BATU PASIR PENGERTIAN Batupasir adalah material/partikel sedimen yangf memiliki ukuran 63µm-2mm. batupasir adalah batuan sedimen yang memiliki ukuran butir seukuran pasir secara dominan.
Sifat-Sifat Batupasir a)Kemas Pasir terutama disusun oleh unsur-unsur rangka (framework elements), yang merupakan fraksi detritus, dan void yang membentuk sistem ruang pori (pore system) atau ruang kosong diantara unsur-unsur rangka. Sebagian atau semua void atau ruang pori dalam batupasir tua dapat terisi oleh material padat. Dengan demikian, pemelajaran terhadap pasir atau batupasir berpusat pada unsur-unsur rangka (komposisi dan mikrogeometrinya) serta pada khuluk dan volume ruang pori dan material pengisi ruang pori. Menurut definisinya, rangka disusun oleh material berukuran pasir dengan diameter 1/16– 1/16–2 mm. Material itu biasanya dikemas sedemikian rupa sehingga setiap partikel berhubungan dengan partikel lain yang bersebelahan dengannya serta keseluruhan rangka itu membentuk suatu struktur yang stabil di bawah pengaruh medan gravitasi bumi. Berbeda dengan partikel-partikel penyusun batuan beku dan batuan metamorf, yang satu sama lain berada dalam kontak menerus, partikel-partikel penyusun pasir hanya saling berhubungan dengan kontak tangensial. Konsentrasi stress pada titik-titik kontak itu dapat menyebabkan terjadinya pelarutan pada titik kontak dan pengendapan di tempat lain. Hal itu pada gilirannya menyebabkan bertambah luasnya bidang kontak antar partikel dan berkurangnya volume ruang pori. Sebagian pasir tidak memperlihatkan geometri rangka-void yang sederhana. Pasir seperti itu bukan dibentuk oleh rangka detritus dan sistem ruang pori yang sebagian atau seluruhnya terisi oleh semen , melainkan memperlihatkan suatu kontinuum besar butir mulai dari butiran pasir hingga lanau dan lempung. Endapan seperti itu dinamakan wacke dan salah satu contoh yang paling terkenal dari wacke ini adalah graywacke. Dalam wacke, tidak ada batas besar butir yang jelas antara fraksi pasir dengan fraksi yang lebih halus daripadanya. Material berukuran pasir tertanam dalam s uatu matriks. Walau demikian, batas arbitrer yang dibuat untuk membedakan butiran dengan matriks merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kaitannya dengan pe nafsiran. Batas itu diletakkan pa da 1/16 mm (0,0625 mm) atau pada 0,05 mm, bahkan pada 0 ,03 mm. Berapa proporsi matriks dalam suatu pasir agar pasir itu dinamakan wacke? Sebagian ahli memilih angka 15%; ahli lain memilih angka yang lebih rendah dari itu (Dott, 1964; Williams dkk, 1954). Asal-usul matriks agak tidak pasti; matriks itu mungkin merupakan gejala primer yang terbentuk pada saat pengendapan, namun mungkin pula terbentuk oleh prosesproses diagenesis pasca-peng-endapan. Karena sebagian besar pasir masa kini tidak mengandung matriks, maka matriks dalam pasir purba kemungkinan besar merupakan produk diagenesis atau prosesproses sekunder lain. Rangka pasir atau batupasir biasa dapat dicandra berdasarkan geometri dan komposisinya. Geometri berkaitan dengan sifat-sifat butiran atau unsur-unsur rangka— rangka—besar butir, pemilahan, bentuk butir, kebundaran, dan tekstur permukaan— permukaan—serta terutama dengan pembandelaan dan orientasinya. Distribusi besar butir dapat diungkapkan dengan ukuran-ukuran statistik dari besar butir serta dengan ukuran
keseragaman besar butir. Karakter-karakter itu berkaitan dengan rezim hidrolik tertentu yang menentukan pengendapan pasir serta d engan besar butir material yang ada dalam arus peng endap. Nilai pendekatan untuk pemilahan adalah nisbah butiran terbesar terhadap butiran terkecil. Dalam pasir yang terpilah baik, nisbah itu b erharga kurang dari 10; dalam pasir yang terpilah buruk, nisbah itu berharga lebih dari 100. Butiran-butiran pasir memperlihatkan bentuk dan derajat pembundaran yang beragam. b)Struktur Sedimen Batupasir dapat memiliki struktur sedimen yang beragam. Struktur sedimen itu paling jelas terlihat pada singkapan. Struktur internal dari individu-individu lapisan batupasir sangat penting artinya. Batupasir umumnya memperlihatkan perlapisan silang-siur. Skala perlapisan silang-siur dalam suatu tubuh batupasir merupakan fungsi dari kekasaran partikel penyusun batupasir itu serta ketebalan lapisannya. Banyak pasir memperlihatkan perlapisan gelembur (ripple bedding) berskala kecil. Batupasir lain memiliki struktur graded bedding . Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, graded bedding dan perlapisan silang-siur merupakan d ua gejala yang tidak pernah ditemukan dalam satu lapisan yang sama serta mengindikasikan dua fasies batupasir yang jauh berbeda. Graded bedding mengindikasikan pengendapan di bawah alas gelombang dan terutama menjadi penciri batupasir endapan perairan yang dalam. Sebagian batupasir tidak mengandung perlapisan silang-siur maupun graded bedding, bahkan tidak memperlihatkan struktur internal sama sekali. Walau demikian, hasil penelitian dengan menggunakan sinar-X menunjukkan bahwa sebagian besar batupasir yang tampak masif itu sebenarnya memiliki laminasi internal (Hamblin, 1962). c)Mineralogi Penafsiran sejarah suatu batupasir tergantung pada pengetahuan mengenai komposisi mineralnya. Walau demikian, untuk dapat menafsirkan, kita tidak hanya cukup dengan menyajikan suatu daftar yang memperlihatkan jenis-jenis mineral yang ada dalam suatu batupasir. Kita sebenarnya memerlukan beberapa daftar—beberapa daftar yang didasarkan pada hasil peng -golongan mineral ke dalam katgorikategori genetik yang berarti, misalnya ke dalam kat egori mineral detritus primer (primary detrital minerals), semen, dan produk alterasi pasca-pengendapan. Penggolongan seperti itu melibatkan penafsiran yang didasarkan pada detil-detil karakter mineral yang dapat teramati (sebagian besar berupa unsur-unsur tekstur) serta pada hubungan antar mineral penyusun batupasir. Sebagian spesies mineral dapat muncul dalam beberapa kategori. Kuarsa, mi sal-nya saja, dapat hadir baik sebagai detritus primer maupun sebagai semen. Daftar mineral detritus primer yang mungkin muncul dalam suatu batupasir sangat panjang. Jika batuan sumber pasir itu dikenai oleh proses pelapukan yang tidak lengkap dan jika pengangkutannya relatif dekat, maka hampir setiap mineral dapat muncul dalam pasir. Pemerian yang lebih mendeti l mengenai mineral detritus yang biasa ditemuika n dalam batupasir telah disajikan oleh Krumbein & Pettijohn (1938), Tickell (1965), Duplaix (1948), dan Russell (1942). Meskipun daftar nama-nama mineral yang mungkin ditemukan dalam batuasir cukup panjang, namun dalam prakteknya hanya beberapa jenis mineral saja yang sering ditemukan dalam batuan tersebut. Jumlah yang lebih sedikit lagi akan ditemukan dalam sayatan tipis. Kuarsa merupakan mineral dominan dalam kebanyakan batupasir. Dalam beberapa kasus, kuarsa dapat membentuk lebih dari 90% mineral detritus yang ada batupasir. Felspar, meskipun sering ditemukan, memiliki kelimpahan yang relatif lebih rendah dibanding kuarsa. Hal itu berbeda dengan kebenaan felspar dalam batuan beku. Selain kuarsa dan felspar, mika merupakan mineral penyusun batuan sumber yang kemungkinan b esar dapat
berperan sebagai mineral detritus dengan kelimpahan cukup tinggi dalam batupasir. Fragmen batuan dapat ditemukan dalam beberapa batupasir, bahkan j umlahnya melimpah dalam batupasir tertentu. d)Komposisi Batupasir Komposisi batupasir dapat dinyatakan dalam komposisi kimia ruah (bulk chemical com position). Analisis kimia ruah seperti itu sangat bermanfaat. Pasir (dan sedimen lain), pada dasarnya merupakan produk dari proses-proses fraksinasi kimia dan mekanis berskala besar yang, meskipun kurang sempurna, seringkali mendorong diperolehnya hasil-hasil yang menakjubkan. Proses-proses tersebut, apabila berlangsung dalam waktu yang lama, akan menyebabkan terpisahkannya unsur-unsur ke dalam produk akhir yang secara kimia lebih kurang homogen. Untuk memahami sepenuhnya proses-proses geokimia dan evolusi berbagai tipe sedimen, ki ta perlu melakukan analisis kimia. Data analisis ki mia seperti itu akan memberikan suatu norma atau "bench mark" untuk mempelajari produk-produk metamorfisme tingkat tinggi serta untuk mempelajari apa yang diperoleh dan apa yang hilang jika proses itu tidak isokimia atau untuk memastikan asal-usul produk akhir pada saat tekstur dan struktur asli dari sedimen tidak dapat dikenal lagi. Analisis seperti itu j uga bermanfaat untuk pasir halus atau pasir yang mengandung matriks berbutir halus dimana modal analysis sukar untuk dilaksanakan. Kita memerlukan data kimia, khususnya data kimia rata -rata, untuk mempelajari kesetimbangan massa dan aliran material dalam evolusi bumi secara keseluruhan. Komposisi kimia pasir (serta batuan lain pada um umnya) biasanya dilaporkan oleh para analis dalam satuan "oksida". Kadar oksigen sendiri sebenarnya tidak ditent ukan secara langsung. Karena itu, praktek untuk melaporkan hasil analisis kimia dalam satuan "oksida" sebenarnya didasarkan pada asumsi bahwa unsur-unsur yang ada berkombinasi dengan oksigen d alam proporsi-proporsi stoikiometris. Asumsi itu sebenarnya tidak selalu sahih. Sebagai contoh, jika sulfida besi hadir dalam batuan, jelas tidak benar apabila kita melaporkan kehadiran besi dalam FeO dan sulfur dalam SO3. Untungnya, dalam kebanyakan sedimen, sulfida jarang ditemukan dan pengecualian seperti itu dan pengecualian lain secara umum tidak penting. Komponen sedimen berukuran pasir secara fisik dapat terdiri dari dua komponen utama Yaitu : a.The trital mineral grain (detritus butir min eral), berasal dari hasil erosi mineral batuan yang tertranspotasikan dan terendapkan seukuran pasir. b.Lithic fracmen, berasal dari hasil erosi atau dis agregat batuan sebelumnya seukuran pasir. Komposisia pasir detritus mineral, mineral yang paling umum di jumpai dalambatu pasir adalah mineralmineral yang resisten (tahan terhadap erosi selama m asa transportasi) dan melimpah jumlahnya. Seperti kuarsa. Mineral lainnya juga dijumpai dalam batupasir, diantaranya: feldspar, mika, dan variasi lainnya. Kuarsa: Merupakan mineral yang paling umum dijumpai dalam batupasir. jumlahnya melimpah dalam batuan granitis dan sedikit atau beberapa dalam batuan intermediate dan batuan ultrabasa. Alasan utama mengapa kuarsa banyak dijumpai dalam batupasir adalah karena kuarsa (memiliki kekerasan mineral = 7 dalam skala mohs) merupakan mineral resiten terhadapa pelapukan selama masa transportasi.
Feldspar. Kelompok feldspar merupakan mineral yang paling banyak dijumpai dialam baik dalam batuan asam sampai basa dan ultra basa. Kelompok potassium feldspar merupakan kelompok yang paling banyak dijumpai dalam batupasir dari pada kelompok sodium dan kalsium feldspar karena le bih tahan terhadap pelapukan.
Mineral lain. Mika merupakan salah sala satu mineral yang um um juga dijumpai dalam batu pasir. Hal ini sangat merarik karena mika secara fisik mudah tererosi tapi memiliki sedline, venositas yang rendah, artinya selama masa transportasi oleh air atau fluida mineral mika yang diketah u memiliki struktur mineral berlembar cendung lebih lama bertahan dalam arus secara suspense dan lebih lama tengelam jika dibandingkan dengan mineral lain atau mate rial lain yang memiliki densitas yang sama atau sejenis. Mika muncul dalam bentuk lembaran utuh atau lembaran yang hancur menjadi partikel-partikel kecil. Apabila bersentuhan dengan partikel yang lebih tegar, lempeng-lempeng mika yang berukuran relatif besar cenderung terlengkungkan atau ter-deformasi akibat kompaksi. Lembaran mika cenderung terorientasi pada arah yang sejajar dengan bidang perlapisan. Mika ditemukan dalam jumlah relatif banyak dalam batupasir halus. Dalam beberapa batuan, lembaran mika terkonsentrasi pada bidang perlapisan sedemikian rupa sehingga memberikan kilau tersendiri pada bidang tersebut dan akan memperjelas penyubanan pada bidang perlapisan tersebut. Selain kelompok mika terdapat juga mineral mineral lain yang dijumpai dalam batupasr, diantaranya kelompok-kelompok Mineral Berat. Mineral berat merupakan Salah satu kategori mineral penyusun batuan sumber yang biasanya mampu bertahan terhadap proses -proses penghancur-an adalah apa yang dikenal sebagai "mineral berat" ("heavy minerals"). Mineral berat m erupakan mineral tambahan minor dalam batupasir dan dicirikan oleh berat jeni snya yang relatif tinggi (lebih tinggi daripada berat jenis bromoform yang berharga 2,85 gr/cm3.). Mineral berat dalam batupasir jarang hadir dalam proporsi > 1% (umumnya < 0,1%). Mineral berat berasal dari mi neral tambahan minor dalam batuan sumber. Pada kondisi istimewa, mineral berat merupakan sisa-sisa mineral batuan sumber yang terutama disusun oleh mineral mafik yang tidak stabil. Zirkon adalah salah satu contoh mineral tambahan yang stabil, sedangkan hornblenda merupakan contoh mineral mafik yang dapat hadir dalam jumlah yang cukup melimpah dalam batuan sumber, namun tidak stabil sehingga mungkin hanya ditemukan dalam jumlah yang sedikit dalam batupasir, bahkan mungkin tidak ditemukan sama sekali. Jumlah dan jenis mineral berat dalam batupasir sangat bervariasi. Dalam beberapa endapan plaser dapat ditemukan 2–20 spesies mineral berat dengan kelimpahan satu pe r beberapa ratus persen. Dalam kebanyakan batupasir, mineral berat hadir dalam jumlah < 1%. Beberpa variasi mineral lainnya yang mungkin dijumpa i dalam batupasir merupakan mineral-mieral yang jarang seerti mineral-mineral silica teratas pada deret Bowen (seperti olivine, piroksen ampibol). Mineral-mineral ini jarang dalam batupasir karena mudah lapuk s ebelum atau selama masa transportasi akibat poses pelapukan fisika dan kimia. S elain itu mineral-mineral dari oksida b esi biasanya juga banyak dijumpai. Kemudian konsentrasi dari mineral tertentu kemungkinan banyak dijumpai jika dekat dengan sumbernya.
Lithic fragmen Lithic fragmen dapat dikategorikan sebagai hasil lapukan material lain atau batuan yang ada sebelumnya. Maka batuan yang lapuk atau mengalami disagragat seukuran pasri umumnya batuan beku
yang bertekstur medium-halus (Granularitas mineral penusun). Lithic fragmen ini dapat berasal dari batu beku basa hingga ultra basa. Basalt da n riolit merupakan batuan yang sangat mudah mengalami alterasi secara kimia keti ka tersingkap dipermukaan. Sehingga ukuran lithik fragmen dari batuan i ni biasanya hanya umum dijumpai dalam batu pasir apabila dekat dengan sumbernya (material vulkaik). Disamping itu lithic fragmen dari batuan lain juga dapat d jumpai seperti lapuan schiests dan politic (fine -grained) metamorphic rock. Semenatara batuan sedimen yang lapuk seukuran batupasir juga disebut lithic fragmen. Seperti lapukan dari batulempung yang seukuran pasir.
Biogenic partikel Biogenic partikel Merupakan partikel organic umumnya berkomposisi kalsium karbonat yang berasal dari lapukan sel molusca atau hewan-hewan laut yang lain. Autogenic mineral Diartikan sebagai mineral yang tumbuh pada lingkungan pengendapan sedimen. Mineral-mieral autogenic ini berbeda dengan butiran-butiran mineral lain yang terbentuk sebelumnya dari hasil erosi batuan beku ataupun metamorf. Adapun mineral autogenic baru terbentuk hampir bersamaan dengan deposisi pada lingkungan pengendapan. Glauconite merupakan salah satu mineral autogenic. Autogenic terbentuk di lingkungan laut dangkal. Sehingga gelaconite dapat dipakai sebagai indicator umur dan lingkungan pengendapan. e)Klasifikasi Batupasir Ada berbagai macam klasifikasi penamaan betupasir yang telah dikemukan oleh para ahli, seperti folk (1954), A. selley (1976) , wiliam (1942), Robinson (1949), D. Trefthen (1950), B. shepard (1954) dan Petijohn (1975). Para ahli mengunakan skema dan metodanya tersendiri dalam mengklasifikasikan batupasir.
Klasifikasi dari Folk Folk membagi tingkat kedewasaan tekstur batupasir menjadi empat tingkat, yaitu: 1.Tingkat immature Sedimen mengandung matrik lempung lebih besar 5% (terigeneous), dengan pemilahan jelek dan bentuk butir meruncing. 2.Tingkat submature Sedimen mengandung matrik lempung kurang dari 5%, pemilah butir jelek ( > 0,5 Ø) dengan kebundaran butir tidak bagus. 3.Tingkat mature Sedimen mengandung sedikit atau sama sekali tidak mengandung material lempung, dengan pemilahan butir baik (a < 0,5 Ø), tetapi bentuk butir masih belum membundar. 4.Tingkat supermature Sedimen bebas dari kandungan material lempung, pemilahan baik dan tingkat kebundaran bagus (menurut tingkat kebundaran Waddel > 0,36 mm; sampai > 3,0mm).
•Kedewasaan Komposisi Kedewasaan komposisi (compositional maturity) menurut Pettijohn (1975) dinyatakan dalam istilah kedewasaan mineralogy (mineralogical maturity) dan kedewasaan kimia (chemical maturity). •Kedewasaan edimenty Pettijohn (1975) menyatakan bahwa konsep kedewasaan ediment ada lah perubahan kimia dari oksidasi penyusun batuan dan kestabilan mineral pembentuk batuan. •Kedewasaan Kimia Blatt et al., (1972) menyatakan bahwa kedewasaan adalah sebagai dera jat dari sifat-sifat yang tersisa (residual character). •Inversi Tekstur Inversi tekstur terjadi apabila batupasir dengan tingkat kedewasaan yang lebih baik, kemudian oleh proses berikutnya dipindah ketempat lain dan diendapkan didalam lingkungan pengendapan yang menghasilkan tingkat kedewasaan jelek. Folk (1974) mengemukakan bahwa inverse tekstur t erjadi apabila butiran mempunyai pemilahan bagus atau pembundaran baik terjadi didalam matrik lempung atau sedimen mempunyai komposisi pemilahan yang jelek tetapi pembundarannya baik. Kemudian Folk (1974), menyatakan suatu konsep tentang hubungan perkembangan tektonik dari benua dengan pengendapan batupasir yang berkomposisi mineral khas. Konsep tersebut meliputi tiga tahap yaitu : 1.Tahap stabil (quiescent) atau tahap pembentukan dataran (peneplanation), akan menghasilkan batu pasir kwarsa. 2.Tahap deformasi menengah atau tahap geosinklin, akan menghasilkan greywacke, yakni batupasir yang kaya fragmen batuan metamorf, mika dan matrik batuan lempung mikaan. 3.Tahap deformasi kuat atau tahap setelah geosinklin, akan menghasilkan arkose
Klasifikasi dari Wiliam (1942). Wiliam telah membuat klasifikasi untuk batuan antara batuan pasir (sand) dan ke rikil (gravel) seperti telihat pada gambar berikut ini :
Pembagian ini berdasarkan perbandingan volume dari set iap unsur yang dikandungnya. Suatu contoh bila batuan ini mengandung 75% atau lebih disebut kerikil (gravel), kerikil pasiran (sandy gravel) bila mengandung 50-75% (gravel) dan 25-50% sand. Disebu t pasir kerikilan (pebbly sand), bila men dgandung 50-25% gravel dan 50-75% sand.
Klasifikasi dari selley Klasifikasi yang dikemukakan oleh Sulley, menggunakan segitiga sama sisi sebagai dasar klasifikasi. Setiap sudut dari segitiga tersebut ditempati oleh unsur- unsure lempung, feldspar dan kuarsa. Penamaan dari batuan tersebut memiliki tiga nama dasar, pembagian nama ini berdasarkan persen da ri unsure lempung dan feldspar. Jika batuan mengandung 15% lempung disebut Arenit, jika unsure
lempung antara 15 – 75% batuan tersebut diberi nama Wacked an unsure lempung antara 75 – 100% batuan diberi nama Mudrock. Batuan yang termasuk g olongan Wacke adalah Graywacke dan Quartzrock, sedangkan yang termasuk golongan Arenit adalah Arkose dan protoqurtzite. Jika batuan hampir semua terdiri dari satu u nsure, seperti kuarsa maka penamaannya adalah Orthoquartzite.
Klasifikasi dari Pettijohn (1975). Klasifikasi ini menggunakan dasar segitiga sama sisi dimana setiap sudutnya terdiri dari kuarsa, fielspar (plagioklas + K. fieldspar) dan fragmen batuan. Segitiga pertama sampai segitiga kedua atau dari 0% sampai 15% batuan di daerah tersebut di beri nama arenit (arenite). Sekarang tergantung dari unsure utamapenyusun batuan itu, jika unsure utamanya dan terbanyak adalah fragmen batuan, maka batuan itu diberi nama litik arena (lihic arenite), jika batuan tersebut mulai banyak tercampur oleh unsure kuarsa, sehingga penamaan batuan menjadi Sublitik Arenit (sublithic arenite). Hal yang samadapat dipergunakan untuk batuan yang kaya unsur fieldspar, maka disebut Arkosik Arenit (arkosic arenite). Kalau batuan sudah hampir semua disusun oleh unsure kuarsa, maka batuan itu disebut kuarsa arenit (quartz arenite). Segitiga kedua sampai segitiga keti ga atau dari 15% sampai 75%, batuan yang t erletak di daerah tersebut dinamakan batuan wacke. Jika batuan didominasi oleh unsure fragmen batuan (rock fragmen), disebut Lithic Graywacke. Jika didominasi oleh die ldspar disebut Fieldspathic Graywacke. Dan bila didominasi oleh unsure kuarsa, maka batuan itu dinamakan Quartz Wacke.
Khusus untuk batuan Lithic Arenite dapat menggunakan segitiga yang B, diman pembagian itu berdasarkan unsure –unsur yang berbeda dari segitiga yang A. segitiga yang B menjadi unsure utama dalam klasifikasi adalah sedimen, metamorf dan vulkanik. Kontribusi Mempelajari Batupasir Dari Segi Akademik Batupasir (sandstone) merupakan suatu kategori batuan sedimen yang penting. Batupasir membentuk sekitar 1/4 volume batuan sedimen, belum termasuk pasir karbonat (carbonate sand) dan pasir vulkanik (volcanic sand). Selain volumenya, pasir dan batupasir juga memiliki kebenaan tersendiri karena sebagian pasir dan batupasir merupakan sumberdaya ekonomi: (1) sebagai material abrasif; (2) sebagai bahan dasar dalam industri kimia, gelas, dan metalurgi; (3) sebagai bahan bangunan, baik sebagai batu yang langsung digunakan dalam pembangunan maupun sebagai bahan campuran tembok dan beton; (4) sebagai molding sand, paper filler, dsb. Pasir j uga merupakan reservoar yang penting untuk minyakbumi, gasbumi, dan air tanah. Sebagian pasir plaser merupakan sumber mineral bijih dan batu mulia. Erosi dan pengendapan pasir memegang peranan penting dalam dunia rekayasa di wilayah pantai, sungai, dan gumuk. Batupasir relatif lebih banyak memberikan sumbangan pengetahuan mengenai sejarah bumi dibanding jenis-jenis batuan lain. Komposisinya menjadi petunjuk p rovenansi, struktur terarah yang ada didalamnya banyak memberikan informasi mengenai arus purba, sedangkan g eometri dan struktur internalnya memberikan informasi penting mengenai lingkungan pengendapan.
Kontribusi Mempelajari Batupasir Dari Segi Ekonomi
Batu pasir adalah klas yang terpenting dalam batuan sedimen. Termasuk ke dalam klas ini ialah vulkaniklastik dan karbonat pasiran. Batu pasir menempati 30% dari seluruh batuan sedimen di permukaan bumi. Nilai ekonomi dari batuan sedime n batu pasirsangat tingi sekali, yang paling sederhana dipergunakan untuk bahan bangunan. Jika batuan itu porositasnya tingi sangat baik untukreservoar minyak bumi, air dan gas. Banyak bahan-bahan yang bernilai ekonomis terperangkap dalam batu pasir seperti bijih emas, tembaga atau timah dan banyak lagi. Pendek kata semua bahan hasil rombakan dan di transportasi ke suatu tempat dan di sebut sebagai sedimen letakan, seperti emas letakan (placer gold) atau lannya. Juga banyak binatan zaman dahulu yang menjadi fosil di dalam batu pasir, baik hewan yang berukuran kecil seperti foraminifera maupun yang berukuran sangat besar seperti dinosaurus. Binatan yang tertimbun di dalam batupasir masih berlangsung sampai saat ini sebagai contoh foraminifera yaitu Globigerina bermudezi SEIGLIE yang berumur Pleistosen sampai Resen.
Teknik Memperinci Batupasir Petrografi batupasir, terutama batupasir yang tidak matang, sangat tergantung pada komposisi batuan sumber. Karena kuarsa merupakan material penyusun dominan dalam pasir, maka sumber dasar dari kebanyakan pasir adalah batuan plutonik yang banyak mengandung kuarsa (granit, monzonit kuarsa, dan gneis yang berkaitan dengan granit dan monzonit kuarsa). Arkose, suatu kategori pasir utama, merupakan produk disintegrasi (tanpa dekomposisi yang berarti) batuan te rsebut. Pasir yang kaya akan fragmen batuan (yakni lithic arenite) berasal dari bat uan yang terletak di bagian atas kerak bumi, bukan dari batuan plutonik. Kuarsa dalam batupasir it u berasal dari batupasir tua, sedangkan fragmen batuan yang ada didalam-nya berasal dari batuan sedimen berbutir halus, batuan metamorf, dan batuan beku efusif. Efek provenansi relatif rendah dalam pasir matang, terutama ortokuarsit atau pasir kuarsa. Semua pasir berevolusi menuju bentuk ak hir yang berupa pasir kuarsa. Karena itu, makin dekat karakter dan komposisi suatu pasir terhadap pasir kuarsa, makin sukar kita untuk menentukan sumbernya. Selain kategori-kategori utama dari pasir tersebut di atas, kita juga mengenal adanya wacke (terutama graywacke) yang juga merupakan salah satu kategori utama dari batupasir. Kita akan membahas graywacke dalam bagian tersendiri nanti. Petrografi batupasir hendaknya dikaji dengan me lakukan pemelajaran dan analisis yagn mendetil terhadap sehimpunan sampel genggam yang dipilih secara hati-hati serta pada sayatan tipis. Para pemula akan banyak memperoleh manfaat apabila menelaah karya -karya tulis utama mengenai pasir dan batupasir, termasuk monograf klasik karya Cayeux (1929) dan Hadding (1929) serta karya-karya tulis yang relatif baru (misalnya karya Pettijohn dkk, 1972). Selain itu, perlu pula dikaji hasil penelitian petrografi yang komprehensif terhadap batupasir di daerah tertentu atau dalam formasi tertentu, misalnya karya tulis klasik Krynine (1940) mengenai Third Bradford Sand (Devon) di Pennsylvania. Sebuah daftar mengenai makalah seperti itu disajikan oleh Pettjohn dkk (1972).
Diagenesis Batupasir Proses diagenesis adalah proses yang merombak batuan asal Pelapukan, erosi, transportasi dan sedimentasi (pengengendapa, semsntasi dan kompaksi. Tidak lama setelah pengendapan, pasir mulai men ua dan berubah karakternya. Pasir tidak lagi merupakan material granuler lepas, melainkan tertransf ormasi menjadi batuan padat. Proses penambahan usia itu kompleks dan belum dapat dipahami sepenuhnya. Sebagian proses itu seluruhnya
merupakan proses mekanis: pemecahan partikel, pelengkungan dan deformasi mika detritus, serta penekanan partikel-partikel pelit yang relatif lemah. Walau demikian, proses itu pada dasarnya merupakan proses kimia yang melibatkan pelarutan, represipitasi, dekomposisi, dan r eaksi pada ruang antar partikel. Redistribusi material, seperti pelarutan kuarsa pada satu tempat serta presipitasinya di tempat lain, mendorong terjadinya sementasi dan penurunan volume ruang pori. Unsur rangka yang kurang stabil akan terdegradasi dan kehilangan identitasnya, tertransformasi menjadi matriks kristalin, dan kemudian dapat berinteraksi dengan unsur rangka yang relatif stabil. Hasil akhir dari pressure solution, devitrifikasi (pada material opal dan gelas), serta dekomposisi unsur detritus yang tidak stabil adalah terubahnya kemas batuan, hilangnya sebagian atau seluruh porositas, tersamarkannya tekstur asal, dan transformasi batuan menjadi kumpulan mine ral yang lebih mendekati kesetimbangan. Perubahan-perubahan tersebut di atas mempe ngaruhi pasir dengan cara yang berbeda. Pasir kuarsa murni hanya meng-alami perpindahan larutan kuarsa dan pengkonversian menjadi ortokuarsit. Pasir tidak matang, terutama lithic arenite yang banyak mengandung fragmen batuan yang tidak stabil, terkonversi menjadi graywacke. Pasir vulkaniklastik mungkin mengalami perubahan yang paling dramatis; perubahan itu tidak berbeda d engan perubahan pada retrograde metamorphism. Gejala-gejala berskala besar seperti load cast, slump fold, dsb yang disebabkan oleh " deformasi sedimen lunak" biasanya tidak dipandang sebagai gejala diagen etik. Diagenesis melibatkan perubahan tekstur dan komposisi, namun tidak menghasilkan struktur. Walau demikian, struktur tertentu seperti konkresi dan stilolit dianggap sebagai produk diagenesis.
DAFTAR PUSTAKA
Boggs Jr., Sam. 1992. Petrology of Sedimentary Rocks. New York : Macmillan P ublishing Company Batuan Dan Mineral. IR. DODDY SETIA GRAHA Diktat Kuliah Petrologi (ITATS), Danis Agoes Wiliso. ST.MT Sedimentary Rocks © Pamela J. W. Gore, 1995-2004 Georgia Perimeter College