BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Leukemia Limfositik/Limfoblastik Akut (LLA) adalah penyakit yang berkaitan dengan sel jaringan tubuh yang tumbuhnya berlebihan dan berubah menjadi tidak normal serta bersifat ganas, yaitu sel-sel sangat muda yang seharusnya membentuk limfosit berubah menjadi ganas. LLA merupakan kanker yang paling banyak dijumpai pada anak, yaitu 25-30 % dari seluruh jenis kanker pada anak. Angka kejadian tertinggi dilaporkan antara usia 3-6 tahun, dan anak lelaki lebih banyak daripada anak perempuan. Gejala yang perlu diwaspadai antara lain, tubuh lemah dan sesak nafas akibat anemia, infeksi dan demam akibat kekurangan sel darah putih yang normal, serta pendarahan akibat kurangnya trombosit. Pendarahan yang terjadi biasanya berupa pendarahan hidung, pendarahan gusi, serta mudah memar dan bercak-bercak kebiruan di kulit. Sel-sel leukemia dalam otak bisa menyebabkan sakit kepala, muntah dan gelisah, sedangkan sel-sel kanker dalam sumsum tulang menyebabkan nyeri tulang dan sendi (Rulina, 2003). ALL merupakan penyakit yang paling umum pada anak (25 % dari seluruh kanker yang terjadi). Di Amerika Serikat, kira-kira 2400 anak dan remaja menderita ALL setiap tahun. Insiden ALL terjadi jauh lebih tinggi pada anakanak kulit putih daripada kulit hitam. Perbedaan juga tampak pada jenis kelamin, dimana kejadian ALL lebih tinggi pada anak laki-laki kurang dari 15 tahun. Insiden kejadian 3,5 per 100.000 anak berusia kurang dari 15 tahun. Puncak insiden pada umur 2-5 tahun dan menurun pada dewasa (Moh. Supriatna, 2002). Peran perawat dalam menangani kasus Leukemia Limfositik Akut sangatlah penting. Hal ini berkaitan dengan penyakit Leukemia Limfositik Akut yang masih asing bagi masyarakat awam. Sehingga peran perawat dapat menjadi
pendidik yang memberikan informasi tentang pengertian, tujuan, efek samping, dan perawatan pada anak yang menjalani kemoterapi. Di samping itu Leukemia Limfositik Akut termasuk dalam penyakit terminal yang membutuhkan prinsip perawatan paliatif dalam mengelola anak. Banyaknya insiden Leukemia Limfositik Akut diperlukan pengetahuan dan penguasaan materi untuk melakukan asuhan keperawatan yang adekuat pada pasien anak Leukemia Limfositik Akut. B.
Tujuan Penulisan Tujuan penulisan laporan ini adalah :
1.
Tujuan Umum Penulis mampu memahami asuhan keperawatan pada anak dengan Leukemia Limfositik Akut di Ruang C1L2 RS Dokter Kariadi.
2.
Tujuan Khusus a.
Membahas konsep dasar dari penyakit Leukemia Limfositik
Akut meliputi : definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan. b.
Menggambarkan hasil asuhan keperawatan dari pengkajian,
tujuan, intervensi, implementasi, dan evaluasi pada anak dengan Leukemia Limfositik Akut di Ruang C1L2 RS Dokter Kariadi. c.
Mengidentifikasi
masalah-masalah
yang
timbul
pada
Leukemia Limfositik Akut serta menggambarkan faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan kasus tersebut.
BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Leukemia adalah suatu penyakit proliferasi neoplastik yang sangat cepat dan progresif, yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel hematopoitik yang menyebabkan infiltrasi yang progresif pada sumsum tulang (Mediarty, 2003). Leukemia Limfositik Akut adalah penyakit yang berkaitan dengan sel jaringan tubuh yang tumbuhnya berlebihan dan berubah menjadi tidak normal serta bersifat ganas, yaitu sel-sel sangat muda yang seharusnya membentuk limfosit berubah menjadi ganas (Rulina, 2003). Leukemia Limfositik Akut (ALL) dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas. Paling sering terjadi pada anak-anak dengan laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, dengan puncak insidensi pada usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun Leukemia Limfositik Akut jarang terjadi (Smeltzer, 2001 : 955). Leukemia Limfositik Akut adalah leukemia yang berkembang cepat dan progresif ditandai dengan penggantian sumsum tulang normal oleh sel-sel blas yang dihasilkan dari pembelahan sel-sel induk (stem sel) yang bertransformasi maligna. Leukemia pada anak sebagian besar (95 %) merupakan bentuk akut dan 5 % bentuk kronik (Moh. Supriatna, 2002). B. Proses Patofisiologi Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri
tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden, 2002). C. Pathway (Terlampir) D. Manifestasi Klinis Pucat (mendadak), panas, perdarahan (ekimosis, petekie, epistaksis, perdarahan gusi), hepatomegali, limfadenopati, sakit sendi, sakit tulang, splenomegali, lesi purpura, efusi pleura, kejang pada leukemia serebral (Mansjoer, 2000 : 495). Tanda dan gejala inisial, dalam urutan frekuensi yang semakin berkurang, meliputi demam, pucat, petekie, dan purpura, limfadenopati, hepatospleno megali, anoreksia, kelelahan, nyeri tulang dan sendi, nyeri abdomen, dan penurunan berat badan (Merenstein, 2002 : 804). Pada leukemia akut didapatkan gejala klinis yang disebabkan kegagalan sumsum tulang antara lain : pucat, letargi, demam, gambaran infeksi mulut, tenggorokan, kulit pernafasan, memar, pendarahan gusi spontan dan pendarahan dari tempat fungsi vena yang disebabkan oleh trombositopenia. Infiltrasi organ lain yaitu nyeri tulang, hipertrofi dan infiltrasi gusi, sakit kepala, muntah-muntah, penglihatan kabur dan terkadang terjadi pembengkakan testis pada Leukemia Limfositik Akut (Mediarty, 2003).
Kira-kira 60 % anak dengan Leukemia Limfoblastik Akut mempunyai gajala dan tanda penyakitnya kurang dari 4 minggu pada waktu diagnosis. Gejala pertama biasanya non spesifik dan meliputi anoreksia, iritabel, dan letargi. Mungkin ada riwayat infeksi virus atau eksantem dan penderita seperti tidak mengalami kesembuhan sempurna. Kegagalan sumsum tulang yang progresif sehingga timbul anemia,
perdarahan (trombositopenia), dan demam
(neutropenia, keganasan). Pada pemeriksaan inisial, umumnya penderita dan lebih kurang 50 % menunjukkan petekie atau perdarahan mukosa. Sekitar 25 % demam, yang mungkin disebabkan oleh suatu sebab spesifik seperti infeksi saluran nafas atau otitis media. Limfaderopati biasanya nyata dan splenomegali (biasanya kurang dari 6 cm di bawah arkus kosta) dijumpai pada lebih kurang 66 %. Kira-kira 25 % ada nyeri tulang yang nyata dan artralgia yang disebabkan oleh infiltrasi leukemia pada tulang perikondrial atau sendi atau oleh ekspansi rongga sumsum tulang akibat sel leukemia (Nelson, 2000 : 1773). E. Pemeriksaan Penunjang a. Darah tepi Gejala yang terlihat pada darah tepi sebenarnya berdasarkan pada kelainan sumsum tulang yaitu berupa pansitopenia, limfositosis yang kadangkadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton dan terdapatnya sel blas. Terdapatnya sel blas dalam darah tepi merupakan gejala patognomonik untuk leukemia (FKUI, 2002 :472). Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin biasanya rendah. Jumlah sel-sel darah putih mungkin meningkat, normal atau berkurang, tetapi neutropenia sering didapatkan. Trombositopenia sangat sering dijumpai (Merenstein, 2002 : 804). b. Sumsum tulang Akan ditemukan gambaran yang monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis. Sedangkan sistem lain terdesak (FKUI, 2002 : 472).
Leukemia terjadi bila lebih dari 25 % sel-sel di dalam suatu aspiral sumsum tulang merupakan sel blast ganas (Merenstein, 2002 : 804). c. Biopsi limpa Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal, granulosit. (FKUI, 2002 : 472). d. Cairan serebrospirial Pleositosis (terdiri dari bentuk-bentuk sel blast), peninggian kadar protein, dan penurunan kadar glukosa mungkin dapat dijumpai (Merenstein, 2002 : 804). Bila terjadi peninggian jumlah sel patologis dan protein, atau anak menunjukkan gejala tekanan intracranial yang meninggi, berarti leukemia mengenai meningen. (FKUI, 2002 : 472). F. Pengkajian keperawatan
G. Intervensi keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari sel : depresi sumsum tulang, hepar, limpha, pembesaran organ/nodus limfe (Wong, 2004). Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil wajah rileks, mampu istirahat tenang, melaporkan nyeri terkontrol. Intervensi : a. Monitor skala nyeri. b. Ajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi dengan nafas dalam. c. Berikan posisi yang nyaman, sokong sendi dan ekstremitas dengan bantal.
d. Ubah posisi secara periodik dan berikan atau bantu latihan rentang gerak lembut. e. Berikan obat analgesik sesuai indikasi. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, sekunder penurunan oksigen ke jaringan (Wong, 2004 : 536). Tujuan : Anak dapat beraktifitas sesuai kemampuan setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil, peningkatan toleransi aktivitas, beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari sesuai kemampuan. Intervensi : a. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung. b. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas. c. Berikan posisi semi fowler tinggi untuk pertukaran udara yang optimal. d. Ajak bermain untuk mengatasi kebosanan dan menstimulasi tumbuh kembang anak. e. Anjurkan keluarga untuk membantu aktivitas anak. 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh sekunder : gangguan dalam kematangan sel darah putih, prosedur infasif (Wong, 2004 : 414). Tujuan : Tidak menunjukkan gejala-gejala infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil, tidak ada tanda-tanda infeksi, leukosit dalam batas normal ( 4000-10.000/mmk), suhu tubuh normal (35,5-37º C). Intervensi : a. Gunakan teknik aseptik untuk seluruh prosedur infasif.
b. Ajarkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah membantu aktivitas anak. c. Ciptakan lingkungan yang bersih. d. Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi. e. Berikan antibiotik sesuai program. f. Monitor penurunan jumlah leukosit yang menunjukkan anak memiliki resiko besar untuk terkena infeksi. 4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan kalori dan kesulitan mencerna kalori yang mencakupi sekunder akibat kanker (Carpenito, 2001 : 260). Tujuan : Nutrisi sesuai kebutuhan setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil, klien dapat menghabiskan satu porsi makanannya, albumin dalam batas normal, tidak mual dan muntah. Intervensi : a. Observasi dan catat masukan makanan. b. Observasi dan catat mual dan muntah. c. Timbang berat badan setiap hari. d. Berikan makanan porsi kecil tapi sering. e. Anjurkan keluarga untuk memodifikasi lingkungan atau variasi makanan. f. Berikan antiemetik sesuai advis. 5. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan dengan melemahnya kemampuan fisik sekunder terhadap kanker. (Carpenito, 2001 : 156) Tujuan : Mempertahankan fungsi motorik dan kemampuan komunikasi verbal yang ada
atau
meningkatkannya
dengan
kriteria
hasil
anak
mampu
melaksanakan tugas perkembangannya sesuai usia, orang tua mengerti tugas-tugas perkembangan secara normal sesuai usia, orang tua mengerti dan mampu menstimulasi perkembangan anak sesuai usia. Intervensi : a. Ajari orang tua tentang perkembangan anak sesuai usia. b. Perkuat perkembangan kata-kata dengan pengulangan kata-kata yang digunakan anak. c. Ajak anak untuk bermain, dengan bermain untuk merangsang kemampuan motorik dan pendengaran. d. Kaji tingkat perkembangan yang telah dicapai anak. 6. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan pengaruh proliferasi sel (Wong, 2004 : 596). Tujuan : Anak tidak mengalami luka atau perdarahan setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil kulit dan selaput lendir baik, tidak ada memar atau ptekie, jumlah trombosit dalam batas normal (150.000 – 450.000/mmk). Intervensi : a. Berikan perawatan pada klien dengan lembut. b. Berikan tekanan halus pada daerah penusukan setidaknya 10 menit setelah penyuntikan. c. Berikan lapisan yang lembut pada tempat tidur. d. Observasi adanya epistaksis dan perdarahan di bawah kulit. e. Observasi jumlah trombosit. f. Kolaborasi untuk pemberian transfuse dengan dokter. 7. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis obat, efek samping obat berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan : Keluarga dapat menjelaskan tentang Leukemia Limfositik Akut dengan kriteria hasil, keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, efeki samping obat Leukemia Limfositik Akut. Intervensi : a. Jelaskan mengenai pengertian, tanda dan gejala, efek samping kemoterapi. b. Beri kesempatan untuk bertanya. c. Tanyakan kembali hal yang telah dijelaskan. d. Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar. H. Daftar Pustaka DAFTAR PUSTAKA 1.
Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik.
Edisi 2. Jakarta, EGC. 2.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Cetakan I.
Jakarta, EGC. 3.
Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada
Anak. Edisi I. Jakarta, CV Sagung Seto. 4.
Reeeves, Lockart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah.
Cetakan I. Jakarta, Salemba Raya. 5.
FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta,
FKUI. 6.
Sacharin Rosa M. (1993). Prinsip Perawatan Pediatri. Edisi 2.
Jakarta : EGC. 7.
Gale Danielle, Charette Jane. (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan Onkologi, Jakarta : EGC. 8. Jakarta : EGC
Price Sylvia A, Wilson Lorraine Mc Cart .(1995). Patofisiologi.
9.
Sutarni Nani.(2003). Prosedur Dan Cara Pemberian Obat
Kemoterapi. Disampaikan Pada Pelatihan Kemoterapi Di RS Kariadi Semarang, Tanggal 13-15 November 2003.
BAB III PROSES ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. L DENGAN ALL (Leukemia Limfositik/Limfoblastik Akut) DI RUANG C2LI RSDK Dr. KARIADIDI SEMARANG A. PENGKAJIAN a. Tanggal Pengkajian
: 15 Maret 2011
b. Tanggal Masuk
: 13 Maret 2011
c. Identitas Klien
:
• Nama
: An. L
• Alamat
: Kepandean RT 01/ 03 Tegal
• Tanggal Lahir/ Umur
:
• Jenis Kelamin
: Perempuan
• Agama
: Islam
• Diagnosis Medis
: ALL
• Penanggung Jawab
: Ayah
• Nama Orang Tua Ayah
: Tn. R
Ibu
: Tn. D
• Pekerjaan
: Swasta
• A lamat
: Kepandean RT 01/ 03 Tegal
• No. Telp. Yang bisa dhub
:-
d. Keluhan Utama Badan panas
e. Riwayat Kesehatan Sekarang ± 4 setengah tahun yang lalu anak mengeluh pucat, semakin hari semakin pucat, nyeri persendian, badan panas, lemas, kemudian dibawa ke RSUD Tega, dikatakan kemungkinan Leukimia, kemudian disana mendapatkan transfuse darah 1 kolf darah merah kemudian trombositnya turun dan dirujuk ke RSDK semarang, di RSDK di cek darahnya dan dilakukan foto rongen dan BMP kemudian oleh dokter dinyatakan ALL . f. Riwayat masa lalu a. Kehamilan Ny. D mengatakan An. L merupakan anak pertama, dan tidak mempunyai saudara. Ny. D mengataka belum pernah mengalami aborsi dan selama hamil Ny. D rutin memeriksakan kandungan
ke bidan, selama hamil
mendapat suntikan tetanus 2x, vitamin dan obat tambah darah. b. Persalinan Ny. D mengatakan An.L lahir spontan dengan usia kehamilan 38 minggu, lahir di bidan dengan lama persalinan 8 jam. c. Kelahiran Ny. D mengatakan BB An.L ketika lahir 3000 gram, PB 41 cm, lahir langsung menangis dan berwarna merah, tidak ada kelainan. d. Alergi Ny. D mengatakan An.L tidak mempunyai alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan. e. Pertumbuhan dan perkembangan Ketika lahir BB An.D adalah 3000 gram dengan PB 41 cm, dan sekarang di usia 8 tahun 6 bulan menjadi 18,3 kg
dengan TB 114 cm. Ny. D
mengatakan gigi An.L tumbuh pada usia 8 bulan, dan sekarang berjumlah 20. Tn.N mengatakan An.W mulai tengkurap usia 5 bulan, duduk usia 6
bulan, merangkak usia 8 bulan, berdiri usia 12 bulan dan berjalan usia 15 bulan. f.Imunisasi Ny. D mengatakan An.L sudah mendapatkan imunisasi lengkap. g. Pemeriksaan fisik a.
Keadaan umum : aktif
b.
Kesadaran : compos mentis
c.
Tanda-tanda vital : HR 80x/menit
suhu 37 C
RR 24 x/menit d.
Kepala : rambut hitam, tipis, tidak ada ketombe, tidak ada lesi
e.
Mata : simetris, isokor, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
f.
Hidung : simetris, tidak ada discharge
g.
Mulut : simetris, tidak ada epistaksis,
h.
Telinga : simetris, tidak ada discharge
i.
Pipi : simetris, udem pada pipi kanan dan kiri
j.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
k.
Dada 1) Jantung a)
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
b)
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC VI 2 cm lateral LMCS
c)
Perkusi : pekak
d)
Auskultasi : bunyi jantung I-II murni
2) Paru-paru a)
Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi dada,
b)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c)
Perkusi : sonor
d)
Auskultasi : suara dasar vesikuler, tidak ada suara tambahan
l. Abdomen 1) Inspeksi : tidak ada lesi, ada udem 2) Auskultasi : bising usus 15 kali/menit 3) Palpasi : tidak ada nyeri tekan 4) Perkusi : timpani pada lambung Lingkar perut : 53,5 cm m. Ekstremitas : akral hangat, capillery refill < 2 detik, tidak ada udem pada kaki kanan dan kiri
h. Riwayat nutrisi Ny. D mengatakan An.L mau makan makanan yang diberikan RS dengan paksaan, makan nasi, lauk dan sayur habis 1/4 sampai 1/2 porsi karena setelah makan perut terasa mual dan selama sakit An L mengalami penurunan nafsu makan. Antopometri : BB 18,3 kg PB 114 cm Status gizi berdasarkan Z score WAZ = 18,3- 26,6 = -2,13 (BB rendah/gizi rendah) 3,9 HAZ = 114 – 129,3 = -2,43 (pendek) 6,3 WHZ = 18,3 – 19,5 = -0,75 (normal) 1,6 i. Riwayat kesehatan keluarga
a. Pohon keluarga
Tn.R (35 th)
An.L
Ny.D (34 th)
9 th ALL
Keterangan : : laki-laki : perempuan
: klien -------
: tinggal serumah
: meninggal b. Penyakit Ny. D mengatakan di dalam keluarganya maupun yang sakit seperti An.L, sehingga Ny. D tidak tahu tentang penyakit ALL dan perawatan untuk An.L termasuk makanan dan minuman yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi. . Ny. D mengatakan tidak ada riwayat sakit hipertensi, diabetes melitus ataupun penyakit jantung dalam keluarganya. c. Kebiasaan keluarga Ny. D mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit akan diperiksakan ke puskesmas atau ke dokter.
Pola istirahat /tidur An.L mempunyai kebiasaan tidur jam 08.00, jam 11.00, jam 14.00 dan tidur malam sekitar jam 20.00 WIB, klien tidur sekitar 10-12 jam /hari. Tapi setelah di RS klien tidur sewaktu-waktu kadang bisa dengan nyenyak tapi juga sulit tidur.
Pola kebersihan An.L mandi sehari 2 kali.
Pola eliminasi An.L masih dibantu untuk BAK dan BAB 1x/sehari lancar, warna kuning. j. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : tanggal 15 Maret 2011 Hb
: 8,59 gr/dl
Ht
: 27,3 %
Leucosit
: 2100/m3
Trombosit
: 8000/m3
Ca
: 1,89 mmol/L (2,12 – 2,52)
Laboratorium tanggal 9 November 2004 Hb
: 7,2 gr/dl
Ht
: 22,7 %
Lekosit: 1000/m3 Trombosit
: 6000/m3
Glukosa
: 258 mg/dl
(80-110)
Urea
: 10 mg/dl
(15-39)
Creatinin
: 0,4 mg/dl
(0,6-1,3)
Asam urat
: 2,2 mg/dl
(2,6-7,2)
Natrium
: 130 mmol/L (136-145)
Kalium: 3,4 mmol/L
(3,5-5,1)
Clorida: 100 mmol/L (98-1007) Calsium
: 1,62 mmol.L
Urine : BJ
: 1,01
PH
:8
Protein : Reduksi
: 1000 mg/dl
Laboratorium tanggal 17 Maret 2011 Albumin
: 3,6 gr/dl
(2,1-2,5)
Ureum
: 16 mg/dl
Kreatinin
: 0,38 mg/dl
Natrium
: 128 mmol/L
Clorida: 102 mmol.L Kalium: 2,5 mmol/L SGOT
: 85
SGPT
:5
B. ANALISA DATA Nama : An. L Umur : 9 tahun No 1
Data DS : Keluarga (ibu) mengatakan An. L tidak mau makan selama sakit kalau tidak dipaksa. DO : Klien mata cekung, anemi, kulit hangat, turgor kembali cepat, mukosa bibir lembab, S = 38,8 0C, N = 128x setiap menitnya isi cukup, RR = 26x/mnt, Hb 8,59 gr %, BB 15,3 kg (terdapat
Etiologi Intake yang
Masalah Risiko perubahan
kurang
nutrisi kurang dari kebutuhan
penurunan BB selama sakit) 2
DS : Ny, D mengatakan tidak membiasakan
Menurunnya
diri mencuci tangan sebelum menyentuh
pertahanan
An. L dan mengatakan suhu badan
tubuh
Resiko infeksi
anaknya naik turun. DO : klien telah mendapatkan terapi sitostatika, terdapat bekas luka tusukan jarum yang agak memar sekitar 3 x 2 cm, suhu 38,8 0 C, Nadi 128 x/mnt, kulit teraba hangat, leukosit 2100/mm3, Hb 8,59 gr%, splenomegali dan hepatomegali 3
DS : Keluarga mengatakan sebelumnya An. L mengalami perdarahan lewat telinga dan
trombositopeni Resiko tinggi a
terjadi perdarahan
masih ada bekasnya.
ulang
DO : saat pengkajian sudah tak ada perdarahan, terdapat memar, trombosit 8000 /mm3, splenomegali dan hepatomegali C. PROBLEM LIST NO
TGL/JAM
DX.
1.
DITEMUKAN 15 Maret 2011
KEPERAWATAN Resiko terjadi perdarahan ulang b.d trombositopenia
TTD
TGL/ JAM TERATASI
TTD
2.
15 Maret 2011
resti infeksi b.d menurunnya pertahanan tubuh
3.
15 Maret 2011
resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang kurang
D. RENCANA KEPERAWATAN NO 1.
TGL/
DX.
JAM 15
TUJUAN KEPERAWATAN Resiko terjadi Setelah dilakukan tindakan
Maret
perdarahan ulang
2011
b.d trombositopenia jam tidak terjadi
keperawatan selama 3x24
08.00
perdarahan ulang :
WIB
Kriteria hasil : -
tidak ada memar,
INTERVENSI TINDAKAN Berikan pendidikan kesehatan pada ortu tentang kemungkinan timbulnya perdarahan akibat sel pembekuan darah menurun dan cara untuk mencegah perdarahan monitor adanya memar, petekia,
petekia, epistaksis,
epistaksis dan keadaan
tidak ditemukan
mukosa
perdarahan di traktus urinari dan
tanda-tanda terjadinya
gastrointestinal -
monitor adanya perdarahan (TD menurun,
nilai trombosit
denyut nadi kecil dan
mencapai nilai normal
cepat, diaforesis)
150 – 350 rb/mm3
periksa urin dan
TTD
tinja terhada adanya tanda perdarahan gunakan jarum
kecil saat melakukan tindakan invasif gunakan sikat
gigi yang halus unutk mencegah perdarahan gusi
hindari pemberian aspirin
kolaborasi monitor nilai trombosit
2.
15
resti infeksi b.d
Setelah dilakukan tindakan
Maret
menurunnya
keperwatan 3x24 jam tidak
pentingnya anak
2011
pertahanan tubuh
terjadi infeksi
ditempatkan pada
Kriteria hasil :
ruangan khusus untuk
08.00
jelaskan kembali
WIB
-
-
tidak ada tanda – tanda
meminimalkan
infeksi
terpaparnya anak dari
suhu tubuh turun
sumber infeksi
menjadi 37 C nilai
lekosit
berikan pendidikan kesehatan
meningkat
pada ortu tentang
4000-10000/mm3
hubungan antara penyakit anaknya dengan munculnya infeksi
berikan pendkes tentang cara meminimalkan infeksi : pembatasan pengunjung, larangan bagi pengunjung yang sakit menular, anjurkan menyuapi makan anaknya sampai habis sesuai porsi, biasakan
pengunjung/keluarga untuk cuci tangan sebelum mendekat klien gunakan teknik
aseptik untuk seluruh prosedur invasif dan cuci tangan monitor tanda-
tanda vital berikan terapi :
injeksi meronem 3x130 gr, metronidazole 2x200mg
3.
15
resiko perubahan
Setelah dilakukan tindakan
Maret
nutrisi kurang dari
keperawatan selama 3x24
2011
kebutuhan b.d
jam kebutuhan nutrisi
08.20
intake yang kurang
menjadi terpenuhi
Monitor status
nutrisi klien Timbang BB tiap
hari
WIB
Kriteria hasil : -
-
Anjurkan
porsi makan habis
keluarga untuk
separuh
memberikan makan yang
BB stabil
sudah diprogramkan Anjurkan untuk
memberikan makan sedikit-sedikit saja tapi sering Anjurkan
keluarga untuk menyajikan makanan tambahan sesuai selera anak0
E. IMPLEMENTASI NO 1.
DX. KEPERAWATAN Resiko terjadi perdarahan
TGL/ JAM 15 Maret 2011
ulang b.d trombositopenia
08.00 08.15
IMPLEMENTASI Memonitor laboratorium trombosit
08.20
perdarahan O : masih terdapat memar di
yang muncul
darah yang keluar dari hidung,
Memonitor kembali telinga atau dari urin dan feses tanda-tanda
08.30
RESPON nilai S : Ibu mengatakan tidak ada
Memonitor
tempat penusukan jarum, tak ada tanda- memar
spontan,
Trombosit
TTD
08.45
tanda vital Memonitor memar
pada 08.50
6000 /m3
daerah
penusukan
jarum Memonitor adanya
perdarahan
spontan
di
bawah kulit Menganjurkan pada
ibu
untuk
menggunakan
sikat gigi yang halus agar tidak
terjadi
perdarahan
gusi 2.
resti infeksi b.d
mengingatkan ortu S : Ibu mengatakan badan anak L
menurunnya pertahanan
untuk cuci tangan sebelum sudah tidak panas
tubuh
menyentuh anaknya
O : Suhu 37,5ºC, RR 24 x/mnt, Nadi 96 x/mnt, sudah tidak
menganjurkan
keluarga untuk membatasi dikompres pengunjung
yang
menjenguk memonitor
tanda-
tanda vital melakukan
kompres dingin memberikan terapi :
po. Paracetamol 150 mg, Metronidazole
200
mg,
injeksi meronem 130 gr dan diflucon 40 cc melakukan dalam 3.
resiko perubahan nutrisi
teknik
melakukan
aseptik prosedur
injeksi dan perawatan infuse Memonitor status S : Ibu mengatakan anak L Mau
kurang dari kebutuhan b.d
nutrisi klien mengukur BB, makan
intake yang kurang
TB dan LILA
untuk
memotivasi anak
dari
RS
meskipun 1/4 porsi.
Menganjurkan keluarga
makanan
O : klien mau makan makanan tetap 1/4 porsi makanan dari RS tanpa
untuk dipaksa
makan sedikit-sedikit tapi sering. Menganjurkan
keluarga untuk menyajikan makanan tambahan sesuai selera anak L.
F. EVALUASI NO 1
TGL/ JAM 15 Maret 2011
DX. KEPERAWATAN EVALUASI Resiko terjadi perdarahan S : Ibu mengatakan badan anak L sudah tidak begitu panas ulang b.d
O : Suhu 37,4ºC, RR 24 x/mnt, Nadi 98 x/mnt, sudah tidak
trombositopenia
dikompres A : masalah teratasi sebagain
2
15 Maret 2011
resti infeksi b.d
P : lanjutkan intervensi S : Ibu mengatakan anak L mau makan makanan dari rumah sakit
menurunnya pertahanan
tanpa dipakasa
tubuh
O : tampak klien makan makanan ¼ porsi makanan dari rumah sakit.
TTD
A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi 3
16 Maret 2011
resiko perubahan nutrisi
S : Ibu mengatakan dari telinga sudah tidak keluar darah
kurang dari kebutuhan
O : tidak ada petekia, epistaksis dan terdapat memar pada bekas
b.d intake yang kurang
penusukan jarum, nadi 100 x/mnt, RR 24 x/mnt, suhu 38ºC A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan monitor perdarahan