I B A
LATAR BELAKANG Perencanaan merupakan bagian dari daur kegiatan manajemen yang berhubungan dengan pengambilan keputusan baik jangka pendek, menengah maupun panjang untuk masa depan yang dilakukan secara terus menerus (kontinu) dengan melihat dan mengidentifikasi keadaan yang terjadi pada masa lalu dan saat ini. Dalam UU No. 26 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, juga disebutkan bahwa dalam penataan ruang terdapat 3 (tiga) tahapan yang perlu dilakukan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. pengendalian. Hal ini menandakan bahwa perencanaan menjadi salah satu unsur yang sangat penting dalam pengembangan dan pembangunan suatu wilayah atau kota. Perencanaan sendiri terdiri dari beberapa tahapan. Salah satu tahapan dasar dalam melakukan perencanaan khususnya dalam lingkup wilayah dan kota yaitu berupa proses perencanaan yang meliputi meliput i pengenalan wilayah dan pengumpulan data. Pengenalan wilayah menjadi hal yang sangat penting untuk mengidentifikasi permasalahan dan potensi wilayah baik dari aspek fisik, sosial, ekonomi maupun sistem aktivitas masyarakat di wilayah tersebut. Selain itu, pengumpulan data juga menjadi hal yang tidak kalah penting karena merupakan bagian dari pengenalan wilayah dan berguna untuk memastikan keakuratan hasil dari pengenalan wilayah secara kasat mata. Proses perencanaan yang dilakukan pada studio proses perencanaan perencanaan kali ini dibagi menjadi 3 ruang lingkup yaitu makro, meso dan mikro. Ketiga ruang lingkup tersebut memiliki keterkaitan dan hubungan yang sangat erat sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan planning support system system yang merupakan salah satu tujuan dari Studio Proses Perencanaan ini. Adapun Proses perencanaan perencanaan ini berfokus di wilayah JKW yang terdiri dari Kecamatan Juwangi, Wonosegoro dan Kemusu yang berada di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Berdasarkan RTRW Kabupaten Boyolali Tahun 2011-2031, Kecamatan Juwangi, Kemusu dan Wonosegoro akan dikembangkan kawasan peruntukan industri besar, menengah dan kecil. Industri-industri tersebut mulai berkembang sedikit demi sedikit di wilayah JKW, bahkan akan dibangun industri semen di Desa Cerme Kecamatan Juwangi. Wilayah JKW sendiri masih didominasi oleh lahan terbuka seperti hutan, tegalan, sawah dan lainnya sehingga Studio Proses Perencanaan E |
B
I B A wilayah JKW memiliki potensi sumber daya alam yang sangat melimpah. Akan tetapi, potensi sumber daya alam di wilayah JKW berbeda satu sama lain. Misalnya di Kecamatan Juwangi dan Kemusu memiliki potensi sumber daya alam dengan komoditas unggulan berupa ubi kayu, sedangkan Kecamatan Wonosegoro memiliki komoditas unggulan berupa jagung. Selain itu wilayah JKW juga memiliki potensi pariwisata seperti wisata Kedung Ombo di Kecamatan Kemusu dan wisata Kedung Goro di Kecamatan Wonosegoro. Akan tetapi minimnya akses dan buruknya infrastruktur membuat potensi JKW baik dalam pengembangan industri, hasil pertanian maupun pariwisata belum berjalan secara maksimal. Wilayah JKW juga masih memiliki keanekaragaman potensi lain yang belum dikembangkan dan terhambat oleh beberapa masalah lainnya. Hal inilah yang menjadi dasar bagi kami untuk melakukan proses perencanaan di wilayah tersebut. Wilayah JKW yang masih dianggap menjadi wilayah yang tertinggal diantara wilayah lainnya di Kabupaten Boyolali juga menjadi tantangan tersendiri bagi kami untuk lebih dapat mengenali karakteristik, mengembangkan potensi dan mengatasi masalah yang ada di wilayah wilayah JKW serta memberikan gagasan perencanaan sehingga wilayah JKW dapat setara dengan wilayah lainnya.
TUJUAN DAN SASARAN TUJUAN Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik gambaran umum wilayah studi perencanaan, perencanaan, khusunya di Kecamatan Juwangi, Kecamatan Kemusu dan kecamatan Wonosegoro. Serta juga bertujuan untuk memahami potensi dan permasalahan permasalaha n yang ada di wilayah perencanaan yaitu di Kecamatan Juwangi, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Wonosegoro. Sehingga nantinya laporan studio proses perencanaan ini dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan studio perencanaan wilayah dan studio peencanaan kota.
Studio Proses Perencanaan E |
B
I B A B
SASARAN Sasaran yang ingin dicapai dalam studio proses perencanaan di wilayah JKW (kecamatan Juwangi, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Wonosegoro) Wonosegoro) diantaranya yaitu : a. Mengenal wilayah perencanaan JKW (Kecamatan Juwangi, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Wonoseg W onosegoro). oro). b. Mengidentifikasi aspek fisik, ekonomi, ekonomi, serta aspek sosial sosial yang ada di wilayah perencanaan JKW (Kecamatan Juwangi, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Wonoseg W onosegoro). oro). c. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan permasalahan terkait aspek fisik, ekonomi serta aspek sosial yang ada di wilayah perencanaan JKW (Kecamatan Juwangi, Kecamatan Kemusu dan Kecamatan Wonosegoro) sebagai dasar dalam menentukan gagasan perencanaan. d. Menentukan gagasan awal perencanaan (kebutuhan kebutuhan pembangunan) berbasis kepada identifikasi dan pemahaman terhadap potensi dan permasalahan yang terdapat di wilayah perencanaan untuk konteks perencanaan wilayah maupun perencanaan kota.
Studio Proses Perencanaan E |
I B A
RUANG LINGKUP RUANG LINGKUP WILAYAH Makro Wilayah studi makro studio proses perencanaan ini adalah Kabupaten Boyolali dan kabupaten kabupaten atau Kota lain yang terletak di sekitarnya. Wilayah studi makro meliputi Kabupaten Boyolali, Grobogan, Sragen, Karanganyar, Sukoharjo, Klaten, Sleman, Magelang, Semarang, dan kota Salatiga, Surakarta, Magelang.
Gambar 1. 1 Peta Wilayah Studi Makro Sumber: Hasil Olahan Kelompok Studio E, 2017
Penentuan wilayah makro didasarkan pada keterkaitan kabupaten Boyolali dengan kabupaten-kabupaten lainnya berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Boyolali. Keterkaitan tersebut dikaitkan dengan aspek-aspek yang dibahas pada laporan ini. Oleh karena itu, wilayah makro ini meliputi 12 Kabupaten.
Studio Proses Perencanaan E |
B
I B A B
Meso Wilayah studi meso studio proses perencanaan ini adalah seluruh kecamatan di Kabupaten Boyolali dan kecamatan-kecamatan kecamatan-kecamatan yang berbatasan langsung dengan kecamatan Juwangi, Kemusu, dan Wonosegoro. Wilayah studi meso meliputi Kecamatan Ampel, Selo, Cepogo, Musuk, Boyolali, Mojosongo, Teras, Banyudono, Sawit, Ngemplak, Simo, Sambi, Nogosari, Karanggede, Klego, Andong, Juwangi, Kemusu, Wonosegoro, Suruh, Bancak, Miri, Kedungjati, Karangrayung, Karangrayung, Geyer.
Gambar 1. 2 Peta Wilayah Studi Meso Sumber: Hasil Olahan Kelompok Studio E, 2017
Penentuan wilayah meso didasarkan pada keterkaitan 3 kecamatan wilayah mikro dengan kecamtan-kecamatan lainnya yang ada di kabupaten Boyolali dan kecamatan-kecamatan lainnya yang berbatasan langsung dengan wilayah mikro. Keterkaitan tersebut dikaitkan dengan aspek-aspek yang dibahas pada laporan ini. Oleh karena itu, wilayah meso ini meliputi 23 kecamatan.
Studio Proses Perencanaan E |
I B A B
Mikro Wilayah studi mikro studio proses perencanaan ini adalah Kecamatan Juwangi, Kemusu, dan Wonosegoro dengan unit terkecil adalah desa. Wilayah ini terdiri dari 41 desa dengan 13 desa berada di Kecamatan Kemusu, Kemusu , 18 desa di Kecamatan Wonosegoro, dan 10 desa di Kecamatan juwangi.
Gambar 1. 3 Peta Wilayah Studi Mikro Sumber: Hasil Olahan Kelompok Studio E, 2017
Studio Proses Perencanaan E |
I B A B
Perkotaan Wilayah studi studio proses perencanaan yang termasuk dalam kawasan perkotaan pada wilayah studi mikro meliputi kawasan perkotaan Juwangi dan Kawasan Perkotaan Wonosegoro. Kawasan Perkotaan Juwangi terdiri dari Juwangi dan Pilangrejo (desa yang bersifat kota). Sedangkan kawasan perkotaan Wonosegoro terdiri dari Wonosegoro dan Ketoyan (desa yang bersifat kota ).
Gambar 1. 4 Peta Wilayah Studi Kawasan Perkotaan Sumber: Kelompok Studio E Proses Perencanaan, 2017
Penentuan Kawasan Perkotaan di Kecamatan Juwangi, Kecamatan Wonosegoro dan Kecamatan Kemusu berdasarkan kepada klasifikasi dalam hal kepadatan penduduk, presentase rumah tangga pertanian, dan keberadaan / akses pada fasilitas perkotaan, yang dimiliki suatu desa / kelurahan untuk menentukan status perkotaan dari suatu desa / kelurahan di ketiga Kecamatan tersebut. Fasilitas yang dimaksud meliputi : Sekolah Taman Kanak – Kanak (TK) Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum Pasar Pertokoan
Studio Proses Perencanaan E |
I B A Bioskop Rumah Sakit Hotel/ Bilyar/ Panti Pijat/ Salon Presentase Rumah Tangga yang menggunakan Telepon Presentase Rumah Tangga yang menggunakan Listrik.
Berdasarkan Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia dari Badan Pusat Statistik tahun 2010 di dapatkan kesimpulan bahwa dari 41 desa / kelurahan yang ada di Kecamatan Juwangi, Kecamatan Kemusu, dan Kecamatan Wonosegoro hanya 2 desa / kelurahan yang bersifat perkotaan sedangkan yang lain masih bersifat perdesaan. Hal ini ditentukan oleh aspek – aspek yang dimiliki oleh Ketoyan & Juwangi telah memenuhi kriteria sehingga termasuk sebagai klasifikasi perkotaan. Akan tetapi, setelah dilakukan interpretasi terhadap tata guna lahan didapatkan 2 kelurahan lain yang memiliki ciri perkotaan, yaitu Kelurahan Wonosegoro di Kecamatan Wonosegoro dan Kelurahan Pilangrejo di Kecamatan Juwangi. Selain itu, ketersediaan fasilitas juga menjadi salah satu faktor pendukungnya, Kelurahan Wonosegoro merupakan pusat pemerintahan Kecamatan, sementara Pilangrejo merupakan salah satu kelurahan padat permukiman dan fasilitas pelayanan dan penunjang di Kecamatan Juwangi. Dengan munculnya sifat perkotaan tentunya akan memunculkan implikasi terkait konstelasi-konstelasi atau keterkaitan yang terjadi baik itu antar desa / kelurahan, antar kecamatan, maupun dalam kecamatan tersebut seperti berkaitan dengan pelayanan yang ada meliputi pendidikan, perdagangan-jasa, perdagangan-jasa, hiburan, jaringan transportasi yang nantinya juga akan terjadi efek timbal balik antara wilayah yang berinteraksi tersebut. Dengan adanya desa yang bersifat perkotaan yang juga dijadikan pusat pertumbuhan, hal ini diharapkan desa di sekitarnya turut terpengaruh dan terpicu untuk maju dan berkembang.
Studio Proses Perencanaan E |
B
I B A
RUANG LINGKUP MATERI Ruang lingkup materi pada laporan ini membahas tentang suatu proses perencanaan sebaiknya melalui siklus perencanaan yang dimulai dari tahap identifikasi, pengumpulan data hingga pengambilan keputusan. Dengan menggunakan siklus perencanaan diharapkan dapat menghasilkan rencana, strategi dan rekomendasi yang jelas sehingga dapat menyelesaikan masalah dengan tuntas. Adapun Adapun substansi yang dibahas antara lain: A. Kondisi geografis, geografis, ekologis dan potensi potensi sumberdaya sumberdaya alamiah dan lingkungan, B. Kebijakan pemerintah dan pengorganisasian wilayah, serta kelembagaan kelembagaan masyarakat masyarakat dan pemerintah C. Demografi, angkatan kerja dan potensi sumberdaya sumberdaya manusia, manusia, D. Tata guna lahan, E. Infrastruktur dan fasilitas pembangunan pembangunan wilayah, F. Perekonomian wilayah, G. Aspek sosial, sosial, kemiskinan kemiskinan dan dan ketidaksetaraan ketidaksetaraan antar wilayah, wilayah, dan dan H. Sistem permukiman permukiman dan/atau aktivitas, keterkaitan keterkaitan dan interaksi interaksi antar-wilayah.
Studio Proses Perencanaan E |
B
I B A
KERANGKA KERJA
Diagram 1. 1 Kerangka Kerja Permasalahan Sumber: Hasil Analisis Kelompok Studio E, 2017
Studio Proses Perencanaan E |
B
I B A
METODE ANALISIS Metode analisis dalam pelaksanaan studi dilakukan dengan beberapa tahap, mulai dari penentuan wilayah hingga penyajian data. Proses ini disusun untuk dijadikan aturan yang berlaku saat melakukan kegiatan lapangan dengan tujuan yang akan dicapai dapat terealisasikan dengan baik. Berikut beberapa tahapan proses pelaksanaan studi. Penentuan Fokus Area Penentuan wilayah fokus area bertujuan untuk memfokuskan pembahasan pembahasan identifikasi potensi dan masalah pada wilayah fokus f okus area. Penentuan wilayah fokus area juga terkait dengan penentuan wilayah perkotaan dan juga pedesaan pada wilayah studi. Selain itu juga berkaitan dengan perkembangan daerah pada wilayah studi yang meliputi wilayah makro, meso dan mikro. Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan cara untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Dalam mengumpulkan data maka perlu diperhatikan teknik pengumpulan data sesuai dengan data yang dibutuhkan. Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang nantinya akan disajikan dalam bentuk peta. Adapun teknik pengumpulan pengumpulan data sebagai berikut: a. Kuesioner Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dengan menyebar pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk mendapatkan informasi tentang wilayah studi sesuai dengan kebutuhan informasi dari masing-masing aspek. Tujuan dari penyebaran kuesioner ini adalah mendapatkan informasi selengkap-lengkapnya terkait dengan fokus area wilayah studi. b. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara bertanya secara langsung dengan responden yang dituju untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari respoden tersebut secara lebih kompleks. Narasumber yang dipilih merupakan narasumber yang dianggap memiliki pengetahuan lebih terhadap kondisi daerah fokus area di wilayah studi. Contoh dari narasumber untuk wawancara ini Studio Proses Perencanaan E |
B
I B A seperti Camat, Lurah, tokoh masyarakat, pedagang, petani dan peternak. c. Observasi Lapangan Observasi lapangan merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang terjun secara langsung ke lapangan untuk melihat kondisi eksisting fisik daerah fokus area yang ada di Kecamatan Juwangi, Kemusu dan Wonosegoro. Selain hanya melihat kondisi lapangan, dalam teknik ini juga melakukan dokumentasi atau pengambilan foto fisik di seluruh desa yang menjadi daerah fokus di fokus area. Pengambilan foto itu ditujukan untuk membandingkan membandingkan sarana dan prasarana di setiap desa yang kondisinya baik dan buruk. d. Telaah Dokumen Pengumpulan data jenis ini merupakan teknik pengumpulan pengumpulan data dengan cara mencari kajian literatur d an mencari informasi dari dokumen-dokumen tentang sosial, ekonomi dan lingkungan wilayah studi. Bentuk dari pengumpulan data ini merupakan telaah dokumen ini bersifat sekunder. e. Pemetaan Pemetaan digunakan untuk mencari infomasi yang berhubungan dengan spasial atau keruangan pada daerah fokus area di wilayah studi. Pemetaan juga digunakan untuk menandai lokasi sarana dan prasarana serta Tata Gua Lahan yang ada di daerah fokus area di Kecamatan Juwangi, Kemusu dan Wonoseg W onosegoro. oro. Pengolahan Data Setelah selesai pada tahap pengumpulan data maka dilanjutkan pada tahap pengolahan data. Pengolahan data bertujuan agar dapat memperoleh informasi penting berdasarkan hasil pengumpulan data. Dalam melakukan pengolahan data terdapat beberapa tahapan, diantaranya adalah: a. Tahap Pertama Klasifikasi data berdasarkan aspek-aspeknya. Hal ini berguna untuk menyederhanakan data dan menyajikannya secara lebih jelas agar mudah dipahami. Sebagai contoh, jumlah sekolah, jumlah puskesmas, puskesmas, lebar jalan, jenis Studio Proses Perencanaan E |
B
I B A perkerasan jalan dan kodisi jalan dikategorikan kedalam aspek Infrastruktur . b. Tahap Kedua Pemilahan data dimana data yang telah terklasifikasi dipilah berdasarkan prioritas. Pemilahan berdasarkan prioritas ini bisa dibantu dengan menggolongkan sasaran yang ingin dicapai sebagai tujuan. Penggolongan sasaran ini bertujuan agar data yang didapatkan dapat diolah sesuai urutan kepentingan dan kebutuhan saat melakukan analisis nantinya. c. Tahap Ketiga Pengkodean data yaitu proses kompilasi data dengan sistem pengkodean data dalam bentuk tabel kompilasi data. Pengkodean ini berguna untuk memudahkan menghubungkan tabel kompilasi terhadap sumber data tersebut berasal. Analisis Data Analisis data yaitu pengolahan data mentah yang diperoleh dari telaah dokumen maupun hasil survei lapangan menjadi grafik, tabel, peta, dan sebagainya. sebagainya. Analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif deskriptif dan kualitatif deskriptif. Penyajian Hasil Analisis Setelah melakukan kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan analisis data, maka kegiatan selanjutnya adalah menyajikan hasil analisis data tersebut menjadi sebuah informasi. Informasi tersebut berisi gambaran permasalahan berikut rekomendasi untuk menyelesaikan permasalahan dalam bentuk laporan akhir yang informatif dan menarik agar mudah dipahami.
Studio Proses Perencanaan E |
B
I B A
SISTEMATIKA PENULISAN Laporan ini dibagi atas beberapa bab dan pada bab tersebut akan di bagi lagi menjadi sub-bab. BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan diuraikan latar belakang mengenai penelitian yang dilakukan, potensi dan permasalahan yang ada dalam peneliti an, tujuan penelitian, manfaat yang dapat diambil dari penelitian, serta batasan dan ruang lingkup dari penelitian. BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH SDA, Kebijakan, Ekonomi, Demografi, Tata Guna Lahan, Infrastruktur, Sistem Aktivitas, Sistem Sosial. Pada bagian ini akan di jelaskan peran dari masing-masing masing-masing aspek tersebut dalam perencanaan. perencanaan. Selain itu, akan di jelaskan pula mengenai kondisi eksisting yang ada di wilayah studi dan dibandingkan dengan kebijakan yang sudah ditentukan oleh Pemerintah Kabupaten Boyolali. BAB III POTENSI DAN PERMASALAHAN Pada bagian ini di jelaskan potensi dan permasalahan wilayah fokus area berdasarkan delapan aspek yaitu : SDA, Kebijakan, Ekonomi, Demografi, Tata Guna Lahan, Infrastruktur, Sistem Aktivitas dan Sistem Sosial serta permasalahan yang terjadi pada setiap aspek yang memiliki pengaruh pada perencanaan. perencanaan. BAB IV GAGASAN PERENCANAAN Gagasan perencanaan perencanaan terdiri dari : Sintesis potensi dan masalah (isu permasalahan) permasalahan) Tujuan Kedua poin tersebut saling berkaitan. Pada sintesis potensi dan masalah akan dipaparkan pengantar mengenai pengertian perencanaan dan penerapannya pada wilayah studi kasus. Setelah itu, pada tujuan akan dijelaskan menganai tujuan dari adanya perencanaan dalam aspek yang ada. Contoh pada kemiskinan, tujuan untuk mengatasi masalah kemiskinan adalah untuk mensejahterakan masyarakat dengan cara yang akan di sesuaikan pada form kuisioner, hasil wawancara dan data yang didapat.
Studio Proses Perencanaan E |
B