POLA ARUS LAUT, PENGARUH DAN PEMANFAATANNYA oleh : (Adli Muhammad Adzan, Zahra Imma Ratu S., Sona Yudha Diliana) Perikanan C
Arus laut merupakan pergerakan sebagian massa air dalam suatu lapisan perairan, dalam hal ini adalah laut, baik secara horizontal maupun secara vertikal. namun pada umumnya, arus laut yang dikaji adalah arus yang horizontal. Pergerakan massa air ini terjadi pada seluruh perairan laut yang ada di seluruh dunia, yang membedakannya satu sama lain adalah faktor yang mempengaruhi adanya arus tersebut. sebagai contoh adalah suhu, yang menyebabkan adanya arus panas dan arus dingin. Arus panas adalah arus yang memiliki temperatur yang tinggi, jika dibandingkan dengan massa air yang terkena arus tersebut, arus ini dihasilkan karena pergerakan massa air dari daerah lintang tengah (equator) menuju ke lintang kecil (daerah kutub), begitupula sebaliknya pada arus dingin dimana arusnya memiliki temperatur yang rendah dan bergerak dari lintang rendah ke lintang tinggi. Temperatur dalam arus ini bernilai relatif, karena temperatur tinggi atau rendah di suatu tempat dengan tempat lain adalah berbeda. Temperatur ini pula dipengaruhi kondisi cuaca di suatu tempat akibat posisi matahari terhadap bumi. Cuaca yang terjadi adalah cuaca yang meliputi daerah yang luas yang disebabkan adanya “Intertropical Convergent Zone” (ICZ) yang terkandung akumulasi awan sehingga menyebabkan banyak turun hujan. ICZ ini sangat dipengaruhi oleh perubahan tekanan udara di daerah antar benua, yang akan menyebabkan pergerakan angin yang berubah-ubah sesuai kondisi tekanan yang ada. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya mekanisme arus musim (monsoonal stream).
Gambar 1. Pola Arus Permukaan Global (sumber : The Open University, 1993)
Arus laut juga dapat didefinisikan sebagai gerakan massa air dari suatu tempat (posisi) ke tempat yang lain. Arus laut terjadi dimana saja di laut. Pada dasarnya, energi yang menggerakkan massa air laut tersebut berasal dari matahari yang menghasilkan panas. Adanya perbedaan pemanasan matahari terhadap setiap bagian dilayah di permukaan bumi menimbulkan perbedaan energi yang diterima permukaan bumi. Perbedaan ini menimbulkan fenomena alam yang disebut dengan arus laut dan angin yang menjadi mekanisme untuk menyeimbangkan energi yang menuju ke permukaan bumi. Kedua fenomena alam ini juga saling berhubungan dan mempengaruhi satu dengan yang lain. Angin merupakan salah satu gaya utama yang menyebabkan timbulnya arus laut selain gaya yang timbul akibat dari tidak samanya pemanasan dan pendinginan air laut. Sirkulasi dari arus laut terbagi atas dua kategori yaitu sirkulasi di permukaan laut (surface circulation) dan sirkulasi di dalam laut (intermediate or deep circulation). Arus pada sirkulasi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran
permukaan laut didominasi oleh arus yang ditimbulkan oleh angin sedangkan sirkulasi di dalam laut didominasi oleh arus termohalin. Arus termohalin timbul sebagai akibat adanya perbedaan densitas karena berubahnya suhu dan salinitas massa air laut. Perlu diingat bahwa arus termohalin dapat pula terjadi di permukaan laut demikian juga dengan arus yang ditimbulkan oleh angin dapat terjadi hingga dasar laut. Sirkulasi yang digerakan oleh angin terbatas pada gerakan horisontal dari lapisan atas air laut. Berbeda dengan sirkulasi yang digerakan angin secara horisontal, sirkulasi termohalin mempunyai komponen gerakan vertikal dan merupakan agen dari pencampuran massa air di lapisan dalam. Arus memiliki peranan penting dalam memodifikasi cuaca dan iklim dunia. Di Atlantik Utara, aliran arus yang relatif panas di sekitar Islandia dan Semenanjung Skandinavia membuatpelabuhan-pelabuhan di daerah Arctic bebas dari es meskipun pada musim dingin dan membuat udara di daerah tersebut menjadi lebih hangat dibanding daerah lain pada lintang yang sama. Di Samudera Pasifik arus Kuroshio yang panas yang mengalir ke arah utara di pantai timur Kepulauan Jepang memainkan peranan yang sama di daerah ekuator Pulau Aleutian. Sebaliknya, arus dingin seperti arus Labrador dan arus California menyebabkan udara panas di atasnya menjadi dingin dan menimbulkan kabut laut. Arus permukaan laut umumnya digerakan oleh stress angin yang bekerja pada permukaan laut. Angin cenderung mendorong lapisan air di permukaan laut dalam arah gerakan angin. Tetapi karena pengaruh rotasi bumi atau pengaruh gaya Coriolis, arus tidak bergerak searah dengan arah angin tetapi dibelokan ke arah kanan dari arah angin di belahan bumi utara dan arah kiri di belahan bumi selatan. Jadi angin dari selatan (di belahan bumi utara) akan membangkitkan arus yang bergerak ke arah timur laut. Arus yang dibangkitkan angin ini kecepatannya berkurang dengan bertambahnya kedalaman dan arahnya berlawanan dengan arah arus di permukaan. Pola pergerakan arus sendiri, terdiri atas 2 jenis aliran yakni, aliran laminar dan turbulen.
Gambar 2. Pola aliran arus laut : (a) Aliran Laminar (b) Aliran Turbulen
Seperti yang dijelaskan oleh Gross, arus dibedakan menjadi empat golongan: 1. Arus Ekman Arus ini disebabkan karena gesekan angin dan bergerak secara spiral di laut dalam 2. Arus Pasang Surut Arus disebabkan karena adanya gaya pembangkit pasang surut, seperti bulan. Arus dengan kecepatan yang lemah, baik pada saat air sedang pasang atau surut, umumnya terukur pada kawasan yang dekat dengan garis pantai. Hal ini berkaitan dengan adanya gesekan dengan dasar perairan. Saat air pasang, arus membawa massa air dari ruang yang relative sempit, pergerakan arus pasut membawa massa air yang besar. Ini disebabkan pergerakan arus pasut membawa massa air dengan kolom di bawahnya. Berbeda dengan arus yang dipengaruhi angin yang umunya hanya pada permukaan air saja. Massa air yang besar dibawa oleh arus pasut. 3. Arus Thermohaline Arus di sebabkan karena kemiringan atau perbedaan densitas laut
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran
4. Arus Geostrofik Disebabkan karena terjadi keseimbangan antar gaya gradient dengan gaya coriolis pada dua gradient yang memiliki densitas berbeda. Di Selat Sunda arus geostrofik yang timbul akibat adanya keseimbangan antara gaya gradient tekanan dan gaya Coriolis ini akan menyebabkan massa air mengalir ke arah barat apabila kecepatan arus geostrofik permukaan bernilai negatif dan mengalir ke arah timur apabila kecepatan arus geostrofik permukaan bernilai positif. Sedangkan menurut ahli yang lain, terdapat beberapa jenis arus, antara lain: 1. Arus Pasang Surut Terjadi karena perubahan permukaan air laut akibat pasang surut. Pasang surut laut merupakan fenomena naik turunnya muka laut secara periodic yang terjadi diseluruh belahan bumi akibat adanya gaya pembangkit pasang surut yang utamanya berasal dari matahari dan bulan. Kecepatan maksimum arus umumnya tercapai pada waktu menjelang pasang dan menjelang surut. Arah pasang surut sangat di pengaruhi oleh kondisi lingkungan atau topografi setempat. Pada daerah pantai arus pasang surut terbesar umunya sejajar dengan garis pantai. 2. Arus yang diakibatkan oleh angin Merupakan arus dominan yang terjadi di lapisan permukaan perairan laut lepas. Tiupan angin menyebabkan terjadinya pembalikan sirkulasi air laut mengikuti pola tiupan angin. Jenis arus mempunyai arah dan kecepatan yang berbeda sesuai dengan pertambahan kedalaman air. 3. Arus yang dikarenakan perbedaan densitas Arus yang terjadi karena adanya perbedaan ketinggian permukaan laut secara mendatar akibat beda densitas air. Umumnya terjadi di daerah muara. Perairan yang didominasi oleh arus jenis ini mempunyai sirkulasi dua arah dengan arah arus lapisan permukaan yang berdensitas lebih rendah berlawanan dengan arus di lapisan dekat dasar perairan. Arus mempunyai banyak manfaat di bidang-bidang, diantaranya: 1. Di bidang parawisata, arus dapat digunakan untuk menyelam 2. Di bidang perikanan, arus dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan ikan karena arus ini berpengaruh terhadap gerakan plankton. Ada beberapa faktor memepengaruhi terjadinya arus di lautan, diantaranya : A. Suhu dan Pemanasan oleh sinar matahari Setiap perairan tidak memliki intensitas cahaya matahari yang sama, tergantung pada banyaknya penyinaran. Di kutub penyinaran lebih sedikit, sehingga suhunya dingin dan tekanan udara tinggi. Sebaliknya pada daerah equator dan lintang karena penyinaran lebih lama dan tinggi, suhu lebih panas dan tekanan udara rendah. Karenanya, ada aliran angina mempengaruhi arus lautan. Suhu perairan yang hangat di daerah equator ini akan menyebabkan arus. Air hangat yang terdapat di equator mengalir ke daerah kutub utara dan selatan, kemudian air hangat ini bertemu dengan air yang terdapat di kutub dan meningkatkan densitas air tersebut. Karena peretemuan tersebut, kadar oksigen perairan menjadi rendah, karena densitas air tinggi perairan tersebut akan tenggelam dan meyebabkan periran menjadi “laut dalam”. B. Tekanan Udara dan Angin Perbedaan tekanan yang terjadi di bumi akan menyebabkan terjadinya angin. Massa udara bertekanan tinggi yang terdapat di daerah kutub akan menuju daerah tropis dan subtropics yang mempunyai tekanan rendah. Terdapat tiga sistem angin yang tedpaat di dunia: 1. Angin pusat bertiup pada lintang utara antara 00 dan 300 2. Angin yang bertiup kearah barat yang terletak pada lintang antara 300 dan 600 3. Angin timur yang bertiup di daerah kutub Ketiga gerakan angin diatas, menyebabkan terjadinya arus. Arus yang terjadi karena angin pada permukaan lautan merupakan perpidahan massa air secara horizontal. Karena air yang selalu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran
bergerak, menyebabkan massa air dinamis. Angin musiman yang terjadi di laut-laut Asia Tenggara merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi arus permukaan. Arah arus lautan tidak sama dengan arah angin, ini disebabkan karena adanya gaya Coriolis yang membelokkan arah aliran air. Di belahan utara, angin berputar berlawanan dengan arah jarum jam, lalu arah arus membentuk lingkaran yang berputar searah dengan jarum jam. Sebaliknya pada belahan selatan, angin berputar searah jarum jam, dan arus berlawanan dengan arah jarum jam. Arus ini disebut gyre yang terdapat di daerah subtropis. Gaya Coriolis juga menyebabkan pembelokan massa air di permukaan, sehingga terjadi gerakan perubahan arah dan kecepatan arus dari permukaan ke bawah. Gerakan tersebut disebut spiral Ekman. Spiral Ekman dikembangkan oleh V. W. Ekman, ia menyatakan bahwa hembusan angin melalui laut pada kedalaman dan lebar yang tak terbatas. Misalnya, permukaan laut horizontal , sehingga tekanan ke dalamnya akan konstan. Laut terbagi menjadi lapisan-lapisan, lapisan atas memberikan gesekan terhadap lapisan dibawah lapisan atas, dan begitu seterusnya. Kemudian, Ekman menarik kesimpulan bahwa arah arus yang disebabkan angin akan berkurang secara ekponensial terhadap kedalaman. Arah arus menyimpang 450 dari arah angin dan sudut penyimpangan bertambah sesuai bertambahnya kedalaman. Angin yang bertiup ke arah sama secara tetap akan menyebaban terjadinya perbedaan ketinggian permukaan air. C. Upwelling dan Downwelling Nybakken menyatakan gerakan angin yang mempengaruhi lapisan permukaan juga mempengaruhi lapisan air dibawahnya, namun semakin jauh dari permukaan air pengaruhnya semakin kecil. Pengaruh kekuatan angin terhadap gerakan air-dalam terbatas sampai beberapa ratus meter dibawah permukaan. Gerakan massa air yang meyebabkan pergerakan air dari lapisan dalam ke lapisan atas disebut Upwelling. Biasanya upwelling terjadi pada kedalaman 100-200 m. Upwelling terjadi ketika angin bertiup sejajar kearah equator dan gaya Coriolis mendorong air ke bagian tengah dengan mebentuk 900 menjauhi garis pantai. Proses upwelling mengangkut lapisan air dari bawah yang kaya nutrient namun miskin oksigen ke bagian atas. Proses kebalikan dari upwelling adalah downwelling. Ini terjadi ketika angin bertiup sejajar garis pantai tapi arus permukaan mengalir tegak lurus menuju pantai. Akibatnya, aliran massa air bergerak kearah bawah. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi kecepatan arus laut, antara lain : 1. Kecepatan angin yang dapat menimbulkan gaya gesek di permukaan laut yang disebut drift currents. Jenis arus ini biasanya terjadi di daerah permukaan perairan pantai, namun kecepatan yang paling besar biasanya terdapat pada selat yang memiliki posisi yang searah dengan angin. Tiupan angin yang menyebabkan arus ini disebut dengan prevailing winds. 2. Tahanan dasar, dimana semakin tinggi tahanan dasarnya, maka semakin lemah arus yang ditimbulkan. 3. Gaya coriolis merupakan efek yang timbul sebaga akibat gerak rotasi bumi dan posisi bumi dalam mengitari matahari, serta berperan dalam menentukan arah arus. 4. Perbedaan densitas yang dapat menimbulkan arus yang biasa disebut dengan Geostrophic currents. Fenomena Arlindo merupakan salah satu fenomena arus yang dipengaruhi oleh tekanan udara dan angin. Arus lintas Indonesia atau biasa disebut Airlindo merupakan salah satu ciri khas sistem arus di Indonesia. Arlindo merupakan sistem sirkulasi laut Indonesia dimana terjadi lintasan arus yang membawa massa air dari Lautan Pasifik ke Lautan Hindia. Airlindo terutama terjadi dikarenakan perbedaan tinggi mukan laut anatara Lautan Pasifik dan Hindia. Airlindo membawa massa air dari Samudera Pasifik menuju Indonesia, melewati dua jalur yaitu jalur timur dan barat. Massa air akan keluar menuju Samudera Hindia. Keberdaan Airlindo sangat penting, karena ketiadaan Airlindo akan meningkatkan permukaan laut di Pasifik dan menurunkan di Hindia sekita 2-8cm. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran
Massa air yang terdapat di perairan Indonesia oleh karakteristik air Pasifik dan angin munson. Karakteristik massa air perairan Indonesia umumnya ditandai dengan salinitas yang lebih rendah. Pada Musim Timur (Juni – Agustus) bertiup angin Muson tenggara di selatan ekuator dan timur laut di utara ekuator, perairan Indonesia memiliki karakteristik dengan nilai salinitas yang lebih tinggi. Pada saat volume massa air yang bergerak dari Samudera Pasifik ke Hindia menurun terjadi El Nino. Menurunya massa air di perairan Indonesia mendorong munculnya upwelling dengan ciri temperatur rendah, salinitas tinggi dan kaya akan nutrien, oleh karena itu jumlah klorofil di perairan Indonesia meningkat dan meyebabkan kesuburan perairan. Pola Pemodelan Arus Laut Permukaan Arus permukaan diakibatkan oleh angin yang berhembus di permukaan laut. Topografi muka air laut juga mempengaruhi gerakan arus permukaan. Angin dan topografi laut saat ini dapat diamati dengan menggunakan satelit Altimetri Jason1. Dengan bantuan data dari satelit ini, maka dapat dipetakan pola dari pergerakan arus laut permukaan secara global. Pemodelan pola arus laut permukaan menggunakan satelit Altimetri Jason-1 memakai software MATLAB 8.0.
Gambar 3. Visualisasi Pola Pemodelan Arus Laut di Perairan Indonesia (2002)
Di Indonesia berdasarkan pemodelan arus laut pada tahun 2002 sampai 2009 diketahui arus yang bergerak dari Benua Asia menuju Benua Australia dikarenakan oleh angin muson barat. Pola pergerakan ini biasa terjadi pada bulan Desember-Februari. Kedua, arus yang bergerak dari Benua Australia menuju Benua Asia dipengaruhi oleh angin muson timur, biasa terjadi pada bulan JuniAgustus. Kecepatan laut di Indonesia berbeda-beda setiap daerah, kecepatan arus laut yang kuat terdapat di daerah sekitar garis khatulistiwa. Sedangkan kecepatan arus laut yang lemah yaitu daerah yang jauh dari garis khatulistiwa. Arus kuat pada garis khatilistiwa disebabkan oleh tekanan udara di perairan tersebut lebih tinggi daripada daerah yang jauh pada garis khatulistiwa. Dari hasil pemodelan arus laut yang kuat terdapat di Selat Karimata.Selanjtunya adalah validasi hasil dengan pemodelan arah pergerakan angin ini yang bertujuan untuk mengetahui hasil pemodelan pergerakan arus laut permukaan dari data olahan satelit Altimetri Jason-1 menggunakan MATLAB telah sesuai dengan arah pergerakan angin atau tidak. Hasil pemodelan arah pergerakan angin dari data satelit Altimetri Jason-1 adalah sebagai berikut :
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran
Gambar 4. Pola Pergerakan Angin Cycle.
Dari pola pengukuran arus tersebut dapat dianalisis beberapa hal antara lain : Arus yang bergerak dari Benua Asia menuju ke Benua Australia, dikarenakan pengaruh angin muson barat, rata-rata pola pergerakan arus ini terjadi pada kisaran bulan Desember-Februari. Arus yang bergerak dari Benua Australia menuju ke Benua Asia, dikarenakan pengaruh angin muson timur, rata-rata pola pergerakan arus ini terjadi pada kisaran bulan Juni-Agustus.Di samping itu ada masa pancaroba yakni masa peralihan pergantian antara angin muson barat menuju angin muson timur ataupun sebaliknya. Pengukuran Arus Laut Teknik pengukuran arus di perairan dipisahkan pada dua kategori, yaitu metode eularian dan metode langrangian. Metode eularian adalah metode pengukuran arus yang melewati satu titik geografis. Sedangkan metode langrangian merupakan metode yang pelaksanaannya dengan cara mengikuti dan mengawasi pergerakan benda apung. Untuk melakukan metode langrangian, pergerakan arus dapat diwasi menggunakan floater current meter yang dihubungkan dengan alat pencatat posisi geografis. Pengaruh Arus Laut Terhadap Abrasi dan Sedimentasi Pantai merupakan batas antara wilayah daratan dengan wilayah lautan. Dimana daerah daratan adalah daerah yang terletak diatas dan dibawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pasang tertinggi. Sedangkan daerah lautan adalah daerah yang terletak diatas dan dibawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi dibawahnya. Pantai merupakan suatu daerah yang meluas dari titik terendah air laut pada saat surut hingga ke arah daratan sampai mencapai batas efektif dari gelombang. Sedangkan garis pantai adalah garis pertemuan antara air laut dengan daratan yang kedudukannya berubah-ubah sesuai dengan kedudukan pada saat pasang-surut, pengaruh gelombang dan arus laut. Lingkungan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan. Perubahan lingkungan pantai dapat terjadi secara lambat hingga cepat, tergantung pada imbang daya antara topografi, batuan dan sifat-sifatnya dengan gelombang, pasut, dan angin. Secara garis besar proses geomorfologi yang bekerja pada mintakat pantai dapat dibedakan menjadi proses destruksional dan konstruksional. Proses destruksional adalah proses yang cenderung merubah/ merusak bentuk lahan yang ada sebelumnya, sedangkan proses konstruksional adalah proses yang menghasilkan bentuk lahan baru. Arus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam pengangkutan sedimen di daerah pantai. Arus berfungsi sebagai media transpor sedimen dan sebagai agen pengerosi yaitu arus yang dipengaruhi oleh hempasan gelombang. Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran
arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/ abrasi di pantai. Arus pantai ini ditentukan terutama oleh besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang yang datang dengan garis pantai. Jika gelombang datang membentuk sudut, maka akan terbentuk arus susur pantai (longshore current) yaitu arus yang bergerak sejajar dengan garis pantai akibat perbedaan tekanan hidrostatik. Seperti dijelaskan sebelumnya, dinamika pantai merupakan suatu proses pembentukan pantai yang sangat dipengaruhi oleh litoral transport. Dimana dalam proses tersebut gerakan massa air membawa material berupa sedimen-sedimen dengan berbagai bentuk menuju maupun menjauhi pantai. Dalam proses litoral transport tersebut, faktor arus, gelombang, pasang-surut mempunyai peran yang sangat signifikan. Arus laut dengan gerakan massa air yang disebabkan oleh radiasi matahari, tiupan angin, pasut air laut, hempasan gelombang, dan adanya perbedaan densitas laut. Dalam proses pantai, arus berfungsi sebagai media transport sedimen. Akibat interaksi gelombang laut dengan morfologi pantai akan menghasilkan arus laut seperti longshore current and rip current. Di beberapa bagian badan pantai, area-area yang mengalami arus susur pantai seperti ditunjukkan oleh lingkaran hitam, cenderung mengalami abrasi pantai karena sedimen disana bergerak akibat terbawa oleh arus susur pantai.
Gambar 5. Longshore current faktor penyebab abrasi dan akresi pantai.
Lalu, material yang terangkut oleh arus susur pantai akan dibawa ke suatu lokasi dimana pengaruh arus susur pantai akan berkurang dan akhirnya hilang. Sehingga sedimen yang terbawa akan terendapkan dan akan mengalami sedimentasi. Pada gambar diatas, lingkaran merah menunjukkan lokasi sedimentasi yang berada diantara dua daratan dan daerah pengendapan tersebut dikenal dengan nama tombolo. Pembentukan tombolo ini merupakan sebuah reaksi dari pertemuan dua arus susur pantai yang saling bertemu yang disebut dengan rip current. Pada gambar diatas, lokasi rip current terjadi diantara dua daratan seperti ditunjukkan oleh lingkaran merah.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran
Pemanfaatan Arus Laut sebagai Potensi Energi Pembangkit Tenaga Listrik Diversifikasi energi adalah penganekaragaman penyediaan dan pemanfaatan berbagai sumber energi baru, salah satunya adalah energi kelautan. Potensi sumberdaya perairan di Indonesia sangat besar, karena 2/3 wilayahnya yang merupakan perairan, memberikan peluang untuk mengeksplorasi sumberdaya tersebut untuk digunakan dalam berbagai bidang guna meningkatkan efisiensi dan efktivitas pemakaian energi. Di era modern seperti sekarang ini, listrik merupakan energi yang sangat dibutuhkan dalam berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari. Beberapa sumberdaya energi yang kini masih medominasi adalah minyak bumi dan gas alam yang ketersediaannya di alam kian hari kian menipis. Untuk itu, perlu ada energi terbarukan yang dapat menanggapi masalah tersebut. Salah satu solusi yang dapat digunakan adalah penggunaan sumberdaya energi dari perairan. Indonesia dengan total luas laut sekitar 8 juta km2 memiliki potensi sumberdaya perairan yang melimpah, salah satu energi dari perairan yang bisa digunakan adalah arus laut. Dengan kondisi geografi Indonesia yang berada pada lempeng tektonik dunia, dan juga dilewati arus dunia, menjadikannya potensi energi yang dapat dimanfaatkan. Energi arus laut sebagai energi terbarukan adalah energi yang cukup potensial di wilayah pesisir terutama pulau-pulau kecil di kawasan timur. Metode yang digunakan untuk menentukan wilayah yang memiliki arus terbaik untuk dipasang turbin, adalah dengan beberapa tahapan antara lain, pertama mengetahui data perairan di wilayah tersebut dengan memperoleh data batimetri regional, geologi regional, arus regional, dan data pasang surut. Kedua adalah mengetahui posisi wilayah perairan dengan menggunakan GPS sehingga memperoleh data sounding, pengukuran arus untuk mengetahui pola arus yang terjadi, pasang surut, klimatologi dan pemetaan karakteristiknya. Sedangkan, metode yang digunakan adalah ADCP (Acoutic Doppler Current Profiler) mobile untuk mendapatkan jangkauan lokasi yang potensial dengan kecepatan arus yang memenuhi syarat, selain itu juga untuk mendapatkan data arah dan kecepatan arus absolut saat kondisi air sedang pasang maupun sedang surut. Pada kondisi surut, kecepatan arus di perairan berkisar sekitar 0,5 m/s – 2,1 m/s dengan daya yang dapat dihasilkan sebesar 0,2-0,6 kW. Sedangkan, pada saat kondisi pasang, kecepatan arus di perairan berkisar sekitar 0,5 m/s – 2,55 m/s dengan daya yang dapat dihasilkan sebesar 0,3-7,0 kW.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran
Kesimpulan Dari materi yang telah dibahas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa arus laut merupakan suatu fenomena perairan, dimana massa air yang ada di perairan bergerak dari suatu tempat ke tempat lain sebagai akibat dari fenomena alam lainnya. Sebagai contoh pengaruh angin yang menggerakan massa air yang ada di permukaan. Dikenal ada beberapa jenis arus, diantaranya arus pasang surut, arus termohaline, arus geostrofik dan arus ekman. Beberapa faktor yang dapat menimbulkan timbulnya arus antara lain, suhu dari pemanasan sinar matahari, tekanan udara dari angin, dan fenomena upwelling akibat perbedaan densitas. Sedangkan kecepatan arusnya dipengaruhi oleh Kecepatan angin, Tahanan dasar, Gaya coriolis dan Perbedaan densitas. Metode yang digunakan untuk mengukur arus laut antara lain Metode Eularian dan Metode Langrangian. Arus laut juga mempunyai pengaruh terhadap proses abrasi dan sedimentasi di pantai melalui proses destruksional adalah proses yang cenderung merubah/ merusak bentuk lahan yang ada sebelumnya, sedangkan proses konstruksional adalah proses yang menghasilkan bentuk lahan baru. Selain itu juga arus laut memiliki potensi sebagai energi pembangkit tenaga listrik dengan menentukan daerah yang memiliki arus yang memenuhi standar untuk dipasang turbin pembangkit listrik.
Saran Banyak potensi yang dapat dimanfaatkan dari fenomena arus laut ini, salah satunya adalah pembangkit listrik, arus ini adalah energi tak dapat habis, sehingga dapat digunakan dalam jangka panjang, namun dengan tetap memperhatikan pengaruh yang ditimbulkan terhadap ekosistem perairannya. Selain manfaat, ada pengaruh arus yang dapat merusak ekosistem, yaitu abrasi pantai, oleh karena itu, upaya penanaman hutan mangrove, sangat penting juga dalam usaha meredam arus laut yang dapat menimbulkan abrasi dan sedimentasi di daerah pantai.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran
DAFTAR PUSTAKA
Azis, M.Furqon (2006). Gerakan Air di Laut. Jurnal Oseana, Volume XXXI, Nomor 4, Tahun 2006 : 9 -21 Cahyani, Aisyah Tri. (2013). Pengaruh Arus Terhadap Perubahan Garis Pantai di Kabupaten Karawang. Jatinangor; Tidak diterbitkan DESDM. (2005). Diversifikasi Energi : “Energi Kelautan sebagai Alternatif Baru”. DESDM disampaikan pada Seminar Pembangunan Ekonomi Kemaritiman 15 Maret Jakarta. Duxbury, A; B. Alyn; C. Duxbury And K.A. SVERDRUP 2002. Fundamentals of th Oceanography-4 Ed, McGraw-Hill Publishing, New York. Erwandi. 2006. Sumber Energi Arus : Alternatif Pengganti BBM, Ramah Lingkungan, dan Terbarukan”. Laboratorium Hidrodinamika Indonesia, BPP Teknologi. Hadi, Surya. 2011. Penempatan Tailing Dasar Laut: Teori dan Aplikasi. Nusa Tenggara Barat; Mataram University Press. Ismail, M Frurqon Azis dan Taofiqurohman, Ankiq. (2012). Simulasi Numeris Arus Pasang Surut \ di Perairan Cirebon. Jurnal Akuatika Vol. III No.1 Masduki A, Yuningsih A. (2011). Potensi Energi Arus Laut untuk Pembangkit Tenaga Listrik di Kawasan Pesisir Flores Timur NTT. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Volume 3. No.1 Halaman 13-25, Juni 2011. Matthias, T. And J. S. Godfrey 1994. Regional Oceanography: an Introduction. Pergamon Press, New York: 422 pp. Nining, S. N. 2002. Oseanografi Fisis. Kumpulan Transparansi Kuliah Oseanografi Fisika, Program Studi Oseanografi, ITB. Nybakken, James W. 1982. Marine Biologi As Ecology Approach, Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis, (diterjemahkan oleh Eidman, Muhammad., et al). PT Gramedia Pustaka;Jakarta Oktavia, Resni; Pariwono, John Iskandar; Manurung Parluhutan. (2011). Variasi Muka Laut Dan Arus Geostrofik Permukaan Perairan Selat Sunda Berdasarkan Data Pasut Dan Angin Tahun 2008. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 2, Hal. 127-152. Rampengan, Royke M. (2009). Pengaruh Pasang Surut Pada Pergerakan Arus Permukaan di Teluk Manado. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol No 3 Safitri, M; Cahyarini, S.Y; Putri, M.R. (2012). Variasi Arus Arlindo Dan Parameter Oseanografi Di Laut Timor Sebagai Indikasi Kejadian Enso. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2. Wibisino, M.S.2005. Pengantar Ilmu Kelautan.Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia 6 : 87-99 Widyastuti, Rahma; Handoko. Eko Yuli; Suntoyo. 2010. Pemodelan Pola Arus Laut Permukaan Di Perairan Indonesia Menggunakan Data Satelit Altimetri Jason-1. Thesis. Fakultas Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran