ARTIKEL: IKHLAS Makna Ikhlas
Secara bahasa, ikhlas berasal dari kata Khalasha kata Khalasha yang berarti bersih atau murni. Secara istilah, ikhlas ikhlas yaitu yaitu sebuha sebuha perbua perbuatan tan yang yang dilakuk dilakukan an tanpa tanpa disebua disebuah h angan angan –angan –angan atau atau sesuat sesuatu u yang yang difikirkan, berarti membersihkan hati dari maksud selain mengharapkan ridho Allah Azza wa Jalla. Ikhlas merupakan salah satu amalan hati, bahkan ikhlas berada di barisan depan dari amal-amal hati, sebab amal tak bisa diterima diterima sempurna kecuali dengannya, dengannya, karna setiap setiap amalan amalan tergantung tergantung kerja hati dan niat yang mengkaver setiap kinerja tubuh yang dioptimalkan untuk ibdah kepada Allah azza wajallah.
َ َ ْسو َ قَ هُْنَه عُ لا يه عل له ا صل ى هِ لا نِ ْمؤُ ْا ِ َِ أ ِ رَ ب ْ مِ س ْ ُ رَ ت َ : ُ ِ ّخطَ ْا َ ض َ مَ ُ ع ْ َ ِ أ َ ِْ ْ َع ِ ْ ٍ ْحفَ َ ْ ُ ِ مَ ِّ ُ مَ ْع امَ ِّ إ: ُ ْو هُ ُ َ هِ لى اِه إُ ُ َو َ َ ئ إَ نِ َُ سل ِ ّ ُ رَ ْ ََ ك ٍ َ جْ َ جْ ِ ت ْ مَ َ . و ِ ْ ا ِ َ هِ ِْسو َ َ هِْيي َِ إ ُ أَييْ ا ْ أ ْ يي ِ ُ َ ِلييه ا ييىَِ إ. ِ ْ نَ ٍة ُ َ ُْييدِ هُُيي ُ رَ ْ َييَ ك َ َ َ ييَ ييَ ييىَِه إُُيي َ جْ َ جْ ِ ت ْ ييَ َ ،ِه ِْسييو ِ َ ييَ [ يو ا
ر خ ي اا ي ي ز ي ي ةي مغا اا إ ع إسم مد ل ه ا دع و أ ث د ث م ا إ ا ا ر يا ا ي أصي يمي ذ ليذا م مي صيي ر ورييننا ي شياا ل يل ي ي ج جاا ل ل ا ا يييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييييينفم]ا
Arti Hadits : Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya menden mendengar gar Rasulu Rasululla llah h Shalla Shallalla llahu’ hu’ala alaihi ihi wasall wasallam am bersab bersabda da : Sesun Sesungguh gguhnya nya setiap setiap perbua perbuatan tan tergantung tergantung niatnya. Dan sesungguhnya sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan. (Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naish Naishabur aburii dan kedua kedua kitab kitab Shahih Shahihnya nya yang yang merupa merupakan kan kitab kitab yang yang paling paling shahih shahih yang yang pernah pernah dikarang) . Syarah/Penjelasan: Hadits ini adalah Hadits shahih yang telah disepakati keshahihannya, ketinggian derajatnya dan didalamnya banyak mengandung manfaat. Imam Bukhari telah meriwayatkannya pada beberapa bab pada pada kitab kitab shahih shahihnya nya,, juga juga Imam Imam Musli Muslim m telah telah meriwa meriwayat yatkan kan hadits hadits ini pada pada akhir akhir bab Jihad. Jihad. Hadits ini salah satu pokok penting ajaran islam. Imam Ahmad dan Imam Syafi’I berkata : “Hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu.” Begitu pula kata imam Baihaqi dll. Hal itu karena perbuatan manusia terdiri dari niat didalam hati, ucapan dan tindakan. Sedangkan niat merupakan salah satu dari tiga bagian itu. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i, “Hadits ini mencakup tujuh puluh bab fiqih”, sejumlah Ulama’ mengatakan hadits ini mencakup sepertiga ajaran islam. Para Para ulama ulama gemar gemar memula memulaii karanga karangan-k n-kara arangan ngannya nya dengan dengan mengut mengutip ip hadits hadits ini. ini. Di antara antara mereka yang memulai dengan hadits ini pada kitabnya adalah Imam Bukhari. Abdurrahman bin Mahdi
ber berka kata ta : “bag “bagii seti setiap ap penul penulis is buku buku henda hendakn knya ya memu memula laii tuli tulisa sann nnya ya denga dengan n hadit haditss ini, ini, untuk untuk mengingatkan para pembacanya agar meluruskan niatnya”. Hadits ini dibanding hadits-hadits yang lain adalah hadits yang sangat terkenal, tetapi dilihat dari dari sumber sumber sanadny sanadnya, a, hadits hadits ini adalah adalah hadits hadits ahad, karena karena hanya hanya diriwa diriwayat yatkan kan oleh oleh Umar Umar bin Khaththab dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Dari Umar hanya diriwayatkan oleh ‘Alqamah bin Abi Waqash, kemudian hanya diriwayatkan oleh Muhammad bin Ibrahim At Taimi, dan selanjutnya hanya diriwayatkan oleh Yahya bin Sa’id Al Anshari, kemudian barulah menjadi terkenal pada perawi selanjutnya. Lebih dari 200 orang rawi yang meriwayatkan dari Yahya bin Sa’id dan kebanyakan mereka adalah para Imam. Pertama : Kata “Innamaa” bermakna “hanya/pengecualian” , yaitu menetapkan sesuatu yang disebut dan mengingkari selain yang disebut itu. Kata “hanya” tersebut terkadang dimaksudkan sebagai pengecualian secara mutlak dan terkadang dimaksudkan sebagai pengecualian yang terbatas. Untuk membedakan antara dua pengertian ini dapat diketahui dari susunan kalimatnya. Misalnya, kalimat pada firman Allah : “Innamaa anta mundzirun” (Engkau (Muhammad) hanyalah seorang penyampai ancaman). (QS. Ar-Ra’d : 7) Kalima Kalimatt ini secara secara sepint sepintas as menyat menyataka akan n bahwa bahwa tugas tugas Nabi Nabi Shall Shallall allahu ahu ‘alaih ‘alaihii wa Sallam Sallam hanyalah hanyalah menyampaik menyampaikan an ancaman ancaman dari Allah, tidak mempunyai tugas-tugas tugas-tugas lain. Padahal sebenarnya sebenarnya beliau mempunyai banyak sekali tugas, seperti menyampaikan kabar gembira dan lain sebagainya. Begitu juga kalimat pada firman Allah : “Innamal hayatud dunyaa la’ibun walahwun” “Kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan dan permainan”. (QS. Muhammad : 36) Kali Kalima matt ini ini (wal (walla lahu hu a’la a’lam) m) menun menunju jukk kkan an pemb pembat atas asan an berk berken enaa aan n deng dengan an akiba akibatt atau atau dampaknya, apabila dikaitkan dengan hakikat kehidupan dunia, maka kehidupan dapat menjadi wahana berbuat berbuat kebaikan. kebaikan. Dengan demikian apabila disebutkan kata “hanya” “hanya” dalam suatu kalimat, kalimat, hendaklah hendaklah diperhatikan betul pengertian yang dimaksudkan. Pada Hadits ini, kalimat “Segala amal hanya menurut niatnya” yang dimaksud dengan amal disini adalah semua amal yang dibenarkan syari’at, sehingga setiap amal yang dibenarkan syari’at tanpa niat maka tidak berarti apa-apa menurut agama islam. Tentang sabda Rasulullah, “semua amal itu tergantung niatnya” ada perbedaan pendapat para ulama tentang maksud kalimat tersebut. Sebagian memahami memahami niat sebagai sebagai syarat syarat sehingga amal tidak sah tanpa niat, sebagian yang lain memahami memahami niat sebagai penyempurna sehingga amal itu akan sempurna apabila ada niat. Kedu Keduaa : Kalim Kalimat at “Dan “Dan seti setiap ap oran orang g hanya hanya mend mendapa apatk tkan an sesu sesuai ai niat niatny nya” a” oleh oleh Khat Khathab habii dije dijela lask skan an bahwa bahwa kali kalima matt ini ini menun menunju jukka kkan n peng penger erti tian an yang yang berb berbed edaa dari dari sebe sebelu lumn mnya ya.. Yaitu Yaitu mene menega gask skan an sah sah tida tidakny knyaa amal amal berg bergan antu tung ng pada pada niat niatny nya. a. Juga Juga Syai Syaikh kh Muhy Muhyid idin in An-N An-Naw awaw awii menerangkan bahwa niat menjadi syarat sahnya amal. Sehingga seseorang yang meng-qadha sholat tanpa niat maka tidak sah Sholatnya, walahu a’lam Ketiga : Kalimat “Dan Barang siapa berhijrah kepada Allah dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada kepada Allah Allah dan RosulRosul-Nya Nya”” menuru menurutt peneta penetapan pan ahli ahli bahasa bahasa Arab, Arab, bahwa bahwa kalima kalimatt syarat syarat dan jawabnya, begitu pula mubtada’ (subyek) dan khabar (predikatnya) haruslah berbeda, sedangkan di kalimat ini sama. Karena itu kalimat syarat bermakna n iat atau maksud baik secara bahasa atau syari’at, maksudnya barangsiapa berhijrah dengan niat karena Allah dan Rosul-Nya maka akan mendapat pahala
dari hijrahnya kepada Allah dan Rosul-Nya. Hadits ini memang muncul karena adanya seorang lelaki yang ikut hijrah dari Makkah ke Madinah Madinah untuk mengawini perempuan perempuan bernama bernama Ummu Qais. Dia berhijrah tidak untuk mendapatkan mendapatkan pahala hijrah karena itu ia dijuluki Muhajir Ummu Qais. Wallahu a’lam
Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras (nampi beras) dari kerikilkerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa. Karena itu, bagi seorang dai makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat melihat pada kekayaan dunia, tampilan, tampilan, kedudukan, sebutan, kemajuan atau kemunduran. kemunduran. Dengan demikian demikian si dai menjadi menjadi tentara tentara fikrah fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan kepentingan. kepentingan. Katakanlah: Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada Tiada sekutu sekutu bagiNya bagiNya;; dan demiki demikian an itulah itulah yang yang diperi diperinta ntahkan hkan kepadak kepadaku.” u.” Dai yang yang berkar berkarakt akter er seperti itulah yang punya semboyan ‘ Allahu Allahu Ghayaatunaa‘, Ghayaatunaa‘, Allah tujuan kami, dalam segala aktivitas mengisi hidupnya. Kedudukan Ikhlas
Ikhlas Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seorang tidak dianggap beragama beragama dengan benar jika tidak ikhlas. Katakanlah: Katakanlah: “Sesungguhn “Sesungguhnya ya shalatku, shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku matiku hanyalah hanyalah untuk Allah, Allah, Tuhan Tuhan semest semestaa alam.” alam.” (Al-An (Al-An’am ’am:: 162). 162). Surat Surat Al-Bay Al-Bayyin yinah ah ayat ayat 5 menyat menyataka akan, n, “Padah “Padahal al mereka mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” Rasulullah saw. bersabda, “Ikhlaslah dalam beragama; cukup bagimu amal yang sedikit.” Tatkala Jibril bertanya tentang ihsan, Rasul saw. berkata, “Engkau beribadah kepada Allah seolah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu.” Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.” Fudhai Fudhaill bin Iyadh Iyadh memaha memahami mi kata kata ihsan dalam dalam firman firman Allah Allah surat surat Al-Mul Al-Mulk k ayat ayat 2 yang yang berbunyi, berbunyi, “ Liyabluwakum Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, ‘amala, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” dengan makna akhlasahu (yang paling ikhlas) dan ashwabahu (yang paling benar). Katanya, “Sesungguhnya jika amal dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak diterima. Dan jika amal itu benar tetapi tidak ikhlas, juga tidak diterima. Sehingga, amal itu harus ikhlas dan benar. Ikhlas jika dilakukan karena Allah Azza wa Jalla dan benar jika dilakukan sesuai sunnah.” Pendapat Fudhail ini disandarkan pada firman Allah swt. di surat Al-Kahfi ayat 110. Imam Imam Syafi Syafi’i ’i pernah pernah member memberii nasiha nasihatt kepada kepada seoran seorang g temann temannya, ya, “Wahai “Wahai Abu Musa, Musa, jika jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah SWT. Pentingnya keIkhlasan
Abu Hamid Al-Ghazali dalam Mukaddimah An-Niyyah Wal-Ikhlas Qash-Shidq berkata: “Denga “Dengan n hujah hujah iman iman yang yang nyata nyata dan cahaya cahaya al-Qur al-Quran, an, orangorang-ora orang ng yang yang mempuny mempunyai ai hati hati mengetahui bahawa kebahagiaan tidak akan tercapai kecuali dengan ilmu dan ibadah. Semua orang pasti binasa kecuali orang-orang berilmu. Orang-orang berilmu pasti akan binasa kecuali orang aktif beramal. Semua yang aktif beramal akan binasa kecuali yang ikhlas” Amal Amalan an tanp tanpaa niat niat adala adalah h kebod kebodoha ohan. n. Niat Niat tanp tanpaa ikhl ikhlas as adala adalah h riya riyak k dan dan siasia-si sia. a. Alla Allah h Subhanahuwata’ala berfirman tentang amal yang dimaksudkan selain daripada-Nya akan menjadi siasia: “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu sebagai debu berterbangan” (Al-Furqan:23) Ada pendapat mengatakan bahawa ilmu laksana benih, amal laksana tanaman dan airnya adalah ikhl ikhlas as.. Kerj Kerjaa yang yang tidak tidak dise disert rtai ai ikhl ikhlas as,, ibar ibarat at gamb gambar ar yang yang mati mati dan dan tubu tubuh h tanp tanpaa jiwa. jiwa. Alla Allah h Subhanahuwata’ala melihat hakikat amal yang ikhlas, bukan rupa dan bentuknya semata-mata. Dia menolak pelakunya yang tertipu dengan amalnya. Dalam hadis sahih riwayat Abu Hurairah, daripada Nabi Sallallahu’alaihiwasallam, baginda bersabda, maksudnya: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad dan rupa kamu, tetapi Dia melihat kepada hati kamu.” (Riwayat Muslim) Allah berfirman tentang orang-orang berkorban yang menyembelih haiwan yang bermaksud: “Dagin “Daging-da g-dagin ging g dan darah darah itu sekali sekali-ka -kali li tidak tidak dapat dapat mencapa mencapaii (kered (keredhaa haan) n) Allah, Allah, tetapi tetapi taqwa taqwa daripada kamulah yang dapat mencapai keredhaan-Nya” (al-Hajj:37) Secara ringkasnya dapat disimpulkan bahawa ikhlas sangat penting kerana ianya adalah: Asas iman dan Islam. Gari Gariss pemi pemisa sah h sama sama ada ada amal amalan an atau atau kera kera-k -ker erja ja dite diteri rima ma atau atau dito ditola lak k oleh oleh Alla Allah h Subhanahuwata’ala. Kerja yang diterima oleh Allah Subhanahuwata’ala mempunyai dua rukun iaitu: a. Ikhlas atau niat yang betul. b. Cara-cara beramal yang bertepatan dengan sunnah atau syara’. Contoh-contoh amalan atau kerja yang bercampur dan tidak ikhlas semata-mata kerana dan kepada Allah Subhanahuwata’ala: Menuntut ilmu dengan tujuan meningkatkan profesionalisma atau kerjaya atau dipandang mulia oleh masyarakat. Meng Mengaj ajar ar atau atau berb berbin incan cangg-bi binc ncan ang g tent tentang ang ilmu ilmu penge pengeta tahua huan n deng dengan an tuju tujuan an mend mendap apat at peng pengho horm rmat atan an dari dari kala kalanga ngan n ilmu ilmuan an,, memp memper erta taja jamk mkan an pemi pemiki kira ran, n, kepe kepeta taha han n berb berbic icar araa atau atau melepaskan diri daripada kesunyian. Menziarahi pesakit dengan tujuan agar ia sendiri diziarahi jika ia sakit nanti. Melaku Melakukan kan kebaika kebaikan n dengan dengan tujuan tujuan supaya supaya ia dikenal dikenalii sebagai sebagai orang orang baik, baik, berhat berhatii mulia, mulia, disegani dan dihormati. Ciri Orang Yang Ikhlas
Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri yang bisa dilihat, diantaranya: 1. Senant Senantias iasaa berama beramall dan bersun bersungguh gguh-su -sunggu ngguh h dalam dalam berama beramal, l, baik baik dalam dalam keadaa keadaan n sendir sendirii atau atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.” Perjalanan waktulah yang akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak dalam beramal. Dengan melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad. Al-Qur’an telah menjelaskan sifat orang-orang beriman yang ikhlas dan sifat orang-orang munafik, memb membuka uka kedok kedok dan kebu kebusu suka kan n oran orangg-or orang ang muna munafi fik k deng dengan an berb berbag agai ai maca macam m ciri ciriny nya. a. Di antaranya disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 44-45, “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.” 2. Terjaga dari segala yang diharamkan Allah, baik dalam keadaan bersama manusia atau jauh dari mereka. Disebutkan dalam hadits, “Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah) Tujuan yang hendak dicapai orang yang ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha manusia. Sehingga, mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun. 3. Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang dai yang ikhlas akan merasa senang jika kebaikan terealisasi di tangan saudaranya sesama dai, sebagaimana dia juga merasa senang jika terlaksana oleh tangannya. Para Para dai yang yang ikhlas ikhlas akan akan menyad menyadari ari kelema kelemahan han dan kekura kekurangan ngannya nya.. Oleh Oleh karena karena itu mereka senantiasa membangun amal jama’i dalam dakwahnya. Senantiasa menghidupkan syuro dan mengokohkan perangkat dan sistem dakwah. Berdakwah untuk kemuliaan Islam dan umat Islam, bukan untuk meraih popularitas dan membesarkan diri atau lembaganya semata. Menjaga Amalan Agar Tetap Ikhlas
Seorang hamba akan terus berusaha untuk melawan iblis dan bala tentaranya hingga ia bertemu dengan Tuhannya kelak dalam keadaan iman dan mengikhlaskan seluruh amal perbuatannya. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui hal-hal apa sajakah yang dapat membantu kita agar dapat mengikhlaskan seluruh amal perbuatan kita kepada Allah semata, dan di antara hal-hal tersebut adalah
1. Banyak Berdoa
Di antara yang dapat menolong seorang hamba untuk ikhlas adalah dengan banyak berdoa kepada Allah. Lihatlah Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, di antara doa yang sering
beliau panjatkan adalah doa: “Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan akupun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” (Hadits Shahih riwayat Ahmad) Nabi kita sering memanjatkan doa agar terhindar dari kesyirikan padahal beliau adalah orang yang paling jauh dari kesyirikan, 2. Menyembunyikan Amal Kebaikan
Hal lain yang dapat mendorong seseorang agar lebih ikhlas adalah dengan menyembunyikan amal kebaikannya. Yakni dia menyembunyikan amal-amal kebaikan yang disyariatkan dan lebih utama untuk untuk disemb disembuny unyika ikan n (seper (seperti ti shalat shalat sunnah sunnah,, puasa puasa sunnah sunnah,, dan lain-l lain-lain ain). ). Amal Amal kebaika kebaikan n yang yang dilakukan tanpa diketahui orang lain lebih diharapkan amal tersebut ikhlas, karena tidak ada yang mend mendor oron ongny gnyaa untuk untuk mela melakuk kukan an hal hal ters tersebu ebutt kecu kecual alii hanya hanya kare karena na Alla Allah h sema semata ta.. Rasu Rasulu lull llah ah shallallahu alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits, “Tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari di mana tidak ada naungan selain dari naungan-Nya yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allah, laki-laki yang hatinya senant senantias iasaa terika terikatt dengan dengan mesjid mesjid,, dua orang orang yang yang mencin mencintai tai karena karena Allah, Allah, bertem bertemu u dan berpis berpisah ah karena karena-Ny -Nya, a, seoran seorang g lelaki lelaki yang yang diajak diajak berzin berzinaa oleh oleh seoran seorang g wanita wanita yang yang cantik cantik dan memili memiliki ki kedudukan, namun ia berkata: sesungguhnya aku takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya tersebut hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sendiri hingga meneteslah air matanya.” (HR Bukhari Muslim). 3. Memandang Rendah Amal Kebaikan
Mema Memanda ndang ng rend rendah ah amal amal kebai kebaika kan n yang yang kita kita lakuk lakukan an dapat dapat mendo mendoro rong ng kita kita agar agar amal amal perbuatan kita tersebut lebih ikhlas. Di antara bencana yang dialami seorang hamba adalah ketika ia merasa ridha dengan amal kebaikan yang dilakukan, di mana hal ini dapat menyeretnya ke dalam perbuatan ujub (berbangga diri) yang menyebabkan rusaknya keikhlasan. Semakin ujub seseorang terhadap amal kebaikan yang ia lakukan, maka akan semakin kecil dan rusak keikhlasan dari amal tersebut, bahkan pahala amal kebaikan tersebut dapat hilang sia-sia. Sa’id bin Jubair berkata, “Ada orang yang masuk surga karena perbuatan maksiat dan ada orang yang masuk neraka karena amal kebaikannya”. Ditanyakan kepadanya “Bagaimana hal itu bisa terjadi?”. Beliau menjawab, “seseorang melakukan melakukan perbuatan perbuatan maksiat, ia pun senantias senantiasaa takut terhadap adzab Allah akibat perbuatan maksiat tersebut, maka ia pun bertemu Allah dan Allah pun mengampuni dosanya karena rasa takutnya itu, sedangkan ada seseorang yang dia beramal kebaikan, ia pun senantiasa bangga terhadap amalnya tersebut, maka ia pun bertemu Allah dalam keadaan demikian, maka Allah pun memasukkannya ke dalam neraka.” 4. Takut Akan Tidak Diterimanya Amal
Allah berfirman: “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al Mu’minun: 60) Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa di antara sifat-sifat orang mukmin adalah mereka yang memberikan suatu pemberian, namun mereka takut akan tidak diterimanya amal perbuatan mereka tersebut ( Tafsir Ibnu Katsir ). Tidak Terpengaruh Oleh Perkataan Manusia Pujian dan perkataan orang lain terhadap seseorang
merupak merupakan an suatu suatu hal yang yang pada umumny umumnyaa disenan disenangi gi oleh oleh manusi manusia. a. Bahkan Bahkan Rasulu Rasulull llah ah pernah pernah menyatakan ketika ditanya tentang seseorang yang beramal kebaikan kemudian ia dipuji oleh manusia karenanya, beliau menjawab, “Itu adalah kabar gembira yang disegerakan bagi seorang mukmin.” (HR. Muslim) Begitu Begitu pula sebaliknya, sebaliknya, celaan dari orang lain merupakan suatu hal yang pada umumnya umumnya tidak disukai manusia. Namun saudaraku, janganlah engkau jadikan pujian atau celaan orang lain sebagai sebab engkau beramal saleh, karena hal tersebut bukanlah termasuk perbuatan ikhlas. Seorang mukmin yang ikhlas adalah seorang yang tidak terpengaruh oleh pujian maupun celaan manusia ketika ia beramal saleh. Ketika ia mengetahui bahwa dirinya dipuji karena beramal sholeh, maka tidaklah pujian ters terseb ebut ut kecua kecuali li hany hanyaa akan akan memb membua uatt ia sema semaki kin n tawa tawadh dhu u (ren (renda dah h diri diri)) kepa kepada da Alla Allah. h. Ia pun pun menyadari bahwa pujian tersebut merupakan fitnah (ujian) baginya, sehingga ia pun berdoa kepada Allah untuk menyelamatkannya dari fitnah tersebut. Ketahuilah wahai saudaraku, tidak ada pujian yang dapat bermanfaat bagimu maupun celaan yang dapat membahayakanmu kecuali apabila kesemuanya itu berasal dari Allah. Manakah yang akan kita pilih wahai saudaraku, dipuji manusia namun Allah mencela kita ataukah dicela manusia namun Allah memuji kita ? 5. Menyadari Bahwa Manusia Bukanlah Pemilik Surga dan Neraka
Sesungguhnya apabila seorang hamba menyadari bahwa orang-orang yang dia jadikan sebagai tujuan amalnya itu (baik karena ingin pujian maupun kedudukan yang tinggi di antara mereka), akan sama-sama dihisab oleh Allah, sama-sama akan berdiri di padang mahsyar dalam keadaan takut dan telanjang, sama-sama akan menunggu keputusan untuk dimasukkan ke dalam surga atau neraka, maka ia pasti tidak akan meniatkan amal perbuatan itu untuk mereka. Karena tidak satu pun dari mereka yang dapat menolong dia untuk masuk surga ataupun menyelamatkan dia dari neraka. Bahkan saudaraku, seandainya seluruh manusia mulai dari Nabi Adam sampai manusia terakhir berdiri di belakangmu, maka mereka tidak akan mampu untuk mendorongmu masuk ke dalam surga meskipun hanya satu langkah. Maka saudaraku, mengapa kita bersusah-payah dan bercapek-capek melakukan amalan hanya untuk mereka? Keikhlasan seorang abrar adalah apabila amal perbuatannya telah bersih dari riya‘ baik yang jelas maupun tersamar. Sedangkan tujuan amal perbuatannya selalu hanya pahala yang dijanjikan Allah SWT. SWT. Adapun Adapun keikhl keikhlasa asan n seoran seorang g hamba hamba yang yang muqarr muqarrabi abin n adalah adalah ia merasa merasa bahwa bahwa semua semua amal amal kebaikannya semata-mata karunia Allah kepadanya, sebab Allah yang memberi hidayah dan taufik. Dengan kata lain, amalan seorang hamba yang abrar dinamakan amalan lillah, yaitu beramal karena Allah. Sedangkan amalan seorang hamba yang muqarrabin dinamakan amalan billah, yaitu beramal dengan bantuan karunia Allah. Amal lillah menghasilkan sekedar memperhatikan hukun dzahir, sedang amal billah menembus ke dalam perasaan kalbu.