1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lebih dari 355 juta orang di dunia ternyata menderita penyakit rematik. Itu berarti, setiap enam orang di dunia ini satu di antaranya adalah penyandang rematik. Namun, sayangnya pengetahuan tentang penyakit rematik belum tersebar secara luas. Sehingga banyak mitos yang keliru beredar di tengah masyarakat yang justru menghambat penanganan penyakit itu. Hal yang perlu jadi perhatian adalah angka kejadian penyakit rematik ini yang relatif tinggi, yaitu 1-2 persen dari total populasi di Indonesia. Pada tahun 2004 lalu, jumlah pasien rematik ini mencapai 2 Juta orang, dengan perbandingan pasien wanita tiga kali lebih banyak dari pria (Nugroho, 2012). Penderita arthritis rheumatoid di seluruh dunia telah mencapai angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita rheumatoid. Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan bahwa 20%, penduduk dunia terserang penyakit arthritis rheumatoid. Dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun (Wiyono, (W iyono, 2010). Arthritis rheumatoid memang lebih sering dialami oleh lansia, untuk itu perlu perawatan dan perhatian khusus bagi b agi lansia dengan arthritis ar thritis rheumatoid. Kedudukan dan peranan orang lansia dalam masyarakat dianggap sebagai
2
orang yang harus dihormati dan dihargai apalagi dianggap memiliki prestise yang tinggi dalam masyarakat menjadikan secara psikologis lebih sehat secara mental. Perasaan diterima oleh orang lain akan mempengaruhi tanggapan mereka dalam memasuki hai tua, dan berpengaruh pula kepada derajat kesehatan lansia (Fitriani, 2009). Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (Aging Struktured Population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah penduduk lanjut usia (lansia)nya sebanyak 7 % adalah di pulau Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini antara lain disebabkan tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat. Oleh karenanya kebutuhan akan asuhan keperawatan meningkat terutama didaerah perkotaan dimana lansia sekarang mayoritas berdomisisli didaerah perkotaan (Menkokesra, 2008). Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan Penyakit persendian. Salah satu dari golongan Penyakit persendian yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal adalah Arthritis Rheumatoid (Fitriani, 2009)
3
Penyakit Rheumatoid Arthritis yang biasa disebut artritis (radang sendi) dan dianggap sebagai satu keadaan sebenarnya terdiri atas lebih dari 100 tipe kelainan yang berbeda. Penyakit ini terutama mengenai otot – otot skelet, tulang, ligamentum, tendon dan persendian pada laki – laki maupun wanita dengan segala usia. Sebagian gangguan lebih besar kemungkinannya untuk terjadi pada suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien atau lebih menyerang jenis kelamin yang satu dibandingkan lainnya. Dampak keadaan ini dapat mengancam
jiwa
penderitanya
atau
hanya
menimbulkan
gangguann
kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh penyakit Rheumatoid Arthritis tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari – hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas tetapi dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri. Keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur (Kisworo, 2008) Lebih lanjut keadaan ini bisa bersifat akut atau insidius, dan perjalanan penyakitnya dapat ditandai oleh periode remisi (suatu periode ketika gejala penyakit berkurang atau tidak terdapat) dan eksaserbasi (suatu periode ketika gejala penyakit terjadi atau bertambah berat). Terapi dapat sangat sederhana dan bertujuan untuk melokalisaasi rasa nyeri, atau dapat kompleks dan dimaksudkan untuk mengurangi efek sistemiknya. Perubahan yang permanent dapat terjadi akibat penyakit ini. Arthritis rheumatoid merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan. Biasanya terdapat banyak tanda-tanda fisik. Insiden puncak dari arthritis rheumatoid terjadi pada umur dekade ke
4
empat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada lakilaki (Nugroho, 2008). Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY et al 2008, prevalensi nyeri rematik di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini menunjukkan bahwa rasa nyeri akibat rematik sudah cukup mengganggu aktivitas masyarakat Indonesia, terutama mereka yang memiliki aktivitas sangat padat di daerah perkotaan seperti mengendarai kendaraan di tengah arus kemacetan, duduk selama berjam-jam tanpa gerakan tubuh yang berarti, tuntutan untuk tampil menarik dan prima, kurangnya porsi berolah raga, serta faktor bertambahnya usia. Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan kepada lansia, sebagai pendidik kesehatan dan sebagai fasilitator agar pelayanan kesehatan mudah dijangkau dan perawat dengan mudah dapat menampung permasalahan yang dihadapi lansia serta membantu mencarikan jalan pemecahannya, misalnya mengajarkan kepada lansia untuk mencegah agar tidak terjadi penyakit Artritis Rhematoid (Nugroho, 2008).
5
Dibawah ini adalah frevalensi jumlah penyakit yang di derita lansia di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut. Tabel 1.1 Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut Periode Maret – juni 2014 No Nama Penyakit Jumlah 1 Rhematoid arthritis 42 2 Hipertensi 18 3 Gastritis 8 4 katarak 7 5 Stroke 6 6 Alergi 4 7 Asma 2 8 Anemia 2 9 PPOM 1 10 Hernia 1 Sumber laporan periode Maret-juni 2014, Rumah Perlindungan sosial Tresna
Werdha Garut Berdasarkan data diatas ternyata Rheumatoid arthritis merupakan penyakit yang paling banyak dialami oleh lansia yang ada di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut. Selain itu Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit yang akan memberikan dampak terhadap keseimbangan sistem tubuh lansia diantaranya adalah gangguan rasa nyaman nyeri, gangguan aktivitas fisik, gangguan personal hygiene lingkungan, gangguan rasa cemas serta resiko terjadinya cedera. Peran perawat tentunya akan sangat penting dalam mencegah dan mengatasi komplikasi pada penderita Rheumatoid arthritis dikarenakan memerlukan asuhan keperawatan yang komprehensif serta didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.
6
Melihat begitu kompleksnya masalah yang diakibatkan oleh penyakit ini, maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal dengan sub masalah yang menonjol yaitu Rhematoid Artritis, dan mendokumentasikannya dalam bentuk karya tulis yang berjudul :
“ASUHAN
KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn. S
DENGAN GANGGUAN
SISTEM
MUSKULOSKELETAL
SEHUBUNGAN DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS PADA KATZ INDEKS A DI RUANG ANGGREK RUMAH PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA GARUT “.
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan yang diharapkan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah: 1. Tujuan Umum Penulis mendapat pengalaman nyata dan mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan Gerontik secara langsung dan komprehensif yang meliputi
aspek
bio-psiko-sosial-spiritual
dengan
pendekatan
proses
keperawatan pada Tn. S secara optimal. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi serta dapat melaksanakan pengkajian status kesehatan fisik, psikologi, social, kultural dan spiritual yang meliputi penyebab masalah kesehatan dan masalah keperawatan pada Tn. S sehingga tanda gejala serta komplikasi dapat dicegah sedini mungkin.
7
b. Mengidentifikasi hasil analisa data yang diperoleh dan menyusun diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. S . c. Mengidentifikasi serta menyusun rencana tindakan keperawatan secara langsung dan komprehensif pada Tn. S. d. Mengidentifikasi serta melaksanakan tindakan keperawatan dalam rangka
memandirikan
klien
dalam
melaksanakan
tugas
asuhan
keperawatan pada Tn. S. e. Mengidentifikasi hasil evaluasi yang berhasil dilakukan dan dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Tn. S. f. Sebagai dokumentasi asuhan keperawatan.
C. METODE PENULISAN
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, prioritas masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dan tehnik penulisan yang digunakan antara lain : 1. Wawancara Wawancara merupakan pembicaraan terarah yang dilakukan bertatap muka secara langsung.wawancara untuk memperoleh data dapat dilakukan secara formal yaitu pada saat melakukan pengambilan riwayat kesehatan secara langsung terhadap klien,sedangkan wawancara informal yaitu pada saat melakukan implementasi keperawatan yang memungkinkan klien memberikan informasi tentang permasalahan kesehatan yang mungkin ada.
8
a) Klien Untuk
mendapatkan
informasi
tentang
biografi,
tingkat
pengetahuan klien, status kesehatan keluarga, status kesehatan anggota keluarga, masalah – masalah kesehatan maupun keperawatan serta kesulitan – kesulitan yang dihadapi klien untuk meningkatkan kesehatannya. b) Petugas kesehatan dan petugas dinas social rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut. 2. Observasi Pengamatan yang dilakukan terhadap klien baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data, dimana penulis ikut serta memberikan asuhan keperawatan gerontik melalui pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. 3. Pemeriksaan Fisik Dilakukan dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi sehingga didapatkan data yang objektif tentang status kesehatan klien. 4. Studi dokumentasi Pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan yang ada dan laporan dari tenaga kesehatan dan sekalisus mempelajari buku-buku atau referensi yang berguna untuk memperoleh dasar-dasar teori yang berhubungan dengan arthritis serta permasalahannya sehingga dapat digunakan untuk landasan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien.
9
5. Studi kepustakaan Hal ini dilakukan dalam rangka mendapatkan landasan teoritis yang berkaitan dengan kasus yang dihadapi, sehingga dapat membandingkan teori yang didapat dengan fakta yang ada di lahan praktek, diperoleh kesenjangan, mencari penyebab dan pemecahan masalah.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai penyusunan karya tulis ilmiah ini, maka penulis menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari empat Bab yaitu BAB I
: PENDAHULUAN
Berisi
yang
meliputi
latar
belakang,
tujuan
Penulisan, metode penulisan, serta sistematika penulisan. BAB II
: TUJUAN TEORITIS
Berisi
tentang
tinjauan
teori
yang
meliputi
pengertian Lansia, Batasan Lanjut Usia, Tipe-tipe Lanjut usia, Mitos-mitos Lansia, Proses Menua, teori-teori proses menua serta perubahan yang terjadi pada lansia, selain itu juga pengertian arthritis reumatoid, tanda dan gejala, faktor yang mempengaruhi arthritis reumatoid, patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan dan Asuhan Keperawatan Gerontik dengan masalah.
10
Artritis.rheumatoid
meliputi
pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. BAB III
: TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang tinjauan laporan kasus dengan pendekatan proses keperawatan dari nilai pengkajian, perencanaan, perkembangan.
pelaksanaan, Pembahasan
evaluasi
dan
catatan
menguraikan
tentang
kesenjangan antara kasus dan konsep / teori. BAB IV
: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berisi tentang kesimpulan dari asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan dan rekomendasi yang bersifat operasional terhadap masalah yang ditemukan dalam melakukan asuhan keperawatan.