BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fungsi paru seseorang dikatakan normal jika hasil kerja proses ventilasi dengan perfusi pada orang tersebut dalam keadaan ketika jantung dan paru tanpa beban kerja yang berat menghasilkan tekanan parsial gas darah arteri (PaO2 dan PaCO2) yang normal. Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas antara organism dengan lingkungan, yaitu pengambilan O 2 dan eliminasi CO2. Respirasi eksternal adalah proses pertukaran O 2 dan CO2 antara darah dan atmosfer, sedangkan respirasi internal adalah proses pertukaran gas antara darah sirkulasi dan sel jaringan. Pertukaran gas memerlukan 4 proses yang mempunyai ketergantungan satu sama lain, yaitu: 1) Proses yang berkaitan dengan volume udara nafas nafas dan distrbusi ventilasi, 2) Proses yang berkaitan dengan volume darah di paru dan distribusi aliran darah, 3) Proses yang berkaitan dengan difusi O 2 dan CO2 dan 3) Proses yang berkaitan dengan regulasi pernafasan (Djojodibroto, 2009). 2009) . Kolapsnya semua atau sebagian paru-paru yang memberikan komplikasi pada banyak masalah pernafasan. Lendir di saluran udara setelah operasi, fibrosis kistik, menghirup benda asing, asma berat dan cedera thorax adalah salah satu penyebab umum atalektasis. Atelektasis terjadi ketika alveoli di paru-paru menjadi kempis. Jumlah jaringan paru yang terlibat dalam atelektasis adalah tergantung dari penyebabnya. Tanda dan gejala juga tergantung dari penyebab yang mendasari dan keterlibatan paru. Atelektasis bisa serius karena mengganggu pertukaran O 2 dan CO2 dalam paru. Pengobatan tergantung pada penyebab dan keparahan dari kolapsnya paru (Lukas, 2010).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi atelektasis? 2. Bagaimana anatomi fisiologi saluran nafas? 3. Apa saja macam-macam atelektasis? 4. Bagaimana etiologi atelektasis? 5. Bagaiamana patofisiologi atelektasis? 6. Bagaimana gejala atelektasis? 7. Bagaimana gambaran radiologis atelektasis? 8. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan atelektasis? 9. Bagaiamana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan atelektasis?
C.
Tujuan
1. Mengetahui definisi atelektasis. 2. Mengetahui anatomi fisiologi saluran nafas. 3. Mengetahui macam-macam atelektasis. 4. Mengetahui etiologi atelektasis. 5. Mengetahui patofisiologi atelektasis. 6. Mengetahui gejala atelektasis. 7. Mengetahui gambaran radiologis atelektasis. 8. Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan atelektasis. 9. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan atelektasis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Atelektasis adalah keadaan ketika sebagian atau seluruh paru mengempis dan tidak mengandung udara (Djojodibroto, 2009). B. Anatomi dn Fisiologi Atelektasis
Saluran pernapasan udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkhiolus. Saluran dari bronkus sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara, laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara. Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci. Struktur trakea dan bronkus dianalogkan sebagai suatu pohon dan oleh karena itu dinamakan pohon trakeobronkial. Bronkus terdiri dari bronkus kiri dan kanan yang tidak simetris, bronkus kanan lebih pendek dan lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea, cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis, percabangan ini berjalan menuju terus menjadi bronkus yang ukurannya sangat kecil sampai akhirnya menjadi bronkus terminalis yaitu saluran udara yang mengandung alveoli, setelah bronkus terminalis terdapat asinus yaitu tempat pertukaran gas. Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, yang terletak dalam rongga dada atau thorak. Kedua paru-paru saling berpisah oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai apek dan basis. Pembuluh darah paru-paru dan bronchial, saraf dan pembuluh darah limfe memasuki tiap paru-paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru-paru. Paru-paru kanan lebih besar daripada paru-paru kiri. Paru-paru kanan dibagi tiga lobus oleh fisura interlobaris, paru-paru kiri dibagi dua lobus. Lobus-lobus tersebut dibagi lagi
menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya. Suatu lapisan yang kontinu mengandung kolagen dan jaringan elastis dikenal sebagai pleura yang melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi setiap paruparu (pleura vesiralis). Peredaran darah paru-paru berasal dari arteri bronkilais dan arteri pulmonalis. Sirkulasi bronchial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru. Arteri bronchial berasal dari aortatorakalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronkus. Vena bronkialis yang besar mengalirkan darahnya ke dalam sistem azigos, yang kemudian bermuara pada vena cava superior dan mengembalikan darah ke atrium kanan. Vena bronkialis yang lebih kecil akan mengalirkan darah vena pulmonalis. Karena sirkulasi bronchial tidak berperan pada pertukaran gas, darah yang tidak teroksigenasi mengalami pirau sekitar 2 sampai 3% curah jantung. Arteri pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan mengalirkan darah vena campuaran keparu-paru di mana darah tersebut mengambil bagian dalam pertukaran gas. Jalinan kapiler paru-paru yang halus mengitari dan menutupi alveolus, merupakan kontak erat yang diperlukan untuk proses pertukaran gas antara alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi kemudian dikembalikan melalui vena pulmonaliske ventrikel kiri, yang selanjutnya membagikan kepada sel-sel melalui sirkulasi sistemik (Price, 2006).
C. Macam-macam Atelektasis 1. Berdasarkan Faktor yang Menimbulkan
a.
Atelektasis Neonatorum Banyak terjadi pada bayi prematur, di mana pusat pernapasan dalam otak tidak matur dan gerakan pernapasan masih terbatas. Faktor pencetus termasuk komplikasi persalinan yang menyebabkan hipoksia intrauter. Pada autopsy, paru tampak kolaps, berwarna merah kebiruan, non crepitant, lembek dan elastis. Yang khas paru ini tidak mampu
mengembang di dalam air. Secara histologis, alveoli mempunyai paru bayi, dengan ruang alveoli kecil yang seragam, dilapisi dindingin septa yang tebal yang tampak kisut. Epitel kubis yang prominem melaposi rongga alveoli dan sering terdapat edapan protein granular bercampur dengan debris amnion dan rongga udara. Atelektasi neonatorum pada sistem, gawat napas, telah di bahas disebelumnya. b. Atelektasis Acquired atau Didapat Atelektasis pada dewasa, termasuk gangguan intratoraks yang menyebabkan kolaps dari ruang udara, yang sebelumnya telah berkembang. Jadi terbagi atas atelektasis absorpsi, kompresi, kontraksi dan bercak. Istilah ini banya menyangkut mekanisme dasar yang menyebabkan paru kolaps atau pada distribusi dari perubahan tersebut. 1)
Altelektasis absorpsi
terjadi jika saluran pernapasan sama sekali tersumbat sehingga udara tidak dapat memasuki bagian distal parenkim. Udara yang telah tersedia secara lambat laun memasuki aliran darah, disertai dengan kolapsnya alveoli. Tergantung dari tingkat obstruksi saluran udara, seluruh paru, merupakan lobus yang lengkap, atau bercak segmen dapat terlibat. Penyebab tersering dari kolaps absorbsi adalah abstruksi bronchus oleh suatu sumbatan mucus. Hal ini sering terjadi pasca operasi. Asma bronchial, bronkiektasis dan bronchitis akut serta kronis, dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis. Dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis, dapat pula menyebabkan obstruksi karena sumbatan
bahan
mukopurulen.
Kadang-kadang
obstruksi
disebabkan oleh aspirasi benda asing atau bekuan darah, terutama pada anak atau selama operasi rongga mulut atau anestesi. Saluran udara dapat juga ter sumbat oleh tumor, terutama karsinoma bronkogenik dengan pembesaran kelenjar getah bening (seperti pada tuberculosis, contohnya) dan oleh aneurisma pembuluh darah.
2)
Atelektasis kompresi
paling sering dihubungkan dengan penimbunan cairan darah atau udara dalam kavum pleura, yang secara mekanis menyebabkan kolaps paru di sebelahnya. Ini adalah kejadian yang sering pada efusi pleura dari penyebab apa pun, namun mungkin yang paling sering dihubungkan dengan hidrotoraks pada payah jantung kongesti. Pneumotoraks dapat juga menyebabkan atelektasis kompresi pada penderita dengan tirah baring dan penderita denan asites, atelaktasis basal menyebabkan posisi diafragma yang lebih tinggi. 3)
Atelektasis kontraksi
terjadi bila perubahan fibrosis pada paru dan pleura yang menghambat ekspensi dan meningkatkan daya pegas pada ekspirasi. 4)
Atelektasis bercak
berarti adanya daeah kecil-kecil dari kolaps paru, sepeti terjadi pada obstruksi bronkioli yang multiple karena sekresi atau eksudat pada kedua sindrom gawat napas orang dewasa dan bayi.
Pada sebagian kecil kasus, atelektasis terjadi karena
patogenesis tertentu yang menyertai jelas pada dinding dada. Atelektasis didapat (acquired) dapat akut atau kronis. Biasanya timbul karena sumbatan mucus yang relatif akut, yang menjadi manifest karena mendadak timbul sesak napas. Memang peristiwa sesak napas akut dalam 48 jam setelah satu prosedur pembedahan, hampir selalu didiagnosis sebagai atelektasis. 2. Berdasarkan luasnya atelektasis
a.
Massive atelectase, mengenai satu paru
b.
Satu lobus, percabangan main bronchus
Gambaran khas yaitu inverted S sign → tumor ganas bronkus dengan atelectase lobus superior paru.
1)
Satu segmen → segmental atelectase
2)
Platelike atelectase, berbentuk garis
Misal : Fleischner line → oleh tumor paru Bisa juga terjadi pada basal paru → post operatif 3. Berdasarkan lokasi atelektasis
a.
Atelektasis lobaris bawah: bila terjadi dilobaris bawah paru kiri, maka akan tersembunyi dibelakang bayangan jantung dan pada foto thorak PA hamya memperlihatkan diafragma letak tinggi.
b.
Atelektasis lobaris tengah kanan (right middle lobe) . Sering disebabkan peradangan atau penekanan bronkus oleh kelenjar getah bening yang membesar.
c.
Atelektasis lobaris atas (upper lobe): memberikan bayangan densitas tinggi dengan tanda penarikan fissure interlobaris ke atas dan trakea ke arah atelektasis.
d.
Atelektasis segmental: kadang-kadang sulit dikenal pada foto thoraj PA, maka perlu pemotretan dengan posisi lain seperti lateral, miring (obligue) , yang memperlihatkan bagian uang terselubung dengan penarikan fissure interlobularis.
e.
Atelektasis
lobularis (plate
like/atelektasis
local) .
Bila
penyumbatan terjadi pada bronkus kecil untuk sebagian segmen paru, maka akan terjadi bayangan horizontal tipis, biasanya dilapangan paru bawah yang sering sulit dibedakan dengan proses fibrosis. Karena hanya sebagian kecil paru terkena, maka biasanya tidak ada keluhan. f.
Atelektasis pada lobus atas paru kanan. Kolaps pada bagian ini meliputi bagian anterior, superior dan medial. Pada foto thorak PA tergambarkan dengan fisura minor bagian superior dan mendial yang mengalami pergeseran. Pada foto lateral, fisura mayor bergerak ke depan, sedangkan fisura minor dapat juga mengalamai pergeseran ke arah superior.
D. Etiologi
Etiologi terbanyak dari atelektasis adalah terbagi dua yaitu intrinsik dan ekstrinsik. 1. Etiologi intrinsik atelektasis adalah sebagai berikut : a.
Bronkus yang tersumbat, penyumbatan bias berasal di dalam bronkus seperti tumor bronkus, benda asing, cairan sekresi yang massif. Dan penyumbatan bronkus akibat panekanan dari luar bronkus seperti tumor sekitar bronkus, kelenjar yang membesar.
b.
Peradangan intraluminar airway menyebabkan penumpukan sekret yang berupa mukus.
c.
Tekanan ekstra pulmonary, biasanya diakibatkan oleh pneumothorah, cairan pleura, peninggian diafragma, herniasi alat perut ke dalam rongga thorak, tumor thorak seperti tumor mediastinum.
d.
Paralisis atau paresis gerakan pernapasan, akan menyebabkan perkembangan paru yang tidak sempurna, misalkan pada kasus poliomyelitis dan kelainan neurologis lainnya. Gerak napas yang terganggu akan mempengaruhi lelancaran pengeluaran sekret bronkus dan ini akan menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir dengan memperberat keadaan atelektasis.
e.
Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma thorak yang menahan rasa sakit, keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret bronkus yang dapat memperberat terjadinya atelektasis
2. Etiologi ekstrinsik atelektasis: a. Pneumothoraks b. Tumor c. Pembesaran kelenjar getah bening. d. Pembiusan (anestesia)/pembedahan e. Tirah baring jangka panjang tanpa perubahan posisi f. Pernafasan dangkal
g. Penyakit paru-paru (Rasad, 2009). E. Patofisiologi
1. Sindroma Lobus Medialis Sindroma lobus medialis merupakan atelektasis jangka panjang, dimana lobus media (tengah) dari paru-paru kanan mengkerut. Penyebabnya biasanya adalah penekanan bronkus oleh suatu tumor atau pembesaran kelenjar getah bening. Paru-paru yang tersumbat dan mengkerut, dapat berkembang menjadi pneumonia yang tidak dapat sembuh total dan peradangan kronis, jaringan parut dan bronkiektasis. 2. Atelektasis Percepatan Atelektasis percepatan biasanya terjadi pada pilot pesawat tempur. Penerbangan dengan kecepatan tinggi akan menutup saluran pernafasan yang kecil, menyebabkan alveoli (kantong udara kecil di paru-paru) menciut. 3. Mikroatelektasis Tersebar Atau Terlokalisasi Pada keadaan ini, sistem surfaktan paru-paru terganggu. Surfaktan adalah zat yang melapisi alveoli dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan, sehingga mencegah pengkerutan. Bila bayi prematur kekurangan surfaktan, mereka akan mengalami sindroma gawat pernafasan. Orang dewasa juga bisa mengalami mikroatelektsis karena: a. Terapi oksigen yang berlebihan b. Infeksi berat dan luas (sepsis) c. Faktor lainnya yang merusak lapisan alveoli. 4. Atelektasis Resorbsi Karena obstruksi saluran nafas sehingga dapat menghambat udara mencapai jalan nafas bagian distal. Udara yang terjebak di saluran nafas atas menyebabkan alveoli menjadi kolaps dan dapat mengenai seluruh paru, satu lobus, tergantung tingkat obstruksinya. Penyebab tersering obstruksi bronkus oleh sumbatan mukopurulen atau mukus (sering pada pasca operasi walaupun juga menjadi penyulit asma bronkial, brokiektasis,
bronkitis kronis). Obstruksi kadang oleh aspirasi benda asing pada anakanak, bekuan darah saat bedah mulut, anestesi, karsinoma bronkogenik, pembesaran kelenjar getah bening pada TB. 5. Atelektasis Kompresi Berkaitan dengan penimunan cairan, darah, udara dalam cavum pleura sehingga alveoli yang ada didekatnya menjadi terdesak kemudian menjadi kolaps secara mekanis. Etiologi pada efusi pleura, gagal jantung kompresi, bisa juga karena pneumothorak. Atelektasis basal akibat posisi diafragma meninggi sering pada pasien tirah baring, asites, selama dan pasca bedah (Lukas, 2010).
F.
Manifestasi Klinis
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas yang ringan. Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala sama sekali,walaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek. Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung, kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah). Gejala klinis sangat bervariasi, tergantung pada sebab dan luasnya atelektasis. Pada umumnya atelektasis yang terjadi pada penyakit tuberculosis, limfoma, neoplasma, asma dan penyakit yang disebabkan infeksi misalnya bronchitis, bronkopmeumonia, dan pain-lain jarang menimbulkan gejala klinis yang jelas, kecuali jika ada obstruksi pada bronkus utama. Jika daerah atelektsis itu luas dan terjadi sangat cepat akan terjadi dipsneu dengan pola pernapasan yang cepat dan dangkal, takikardi dan sering sianosis, temperatur yang tinggi, dan jika berlanjut akan menyebabkan penurunan kesadaran atau syok. Pada perkusi redup dan mungkin pula normal bila terjadi emfisema kompensasi. Pada atelektasis yang luas, atelektasis yang melibatkan lebih dari satu lobus, bising nafas akan melemah atau sama sekali tidak terdengar, biasanya didapatkan adanya perbedaan gerak dinding thorak, gerak sela iga dan
diafragma. Pada perkusi mungkin batas jantung dan mediastinum akan bergeser, letak diafragma mungkin meninggi (Harrison, 2008).
G. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan klinis dan gambaran radiologis yang jelas dariberkurangnya ukuran paru-paru (digambarkan dengan adanya penarikan tulang iga, peninggian diafragma, penyimpangan dari trakea, jantung dan mediastinum dan sela lobus kehilangan udara,di celah interlobus menjadi bergeser atau tidak pada tempatnya, dan densitas pada lobus menjadi lebih opaq, seperti pada bronkus, pembuluh darah kelenjar limfe menjadi tidak beraturan. Danpemeriksaan khusus misalnya dengan bronkoskopi dan bronkografi, dapat dengan tepat menetukan cabang bronkus yang tersumbat (Rasad, 2009).
H. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali mengembangkan jaringan paru yang terkena. Tindakan yang biasa dilakukan: 1.
Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa mengembang
2. Menghilangkan
penyumbatan,
baik
melalui
bronkoskopi
maupun
prosedur lainnya 3.
Latihan menarik nafas dalam (spirometri insentif)
4. Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak 5.
Postural drainase
6.
Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
7.
Pengobatan tumor atau keadaan lainnya.
8.
Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paruparu yang terkena mungkin perlu diangkat
Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut ataupun kerusakan lainnya (Mayo, 2010).
I.
Komplikasi
Atelektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yangterserang dengan jaringan fibrosis dan juga atelektasis dapat menyebabkan pirau (jalan pengalihan) intrapulmonal (perfusi ventilasi) dan bila meluas, dapat menyebabkan hipoksemia.
BAB III Penutup
Atelektasis merupakan suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat mengembang secara sempurna, tepatnya pada alveolus/alveoli paru yang tidak mengandungudara.Etiologi atelektasis merupakan akibat suatu kelainan paru yang dapat disebabkan bronkusyang tersumbat, tekanan ekstra pulmonary, paralisis, hambatan gerak pernafasan oleh efusipleura. Pada umumnya atelektasis yang terjadi pada penyakit tuberculosis, limfoma, neoplasma,asma dan penyakit yang disebabkan infeksi misalnya bronchitis, bronkopmeumonia, dan lain-lain jarang menimbulkan gejala klinis yang jelas, kecuali jika ada obstruksi pada bronkus utama.Jika daerah atelektsis itu luas dan terjadi sangat cepat akan terjadi dispnea dengan pola pernapasan yang cepat dan dangkal, takikardi dan sering sianosis, temperatur yang tinggi, danjika berlanjut akan menyebabkan penurunan kesadaran atau syok.
DAFTAR PUSTAKA
Djojodibroto, Darmanto., 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Harrison., 2008. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam . Yogyakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Lukas., 2010. Atelektasis. Kesehatan Milik Semua : Pusat Informasi Penyakit dan Kesehatan . Penyakit Paru dan Saluran Pernafasan. www.infopenyakit.com
Mayo., 2010. Dasar-dasar Atelektasis . Mayo Foundation untuk Pendidikan dan Penelitian Medis.www.mayo.com
Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson.2006. Patofisologi edisi 6,vol.2. Penerbit buku kedokteran.EGC.Jakarta.
Rasad Sjahriar., 2009. Radiologi Diagnostik . Jakarta: balai penerbit FKUI