Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
SKENARIO Seorang bayi laki-laki lahir spontan di puskesmas dari seorang ibu berumur 4 0 tahun. Berat lahir 1500 gram, skor Ballard 20. Saat lahir bayi segera menangis, ketuban pecah saat lahir, jernih dan tidak berbau. Bayi mulai disusui 2 jam setelah lahir, tetapi isapan bayi tampak lemah. Empat jam setelah lahir bayi tampak sesak, frekuensi napas 70 x per menit, retraksi di daerah subcostal, tidak tampak biru, dan pada auskultasi terdengar expiratory grunting. Suhu aksiler 36,3 C. Dua hari kemudian wajah dan daerah dada bayi tampak kuning. KATA SULIT Skor Ballard : Cara menentukan umur kehamilan berdasarkan kematangan fisik Retraksi subcostal : tarikan otot-otot bantu pernafasan subcostal Expiratory grunting : Bunyi seperti dengkuran pada saat melakukan expirasi Lahir spontan : lahir normal atau lahir biasa dimana saat proses persalinan tidak menggunakan alat-alat bantu seperti forcep, vakum, dan lain-lain serta ibu dan bayi tidak mengalami gangguan dimana persalinannya berlangsung. Kata/kaliat Kunci : 1. Bayi laki-laki lahir spontan di puskesmas 2. Ibu berumur 40 tahun 3. Berat lahir 1500 gram, skor Ballard 18 4. Saat lahir bayi segera menangis 5. Ketuban pecah saat lahir, jernih dan tidak berbau 6. Bayi mulai disusui 2 jam setelah lahir 7. Isapan bayi tampak lemah 8. 4 jam setelah lahir bayi bayi tampak sesak, frekuensi nafas 70 x per menit 9. Retraksi daerah subcostal 10. Expiratory grunting pd auscultasi bayi 11. Suhu axiller 36,3 °C 12. 2 hari kemudian wajah dan daerah dada bayi tampak kuning. Klarifikasi kata kunci : - Score Ballard Ballard 20 maka taksiran Umur kehamilan 32 minggu. - Berat Badan bayi 1500 gram ( normal : 2500-4000 gram).diagnosis BBLR BBLR (BKB-SMK) (BKB-SMK) - Hipotermi 36,3 °C (normal : 36,5-37,5 °C) °C) suhu bayi pada scenario tidak stabil. - 2 hari kemudian wajah dan daerah dada bayi tampak kuning bayi mengalami ikterus patologis karena ikterus yang dianggap patologis bila waktu kemunculannya,lamanya,atau pola kadar bilirubin serum yang ditentukan secara seri berbeda secara bermakna dari pola ikterus fisiologis.Dengan score Kramer untuk memperkirakan kadar bilirubin bayi BKB wajah = 4,1-7,5 mg %,dada = 5,6-12,1 mg%. - Evaluasi gawat napas dengan score Down nilai yang yang didapat 4 artinya bayi tersebut mengalami gawat napas.
Skor < 4 Tidak ada gawat napas Skor 4 -7 Gawat napas Skor > 7 Ancaman gagal napas (pemeriksaan gas darah harus dilakukan) Pertanyaan :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Definisi dan faktor-faktor penyebab BBLR ? Mekanisme sesak pada bayi dalam scenario ? Definisi Hipotermi,gejala dan patomekanisme ? Perbedaan Ikterus fisiologis dan patologis ? Mengapa isapan isapan bayi bayi lemah dan hubungannya dengan imaturitas ? Etiologi Expiratory Grunting ? Hubungan BBLR dengan gejala gejala pada scenario scenario ? Masalah yang dapat timbul bila bayi disusui 2 jam setelah lahir ? Masalah yang dapat timbul pada BBLR ? Langkah-langkah diagnostic ? Diferensial Diagnosis ? Penanganan dan Pencegahan BBLR BBLR sesuai scenario ? Komplikasi BBLR ?
Jawaban : 1. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. (Prawirohardjo, 2006). WHO (1961) mengganti istilah bayi prematur dengan Berat Badan Bayi Lahir Rendah. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram pada waktu lahir bayi prematur. Bayi dengan berat badan lahir rendah dibagi 2 golongan, yaitu: a. Prematur Murni Prematur Murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan (Ester, 2003). b. Dismaturitas Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, hal ini karena mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (Ester, 2003). Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, Bayi Berat Lahir Rendah dibedakan dalam: a. Bayi Berat Lahir Rendah Rendah (BBLR), (BBLR), berat lahir lahir 1.500 – 2.500 gram. b. Bayi Berat Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1.500 1.500 gram. c. Bayi Berat Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), berat lahir < 1.000 gram. Etiologi BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor (Jumarni,dkk., 1994), yaitu: 1) Faktor ibu, meliputi penyakit yang diderita ibu misalnya, toxemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, nefritis akut, diabetes melitus, dan lain-lain. Usia ibu saat hamil lebih dari 35 tahun, multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat, dan lain-lain. Keadaan sosial ekonomi, golongan sosial ekonomi dan perkawinan yang tidak sah. Sebab lain termasuk karena ibu adalah seorang perokok dan peminum minuman beralkohol atau pengguna narkotika. 2) Faktor janin, meliputi hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom, dan lain-lain. 3) Faktor lingkungan, meliputi tempat tempat tinggal, radiasi radiasi dan zat-zat beracun. Faktor-Faktor Penyebab BBLR 1) Menurut Manuaba (1998), faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya BBLR BBLR adalah: 2) Faktor Ibu a. Gizi saat hamil yang kurang Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin seperti prematuritas, gangguan pertumbuhan janin, kelahiran mati maupun kematian neonatal dini. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikkan berat badan selama hamil (Setyowati, 1996). b. Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun (Doenges, 2001). Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR (Setyowati, 1996). Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun (Departemen Kesehatan, 1996). c. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik (Departemen Kesehatan, 1998). Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (dibawah dua tahun) akan mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan placenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (Ilyas, 1995 : 106). d. Paritas ibu Jumlah anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah (Departemen Kesehatan, 1998).
3) Faktor Kehamilan a. Hamil Dengan Hidramnion Hidramnion yang kadang-kadang disebut polihidramnion merupakan keadaan cairan amnion yang berlebihan. Hidromnion dapat menimbulkan persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR (Cuningham, 1995). b. Perdarahan Antepartum Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan (Saifuddin, 2002). Komplikasi utama dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok yang menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke placenta yang mengakibatkan anemia pada janin bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan kematian janin intrauterin (Wiknjosastro, 1999). Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi asfiksia (Mansjoer, 1999). c. Komplikasi Hamil 1. Pre-eklampsia/Eklampsia Pre-eklampsia/Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia / Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah placenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari placenta, dengan adanya perkapuran di daerah placenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang (Ilyas, 1995). 2. Ketuban Pecah Dini Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks (Mansjoer. 1999). Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau di pecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu (Mansjoer, 1999). 3. Hipertensi Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan persalinan, hipertensi dalam kehamilan menjadi penyebab penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal (Sukadi,2000). Ibu dengan hipertensi akan menyebabkan terjadinya insufisiensi placenta, hipoksia sehingga pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi kelahiran prematur (Sukadi, 2000). 4) Faktor Janin a. Cacat Bawaan (kelainan kongenital) Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur (Wiknjosastro, 1999). Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya (Wiknjosastro, 1999). b. Infeksi Dalam Rahim Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. Oleh karena itu, pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim (Manuaba, 1998). Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan kematian janin (Mochtar, 1998). c. Hamil Ganda Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda antara 50 sampai 1.000 gram, karena pembagian darah pada placenta untuk kedua janin tidak sama (Wiknjosastro, 1999). Regangan pada uterus yang berlebihan kehamilan ganda salah satu faktor yang menyebabkan kelahiran BBLR (Departemen Kesehatan, 1996). Pada kehamilan ganda distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi partus prematus. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan ganda bertambah yang dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain, sehingga sering lahir bayi yang kecil. Kematian perinatal anak kembar lebih tinggi daripada anak dengan kehamilan tunggal dan prematuritas merupakan penyebab utama (Wiknjosastro, 1999). 2. Mekanisme sesak pada bayi sesuai kasus Proses Pematangan Paru a. Periode Pseudoglandula 5-17 minggu perkembangan percabangan bronkhius, tubulusasiner b. Periode Canalicular 16-26 minggu terjadi proliferasi kapiler, penipisan mesenkim. Diferensiasi pnemosit alveolar tipe 2 Periode saculer ( 24-38 minggu ) c. Terjadi perkembangan, ekpansi rongga udara Awal pembentukan septum alveolar d. Periode Alveolaris 36 minggu-lebih 2 tahun Penipisan septum alveolar, pem kapiler paru Mekanisme Sesak Pada kasus dimana bayi mengalami berat lahir rendah sehingga mempunyai dinding dada lemah sehingga FRC menurun, dan terjadi kelainan rasio ventilasi perfusi yang besar sehingga kalau ini menetap lama maka gas akan terperangkap akibatnya PaO2 Menurun dan Pa CO2 meningkat sehingga terjadi ahaipoventilasi dan akibatnya terjadi sindrom gawat napas. Selain itu Pada kasus ini pematangan paru dan fungsi surfaktan belum sempurna sehingga akn mengganggu tegangan paru dan stabilisasi saluran napas kecil selama ekspirasi sehingga timbul gawat napas.
Penyakit yang terkait 1. Pnemotoraks/Pnemomediastinum Predisposisi : - pengembangan paru berlebih - O2 berlebih, - Aspirasi mekonium massif - Komplikasi penyakit paru Patogenesis Karena pengembangan paru berlebih sehingga alveolus pecah atau robekan dinding mediastinum sehingga udara mengisi rongga pleura/mediastinum dan apbila ada aspirasi darah, mekonium, lendir saat lahir maka akn menyebabkan obstruksi parsial di daerah bronkus dan terjadilah ball valve mechanism sehingga saat inspirasi terjadi ruang udara di distal dari obstruksi makanya saat ekspirasi udara tidak dapat dikeluarkan dan apabila terjadi inspirasi kuat maka ruang udara pecah akhirnya masuk dalam rongga pleura. Manifestasi : bayi gelisah,Sianosis,Takipneu,Grunting,Retraksi suprasternal, epigastrium pada pernapasan dan Diameter anteroposterior toraks membesar Diagnosis : Foto toraks Terapi : beri O2, sedative, antibiotic 2. Sindrom Wilson-Mikity Etiologi belum pasti Manifestasi : Pada bayi BB < 1500 gr,Masa gestasi 30-32 minggu,Gangguan Pernapasan hari pertama kelahiran,Sianosis, sesak, retraksi dinding toraks pada pernapasan Diagnosis : Radiologi paru Patologi dimana paru membesar, alveoli tidak mengembang, penebalan septa, atelektasis, infiltrasi sel mononulkeus, dan makrofq dalam alveoli Terapi : Tidak spesifik dan beri oksigen Prognosis : Mortalitas 20-25 % penderita meninggal karna gagal napas tiba-tiba 3. Respirasi distress syndrome Etiologi : Pematangan Paru belum sempurna atau defisiensi surfaktan pada premature. Patofisiologi : Faktor2 yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurang sempurna karena dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna.Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25 % dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik.Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein ,lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru tampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara bagian distal menyebabkan edem interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan toksisitas oksigen, menyebabkan kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan napas bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36-72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD). Gambaran radiologi tampak adanya retikulogranular karena atelektasis,dan air bronchogram Gejala klinis yang progresif dari RDS adalah : - Takipnea diatas 60x/menit - Grunting ekspiratoar - Subcostal dan interkostal retraksi - Cyanosis - Nasal flaring Pada bayi extremely premature ( berat badan lahir sangat rendah) mungkin dapat berlanjut apnea, dan atau hipotermi. Pada RDS yang tanpa komplikasi maka surfaktan akan tampak kembali dalam paru pada umur 36-48 jam. Gejala dapat memburuk secara bertahap pada 24-36 jam pertama. Selanjutnya bila kondisi stabil dalam 24 jam maka akan membaik dalam 60-72 jam. Dan sembuh pada akhir minggu pertama. Diagnosis : - Rontgen toraks - Pemeriksaan darah - Pemeriksaan fungsi paru - Pemeriksaan fungsi cardiologi - Gambaran patologi Terapi Pertahankan suhu tubuh hangat dengan incubator Beri oksigen dengan hati-hati Beri cairan, glukosa, elektrolit, antibiotik
Komplikasi Komplikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi : 1.Ruptur alveoli : Bila dicurigai terjadi kebocoran udara ( pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada bayi dengan RDS yang tiba2 memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap. 2. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk da adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-alat respirasi. 3. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik. 4 PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi bayi dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya. Komplikasi jangka panjang dapat disebabkan oleh toksisitas oksigen, tekanan yan tinggi dalam paru, memberatnya penyakit dan kurangnya oksigen yang menuju ke otak dan organ lain. 3. Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh di bawah 360C.Suhu normal bayi, baru lahir berkisar 36,50C – 37,50C (suhu Axilla). Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir : 1. Radiasi: dari objek ke panas bayi Contoh : timbangan bayi dingin tanpa alas 2. Evaporasi : karena penguapan cairan yang melekat pada kulit. Contoh : air ketuban pada tubuh bayi, baru lahir, tidak cepat dikeringkan. 3. Konduksi : panas tubuh diambil oleh suatu permukaan yang melekat ditubuh. Contoh : pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti. 4. Konveski : penguapan dari tubuh ke udara. Contoh : angin dari tubuh bayi baru lahir
Gejala hipotermia bayi baru lahir a. Bayi tidak mau minum / menetek b. Bayi tampak lesu atau mengantuk c. Tubuh bayi teraba dingin d. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi, menurun dan kulit tubuh bayi mengeras (sklerema). Tanda – tanda hipotermia sedang : a. Aktifitas berkurang, letargis b. Tangisan lemah c. Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata) d. Kemampuan menghisap lemah e. Kaki teraba dingin f. Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin Tanda – tanda hipotermia berat a. Aktifitas berkurang, letargis b. Bibir dan kuku kebiruan c. Pernafasan lambat d. Pernafasan tidak teratur e. Bunyi jantung lambat
f. Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik g. Resiko untuk kematian bayi Tanda – tanda stadium lanjut hipotermia a. Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang b. Bagian tubuh lainnya pucat c. Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema) Penyebab dan Resiko a. Penyebab utama Kurang pengetahuan cara kehilangan panas dari tubuh bayi dan pentingnya mengeringkan bayi secepat mungkin b. Resiko untuk terjadinya hipoermia 1) Perawatan yang kurang tepat setelah bayi lahir 2) Bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir 3) Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur 4) Tempat melahirkan yang dingin (putus rantai hangat). 5) Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom d engan pernafasan, hipoglikemia perdarahan intra kranial. Faktor pencetus terjadinya hipotermia : a. Faktor lingkungan b. Syok c. Infeksi d. Gangguan endokrin metabolik e. Kurang gizi, energi protein (KKP) f. Obat – obatan g. Aneka cuaca 4. Perbedaan Ikterus Fisiologis dan Patologis. Ikterus yang nyata : Bilirubin serum > 5 mg/dl I. IKTERUS FISIOLOGIS - Perhatikan riwayat penyakit ikterus fisiologis pada BCB o Awitan terjadi setelah 24 jam o Memuncak pada 3 s/d 5 hari o Menurun setelah 7 hari - BCB rata-rata kadar bilirubin serum puncak 5-6 mg/dl - Ikterus fisiologis berlebihan ketika bilirubin serum puncak adalah 7-15 mg/dl pada bayi baru lahir - Selalu pertimbangkan usia bayi dan kadar bilirubin II. IKTERUS PATOLOGIS - Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan - Peningkatan bilirubin > 5 mg % /hari - Ikterus menetap setelah 2 minggu - Kadar bilirubin direk > 1 mg % - Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi (muntah,letargis.malas menetek,penurunan BB yang cepat,apnea,takipnea,suhu yang tidak stabil) III. IKTERUS PADA BAYI PREMATUR - Awitan terjadi lebih dini - Puncak lebih lambat - Kadar puncak lebih tinggi - Memerlukan lebih banyak waktu untuk menghilang sampai dengan 2 minggu 5. Karena adanya imaturasi atau kurang berfungsinya alat-alat tubuh untuk melakukan isapan.selain itu juga disebabkan oleh imaturasi susunan saraf pusat untuk koordinasi reflex mengisap pada bayi premature. 6. Expiratory grunting Bayi dengan keukarangan surfaktan gagal mengembangkan parunya pada saat lahir walau dengan usaha pernapasan yang kuat dan menderita gawat napas sejak lahir. Yang lain pada mulanya mengembangkan parunya tetapi mngalami atelektasis progresif dan bernapas semakin berat pada beberapa jam perrtama. Tanda klinis khas bayi dengan gawat napas ialah bunyi ekspirasi atau merintih, takipnea, retraksi interkosta dan sternum, dan sianosis. Pernapasan merintih disebabkan oleh upaya ekspirasi lama melawan glottis yang tertutup sebagian. Biasanya didahului dengan upaya inspirasi kuat, selama masa tersebut, tekanan intratoraks turun di bawah tekanan atmosfer. Selama ekspirasi yang lama, tekanan intratoraks dipertahankan di atas tekanan atmosfer. Bayi tidak merintih pada tiap napas, dan mereka yang terkena penyakit berat paling sering mrintih. Dengan memprtahankan tekanan intrapulmonal positif selama sebagian besar siklus pernapasan, mrintih membantu mencegah atelektasis. Saat tidak merintih, bayi yang kekurangan surfaktan mempunyai volume tidal yang kecil dan frekuensi pernapasan yang cepat. Periode apnea dan ketidakteraturan irama pernapasan lazim karena kerja pernapasan bertambah dan bayi menjadi lelah. Tekanan intratoraks negatif besar yang dihasilkan saat bayi mengembangkan parunya menyebabkan jaringan lunak kerangka dada tertarik ke dalam. Retraksi ini terutama terlihat pada bayi preterm yang amat kecil dengan dinding dada yang lentur.
Karena dinding dada begitu lentur dan bayi bernapas terutama dengan diafragma, mereka sering mempunyai gerakan pernapasan pardoks. Pada waktu inhalasi, dinding dada terisap ke dalam sementara penurunana diafragma meningkatkan volume paru pada arah sefalokaudal, memperbesar rongga abdomen. Dengan demikian, dada membentuk gua dalam sementara lingkar abdomen bertambah. Hal ini disertai dengan pelebaran cuping hidung selama inspirasi. Suara napas meredup dan mempunyai kualitas tubular yang kasar dan kadang-kadang, ada ronki halus, terutama pada bayi yang dilahirkan dengan seksio sesaria dan yang mempunyai cairan paru berlebihan.
7. Hubungan BBLR dengan gejala pada skenario Ikterus pada BBLR Keadaan ini disebabkan karena imaturitas hepar ( pembentukan hepar belum sempurna) dan dapat menyebabkan konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna sehingga terjadi hiperbilirubinemia dan akan terjadi ikterus Hipotermi pada BBLR Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik dan metabolismenya rendah. Pada bayi hipotermia juga penjelasannya bisa dibagi 3 : 1. Penurunan produksi panas Kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi penurunan basal metabolisme tubuh sehingga timbul proses penurunan produksi panas. Misalnya : pada keadaan disfungsi kelenjar tiroid, adrenal maupun pituatiria. 2.
Peningkatan panas yang hilang Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar dan kehilangan panas. Adapun mekanisme kehilangan panas tubuh : - Konduksi : Perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat perbedaan suhu antara kedua objek - Konveksi : Transfer panas terjadi secara sederhana dan selisih suhu antara permukaan kulit bayi dan aliran udara yang dingin di permukaan tubuh bayi. - Radiasi : Perpindahan suhu dari suatu objek panas ke objek yang dingin. - Evaporasi : Panas terbuang akibat penguapan melalui permukaan kulit dan traktus respiratorius 3. Kegagalan termoregulasi Kegagalan hipotalamus dalam menjalankan fungsinya.
Gangguan pernafasan pada BBLR Keadaan ini karena pematangan paru dan fungsi surfaktan belum sempurna dan dinding dada masih lemah sehingga menyebabkan penurunan FRC akan menyebabkan gangguan pernafasan pada BBLR. Hipoglikemia pada BBLR Keadaan ini terutama terdapat pada bayi laki-laki. Penyebabnya belum terlalu jelas, akan tetapi sangat mungkin disebabkan oleh persediaan glikogen hyang sangat kurang pada BBLR dan bayi prematur. 8. Masalah yang timbul apabila ASI diberi 2 jam setelah lahir adalah gangguan motilitas usus karna bayinya masih premature sehingga ususnya belum sempurnya serta dapat memperbesar terjadinya infeksi nasokomial pada bayi. 9. Masalah yang dapat limbul pada BBLR a. Sistem Respiratorik •Respiratory distress syndrome (hyaline membrane disease) •Apnea b. Sistem Kardiovaskular •Patent Ductus Arteriousus •Bradikardi dengan apnea c. Hematologi •Hyperbilirubinemia– indirect •Subcutaneous, organ (liver, adrenal) hemorrhage d. Sistem Pencernaan •Poor gastrointestinal function– poor motility e. Sistem Endokrin Metabolik •Hypocalcemia •Hypoglycemia •Hypothermia f. Sistem Nervous Sentral •Hypotonia g. Sistem Urologi •Hiponatremia •Hipernatremia •Hiperkalemia h.Other
•Infections 10. Langkah langkah diagnosis : a. Anamnesis : Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk menegakkan, mencari etiology dan factor-factor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR • Umur ibu • HPHT • Riwayat persalinan • Paritas,jarak kelahiran sebelumnya • Kenaikan BB selama hamil • Aktivitas • Penyakit yang diderita selama hamil • Obat obat yang di minum selama hamil b. Pemeriksaan fisis : • Berat badan • Tanda-tanda prematuritas (score Ballard) • Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila Bayi KMK)
c. 1. 2. 3.
Pemeriksaan penunjang : Darah rutin,glukosa darah,pemeriksaan kadar elektrolit dan analisa gas darah (bila diperlukan ). Foto dada /babygram USG kepala.
11. Penanganan a. Medikamentosa - Vitamin K1 injeksi IM dosis tunggal 1mg. Diet etik : pemberian ASI personde b.Supportif : Pantau Jalan napas :inkubator u/ mempertahankan suhu pada keadaan normal. Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit 12. Pencegahan terjadinya BBLR •Pemeriksaan kehamilan secara berkala •Penyuluhan kesehatan kesehatan pertumbuhan janin •Perencanaan persalinan pada usia reproduksi sehat (20 -34 tahun) •Dukungan sektor lain untuk pen ingkatan pendidikan Ibu dan status ekonomi keluarga. 13. Komplikasi yang dapat terjadi pada BBLR c. Gangguan pernapasan/paru-paru d. Gangguan hati
e. Hipotermia f. Intraventricular hemorage g. Retinophaty. KESIMPULAN Segala manifestasi klinik yang terjadi pada skenario merupakan akibat dari kelahiran bayi yang prematur (usia kehamilan kurang dari 37 minggu ) REFERENSI Rudolph, Abraham M., dkk. 2007. Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. Buku Embriologi Kedokteran Langhman Nelson Textbook Journal of American Pediatri Emedicine.com Oski's Pediatrics: Principles and Practice, 3 rd Edition (June 1999): By Julia A. McMillan (Editor), Catherine D. Deangelis (Editor), Ralph D. Feigin (Editor), Joesph B. Warshaw (Editor), Frank A. Oski (Editor), Joseph B. Warshaw By Lippincott Williams & Wilkins Publishers Buku Acuan Nasional, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawijoyo, Jakarta. 2006 Dasar-dasar obstetric dan ginekologi edisi 6, Derek Llewellyn-Jones
Refarat BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) I. PENDAHULUAN Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dulu bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut bayi prematur. Tetapi ternyata morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya, tetapi juga pada maturitas bayi itu.1 Untuk mendapatkan keseragaman, pada kongres European Perinatal Medicine II di London (1970) telah diusulkan definisi sebagai berikut : - Bayi Kurang Bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu - Bayi Cukup Bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu sampai 42 minggu - Bayi Lebih Bulan adalah bayi dengan masa kehamilan 42 minggu atau lebih.1,2 Dengan pengertian seperti yang telah diterangkan seperti diatas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu : - Prematuritas Murni Masa gestasi < 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut bayi kurang bulan (BKB)-sesuai masa kehamilan (SMK) - Dismaturitas Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan tersebut (KMK).1,3
II. ETIOLOGI A. Prematuritas Murni 1. Faktor Ibu a. Penyakit Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis. Penyebab lainnya adalah diabetes mellitus, penyakit jantung, bakterial vaginosis, chorioamnionitis, atau tindakan operatif dapat merupakan faktor etiologi prematuritas. b. Usia Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah pada usia dibawah 20 tahun dan pada multi gravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat. Pada ibu yang sebelumnya telah melahirkan lebih dari 4 anak juga sering ditemukan. Kejadian terendah adalah pada usia antara 26-35 tahun.1,4
c. Keadaan sosial ekonomi Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. 2. Faktor Janin Hidramnion gawat janin, kehamilan ganda, eritroblastosis umumnya akan mengakibatkan lahirnya bayi dengan BBLR. B. Dismaturitas Penyebab dismaturitas adalah setiap keadaan yang mengganggu pertukaran zat antara ibu dan janin ( gangguan suplai makanan pada janin). Dismaturitas dihubungkan dengan keadaan medic yang mengganggu sirkulasi dan insufisiensi plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau kesehatan umum dan nutrisi ibu.2,3 III. EPIDEMIOLOGI Angka Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih cukup tinggi, terutama di negara dengan sosio-ekonomi rendah. Data statistik menunjukkan sekitar 90 kasus BBLR terjadi di negara berkembang. Di negara berkembang, angka kematian BBLR 35 kali lebih tinggi dibandingkan bayi dengan berat badan lahir diatas 2500 gram.4 Sejak tahun 1981, frekuensi BBLR telah naik, terutama karena adanya kenaikan jumlah kelahiran preterm. Sekitar 30% bayi BBLR di Amerika Serikat mengalami dismaturitas, dan dilahirkan sesudah 37 minggu. Di negara yang sedang berkembang sekitar 70% bayi BBLR tergolong dismaturitas.4 Di negara maju, angka kejadian kelahiran bayi prematur adalah sekitar 6-7%. Di negara yang sedang berkembang, angka kelahiran ini lebih kurang 3 kali lipat. Di Indonesia, kejadian bayi prematur belum dapat dikemukakan, tetapi angka kejadian BBLR di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pad a tahun 1986 adalah 24%. Angka kematian perinatal di rumah sakit yang sama adalah 70% dan 73% dari seluruh kematian disebabkan oleh BBLR.1,2 IV. PATOGENESIS Bayi lahir prematur yang berat badan lahirnya sesuai dengan umur pretermnya, biasanya dihubungkan dengan keadaan medik, dimana terdapat ketidakmampuan uterus untuk mempertahankan janin (incompetent cervix/premature dilatation), gangguan pada perjalanan kehamilan, pelepasan plasenta, atau rangsangan tidak pasti yang menimbulkan kontraksi efektif pada uterus sebelum kehamilan mencapai umur cukup bulan.2 Dismaturitas dihubungkan dengan keadaan medic yang mengganggu sirkulasi dan efisiensi plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau kesehatan umum dan nutrisi ibu. Dismaturitas mungkin merupakan respon janin normal terhadap kehilangan nutrisi atau oksigen. Sehingga, masalahnya bukan pada dismaturitasnya, tetapi agaknya pada resiko malnutrisi dan hipoksia yang terus-menerus. Serupa halnya dengan beberapa kelahiran preterm yang menandakan perlunya persalinan cepat karena lingkungan intra uterin berpotensi merugikan.2,4 V. GEJALA KLINIK A. Prematuritas Murni Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm. Masa gestasi kurang dari 37 minggu. Kepala relatif lebih besar daripada badannya, kulitnya tipis, transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang. Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia imatur. Desensus testikulorum biasanya belum sempurna dan labia minora belum tertutup oleh labia mayora. Rambut biasanya tipis dan halus. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas daun telinga masih kurang. Jaringan mammae belum sempurna, puting susu belum terbentuk dengan baik. Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal, yaitu posisi dekubitus lateral, pergerakannya kurang dan masih lemah. Bayi lebih banyak tidur daripada bangun. Tangisnya lemah, pernapasan belum teratur dan sering terdapat serangan apnoe. Otot masih hipotonik, sehingga kedua tungkai selalu dalam keadaan abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi dan kepala menghadap ke satu jurusan. Refleks moro dapat positif. Refleks mengisap dan menelan belum sempurna, begitu juga refleks batuk. Kalau bayi lapar, biasanya menangis, gelisah, aktivitas bertambah. Bila dalam waktu 3 hari tanda kelaparan ini tidak ada, kemungkinan besar bayi menderita infeksi atau perdarahan intrakranial. Seringkali terdapat edema pada anggota gerak, yang menjadi lebih nyata sesudah 24-48 jam. Kulitnya tampak mengkilat dan licin serta terdapat “pitting edema”. Edema ini seringkali berhubungan dengan perdarahan antepartum, diabetes mellitus, dan toksemia gravidarum. Frekuensi pernapasan bervariasi terutama pada hari-hari pertama. Bila frekuensi pernapasan terus meningkat atau selalu diatas 60x/menit, harus waspada kemungkinan terjadinya penyakit membrane hialin, pneumonia, gangguan metabolik atau gangguan susunan saraf pusat. Dalam hal ini harus dicari penyebabnya, misalnya dengan melakukan pemeriksaan radiologis toraks.1,2 B. Dismaturitas Dismaturitas dapat terjadi pre-term, term, dan post-term. Pada pre-term akan terlihat gejala fisis bayi prematur murni ditambah dengan gejala dismaturitas. Dalam hal ini berat badan kurang 2500 gram, karakteristik fisis sama dengan bayi prematur dan mungkin ditambah dengan retardasi pertumbuhan dan “wasting”. Pada bayi cukup bulan dengan dismaturitas, gejala yang menonjol adalah “wasting”, demikian pula pada post term dengan dismaturitas. Bayi dismatur dengan tanda “wasting” tersebut, yaitu: 1. Stadium Pertama Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering seperti perkamen, tetapi belum terdapat noda mekonium. 2. Stadium Kedua Didapatkan tanda stadium pertama ditambah dengan warna kehijauan pada kulit, plasenta, dan umbilicus. Hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam amnion yang kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilikus, dan plasenta sebagai akibat anoksia
intrauterine. 3. Stadium Ketiga Ditemukan tanda stadium kedua ditambah dengan kulit yang berwarna kuning,demikian pula kuku dan tali pusat. Ditemukan juga tanda anoksia intrauterin yang sudah berlangsung lama.1,3
VI. DIAGNOSIS Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) didiagnosis bila termasuk dalam golo ngan: 1. Prematuritas Murni Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut Bayi Kurang Bulan-Sesuai untuk Masa Kehamilan (KMK).1 2. Dismaturitas Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK). VII. PENATALAKSAAN A. Penatalaksanaan Prematur Murni Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus, maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi, serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.2 - Atur Suhu BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh karena itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat, bisa dengan membersihkan cairan pada tubuh bayi, kemudian dibungkus, atau bisa juga dengan meletakkannya di bawah lampu atau dalam inkubator. Dan bila listrik tidak ada, bisa dengan metode kangguru, yaitu meletakkan bayi dalam pelukan ibu (skin to skin).5 - Cegah Sianosis Cara mencegah sianosis dengan cara pemberian oksigen agar saturasi oksigen dalam tubuh bayi dapat dipertahankan dalam batas normal. - Cegah Infeksi BBLR mudah sekali diserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup untuk membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Oleh karena itu, perlu diperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, antara lain mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi, membersihkan tempat tidur bayi segera sesudah tidak dipakai lagi, membersihkan kulit dan tali pusat bayi dengan sebaikbaiknya.5,6 - Pemberian Vitamin K Dosis 1 mg intra muskular, 1 kali pemberian. Pemberian vitamin K pada bayi imatur adalah sama seperti pada bayi-bayi dengan berat badan dan maturitas yang normal. - Intake Harus Terjamin Pada bayi-bayi prematur, refleks isap, telan dan batuk belum sempurna. Kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan, terutama lipase masih kurang. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada umumnya, bayi dengan berat badan lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusui pada ibunya. Bayi dengan berat kurang dari 1500 gram kurang mampu mengisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari-hari pertama. Dalam hal ini bayi diberi minum melalui sonde lambung.2,6 B. Penatalaksanaan Bayi Dismaturitas Pada umumnya, sama dengan perawatan neonates pada umumnya, seperti pengaturan suhu lingkungan, makanan, mencegah infeksi dan lain-lain. Bayi dismatur biasanya tampak haus dan harus diberi makanan dini (early feeding). Hal ini sangat penting untuk menghindari terjadinya hipoglikemia. Kadar gula darah harus diperiksa setiap 8-12 jam. Sebaiknya sebelum dilakukan pemeriksaan “true glucose” dilakukan lebih dahulu pemeriksaan penyaring dengan “dextrostix”. Jika dengan cara ini ternyata kadar glukosa 45 mg% atau kurang, harus dilakukan pemeriksaan “true glucose”. Frekuensi pernapasan terutama dalam 24 jam pertama harus diawasi untuk mengetahui adanya sindrom aspirasi mekonium atau sindrom gangguan pernapasan idiopatik. Sebaiknya, setiap jam dihitung frekuensi pernapasan. Bila frekuensi lebih dari 60x/menit, dibuat foto thoraks. Pencegahan terhadap infeksi sangat penting, karena bayi sangat rentan terhadap infeksi, yaitu karena pemindahan IgG dari ibu ke janin terganggu. Temperatur harus dikelola, jangan sampai kedinginan karena bayi dismatur lebih mudah menjadi hipotermi. Hal ini disebabkan oleh karena luas permukaan tubuh bayi relatif besar dan jaringan lemak subkutan kurang.1,6 Perawatan Bayi Dalam Inkubator Inkubator yang canggih dilengkapi oleh alat pengatur suhu dan kelembapan bayi agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya yang normal, alat oksigen yang dapat diatur, serta kelengkapan lain untuk mengurangi kontaminasi bila inkubator dibersihkan. Kemampuan bayi berat lahir rendah dan bayi sakit untuk hidup, lebih besar bila mereka dirawat pada atau mendekati suhu lingkungan yang netral. Suhu ini ditetapkan dengan mengatur suhu permukaan yang terpapar radiasi, kelembapan yang relatif, dan aliran udara sehingga produksi panas (yang diukur dengan konsumsi oksigen) sesedikit mungkin dan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan dalam batas normal. Bayi yang besar dan lebih tua memerlukan suhu lingkungan lebih rendah dari bayi yang kecil dan lebih muda. Suhu inkubator yang optimum diperlukan agar panas yang
hilang dan konsumsi oksigen terjadi minimal sehingga bayi telanjang pun dapat mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36,5-37 0C. Tingginya suhu lingkungan ini tergantung dari besar dan kematangan bayi. Dalam keadaan tertentu, bayi yang sangat prematur tidak hanya memerlukan inkubator untuk mengatur suhu tubuhnya, tetapi juga memerlukan pleksiglas penahan panas atau topi maupun pakaian. Mempertahankan kelembapan nisbi 40-60 % diperlukan dalam membantu stabilisasi suhu tubuh, yaitu dengan cara sebagai berikut: (1) mengurangi kehilangan pada suhu lingkungan yang rendah, (2) mencegah kekeringan dan iritasi pada selaput lendir jalan nafas, terutama pada pemberian oksigen dan selama pemasangan intubasi endotrakea atau nasotrakea, dan (3) mengencerkan sekresi yang kental serta mengurangi kehilangan cairan insensible dari paru-paru.2,6 Seandainya tidak ada inkubator, pengaturan suhu dan kelembapan dapat diatur dengan memberikan sinar panas, dan botol air hangat, disertai dengan pengaturan suhu dan kelembapan ruangan. Mungkin pula diperlukan pemberian oksigen melalui topeng atau pipa intubasi.6 Ibu yang memiliki Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), tidak perlu khawatir lagi soal perawatan buah hatinya selepas keluar dari rumah sakit. Sekarang, para ahli di bidang kedokteran mengembangkan metode kangguru untuk merawat BBLR itu. Metode tersebut, memungkinkan panas tubuh bayi dijaga oleh panas tubuh ibunya. Metode kangguru ini memang terkesan unik. Dengan sebuah pakaian yang berbentuk seperti tubuh kangguru yang berkantung, bayi bisa mendapatkan kehangatan cukup karena bersentuhan langsung dengan tubuh ibunya. Ada tiga kriteria BBLR yang sudah bisa dirawat dirumah setelah keluar dari inkubator. Pertama, berat sudah kembali ke berat lahir dan lebih dari 1500 gram. Kemudian berat bayi cenderung naik dan suhu tubuh stabil selama tiga hari berturutturut. Yang juga harus diperhatikan, bayi sudah mampu mengisap dan menelan. Selain itu, ibu sudah harus merawat dan member minum. Metode kangguru ini cukup efektif sebab selain membuat bayi tidak tergantung pada rumah sakit, ibu lebih percaya diri merawat bayinya di rumah. Keuntungan lainnya, BBLR bisa mendapatkan ASI ekslusif dan menurunkan resiko bayi terkena kehilangan panas tubuh.6 \
VIII. KOMPLIKASI A. Komplikasi Prematuritas.1,5,6 1. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik Disebut juga penyakit membran hialin karena pada stadium akhir akan terbentuk membran hialin yang melapisi alveolus paru 2. Pneumonia aspirasi Sering ditemukan pada prematur karena refleks menelan dan batuk yang belum sempurna 3. Perdarahan intraventrikuler Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral karena anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernapasan). Kelainan ini biasanya hanya ditemukan pada otopsi.
4. Fibroplasia retolental Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur disebabkan oleh gangguan oksigen yang berlebihan. 5. Hiperbilirubinemia Bayi prematur lebih sering mengalami hiperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor kematangan hepar yang tidak sempurna sehingga konjungasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna 6. Infeksi Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya IgG gamma globulin. B. Komplikasi Dismaturitas.1,2,5 1. Sindrom aspirasi mekonium Keadaan hipoksia intrauterine mengakibatkan janin mengadakan “gasping” dalam uterus. Selain itu mekonium akan dilepaskan kedalam likuor amnion, akibatnya cairan yang mengandung mekonium yang lengket itu masuk kedalam paruparu janin karena inhalasi. Pada saat lahir bayi akan menderita gangguan pernapasan idiopatik 2. Hipoglikemia simptomatik Terutama pada bayi laki-laki, penyebabnya belum jelas, tetapi mungkin sekali disebabkan oleh persediaan glikogen yang sangat kurang pada bayi dismaturitas. Diagnosis dapat dibuat dengan melakukan pemeriksaan kadar gula darah. Bayi BBLR dinyatakan hipoglikemia bila kadar gula darah kurang dari 20 mg%. 3. Asfiksia neonatorum Bayi dismaturitas lebih sering menderita asfiksia neonatorum d ibandingkan bayi normal. 4. Penyakit membran hialin Terutama bayi dismatur yang “pre -term”. Hal ini disebabkan karena surfaktan pada paru belum cukup sehingga alveolus sering kolaps. 5. Hiperbilirubinemia Bayi dismatur lebih sering mendapat hiperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi yang sesuai masa kehamilannya. Hal ini mungkin disebabkan gangguan pertumbuhan hepar. IX. PROGNOSIS Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masa perinatal, misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat badan, makin tinggi angka kematian), asfiksia, atau iskemia otak, sindroma gangguan pernapasan, perdarahan
intraventrikuler, displasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasias, infeksi, gangguan metabolik, (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia). Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua, dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan, dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan lain-lain).2,4 X. PENCEGAHAN Untuk pencegahan BBLR dapat dilakukan beberapa intervensi dengan pendekatan faktor resiko yang menjadi penentu terjadinya BBLR seperti Keluarga Berencana (KB), pendidikan wanita, peningkatan kesehatan ibu dan anak melalui pelayanan antenatal, perbaikan gizi, pemberdayaan keluarga dan masyarakat.
Pendahuluan Di negara berkembang, termasuk Indon esia, tinggmya morbiditas dan mortalitas bayi berat lahir rendah (BBLR) masih menjadi masalah utama. Penyebab utama morbiditas dan mortalitas BBLR di negara berkembang adalah asfiksia, sindrom gangguan napas, infeksi, serta komplikasi hipotermia. Hipotermia dapat menimbulkan penyulit infeksi, gagal ginjal, serangan apnu, dll yang mengakibatkan kematian. Di Indonesia, sekitar 70% persalinan terjadi di pedesaan dan ditolong oleh dukun bayi. Mungkin pula ditolong oleh mertua, anggota keluarga yang lain, atau tetangga. Faktor utama yang memberikan peluang terjadinya kematian neonatus di rumah adalah kegagalan untuk mengenal faktor risiko tinggi pada kehamilan, persalinan, periode neonatus, dan tidak merujuk pada saat yang tepat. Upaya perawatan BBLR dengan praktik "metode botol panas dan bedong" serta praktik tradisional lainnya yang bersifat pendekatan supernatural, terbukti tidak dapat membantu. Bahkan, sering kali memberikan dampak buruk terhadap kondisi fisik bayi, seperti kasus luka bakar akibat "teknologi botol panas" dan "teknologi pemanasan dengan lampu petromaks". Hipotermia pada neonatus adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan suhu tubuh yang disebabkan oleh berbagai keadaan, terutama karena tingginya konsumsi oksigen dan penurunan suhu ruangan. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal sangat penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan bayi baru lahir, terutama bagi bayi prematur. Pengaturan suhu tubuh tergantung pada faktor penghasil panas dan pengeluarannya, sedang produksi panas sangat tergantung pada oksidasi biologis dan aktivitas metabolisme dari sel-sel tubuh waktu istirahat1. Suhu normal adalah suhu tubuh yang menjamin kebutuhan oksigen bayi secara individual dapat terpenuhi, pada kulit bayi: 36--36,5oC; pada aksila: 36,5--37oC; dan pada rektum 36,5--37,5oC C. Istilah hipotermia secara umum digambarkan sebagai suhu tubuh kurang dari 35oC3-8,10,16. Dengan diketahuinya bahaya hipotermia, terutama pada neonatus, maka untuk meningkatkan keselamatan neonatus prematur yang dirawat digunakan inkubator sederhana untuk pemanasan. Ini merupakan hal yang mengesankan dalam usaha untuk mengontrol keseimbangan panas yang mudah terganggu pada neonatus prematur4. Penurunan suhu ruangan, kekurangan lemak subkutan dan hipoglikemia pada bayi berpotensi menimbulkan keadaan hipotermia, terutama pada bayi prematur7. Suhu ruangan dan kelembaban yang lebih tinggi dari keadaan normal perlu dipertahankan, terutama pada bayi prematur. Suhu tubuh yang dipertahankan sebesar 36--36,2oC yang didapatkan dari mempertahankan suhu lingkungan antara 32--34oC pada bayi prematur, dapat mempertahankan kelangsungan hidup bayi2. Penilaian suhu bayi dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain melalui rektum, oesofagus, dan membran timpani. Namun, yang paling sering dilakukan adalah melalui rektum, kulit, dan aksila. Pengukuran suhu melalui rektal adalah pengukuran suhu tubuh yang lebih sesuai, sedangkan suhu pada aksila biasanya lebih rendah dari rektum, namun dapat terbaca lebih tinggi bila brown fat terangsang8. Etiologi Hipotermia dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, antara lain: 1.
2.
Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti lingkungan dingin, basah, atau bayi yang telanjang, cold linen, selama perjalanan dan beberapa keadaan seperti mandi, pengambilan sampel darah, pemberian infus, serta pembedahan. Juga peningkatan aliran udara dan penguapan. Ketidaksanggupan menahan panas, seperti pada permukaan tubuh yang relatif luas, kurang lemak, ketidaksanggupan mengurangi permukaan tubuh, yaitu dengan memfleksikan tubuh dan tonus otot yang lemah yang mengakibatkan hilangnya panas yang lebih besar pada BBLR.
3.
Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas, seperti defisiensi brown fat , misalnya bayi preterm, kecil masa kelahiran, kerusakan sistem syaraf pusat sehubungan dengan anoksia, intra kranial hemorrhage, hipoksia, dan hipoglikemia11.
Klasifikasi Berdasarkan kejadiannya, hipotermia dibagi atas13: 1.
2.
3.
4.
Hipotermia sepintas, yaitu penurunan suhu tubuh 1--2oC sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4--8 jam, bila suhu lingkungan diatur sebaik-baiknya. Hipotermia sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR, hipoksia, resusitasi yang lama, ruan gan tempat bersalin yang dingin, bila bayi tidak segera dibungkus setelah lahir, terlalu cepat dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah lahir), dan pemberian morfin pada ibu yang sedang bersalin. Hipotermia akut terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6--12 jam. Terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang dingin, inkubator yang tidak cukup panas, kelalaian dari dokter, bidan, dan perawat terhadap bayi yang akan lahir, yaitu diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya. Gejalanya ialah lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin. Terapinya ialah dengan segera memasukkan bayi ke dalam inkubator yang suhunya telah diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti. Hipoterroia sekunder. Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapasan dengan hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intrakranial tranfusi tukar, penyakit jantung bawaan yang berat, dan bayi dengan BBLR serta hipoglikemia. Pengobatannya ialah dengan mengobati penyebabnya, misalnya dengan pemberian antibiotik, larutan glukosa, oksigen, dan sebagainya. Pemeriksaan suhu tubuh pada bayi yang sedang mendapat tranfusi tukar harus dilakukan beberapa kali karena hipotermia harus diketahui secepatnya. Bila suhu sekitar 32oC, tranfusi tukar harus dihentikan untuk sementara waktu sampai suhu tubuh menjadi normal kembali. Cold injury, yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam ruangan dingin (lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan dingin, oliguria, suhu berkisar antara 29,5--35pC, tak banyak bergerak, edema, serta kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkutis. Bayi seperti ini sering mengalami komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan perdarahan. Pengobatannya ialah dengan memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotik, pemberian larutan glukosa 10%, dan kortikosteroid.
Patofisiologi Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral pengatur panas di hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu mencapai brown fat memacu pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi menjadi gliserol dan asam lemak. Blood gliserol level meningkat, tetapi asam lemak secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan panas. Daerah brown fat menjadi panas, kemudian didistribusikan ke beberapa bagian tubuh melalui aliran darah. Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan dan glukosa untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat. Methabolic thermogenesis yang efektif memerlukan integritas dari sistem syaraf sentral, kecukupan dari brown fat , dan tersedianya glukosa serta oksigen. Perubahan fisiologis akibat hipotermia yang terjadi pada sistem syaraf pusat antara lain (tabel 1) antara lain: depresi linier dari metabolisme otak, amnesia, apatis, disartria, pertimbangan yang terganggu adaptasi yang salah, EEG yang abnormal, depressi kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan halusinasi. Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan autoregulasi otak, aliran darah otak menurun, koma, refleks okuli yang hilang, dan penurunan yang progressif dari aktivitas EEG. Pada jantung dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang progressif, kontriksi pembuluh darah, peningkatan cardiac out put , dan tekanan darah. Selanjutnya, peningkatan aritmia atrium dan ventrikel, perubahan EKG dan sistole yang memanjang; penurunan tekanan darah yang progressif, denyut jantung, dan cardiac out put disritmia serta asistole. Pada pernapasan dapat terjadi takipnea, bronkhorea, bronkhospasma, hipoventilasi konsumsi oksigen yang menurun sampai 50%, kongesti paru dan edema, konsumsi oksigen yang menurun sampai 75%, dan apnoe. Pada ginjal dan sistem endokrin, dapat terjadi cold diuresis, peningkatan katekolamin, steroid adrenal, T3 dan T4 dan menggigil; peningkatan aliran darah ginjal sampai 50%, autoregulasi ginjal yang intak, dan hilangnya aktivitas insulin. Pada keadaan berat, dapat terjadi oliguri yang berat, poikilotermia, dan penurunan metabolisma basal sampai 80%. Pada otot syaraf, dapat terjadi penurunan tonus otot sebelum menggigil, termogenesis, ataksia, hiporefleksia, dan rigiditi. Pada keadaan berat, dapat terjadi arefleksia daerah perifer14. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis tergantung pada keparahan dan pengaruh suhu terhadap tubuh. Transient respirasi distress bisa terlihat pada waktu di kamar bersalin. Stern (1980) memperlihatkan adanya peningkatan risiko Kern icterus pada bayi kecil yang preterm15. Jika hipotermia terus berlanjut, apnea, bradikardia, dan sianotik sentralis bisa terjadi. Bayi hipotermia mula-mula dapat terlihat gelisah, kemudian letargi. Perubahan lainnya yang bisa terjadi antara lain hipotonia, nangis yang lemah, malas
mengisap, distensia atau muntah. Umumnya, bayi tidak menggigil akibat kedinginan, namun dapat jatuh pada hipotermia yang lebih berat. Hipotermia kronik dapat menyebabkan berat badan yang menurun3. Pada kasus yang berat (< 28oC), terlihat pasien pucat atau sianosis, pupil mata dapat dilatasi, otot-otot kaku, dan denyut nadi bisa rendah, 4--6 kali/menit2. Komplikasi Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat hipotermia: hipoglikemia karena kekurangan cadangan glikogen. Asidosis metabolik disebabkan vasokonstriksi perifer dengan metabolisme anaerobik dan asidosis. Hipoksia dengan kebutuhan oksigen yang meningkat, gangguan pembekuan, dan perdarahan pulmonal dapat menyertai hipotermia berat. Schok dengan akibat penurunan tekanan arteri sistemik, penurunan volume plasma, dan penurunan cardiac output. Apnea dan perdarahan intra ventrikuler3,15. Penanganan Untuk mencegah komplikasi hipotermia, pemanasan terhadap bayi harus segera dilakukan. Pemanasan yang terlalu cepat harus dihindarkan, karena dapat menyebabkan apnea. Penyebab hilangnya panas harus segera dihentikan, suhu harus terus dimonitor, dan investigasi terhadap penyebab-penyebab patologi atau iatrogenik harus diperiksa. Jika hipotermianya ringan, dilakukan pemanasan yang perlahan-lahan. Panas yang diberikan lebih tinggi sedikit dari panas kulit dan perlahan-lahan dinaikkan hingga dicapai suhu yang kira-kira sama dengan suhu ruangan yang normal (tabel 2). Suhu kulit, aksila, dan ruangan harus diukur setiap 30 menit selama masa pemanasan. Dianjurkan untuk menaikkan panas satu derajat tiap satu jam, kecuali jika berat badan bayi yang kurang dari 1200 gram, usia kehamilan kurang dari 28 minggu, atau suhunya kurang dari 32oC, dan bayi dapat dipanaskan lebih perlahan-lahan (rata-rata tidak lebih dari 0,6oC tiap jam)16. Peralatan yang dipakai untuk mengatasi hipotermia: 1.
Closed incubator . Biasanya digunakan untuk bayi yang mempunyai berat kurang dari 1800 gram. Kerugian pemakaian alat ini adalah kita sulit untuk mengamati dan melakukan tindakan terhadap bayi. Perubahan suhu yang berhubungan dengan sepsis bisa kabur karena alat ini. Bayi dikeluarkan dari inkubator bila suhu tubuh dapat bertahan pada suhu lingkungan lebih dari 30oC (biasanya sewaktu tubuh telah mencapai kira-kira 1800 gram). Inkubator ini biasanya memakai alat-alat berikut:
Pengatur suhu sendiri, yang ditaruh di atas perut bayi. Bila suhu tubuh bayi turun, panas akan dihasilkan sesuai target dan alat akan mati secara otomatis. Kerugiannya adalah bila sensornya lepas atau rusak dapat terjadi panas yang berlebihan14,16. Air temperatur control device. 2.
Radiant warmer , khusus dipakai pada bayi yang tidak stabil atau yang sedang mengalami pemeriksaan. Temperatur dapat diatur dengan memakai skin probe atau manual mode.
Pengaturan suhu tubuh pada bayi cukup bulan yang normal (> 2500 gram): Tempatkan bayi di bawah pemanas segera setelah bayi lahir. Keringkan seluruh tubuh untuk mencegah kehilangan panas dengan cara penguapan. Tutup kepala dengan cap. Bungkus bayi dengan selimut, masukkan dalam tempat tidur bayi. Pengaturan suhu tubuh bayi cukup bulan yang sakit: Prosedurnya sama dengan bayi cukup bulan yang sehat, kecuali radiant warmer -nya dengan pengatur suhu sendiri. Pengaturan panas pada bayi prematur (1000-2500 gr): Untuk berat bayi 1800-2500 gr, tanpa masalah medis, digunakan tempat tidur bayi, cap, dan selimut biasanya sudah cukup. Juga dapat digunakan cara skin-to-skin (kangaroo). Untuk bayi 1000-1800 gr: Untuk bayi yang sehat seharusnya ditempatkan di inkubator tertutup dengan pengatur suhu sendiri. Sedangkan untuk bayi yang sakit ditempatkan di bawah radiant warmer dengan pengatur suhu sendiri. Pengaturan panas terhadap bayi berat badan sangat rendah (<1000 gr) Radiant warmer
Gunakan pengatur suhu sendiri dengan set temperatur kulit perut 37oC. Tutup kepala dengan cap.
Pergunakan pelindung panas. Humidity level di bawah pelindung panas seharusnya 40--50%. Tempatkan pembungkus yang terbuat dari plastik di atas bayi. Pergunakan pembungkus kasur warna hitam untuk menyerap panas. Pertahankan suhu udara yang terhirup 34--35oC. Tempatkan matras pemanas (K-pad) di bawah bayi yang suhunya telah disesuaikan sekitar 35--38oC. Untuk mempertahankan proteksi, panas diatur sekitar 35--38oC. Jika bayi hipotermi, dapat dinaikkan menjadi 37--38oC. Jika bayi tidak dapat distabilkan, pidahkan bayi ke inkubator tertutup. Closed incubator Gunakan servokontrol dengan set suhu pada kulit perut 36,5oC. Pergunakan inkubator yang mempunyai dinding dua lapis jika mungkin. Tutup kepala dengan cap. Pertahankan humidity level pada 40--50% atau lebih tinggi. Pertahankan suhu ventilator pada 34--35oC atau lebih tinggi. Lapisi inkubator dengan alumunium bila diperlukan. Tempatkan matres pemanas (K-pad) di bawah bayi yang telah disesuaikan suhunya 35--36oC. Untuk proteksi, panas dapat diatur antara 35--36oC. Untuk bayi hipotermi, dapat dibuat 37--38oC. Letakkan pembungkus yang terbuat dari plastik di atas bayi. Jika suhu tubuh sulit dipertahankan, coba dengan meningkatkan humidity level. Pada penanganan neonatal cold injury, di samping pemberian kehangatan yang bertahap juga koreksi gangguan metabolisme, terutama hipoglikemia. Kesimpulan Mengingat hipotermia pada neonatus dapat mengancam kelangsungan hidup, terutama pada bayi-bayi BBLR, maka sedini mungkin harus diperhatikan semua hal-hal yang dapat menyebabkan hipotermia dan gejala-gejala dini yang timbul. Penanganan dapat dilakukan dari yang paling sederhana (membalut dengan kain) sampai dengan peralatan yang lebih sempurna. Rumus untuk memperkirakan berat badan dan tinggi badan normal pada bayi dan anak Berat Badan (Kilogram) Lahir
3,25
3-12 bulan
Usia (bulan) + 92
1-6 tahun
Usia (tahun) x 2 + 8
7-12 tahun
Usia (tahun) x 7 – 52 Tinggi Badan (Centimeter)
Lahir
50
1 tahun
75
2-12 tahun
Usia (tahun) x 6 + 77
Beberapa ukuran yang perlu diketahui sebagai patokan: Berat badan (BB)
Rata-rata lahir normal Umur 5 bulan Umur 1 tahun Umur 2 tahun
3.000-3.500 gr 2x berat badan lahir 3x berat badan lahir 4x berat badan lahir
Kenaikan berat badan pada tahun pertama kehidupan:
700-1000 gram/bulan pada triwulan I 500-600 gram/bulan pada triwulan II
350-450 gram/bulan pada triwulan III 250-350 gram/bulan pada triwulan IV
Pada masa pra sekolah kenaikan BB rata-rata 2 kg/tahun. Tinggi badan (TB)
Rata-rata lahir normal Umur 1 tahun Umur 4 tahun Umur 6 tahun Umur 13 tahun Dewasa
50 cm 1,5 x TB lahir 2 x TB lahir 1,5 x TB setahun 3 x TB lahir 3,5 x TB lahir (2 x TB setahun)
Sumber: Kliegman, Robert M., etc. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics 18’th Edition. Unit ed States of America: Elsevier. BAB I TINJAUAN PUSTAKA I. PENGERTIAN
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran
dan harus menyesuaikan dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. (Nelson, 1999 : 535) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sanpai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram. (Pusdiknakes, 1993 : 69) II. CIRI – CIRI BAYI NORMAL a. BB : 2500 – 4000 gram b. Panjang baan lahir : 48 – 50 cm c. Lingkar dada : 30 – 38 cm d. Lingkar kepala : 33 – 35 cm e. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180x / menit, kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40x/menit. f. Pernafasan pada menit pertama ± 8 0x / menit, kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40x/menit. g. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subcutan membentuk dan meliputi vercic ceseosa h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala sudah sempurna i. Kuku sudah agak panjang dan lemas j. Genetalia perempuan : Labia mayor menutup labia minor ,Laki – laki : Testis sudah turun ke scrotum k. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik l. reflek moro sudah baik m. g erak reflek sudah baik, apabila diletakkan sesuatu berada di atas telapak tangannya bayi akan menggenggam / adanya gerakan reflek. n. Eli minasi baik, urin dan meconium akan keluar dalam 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan (Pusdiknakes, 1993 : 69) III. FISIOLOGIS NEONATUS Adalah ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital neonatus. (Nelson, 1994 ; 41) 1. Sistem Pernafasan a. Perkembangan Sistem Pulmoner Umur Kehamilan Perkembangan 24 hari 24 – 26 hari 6 minggu 12 minggu 16 minggu 24 minggu 28 minggu 34 – 36 minggu Bakal paru – paru terbentuk Dua bronchi membesar Dibentuk segmen bronkus Differensial Lobus Dibentuk Bronkiolus Dibentuk Alveolus Dibentuk Surfaktan Maturasi Struktur b. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui placenta, setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru – paru (setelah tali pusat dipotong) Tekanan mekanis pernafasan pertama akibat adanya : 1 . Tekanan mekanik pada thorak sewaktu melewati jalan lahir 2 . penurunan tekanan oksigen dan kenaikan karbondioksida merangsang (chemoresptor pada sinus carotis) 3. rangsangan dingin di daerah muka c. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan alveoli selain adanya surfactant adalah menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan menjerit sehingga oksigen tertinggal di dalam. 2. Jantung dan Sirkulasi Darah Didalam rahim darah kaya dan nutrisi dari placenta masuk ke dalam tubuh janin, melalui umbilicus. Sebagian besar masuk ke dalam cava inferior melalui ductus venosus aranti. Darah yang sel-seI tubuh miskin oksigen serta penuh sisa pembakaran akan dialirkan ke placenta melalui arteri umbilicus dan seterusnya 3. Sistem Saluran Pernafasan. Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan cukup terbentuk dan janin telah dapat menelan air ketuban dalam jumlah y ang cukup banyak. Absorbsi air terjadi melalui mucosa seluruh saluran pencernaan. Janin minum air ketuban dibuktikan dengan adanya mekonium. 4. Hepar Pada kehamilan 4 bulan hepar mempunyai peranan metabolisme hidrrat arang dan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D sudah tersimpan di hepar. Fungsi hepar janin dalam kandungan dan scaera setelah bayi lahir masih dalam keadaan imatur. 5. Metabolisme. Dibandingkan dengan ukuran tubuhnva, luas permukaan neonatus lebih besar dari pada orang dewasa, 6. Produksi Panas Apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian suhu yaitu dengan cara pembakaran cadangan lemak yang memberikan lebih banyak energi dari pada lemak biasa. Ketahanan tubuh dipengaruhi oleh suhu tubuh bayi, umur kehamilan dan berat badan bayi 7. Kelanjar Endokrin ada neonatus kadang – kadang hormone yang didapatkan dari ibu masih berfungsi, pengaruhnya dapat dilihat misalnya pembesaran kelenjar air susu pada bayi laki-laki ataupun perempuan kadangkadang adanya pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid pada bayi perempuan 8. Keseimbangan air dan fungsi ginjal Tubuh neonatus mengandung relative banyak air dan kadar natrium relative lebih besar dari pada
kalium, baru berumur 3 hari ginjalnya barulah mulai memproses air yang didapat setelah lahir 9. Susunan Syaraf Pada triwulan terakhir hubungan antara syaraf dan fungsi otot – otot menjadi lebih sempurna sehingga janin yang dilahirkan > 32 minggu dapat hidup di luar kandungan 10. Imunologi Hanya terdapat imunologi gamaglobin, dibentuk banyak dalam bulan kedua setelah bayi dilahirkan. Imunologi gamaglobin pada janin berasal dari ibunya melalui placenta. IV. PERUBAHAN FISIOLOGIS BAYI BARU LAHIR Sebagai akibat perubahan lingkungan dan kehidupan intrauterine ke extra uterin, bayi menerima rangsangan yang bersifat extra uterin, bayi menerima rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanis dan teknik. 1. Gangguan metabolic karbohidrat Dalam waktu 2 jam setelah lahir kadar gula tali pusat yang 65 mg/100ml akan menurun menguasai 50 mg / 100 ml. energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120/100 ml. bila sesuatu hal perubahan glukosa menjadi glikogen meningkat atau adanya gangguan pada metabolisme asam lemak yang tidak memenuhi kebutuhan neonatus, maka bayi dan ibu yang menderita DM. (Pusdiknakes WHO, 2003 : 10) 2. Gangguan Suhu Tubuh Sesudah bayi lahir ia berada ditempat yang suhunya lebih rendah dari uterus dan dalam keadaan basah. Bila dibiarkan dalam suhu kamar 25°C maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi konveksi dan radiasi sebanyak 220 kalori/ka 88/menit, sedangkan pembentukan panas yang dapat diproduksi hanya seper sepuluhnya. Hal ini akan menyebabkan penurunan suhu sebanyak 2 0°C dalm waktu I5 menit. Kejadian ini berbahaya untuk neonatus terutama untuk BBLR dan bayi asfiksia, karena mereka tidak sanggup mengimbangi penurunan suhu tersebut dengan vasocontriksi, insulasi dan produksi panas yang dibuat sendiri. Akibat suhu tubuh yang rendah metabolisme jaringan akan meninggi asidosis metabolic menjadi bertambah, sehingga kebutuhan O2 meningkat. Hipotermi ini dapat menyebabkan hipoglikemi. ( Pusdiknakes WHO, 2003 10 ) 3. Perubahan Sistem Pernafasan Pernafasan normal pada neonatus pertama kali 30 detik sesudah kelahiran. Pernafasan ini tarjadi akibat adanya aktivitas normal dari SSp dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnva. 4. Perubahan Sistem Sirkulasi Dengan berkembangnya paru-paru tekanan O¬2 d alam alveoli meningkat dan tekanan O2 menurun. Hal ini mengakibatkan aliran darah ke paru-paru ductus arteriosus botali tertutup. Dengan dipotongnya tali pusat arteri, vena umbilicus menciut. Aliran darah dari foramen oval ke atrium kiri terhenti, paruparu mulai berfungsi dengan masuknya ud ara dari paru-paru ke atrium kiri menjadi 5. Sistem Gastrointestinal Setelah lahir, janin cukup bulan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumooh dan batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersama dengan tumbuhannua bayi batu lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya memberi ASI. (Pusdiknakes WHO, 2003 : 10) BAB II TINJAUAN TEORI I. PENGKAJIAN Langkah pengkajian dilakukan dalam upaya untuk menegakkan masalah keperawatan yang terjadi pada pasien secepat mungkin sesuai dengan keadaan pasien. BBL normal lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan bukan lahir 2 500 gr sampai dengan 4000 gr. Menurut APN, penatalaksanaan Bayi Baru Lahir, 2004:4.2 Untuk menilai keadaan bayi baru lahir secara cepat dan tepat (0-30 detik) dengan mempertimbangkan atau menanyakan 5 pertanyaan sebagai berikut : 1. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium? 2. Apakah bayi bernafas spontan? 3. Apakah bayi berwarna kemerahan? 4. Apakah tonus otot bayi cukup? 5. Apakah ini kehamilan cukup bulan? Pengkajian dilakukan pada bayi baru lahir pada umur 1 hari pertama yaitu 2 menit pertama dan 5 menit kedua. Pemeriksaan fisik pada BBL meliputi : 1. Pernafasan dan peredaran darah a. Bayi normal mulai bernafas 30 detik setelah lahir. Untuk menilai status kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernafasan dan peredaran darah dengan dilihat dari frekuensi denyut jantung, pernafasan, wajah, ekstremitas dan seluruh tubuh. b. Frekuensi denyut jantung dapat dihitung dengan cara meraba arteri temporalis/carotis, dapat secara langsung didengar di daerah jantung. c. Frekuensi pernafasan dihitung dengan melihat gerakan bernafas pada dada dan perut. d. Pernafasan bayi normal = 30-60×/menit e. Warna ekstremitas, wajah, dan seluruh tubuh adalah kemerahan. 2. Suhu tubuh a. Berkisar antara 365 °C - 37 °C b. Pengukuran suhu tubuh bisa di daerah axila maupun rektal. c. Hasil pengukuran pada axila biasanya lebih rendah 1 °C dari pada pengukuran pada rectal karena daerah rectal lebih tertutup sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh suhu lingkungan. d. Suhu terhadap perifernya sangat mudah terpengaruhi oleh lingkungan karena pada neonatus, pusat pengatur suhu belum dapat berfungsi dengan baik. Hal-hal yang menyebabkan kehilangan suhu : Suhu tubuh sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan melalui : a. Konduksi adalah proses kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung dengan benda yang suhunya lebih rendah. Contoh : bayi ditimbang tanpa menggunakan alas dan dingin. b. Konveksi adalah proses hilangny a
panas tubuh bila bayi berada dalam keadaan basah. Contoh : bayi tidak segera dikeringkan saat setelah proses persalinan atau setelah dimandikan c. Radiasi adalah proses hilangnya panas tubuh bila bayi diletakkan di dekat benda yang suhunya lebih rendah. 3. Kulit - Pada neonatus yang cukup bulan biasanya kuli8t halus, lembut, dan padat dengan sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki, dan selangkangan. - Kulit biasanya dilapisi zat lemak berwarna putih kekuningan terutama di daerah lipatan dan bahu yang disebut vernik caseosa. 4. Keadaan dan kelengkapan ekstremitas Apakah ada cacat baw aaan, berupa kelainan bentuk, kelainan jumlah, terutama jumlah jari. 5. Tali pusat - Terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. - Keadaan tali pusat harus kering tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan di sekitar. 6. Reflek - Reflek menghisap (Sucking reflek) Merupakan reflek yang terpenting pada bayi, bila menyentuh daerah sekitar mulut, maka ia akan segera membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya ke arah yang menyentuh. Hal ini akan dilakukan bila menyentuhkan puting susu ke ujung mulutnya, gerakan ini kemudian diikuti oleh gerakan menghisap. Reflek menggenggam (Graps reflek) Bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi,jari-jarinya akan langsung menggenggam dengan kuat. Reflek moro Merupakan reaksi emosional yang timbul diluar kesadaran bayi, reflek ini akan timbul bila direnggut dengan kasar dari gendongannya. Blink reflek Saat pipi/sudut mulut tersentuh (ditarik) bayi bersin. Swalow reflek Saat pipi/sudut mulut tersentuh puting susu ibu, bayi memalingkan kepala dan membuka mulut. Babynsky reflek Saat telapak kaki dirangsang, ibu jari terangkat, 4 jari lain ke bawah. Tonick neck reflek Bayi ditengkurapkan secara spontan akan memiringkan kepala ke satu arah. 7. Berat badan Pada hari ke-2 dan ke-3 bayi mengalami penurunan BB fisiologis namun harus waspada, jangan melampaui 10% berat lahir. Pada hari ke-10 -14, biasanya akan tercapai kembali BB lahir. Berat badan lahir normal adalah 2500 gr-4000 gr. 8. Mekonium - Pada saat bayi lahir diperiksa apakah air ketuban bercampur mekonium, karena apabila tertelan oleh bayi dapat menyebabkan asfiksia pada bayi. - Pada saat bayi la hir, lalu keluar mekonium, berarti anus ada dan tidak tertutup. - Mekonium akan keluar sampai hari ke-2 atau ke-3. 9. Antropometri Lingkar kepala • Sirkumferentia fronto occipitalis : 34 cm • Sirkumferentia mento accipitalis : 35 cm • Sirkumferentia suboccipito bregmatika : 32 cm • Diameter s uboccipito bregmatika : 9,5 cm • Dia meter suboccipito frontalis : 11 cm • Diameter fronto occi pitalis : 12,00 cm • Diameter mento occipitalis : 13,5 cm • Diameter submento bregmatika : 9,5 cm • Diameter Biparietalis : 9,0 cm • Diameter Bitemporalis : 8 cm Lingkar lenga n 10 -11 cm (Jumiarni) II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH. Merupakan pengembangan mengenai masalah dari interprestasi data dasar ke dalam identifikasi yang spesifik mengenai diagnosa, masalah ataupun kebutuhan yang ditunjang oleh data subyektif dan data obyektif III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL. Masalah potensial adalah. masalah yang mungkin timbul dan bila ti dak segera diatasi dapat mengganggu keselamatan hidup klien, maka masalah potensial hares diantisipasi, dicegah, diawasi dan dipersiapkan tindakan untuk mengatasi. IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA. Merupakan lang kah yang berkesinambungan dari proses penatalaksanaan asuhan kebidanan pada saat bidan bersama klien dimana terdapat indikasi situasi yang g awat sehingga bidan hares bertindak untuk menyelamatkan jiwa klien. V. INTERVENSI (Diagnosa, tujuan dengan criteria, rasional). Suatu pengembangan rencana yang menyeluruh meliputi : apa yang dii dentifikasi oleh kondisi setiap masalah yang berkaitan, g ambaran tentang apa yang terjadi berikutnya, konseling dan rujukan. a. Merangsang pernafasan dan menghisap lendir. Tujuan : Bayi bisa bernafas bebas dari sumbatan semua kotoran sehingga bayi bisa bernafas normal. b. Memotong dan mengikat tali pusat. Tujuan : Memutus hubungan bayi dengan ibunya. Memudahkan perawatan selanjutnya. Mencegah perdarahan selanjutnya. c. Mengeringkan dan membungkus bayi. Tujuan : Suhu tubuh bayi stabil. Bayi bisa beradaptasi dengan lingkungan. d. Merawat tali pusat Tujuan : Agar tidak terjadi infeksi. e. Memberi identitas bayi. Tujuan : Agar bayi tidak tertukar. f. Memberi salep mata. Tujuan : Untuk mencegah terjadinya infeksi. g. Menimbang bayi Tujuan : Untuk mengetahui BBL. h. Antropometri Tujuan : Untuk mengetahui lingkar kepala dan lingkar lengan . i. Memberi pakaian bayi. Tujuan : Agar bayi nyaman. j. Memberi minum bayi (bayi menetek pada ibunya) Tujuan : Asupan gizi pertama bayi segera terpenuhi, yang mencegah terjadinya hipoglikemia. k. Menjelaskan pada ibu Tujuan : - Memberi ASI sendiri, - Memberi penyuluhan tentang ASI eksklusif. - Makanan bayi lebih dari 6 bulan. Makanan bergizi bagi ibu nifas dan menyusui. - Imunisasi bagi bayi. - Rencana KB . VI. IMPLEMENTASI / PELAKSANAAN. Sesuai dengan masalah dan kebutuhan ibu maka dilakukan implementasi dari rencana tindakan yang telah disusun, implementasi selalu diupayakan dalam waktu singkat,
efektif, hemat dan berkualitas. (DepKes, 1995 : 11) VII. EVALUASI. Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan suatu pengkajian ulang rencana kebidanan, sedangkan tujuan dari evaluasi adalah menentukan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang ditentukan dan. menilai efektifitas rencana kebidanan atau asuhan kebidanan. Jadi secara rinci catatan perkembangan berisi uraian yang berbentuk SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning) dari catatan perkembangan dapat mengetahui beberapa hal antara lai n apakah tujuan sudah tercapai dan perlu adanya perubahan modifikasi dalam perencanaan dan tindakan. (DepKes RI, 1995 : 27-28) BAB III TINJAUAN KASUS I. PENGKAJIAN. Tanggal pengkajian : 9 Agustus 2008. Pukul : 09 .00 WIB Tempat pengkajian : Ruang PICU/ NICU RSUP DR Soedono Madiun. A. PENGUMPULAN DATA a. Data Subyektif 1. Biodata Nama : Bayi Ny. “R” Umur : 1 hari Tanggal lahir : 9 Agustus 2008, jam 07.50 WIB Jenis kelamin : Perempuan Anak ke : 1 Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Keluarga Nama ibu : Ny. “R” Umur : 27 tahun Jenis kelamin : perempuan Agama : Islam Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Pendidikan : SMA Pekerjaan : swasta Penghasilan : Rp. 500.000,- / bulan. Umur kawin : 28 tahun Lama kawin/× kawin : 1 tahun/1× Alamat : Jln. “C” 41 Taman Madiun. Nama ayah : Tn. S Umur : 30 tahun Jenis kelamin : laki-l aki Agama : Islam Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Pendidikan : SMA Pekerjaan : Swasta Penghasilan : Rp. 800.000,- Umur kawin : 22 tahun Lama kawin/× kawin : 1 tahun/1× Alamat : Jln. “C” 41 Taman Madiun. 2. Riwayat antenatal dan natal a. Riwayat antenatal ibu ANC : Ibu rutin memeriksakan kehamilannya sejak usia 4 bulan, tiap satu bulan sekali di Polindes. Telah mendapat imunisasi TT sebanyak 2× yaitu pada waktu usia kehamilan 5 bulan dan 6 bulan. Ibu telah mendapatkan penyuluhan tentang perawatan payudara, senam hamil, gizi, kebersihan diri dan sudah melaksanakannya. Ibu juga telah mendapatkan tablet tambah darah, yodium dan sudah meminumnya sesuai anjuran bidan. Nutrisi : Waktu hamil muda makan sedikit tapi sering, sejak usia kehamilan... ibu makan lebih banyak dari biasanya, 1 hari 3-4 kali terdiri dari nsi, sayur (bayam, kangkung, sawi, kol) lauk (tempe, tahu, daging, ayam, telur) buah (pepaya, pisang) dan ditambah 1 gelas susu hamil. Mekanis : Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah pijat, terjatuh yang menyebabkan gangguan pada bayi dan kandungan. Hormon : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit kencing manis/gondok. Toksin/zat kimia : Selama hamil, ibu tidak pernah minum jamu, obat-obatan selain dari bidan, tidak pernah merokok, tidak pernah minum alkohol, tidak pernah keracunan. Radiasi : Ibu mengatakan tidak pernah melakukan foto rontgen. Stres : Selama hamil ibu tidak pernah mengalami konflik keluarga yang serius sehingga mengganggu fikiran ibu. Infeksi : Selama hamil ibu tidak pernah menderita sakit tifus, sakit kuning, panas tinggi. Ibu hanya batuk pilek dan ketika sudah minum obat dari bidan sembuh. Imunitas : Ibu tidak pernah mengalami keguguran dan lahir mati. b. Riwayat antenatal jenis persalinan spontan belakang kepala, pukul 07.50 WIB, BB 2900 gr, PB 49 cm, lama kala I 12 jam, lama kala II 30 menit, lama kala III 10 menit, perdarahan ± 100 cc, tidak terjadi penyulit dan tidak ada kelaianan selama persalinan. 3. Riwayat kesehatan keluarga Ibu mengatakan dari pihak suami maupun keluarganya tidak ada yang menderita penyakit kencing manis, batuk-batuk lama disertai dahak dan lendir, darah tinggi, penyakit kuning, keturunan kembar, ataupun penyakit perdarahan yang tidak henti-henti. 4. Riwayat psikososial dan spiritual Ibu mengatakan dari pihak suami ataupun keluarganya sangat mengharapkan kelahiran anak tersebut. Suami memberikan dukungan emosional yang baik sehingga ibu sehingga ibu dapat menjalani proses persalinan dengan baik. Suami senantiasa mengajak dirinya berdoa demi keselamatan bayi. b. Data obyektif a. Pemeriksaan umum - TTV Suhu : 36,7 °C Nadi : 124 ×/menit Respirasi : 40 ×/menit - Antropometri PB : 49 cm BB : 2900 gr LK : 30 cm LD : 2 9 cm Lila : 9 cm Sirkumferentia fronto occipitalis : 34 cm Sirkumferentia mento accipitalis : 35 cm Sirkumferentia suboccipito bregmatika : 32 cm Diameter suboccipito bregmatika : 9,5 cm Diameter suboccipito frontalis : 11 cm Diameter fronto occipitalis : 12,00 cm Diameter mento occipitalis : 13,5 cm Diameter submento bregmatika : 9,5 cm Diameter Biparietalis : 9,0 cm Diameter Bitemporalis : 8 cm b. Pemeriksaan fisik Kepala : tidak terdapat caput succedaneum, sutura melebar, tidak terdapat moulage, rambut sudah timbuh di seluruh kepala. Mata : simetris, tidak ada pus, bersih, tidak ada perdarahan konjungtiva, tidak i cterus, reflek mata positif. Hidung : bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung. Telinga : simetris, normal, tidak ada kelainan daun telinga, tidak mengeluarkan cairan. Leher : tidak terdapat pembengkakan/benjolan di leher, tulang belakang. Dada : simetris, tidak ada tarikan otot intercostae, tidak ada wheezing, ronchi. Abdomen : tidak kembung, tidak buncit. Tali pusat : salae warton belum menciut, pada bekas potongan tali pusat terbungkus kasa strie. Tidak ada perdarahan dan hernia. Genetalia : Labia mayora sudah menutupi labia minora. Anus : lubang anus . Ekstremitas : Atas→ tidak ada sindaktili dan polidaktili, tidak ada fraktur. Baw ah →simetris, tidak ada pesvarus da n valgus, tidak ada polidaktili dan sindaktili, tidak terdapat fraktur. c. Reflek pada bayi - Sucking = + - Rooting = + Swalowing = + - Graps = + - Moro = + - Blink = + - Babynsky = + d. Status kesehatan bayi 1. Air ketuban jernih 2. Bayi menangis spontan 3. Warna kulit kemerahan 4. Tonus otot bayi cukup 5. Kehamilan cukup bulan yaitu 38 minggu IDENTIFIKASI MASALAH / DIAGNOSA DX : Bayi Ny.”R” umur 1 hari dengan masa gestasi 3 8 minggu, lahir normal belakang kepala, tangis kuat, gerak aktif, keadaan umum baik DS : - DO : k/u : baik S : 37 °C N : 124x/menit R : 40x/menit BB : 2900 gram PB : 49 cm Lila : 9 cm Lida : 29 cm Lika : 30 cm AS : 7 – 8 Sirkumferentia fronto occipitalis : 34 cm Sirkumferentia mento accipitalis : 35 cm Sirkumferentia suboccipito bregmatika : 32 cm
Diameter suboccipito bregmatika : 9,5 cm Diameter suboccipito frontalis : 11 cm Diameter fronto occipitalis : 1 2,00 cm Diameter mento occipitalis : 13,5 cm Diameter submento bregmatika : 9,5 cm Diameter Biparietalis : 9,0 cm Diameter Bitemporalis : 8 cm Tali pusat masih basah, bersih, terbungkus kasa alkohol jenis kelamin laki -laki, scrotum sudah turun, kuku panjang. Kulit kemerahan, terdapat lemak sub cutan tipis rambut lanugo sedikit. III. ANTISIPASI MASALAH DAN DIAGNOSA MASALAH IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA V. INTERVENSI Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 jam, di harapkan bayi dalam keadaan baik Kriteria : TTV dalam batas normal K/U : Baik S : 36,5°C – 37,5°C N : 120-140x/menit R : 40-60x/menit Warna kulit kemerahan Bayi tidak cyanosis, ikterus Reflek hisap kuat Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat (kering, basah, tidak bau, tidak panas) Intervesi : 1. Bungkus bayi dengan kain hangat dan kering. R / keadaan yang hangat akan mempertahankan suhu tubuh bayi. 2. Mandikan bayi setelah 6 jam. R / untuk mencegah kehilangan panas secara konduksi. 3. Ganti popok setiap kali basah. R / mengganti popok setiap kali basah da pat mencegah iritasi pada kulit 4. Rawat tali pusat dengan kasa steril. R / agar dapat membunuh kuman dan mencegah pertumbuhan dan perkembangan kuman penyebab infeksi. 5. Rawat tali pusat dengan cara aseptik 2x sehari, cuci tangan sesudah / sebelum merawat tali pusat R / perawatan yang baik dan adekuat mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat proses pengeringan tali pusat 6. Beri ASI sedini mungkin pada bayi. R / ASI adalah nutrisi terbaik bagi bayi dan membantu meningkatkan daya kekebalan tubuh bayi. 7. Letakkan bayi diruangan/box hangat. R / memberi rasa nyaman pada bayi. VI. IMPLEMENTASI Membungkus bayi dengan kain hangat dan kering. Memandikan bayi setelah 6 jam. Mengganti popok setiap kali basah. M erawat tali pusat dengan kasa steril. Merawat tali pusat dengan cara aseptik 2x sehari, cuci tangan sesudah dan sebelum merawat tali pusat. Memberi ASI sedini mungkin. Meletakkan bayi di ruangan/box hangat. Menjemur bayi di bawah sinar matahari pagi pada pukul 06.00 – 07.00 selama 30 menit. VII. EVALUASI S : - O : x/menit
K/U : Baik, Nafas teratur
TTV dalam batas normal S : 36, 7°C N : 132 x /menit R : 42
Warna kulit kemerahan terdapat lemak sub cutan tipis rambut lanugo sedikit.
Reflek hisap kuat
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat (kering, basah, tidak bau, tidak panas) Tali pusat masih basah, bersih, terbungkus kasa alkohol A : Bayi Ny.”R” umur 1 hari, K/U baik. P : Lanjutan rencana yang ada: 1. Perawatan tali pusat 2. Bungkus bayi dengan kain kering (hangat) dan bersih 3. Mandikan bayi setelah 6 jam 4. Beri ASI sedini mungkin 5. Beri penyuluhan pada ibu tentang: ASI eksklusif DAFTAR PUSTAKA Pusdiknakes, Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga. Depkes RI, J akarta.1993. Jumiarni, Asuhan Keperawatan Perinatal, EGC. Jakarta. 1994. Depkes RI. Asuhan Persalinan Normal, 2004. Prof. Dr. Rustam Mochtar. Sinopsis Obstetri. EGC. Jakarta. 1989. Pusdiknakes, WI 10, Asuhan Kesehatan Pada Bayi dan Anak. Jakarta. 2003. Sastrawinata, Sulaiman, Obstetri Fisiologi. UNPAID Bagian Ginecologi. Bandung. 1993. I lamid, Maryadi. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Malang. 1995. Prawiroharjo Sarwono, Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta. 1999. Prawiroharjo Sarwono, Buku Acuan Nasional Pelayanan M aternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta. 2001. Hamilton Parsis Mary, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. EGC. Jakarta.1995. Soetjiningsih DSAK, Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta.1994.