihat sama dengan geminasi, fusion dapat lebih sering diketemukan pada gigi enterior dan sebagai akibat dari bersatunya dua benih gigi. Biasanya gigi ini masing-masing mempunyai akar dan rongga pulpa terpisah. Beda geminasi dan fusion dapat dilihat melalui Ro foto. Seperti geminasi, fusion diketemukan pada 1% penduduk, kebanyakan pada gigi susu dari pada gigi tetap dan pada rahang atas daripada rahang bawah. Terbentuk karena adanya tekanan waktu pembentukan akar. Kebanyakan didapat fusion dari gigi lebih dengan gigi yang berdekatan dengannya. Umpamanya: M3 bawah fusion dengan M4 bawah, I2 atas fusion dengan gigi lebih anterior dua gigi P1 bawah fusion. 5. Gigi incisor = gigi Hutchinson`s ; sebabnya ialah penyakit syphilis congenital. I atas dan bawah (susu/tetap), lebar pada bagian servikal, sempit pada bagian insial dan tonjolan (notch) pada edge insial.
6
Gigi molar: gigi molar murbei
M1 : permukaan oklusalnya mempunyai tuberkel kecil-kecil ganda, dengan cusp yang berkembangnya jelek, terlihat seperti buah murbei (mulberry molars). 6.
P2 bawah: occlusal morphologi gigi ini bervariasi dalam : o
Jumlah cusp lingual; dari satu sampai tiga cusp, sehingga bentuk groove fossa berubah.
o
Jumlah akar 2 (jarang sekali): 1 mesial dan 1 distal.
7. Cusp tambahan atau tubercle : setiap gigi bisa memperlihatkan penonjolan enamel yang sering disebabkan oleh perkembangan hyperplasia setempat/ pertumbuhan sel-sel baru: a. Enamel pearls: enamel bentuk bulat seperti mutiara pada daerah bifurkasi gigi molar atas. b. Taurudontia: gigi dengan ruang pulpa sangat panjang, tidak ada pengecilan rongga pulpa pada daerah cemento-enamel junction. Jarang terjadi, satu dari 1000 gigi tetap dan terlihat pada orang Indian Amerika atau orang Eskimo. c. Talon cusp : tonjolan kecil dari enamel pada daerah singulun dari anterior atas dan bawah tetap disebut talon cusp. Seringkali cuspnya mempunyai tanduk pulpa sehingga ro foto sering salah dengan gigi supernumerary yang bersartu dengan gigi anterior atau dens in dente. 8. Variasi dalam ukuran a. Microdontia/dwarfism (gigi cebol/kate) I2 atas dan M3 atas b. macrodontia/gigantism (gigi I dan C) bisa terjadi pada gigi tunggal, beberapa gigi atau seluruh gigi 9. Incisor atas bentuk sekop: bentuk ini bukan anomali sungguhan tetapi karena kelainan biologis pada ras dimana anatomi bagian palatal, singulun dan marginal ridge yang menonjol membentuk seperti sekop. Pada pengamatan sangat sering pada gigi ras asian, Mongolian, Eskimo dan Indian amerika.
B. Pembentukan akar yang abnormal
1. Dilacerations : akar dan mahkota gigi yang sangat bengkok/distorsi, sering membentuk sudut 45˚sampai lebih dari 90˚. Disebabkan karena luka trauma atau kekurangan tempat untuk berkembang, seperti pada kasus M 3 bawah.
7
2. flexion : akar gigi yang bengkok kurang dari 90˚atau mutar. 3. Dens
in
dente
:
perkembangan
anomali
ini
adalah
akibat
terselubungnya organ enamel diantara mahkota gigi. Klinis terlihat sebagai tonjolan di daerah cingulun gigi incisor. Paling sering terlihat pada gigi I2 atas, bisa pada I 2 bawah. Gambaran radio grafis dens in dente (gigi dalam gigi) terlihat sebagai perpanjangan enamel dalam jumlah besar dalam dentin ukuran gigi normal. Biasanya terlihat pada bagian 1/3 korona gigi tetapi dapat meluas ke seluruh panjang akar. Terjadi dari 1 % sampai 5 % penduduk. 4. Concrescence: keadaan ini adalah fusion atau tumbuh jadi satu pada akar gigi melalui jaringan sementum saja, biasanya menjadi satu setelah gigi erupsi dalam rongga mulut, sering terjadi pada region tulang atas. 5. Segmented root: akar gigi terpisah menjadi dua bagian, diperkirakan akibat luka traumatis waktu pembentukan akar. 6. Dwarfed root : gigi-gigi atas sering memperlihatkan mahkota gigi dengan ukuran normal tetapi dengan akar yang pendek. Edge inisial biasanya berpindah ke arah lingual seperti pada incisor bawah, keadaan ini sering turun temurun. Pemisahan atau umumnya akar kerdil dapat disebabkan bila seorang giginya mengalami pergerakan orthodontis. 7. Hipercemntosis: pembentukan jaringan sementum yang berlebihan sekitar akar gigi setelah gigi erupsi, dapat disebabkan oleh trauma, gangguan metabolisme, atau inpeksi periapikal. 8. Akar tambahan: biasanya terjadi pada gigi karena akarnya terbentuk setelah individu lahir, mungkin disebabkan oleh trauma, gangguan metabolisme atau tekanan. C dan P bawah dan M3. dilacerations dan flexion sering memperlihatkan gigi dengan akar supernumerary atau tambahan.
C. Anomali tambahan
Anomali tambahan cenderung mengenai seluruh gigi dari pada satu atau dua gigi saja. Yang berhubungan dengan retensi dan mekanisme dan luka. 1. Enamel dysplasia: menguraikan mengenai perkembangan enamel yang abnormal. Enamel hypoplasia: adalah gangguan pada ameloblast ketika pembentukan enamel matrik, sedangkan enamel hypocalcification adalah gangguan pada waktu enamel matrik masak. 8
Sebab-sebab enamel dysplasia meliputi: o
Turun temurun, amelogenesis imoperfecta
o
Sistemik: minuman, infeksi, kekurangan nutrisi
o
Gangguan local: trauma, infeksi periapical
Biasanya bervariasi dalam warna: dari putih ke kuning dan coklat, dan atau morpholgi; enamel berlubang, kasar. a.
Amelogenesis imperfecta: penyakit turunan yang mengenakan
pada pembentukan enamel pada gigi susu dan tetap. Kekurangan jaringan enamel sebagian atau seluruhnya mengakibatkan mahkota yang kasar, berwarna kuning sampai coklat, yang cenderung rusak resiko tinggi. b.
Fluorosis : enamel berbintik-bintik sebagai akibat fluor yang
melampaui batas dalam air minum. Klinis terlihat semua gigi tetap warnanya berubah dari putih kekuning/coklat bintik-bintik dan atau perubahan morphologis enamel berubah jadi enamel berlubanglubang. Fluor terdapat pada air mineral sebabkan keadaan ini jauh lebih besar (berlipat kali) dari pada fluor. 1 : 1 juta yang ditambahkan di air minum untuk menurunkan kerusakan gigi. c.
High fever : enamel berbintik-bintik pada gigi tetap sering
sebagai akibat demam pada masa kanak-kanak dari penyakit campak d.
Focal hypomaturation: bintik-bintik putih setempat pada gigi
ada bagian 1/3 tengah mahkota gigi pada permukaan fasial, lingual/palatal (sedangkan dekalfisikasi/permulaan karies terbentuk 1/3 aervikal mahkota gigi atau permukaan oklusal gigi posterior) sebagai akibat trauma atau gangguan lain pada saat enamel matriks masak.
2. Dentinal
dysplasia: anomali dari dentin baik yang disebabkan oleh
turunan atau oleh penyakit/sistemis a. Dentinogenesis imperfecta: klinis semua gigi susu/tetap berwarna biru keabu-abuan sampai kuning, kadang-kadang bertukar warna. Radiologist menunjukkan saluran akar dan ruang pulpa sebagian atau sama sekali tidak ada. Gigi ini lemah karena kurang dukungan
9
dari jaringan dentin dibanding enamel displasia, dentin displasia 2 x lebih banyak, 1 : 8000. b. Tetracycline stain: antibiotic tetracycline yang dimakan/diminum oleh wanita hamil, kanak-kanak dapat melebur dalam dentin yang berkembang. Warnanya tergantung dari dosis dan diminum pada usia berapa, dari warna kuning sampai coklat abu-abu.
3. Gigi tidak erupsi: gigi terpendam adalah gigi yang gagal erupsi karena kekurangan daya erupsi, rintangan mekanis, sering karena ukuran rahang modern kecil. Paling sedikit 10% dari penduduk mempunyai gigi impaksi, paling sering gigi C atas dan gigi M3. 4. Misplaced teeth: (transposisi) kadang-kadang benih gigi keluar dari tempatnya sehingga gigi erupsi tidak pada tempatnya. Yang paling sering gigi C atas (20 sampai 25 kasus), kemudian gigi C bawah. 5. Rotasi: anomali yang jarang, paling sering pada gigi P2 atas, kadangkadang I atas, P1 atau P2 atas. Gigi bisa berputar pada porosnya sampai 180˚ 6. Reaksi dari luka: a. Abrasi yaitu gigi aus karena mekanis b. Erosi yaitu gigi aus karena chemis c. Atrisi yaitu gi aus karena terpakai untuk mengunyah d. Ankylosis yaitu gigi yang dapat erupsi tetapi tidak bisa beroklusi dengan gigi antagonist. Ankylosis dapat dimulai dari satu infeksi atau trauma jaringan periodontal. Gigi M2 bawahsering gagal erupsi ketika rahang tumbuh, jarak 2 – 2mm dari oklusi.
7. Unusual dentition : gigi geligi yang paling tidak menurut kebiasaan dengans eluruhnya/sebagian erupsi: 24 gigi pada rahang atas. 8. Variasi: beberapa gigi molar bawah mempunyai cusp lebih. Bila cusp lebih letaknya antar cusp lingual tuberculum intermedian. Bila cusp lebih letaknya pada marginal ridge distal antar cusp distal dan cusp distolingual disebut tuberculum sextum.
10
BAB IV BERBAGAI KELAINAN GIGI
A. Bentuk Kelainan
Kelainan yang berhubungan dengan besarnya gigi ♣
Macrodontia: gigi yang lebih besar dari normal
♣
Microdontia: gigi yang lebih kecil dari normal
Kelainan yang berhubungan dengan jumlah ♣
Supernumerary teeth: jumlah gigi yang berlebihan, sedangkan ukuran bentuknya sama dengan normal
♣
Accessory : gigi yang berlebihan dan bentuknya tidak normal
♣
Anodontia: tidak adanya benih gigi, bisa dijumpai pada gigi permanent maupun pada gigi decidue, ada adontia partialis (sebagian), dan adontia totals (keseluruhan)
♣
Agenenis : tidak terbentuknya satu gigi
Kelainan yang bertentangan dengan bentuk gigi ♣
Geminatet teeth : akar gigi kembar yang terjadi bila dua gigi yang sama menjadi satu, biasanya mempunyai 1 radix, 1 pulpa, dan 2 korona
♣
Fused : 2 gigi menjadi satu, dapat terjadi hanya pada korona atau radix saja atau terjadi pada kedua-duanya
♣
Hutchinnsons: di bagian tengah dari bagian incisal edge terdapat lekukan (gigi incivus)
♣
Murberry: terdapat banyak tonjolan pada mahkota gigi molar.
B. Kerusakan Jaringan gigi
Kerusakan gigi dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut : 1. Non bacterial; trauma karena kecelakaan, terbentur benda-benda keras, terpukul. Semua penjelasan di atas dapat menyebabkan gigi patah, dan menimbulkan kerusakan pada bagian-bagian gigi. Kerusakan dapat terjadi pada : ♣
Email gigi
♣
Email gigi dan sebagian dentin
11
♣
Gigi patah/pecah sehingga pulpanya kelihatan
♣
Akar gigi patah tapi gigi masih ditempatnya
♣
Sebagian ulang alveolus patah dan gigi keluar dari tempatnya
Teratment (perawatan) pada gigi yang mengalami kerusakan di atas dilakukan: ♣
Pada gigi depan estetik jelek bila fraktur masih memungkinkan penambahan. Dilakukan penambahan tumpatan tetapi bila sudah tidak memungkinkan dilakukan pemasangan jekcket crown
♣
Dilakukan pemasangan jacket crown
♣
Ada kemungkinan, dicabut-----bila gigi tidak memungkinkan dirawat. Dipertahankan---dengan jalan devitalisasi---din crown (dipasak)
♣
Diextract
2. Bacterial Kerusakan yang diakibatkan oleh bakteri/ hasil-hasil kerja bakteri. Kerusakan ini lazim disebut karies dentis. 1. Karies gigi : suatu proses kerusakan struktur gigi yang kronis dan ditandai dengan demineralisasi bagian-bagian organic dan kerusakan bagian organiknya. Banyak pendapat mengenai asal-usul terjadinya karies gigi. Dan banyak teori yang timbul tentang hal ini . teori yang banyak dianut adalah teori asidoganik dan teori proteolitik Teori asidogenik dikembangkan oleh Miller yang disbeut “ Miller`s chemico
parasiter teory”. Teori ini didasarkan pada peranan asam yang dihasilkan dari makanan yang dihancurkan bakteri (baktery acidophyllus). Asam ini menghancurkan lapisan gigi yang paling keras (email). Kalau lapisan yang paling keras ini hancur, maka dengan mudah gigi menjadi rusak (terbentuk caries) Teori proteolitik. Teori ini mengatakan bahwa bagian dari struktur gigi yang
disebut dengan bagian organic (email) memainkan peranan yang sangat penting. Menurut teori ini maka kerusakan gigi dimulai dari bagian gigi yang mengandung bahan organik. Kalau bahan-bahan ini sudah hancur, kemudian diikuti oleh bagian gigi yang mengandung bahan anorganik (dentin)
12
BAB VI PENUTUP
Pemahaman dan pengetahuan arti pentingnya atas kesehatan gigi sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat tidak dapat dilepaskan dengan konsep pembangunan jangka panjang yang berkelanjutan di Indonesia. Jika masyarakat selalu memperhatikan kesehatan diri dan kesehatan gigi secara khusus akan ada imbas timbal balik yang langsung dinikmati oleh masyarakat itu sendiri. Upaya mengetahui akan anomali dan berbagai penyimpangan gigi adalah tanggungjawab pemerintah dan aparat yang terkait, dalam hal ini adalah ilmuan dan pakar yang mengetahui akan berbagai kelainan fungsi gigi akibat dari kelainan struktur gigi itu sendiri. Hal ini penting bahwa mengetahui secara dini juga memberi efek yang positif akan penjagaan kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat.
13
Daftar Kepustakaan
Andreas Adiatmaka.
1993.
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Pelayanan
Kesehatan Gigi di Puskesmas. Jakarta : Direktorat Kesehatan
Gigi, Departemen Kesehatan RI Dirjen Pelay Medik.
Andreas Adiatmaka. 1995. Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut, Ibu Hamil, Ibu Menyusui, Balita dan Anak Prasekolah Secara Terpadu di Rumah Sakit Umum dan Puskesmas. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Andreas Adiatmaka. 1996. Petunjuk Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Keluarga, Seri Ibu Hamil dan Anak Balita. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Internet: www. Yahoo. Com. --- (Penyuluhan kesehatan masyarakat)
Itjingningsih. 1991. Anatomi Gigi . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Naydial Roesdal. 2000. Pedoman Rujukan Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Dirjen Pelay Medik, Direktorat Pelayanan Kesehatan Gigi.
14