A. SINONIM SINONIM Baccharis indica L. Eupatorium pallescens B. ASAL DAN HABITAT Tumbuhan Beluntas merupakan tumbuhan liar yang dapat hidup di sembarang tempat kecuali tempat berair, yang tidak banyak orang kenal dan tahu apa kegunaannya. Beluntas dapat tumbuh di daerah kering pada tanah yang keras dan berbatu, pada daerah dataran rendah hingga dataran tinggi pada ketinggian 1000 meter dari permukaan laut, memerlukan cukup cahaya matahari atau sedikit naungan. Tumbuhan beluntas biasa dijadikan sebagai pembatas pagar pekarangan, sebagai pembatas petakan sawah-sawah, bahkan tidak terurus dan hanya sebagai semak belukar yang dapat ditemukan di tempattempat lapang dan tanah kosong. C. KLASIFIKASI Klasifikasi Daun Beluntas Kingdom : Plantae Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae
Genus
: Pluchea
Spesies : Pluchea indica Less (Purnomo, 2001). D. NAMA DAERAH Di berbagai daerah di Indonesi a beluntas belunta s dikenal dengan nama beluntas (Sumatra), baruntas (Sunda),
luntas (Jawa Tengah),
baluntas
(Madura), l amutasa (Makasar). dikenal
dengan
Sedangkan
di
luar
Indonesia
beluntas
nama l enabou (Timor), beluntas (Malaysia), beluntas
(Singapura), dan khlu (Thailand) (Heyne, 1987). Beluntas
(Melayu),
baluntas,
baruntas
(Sunda),
luntas
(Jawa),
baluntas (Madura), lamutasa (Makasar), lenabou (Timor), sedangkan nama asing untuk tanaman beluntas adalah Luan Yi (Cina), Phatpai (Vietnam), dan Marsh fleabane (Inggris). E. BAGIAN TANAMAN YANG DIGUNAKAN Daun F. KANDUNGAN KIMIA Kandungan kimia daun beluntas adalah atsiri, tanin
(2,351%)
dan
flavonoid
alkaloid (0,316%), minyak
(4,18%). Komponen
sangat
polar
penyusun rendemen terdiri atas senyawa glikosida, asam amino, dan gula serta senyawa
aglikon
vitamin
C. Daun
beluntas
mengandung
protein
sebesar 17.78-19.02%, vitamin C sebesar 98.25 mg/100 g, dan karoten sebesar 2.55 g/100 g. Jenis asam amino penyusun daun beluntas, meliputi leusin, isoleusin, triptofan, dan treonin. Golongan senyawa aktif yang teridentif ikasi dalam daun beluntas antara lain
fenol
hi drokuinon, tanin, alkaloid, steroid dan minyak atsiri
(Ardiansyah et al., 2002). Daun beluntas mengandung alkaloid,flavonoid, tanin, minyak atsiri, natrium,kalium,
aluminium,
kalsium,
magnesium,
danfosfor.
Sedangkan
akarnya mengandung flavonoid dan tanin (Dalimartha, 1999). Kadar
minyak atsiri
daun
beluntas
5%
dapat
menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, sedangkan pada kadar 20% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherechia coli. ( iptek.net.id, 2011)
Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obatndonesia. Jilid I. Trubus B Agriwidya :Jakarta.
G. MANFAAT Manfaat sebagai
penurun demam
(antipiretik),
meningkatkan
nafsu
makan (stomakik), peluruh keringat (diaforetik), penyegar, TBC kelenjar, nyeri pada rematik dan keputihan. H. KARAKTER MORFOLOGI Bercabang banyak, berusuk halus, berambut lembut. Daun bertangkai pendek,
letak
berseling,
helaian daun bulat telur sungsang. Ujung bulat
melancip, tepi bergigi, berkelenjar, panjang 2,5 sampai 9 cm. Lebar 1 - 5,5 cm.
dengan warna hijau
terang
bila diremas mengeluarkan bau harum.
Bunga majemuk dengan bentuk malai rata, keluar dari ketiak daun dan ujung tangkai.
Bunga berbentuk bonggol, bergagang ataupun duduk, berwarna
putih kekuningan sampai ungu. Buah berbentuk gasing, kecil, keras berwarna coklat dengan sudut-sudut berwarna putih. Biji kecil, coklat keputih-putihan. Perbanyakan dengan stek batang yang cukup tua. Cabang bunga sangat banyak sehingga membentuk rempuyung cukup besar antara 2,5-12,5 cm. Bunga
berbentuk
bonggol,
bergagang
atau
duduk.
Bentuknya
seperti
silinder sempit dengan panjang 5-6 mm. Panjang daun pembalut sampai 4 mm. Daun pelindung bunga tersusun dari 6-7 helai. Daun pelindung yang terletak di dalam berbentuk sudut (lanset) dan di luar berbentuk bulat telur. Daun pelindung berbulu lembut, berwarna ungu dan pangkalnya ungu muda. Kepala sari menjulur dan berwarna ungu. Tangkai putik pada bunga betina lebih panjang. Buah beluntas longkah berbentuk seperti gasing, warnanya coklat dengan sudut-sudut putih dan lokos 10 (gundul atau licin) panjang bauh 1 mm. FLAVONOID Flavonoid
merupakan
salah
satu
metabolit
sekunder,
kemungkinan
keberadaannya dalam daun dipengaruhi oleh adanya proses fotosintesis sehingga daun muda belum terlalu banyak mengandung flavonoid (Sjahid, 2008).Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim. Flavonoid bertindak sebagai penampung yang
baik radikal hidroksi dan superoksida dengan demikian melindungi lipid membran terhadap
reaksi
yang
merusak.
Aktivitas antioksidannya
dapat
menjelaskan
mengapa flavonoid tertentu merupakan komponen aktif tumbuhan yang digunakan secara
tradisional
untuk
mengobati gangguan fungsi hati flavonoid merupakan
golongan terbesar senyawa fenol alam Harbone (1987) dalam Sjahid (2008). Flavonoid merupakan
senyawa polar karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak
tersulih atau suatu gula, sehingga akan larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida, dimetilformamida, dan air. Adanya gula yang terikat pada flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida dalam Harbone (1987) dalam Sjahid (2008). Struktur dasar dari senyawa
flavonoid adalah 2-phenyl kromat Ar-C3-Ar
skeleton. Senyawa ini merupakan derivad dari kombinasi asam shikimic dan asam asetat (Maafir, 2010). Menurut Syahnida (2003) dalam Maafir (2010) menyatakan semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk flavon. Flavonoid banyak ditemukan dalam bentuk tepung putih pada tumbuhan primula contohnya pada tanaman beluntas dan biasanya terdapat pada vakuola sel. Pada bidang farmakologi flavonoid dapat digunakan sebagai antiradang, antibody, antitumor, antidiare,
antidoksida n,
pembuluh kapiler.
meningkatkan
immunoglobulin,
mengurangi kerapuhan
Flavonoid berperan untuk meningkatkan efektifitas vitamin C
mendukung manfaat daun beluntas untuk menurunkan kadar kolesterol, yaitu dapat menurunkan kolesterol pada sejumlah orang ya ng memiliki kolesterol tinggi. Namun, pada orang dengan kadar kolesterol normal hal tersebut tidak berlaku (Subr oto, 2006). Flavonoid yang merupakan komponen polifenol sering ditemukan di dalam berbagai jenis tumbuhan mempunyai efek antioksidan secara in vitro dan ex vivo serta mempunyai efek menurunkan kolesterol pada manusia maupun 2007).
Peran daun
senyawa
antioksidan
beluntas yang
hewan
(Ekawati,
sebagai antikolesterol disebabkan pengaruh dari dikandung
daun
beluntas yaitu
senyawa
fenolik.
Senyawa ini dapat mengurangi timbunan lemak jahat (LDL) di dalam pembuluh darah. Komponen senyawa
fenolik
bersifat polar dan dapat larut dalam air serta
memiliki fungsi antara lain sebagai penangkap radikal bebas
dan
peredam
terbentuknya oksigen singlet (Khomsan, 2003). Salah satu senyawa fenolik yang terdapat dalam beluntas adalah flavonoid. Flavonoid dapat menurunkan kolesterol darah dengan
kadar
cara meningkatkan ekskresi asam empedu (Ekawati,
2007). Kadar flavonoid dalam daun beluntas adalah 287.38 mg/100 g ( FMIPA IPB, 2008).