Bidan Kita Langkah Nyaman Sambut Buah Hati
Activity
Bidan Kita Events Calendar
Cart
Checkout
Contact Us
Disclaimer
Home
Ketentuan Pemasangan Iklan
Members
Mengenal Lebih Dekat
My Account
Payment Confirmation
Pendaftaran Layanan Bidan Kita
Profile
Program Layanan Bidan Kita & Biaya
Shop
Thanks for subscribing!
Visi dan Misi Bidan Kita o Gentle Birth Balance o Hamil Sehat dan Nyaman o Mulailah Dari Sini
Tags affirmasi baby born bersalin bidan
kita birth trauma breastfeeding childbirth depresi essential
oil gentle hypnoanesthesia
birth gentle birth balance hamil hipertensi homebirth hormon cinta hypnobirthing hypnosis induksi alami kehamilan healing music
hypnoparenting
kelahiran lotusbirth melahirkan menyusui natural birthing nutrisi parenting peppermint persalinan persalinan normal post partum pregnancy prenatal Yoga relaksasi sungsang teknik relaksasi
testimoni trauma VBAC
wasir
waterbirth yoga young living
Archive for the ‘All About Childbirth’ Category Sepuluh Alasan Untuk Memilih Melahirkan Alami Banyak alasan untuk mempersiapkan melahirkan normal. Beberapa alasan adalah
fisik, emosional dan rohani. Nah Daftar berikut ini adalah alasan paling umum seorang wanita untuk memilih melahirkan normal
1.Persalinan alami sangat mengurangi risiko bagi ibu dan bayi “Saya tahu ada potensi efek samping dan risiko, bahkan walaupun potensinya kecil. Saya tidak nyaman menambahkan risiko yang sebenarnya tidak perlu ada.” Dengan menggunakan obat selama persalinan akan menambahkan risiko sebenarnya mungkin tidak perlu ada dalam kelahiran. Beberapa ibu memilih untuk tidak menambah risiko tersebut dan menghindari obatobatan untuk persalinan kecuali ada keadaan darurat.  2. Tubuh Anda mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk segera pulih setelah Melahirkan Alami. “Saya mengalami SC pada anak pertama saya. Dan saya merasa pemulihannya cukup lama hingga 6 bulan saya tidak bisa leluasa menggendong anak saya karena perut saya masih sering merasakan nyeri dan sakit. Berbeda dengan anak kedua saya yang berhasil dilahirkan secara alami, segera setelah melahirkan saya sudah bisa bangun, berjalan bahkan menggendong dan melakukan kegiatan sehari-hari dengan sangat leluasa dan saya merasa jauh lebih sehat.” Operasi sesar adalah operasi perut besar. Sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk pemulihannya. Berbeda dengan melahirkan secara alamiah, tubuh akan dengan cepat pulih. 3. Kurangi risiko intervensi lain “Ketika saya meminta epidural, saya tidak menyadari saya akan terjebak di tempat tidur dengan infus, terhubung ke monitor janin secara terus menerus. Kemudian, saya tidak bisa berjalan karena saya di pasangi kateter. Pada saat bayi saya lahir, saya diberikan masker oksigen, manset tekanan darah selalu ada dan terpasang di lengan saya. Ada begitu banyak alat yang menempel di tubuh asya sehingga suami sayapun takut menyentuh saya. Aku tidak akan melakukannya lagi.” Menggunakan obat untuk menghilangkan rasa sakit memerlukan beberapa intervensi, seperti monitor janin eksternal dan infus. Selain itu, menggunakan obat meningkatkan peluang Anda untuk dilakukan intervensi lain seperti kateterisasi, penggunaan pitocin, forsep dan ekstraksi vakum. 4. Jika memerlukan Obat, maka hanya sedikit obat yang dibutuhkan “Saya pikir tak ada salahnya untuk mencoba, jadi saya belajar semua yang saya bisa dan mempraktekkan teknik relaksasi supaya meningkatkan kenyamanan” Persiapan untuk melahirkan normal tidak berarti Anda harus melahirkan tanpa obat., Tapi tanpa belajar teknik persalinan alami mencoba untuk memenejemen rasa sakit adalah yang terbaik. Kadang obat tetap diberikan namun hanya dalam keadaan dan kondisi darurat saja. 5. Persalinan alami membantu Anda belajar untuk bekerja sama dengan tubuh Anda “ketika saya mendampingi kakak saya yang sedang bersalin, saya lihat dia begitu santai dan begitu selaras serta harmoni dengan tubuhnya selama persalinan, ia tampaknya tahu persis apa dan bagaimana yang dibutuhkan bayi selama proses persalinan. Dia masih tampak memahami
apa yang dibutuhkan tubuhnya. Dan bahkan proses persaliannya begitu santai lancar bahkan tanpa mengejan.Saya ingin belajar untuk mendengarkan tubuh saya seperti itu.” Proses persalinan alami sangat memerlukan kemampuan Anda untuk mendengarkan dan menanggapi sinyal tubuh Anda. Untuk mempersiapkan, Anda harus mulai belajar membaca sinyal tersebut selama kehamilan. Siapkan fisik, mental dan spiritual untuk menghadapi proses persalinan yang alami. 6. Persalinan alami dapat membantu Anda menemukan kekuatan Anda tidak pernah tahu “Sangat kuat, semuanya. Aku ingat saat saya berpikir saya tidak bisa melakukan ini dan dan tidak sanggup meneruskan proses persalinan ini, tapi ketika saya mendengarkan suami dan bidan saya, apalagi ketika saya mencoba menyentuh kepala bayi saya yang hampir keluar, tiba-tiba ada kekuatan yang luar biasa besar muncul dalam tubuh saya dan saya menjadi yakin bahwa saya bisa.” Selain kekuatan fisik, Melahirkan normal alami juga memerlukan kekuatan emosional dan mental untuk tidak menyerah. Bagi banyak wanita, melahirkan adalah pertama kalinya mereka mengalami dan belajar tantangan seperti itu. 7. Persalinan alami memungkinkan Anda mengalami proses alamiah yang sudah dirancang oleh alam semesta. “Saya pikir Tuhan tidak pernah membuat sistem yang cacat, dan jika Ia menciptakan proses ini berarti Ia sudah siapkan tubuh kita sempurna untuk menjalani proses ini. Dan yang saya yakini adalah Tuhan tidak menciptakan vagina hanya untuk hiasan, namun untuk melahirkan secara alami dan Tuhan hanya ciptakan satu pintu yaitu VAGINA dan tidak menciptakan Jendela di perut” Tubuh wanita secara unik dirancang untuk melahirkan alami. Kontraksi rahim dan mendorong bayi melewati leher rahim yang melembutkan dan menarik kembali sekitar kepala bayi. Ketika bayi turun ke jalan lahir, vagina membentang dan terbentang untuk membiarkan bayi Anda melewatinya. 8. Melahirkan alami dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan “memang melahirkan alami saya rasa tidak bisa bebas dari rasa sakit, namun ketika saya melahirkan saya berusaha untuk serileks mungki dan menikmati sriap gelombang rahim yang datang. Rasanya nyaman kok, semua organ seksual saya melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan.” Beberapa wanita mengalami persalinan yang menyenangkan. Bukan hanya sakit namun proses yang nyaman dan bahkan mengalami orgasme. Karena pada dasarnya proses melahirkan adalah puncak dari semua proses seksualitas seorang wanita. 9. Persalinan alami meningkatkan rasa percaya diri Anda “Semua yang saya lakukan untuk mempersiapkan persalinan alami mendorong saya lebih percara diri. Saya harus bisa dan berani berbicara dengan dokter saya untuk mengungkapkan birth plan saya. Saya harus belajar untuk mengatakan tidak kepada orang lain dan untuk mandiri. Ketika mencoba melihat ke belakang, Aku merasa malu ketika menyadari betapa lemahnya saya sebelum ini.” Melakukan persiapan persalinan normal membuat Anda semakin percaya diri dan semakin tahu akan apa yang harus Anda lakukan. Dengan Persiapan untuk
melahirkan normal Anda tidak akan mudah untuk dibujuk agar melakukan intervensi dan. Ini tidak berarti Anda menjadi keras kepala atau memaksakan, tetapi Anda akan lebih bijak menentukan apa yang akan Anda lakukan. 10. Mampu melahirkan alami membuat Anda bangga akan diri Anda dan bayi Anda “saya sangat bersyukur dan bangga bisa melewati proses melahirkan alami dengan tenang dan nyaman. Ketika saya menjenguk adik saya yang operasi sesar tempo hari, saya sampai merinding. Karena sudah empat bulan berlalu dan adik saya masih belum bisa melakukan tugasnya sebagai ibu (menyusui, menggendong) dengan baik.” Menyadari bahwa proses persalinan alami adalah proses yang istimewa akan membuat Anda semakin bangga kepada diri Anda. Dan Andapun akan semakin yakin bahwa Anda dapat melakukan nya lagi kelak. Berikut ini beberapa video testimoni tentang proses persalinan yang normal alami {youtubejw}-XLRWvzMAvo{/youtubejw}   {youtubejw}SwP7GCLKI94{/youtubejw}  Nah ayo berdayakan diri, dan upayakan fisik, mental dan spiritual Anda untuk melahirkan alami Semoga bermanfaat Salam hangat Bidan Kita
November 21, 2014
By Yesie Aprillia
Natural Childbirth, Childbirth Support, All About Childbirth
No Comments
“Cascade” Intervensi dalam Persalinan picture resource = http://www.mybirth.com.au/intervention.html Apakah “cascade intervensi?” Banyak hal dalam hidup yang memiliki saling keterhubungan atau saling keterkaitan atau bahkan saling berantai. Begitupula sebuah intervensi dalam persalinan. Tanpa disadarai mereka mungkin emmiliki efek yang diinginkan namun kadang juga memiliki efek yang tidak diinginkan yang akhirnya menimbulkan masalah baru yang ternyata harus diselesaikan dengan intervensi lain yang mungkin berakhir dengan intervensi lain lagi ketika ternyata intervensi yang digunakan untuk mengatasi masalah sebelumnya ada efek samping yang tidak diinginkan pula dan begitu seterusnya.  Artinya ketika ada sesuatu kejadian yang tidak diinginkan terjadi dalam sebuah persalinan atau ada masalah dalam persalinan maka seringkali sebuah masalah “di selesaikan” dengan intervensi lebih lanjut, yang pada gilirannya ternyata justru menciptakan lebih banyak masalah. Nah Rantai peristiwa ini disebut sebagai “Cascade Intervensi.” Banyak sekali pasangan suami istri yang tidak menyadari bahwa intervensi rutin banyak dapat menyebabkan pengalaman yang tidak direncanakan dan efek samping yang tidak diinginkan. Biasanya ini terjadi karena kekurang tahuan, ketidak siapan dan kurannya informasi yang jelas dan jujur ketika hendak dilakukan intervensi dalam persalinan. Berikut ini adalah contoh nyata yang terjadi dalam persalinan berdasarkan dari cerita Klien saya di Bidan Kita yang sharing tentang pengalaman persalinannya pada anak pertamanya 20 bulan yang lalu. ” Sebut saja Ny.A. beliau saat itu berumur 24 th, hamil anak pertama dan pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan sangatlah minim. Ketika hari H persalinannya Ny A mengalami flek dan kontraksi seperti layaknya proses persalinan biasa, karena panik dan takut juga karena merasa kesakitan akhirnya Ny A masuk ke RS dan begitu sampai di RS dan di lakukan pemeriksaan dalam ternyata Ny A sudah mengalami pembukaan 2 cm. Saat itu karena jarak anatara RS dengan rumah dekat dan kontraksi belum teratur maka Ny A meminta untuk pulang ke rumah dahulu dan mempersiapkan semua perlengkapan, namun pihak RS melarangnya dan mengharuskan Ny A untuk tetap tinggal di RS. Setengah jam kemudian Ny A diberikan Infus, karena ketidaktahuan ya akhirnya Ny A menerima begitu saja dan mengira bahwa ini adalah prosedur yang memang harus dilakukan pada setiap ibu yang hendak melahirkan. Nah setelah 4 jam berlalu dokter datang dan melakukan pemeriksaan dalam ulang pembukaan sudah 6 cm dan kemudian sang dokter melakukan pemecahan ketuban lalu melarang Ny A untuk beraktifitas, karena ketuban sudah dipecahkan dan saat itu Ny A juga berfikir positif saja karena Ny A mengira memang kalau mau bersalin harus diperlakuakn demikian. Karena kontraksi semakin kuat dan ada pembatasan gerak, maka Ny A semakin merasakan sakit yang luar bisasa setiap kali
ada kontraksi, dan 3 jam kemudian Ny A merasa kelelahan dan ingin menyerah. Semakin cemas dan khawatir akhirnya dokter melakukan pemeriksaan dalam ulang dan ternyata tidak ada kemajuan pembukaan, lalu dokter melakukan CTG dan ternyata ada deselerasi detak jantung bayi dan detak jantung bayi semakin melemah ketika ada kontraksi, gerakannyapun dirasakan berkurang oleh Ny A. Karena kondisi tersebut, Akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan SC dengan alasan kondisi kesejahteraan janin yang menurun. Karena ketidaktahuan maka Ny A dengan rela hati pasrah dengan semua keputusan dokter tersebut. Nah dari cerita Klien Bidan Kita di atas tadi kita tahu bahwa karena ketidak tahuan atau minimnya pengetahuan yang dipunyai ibu dan ayah, maka mereka dengan mudah menerima semua intervensi tanpa mempertimbangkan efek amping dan resiko yang bisa saja menyertai. Berikut ini beberapa praktik intervensi dalam persalinan yang dapat menyebabkan Cascade intervensi meliputi: 1. menggunakan berbagai obat untuk menginduksi persalinan 2. melakukan pemecahan air ketuban sebelum dan selama proses persalinan 3. menggunakan oksitosin sintetis untuk mempercepat proses persalinan 4. memberikan obat untuk menghilangkan rasa sakit 5. menggunakan posisi berbaring untuk melahirkan. 6. Pembatasan gerak dan pembatasan pemilihan posisi selama proses persalinan Dalam banyak kasus, praktek-praktek tersebut ini menimbulkan masalah karena mengganggu fisiologi normal dari kehamilan, persalinan dan kelahiran – misalnya, dengan: 1. mengganggu produksi hormon yang ada di sepanjang persalinan dan kelahiran 2. menciptakan peluang untuk infeksi 3. memiliki efek yang tidak diinginkan pada bayi Anda, atau 4. mengganggu kemampuan Anda untuk mendorong bayi keluar. Apa contoh dari cascade intervensi? Analgesia epidural dapat memberikan pereda nyeri yang sangat efektif selama persalinan. Namun ini juga meningkatkan risiko ibu untuk mengalami penurunan tekanan darah secara mendadak, kesulitan bergerak, kesulitan buang air kecil, kesulitan mendorong bayi keluar, demam, dan efek yang tidak diinginkan lainnya.
Berbagai intervensi – seperti pemantauan janin elektronik yang terus menerus dan pemberian cairan infus – banyak digunakan untuk memantau, mencegah atau mengobati efek ini pada ibu yang bersalin dengan epidural,. Dan intervensi lain-lain menjadi lebih mungkin, termasuk penggunaan oksitosin sintetis untuk memperkuat kontraksi, penggunaan kateter urin untuk mengosongkan kandung kemih, dan penggunaan vacuum extractor atau forsep untuk membantu bayi keluar atau lahir. Dan akhirnya semua Ini pada gilirannya mungkin memiliki efek samping yang mengarah pada penggunaan intervensi lain. Dampaknya pun juga dapat dirasakan oleh bayi. Sebagai contoh, penggunaan epidural meningkatkan kemungkinan ibu terkena demam, jika seorang ibu demam, maka dokter yang merawat pasti khawatir bahwa bayinya mungkin terkena infeksi. karena beberapa bayi yang ibunya demam yang berhubungan epidural pada kenyataannya juga memiliki infeksi, sebagai tindakan pencegahan ini bayi biasanya harus menjalani tes darah dan diobati dengan antibiotik segera setelah lahir. Mereka juga harus diawasi secara khusus di ruang bayi, yang ini juga dapat mengganggu ikatan dan gangguan kemampuan menyusu. Contoh diatas adalah “Rantai” kemungkinan efek dari intervensi epidural dan bisa saja rantai ini juga akan terjadi pada intervensi yang lainnya dan ini berarti menunjukkan betapa pentingnya informasi yang jujur, jelas dan sangat penting bagi Anda untuk berhati-hati ketika mengambil keputusan dalam proses persalinan. Bagaimana saya bisa membatasi masalah dalam cascade intervensi? Hampir setiap intervensi memiliki beberapa potensi untuk menyebabkan kerusakan. Anda harus membuat keputusan yang hati-hati tentang apakah Anda akan menerima intervensi tersebut. Saya berharap agar Anda hanya menerima intervensi yang menawarkan lebih banyak manfaatnya daripada bahayanya. Dalam menimbang keuntungan dan kerugian, penting untuk mengandalkan bukti terbaik tentang efek potensial, dan mempertimbangkan bagaimana tentang kemungkinan hasilnya. Hal ini juga penting untuk mengetahui pilihan lain yang mungkin tersedia. Sayangnya, tidak mungkin untuk sepenuhnya dan akurat mengetahui terlebih dahulu proses pengambilan, dan sejauh mana intervensi lain dan efeknya akan ikut bermain. Cara terbaik untuk membatasi masalah cascade intervensi adalah mencari informasi yang jelas dan jujur, mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan Anda b, menetapkan tujuan dan rencana Anda, dan menghindari intervensi dengan potensi kerugian, bila memungkinkan. Gambaran Cascade Intervensi Berikut ini gambaran dari cascade intervensi:
** gambar di ambil dari http://www.birthtakesavillage.com/induction-risks/ Berikut ini dapat membantu Anda untuk menghindari intervensi yang tidak perlu: 1. memilih bidan dan dokter dengan penggunaan intervensi umum tingkat rendah, ini bisa Anda dapatkan dengan melakukan wawancara sejak ANC nah apa saja pertanyaan yang bisa Anda ajukan ada di : http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=452:ayo-interviewdengan-dokter-dan-bidan-anda&catid=40:monthly-guide&Itemid=34
2. menjadi akrab dengan penelitian ilmiah yang tersedia tentang intervensi yang paling mungkin untuk memicu terjadinya cascade dari intervensi, termasuk Induksi Persalinan, Pemberian obat penghilang Rasa Nyeri, dan operasi caesar 3. melakukan dialog terbuka dan saling menghargai dengan bidan dan dokter Anda tentang alasan untuk setiap intervensi yang diusulkan 4. mengajukan Birth Plan kepada bidan atau dokter Anda sejak pemeriksaan kehamilan, tentang birth plan dapat Anda baca di : – http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=374:marimenyusun-birth-plan-perencanaan-persalinan&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56 – http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=351:contoh-birthplan&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56 5. belajar tentang manfaat pada pendampingan dan dukungan yang terus menerus selama proses persalinan, dan mempertimbangkan terlibat bidan khusus untuk membantu Anda mencapai tujuan Anda 6. mengkomunikasikan keinginan Anda dengan jelas, dan mendapatkan dukungan dari pasangan, bidan, atau keluarga 7. mengetahui bahwa Anda memiliki hak untuk menerima atau menolak semua prosedur, obat, tes dan perawatan, dan pilihan Anda wajib dihormati. nah untuk itu sebelum menambil keputusan untuk menerima sebuah intervensi gunaka BRAIN (http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=262:gunakan-brainpada-saat-mengambil-keputusan-dalam-persalinan&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56) karena sebenarnya PENGETAHUAN ADALAH KUNCI jadi mari berdayakan diri. Semoga bermanfaat Salam hangat Bidan Kita
November 21, 2014
By Yesie Aprillia
Natural Childbirth, Childbirth Support, All About Childbirth
No Comments
Instrumental dalam Persalinan Cara terbaik untuk menghindari penggunaan forseps atau ekstraksi vakum TIDAK dan
BUKAN epidural Bayi yang dilahirkan dengan forsep mungkin memiliki beberapa memar atau tanda untuk kepala mereka yang biasanya memudar dalam beberapa minggu setelah lahir  Mampu bergerak bebas dan mengubah posisi sangat membantu Anda untuk melahirkan tanpa perlu kekerasan forsep atau vakum ekstraksi.  Alasan utama untuk menggunakan forseps dan vakum ekstraksi adalah jika ada keterlambatan atau tidak ada kemajuan dalam persalinan pada tahap kedua atau pemantauan janin menunjukkan bayi dalam gawat janin. Hal ini mungkin disebabkan oleh penggunaan analgesia, khususnya epidural.Wanita yang juga memilih untuk memiliki epidural tidak bisa merasakan kontraksi mereka yang berarti mereka tidak memiliki umpan balik dari tubuh mereka tentang kemajuan bayi mereka. Setelah epidural, wanita sering diharuskan untuk tidur terlentang, ini juga meningkatkan kesempatan mereka membutuhkan baik forceps atau vakum. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa wanita yang memiliki epidural anestesi lebih dari 45% akan terus memiliki kelahiran operatif (kelahiran normal dibantu dengan forceps atau ekstraksi vakum ditambah kelahiran.) dan Anda mungkin memerlukan episiotomi . Mencari dokter yang tahu bagaimana membantu Anda untuk masuk ke posisi terbaik dan menciptakan lingkungan di mana Anda merasa nyaman untuk sepenuhnya terbuka dan biarkan diri kelahiran bayi Anda alami sangat penting. Ketika mewawancarai penyedia layanan, tanyakan seberaba banyak klien yang mereka tolong dengan forcep maupun vakum ekstraksi. Penelitian telah menunjukkan bahwa ekstraksi vakum adalah lebih baik daripada forsep karena menyebabkan trauma sedikit untuk ibu dan bayi.
Penelitian juga menunjukkan bahwa keputusan dokter anda untuk memilih forsep atau vakum terutama akan tergantung pada preferensi dan pengalaman mereka. Ilustrasi melahirkan sungsang dengan forsep kebidanan dilukis oleh seniman Amerika medis Catherine Holt Sinclair (1914 – 1990) Forcep Ada beberapa jenis:
1. Forcep rendah (low forcep) adalah istilah yang digunakan bila forcep telah dipasang pada kepala janin sekurang-kurangnya pada stasiun 2. 2. Forcep tengah (midforcep) adalah pemasangan forcep pada saat kepala janin sudah masuk dan menancap di panggul tetapi diatas stasiun 2. 3. Forcep tinggi, dilakukan pada kedudukan kepala diantara H I atau H II, artinya ukuran terbesar kepala belum melewati pintu atas panggul dengan perkataan lain kepala masih dapat goyang. Forcep tinggi sudah diganti dengan seksio cesaria. (Bobak, 2004:798 dan Mochtar Rustam 1998: 68-70) Forsep digunakan pada ibu pada keadaan sangat lemah, tidak ada tenaga, atau ibu dengan penyakit hipertensi yang tidak boleh mengejan, forsep dapat menjadi pilihan. Demikian pula jika terjadi gawat janin ketika janin kekurangan oksigen dan harus segera dikeluarkan. Apabila persalinan yang dibantu forsep telah dilakukan dan tetap tidak bisa mengeluarkan bayi, maka operasi caesar harus segera dilakukan. Komplikasi Persalinan Ekstraksi Forcep: 1. Komplikasi pada ibu o Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri sekunder serta jahitan robekan jalan lahir yang terlepas. o Infeksi. o Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal, terjadinya fistula rekto vaginal dan terjadinya fistula utero vaginal. 2. Komplikasi pada bayi dalam bentuk: o Trauma ekstraksi forcep dapat menyebabkan cacat karena aplikasi forcep.
o Infeksi yang berkembang menjadi sepsis yang dapat menyebabkan kematian serta encefalitis sampai meningitis. o Gangguan susunan saraf pusat. o Trauma langsung pada saraf pusat dapat menimbulkan gangguan intelektual. o Gangguan pendengaran dan keseimbangan (Muchtar Rustam, 1995: 85-86). Ekstraksi vakum (VENTOUSE) Persalinan dengan vakum dilakukan bila ada indikasi membahayakan kesehatan serta
nyawa ibu atau anak, maupun keduanya. Jika proses persalinan cukup lama sehingga ibu sudah kehilangan banyak tenaga, maka dokter akan melakukan tindakan segera untuk mengeluarkan bayi, misalnya dengan vakum. Keadaan lain pada ibu, yaitu adanya hipertensi (preeklamsia) juga merupakan alasan dipilihnya vakum sebagai alat bantu persalinan. Daam keadaan demikian, Anda tidak boleh mengejan terlalu kuat karena mengejan dapat mempertinggi tekanan darah dan membahayakan jiiwa Anda. Vakum juga dikerjakan apabila terjadi gawat janin yang ditandai dengan denyut jantung janin lebih dari 160 kali permenit atau melambat mencapai 80 kali permenit yang menandakan bahwa bayi telah mengalami kekurangan oksigen (HIPOKSIA). Efek samping dari persalinan dengan dibantu vakum ini adalah terjadi perlukaan yang lebih luas pada jalan lahir, juga pendarahan dijalan lahir. Sedangkan pada bayi, resiko vakum secara umum adalah terjadinya luka atau lecet dikulit kepala. Inipun dapat diobati dengan obat anti septik. Kondisi ini biasanya akan hilang sendiri setelah bayi usia seminggu. Resiko yang lebih berat adalah terjadinya pendarahan diantara tulang-tulang kepala (cephal hematome), juga terjadi pendarahan dalam otak. Tips untuk menghindari intervensi dalam kelahiran · Hindari batas waktu (pembatasan waktu dalam persalinan) · Hindari pemantauan janin rutin · Selalu mobilisasi saat fase pembukaan · Rileks dan tenang selama proses persalinan · Pilih posisi persalinan yang senyaman mungkin upayakan posisi vertikal · Hindari epidural Semoga bermanfaat bunda
Salam hangat Bidan Kita
November 21, 2014
By Yesie Aprillia
Natural Childbirth, Childbirth Support, All About Childbirth
No Comments
PROSES PERTOLONGAN PERSALINAN DULU DAN SEKARANG Â Membaca sejarah praktek pertolongan persalinan dari tahun ke tahun membuat kita
semakin tahu perkembangan dari tahun ke tahun proses persalinan dan pertolongannya. Banyak perubahan yang terjadi dalam praktek persalinan, ada yang bagus, namun ada juga yang tidak bagus. Saaat ini ketakutan terhadap kematian pada saat melahirkan sudah sangat berkurang, sebagian besar ibu-ibu di jaman sekarang mampu melewati proses persalinan dnegan keadaan sehat, demikian juga bayinya, walaupun angka kematian ibu dan bayi di indonesia masih tinggi, namun secara global juamlahnya sudaha sangat berkurang dibanding dahulu. Apara pendukung dunia kedokteran masa kirni menyatakan bahwa sekarang ini para ibu dapat melahirkan dengan lebih aman, namun beberapa kelompok yang tidak seperndapat menyatakan bahwa sekarang ini justru semakin buruk keadaannya mengingat lebih dari 25% ibu melahirkan secara Caesar, yang resikonya lebih besar. Bahkan di Indoenesia terutama di Kota besar, Caesar menjadi trend. Nah mari kita menilik kembali sejarah proses pertolongan persalinan  Diawali dari jaman Musa, menurut Alkitab di benua Afrika dan Eropa, sudah ada bidan dimana jaman dahulu bidan adalah seorang wanita yang mempunyai talenta khusus atau yang dipercayai mampu menolong ibu melahirkan.a dan pada jaman Musa bidan menjaga kebersihan dnegan sangat ketat sesuai nasihat Musa. Selain itu bidan juga mendidik para perempuan muda tentang tubuh mereka, bagaimana melahirkan anak dan amenjaga kehamilan yang sehat.
AD 98 Soranus, Romawi klasik yang menghadiri kelahiran, menulis sebuah buku kebidanan yang digunakan sampai abad ke-16. Abad Pertengahan dan Renaissance (AD 500-1500), Benua Eropa: para Barber-ahli bedah mulai mencoba untuk memonopoli layanan persalinan. Wanita dilarang untuk melakukan praktek kedokteran atau kebidanan, dan bidan banyak dituduh sebagai penyihir dan dibunuh. Periode modern awal kebidanan mulai berubah dari pekerjaan yang di dominasi oleh perempuan menjadi pekerjaan laki-laki. Pergeseran ini bukan satu halus. Memang, dimulai pada tahun 1522, ketika Dr Wertt Hamburg berpakaian seperti seorang wanita untuk mengamati bidan dan belajar tentang pertolongan persalinan. Ketika ia ditemukan atau ketahuan sebagai laki-laki, Wertt dibakar hidup-hidup di tiang pancang untuk usahanya tersebut. Dia beberapa negara Itu bahkan beralaku sampai tahun 1970-an dimana ayah diizinkan masuk ke kamar bersalin, dan pada waktu mereka harus berdiri di sudut dan hanya menonton! Bahkan abeberapa catatan tentang proses apersalianan pada jaman itu adalah bahwa perempuan yanga maua melahirkan dicambuk untuk menginduksi persalinan. Ada catatan dari sebuah kisah tentang satu pengalaman melahirkan di mana pada abad pertengahan Ratu Jerman memiliki 20 lauka cambuk ketaika dia melahirkan, dan karena itulah dia melahirkan dengan sukses ! Tahun 1544: berkat penemuan mesin cetak, pengetahuan medis mampu menyebar ke seluruh dunia. Buku kebidanan pertama dicetak dalam bahasa Inggris disebut “Birth of Mankynde” oleh Thomas Raynalde. Tahun 1596: adalah tahun pertama kali di catat sejararah lengkap caesar aoleh Scipione Mercurio yanga kemudian menginstruksikan bahwa untuka melakukan bedah caesar, Anda perlu empat asisten yang kuat untuk menahan pasien turun atau memberontak ketika irisan dibuat, kemudian oleskan ramuan herbal cair bervariasi sebelum mengeluarkan bayi.. Colonial Times (sekitar tahun 1600 Masehi), Benua Eropa dan Amerika Utara: menerapkan aturan bahwa pentingnya disediakan bidan mereka dia tidak bole menolak saat dipanggil. Di New Amsterdam mereka disebut Zieckentroosters, atau selimut bagi yang sakit, dan menerima gaji liberal dan hak khusus. Koloni Perancis Louisiana membayar bidan sampai 1756 dan di tinjau dokter secara teratur untuk memeriksa kualitas praktek mereka. 1600-1700: Uskup di Gereja Inggris adalah yang pertama untuk mengatur kontrol atas kebidanan. Richard and Dorothy Wertz dalam bukunya the book Lying-In menyatakan: Pada abad 17 dan sebelumnya, uskup Inggris adalah satu-satunya badan yang memiliki otoritas publik untuk mengawasi kebidanan. Para uskup telah diinginkan untuk mencegah sihir yang berhubungan dengan kelahiran dan untuk memastikan bahwa bidan setia kepada ketetapanketetapan gereja dan negara tentang kelahiran, karena bidan dapat membaptis bayi dalam keadaan darurat. Para uskup yang dibutuhkan sebelum latihan awal bidan menerima lisensi Episkopal, yang melarang dia dari pemungutan biaya secara paksa atau memasang tarif, melakukan aborsi, berlatih sihir, atau menyembunyikan informasi tentang peristiwa kelahiran
dari otoritas sipil atau keagamaan. Lisensi tersebut juga dilarang bagi mereka yang menolak untuk menolong perempuan miskin bersalin. Karena pengaruh ini, lisensi sipil dimulai pada koloni. Sekali lagi mengutip buku the book Lying-In : Di koloni Amerika dimana pengaruh Anglikan yang paling sangat dirasakan, seperti New York dan Virginia, lisensi sipil bidan diperlukan. Pada 1716 New York City, lisensi diperlukan bidan dalam suatu peraturan yang menggemakan lisensi Episkopal Inggris. Lisensi tersebut berlaku ditempatkan bidan dalam peran sebagai hamba negara, penjaga tatanan sosial dan sipil. Saat itu Kepercayaan utama adalah bahwa nyeri persalinan adalah hukuman wanita untuk dosa Hawa Salah satu inovasi terbesar dalam pertolongan kelahiran yang bermasalah adalah forsep. Kelahiran yang bermasalah mungkin adalah nomor satu penyebab kematian ibu melahirkan, sebelumnya ke 1600-an. Dengan penemuan forsep, maka tingkat kelangsungan hidup ibu dan bayi saat melahirkan meningkat. Forcep diciptakan oleh William Chaberlen, Penggunaan forsep benar-benar dirintis oleh William Smellie (1697-1763), ia adalah seorang dokter kedokteran keluarga di Skotlandia. Dia meninggalkan Skotlandia pada 1739 untuk belajar di London dan Paris. Dia kembali ke London dan mendirikan sebuah sekolah kebidanan. Kebidanan pada saat itu masih penuh dengan takhayul dan sangat rahasia (praktek dan pengetahuan tidak dibagi antara bidan saat ini). Bahkan dari abad ke-14 sampai ke-17 banyak bidan dan dukun perempuan yang dituduh sebagai penyihir dan diburu dan dieksekusi. Sekolah kebidanan Mr Smellie itu menjadi sangat populer, itu mungkin karena itu adalah “penemuan” yang sangat tepat waktu! 1697-1763: William Smellie menawarkan perawatan gratis untuk perempuan miskin, sehingga dapata melahirkan secara klinis sebagai bahan materi mengajar, karena dia mempunyai sekolah kebidanan. 1700: s keluarga kelas Atamulai mengandalkan dokter pria sebagai pengasuh utama dalam apertoalongan persalinan 1739-1791: Para kebidanan pertama bangsal di Inggris dibuka. Seseorang bisa menjadi dokter hanya dengan menghadiri proses kelahiran dan kemudian yang ditanyai. 1750-1880-an: Dokter tidak mencuci tangan sebeluama melakukan tindakan dan mereka bergaul dengan infeksi dan mereka bisa saja tidak cuci tangan saat menolong melahirkan bayi padahal sebelumnya mereka melakukan otopsi pada jenasah dan itupun juga tidak mencuci tangan. Sehingga tingkat infeksi pada saat itu sangat tinggi. 1765: Dr William Shippen membuka pelatihan formal pertama bagi bidan.
1772: 20 persen wanita menderita demam nifas, hampir semuanya meninggal. Penyebabnya diduga karena : kepadatan penduduk, bersalin. 1799: Dr Valentine Seaman memimpin kursus untuk bidan di New York City. Sebuah kursus dalam anatomi dan kebidanan dipimpin oleh Dr William Shippen di Philadelphia. 1816: The stetoskop pertama untuk mendengarkan bunyi jantung janin eksternal diperkenalkan oleh Rene Laennec TH. stetoskop tersebut Diadaptasia dan di modifikasi, yang disebut Pinard tanduk dan fetoscopes, dan hingga saat ini banyak digunakan. 1817: Inggris berduka karena Putri Charlotte meninggal lima jam setelah bersalin 50-jam dan mehaliarkan bayi yang mati. Masyarakat menyalahkan dokternya, Dr Croft, yang kemudian bunuh diri. Mulai dari situ dunia kebidanan menganjurkan kembalinya bidan perempuan. Oleh karena itu dunia medis bereaksi dengan menganjurkan penggunaan afaorcep agar persalainan bisa beralangsung dengan lebih cepat. 1848: Dr Walter Channing dari Boston pertama kali menggunakan eter untuk melahirkan. 1853: Ratu Victoria dari Inggris memuji “kebajikan” untuk menerima kloroform selama kelahiran bayi ketujuhnya. Menerima choloroform saat melahirkan menjadi simbol status saat itu. 1860: Louis Pasteur menemukan bakteri dan kurangnya tindakan mencuci tanganadalah penyebab utama dari demam nifas. Siswa untuk menggosok tangan mereka di kapur klorida sebelum melakukan kontak dengan pasien. bidan telah mengamati hubungan antara sanitasi dan ribuan kematian ibu tahun sebelumnya untuk saat ini. 1894: klinik pertama caesar (SC) adi buka di Boston. 1898: Agustus Karl Gustav Bier (24 November 1861, – 12 Maret 1949) adalah seorang dokater ahli bedah di Jerman yang menyuntik kokain ke tulang belakang asisten nya saat melahirkan (ini adalah awal ditemukannya epidural). Ini membuat tubuh mati rasa, tetapi keesokan harinya pasiena tersebut bangun dengan muntah yang mengerikan dan sakit kepala. 1900: Keterlibatan Pemerintah dalam asuhan kesehatan maternitas dimulai pada awal 1900-an. Para wanita Amerika kelas menengah melahirkan dan dihadiri oleh bidan, banyak imigran dari Eropa membawa bidan mereka sendiri dengan mereka dan menetap di kota besar. Sampai akhir 1920 ini bidan menghadiri 20-40 persen dari semua kelahiran di pertengahan Atlantik kota. Dalam beberapa online casinos kasus, ini berarti mereka berlatih secara ilegal. Kurang dari 5 persen wanita melahirkan di rumah sakit. 1902-1960-an: Skopolamin, yang menyebabkan amnesia, digunakan selama persalinan. 1910: Laporan Flexner mengungkapkan bahwa 90 persen dokter tanpa pendidikan tinggi. Yayasan Carnegie untuk Kemajuan Pengajaran menerbitkan laporan kritis Abraham Flexner pada
pendidikan medis di Amerika Utara. Flexner menyatakan bahwa kebidanan dibuat “pertunjukan yang paling buruk.” 1914: New England Twilight Sleep Association ini didirikan untuk memaksa rumah sakit untuk menetapkan prosedur. perempuan Kelas atas membentuk Twilight Sleep Societies, dan itu menjadi tanda keunggulan jika menggunakannya saat melahirkan. Twilight Sleep adalah kombinasi dari morfin, untuk menghilangkan rasa sakit, dan skopolamin, sebuah amnesia yang menyebabkan perempuan tidak memiliki kenangan saat melahirkan. perempuan Kelas atas awalnya menyambut ini sebagai simbol kemajuan medis, meskipun efek negatifnya kemudian dipublikasikan. 1914-an 1960-an: Pengekangan pada pergelangan kaki dan pergelangan tangandigunakan untuk menjaga perempuan dari melukai diri mereka di bawah pengaruh Twilight Sleep. 1915: Sebuah makalah oleh Joseph DeLee in the Association for the Study and Prevention of Infant Mortality menjelaskan bahwa melahirkan sebagai proses patologis. Dia menyatakan bahwa melahirkan bukan fungsi normal dan bahwa bidan tidak memiliki tempat dalam menoaloang ibu melahirkan. 1915-1929: Kematian bayi dari cedera akibat kelahiran meningkat sebesar 40-50 persen. Antara 30-50% wanita melahirkan di rumah sakit pada tahun 1921. 1920: Forceps digunakan di 30 persen kelahiran. Buku teks kebidanan yang paling sering digunakan, oleh Dr Joseph DeLee, menyatakan bahwa melahirkan adalah proses patologis. Sedikit upaya untuk mencegah masalah, ia mengusulkan bahwa pengasuh (bidan atau dokter) harus melakukan intervensi rutin. Dia menyarankan bahwa ibu bersalin jika tenang pada awal tenaga kerja, memungkinkan leher rahim membesar, memberikan eter selama tahap mendorong atau mengejan, memotong episiotomi, melahirkan bayi dengan forceps, ekstrak plasenta, memberikan obat untuk merangsang rahim berkontraksi, dan perbaikan episiotomi itu. Karena dokter kandungan diAmerika, merawat ibu bersalin melalui penggunaan intervensi rutin sebagai cara untuk mengendalikan jalannya persalinan. Hal ini menyebabkan setiap wanita dalam persalinan ditangani dengan cara ini. Untuk sebagian besar Amerika, paradigma medis dalam persalinan yang diwariskan dari Dr DeLee masih dilakukan hingga sekarang, demikian halnya di Indonesia karena di Indonesia masiha mengacu ake tehnologi Barat. 1920: persalinan harus dilakukan di Rumah Sakit dan di tangani oleh petugas perempuan terlatih. 1921: The Sheppard-Tower menyediakan dana untuk melatih orang untuk mencari cara untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. 30-50 persen wanita melahirkan di rumah sakit. 1930: The American Board of Obstetricians dan Ginekologi didirikan. Dokter kandungan berusaha untuk mencapai dominasi atas spesialis non dokter, seperti bidan. Perawat-bidan muncul, berasal dari profesi keperawatan bukan kebidanan. Penekanan mereka adalah pada membantu dokter dalam profesi mereka.
1933: Kematian ibu adalah 58,1 kematian per 100.000. Kematian ibu tidak menurun antara 1915 dan 1930 meskipun wanita melahirkan ke rumah sakit, peningkatan perawatan kehamilan, dan teknik melahirkan yang lebih baik seperti yang dilaporkan oleh the White House Conference on Child Health. 1935: 37 persen kelahiran terjadi di rumah sakit. 1938: Twilight Sleep digunakan dalam semua kelahiran rumah sakit. 1939: 50 persen dari semua wanita (75 persen dari semua wanita perkotaan) melahirkan di rumah sakit. 1940: 95 persen Twilight Sleep. Ini dosis berat narkotika dan amnesia sepenuhnya lumpuh perempuan yang melahirkan dan menyebabkan perempuan kehilangan kontrol. Kematian ibu adalah 47 kematian per 1.000. 1944: Dr Grantley Dick-Reed menulis Melahirkan tanpa Rasa Takut. 1950: 88 persen kelahiran terjadi di rumah sakit. Kematian ibu adalah 29,2 kematian per 100.000. Forceps digunakan 75 persen dari waktu. 1953: Dr Fernand Lamaze menerbitkan temuan tentang persalinan dan melahirkan di Rusia. Karyanya membantu membawa ayah kembali ke ruang kelahiran. 1955: American College of Bidan Perawat (ACNM) dibentuk. 1956: La Leche League didirikan. 1958: Dr Robert Bradley memperkenalkan suami menjadi pemandu dan pendamping ibu yang melahirkan normal 1957: Buku Dr Lamaze oleh Marjorie Karmel diterbitkan 1960: Marjorie Karmel dan salah satu pengagum bukunya, Elisabeth Bing, asisten profesor klinis di New York Medical College, dibentuk American Society for Psychoprophylaxis dalam Obstetri (lebih dikenal sebagai ASPO / Lamaze), untuk mengajar kelas persalinan. 97 persen kelahiran terjadi di rumah sakit. Kematian ibu adalah 26 kematian per 1.000. Pemantauan janin terus menerus elektronik diperkenalkan. 1963: International Childbirth Education Association (ICEA) didirikan. 1968: pemantauan janin elektronik kontinyu diperkenalkan, hanya digunakan pada 5-10 persen perempuan, mereka yang dianggap “risiko tinggi.” 1971: The Farm, sebuah komune hippie di Tennessee, didirikan oleh Stephen dan Ina Mei Gaskin, ibu kebidanan modern. Pusat Kelahiran Santa Cruz dimulai.
1975: Kurang dari 1 persen kelahiran dibantu oleh bidan. Kematian ibu adalah 16,1 kematian per 100.000. 20 persen wanita Amerika memilih untuk memiliki epidural. 1976: Divisi Keperawatan mulai mendanai perawat-bidan program pendidikan. 5 persen tingkat Caesar. 1977: homebirth Informasi (IH) didirikan oleh Rahima Baldwin Dancy sebagai tanggapan terhadap kebutuhan informasi tentang cara mempersiapkan persalinan yang aman di rumah. Para pendidik program pelatihan melahirkan dikembangkan pada tahun 1978. 1979: Penelitian pertama dilakukan pada anestesi persalinan, termasuk penggunaan Demerol. 1980: 98,9 persen kelahiran terjadi di rumah sakit. ACNM mengembangkan pedoman untuk membangun “alternatif” layanan persalinan.. Kematian ibu adalah 12,6 kematian per 100.000. American Academy of Family Physicians (AAFP) menentang perawat kebidanan dan mengeluarkan pernyataan resmi mengenai hal tersebut. AAFP menyatakan keyakinan bahwa semua perawat-bidan harus bekerja nonindependently dan bahwa semua pembayaran harus melalui dokter. 1982: Aliansi Bidan Amerika Utara (MANA) dimulai. Sepertiga dari anggota-anggotanya CNMS, dan sisanya adalah jenis lain dari bidan. 16 persen dari semua kelahiran terjadi pada hari Sabtu dan 16,6 persen kelahiran terjadi pada hari Minggu. 1985: Kematian ibu adalah 10,6 kematian per 100.000. 6,8 persen bayi dilahirkan dengan berat badan lahir rendah (di bawah 2.500 g). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan bahwa tingkat bedah caesar tidak harus lebih tinggi dari 10-15 persen. 1988: tingkat Caesar25 persen. 1989: Forceps digunakan di 5,5 persen kelahiran. VBAC tingkat 18,9 persen; tingkat induksi 9 persen. 47,7 persen wanita menerima setidaknya satu USG selama kehamilan. 8 persen tingkat Pemantauan berkelanjutan Elektronik janin. 9,4 persen kelahiran terjadi sebelum usia kehamilan 1992: Forceps digunakan 10 persen. Doula Amerika Utara (DONA) didirikan untuk melegitimasi manfaat dari dukun bayi & dukun beranak. 1992-1999: Sejumlah organisasi yang didirikan untuk melatih dan sertifikasi pendidik melahirkan independen dan doula. 1994: 94,5 persen kelahiran terjadi di rumah sakit. tingkat induksi 14,7 persen dan 85 persen tingkat EFM terus menerus.. 1995: tingkat Caesar21 persen. Kematian ibu adalah 7,6 kematian per 100.000. 1998: tingkat induksi 19,4 persen
1998: Tingkat bidan-yang mendampingi kelahiran meningkat, menunjukkan peningkatan 45 persen sejak 1982. Tingkat bidan yang-mendampingi kelahiran rumah sakit naik bahkan lebih tajam, meningkat 1.000 persen sejak tahun 1975. 1999: tingkat forsep 6 persen. Tingkat VBAC menurun setelah ACOG mengeluarkan pedoman baru bagi dokter dan rumah sakit menghadiri VBACs, sehingga unrealitistic untuk salah satu dari mereka untuk mendukung VABCs, baik secara finansial maupun dalam praktek. Dr Marsden Wagner (mantan direktur Perempuan dan Kesehatan Anak di WHO) mencatat bahwa ACOG “tidak memiliki data untuk mendukung itu [tahun 1999 rekomendasi VBAC], tidak ada penelitian yang menunjukkan peningkatan angka kematian ibu atau mortalitas perinatal yang berhubungan dengan karakteristik lembaga atau ketersediaan dokter. “ 2000: Kematian ibu 6,9 kematian per 100.000. Banyak yang kecewa dari ACOG dan dokter kandungan dan rumah sakit, temuan pada studi menunjukkan bahwa kelahiran di rumah dengan bidan yang berkualitas lebih aman daripada dibantu aoleh dokater kandungan di rumah sakit. 2001: 11,9 persen kelahiran terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. VBAC meningkat 16,4 persen 2002: 26,1 persen tingkat bedah caesar. 20,6 persen induksi. 85 persen tingkat EFM Kontinyu , 91,3 persen kelahiran terjadi di rumah sakit. Kematian ibu adalah 7,1 kematian per 1.000. 7,8 persen bayi dilahirkan dengan berat badan lahir rendah (di bawah 2.500 g). 12,1 persen kelahiran terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. 51 persen kelahiran terjadi antara 37-41 minggu kehamilan. 6,7 persen terjadi pada atau di luar 42 minggu kehamilan. 12,6 persen tingkat VBAC. Bidan menghadiri 8,1 persen dari semua kelahiran (94,6 persen dihadiri CNM). 83,7 persen perempuan menerima perawatan prenatal. Dari semua out-of-rumah sakit kelahiran, 65 persen terjadi di rumah dan 27 persen terjadi di pusat kelahiran yang berdiri bebas. 68 persen wanita hamil menerima setidaknya satu USG selama kehamilan. 2003: tingkat Caesar 26,1 persen. 11 persen kelahiran vagina yang dihadiri oleh bidan perawat bersertifikat. AS menempati urutan 41 dari 60 negara di kematian bayi. 2004: Kematian ibu adalah 7 kematian per 100.000 2005: WHO dan UNICEF menyatakan AS menduduki peringkat ke-34 di duniapada kematian ibu. 2006: Ibu yang melahirkan dengan induksi 22 persen. 2007: tingkat kejadian Sc meningkat menjadi 31,8 persen ini berarti telah meningkat lebih dari 50 persen sejak 1996. American College of Obstetricians dan Gynecologists (ACOG) menegaskan kembali oposisinya terhadap kelahiran di rumah. . . . ACOG mengakui hak perempuan untuk membuat keputusan mengenai persalinan dan memilikia kebebasan untuk memilih penyedia layanan kesehatan, tapi ACOG tidak mendukung program yang menganjurkan, atau individu yang menyediakan,
kelahiran di rumah. Keputusan melahirkan tidak harus ditentukan atau dipengaruhi oleh apapun termasuk trend. 2009: Amerika menempati urutan ke-45 dalam peringkat Kematian Bayi. ACOG merevisi pedoman pada pemantauan janin elektronik, Menurut Dr George A. Macones, yang memimpin pengembangan di ACOG: Sejak tahun 1980, penggunaan EFM telah tumbuh secara dramatis, dari yang digunakan pada 45% wanita hamil hingga 85% pada tahun 2002, Meskipun EFM adalah prosedur kebidanan yang paling umum, sayangnya hal ini belum mengurangi kematian perinatal atau risiko cerebral palsy. Bahkan, tingkat cerebral palsy tetap sama sejak Perang Dunia II walaupun pemantauan janin dan semua kemajuan kami dalam perawatan dan intervensi. “ Di revisi lain ACOG, mereka menyatakan bahwa induksi elektif sebaiknya tidak dilakukan sebelum usia kehamilan 39 minggu, dan dokter yang mampu melakukan operasi caesar yang harus siap tersedia setiap waktu induksi digunakan jika induksi tidak berhasil ketika melahirkan melalui vagina. Demikianlah sejarah persalinan di Amerika. Tentu saja beda lagia dengan sejarah kebidanan di Indonesia. Namun dari sejarah ini kita bisa tahu bagaimana perkembangannya. Semoga bermanfaat Salam hangat Bidan Kita Referensi: – The Editors of Time-Life Books. (1998, Nov.). Events that Shaped the Century. Time Life. – Rooks, J P. (1999).   Midwifery and Childbirth in America. Philadelphia, PA: Temple University Press – Starr, Paul. (1984). The Social Transformation of American Medicine. New York, NY: – Basic Books.History of Childbirth in America U.S. News and World Report. (1973). 200 Years: A Bicentennial Illustrated History of the United States. – Dorothy C. Wertz (Author)., Lying-In: A History of Childbirth in America. 1989 New Haven, CT: Yale University Press. – Evans, J., “Induction rate doubled in the U.S. from 1990 to 1998”. J. Reprod. Med. 47[2]:120-24, 2002. Retrieved from http://findarticles.com/p/articles/mi_m0CYD/is_9_37/ai_85591457/?tag=content;col1
– National Vital Statistics Report, Volume 52, Number 10 . Births: Final Data for 2002. Retrieved from http://www.cdc.gov/nchs/data/nvsr/nvsr52/nvsr52_10.pdf – National Vital Statistics Report, Volume 57, Number 12 . Births: Preliminary Data for 2007. Retrieved from http://www.cdc.gov/nchs/data/nvsr/nvsr57/nvsr57_12.pdf – Rooks, J P (1997),  Midwifery & Childbirth in America. Philadelphia, PA: Temple University Press – Cassidy, T., Taking Great Pains. Retrieved from http://wondertime.go.com/learning/article/childbirth-pain-relief.html – CIA World Factbook, Country Comparison: Infant mortality rate. Retrieved from https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/rankorder/2091rank.html – United States, Central Intelligence Agency. The 2003 CIA World Factbook – UNICEF (United Nations Children”s Fund). 2005. WHO/UNICEF/UNFPA/The World Bank – Estimates of Maternal Mortality 2005. Retrieved from http://www.childinfo.org/maternal_mortality_countrydata.php – World Health Organization. “Appropriate technology for birth”. Lancet 1985; 2: 436-7. – Johnson, KC, Outcomes of planned home births with certified professional midwives: large – prospective study in North America” BMJ  2005;330:1416 (18 June). Retrieved from http://www.bmj.com/cgi/content/full/330/7505/1416 – ACOG Statement on Home Births, February 6, 2008. Retrieved from http://www.acog.org/from_home/publications/press_releases/nr02-06-08-2.cfm – Wall, E., Roberts, R., Deutchman, M., Hueston, W., Atwood, LA., Ireland, B., “Trial of Labor – After Cesarean (TOLAC), Formerly Trial of Labor Versus Elective Repeat Cesarean Section for the Woman With a Previous Cesarean Section.” AAFP Policy Action March 2005. Retrieved from http://www.aafp.org/online/etc/medialib/aafp_org/documents/clinical/clin_recs/tolacpolicy.Par.00 01.File.dat/clinicalrec_tolac.pdf – Wagner, M., “What Every Midwife Should Know About ACOG and VBAC: Critique of ACOG – Practice Bulletin No. 5, July 1999, “Vaginal Birth After Previous Cesarean Section”. Retrieved from http://www.midwiferytoday.com/articles/acog.asp – ACOG, “ACOG Issues Revision of Labor Induction Guidelines”. Obstetrics & Gynecology,
– Practice Bulletin #107, “Induction of Labor,” August 2009. Retrieved from http://www.acog.org/from_home/publications/press_releases/nr07-21-09.cfm – ACOG, “Recommendations Relax on Liquid Intake during Labor”. Obstetrics & Gynecology, – Committee Opinion #441, “Oral Intake during Labor,” September 2009. Retrieved from http://www.acog.org/from_home/publications/press_releases/nr08-21-09-2.cfm – Banks, A C (1999). Birth Chairs, Midwives and Medicine, Lanham, MD:University Press – Cutter, IS., Viets, HR. (1964), A Short History of Midwifery, Philadelphia, PA:W. B. SaundersCompany – Dewhurst, J (1980), Royal Confinements, London, UK:Weidenfeld and Nicolson – Eccles, A (1982), Obstetrics and Gynaecology in Tudor and Stuart England, London, UK: Croom Helm – Gelis, J (1991), History of Childbirth: Fertility, Pregnancy and Birth in Early Modern Europe, Boston, MA: Northeastern University Press – Green, MH. (2002), The Trotula: A Medieval Compendium of Women”s Medicine, Philadelphia, PA: University of Pennsylvania Press – Musacchio, JM (1999), The Art and Ritual of Childbirth in Renaissance Italy, New Haven, CT:Yale University Press – Sharp, J (1999), Midwives Book: Or the Whole Art of Midwifery Discovered, New York, NY: Oxford University Press Â
November 21, 2014
By Yesie Aprillia
Natural Childbirth, Childbirth Support, All About Childbirth
No Comments
MENJELAJAHI PENGALAMAN MELAHIRKAN Sengaja saya mencoba untuk mengupload beberapa video ini, supaya kita bisa menyaksikan emosi yang indah dan sangat terasa adanya koneksi di dalam tubuh seorang wanita ketika melahirkan.  {youtubejw}eVGzIGoSQYQ{/youtubejw}   pasangan ini berbicara tentang banyaknya peran bidan bagi seluruh kehamilan mereka. Pada intinya, mereka merasakan bidan sebagai teman, dukungan, dan profesional, dan pada akhirnya sebagai pembela otonomi mereka sebagai seorang ibu.  Mengapa Saya Memilih melahirkan di rumah? Alasan ibu untuk memilih sarana melahirkan di rumah membuat mereka ingin tetap mempunyai keintiman dan kontrol, ketakutan akan caesar yang tidak perlu, untuk menginginkan koneksi yang lebih spiritual dengan anak mereka. Dua oorang tua berbicara tentang alasan khusus mereka untuk pilihan ini. Melepaskan diri dari rasa Takut dan Sakit untuk membangun Kekuatan Pengalaman alami wanita melahirkan merupakan seuatu pengalaman yang menggabungkan keberanian dan kekuatan. Menghadapi rasa takut dan rasa sakit, tanpa bergantung pada obat atau sarana buatan untuk mempercepat proses melahirkan, para wanita ini mengekspresikan rasa percaya diri meningkat sebagai ibu. Obligasi Keluarga Proses kelahiran dapat memperbaharui hubungan, memperdalam koneksi antara anak, ibu dan ayah. sumber : http://www.mothersnaturally.org/ semoga bermanfaat
Bidan Kita
November 21, 2014
By Yesie Aprillia
Natural Childbirth, Childbirth Support, All About Childbirth
No Comments
Prosedur dan pemeriksaan diawal persalinan Dalam beberapa hari ini saya mewawancarai beberapa ibu tentang pengalaman mereka
ketika pertama kali memasuki proses persalinan dalam hidup mereka. Ada yang menyatakan takut, ngeri dan tidak mengerti apa saja yang terjadi dan dilakukan terhadap tubuh dan bayinya. Dan ada pula yang terkaget-kaget dangan semua prosedur yang di berikan yang mana belum pernah terbayangkan sebelumnya olehnya. Nah dalam artikel ini saya akan mencoba memberikan gambaran kepada Anda tentang apa dan bagaimana prosedur yang biasanya dilakukan di dalam awal proses persalinan  Ketika Anda tiba di rumah sakit yang akan Anda temui biasanya bidan. Dan bidan tersebut yang akan menilai tentang persalinan Anda dan kemajuannya. Dan sebelum melakukan pemeriksaan awal bidan Anda akan mengajukan beberapa pertanyaan tentang apa yang telah terjadi sejauh ini, seperti: – Berapa minggu usia kehamilan Anda? – Apakah Anda memiliki masalah selama kehamilan Anda? – Apakah Anda sudah mengalami flek dan keluar lendir atau darah? – Apakah ketuban Anda pecah, jika iya, berapa banyak dan warna apa? – Apakah Anda merasa bayi Anda bergerak hari ini? – Apakah Anda sudah merasakan  kontraksi , dan seberapa sering kontraksi itu terjadi berikut durasinya?
Setelah emncatat semua data yang dibutuhkan, Selanjutnya, bidan akan melakukan pemeriksaan pada Anda: – Urin, darah – berat badan dan indeks massa tubuh (BMI) – tekanan darah – suhu – nadi kemudian Bidan melakukan pemeriksaan leopold yaitu pemeriksaan dengan melakukan perabaan di perut untuk mengetahui bagaimana posisi janin serta apakah kepala bayi Anda yang masuk panggul Anda atau tidak. Dia juga akan menilai berapa lama, kuat dan seringnya kontraksi terjadi, dan seberapa serta di bagian mana terasa rasa kurang nyaman. Bidan Anda kemudian akan memeriksa kesejahteraan bayi Anda dengan mendengarkan Anda detak jantung bayi setelah kontraksi. Bidan mungkin meminta izin untuk melakukan pemeriksaan (vagina) internal, untuk mengetahui seberapa lebar pembukaan serviks Anda. Jika Anda tidak ingin di laukan pemeriksaan dalam, maka itu tidak akan jelas berapa banyak serviks telah membuka (melebar). Tapi bidan yang terampil mungkin dapat memberitahu kirakira berapa jauh persalinan Anda hanya dari mengamati dan “mendengarkan” tubuh Anda. Apa yang terjadi setelah pemeriksaan pertama? Jika Anda masih berada di awal persalinan , Anda dapat memilih untuk pulang, tergantung pada keadaan individual dan waktu perjalanan. Bidan mungkin menganjurkan Anda pulang sehingga Anda bisa berada di lingkungan yang akrab sampai kontraksi lebih kuat. Jika Anda lebih memilih untuk tinggal di rumah sakit, Anda mungkin akan dikirim ke bangsal antenatal atau ruang tunggu, kadang juga di ruang nifas. Namun biasanya ini justru membuat Anda lebih stres dan panik lagi. Jadi saran saya adalah ketika persalinan masih sangat awal, lebih baik Anda pulang dan menikmati proses berjalan. Jika kontraksi sudah semakin banyak dan sering juga kuat, maka Anda akan pindah ke ruang kelahiran di mana Anda akan tinggal sampai Anda melahirkan. Sewaktu proses persalinan, bidan Anda akan menyimpan catatan tentang bagaimana kondisi Anda pada sebuah partogram. Ini adalah bagan yang diisi dengan simbol yang berbeda dan bagian untuk memonitor dan mencatat setiap detail dari proses persalinan Anda. Bagaimana bayi saya akan dimonitor?
Kesejahteraan bayi Anda akan dipantau oleh bidan saat ia mendengarkan detak jantungnya. Untuk melakukan ini, dia akan menggunakan monitor genggam disebut Doppler atau Sonicaid juga dengan USG untuk bangkit kembali suara detak jantung bayi anda Sebuah Sonicaid atau Doppler tidak akan terlalu banyak mengganggu kenyamanan Anda. Anda hanya harus tetap diam selama satu menit atau lebih sementara bidan Anda mendengarkan dan kemudian Anda dapat bergerak lagi. Apakah saya perlu memiliki rencana persalinan? Memiliki dan membuat birth plan atau rencana persalinan memang sangat penting bagi Anda, karena ini dapat membantu bidan Anda lebih memahami apa jenis pengalaman persalinan yang Anda inginkan. Tapi jika Anda tidak mempersiapkan rencana kelahiran, jangan khawatir. Anda bisa memberitahu bidan Anda dan mengkomunikasikan tentang apa yang Anda inginkan. Untuk memnyusun birth plan bisa di lihat di : Semoga bermanfaat Salam hangat Bidan Kita
November 21, 2014
By Yesie Aprillia
All About Childbirth
No Comments
MARI MERENUNG Mari menganalisa sebuah kasus yang seringkali terjadi dilapangan seputar proses persalinan dan intervensi dalam persalinan. Kasus 1: – Ny A adalah seorang ibu muda, hamil pertama Selama masa kehamilannya dia pernah periksa ke dua SpOG yaitu dr. SpOG “U” dan dr SpOG “D” dan ternyata dari ke dua SpOG tersebut terdapat perbedaan penentuan Hari Perkiraan Lahir.
Ø Dr SpOG “U” menyatakan bahwa HPL Ny A adalah 20 Maret 2012.
Ø Dr SpOG “D” menyatakan bahwa HPL Ny A adalah 05 April 2012.
Tgl 20 Maret 2012, Ny A melakukan pemeriksaan kehamilan rutin ke dr SpOG “U” karena hingga hari itu Ny A tidak merasakan tanda-tanda persalinan. Padahal menurut dr SPOG “U” ini adalah hari HPL nya. Ny A merasa cemas serta panik karena menurut dokter kandungan di tempat Ny A tersebut periksa (dr. SpOG “U”)menyatakan bahwa dia harus di induksi karena umur kehamilannya sudah melampaui batas hari perkiraan lahirnya (due date), dan Ny A diberikan batas kelonggaran hingga tgl 25 Maret 2012. Selain itu berdasarkan hasil pemeriksaan by USG menurut dr. SpoG “U” tersebut ketubannya sudah hampir habis dan plasentanya sudah pengapuran. Mendengar penjelasan dokter yang seperti itu terus terang Ny A sangat syok dan khawatir karena hingga detik itu belum ada tanda-tanda akan mulai persalinan. Atas anjuran Ny C yang kebetulan kakak ipar dari Ny A dan Ny C tersebut adalah ibu yang sukses melakukan Home Birth dan Gentle Birth 6 bulan yang lalu, Ny A di anjurkan untuk menemui Bidan Y untuk berkonsultasi dan mencari solusi atas kasus yang dia alami. Tgl 22 Maret 2012, Ny A dan Ny C datang ke Bidan Y untuk berkonsultasi. Setelah dilakukan pemeriksaan dalam ditemukan hasil bahwa: – Posisi kepala sudah masuk panggul – Penurunan kepala (cm dari spina iskiadika) masih -2 cm – Penurunan Kepala (dengan palpasi abdominal menurut system perlimaan) masih 2/5 – Belum ada pembukaan serviks – Panjang serviks sekitar 3-4 cm – Posisi serviks masih Posterior – Kondisi dan konsistensi Serviks masih kaku dan tebal Jadi skore bishop Ny A ini masih < 4 Sedangkan Detak Jantung Janin saat itu adalah 143 x/menit (normal) Saat itu yang Bidan Y lakukan adalah memberi pengertian kepada Ny A supaya tenang, rileks dan menghindari stres serta berupaya dengan melakukan induksi alami seperti yang ada di = http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=191:cara-alamiuntuk-menginduksi-persalinan&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56
Setelah 2 jam berkonsultasi akhirnya Ny A dan keluarganya Tenang dan pulang. Tgl 29 Maret 2012, Ny A merasakan tanda-tanda persalinan, dimana kontraksi sudah mulai teratur setiap 5 menit dengan durasi sekitar 30 detik dan kontraksi ini semakin teratur dan kuat. Dari awal Ny A ingin melahirkan di Bidan Y karena Ny A ingin merasakan proses persalinan yang alami dan Gentle Birth seperti yang dialami Ny C kaka iparnya. Namun karena jarak antara rumah dan klinik Bidan Y berjauhan (1 jam perjalanan) maka keluarga tidak menyetujui dan memaksa Ny A untuk periksa ke Rumah Bersalin S yang notabenenya dekat dengan rumah mereka. Sampai di RB S, Ny A di sambut di lobi dan sudah disiapkan kursi roda (**padahal Ny A masih mampu berjalan dan merasa sehat) setelah dibawa ke ruangan Ny A dilakukan berbagai pemeriksaan yaitu: – Pengambilan sample darah – Pemeriksaan tanda vital dan semua hasilnya normal – Pemeriksaan dalam dan ternyata didapati hasil bahwa sudah terjadi pembukaan 3 cm, dan Ny A langsung dianjurkan untuk mondok di RB tersebut. ** saat di RB tersebut terus terang Ny A sangat stres karena beliau tidak suka dengan bau Rumah bersalin/Rumah Sakit, bidan dan perawat yang melayaninya pun sangat tidak ramah dan Ny A merasa diperlakukan seperti orang sakit. Jadi saat itu secara psikologis Ny A sudah merasa tidak nyaman dengan situasi dan keadaannya. Ditambah lagi dengan kontraksinya yang semakin lama semakin terasa sakit dan tubuhnya semakin merasa kurang nyaman. – 4 jam kemudian bidan jaga melakukan pemeriksaan dalam ulang dan hasilnya ternyata masih pembukaan 3 cm yang artinya tidak ada penambahan pembukaan serviks – Atas dasar hasil pemeriksaan tersebut pihak RB memutuskan untuk melakukan induksi. Namun Ny A menolaknya karena Ny A takut merasakan sakit – Akhirnya Ny A dibawa ke ruang bersalin dan dilakukan CTG untuk melakukan penentuan kesejahteraan janin. ** Ny A semakin stres karena ruang persalinannya sangat asing baginya dimana hanya ada tembok warna putih dengan berbagai peralatan canggih di ruangan dan almari-almarinya dan merasa seolah-olah terintimidasi oleh lingkungan. Takut dan panik itu yang dirasakan oleh Ny A. Setelah dilakukan CTG ternyata detak jantung janin meningkat 160 x/menit. Dengan lugasnya bidan jaga mengatakan bahwa bayi mengalami stres dan sang ibu harus dipasang infus untuk dilakukan induksi. Karena panik akan keselamatan janinnya mau tidak mau Ny A menyetujui tindakan Induksi tersebut.
– Setelah di pasang Infus, Ny A dilarang untuk mobilisasi, hanya boleh tidur terlentang karena CTG dipasang menetap. ** Akibat efek Induksi, (tentang induksi bisa dilihat di : http://test.bidankita.com/index.php? option=com_content&view=article&id=167:pitocin-induksi-dalam-persalinan&catid=44:naturalchildbirth&Itemid=56), maka kontraksi terasa semakin kuat dan Ny A merasa semakin kesakitan dan panik, apalagi dengan posisi tubuhnya yang tidak boleh mobilisasi membuatnya merasa sangat tersiksa. Selain itu selama masa kehamilan nya, Ny A tidak pernah berlatih tehnik nafas sehingga dia tidak mampu melakukan koping atau pengalihan perhatian terhadap rasa nyeri akibat kontraksinya. – Setelah beberapa saat tiba-tiba alarm di CTG berbunyi dan ini mengindikasikan bahwa janin tidak sejahtera, dan ternyata detak jantung janin melemah < 120 x/menit. Menyadari hal ini Ny A semakin panik dan takut. – Bidan jaga saat itu menyarankan untuk dipasang oksigen dan Ny A harus tidur miring kiri untuk memperbaiki sirkulasi darah ke janin dan harapannya janin tidak stres. Namun yang terjadi Alarm CTG tetap saja berbunyi dan Ny A semakin panik serta putus Asa. – Setelah kondisi Ny A di konsulkan ke dr SpOG “D”, beliau menyarankan untuk segera dilakukan tindakan Operasi. Dengan alasan Detak jantung janin menunjukkan gejala Distress. – Dan tanpa pertimbangan lainnya saat itu juga disipkanlah kamar operasi dan akhirnya Ny A melahirkan secara SC. – Selama proses operasi Ny A menangis dan sangat kecewa dengan kondisinya dan merasa tidak berdaya. Ny C yang mendampingi jalannya operasi saat itu mengira bahwa kondisi janin sudah kritis (atas informasi dokter sebelum diputuskan SC), sehingga dalam bayangan Ny C bayi begitu lahir tidak menangis atau Asfiksia, dan harus dilakukan treatment khusus, namun ternyata saat lahir kondisi bayi baik-baik saja, menangis kencang, air ketuban juga sangat jernih dan bayipun sangat sehat. Ada banyak pertanyaan di benak Ny C saat itu “kok bisa ya? Mengapa begini? Mengapa begitu? dll”. – Alhasil Ny A pun mengalami post partum blues karena proses persalinan yang dia alami sangat traumatik tidak sesuai dengan kondisi yang dia harapkan selama masa kehamilan. Kasus ke-2: 2. Ny W, seorang ibu muda, hamil pertama. Umur kehamilannya saat itu adalah 39 minggu. Selama hamil Ny W tidak pernah ada keluhan yang berarti sehingga dia merasa kehamilannya sehat-sehat saja dan Ny W tidak pernah membekali dirinya dengan senam hamil, yoga apalagi hypnobirthing. Ketika sahabatnya Ny N menyarankan Ny W untuk mengambil kursus kelas persiapan melahirkan, langsung di tolak mentah-mentah oleh Ny W karena beliau menganggap hal itu membuang-buang uang. Bagi Ny W proses persalinan adalah proses yang biasa dan semua orang pasti mengalami. Sehingga bagi Ny W yang penting percaya dnegan dokter nya maka semuanya akan baik-baik saja.
Tgl 20 Maret 2012, Ny W mengalami flek dan saat itu dia belum merasakan kontraksi. Lalu Ny W bersama suami pergi ke dr SpOG “I” untuk memeriksakan diri. Ternyata saat itu Ny W sudah pembukaan 1 cm dan saat itu juga dr SpOG “I” memberi memo dan langsung menyarankan Ny W untuk Mondok di RS tempat dr SpOG “I” praktek. Setelah mondok di RS, Ny W langsung di Infus dan diminta untuk meminum pil putih dengan merk “Gastrul”. ½ jam setelah di infus dan minum pil tersebut Ny W mengalami kontraksi yang sangat sakit. 4 jam kemudian dilakukan pemeriksaan dalam dan pembukaan baru 2 cm. Akhirnya dr SpOG memutuskan untuk menambah dosis Induksi, dan alhasil Ny W semakin merasakan kontraksi sangat tidak bisa di tolelir olehnya. 2 jam kemudian Ny W meminta untuk SC, dan akhirnya tgl 21 Maret 2012 jam 10.45 WIB dilakukan SC. Setelah bayi lahir tidak dilakukan IMD (Inisisasi menyusu Dini) namun bayi langsung dipisahkan dengan orang tuanya dan di letakkan di kamar bayi. Selama 3 hari ASI Ny W belum keluar dan bayiun belum di berikan ke Ny W, jadi jika ny W ingin melihat bayinya dia harus meminta bidan untuk membawakan bayinya sejenak ke kamarnya dan kemudian dibawa lagi ke ruang bersalin. Selama 3 hari bayi Ny W diberikan susu formula. Hari ke 5 Ny W sudah diperbolehkan untuk pulang, namun bayi Ny W masih harus tinggal di RS karena mengalami jaundice (kuning) dan harus di lakukan Foto Therapi selama beberapa hari. Selama di rumah Ny W mengalami post partum blues dan mengalami mastitis (payudara bengkak dan meradang) karena produksi ASI sudah banyak namun tidak bisa keluar. Setelah diberikan pengobatan akhirnya ASI mulai keluar namun tidak lancar. Sedangkan bayinya masih kuning dan di rawat di RS dan sayangnya kondisi bayinya semakin hari justru semakin menurun. Tgl 30 Maret 2012, akhirnya kondisi bayinya semakin turun dan akhirnya sang bayi meninggal. Ny W sangat Syok namun dia tidak bisa apa-apa lagi karena semuanya sudah terjadi. Dan saat ini Ny W akhirnya memutuskan untuk mengikuti Self Healing di Bidan Y atas saran Ny N sahabatnya. Kasus ke 3 3. Ny S adalah ibu muda, hamil ke 3 dengan riwayat persalinan normal sebelumnya dan mengalami trauma karena anaknya yang ke-2 meninggal beberapa hari setelah lahir akibat kegagalan penutupan klep jantung (informasi dr dr Anak yang merawat saat itu). Sejak umur kehamilan 14 minggu Ny S selalu datang ke Bidan Y untuk melakukan relaksasi Hypnobirthing dengan tujuan untuk menghilangkan birth trauma yang pernah dia alami dan menyiapkan proses persalinan anaknya yang ke 3 dengan proses yang sealami mungkin tanpa intervensi. Memasuki umur kehamilan 28 minggu Ny S rajin melakukan Yoga untuk ibu hamil dan tai chi untuk ibu hamil dan latihan teknik nafas. Umur kehamilan memasuki 40 minggu, belum ada tanda persalinan yang dirasakan. Begitu juga ketika umur kehamilan memasuki 41 minggu. Nah ketika umur kehamilan menginjak 41 minggu lebih 2 hari Ny S mulai cemas dan khawatir, ketakutan dan kekhawatiran akan kehilangan buah hatinya seperti tahun lalu selalu menghantui pikirannya saat itu.
Meditasi, relaksasi, komunikasi dengan janin dilakukannya semakin intens. Dan puncaknya di suatu malam tgl 26 Maret 2012, Ny S mengatakan hendak ke RS J untuk dilakukan Induksi. Namun yang terjadi adalah sang kaka menangis sejadi-jadinya dan melarang sang ibu untuk pergi ke RS akhirnya malam itu mereka berdua menangis dan pasrah. Tgl 27 Maret 2012 pagi, akhirnya “tanda cinta” itu datang, ny S mengalami flek dan kontraksi. Akhirnya dnegan penuh sukacita Ny S sekeluarga datang ke Klinik Bidan Y. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata sudah mengalami pembukaan 4 cm. Gelombang demi gelombang dinikmati Ny S dengan tenang dan nyaman. Dan akhirnya tgl 27 Maret 2012, Ny S melahirkan melalui waterbirth dan tanpa mengejan sama sekali dan ajaibnya bayinya lahir dengan berat badan 4,1 kg. Sebuah proses persalinan yang lancar dan sangat tenang. Dans emua keluarga pun bersukacita karena ini. Dari ke-3 kasus diatas saya akan membahas satu demi satu. Dari beberapa kasus terutama di kasus 1 da 2 kita bisa lihat dari Sisi ibu = disini terlihat bahwa sang ibu tidak melakukan pemberdayaan diri. Dan ketika menyadari ada sesuatu yang salah pada kehamilan dan proses persalinanya akhirnya menyesal. Andai sang ibu mau membuka wawasan dan meningkatkan pengetahuan tentang kehamilan dan seputar persalinan tentu kejadian seperti itu tidak akan terjadi. Harusnya ketika mendapati hasil pemeriksaan dalam masih menunjukan fase laten (pembukaan < 4cm) sang ibu justru melakukan mobilisasi, rileks dan santai karena ketika stres yang terjadi adalah hormon oksitosin justru akan turun dan hal ini akan membuat proses persalinan tidak bersajalan dengan lancar dan ini memicu provider untuk melakukan intervensi. Untuk memahami proses persalinan dan hormon yang berperan silahkan buka: – http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=255:sakit-saatbersalin-hormon-akan-membantu-anda&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56 – http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=260:oksitosin-thelove-hormone&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56 – http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=244:oksitosin-siqhormon-cintaq-yang-dapat-membuat-persalinan-dan-menyusui-menjadimudah&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56 dan untuk memahami fisiologis persalinan silahkan buka : – http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=346:apa-danbagaimana-serviks-dalam-persalinan&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56 – http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=429:posisiterburuk-dalam-persalinan&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56
– http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=462:berbagaivideo-persalinan-untuk-persiapkan-persalinan-anda&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56 Dari sisi keluarga: tidak adanya dukungan dan adanya pengertian bahwa bayi lahir itu yang penting nangis dan selamat terasa sudah cukup bagi mereka. Masih banyak orang yang tidak menyadari bahwa proses persalinan adalah proses yang sangat transformasional dan sangat tertanam serta melekat di bawah sadar setiap orang. Banyak yang tidak menyadari bahayanya birth trauma untuk lebih jelasnya silahkan buka : – http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=251:birth-traumais-real&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56#comment-630 – http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=470:trauma-lahirpada-bayi&catid=49:baby-born&Itemid=41 Dari sisi tenaga kesehatan: ketika mekanisasi menjadi napas dari medikalisasi, tubuh manusia diperlakukan seperti mesin. Dipelajari sampe sedetil mungkin, tapi lupa dikembalikan lagi ke hakikat asalnya: manusia adalah satu kesatuan body mind spirit. jadi kalo ada apa-apa sedikit, jalan keluarnya adalah intervensi, berupa obat, atau tindakan medis. Sementara aspek manusia yang seringkali menjadi penyebab akar masalahnya muncul, tidak disentuh sama sekali. Dan banyak tenaga kesehatan yang tidak sabar ketika menoloang persalinan. Untuk lebih mengerti dan memahami pernyataan saya silahkan buka: – http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=375:hamil-amelahirkan-itu-bukan-penyakit&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56 – http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=265:kamimemilih-untuk-melahirkan-scr-alami-karena-kami-tahu-apa-yg-sebenarnya-terjadi-di-rumahsakit&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56 sungguh sangat disayangkan ketika seorang calon ibu tidak mau memberdayakan diri. Mari bersama-sama kita mulai buka hati, pikiran dan wawasan tentang Gentle Birth dalam persalinan. Supaya generasi kita menjadi lebih damai: http://test.bidankita.com/index.php? option=com_content&view=article&id=105:gentlebirth&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56 Bahkan gentle Birth sebenarnya bisa dilakukan pada SC: http://test.bidankita.com/index.php? option=com_content&view=article&id=337:gentle-birth-pada-sectio-caesarea&catid=44:naturalchildbirth&Itemid=56 Berikut ini praktisi Gentle Birth di Indonesia :
http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=440:dokter-spogdan-bidan-yang-menerapkan-prinsip-gentle-birth-di-indonesia&catid=47:all-aboutchildbirth&Itemid=59 dan ini adalah buku panduan wajib untuk para calon orang tua yang ingin mengalami Gentle Birth http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=414:buku-gentlebirth&catid=51:store&Itemid=77 Semoga bermanfaat Bidan Kita
November 21, 2014
By Yesie Aprillia
All About Childbirth
No Comments
MELAHIRKAN TANPA BANTUAN “UNASSISTENED BIRTH”
Saya adalah seorang bidan, dan semakin mendalami tentang Gentle Birth dan menjadi praktisinya membuat saya bercita-cita untuk bisa melahirkan sendiri tanpa bantuan. Selain karena saya bidan dan karena saya ingin memberikan yang terbaik untuk anak saya kelak (baca= http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=265:kami-memilihuntuk-melahirkan-scr-alami-karena-kami-tahu-apa-yg-sebenarnya-terjadi-di-rumahsakit&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56) dan saya tidak ingin menciptakan dan menginvestasikan trauma kepada anak saya, maka saya mempunyai cita-cita untuk melahirkan sendiri tanpa bantuan kelak. Seringkali orang lain berkomentar “ah kayak tidak ada Rumah Sakit Saja?” namun banyak juga yang mendukung karena mereka tahu saya bidan jadi setidaknya pengetahuan tentang persalinan sudah lumayan cukup. Namun Apa komentar Anda jika saudara Anda, istri Anda atau bahkan
Anda sendiri yang notabenenya bukan tenaga kesehatan memilih untuk melahirkan tanpa bantuan? Di Luarnegeri melahirkan tanpa bantuan sudah lumayan marak ini bisa dilihat dari cerita-cerita kisah persalinan di: – http://www.unassistedchildbirth.com/ – http://outlawbirths.com/ – http://unassistedbirth.livejournal.com/ dan di Indonesia-pun dilakukan oleh beberapa orang, termasuk selebritis kita yaitu Dewi Lestari (baca: http://www.gentlebirthindonesia.com/kisah-kelahiran/kisah-kelahiran-atisha-prajna-tiara). namun kejadian ini biasanya terjadi karena ketidaksengajaan atau “kebrojolan” sehingga keluarga tersebut belum sempat memanggil bidan namun sang bayi sudah lahir terlebih dahulu di rumah mereka. Mengapa saya berfikir atau berniat untuk emlahirkan tanpa bantuan, karena saat ini semakin banyak pihak tenaga kesehatan yang berfikir bahwa persalinan adalah peristiwa medis pathologis, telah terjadi pergeseran paradigma yang mana dahulu persalinan adalah peristiwa sakral dan terjadi di rumah tetapi sekarang dijadikan urusan publik dan dibawa ke arah publik. Banyak sekali intervensi yang dilakukan dalam persalinan. Dan lebih tragisnya lagi proses yang begitu sakral ini telah dijadikan ladang bisnis yang menjanjikan bagi sebagian oknum Lihat: {youtubejw}4DgLf8hHMgo{/youtubejw}
Nah lalu jika Anda menginginkan Un assistened birth apa yang seharusnya dipersiapkan? Langkah 1: Pilih dan tentukan apakah Anda ingin melahirkan dibantu Obsgyn, bidan, atau jika Anda menginginkan kehamilan tanpa bantuan. Keputusan untuk melahirkan tanpa bantuan adalah sangat besar, memangpemerintah sangat tidak menganjurkan hal ini, namun ketika seorang pasien menentukan dan memilih keputusan ini berarti sang pasien harus mau dan mampu memberdayakan diri dengan sebaik-baiknya sehingga tidak akan ada hal-hal yang tidak diinginkan. Memilih untuk melahirkan tanpa bantuan bukan berarti selama masa kehamilan Anda bisa bebas dari periksa dengan bidan ataupun dokter. Namun justru ketika memilih keputusan ini Anda harus benar-benar memastikan bahwa Anda adalah pasien yang beresiko rendah. Nah penapisan untuk ibu bersalin dengan resiko rendah itu seperti apa? Berikut adalah beberapa kondisi yang tidak memungkinkan untuk melahirkan tanpa bantuan:
1. Riwayat Bedah Besar, yaitu bila Ibu pernah mengalami operasi besar seperti Laparatomie, Caesar, dll 2. Perdarahan Pervaginam, yaitu bila Ibu mengalami perdarahan melalui jalan lahir 3. Persalinan Kurang Bulan, yaitu bila umur kehamilan Ibu kurang dari 37 minggu 4. Ketuban Pecah dengan Mekonium yang kental, yaitu Ibu mengeluarkan air ketuban dengan warna hijau tua dan kental karena tercampur mekonium atau BAB bayi 5. Ketuban Pecah Lama, yaitu bila Ibu telah mengeluarkan air ketuban selama 24 jam 6. Ketuban Pecah pada Persalinan Kurang Bulan, yaitu Ibu mengeluarkan air ketuban dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu 7. Ikterus, yaitu bila Ibu menngalami kelainan berupa sakit kuning (kuku,sclera mata,kulit berwarna kuning) 8. Anemia Berat, yaitu bila kadar Hb dalam darah Ibu kurang dari normal 9. Tanda/gejala Infeksi, misalnya bila Ibu mengalami panas tinggi 10. Preeclampsia/Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK), ditandai dengan tekanan darah dan kadar protein urine tinggi,disertai kejang 11. Tinggi Fundus Uteri 40 cm atau lebih, yaitu pembesaran rahim yang melebihi normal 12. Gawat Janin, yaitu denyut jantung janin 160x/menit 13. Primipara dalam Fase Aktif Persalinan, dengan dengan Palpasi Kepala Janin masih 5/5, atau dengan kata lain pada Ibu yang baru pertama kali akan bersalin,kepala janin belum masuk panggul 14. Presentasi bukan Belakang Kepala. 15. Presentasi Ganda. 16. Kehamilan GEMELLI. 17. Tali pusat menumbung. 18. Syok. Jadi Jika Anda memilih untuk melahirkan tanpa bantuan, Pastikan Anda merasa nyaman dengan keputusan ini dan pastikan kehamilan Anda sehat dan beresiko rendah. Mulailah untuk Mendidik diri sendiri!
Langkah 2: Jadwalkan kunjungan prenatal yang teratur dengan tenaga medis profesional. Pastikan Anda merasa nyaman dengan dokter atau bidan karena ini adalah seseorang yang Anda percaya dengan bayi Anda. Jangan ragu untuk mengajukan pertanyaan karena ini adalah kesempatan Anda untuk mendidik diri sendiri untuk melahirkan tanpa bantuan Anda. Ungkapkan keinginan dan niat Anda kepada mereka dan mintalah mereka untuk berjaga-jaga seandainya di fasen tertentu Anda membutuhkan mereka. Mulailah menjaga pola makan yang baik. Yaitu dengan menjaga asupan gizi dengan gizi yang seimbang. Jangan biarkan bayi Anda terlalu besar ata terlalu kecil. Pastikan untuk berolahraga karena hal ini menguntungkan bagi kesehatan Anda dan bayi. Berikut adalah beberapa saran: yoga, berjalan pagi, Tai chi, pilates untuk ibu hamil, renang. Dan Pastikan Anda sehat secara mental dan emosional sepanjang kehamilan. Saran yang bisa dilakukan adalah mulailah untuk rajin melakukan relaksasi hypnobirthing dan meditasi. Ini akan emmbantu menyiapkan mental dan meningkatkan spiritual Anda. Langkah 3: Lakukan Setiap pemeriksaan Prenatal yang Dianggap Diperlukan oleh Anda Selama Kehamilan Anda. Tes ini dapat meliputi: pap smear, darah, toleransi glukosa, USG, dll Anda tahu tubuh Anda dan bayi Anda lebih baik dari orang lain. Jika Anda merasa Anda perlu untuk melakukannya ya lakukan saja. Jika Anda tidak nyaman dengan pemeriksaan tersebut, ya tidak perlu melakukannya. Di atas segalanya, riset tes apa pun perlu Anda pertimbangkan untuk menentukan apakah manfaat lebih besar daripada risiko (jika ada). Langkah 4: Sepanjang kehamilan anda, perbanyaklah membaca tentang bagaimana cara menolong kelahiran tanpa bantuan, dan membaca / menonton banyak cerita kelahiran / juga video-video yang menggambarkan tentang melahirkan tanpa bantuan. Mendidik diri sendiri akan membantu Anda mempersiapkan semua skenario dan membangun kepercayaan pada diri sendiri. Ini juga merupakan rencana yang baik untuk mendidik mereka yang akan mendukung Anda dalam kehamilan dan kelahiran seperti pasangan Anda, akan menanamkan kepercayaan pada mereka juga. Karena sangatlah penting bahwa Anda merasa nyaman dengan keputusan Anda dan dikelilingi oleh orang-orang yang mendukung Anda, Berikut ini dua situs favorit tentang melahirkan tanpa bantuan: http://www.unhinderedliving. com / childbirth.html http://www. unassistedchildbirth.com / Langkah 5: Tentukan siapa yang Anda ingini untuk menghadiri proses persalinan Anda. Ini bisa saja pasangan Anda, anggota keluarga, teman, atau sama sekali tidak ada. . Langkah 6: Visualisasikan Anda mampu melahirkan dengan Aman, normal, dan lancar serta bayipun lahir dengan sempurna.
Semakin Anda percaya Anda akan memiliki pengalaman proses persalinan yang baik, maka semakin baik dan banyak kesempatan Anda untu memiliki itu menjadi kenyataan, karena tidak hanya akan mmembuat Anda kemudian melahirkan tanpa rasa takut, tetapi Anda akan memiliki pola pikir positif tentang hal itu dan menyambut proses tersebut dnegan positif dan optimis. Hal ini memungkinkan proses untuk terjadi lebih cepat dan mudah, dan bayi ini kemudian lebih mungkin lahir tanpa komplikasi. Di atas semuanya yang terpenting adalah KEPERCAYAAN,, percayalah kepada tubun Anda, percayalah kepada bayi Anda, dan percaya pada diri sendiri. Salah satu bagian paling penting dari perawatan kehamilan Anda selain nutrisi dan fisik adalah persiapan mental dan spiritual. Langkah 7: Praktek teknik relaksasi hypnobirthing dan posisi dalam melahirkan selama kehamilan. Ini akan membantu Anda untuk mentolerir rasa ketidaknyamanan selama proses persalinan. Apa yang membantu Anda bersantai? Pijat, musik, bernapas dalam-dalam? Anda mungkin tibatiba merasakan kontraksi semakin intens dan sangat intens dan Anda perlu untuk bersantai untuk menghilangkan rasa sakit atau menggunakan teknik pernapasan. Ini membantu untuk mengetahui apa yang terbaik membuat Anda santai. Dan ingat bahwa rasa sakit pada persalinan adalah sinyal tubuh Anda untuk melakukan sesuatu: bergerak, makan, minum, mengubah posisi, membersihkan diri dari ketakutan atau gangguan emosi, santai, dll juga dapat sinyal bahwa ada sesuatu yang salah. Langkah 8: Memiliki rencana kelahiran dan / atau rencana cadangan. Hal ini penting karena dokumen tentang apa keinginan Anda, memastikan pendamping persalinan Anda cobalah untuk Siap untuk setiap kemungkinan, sehingga Anda tidak menemukan diri Anda panik ketika bayi Anda mulai muncul dalam posisi sungsang atau bahunya terjebak, atau jika tali pusatmelilit leher (yang umum). Kebanyakan “komplikasi” tidak memerlukan bantuan medis, terutama untuk kemungkinan bahwa Anda mungkin merasa Anda perlu untuk merujuk ke rumah sakit. Langkah 9: Kumpulkan semua perlengkapan Anda mungkin ingin untuk kelahiran dan segera setelah melahirkan. 1. Kolam jika Anda ingin melahirkan di dalam air 2. shower tirai atau kain vinil meja 3. bantal 4. handuk yanga banyak sekitar 8 biji bunda 5. klem tali pusat steril jika Anda menginginkan untuk di potong tali pusatnya dan ini tidak berlaku jika Anda menginginkan untuk lotus birth
6. gunting steril, kassa steril, bethadine 7. mangkuk plasenta 8. selimut, beberapa kain, waslap, beberapa under pad 9. topi bayi Saya pribadi merekomendasikan melakukan pencarian untuk item tertentu yang Anda inginkan satu per satu, kecuali Anda berencana untuk memesan hal yang berbeda. (Banyak hal dapat ditemukan di sebuah department store perlengkapan bayi di sekitar rumah Anda.) Anda juga mungkin memutuskan bahwa Anda ingin melakukan pemantauan (denyut jantung bayi, tekanan darah Anda, pemeriksaan serviks, dll), dalam hal ini Anda dapat menggunakan perlengkapan untuk pertolongan persalinan, hanya memang biayanya cukup mahal terutama untuk membeli alat doppler kecuali Anda memutuskan untuk memantau detak jantung janin dengan menggunakan fetoskop nah untuk ketrampilan ini latihlah suami untuk mendengarkan detak jantung janin Anda sejak Anda hamil dengan meminta bantuan bidan untuk mengajari suami Anda. Atau Anda bisa membeli “Angel Sound” coba lihat : http://www.babyangelsounds.com/ Caranya seperti di video berikut: {youtubejw}-CWn79bJXuc{/youtubejw}
sedangkan untuk melihat seberapa pembukaan sudah terjadi Anda bisa menggunakan pedoman secara visual. Untuk lengkapnya Anda bisa membuka dan mempelajari seperti di artikel berikut ini: http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=358:panduanvisual-sebuah-persalinan&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56 walaupun Anda bahkan mungkin tidak ingin merujuk atau melahirkan ke Rumah Sakit, namun Anda harus menyiapkan sistim rujukan dimana Anda siapkan tas persalinan dan kendaraan yang stand bye jika ada “sesuatu” di rumah. Visualisasikan persalinan Anda dan putuskan apa yang Anda butuhkan. Jika Anda pikir Anda mungkin mengalami (atau takut) akan terjadi komplikasi tertentu, Anda mungkin harus mempersiapkan terutama untuk yang satu itu, yaitu untuk ketenangan pikiran. Be optimis dan be positif adalah kuncinya. Langkah 10: Persalinan Ingatlah bahwa segala sesuatu kadang tidak sesuai rencana dan selalu akan terbuka terhadap segala kemungkinan terjadi sesuatu, dan inilah waktunya bagi Anda untuk dengarkan isyarat tubuh Anda (dan bayi). Satu keuntungan untuk memiliki kelahiran, alami tanpa intervensi adalah bahwa hal itu jauh lebih mudah bagi diri Anda, dan Anda dapat merasakan segala sesuatu
yang sedang terjadi. Percayai kekuatan tubuh Anda, ikuti irama dan insting tubu Andam karena tubuh Anda mempunyai pengettahuan sempurna untuk melahirkan secara alami. Lakukan apa yang terasa tepat untuk Anda. Makan, minum, mengerang, mengubah posisi, jogging di sekitar rumah jika Anda merasa ingin seperti itu. mengejanlah ketika Anda merasakan dorongan untuk mengejan. Usahakan selalu mengejan dengan posisi vertikal baca: – http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=357:posisimelahirkan&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56#comment-366 – http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=429:posisiterburuk-dalam-persalinan&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56#comment-486 Anda dapat memilih untuk melakukan massage dan kompres hangat pada perineum. Anda dapat melakukannya sendiri atau meminta bantuan pasangan dan melakukannya sebelum kelahiran dengan minyak zaitun (pijat), dan menggunakan kain panas untuk melonggarkan jaringan sebelum dan selama kelahiran. Ini akan sangat membantu Anda. jika Anda berada dalam posisi jongkok (sehingga kepala bayi tidak menekan keras terhadap perineum Anda karena dalam posisi telentang) dan tidak mengejan terlalu cepat, Anda mungkin tidak akan mengalami robekan pada perineum, bahkan dengan bayi besar. Adapun ketika menangkap bayi, ini bisa dilakukan oleh sang ibu. Beberapa ingin melakukannya sendiri, beberapa ingin (atau perlu) pasangan mereka untuk melakukannya. Jika tidak, bayi tidak perlu ditangkap sama sekali dan dapat lahir pada permukaan yang lembut tanpad di tangkap. Yang penting sediakan kain empuk dan hangat di bawah vaginna Anda. Langkah 11: Evaluasi ibu dan bayi setelah melahirkan. Pastikan bahwa bayi bernafas (Anda bisa gunakan apgar skore) dan evaluasi ibu agar tidak kehilangan terlalu banyak darah. Yang dilakukan adalah lakukan IMD segera peluk bayi Anda dan ciumi dia ini akan meningkatkan hormon oksitosin dan membuat kontraksi rahin membaik sehingga tidak terjadi perdarahan. Setelah melahirkan, Anda mungkin menemukan bahwa perineum telah robek. Ambillah tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah dengan baik, bahkan jika itu berarti Anda harus pergi ke rumah sakit. Juga perlu diingat bahwa setiap ibu berbeda. Seorang wanita dapat kehilangan banyak darah dan baik-baik saja, dan satu lagi mungkin kehilangan sedikit tetapi butuh bantuan. (Umumnya, jika Anda telah kehilangan darah lebih dari 2 cangkir, ini memprihatinkan.) Inilah sebabnya mengapa penting untuk merawat diri selama kehamilan. Perdarahan jelas merupakan suatu keprihatinan untuk para wanita yang mengalami anemia (memiliki kadar zat besi rendah). Jadi selama hamil Anda bisa mengkonsumsi penambah darah.   Rentang normal adalah 11-14. Perineum yang robek dapat direkatkan dengan meletakkan perban atau kassa steril di perineum, ini tergantung dari seberapa besar robekannya jika terlalu besar berilah bethadie lalu panggil bidan atau dokter yang dapat membantu uuntuk dilakukan penjahitan.
Oya, Anda tidak perlu untuk mencuci vernix dari bayi. Vernix yang bermanfaat. Melindungi kulit dalam beberapa jam setelah lahir baca: http://test.bidankita.com/index.php? option=com_content&view=article&id=459:jangan-mandikan-bayi-anda&catid=47:all-aboutchildbirth&Itemid=59 Langkah 12: Plasenta Anda dapat memilih untuk melahirkan plasenta Anda ke dalam bak mandi, mangkuk, atau pada under pad. Mungkin keluar 5 menit atau 30 menit setelah kelahiran bayi. Jika Anda merasa Anda perlu untuk membantu plasenta keluar, ada tips yang dapat Anda lakukan yaitu massage rahim dengan lembut, lakukan rangsangan puting susu dan ciumin bayi Anda. Jangan tarik tali pusat, karena hal ini kemungkinan besar akan menyebabkan Anda perdarahan. Setelah plasenta keluar, periksalah untuk memastikan plasenta itu utuh, dan bahwa tidak ada bagian yang hilang. Nah jika ternyata perdarahan terlihat banyak segera panggil bantuan dan usahakan sang ibu tetap terehidrasi dengan baik, minum teh manis, oralit untuk mengganti cairan Langkah 13: Pemotongan tali pusat. Beberapa ahli / orang tua setuju bahwa penundaan pemotongan tali pusat adalah hal yang paling aman dan terbaik yang dapat dilakukan . Umumnya tunggu hingga 1) tali pusat telah berhenti berdenyut, atau 2) plasenta telah dilahirkan. Sebagian menunggu sampai plasenta dilahirkan, tetapi jika bayi Anda memiliki talipusat yang pendek dan plasenta belum dilahirkan, beberapa lebih suka memotong ketika tali pusat telah berhenti berdenyut. Jika karena alasan tertentu anda perlu memotong kabelnya sebelum berhenti berdenyut, anda dapat melakaukannya dengan mengikatnya di dua sisi lalu potong diantara ikatannya dengan gunting yang steril. Berikut ini beberapa penatalaksanaan untuk pemotongan tali pusat : – http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=419:keajaiban-talipusat&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56 – http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=225:burning-cordso-sterile-so-calm-so-gentle-so-sweet-so-comfortable-for-baby&catid=44:naturalchildbirth&Itemid=56 – http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=168:lotus-birth-agentle-way-to-gentle-birth-a-gentle-mothering&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56 – http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=421:merawat-talipusat-bayi-anda&catid=49:baby-born&Itemid=41 Langkah 14: Mungkin Anda memilih untuk pergi ke Rumah Sakit Segera setelahpostpartum.
Lakukan ini hanya jika Anda merasa itu perlu tetapi dengarkan tubuh Anda. . Langkah 15: tentukan untuk mennghubungi atau tidak menghubungi dokter anak Anda dapat memilih untuk melakukan atau tidak melakukan hal ini segera setelah lahir (dalam seminggu), dalam beberapa bulan setelah lahir, atau hanya bila diperlukan. Namun, mungkin diperlukan untuk akte kelahiran jadi coba fikirkanlah. Berikut ini gambaran cerita tentang unassitened birth: http://godassistedchildbirth.blogspot.com/2008/07/mikahs-unassisted-birth-story-with-pics.html Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:”Table Normal”; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; msostyle-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:””; msopadding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; msopara-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; msopagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:”Calibri”,”sans-serif”; mso-ascii-fontfamily:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansitheme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:”Times New Roman”; mso-bidi-theme-font:minorbidi; mso-fareast-language:EN-US;} http://www.hobomama.com/2012/01/alriks-birth-story-sweet-surprise.html Nah semoga ini bermanfaat Salam hangat Bidan kita
November 21, 2014
By Yesie Aprillia
Natural Childbirth, Childbirth Support, All About Childbirth
No Comments
ABORTUS Â
Kupandangi isteriku yang tengah hamil 10 minggu sedang menyiapkan bekal untukku
yang akan berangkat meninggalkannya selama satu minggu ke jakarta karena ada panggilan tugas. Tidak tega rasanya meninggalkan isteriku yang sangat kucintai dengan calon anak kami. Ini adalah anak yang kami nanti-nantikan setelah dua kali berturut-turut istriku mengalami keguguran. “ada apa mas, kok melihat aku terus?” kata isteriku yang menyadari kalau aku memandangi dia dari tadi “gak tega rasanya meninggalkanmu seorang diri” Â “Mas gak usah khawatir, kan ada ibu yang akan menemaniku disini, lagi pula ini bukan kehamilanku yang pertama bukan” Â Mendengar ucapan isteriku itu membuat hatiku kembali terenyuh,mengingat peristiwa yang lalu. Ini adalah kehamilannya yang ketiga. Sewaktu usia kandungan pertama isteriku berumur 12 minggu dia mengalami pendarahan dan ternyata janin kami tidak bisa diselamatkan. Begitu pula di kehamilan yang kedua, dan Sekarang isteriku hamil lagi, dan ini merupakan harapan yang sangat besar untuk kami sekeluarga, selain calon anak kami yang pertama tapi juga calon cucu yang pertama bagi orang tuaku. “Mas, kok melamun ?” aku tersentak ketika di tegur isteriku “oh anu dik, pokoknya kamu harus hati-hati, kalau ada apa-apa langsung bawa ke rumah sakit dan jangan lupa telpon aku yaa..” “iya mas, aku ngerti. Tapi mas doakan aku dan janin kita” “tentu saja, aku berangkat dulu,assalamu’alaikum” “wa’alaikum salam,hati-hati di jalan” Kukecup kening isteriku dan kupeluk dia. Kepergianku dilepas dengan senyuman hangat dan lambaian tangannya. Hari ke-3 di kota Palembang, seperti biasa menjalani rutinitas seperti hari-hari sebelumnya. Namun entah kenapa hari ini terasa begitu berat, aku mulai punya perasaan tidak enak. Kucoba menghubungi isteriku, alhamdulillah keadaannya baik-baik saja. Perasaanku sudah lega setelah mengetahui keadaan keluragaku baik-baik saja.
Menjelang malam ketika ku ingin merebahkan tubuhku di tempat tidur, Hpku yang sudah ketinggalan mode itu berdering dan yang menelpon adalah isteriku. “assalamu’alaikum sayang…..” “waalaikumsalam mas” isteriku menjawab dengan nada suara sperti menahan tangis “ada apa dik?” aku langsung terduduk karena kaget mendengar suara isteriku “mas…aku perdarahan lagi…” kudengar dia mulai terisak dan aku hanya diam menunggu istriku melanjutkan kata-katanya. “tadi aku langsung dibawa ibu ke rumah sakit dan dokter mengatakan kalau aku terancam keguguran lagi mas, dan aku harus istirahat total. Aku takut mas, aku takut tidak bisa mempertahankan janin kita lagi” “sayang, ini bukan kesalahanmu, yang penting sekarang kamu istirahat dan jangan stres, ingat kata dokter kemaren. Ya sayang, demi bayi kita.” Hiburku saat itu. Malam itu aku benar benar tidak bisa istirahat, dan langsung aku coba buka laptop dan browsing tentang cara yang efektif untuk mengatasi masalah istriku. Dan kutemukan artikel tentang Hypnobirthing di www.bidankita.com. Setelah ku baca dan ku pahami langsung aku tertarik dan mencatat dimana lokasi klinik bidan kita tersebut. Dan ketemu KLATEN, aha kebetulan rumah saya di Jogja, Klaten – Jogja tidaklah terlalu jauh. Dan malam itu juga saya langsung mengirim email untuk mendaftar kelas hypnobirting untuk istri saya. Singkat cerita setelah aku pulang ke Jogja, segera ku ajak istriku berkunjung ke Bidan kita dan mengikuti kelas-nya. Luar biasa begitu masuk klinik, tidak ada kesan kliniknya sama sekali. Sangat hommy dan menyenangkan. Kami di berikan materi tentang kehamilan sehat dan hypnobirthing, cukup jelas Bidan Yesie mengajarnya sehingga kami semakin mengerti apa yang harus kami lakukan. Yah relaksasi untuk kurangi stres dan merasakan kehamilan nyaman. 90 menit pertemuan kami dan kamipun merasa jauh lebih baik. Sesampai di rumah istriku langsung mendengarkan CD kaset yang dibekalkan kepada kami. Dan dia sangat rajin melakukan relaksasi. Luar biasa setelah relaksasi perdarahan istriku langsung terhenti. Dan ini emmbuat istriku semakin semangat untuk berlatih relaksasi lagi. Setelah 1 minggu melakukan relaksasi, kamipun kontrol lagi ke dokter kandungan lengganan kami dan hasilnya janin kami sehat. Alhamdullilah kami sangat bersyukur sekali. Dan sekarang kehamilan istriku sudah menginjak usia 32 minggu, dan kami masih mengikuti program hypnobirthing di Bidan Kita. Hampir tidak ada keluhan selama kehamilan ini dan kami saat ini sedang menanti dengan penuh semangat kelahiran malaikat kecil ini. ** Bp. Adi Siswanto, Jogja ** Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu.
· Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan. · Abortus buatan ialah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan. Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Frekuensi Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan, banyak tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi, juga karena sebagian abortus spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai haid terlambat. Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10-15%. Etiologi Lebih dari 80% abortus terjadi dalam 12 minggu pertama dan angkanya menurun setelah itu (Harlap dan Shiono, 1980). Anomali kromosom menyebabkan sekurang-kurangnya setengah dari abortus dini ini, dan insiden sepertinya menurun setelah itu. Risiko abortus spontan meningkat dengan paritas sebagaimana usia ibu dan ayah (Warburton dan Fraser, 1964 ; Wilson dkk, 1986). Secara klinik frekuensi meningkat dari 12% pada wanita usia kurang dari 20 tahun, dan 26% pada wanita usia lebih dari 40 tahun. Mekanisme pasti yang bertanggungjawab untuk abortus tidaklah jelas, tetapi pada awal-awal bulan kehamilan , ekpulsi spontan ovum selalu mendekati kematian embrio atau janin. Untuk alasan ini, pertimbangan etiologi abortus yang dini melibatkan kepastian kapan saja kemungkinan menyebabkan kematian janin. Pada bulan-bulan berikutnya, janin sering tidak mati di dalam uterus sebelum ekspulsi dan penjelasan lain untuk ekspulsinya harus dicari. Faktor-faktor janin : – Perkembangan zygote yang abnormal. – Abortus aneuploid – Abortus euploid. Faktor-faktor maternal : – Infeksi. – Penyakit kronis. – Kelainan endokrin. – Nutrisi.
– Faktor lingkungan dan penggunaan obat. – Faktor imunologi. – Trmbofilia inheritid. – Usia gamet. – Trauma fisik. – Defek uterus. – Inkompeten serviks Faktro paternal : – Translokasi kromosom. – Infeksi virus. Patologi Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna, yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak, jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur. Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum) ; mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion). Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi, sehingga semuanya
tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberosa ; dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mummifikasi : janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap, ia menjadi agak gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus). Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi ; kulit terkeluas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan, dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan. Diagnosis dan penanganan Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat ; sering terdapat pula rasa mules. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis atau imunologik, bila hal itu dikerjakan. Harus diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan ; pembukaan serviks dan adanya jaringan kavum uteri atau vagina. Sebagai kemungkinan diagnosis lain harus difikirkan : · Kehamilan ektopik yang terganggu · Mola hidatidosa · Kehamilan dengan kelainan pada serviks. Kehamilan ektopik terganggu dengan hematokel retrouterina kadang-kadang agak sukar dibedakan dari abortus dengan uterus dalam posisi retroversi. Dalam kedua keadaan tersebut ditemukan amenorea disertai perdarahan pervaginam, rasa nyeri di perut bagian bawah, dan tumor di belakang uterus. Tapi keluhan nyeri biasanya lebih hebat pada kehamilan ektopik. Apabila gejala-gejala menunjukkan kehamilan ektopik terganggu, dapat dilakukan kuldosintesis dan bila darah tua dapat dikeluarkan dengan tindakan ini, diagnosis kelainan dapat dipastikan. Pada mola hidatidosa uterus biasanya lebih besar daripada lamanya amenorea dan muntah lebih sering. Apabila ada kecurigaan terhadap mola hidatidosa, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Karsinoma sevisis uteri, polius serviks dan sebagainya dapat menyertai kehamilan. Perdarahan dari kelainan tersebut dapat menyerupai abortus. Pemeriksaan dengan spekulum, pemeriksaan sitologik dan biopsi dapat menentukan diagnosis dengan pasti. Secara klinik dapat dibedakan antara abortus imminens, abortus insipien, abortus inkompletus dan abortus kompletus. Selanjutnya dikenal pula abortus servikalis, missed abortion, abortus habitualis, abortus infeksiosus dan abortus septik.
ABORTUS IMMINENS Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka dan tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini dapat disebabkan oleh penembusan villi koriales ke dalam desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya merah dan cepat berhenti, tidak disertai mules-mules. Penanganan abortus imminens terdiri atas : Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan ber-kurangnya rangsang mekanik. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens belum ada persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak menyetujuinya dan mereka yang menyetujui menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya kekurangan hormon progesteron. Apabila difikirkan bahwa sebagian besar abortus didahului oleh kematian hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyakfaktor, maka pemberian hormon progesteron memang tidak banyak manfaatnya. Pemeriksaan ultrasonografi penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih hidup. Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis kelangsungan kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung lama, mules-mules yang disertai perdarahan serta pembukaan serviks. ABORTUS INSIPIEN Abortus insipien ialah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan. Prinsip penanganannya adalah : · Melakukan penilaian yang tepat untuk menjaga kondisi umum pasien. · Mempercepat proses ekspulsi.
· Memelihara tindakan asepsis selama persalinan. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu dapat dilakukan dilatasi dan kuretase kavum uteri dengan menggunakan sendok kuret tumpul dalam anestesi umum, ini merupakan prosedur yang aman dan efektif. Alternatif lainnya dapat dilakukan evakuasi dengan suction yang diikuti dengan kuretase. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu biasanya perdarahan tidak banyak dan bahaya perforasi pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infus oksitosin. Apabila janin sudah keluar tetapi plasenta masih tertinggal, sebaiknya pengeluaran plasenta dikerjakan secara digital yang dapat disusul dengan kerokan bila masih ada sisa plasenta yang tertinggal. Bahaya perforasi pada hal yang terakhir tidak seberapa besar karena dinding uterus menjadi tebal disebabkan sebagian besar hasil konsepsi telah keluar.( Bila perdarahan banyak dengan serviks yang tertutup (curiga plasenta yang berimplantasi rendah), evakuasi uterus dapat dilakukan dengan histerotomi abdominal. ABORTUS INKOMPLETUS Abortus inkompletus ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikaslis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortus inkompletus dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan. Dalam penanganannya, apabila abortus inkompletus disertai syok karena perdarahan, segera harus diberikan infus cairan NaCl fisiologik atau cairan Ringer yang disusul dengan transfusi. Setelah syok diatasi, dilakukan kerokan. Pasca tindakan disuntikkan intramuskulus ergometrin untuk mempertahankan kontraksi otot uterus ABORTUS KOMPLETUS Pada abortus kompletus, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap. Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila menderita anemia perlu diberi sulfas ferrosus atau transfusi. ABORTUS SERVIKALIS
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis. MISSEDÂ ABORTION Missed abortion ialah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormon progesteron. Pemakaian hormon progesteron pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion. Dahulu diagnosis missed abortion tidak dapat ditentukan dalam satu kali pemeriksaan, melainkan memerlukan waktu pengamatan untuk menilai tanda-tanda tidak tumbuhnya malahan mengecilnya uterus. Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang, mammae agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi malah mengecil, test kehamilan menjadi negatif. Dengan USG dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan. Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudah mulai turun.(1,2,3) Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari satu bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan. Pengeluaran hasil konsepsi pada missed abortion merupakan satu tindakan yang tidak lepas dari bahaya, karena plasenta dapat melekat erat pada dinding uterus dan kadang-kadang terdapat hipofibrinogenemia. Apabila diputuskan untuk mengeluarkan hasil konsepsi itu, pada uterus yang besarnya tidak melebihi 12 minggu, sebaiknya dilakukan pembukaan serviks uteri dengan memasukkan laminaria selama kira-kira 12 jam dalam kanalis servikalis, yang kemudian dapat diperbesar dengan busi Hegar sampai cunam ovum atau jari dapat masuk ke dalam kavum uteri. Dengan demikian, hasil konsepsi dapat dikeluarkan lebih mudah serta aman, dan sisa-sisanya kemudian dibersihkan dengan kuret tajam.
Jika besar uterus melebihi kehamilan 12 minggu, maka pengeluaran hasil konsepsi diusahakan dengan infus intravena oksitosin dosis cukup tinggi. Dosis oksitosin dapat dimulai dengan 20 tetes permenit dari cairan Ringer Laktat dengan 10 satuan oksitosin ; dosis ini dapat dinaikkan sampai ada kontraksi. Bilamana diperlukan, dapat diberikan sampai 50 satuan oksitosin, asal pemberian infus untuk 1 kali tidak lebih dari 8 jam karena bahaya keracunan air. Jika tidak berhasil, infus dapat diulangi setelah penderita istirahat 1 hari. Biasanya pada percobaan ke 2 atau ke 3 akan dicapai hasil. Dengan prostaglandin E baik intra vaginal atau infus kebehasilan cukup baik (90%) dalam satu hari. Apabila fundus uteri tingginya sampai 2 jari di bawah pusat, maka pengeluaran hasil konsepsi dapat dikerjakan dengan penyuntikan larutan garam 20% ke dalam kavum uteri melalui dinding perut. Apabila terdapat hipofibrinogenemia, perlu diadakan persediaan darah segar atau fibrinogen. ABORTUSÂ HABITUALIS Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu. Bishop melaporkan frekuensi 0,41% abortus habitualis pada semua kehamilan. Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi pada seorang wanita yang mengalami abortus habitualis ialah 73% dan 83,6%. Sebaliknya warton dan Fraser dan Llewellyn-Jones memberi prognosis yang lebih baik yaitu 25,9% dan 39%. Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan sebab-musabab abortus spontan seperti yang telah dibicarakan. Selain itu telah ditemukan sebab imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX). Pasien dengan reaksi lemah atau tidak ada, akan mengalami abortus. Sistem TLX ini merupakan cara untuk melindungi kehamilan. Kelainan ini dapat diobati dengan transfusi leukosit atau heparin. Dalam usaha untuk mencari sebab itu perlu dilakukan penyelidikan yang teliti : anamnesis yang lengkap, pemeriksaan golongan darah suami dan istri ; ada tidaknya inkompabilitas darah ; pemeriksaan VDRL, pemeriksaan tes toleransi glukosa, pemeriksaan kromosom dan pemeriksaan mikoplasma. Abortus habitualis yang terjadi dalam triwulan kedua dapat disebabkan oleh serviks uteri yang tidak sanggup terus menutup, melainkan perlahan-lahan membuka (inkompeten). Kelainan ini sering kali akibat trauma pada serviks, misalnya karena usaha pembukaan serviks yang berlebihan, robekan serviks yang luas dan sebagainya. Diagnosis abortus habitualis tidak sukar ditentukan dengan anamnesis. Khususnya diagnosis abortus habitualis karena inkompetensia menunjukkan gambaran klinik yang khas, yaitu dalam kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai mules yang selanjutnya diikuti oleh pengeluaran janin yang biasanya masih hidup dan normal.
Apabila penderita datang dalam triwulan pertama, maka gambaran klinik tersebut dapat diikuti dengan melakukan pemeriksaan vaginal tiap minggu. Penderita tidak jarang mengeluh bahwa ia mengeluarkan banyak lendir dari vagina. Di luar kehamilan penentuan serviks inkompeten dilakukan dengan histerosalpingografi yaitu ostium uteri internum melebar lebih dari 8 mm. Penyebab abortus habitualis untuk sebagian besar tidak diketahui. Oleh karena itu penanganannya terdiri atas : memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang sempurna, anjuran istirahat cukup banyak, larangan koitus dan olah raga. Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon steroid dan lainnya mungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis karena penderita mendapat kesan bahwa ia diobati. Calvin melaporkan penyelidikannya tentang 141 wanita hamil yang sebelumnya mengalami 1 sampai 4 abortus berturut-turut : hanya 22,7% mengalami abortus dan pada 76,6% kehamilan berlangsung terus sampai cukup bulan tanpa pengobatan apapun. Apabila pada pemeriksaan histerosalpingografi yang dilakukan di luar kehamilan menunjukkan kelainan seperti mioma submukosum atau uterus bikornis, maka kelainan tersebut dapat diperbaiki dengan pengeluaran mioma atau penyatuan kornu uterus dengan operasi menurut Strassman. Pada serviks inkompeten, apabila penderita telah hamil maka operasi untuk mengecilkan ostium uteri internum sebaiknya dilakukan pada kehamilan 12 minggu atau lebih sedikit. Dasar operasi ialah memperkuat jaringan serviks yang lemah dengan melingkari daerah ostium uteri internum dengan benang sutera atau dakron yang tebal. Bila terjadi gejala atau tanda abortus insipien, maka benang harus segera diputuskan, agar pengeluaran janin tidak terhalang. Dalam hal operasi berhasil, maka kehamilan dapat dilanjutkan sampai hampir cukup bulan, dan benang sutera dipotong pada kehamilan 38 minggu. Operasi tersebut dapat dilakukan menurut cara Shirodkar atau cara Mac Donald. Cara pertama juga dapat dilakukan di luar kehamilan. ABORTUS INFEKSIOSUS, ABORTUS SEPTIK Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedang abortus septik ialah abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhaikan asepsis dan antisepsis. Umumnya abortus infeksiosus terbatas pada desidua. Pada abortus septik, virulensi bakteri tinggi, dan infeksi menyebar ke miometrium, tuba, parametrium dan peritoneum. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.
Diagnosis abortus infeksiosus ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda infeksi alat genital, seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar lembek, serta rasa nyeri tekan dan leukositosis. Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-kadang menggigil, demam tinggi dan tekanan darah menurun. Untuk mengetahui kuman penyebab perlu dilakukan pembiakan darah dan getah pada serviks uteri. Terhadap penderita dengan abortus infeksiosus yang telah mengalami banyak perdarahan hendaknya diberikan infus dan transfusi darah. Pasien segera diberi antibiotika : a. Gentamycin 3 x 80 mg dan Penicillin 4 x 1,2 juta unit. b. Chloromycetin 4 x 500 mg c. Cephalosporin 3 x 1 gram d. Sulbenacillin 3 x 1-2 gram. Kuretase dilakukan dalam 6 jam dan penanganan demikian dapat dipertanggungjawabkan karena pengeluaran sisa-sisa abortus mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan yang nekrotis, yang bertindak sebagai medium pembiakan bagi jasad renik. Pemberian antibiotik diteruskan sampai febris tidak ada lagi selama 2 hari atau ditukar bila tak ada perubahan dalam 2 hari. Pada abortus septik diperlukan pemberian antibiotik dalam dosis yang lebih tinggi. Sambil menunggu hasil pembiakan supaya dapat diberikan antibiotika yang tepat, dapat diberikan Sulbenicillin 3 x 2 gram. Antibiotika ini terbukti masih ampuh dan berspektrum luas untuk aerob dan anaerob. Pada kasus dengan tetanus, maka selain pengobatan di atas perlu diberikan ATS, irigasi dengan peroksida (H2O2) dan histerektomi total secepatnya KOMPLIKASIÂ ABORTUS Komplikasi yang berbahaya pada abortus terdiri dari : 1. Perdarahan Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya. 2. Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamat-amati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu
segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas ; mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dengan atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi. 3. Infeksi 4. Syok Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik). Penanganan Lanjutan Setelah abortus pasien perlu diperiksa untuk mencari sebab abortus. Selain itu perlu diperhatikan involusi uterus dan kadar HCG 1-2 bulan kemudian. Ia diharapkan tidak hamil dalam waktu 3 bulan sehingga perlu memakai kontrasepsi seperti kondom atau pil. DAFTAR PUSTAKA 1. Arias F. Early Pregnancy Loss. In Practical Guide to High-Risk Pregnancy and Delivery, 2nd edition. Mosby Year Book, St. Louis, 1991 ; 55-68 2. Cunningham FG, Gant NF, Loveno KJ, et al. Abortion . In Williams Obstetrics. The Mc Graw – Hill Companies, New York 2004 ; 855-877 3. Wibowo B, Gulardi H. Kelainan Dalam Lamanya Kehamilan. Dalam Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono, Jakarta 1991 ; 302-312 4. Dyne PL. Vaginal Bleeding and Other Common Complaints in Early Pregnancy. In Obstetric and Gynecologic Emergencies. Diagnosis and Management. The Mc Graw – Hill, New York 2004 ; 39-45 5. Pernoll ML, Garmet SH. Early Pregnancy Risk. In Current Obstetric and Gynecologic. Diagnosis and Treatment, 8th edition. A Lange Medical Book. Appleton and Lange, USA 1997 ; 306-314 6. Dutta DC. Hemorrhage in Early Pregnancy. In Textbook of Obstetrics. New Central Book Agency Ltd, Calcutta, 4th edition, 1998 ; 170-184 7. Saifuddin AB. Abortus. Dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono – JNPKKR – POGI, Jakarta 2001 ; 145-152
8. Miller AW, Hanretty KP. Abortion. In Vaginal Bleeding in Pregnancy. In Obstetric Illustrated, 5th Edition. Churcill Livingstone 1997 ; 172-177 Â
November 21, 2014
By Yesie Aprillia
All About Childbirth
No Comments
Pertanyaan yang Sering Diajukan tentang Melahirkan Normal Setelah Sebelumnya Melahirkan Secara Sesar Selama ini mitos yang beredar di masyarakat adalah apabila Anda melahirkan dengan
cara SC (Sectio caesarea) maka di persalinan berikutnya Andapun harus kembali melakukan SC. Padahal kenyataannya tidaklah demikian. Ketika Anda mau dan mampu memberdayakan diri, mempersiapkan Body, mind dan soul dengan sebaik-baiknya, maka melahirkan normal bida menjadi pilihan pertama Anda. Â Nah berbicara tentang VBAC, berikut ini beberapa pertanyaan yang seringkali diajukan oleh para ibu yang ingin melahirkan normal setelah sebelumnya mereka melahirkan secara SC: Â T: Apakah benar bahwa “sekali caesar, pasti selalu bedah caesar lagi”? J: Tidak, ini adalah konsep medis yang ketinggalan jaman. 40 tahun lalu, sebagian besar luka operasi SC dibuat dengan sayatan klasik, sementara saat ini di hampir semua caesar menggunakan sayatan melintang rendah juga disebut “bikini”. Studi saat ini menunjukkan bahwa VBAC (kelahiran normal setelah sesar) memang alternatif yang lebih aman bagi ibu dan bayi daripada menjadwalkan untuk operasi caesar lagi setelah operasi caesar sebelumnya dimana insisi-nya melintang rendah.
T: Dokter saya bilang panggul saya terlalu kecil untuk melahirkan melalui vagina jika berat bayi lebih dari 3,6 kg Apakah itu benar? J: Tidak, struktur tulang panggul dan kepala bayi sangatlah fleksibel. Selama persalinan panggul terbuka yang memungkinkan bayi untuk melewatinya. Bahkan, dalam posisi jongkok, panggul 33% lebih terbuka daripada sebelum hamil. Banyak faktor yang membuat ini terjadi. Sebagai permulaan, saat hamil tua, ia melepaskan hormon yang disebut relaxin, yang melembutkan ligamen dan tulang rawan di sekitar panggul. Demikian pula, posisi yang berbeda dan gerakan sang ibu selama persalinan mengubah dimensi dari pelvis, seperti berjalan, naik tangga dan jongkok. Faktor-faktor ini dikombinasikan dengan fleksibilitas kepala bayi memberikan banyak ruang bagi bayi untuk melewati panggul. Kepala bayi terdiri dari lima lempengan tulang tengkorak yang terhubung dengan jaringan lunak yang memungkinkan untuk menyesuaikan diri selama proses kelahiran saat bayi turun panggul (ini disebut Moulase). Dan Tulang-tulang tersebut kembali normal beberapa jam setelah lahir. Untuk mendukung jawaban ini silahkan membaca tentang: http://test.bidankita.com/joomla-overview/monthly-guide/538-panggul-sempit T: Saya telah dilakukan SC lebih dari satu kali ?maka masih mungkinkah saya melahirkan normal nanti? J: Tentu saja. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan kemungkinan pecahnya rahim setelah operasi caesar, kemungkinan tersebut tidak meningkat secara signifikan setelah dua kali atau lebih operasi sesar sebelumnya, asalkan proses persalinannya benar-benar alami tanpa intervensi induksi. Namun, terdapat korelasi pada peningkatan insiden plasenta akreta jika SC dilakukan secara berturut. Plasenta akreta adalah suatu kondisi dimana plasenta “tertanam” di lapisan otot dinding rahim, yang dapat menyebabkan masalah dengan plasenta, yang pada gilirannya cenderung menyebabkan perdarahan dan mungkin memerlukan histerektomi untuk menghentikan pendarahan. Ini adalah Alasan lain yang baik untuk menghindari sesar lagi. T: Dokter saya mengatakan bahwa program induksi meningkatkan kesempatan saya akan melahirkan secara normal Apa pendapat Anda? J: Sebenarnya, ini benar-benar keliru karena justru dengan maka dapat memberikan kontribusi pada peningkatan terjadi pecahnya rahim, dan karenanya harus dihindari sebisa mungkin. Induksi juga menyebabkan tingkat bedah sesar yang lebih tinggi. Jika induksi diperlukan secara medis, sangat disarankan dilakukan pemantauan ibu dan bayi yang lebih intens. T: Saya tidak bisa menemukan seorang dokter yang akan mendukung keputusan saya untuk VBAC, bagaimana Solusinya? J: Mencari dokter untuk mendukung rencana Anda agar bbisa VBAC bisa sangat sulit. Namun jangan menyerah! Luangkan waktu untuk membuat janji untuk mengunjungi dokter yang berbeda atau bidan. Ajukan pertanyaan dan dengarkan jawaban mereka.
http://test.bidankita.com/joomla-license/all-about-childbirth/499-apa-yang-dilakukan-jikarencana-vbac-anda-ditolak T: Apakah benar bahwa ACOG (American College of Obstetricians dan Gynecologists) maupun WHO (World Health Organization) merekomendasikan bahwa semua Ibu harus melakukan operasi caesar lagi? J: Tidak ACOG mengatakan sebagian besar wanita dengan sesar sebelumnya adalah kandidat untuk VBAC dan harus diberi konseling VBAC. Namun, setelah meninjau rekomendasi, sebaiknya persalinan dilakukan di RS dimana tersedia dokter kandungan harus supaya jika ada kondisi darurat segera mendapatkan pertolongan. T: Bayiku sungsang apakah saya lakukan operasi caesar? J: Tidak harus. Itu tergantung pada apa posisi bayi dan pengalaman dokter atau bidan. Dengan profesional terlatih, persalinan sungsang dapat dilakukan pervagina. T: Bukankah bedah caesar lebih aman daripada melahirkan normal setelah sesar? R: bedah caesar adalah operasi perut besar dengan segala implikasinya. Operasi itu sendiri, terlepas dari masalah medis yang dapat menyebabkan, bedah caesar meningkatkan risiko operasi payudara, histerektomi, perdarahan, infeksi, pembekuan darah, kerusakan pembuluh darah, kandung kemih atau organ lain, postpartum depresi, stres pasca trauma traumatis komplikasi dan rehospitalization. Komplikasi kronis yang disebabkan oleh adhesi dari jaringan parut termasuk nyeri panggul, masalah usus, dan nyeri saat berhubungan seks. Jaringan parut membuat berikut caesar lebih sulit untuk melakukan, dan karena itu meningkatkan risiko cedera pada organ lain, plasenta previa atau penderitaan akreta, infertilitas, kehamilan ektopik atau ruptur uterus pada kehamilan berikutnya dan meningkatkan risiko masalah kronis yang disebabkan oleh adhesi. Ada juga risiko bagi bayi seperti sindrom gangguan pernapasan, bayi prematur, berat lahir rendah, sakit kuning, skor Apgar rendah (penilaian terhadap kesehatan bayi baru lahir), dan akhirnya antara 1 dan 9 persen kasus pendek dan bahkan melumpuhkan bayi dengan pisau bedah, dan jiga birth trauma yang akan berdampak pada psikologis anak tersebut hingga dewasa nanti. T: Bagaimana risiko persentase nyata terjadinya pecahnya rahim? J: Ini adalah pertanyaan yang sulit karena ada banyak faktor disebabkan pecahnya rahim. Namun, diterima secara luas bahwa bagi wanita yang telah memiliki sesar dengan sayatan transversal rendah, risiko adalah 0,7% (7 dari 1.000 wanita.) Jika seorang wanita telah memiliki dua atau lebih bedah sesar sebelumnya rendah melintang, terjadi kenaikan risiko sedikit. Intervensi induksi meningkatkan risiko ini secara dramatis: dari 0,7% sampai 5%. Dan dengan sayatan klasik atau sayatan berbentuk T risiko adalah antara 3% dan 5%. T: Kapan bedah caesar benar-benar diperlukan? J: Dalam kasus berikut:
– plasenta previa – Bayi dalam posisi melintang – prolaps tali pusat/ tali pusat menumbung – Solusio Plasenta – Eklampsia atau preeklampsia berat dengan gagal induksi – tumor rahim besar yang menghalangi leher rahim. – gawat janin setelah dikonfirmasi dengan pH sampel darah bayi atau profil biofisik – disproporsi cephalopelvic Benar (CPD, berarti bayi terlalu besar untuk panggul.) Hal ini sangat langka dan selalu dikaitkan dengan deformitas panggul (atau patah tulang panggul buruk sembuh.) – menderita herpes aktif – Uterine pecah. Nah mari berdayakan diri sedari sekarang Bunda, siapkan Body Mind dan Soul untuk proses persalinan yang nyaman, aman dan lancar Semoga Bermanfaat Salam hangat Referensi: http://www.medscape.com/medscape/CNO/2000/FIGO/FIGO-07.html http://www.medscape.com/medscape/CNO/2000/FIGO/FIGO-02.html http://www.plus-size-pregnancy.com/plus/CSANDVBAC/vbac_after_2_cs.htm http://www.parentsplace.com/pregnancy/labor/gen/0, 3375,15592,00. html
November 21, 2014
By Yesie Aprillia
Natural Childbirth, Childbirth Support, All About Childbirth
No Comments
PERSIAPAN MELAHIRKAN DI RUMAH SAKIT Ibu Sinta: ” aduh aku menyesal melahirkan di RS X, karena ternyata kemaren saya tidak
dilakukan IMD (inisiasi Menyusui Dini) sudah gitu, kemarin tapa persetujuan tiba-tiba langsung main gunting perineum saja ketika saya sedang mengejan.Tak mau lagi dech saya kesana, Kapok!” Ibu Rossi: “itu mah mending bu Sinta, saya kemaren malah bayinya dipisahkan lalu dikasih susu formula, saat saya meminta bayi saya katanya belum boleh karena suhu tubuhnya belum stabil katanya.” Ibu Dewi: ” Kalau saya, begitu datang langsung di infus, katanya itu harus karena itu prosedur RS udah gitu saya tidak diijinkan jalan2 padahal batu pembukaan 2 cm. Saya harus tiduran saja sambil menunggu proses persalinan, akhirnya setelah 6 jam tidak ada penambahan pembukaan dan saya di lakukan induksi. Ketika saya menolak, bidannya mengatakan bahwa ini juga prosedur RS, walaupun akhirnya bisa normal namun saya benar-benar trauma dengan proses persalinan. Percakapan di atas adalah percakapan ibu-ibu yang duduk di samping aya ketika saya sedang makan di rumah makan. Masih ada banyak lagi cerita tentang proses persalinan di RS baik yang menyenangkan, tidak menyenangkan juga yang traumatik. Karena pengalaman proses persalinan itu sangat penting maka ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk memperbesar kemungkinan agar mendapatkan pengalaman yang psitif ketika melahirkan di Rumah Sakit. Mari kita bicara tentang beberapa cara untuk memastikan bahwa Anda mendapatkan proses persalinan yang alami dan positif ketika rumah sakit adalah pilihan Anda untuk melahirkan. Mengetahui ATURAN atau Prosedur di RS pilihan Anda adalah sangat penting. Anda harus sangat sadar akan kebijakan rumah sakit tempat anda melahirkan. Jika rumah sakit Anda memiliki aturan yang membuat Anda sulit untuk memiliki proses persalinan alami, maka Anda bisa mencari referensi RS lain. Apa saja atura, kebijakan atau prosedur tetap (SOP) rumah sakit  yang dapat menghambat proses persalinan normal alami? – Pemantauan janin secara konstan atau menetap. – Pemasangan infus secara Wajib, jadi setiap ibu yang masuk ruang bersalin semua di infus
– Pembatasan posisi persalinan dimana bu hanya diperbolehkan untuk berposisi terlentang/lithotomi saat melahirkan – Standar pemecahan air ketuban, dimana selalu dilakukan pemecahan air ketuban oleh bidan atau dokter di ruang bersalin – Adanya prosedut atau aturan untuk selalu menginduksi ibu yang umur kehamilannya lebih dari 40 minggu – Sebuah kebijakan untuk tidak boleh membawa makanan dan minuman di ruang bersalin, atau ibu tidak diijinkan untuk makan, ngemil atau minum selama proses persaliann di ruang bersalin Hal-hal lain Anda harus Anda ketahui antara lain: a. Seberapa banyak-kah ibu bersalin di RS ini yang berakhir di meja operasi? Atau seberapa tingkat SC di RS pilihan Anda tersebut? Jika lebih dari 15% dari total pasien, silahkan mempertimbangkan untuk mencari RS lain. Karena bisa di pastikan RS tersebut Pro SC. b. Seberapa banyakkah ibu bersalin yang dilakukan Induksi? c. Seberapa banyakkah ibu bersalin yang dilakukan Epidural? d. Berapakah tarif SC, Induksi Dan epidural di RS tersebut? e. Apakah RS tersebut menyediakan bahkan mengijinkan Anda untuk membawa bidan pendamping (seperti doula) selama masa persalinan? Ataukah mereka menyediakan bidan pendamping yangs elalu melayani Anda dengan sepenuh hati? Pilih Provider/Penyedia Layanan Anda Hati-hati Yang paling penting berikutnya adalah bagaimana pendapat dokter anda tentang persalinan normal alami atau bahkan persalinan Gentle Birth. Banyak dokter yang menganggap proses persalinan adalah peristiwa pathologis jadi Anda harus hati-hati. Mulailah susun birth plan Anda, lalu komunikasikan isi birth plan Anda kepada provider supaya apabilaa ternyata banyak point yang tidak bisa dipenuhi oleh pihak RS, maka Anda masih punya banyak waktu untuk mencari Provider lain. Ingan mendapatkan pengalaman positif saat melahirkan adalah HAK Anda. Ikutilah Kelas Persiapan persalinan Normal Alami Mengikuti Kelas persiapan persalinan sangatlah penting dan sangat membantu Anda untuk lebih mempersiapkan baik fisik, mental maupun spiritual saat menghadapi proses persalinan. Karena pada dasarnya pengetahuan adalah KUNCI. Ketika Anda tidak tahu menahu tentang proses
persalinan dan seluk beluknya baik secara umum maupun pathologi maka akan mudah sekali bagi Anda untuk mengambil keputusan yang SALAH. Nah kelas persiapan persalinan tersebut haruslah mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Sebuah gambaran dari proses kelahiran normal b. Pelatihan untuk pendamping persalinan (Suami, orang tua, saudara) c. Pelatihan relaksasi hypnobirthing d. Sebuah gambaran tentang berbagai intervensi dalam proses persalinan, resik, efek samping serta cara menghindari intevensi yang tidak perlu e. Persiapan Post partum f. Pelatihan untuk menyusun birth plan dan cara mengkomunikasikan dengan provider g. Pelatihan persiapan fisik, baik senam hamil maupun yoga untuk ibu hamil Pastikan untuk mengambil kelas persiapan persalinan yang baik dan terbukti membantu, nah kelas persiapan persalinan di Bidan Kita sangat di rekomendasikan. Banyak kelas persiapan persalinan dirumah sakit yang cenderung lebih terfokus pada mengajar Anda bagaimana menjadi seorang pasien yang baik, bukan bagaimana memiliki proses persalinan normal alami, nyaman dan menyenangkan. Seorang pasangan atau pendamping persalinan juga harusnya benar-benar dipersiapkan dengan baik akan membuat proses persalinan Anda lebih mudah. Bayangkan apabila pendamping persalinan Anda panik ketika Anda melahirkan? Tentu proses persalinan akan terhalang. Jadi siapkan mereka juga. Membaca dan mempersiapkan diri dan berlatih relaksasi hypnobirthing secara otodidak juga  sangat membantu. Pikirkan Tentang doula atau bidan pendamping Di Indonesia Doula masih sangat jarang, masih kurang dari 5 orang doula yang bersertifikat internasional di Indonesia. Nah jika tidak ada doula Anda bisa meminta bidan atau perawat pendamping yang dipersiapkan khusus untuk memberi support atau dukungan maik secara fisik, mental dan spiritual kepada Anda saat menjalani proses persalinan. Untuk mendapatkan proses persalinan yang positif memang kadang perlu pengorbanan termasuk kkerelaan untuk membayar lebih jasa bidan pendamping tersebut. Tips Ekstra –
1. Janganburu-buru pergi ke RS. Jika gejala yang Anda alami masih hanya Flek-Fleks saja kemungkinan besar serviks Anda masih dalam proses penipisan, pelunakan dan pembukaan namun masih fase laten, jika kontraksi belum teratur, biarkan diri Anda santai di rumah dahulu. Atau apabila Anda cemas, silahkan datang ke bidan setempat atau RS untuk melakukan pemeriksaan dalam untuk mengecek pembukaan dan jika ternyata pembukaan masih kurang dari 4 cm, sebaiknya pulang dulu dan lakukan relaksasi serta nikmati proses tersbut di rumah atau di tempat yang cukup familiar untuk Anda. Â Mengapa demikian? Ketika seseorang melahirkan hormon yang berperan adalah hormon oksitosin yaitu hormon cinta dimana hormon ini akan sangat mudah terganggu atau turun levelnya jika Anda merasakan cemas, merasakan berada di lingkungan asing, takut dan khawatir. Dan perasaan-perasaan inilah yang seringkali di alami oleh ibu bersalin yang berada di RS. Jadi perlama berada di rumah. 2. Ketika Ada intervensi yang hendak dilakukan oleh Provider kepada Anda, maka analisa dahulu dan ketahui keuntungannya, manfaat, efeksamping, juga alternatif yang bisa dilakukan. Sebelum Anda memutuskan menyetujui intervensi tersebut. 3. Usahakan selalu makan denga gizi seimbang ini akan membantu Anda untuk melahirkan dengan lebih sehat Semoga Bermanfaat Salam Hangat
November 21, 2014
By Yesie Aprillia
Natural Childbirth, Childbirth Support, All About Childbirth
No Comments
BERBAGAI VIDEO PERSALINAN UNTUK PERSIAPKAN PERSALINAN ANDA Proses persalinan merupakan proses yang sangat transformasional bagi seorang wanita.
Sehingga pengalaman persalinan pasti akan di ingat dan dikenang seumur hidup. Namun sayangnya seringkali kenangan yang diciptakan adalah kenangan buruk tentang persalinan. Â
Saya ingat dengan pengalaman teman saya yang akhirnya dia tidak mau hamil karena pengalaman masa kecilnya dimana dia mendengar suara tantenya melahirkan dan suaranya penuh kesakitan seperti ayam di sembelih. Dari pengalaman itu dia sama sekali tidak mempunyai keinginan untuk hamil karena dia tidak ingin mengalami hal yang sama seperti tantenya. Nah berikut ini beberapa video tantang proses persalinan yang alami dan menyenangkan sehingga baik Anda maupun Anak Anda tidak merasakan takut untuk menghadapi proses persalinan. semua proses persalainan di link berikut ini adalah persalinan normal pervagina dan tanpa pengobatan (“alam”). Banyak yang homebirths (melahirkan di rumah), dan ada beberapa yang melahirkan di klinik bersalin atau rumah sakit, beberapa video ada yang melahirkan alami tanpa bantuan, namun ada juga yang dengan bidan. Pada akhir posting ini terdapat referensi tambahan di mana Anda dapat menemukan lebih banyak slideshow bahkan lebih banyak video. Silakan berbagi video favorit Anda sendiri silahkan berkomentar. Berikut ini link video yang bagus 1. {youtubejw}vpmR-Sp6DY0{/youtubejw}   (Tidak ada gambar tentang proses mengejan yang menyakitkan atau darah) 2. {youtubejw}Levzbvq5xoA{/youtubejw}   (Tidak ada gambar saat proses mengejan, dan banyak gambar bayi baru lahir) 3. {youtubejw}DEvC9TfwXmA{/youtubejw}   (Waterbirth, satu gambar hitam dan putih dari bayi lahir seperti yang diambil dari atas) 4. {youtubejw}ILgL4oAZEps{/youtubejw}
  (gambaran waterbirth, sedikit darah saat melahirkan bayi) 5.  (Lahir waterbirth, beberapa gambar yang diambil di atas dimana ibu melahirkan dengan posisi duduk) 6.  (Waterbirth, gambar hitam dan putih beberapa gambar diambil dari belakang posis ibu merangkak saat mengejan) 7. {youtubejw}7bWVt72eYQ4{/youtubejw}   (Gambar hitam putih dan warna pada saat ibu mengejan / melahirkan) 8. {youtubejw}HhYde6G-Vus{/youtubejw}   (Gambar berwarna secara langsung pada ibu saat ia mengejan / memberikan, gambar bayi menyusu, menunjukkan proses kelahiran plasenta dan persiapan plasenta untuk enkapsulasi) 9. {youtubejw}niJ6F2p9Ql8{/youtubejw}   (Slideshow dan video, ada video persalinan, waterbirth) 10. {youtubejw}3XmwED82poc{/youtubejw}
  (Slideshow dan beberapa video melahirkan di rumah kembar setelah sesar sebelumnya) 11. http://www.mybestbirth.com/video/reubens-waterhomeunassisted 12.  (melahirkan di Rumah, waterbirth kembar, tidak mengejan) 13. {youtubejw}bhbng6RNh9I{/youtubejw}   (Slideshow dan video, soundtrack musik tetapi suara jeritan sangat rendah, tanpa bantuan, tidak mengejan maupun berdarah) 14. {youtubejw}7OtVSucX7OY{/youtubejw}   (ibu melahirkan dengan posisi kelahiran berdiri, beberapa gambar langsung pada saat menngejan)  Bersalin dengan Hypnobirthing 15. {youtubejw}OA7Y_DnC_kA{/youtubejw}   (ibu yang sudah ikut pelatihan hypnobirthing, tidak ada suara selama kontraksi, IMD) 16.
 (ibu yang sudah ikut pelatihan hypnobirthing, suara rendah,) 17. {youtubejw}4grRewQ-AQ0{/youtubejw}   (Klip dari sebuah film dokumenter Discovery (Freebirthing), waterbirth dan tenang) 18. {youtubejw}eaZ-gImG5Gg{/youtubejw}   (Waterbirth dengan posisi ibu duduk, suara sangat rendah) 19.  (Latar belakang musik, tapi Anda dapat mendengar ibu menyuarakan – “ohm,” ibu mengejan sambil duduk) 20. {youtubejw}5naQCzDi6aA{/youtubejw}   (kamera langsung pada ibu saat dia mengejan dalam posisi jongkok) Masih banyak sekali video-video yang menggambarkan indah dan sakralnya proses persalinan. Ini bisa membantu Anda untuk menvisualisasikan jenis persalinan yang Anda inginkan. – http://www.birthasweknowit.com/: Sebuah film “ditujukan untuk orang tua masa depan yang menerangkan tentang dampak konsepsi sadar selama masa kehamilan dan kelahiran. . . . Film ini memiliki sebelas kisah kelahiran alami, termasuk melahirkan di rumah, melahirkan di air, kelahiran kembar, persalinan sungsang baca lebih lanjut di website nya yaitu: http://www.birthintobeing.com/ – http://www.birthasweknowit.com/: Cuplikan dari lima kisah waterbirths rumah dengan Rusia Tatyana Bidan Spiritual dan Suami pembuat film nya, Alexi. “Rekaman asli mereka membawa
Anda pada sebuah ekspedisi yang menakjubkan untuk menyaksikan kelahiran dua keluarga di Laut Hitam, dan ke rumah mereka yang di lihat dua anak mereka lahir di kolam persalinan buatan tangan. Adegan anak-anak dan bayi berenang dengan lumba-lumba akan menyenangkan dan memukau penonton dari segala usia. “ – http://www.store.waterbirthsolutions.com/product.sc?productId=85 : Sebuah koleksi kisah dari tujuh waterbirths. – {youtubejw}c8h0SkPcs2U{/youtubejw}:  Sebuah film dokumenter tentang bisnis yang semakin berorientasi laba dalam proses kehamilan dan kelahiran. Baca lebih lanjut tentang website http://www.thebusinessofbeingborn.com/ – http://www.gentlebirth.org/ : GentleBirth.org memiliki bagian yang mengulas video yang menggunakan gentle birth. – http://www.hypnobabies.com/ : Ada beberapa tenaga kerja / kelahiran video dari ibu yang telah mempelajari Hypnobabies. – http://www.mybestbirth.com/ : Sebuah koleksi video kelahiran. – {youtubejw}CjccTdVBU94{/youtubejw}  National Geographic menggunakan teknologi (termasuk gambar yang dihasilkan komputer) untuk mengeksplorasi pengembangan bayi selama kehamilan, dokumenter ini juga mencakup bagaimana seorang wanita melahirkan. – http://www.orgasmicbirth.com/ : Sebuah dokumenter yang “membawa tantangan utama untuk mitos budaya kita, mengundang pemirsa untuk melihat, terlibatnya emosional spiritual, Baca lebih lanjut di website Orgasmic Birth . – www.waterbirth.org/ : Menawarkan koleksi foto waterbirth.  semoga artikel ini benar-benar bermanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya salam hangat Bidan Kita
November 21, 2014
By Yesie Aprillia
All About Childbirth
No Comments
PILIHAN PERENCANAAN PERSALINAN saja yang Anda lakukan ketika menghadapi proses persaliinan?
semoga ini bida membantu  Kala I : Kala Pembukaan Tindakan spontan/Self-Induced ·        Berjalan kaki ·        Rangsangan putting susu maupun daun telinga ·        Sexual Intercourse/ Berhubungan seksual (hanya bagi ibu yang air ketubannya masih utuh) Dukungan/ Support People ·        Dukungan dari pasangan maupun pendamping persalinan tiap saat meskipun Anda menjalani SC. ·        Mintalah Informasi sebanyak-banyaknya kepada bidan/ dokter yang merawat anda tentang kemajuan persalinan anda. Monitoring ·        Hanya menggunakan Fetoskop/ alat untuk memantau Denyut Jantung Janin ·        Monitoring janin dari luar/External Foetal Monitoring
o  Observasi kontraksi scara berkala/Intermittent o  Dan berkelanjutan/Continuous ·        Pemeriksaan dalam/Internal Foetal Monitor Dilakukan untuk memeriksa penurunan kepala janin kedalam jalan lahir. Pemeriksaan dalam inipun dilakukan minimal dengan jarak 4 jam. Infus ·        Pada persalinan normal tidak diperlukan pemberian infus ·        Pemberian infuse hanya bisa dilakukan atas indikasi dan atas perintah dokter/ bidan Rehidrasi ·        Minum Air putih/ air yang mengandung isotonik ·        Makan es Makan ·        Makan sedikit-sedikit Penghilang rasa sakit/Pain Relief Alami atau tanpa obat-obatan/ Non-Pharmacological Pain Relief ·        Mandi di bawah shower atau berendam di bathup ·        Lakukan endorphin massage ·        Kompres panas dingin di daerah yang terasa kurang nyaman ·        Lakukan relaksasi hypnobirthing ·        Lakukan visualisasi ·        Lakukan perubahan posisi/ mobilisasi minimal tiap ½ jam Dengan obat-obatqan/Pharmacological Pain Relief ·        Epidural (or spinal) anaesthesia
·        Narcotic – Pethidine Kosongkan Kandung Kemih/Empty Bladder ·        Lakukan Buang air kecil ·        Pemasangan kateter hanya di lakukan jika ibu dilakukan epidural  KALA II (tahap Pengeluaran Bayi) Lingkungan ·        Kurangi penyinaran dan suara / buatlah suasana ruang persalinan sedikit lebih tenang saat proses persalinan Mengejan/Pushing ·        Lakukan secara spontan ·        Sebelum mengejan ambil nafas panjang dan dalam Posisi saat mengejan/Positions For Pushing ·        Pilih posisi yang palinbg nyaman bagi anda, bias dengan berdiri, jongkok, merangkak, duduk, setengah dudu, atau tidur miring ke kiri. ·        Usahakan jangan mengambil posisi terlentang karena akan menekan pembuluh darah besar sehingga dapat menghambat aliran oksigen ke janin Anda. ·        Bersalin dalam air Perawatan perineum/Perineal Care ·        Kompres hangat ·        Pijat perineum/ Perineal massage dapat mengurangi resiko robekan perineum Segera setelah bayi lahir/Immediately After Birth ·        Letakkan bayi di dada/ perut ibu lalu selimuti dan tutup kepalanya menggunakan top ·        Lakukan inisiasi menyusui dini
Pemotongah tali pusat/Cutting Cord ·        Tidak perlu memotong tali pusat terlalu cepat, cobalah untuk menunda pemotongan tali pusat minimal setelah 5 menit. Ini akan member kesempatan haemoglobin/Hb , plasma, haematokrit, oksigen dan stem sell masuk ke tubuh bayi anda ·        Ijinkan ibu, atau ayah yang menggunting tali pusat. KALA III (tahap pengeluaran plasenta) Pengeluaran plasenta/Delivery Of Placenta ·        Lakukan inisiasi menyusu dini selagi menunggu lahirnya plasenta ·        Saat bayi anda menyusu maka justru akan merangsang rahim anda untuk kontraksi sehingga memudahkan pelepasan plasenta anda ·        Lakukan massage lembut dan rangsangan putting susu. Penjahitan luka perineum/Perineal Repair ·        Jika pewrlu berikan anaesthesia local ·        Namun jika menungkinkan lakukan hypnoanesthesia untuk menghilangkan rasa sakit saat dilakukan jahitan Bonding Time ·        Sesaat setelah bayi lahir, tunda dulu pemeriksaan fisik rutin pada bayi seperti timbang berat-badan, memberikan tetes mata, imunisasi, pemberian vit K atau lainnya. Biarkan sejenak bayi bersama ibunya karena inilah saatnya “bonding” awal terjalin. Tundalah setidaknya satu atau dua jam.. ·        Lakukan semua pemeriksaan terhadap bayi di ruangan ibu
November 21, 2014
By Yesie Aprillia
All About Childbirth
No Comments
LANGKAH-LANGKAH INDUKSI DALAM PERSALINAN Posting ini telah terinspirasi oleh percakapan saya dengan beberapa ibu dengan
pengalaman mereka ketika di lakukan induksi. Induksi persalinan saat ini semakin umum, namun kaum perempuan sering tampak sangat salah-informasi tentang apa yang dilakukan kepada mereka selama induksi dan mengapa atau alasannya. Seharusnya seorang calon ibu perlu diberikan informasi yang memadai dalam rangka untuk membuat pilihan proses persalinan dengan bijak. Saya berharap posting ini bermanfaat bagi Anda.  Induksi persalinan adalah salah satu upaya stimulasi mulainya proses kelahiran (dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada). Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara normal.  SEDANGKAN Akselerasi persalinan adalah meningkatkan frekuensi, lama, dankekuatan kontraksi, dimana Tujuan tindakan tersebut adalah untuk mencapai his 3 kali 10 menit, lamanya 40 detik. Jika selaput ketuban masih intak, dianjurkan amniotomi. Kadang-kadang prosedur ini cukup untuk merangsang persalinan . cairan ketuban akan keluar, volume uterus berkurang, prostaglandin dihasilkan, merangsang persalinan, dan kontraksi uterus meningkat Induksi dapat dilakukan karena beberapa alasan antara lain: Kehamilannya sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih dari 40 minggu (kehamilan lewat waktu). Dan belum juga terjadi persalinan. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurunya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan : Pertumbuhan janin makin melambat. Terjadi perubahan metabolisme janin. Air ketuban berkurang dan makin kental. Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia. Resiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga kali dibandingkan dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti; letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan pendarahan postpartum. Pada kehamilan lewat waktu perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan sehingga hasil akhir menuju well born baby dan well health mother dapat tercapai. Namun kenyataan di lapangan saat ini adalah dimana induksi banyak sekali di kalukan dengan tanpa indeikasi medis. Dan sayangnya banyak sekali para calon orang tua yang sekedar menurut dengan nasehat dokter tanpa menggunakan BRAIN (Benefit, Risk, Alternative, Intuition, No) saat mengambil keputusan. Nah disini saya akan berusaha untuk memaparkan kepada Anda tentang beberapa hal yang harus jelas  sebelum memilih untuk dilakukan induksi:
1. Sebelum memilih untuk di induksi, Anda haruslah yakin bahwa risiko yang dapat Anda terima ketika melanjutkan kehamilan lebih besar daripada resiko yang ada ketika Anda memilih untuk dilakukan induksi. 2. Anda harus menyadari bahwa ketika dilakukan induksi, maka bayi Anda harus segera lair, sehingga apabila tidak bisa lahir atau “gagal induksi”, maka jalan satu-satunya adalah Operasi SC. Dan menurut penelitian Induksi meningkatkan kejadian SC. Ada 3 langkah dalam proses induksi. Langkah 1: Mempersiapkan Serviks yang Matang Selama kehamilan serviks tertutup, tebal dan menyelip ke bagian belakang vagina. Ini berarti bahwa Anda dapat memiliki kontraksi tanpa terjadinya pembukaan leher rahim. Agar leher rahim merespon kontraksi perlu untuk membuat sejumlah perubahan fisiologis yang kompleks.Relaksin dan estrogen melakukan perubahan struktural, dan prostaglandin, leukosit, makrofag, hyaluronic acid dan glycoaminoglycans semua terlibat dalam pelunakan leher rahim sehingga siap untuk membuka dan melahirkan. itu adalah proses yang sangat kompleks, dan prostaglandin hanya salah satu bagian dari kekomplekan proses ini. Ketika Anda sedang diinduksi leher rahim Anda akan dinilai dengan pemeriksaan vagina (VT/Vaginal Thoucher). Jika leher rahim anda telah berubah dan lembut dan terbuka setidaknya 1 atau 2 cm, Anda bisa melompat langsung ke langkah 2. Namun, Jika serviks masih teraba tegas dan tertutup, maka beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengubahnya sehingga muemunginkan untuk menuju langkah 2. Hal ini biasanya dilakukan dengan meletakkan prostaglandin buatan ( atau ) pada leher rahim. prostaglandin buatan atau sintetis dapat menyebabkan hiperstimulasi rahim mengakibatkan gawat janin, sehingga denyut jantung bayi anda akan dipantau oleh CTG setelah prostaglandin ini dikelola. Anda mungkin juga mengalami rasa sakit yag kuat tajam kadang disertai kontraksi. Namun kadang dokter kandungan mungkin menyarankan cara-cara lain ntuk merangsang leher rahim untuk melepaskan prostaglandin alami dengan menyapu membran. Hal ini dilakukan dengan memasukkan kateter ke dalam serviks dengan balon kateter Foley yang dipasang di dalam segmen bawah uterus melalui kanalis servikalis, diisi cairan (dapat sampai 100 cc pada Foley no.24), diharapkan akan mendorong selaput ketuban di daerah segmen bawah uterus sampai terlepas (BUKAN untuk dilatasi serviks). Amniotomi, selaput ketuban dilukai / dirobek dengan menggunakan separuh klem Kocher (ujung yang bergigi tajam), steril, dimasukkan ke kanalis servikalis dengan perlindungan jari-jari tangan. Keberhasilan induksi persalinan bergantung pada skor pada serviks. Jika skor ≥ 6, biasanya induksi cukup dilakukan dengan oksitosin. Jika ≤ 5, matangkan serviks lebih dahulu dengan prostaglandin atau kateter foley. Langkah 2: Pemecahan Ketuban Saya menyadari bahwa langkah ini tidak selalu menjadi bagian dari induksi dan saya tidak pernah melakukan pendekatan ini, Setelah serviks telah melunak dan terbuka cukup untuk
melakukan pemecahan air ketuban setidaknya dua jari bisa masuk sehingga amniohook bisa masuk dan memecah ketuban. Tindakan ini memungkinkan kontraksi menjadi lebih efektif; kepala bayi menekan lebih keras pada leher rahim, dan dapat memicu kontraksi. Setelah ketuban pecah, Anda bisa menunggu beberapa jam untuk melihat apakah persalinan mulai terjadi, atau Anda bisa langsung menuju ke langkah 3. Langkah 3: Membuat Kontraksi Anda sekarang memiliki leher rahim yang siap untuk merespon kontraksi. Oksitosin dalam persalinan normal fisiologis dilepaskan dari otak dan memasuki aliran darah – itu memiliki dua fungsi utama: · Ia bekerja pada rahim untuk mengatur kontraksi · Ia bekerja di otak untuk berkontribusi pada kondisi kesadaran yang berubah terkait dengan persalinan dan mempromosikan ikatan perasaan dan perilaku Dalam induksi, oksitosin buatan (pitocin / syntocinon) diberikan melalui kanula langsung ke dalam aliran darah. Hal ini membuatnya tidak dapat melewati aliran darah otak karena itu hanya bekerja pada otot rahim untuk mengatur kontraksi. Inilah yang menyebabkan kontraksi pada induksi lebih menyakitkan dibandingkan dengan kontraksi pada saat persalinan secara alami. Oksitosin sintetik tidak dapat di cerna otak sehingga yang terjadi justru menurunkan produksi oksitosin alami berikut juga produksi endorfin dalam tubuh. Sehingga hal ini membuat ibu merasa lebih sakit dan pola kontraksi pun lebih intens dan cepat hal ini sering sekali memicu kejadian distress pada janin sehingga meningkatkan resiko untuk SC. TANDA-TANDA INDUKSI BERJALAN DENGAN BAIK: 1. respons uterus berupa aktifitas kontraksi miometrium baik 2. kontraksi simetris, dominasi fundus, relaksasi baik (sesuai dengan tanda-tanda his yang baik / adekuat) 3. nilai pelvik menurut Bishop (tabel) PRINSIP !! 1. hal penting yang harus dilakukan antara lain : monitor keadaan bayi, keadaan ibu, awasi tandatanda ruptura uteri 2. harus memahami farmakokinetik, farmakodinamik, dosis dan cara pemberian obat yang digunakan untuk stimulasi uterus. KONTRAINDIKASI INDUKSI PERSALINAN
1. kontraindikasi / faktor penyulit untuk partus pervaginam pada umumnya : adanya disproporsi sefalopelvik, plasenta previa, kelainan letak / presentasi janin. 2. riwayat sectio cesarea (risiko ruptura uteri lebih tinggi) 3. ada hal2 lain yang dapat memperbesar risiko jika tetap dilakukan partus pervaginam, atau jika sectio cesarea elektif merupakan pilihan yang terbaik. Resiko induksi persalinan adalah : Ø Adanya kontraksi rahim yang berlebihan. Itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam pengawasan yang ketat dari dokter yang menangani. Jika Anda merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya dokter akan menghentikan proses induksi,kemudian akan dilakukan operasi caesar. Ø Janin akan merasa tidak nyaman, sehingga dapat membuat bayi mengalami gawat janin (fetal disterss). Itu sebabnya selama proses induksi berlangsung, dokter akan memantau gerak janin melalui CTG/kardiotopografi. Bila dianggap terlalu berisiko menimbulkan gawat janin, proses induksi akan dihentikan. Ø Dapat merobek bekas jahitan operasi caesar. Hal ini bisi terjadi pada yang sebelumnya pernah dioprasi caesar, lalu menginginkan kelahiran normal. Ø Emboli. Meski kemungkinannya sangat kecil sekali, namun tetap harus diwaspadai. Emboli terjadi apabila air ketuban yang pecah masuk ke pembuluh darah dan menyangkut di otak ibu atau paru-paru. Bila terjadi dapat merenggut nyawa ibu seketika. Jika pada kehamilan tua Anda sudah merasa sangat tidak nyaman dan ingin segera melahirkan dengan cara diinduksi, maka keadaan mulut rahim menjadi hal penting untuk dijadikan pertimbangan. Induksi akan bermanfaat ketika mukut rahim telah menipis sekitar 50 persen dan berdilatasi 3-4 cm. Hal ini karena tubuh Anda telah siap untuk menghadapi proses persalinan. Selain itu, secara statistik fase ini lebih aman untuk melahirkan pervaginam. Namun, jika mulut rahim belum cukup menipis dan berdilatasi, itu tandanya tubuh belum siap untuk melahirkan. Melakukan induksi dan melahirkan pervaginam bukan hal yang tepat pada keadaan demikian, karena kemungkinan besar persalinan akan diubah menjadi caesar. Umumnya, meski tak ada catatan medis yang membuat suatu kehamilan diinduksi, menunggu janin lahir spontan adalah hal terbaik. Karena kita tidak tahu keadaan janin, mulut rahim berada pada fase apa, apakah ada kemungkinan terjadi perubahan posisi pada janin atau tidak, maka melakukan induksi adalah hal yang beresiko. Kita hanya mengganggu proses alami suatu persalinan. Sebagai akibatnya, bayi mungkin belum berada pada posisinya dan tubuh ibu ternyata belum siap untuk melahirkan. Dua keadaan itu meningkatkan dilakukannya operasi caesar pada kehamilan yang diinduksi.
Untuk lebih memahami bagaimana seluk beluk induksi mulai dari langkah dan resikonya bisa di lihat melalui film-film berikut ini: {youtubejw}3fPauJEy7fc{/youtubejw} Â {youtubejw}H60Om_qfJgQ{/youtubejw} Â {youtubejw}-jzECwqMf1E{/youtubejw} Â {youtubejw}eZtYHgx4XYc{/youtubejw} Â Semoga bermanfaat Salam Hangat Bidan Kita Â
November 21, 2014
By Yesie Aprillia
All About Childbirth
No Comments
Peran Hormon dalam Persalinan
Sebelum membaca artikel ini saya sangat menganjurkan Anda untuk membaca :
1. http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=255:sakit-saatbersalin-hormon-akan-membantu-anda&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56 2. http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=244:oksitosin-siqhormon-cintaq-yang-dapat-membuat-persalinan-dan-menyusui-menjadimudah&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56 3. http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=260:oksitosin-thelove-hormone&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56 Â mengapa? Karena ini akan sangat berhubungan dengan ketiga artikel tersebut. Â Apa peran oksitosin selama persalinan dan kelahiran? Oksitosin sering dikenal sebagai “hormon cinta” karena hormon ini berhubungan erat dengan bercinta, kesuburan, kontraksi selama persalinan dan kelahiran, dan pelepasan ASI saat menyusui. Hormon ini pula yang membantu kita merasa baik, dan itu memicu perasaan & perilaku untuk memelihara. Reseptor sel yang memungkinkan tubuh wanita untuk menanggapi oksitosin mengalami peningkatan secara bertahap pada kehamilan, dan kemudian meningkat tajam pada saat bersalin. Oksitosin adalah stimulator paten dari kontraksi, yang membantu untuk membuka dan melebarkan leher rahim, mengeluarkan bayi, melahirkan plasenta, dan mengurangi perdarahan di lokasi perlekatan plasenta. Selama persalinan dan kelahiran, tekanan bayi terhadap leher rahim dan kemudian terhadap jaringan di dasar panggul merangsang oksitosin dan kontraksi. Begitu juga bayi baru lahir yang menyusui. Rendahnya tingkat oksitosin selama persalinan dan kelahiran dapat menyebabkan masalah Antara lain: 1. menyebabkan kontraksi untuk menghentikan atau memperlambat, dan memperpanjang proses persalinan 2. mengakibatkan perdarahan yang berlebihan di lokasi perlekatan plasenta setelah plasenta lahir 3. merangsang provider (dokter atau bidan) untuk menanggapi masalah ini dengan intervensi. Apa peran endorfin selama persalinan dan kelahiran? Endorfin berefek menenangkan dan meredakan nyeri. Hormon ini seperti morfin alami akan naik menjelang akhir kehamilan, dan kemudian naik terus dan tajam selama persalinan pada proses persalinan alami tanpa pengobatan. (Kebanyakan penelitian telah menemukan bahwa terjadi
penurunan tingkat endorphin secara tajam dengan penggunaan obat sakit epidural atau opioid.) Tingkat endorfin lebih tinggi selama persalinan dan kelahiran dapat menghasilkan kondisi kesadaran yang berubah yang membantu seoorang ibu dapat melewati proses persalinan ini, bahkan ketika proses ini menjadi sangat panjang dan sulit. Dalam proses persalinan seorang ibu dengan tingkat endorfin tinggi dapat merasa waspada, penuh perhatian, dan bahkan euforia saat ia mulai mengenal dan merawat bayinya setelah lahir. Endorfin mungkin memainkan peran dalam memperkuat hubungan ibu-bayi saat ini. Penurunan tingkat endorphin pada hari-hari pertama setelah bayi lahir dapat berkontribusi pada “baby blues” dan banyak ibu yang mengalaminya saat ini. Rendahnya tingkat endorphin dapat menyebabkan masalah dalam persalinan dan kelahiran oleh: 1. menyebabkan proses persalinanmenjadi terlalu menyakitkan dan merasa tak tertahankan 2. merangsang provider (dokter atau bidan) untuk menanggapi masalah ini dengan intervensi. Apa peran adrenalin selama persalinan dan kelahiran? Adrenalin adalah “melawan atau lari” hormon yang dihasilkan manusia untuk membantu memastikan kelangsungan hidup. Ktika seorang ibu merasa terancam selama persalinan (misalnya dengan rasa takut, cemas, panik atau rasa sakit yang parah) dapat menghasilkan tingkat adrenalin yang tinggi. Adrenalin dapat memperlambat persalinan atau nahkan menghentikannya sama sekali. Adrenalin terlalu banyak dapat menyebabkan masalah pada persalinan dan kelahiran oleh: 1. menyebabkan kesulitan untuk bayi yang belum lahir 2. menyebabkan kontraksi berhenti, memperlambat, atau memiliki pola yang tidak menentu, dan memperpanjang proses persalinan 3. menciptakan rasa panik dan rasa sakit yang meningkat pada ibu 4. merangsang provider (dokter atau bidan) untuk menanggapi masalah ini dengan intervensi bedah caesar dan intervensi lainnya. Langkah apa yang bisa bisa Anda lakukan untuk membantu memastikan bahwa hormonhormon ini bekerja dengan baik? Seorang ibu dapat meningkatkan produksi tubuhnya oksitosin selama persalinan dan kelahiran oleh: 1. tetap tenang, nyaman, dan percaya diri
2. menghindari gangguan, seperti adanya kehadiran orang yang tidak disukai atau kebisingan dan prosedur yang tidak nyaman 3. usahakan selalu mengatur posisi tegak dan menggunakan gravitasi untuk membantu penurunan dan penekanan bayinya ke leher rahim dan kemudian, setelah bayi lahir, terhadap jaringan-jaringan dasar panggul nya (ini merangsang oksitosin) 4. terlibat dalam puting atau kegiatan stimulasi klitoris sebelum kelahiran dan memberikan bayinya kesempatan untuk menyusu segera setelah lahir (ini merangsang oksitosin). Seorang wanita dapat meningkatkan produksi endorfin dalam tubuhnya selama persalinan dan kelahiran oleh: 1. tetap tenang, nyaman, dan percaya diri 2. menghindari gangguan, seperti orang yang tidak disukai atau kebisingan dan prosedur tidak nyaman 3. menunda atau menghindari epidural atau opioid sebagai metode menghilangkan rasa sakit yang kimia. Seorang wanita dapat menjaga adrenalin turun selama persalinan dan kelahiran dengan tetap tenang, nyaman, dan santai. Berikut ini dapat membantu: 1. mendapat informasi yang lengkap seputar kehamilan dan persalinan dan melakukan persiapkan yang baik menghadapi persalinan 2. memiliki kepercayaan dan keyakinan dalam tubuhnya dan kemampuan sebagai wanita saat melahirkan 3. berada di lingkungan yang tenang, damai, dan swasta dan menghindari konflik 4. berada bersama orang-orang yang membantunya dengan tindakan kenyamanan, informasi yang baik, kata-kata positif, dan dukungan lainnya 5. menghindari prosedur yang mengganggu dan menyakitkan. Nah bunda , Ayo semangat…. Berdayakan diri mulai dari sekarang. Pahami bahwa tubuh Anda mempunyai pengetahuan yang sempurna untuk melahirkan secara alami. Salam hangat Bidan Kita
Â
November 21, 2014
By Yesie Aprillia
Natural Childbirth, Childbirth Support, All About Childbirth
No Comments
TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) & Nyeri Persalinan Nyeri pada proses persalinan merupakan keadaan yang sangat dikhawatirkan pada ibu
yang akan menghadapi persalinan. Lebih dari 90% wanita mengalami nyeri persalinan yang cukup berat. Defenisi nyeri menurut International Association of The Study of Pain adalah suatu pengalaman sensorial dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata atau berpotensi rusak atau tergambarkan seperti itu. Nyeri persalinan merupakan proses fisiologis dengan intensitas yang berbeda-beda pada masing-masing individu. Umumnya dipengaruhi oleh keadaan sosial dan kultural, nullipara, drip oksitosin, ibu yang berusia muda, berat badan ibu dan janin yang meningkat.  Perubahan fisiologis yang ditimbulkan oleh nyeri persalinan hebat merupakan respon tubuh terhadap stres yang bersifat fisik sehingga terjadi pengeluaran beberapa hormon tubuh seperti hormon adrenokortikotropik (ACTH), kortisol, katekolamin dan β-endorpin. Perubahan fisiologis yang terjadi dapat berupa hiperventilasi, kenaikan curah jantung, kenaikan tekanan darah, meningkatnya metaboisme, meningkatnya konsumsi oksigen dan penurunan motilitas saluran cerna. Disamping itu nyeri persalinan yang hebat dapat juga menyebabkan terjadinya stres emosional jangka panjang pada ibu. Selama persalinan, ibu hamil diharapkan dapat melalui proses persalinan dengan nyaman tanpa menimbulkan cacat emosional. Oleh karena itu diperlukan suatu penatalaksanaan nyeri persalinan yang efektif. Penatalaksanaan nyeri persalinan dapat dilaksanakan baik secara farmakologi maupun non farmakologi. Metode farmakologi dilakukan dengan menggunakan nitrous oksida, pethidin, morphine, anestesi epidural,anestesi spinal, blokade saraf dan anestesi umum. Metode nonfarmakologi dilakukan dengan relaksasi dan pijat (massage), akupuncture, hipnotis, aromaterapi dan TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation).
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) merupakan salah satu teknik analgesik noninvasif yang sekarang telah digunakan secara luas di berbagai tempat praktek ahli fisioterapi, perawat dan bidan. Teknik ini dapat dilakukan di klinik oleh profesional medis atau dapat dilakukan di rumah oleh si pasien yang telah membeli peralatan TENS. Indikasi utama TENS adalah untuk manajemen nyeri akut dan nyeri kronik non-keganasan. Tetapi, TENS juga digunakan sebagai terapi paliatif untuk mengurangi rasa nyeri yang disebabkan oleh penyakit tulang metastase dan neoplasma. Untuk pengobatan, TENS merupakan elektroterapi yang paling luas penggunaannya dalam meredakan rasa nyeri. Metode ini menjadi populer karena tidak invasif, mudah untuk dilakukan dan memiliki efek samping yang minimal atau interaksi obat. Karena tidak ada kemungkinan untuk terjadi overdosis atau keracunan, pasien dapat melakukan TENS secara mandiri dan mengatur sendiri dosis yang mereka perlukan. Efek TENS dapat segera dirasakan, jadi cara ini efektif untuk mengurangi rasa nyeri dengan segera. TENS merupakan salah satu pilihan analgesia non farmakologi yang mulai dipopulerkan penggunaannya dalam mengatasi nyeri persalinan. Penelitian yang dilakukan oleh Kaplan B dkk membuktikan keefektifan TENS sebagai analgesia pada nyeri persalinan. Sekitar 72% nullipara dan 69% multipara dari sampel yang diteliti menyatakan TENS efektif untuk menghilangkan nyeri selama persalinan tanpa efek samping pada ibu dan janin. Disamping itu TENS secara signifikan dapat mengurangi durasi kala I persalinan pada nullipara dan multipara dan mengurangi penggunaan obat-obatan analgesia. Persarafan Rahim dan Jalan Lahir Serat saraf sensoris viseral dari uterus, servik dan vagina atas melintang melalui ganglion Frankenhauser yang terletak disebelah lateral servik ke pleksus pelvikus dan kemudian ke pleksus-pleksus hipogastrikus media dan superior. Dari sana serat-serat berjalan pada rantai simpatik lumbal dan torakal bawah untuk masuk ke medula spinalis melalui rami komunikantes alba yang berhubungan dengan nervus thorasikus 10,11 dan 12. Serat saraf motorik uterus meninggalkan medula spinalis setinggi vertebrae thorakal 7 dan 8 sehingga secara teori setiap metode blok sensoris yang tidak memblok jaras motorik ke uterus dapat digunakan untuk analgesia selama persalinan. Sensasi nyeri akibat dilatasi servik dan kontraksi rahim dihantarkan oleh saraf sensoris berukuran kecil dari pleksus paraservilkal dan pleksus hipogastrikus inferior yang bersatu dengan pleksus saraf simpatis setinggi L2-L3. Meskipun kotraksi uterus yang menyebabkan nyeri terus berlangsung pada kala II, kebanyakan rasa nyeri berasal dari regangan traktus genitalis bagian bawah (jalan lahir). Rangsangan nyeri dari traktus genitalis bagian bawah ini dihantarkan terutama melalui nervus pudendus, cabangcabang perifer yang mempersarafi perineum, anus, bagian-bagian vulva dan klitoris. Nervus pudendus berjalan melintasi permukaan posterior ligamentum sakrospinosum tepat pada saat ligamentum tersebut melekat ke spina iskiadika. Serat saraf sensoris nervus pudendus berasal dari cabang-cabang ventral nervus sakralis 2, 3 dan 4 Mekanisme Nyeri Persalinan
Rasa nyeri merupakan salah satu mekanisme pertahanan alami dari tubuh manusia, yaitu suatu peringatan akan adanya bahaya. Nyeri dapat digolongkan dalam dua macam yaitu nyeri fisiologik (nyeri nosiseptif) yang berlangsung singkat dan nyeri patofisiologis (nyeri klinik) yang berlangsung lama. Pada nyeri fisiologik, terjadi stimulus yang mengaktifkan nosiseptor dan meneruskannya melalui beberapa relay sampai mencapai otak. Stimulus intensitas rendah, non-noxious stimulus, mengaktifasi reseptor low-threshold dan direlay melaui serabut saraf A-beta ke dorsal horn medula sinalis. Stimulus dengan intensitas tinggi dihantarkan ke dorsal horn melalui serabut high-threshold, serabut saraf A-delta bermyelin tipis danserabut C sensoris tidak bermyelin. Nyeri fisiologik merupakan komponen normal sebagai mekanisme pertahanan tubuh, melalui reflek spinal agar dapat menghindarkan tubuh dari kerusakan yang lebih berbahaya Nyeri patofisiologik atau nyeri klinik, ditimbulkan oleh faktor-faktor yang berbeda dengan nyeri fisiologik. Inflamasi dan cedera saraf perifer atau sentral, menimbulkan perubahan proses sensoris pada tingkat perifer dan sentral sehingga menghasilkan sensitisasi gabungan. Biasanya ada tiga jenis yaitu nyeri spontan (dull, burning, stabbing), nyeri berlebihan dalam merespon stimulus supra threshold disebut hiperalgesia, nyeri yang ditimbulkan oleh stimulus subthreshold atau intensitas rendah disebut allodynia. Keadaan abnormal terjadi pada sistem saraf perifer dan sentral, dimana stimulus intensitas rendah menimbulkan nyeri melalui serabut A-delta dan C, demikian juga A-beta, nyeri patofisiologik ini menyebar ke tempat yang tidak rusak dan seringkali stimulus berlangsung lama. Pada kehamilan rasa nyeri memberitahukan pada ibu bahwa dirinya telah memasuki fase persalinan dan dapat juga mengindikasikan masalah yang terjadi pada ibu (ruptura uteri, solutio plasenta). Sensasi nyeri yang timbul pada proses persalinan merupakan nyeri yang paling kuat yang dialami manusia dengan intensitas yang berbeda untuk masing-masing individu. Intensitas nyeri dipengaruhi oleh keadaan sosial dan kultural ibu dan paritas ibu. Primipara akan mengalami nyeri yang lebih kuat pada tahap awal persalinan, sedangkan pada multipara rasa nyeri akan lebih menonjol pada kala II. Ada tiga jenis utama nyeri pada persalinan : emosional, fungsional dan fisiologis. Sumber nyeri yang berasal dari endokrin berupa rasa takut, ketidaktahuan dan rendahnya pendidikan. Sumber nyeri yang bersifat fungsional berupa dilatasi servik, kontraksi rahim, penurunan kepala dan peregangan perineum. Sumber nyeri yang bersifat fisiologis merupakan keadaan-keadaan yang berubah dari yang seharusnya. Rasa nyeri pada persalinan disebabkan oleh anoksia miometrium, peregangan servik, tarikan pada tuba, ovarium dan ligaman-ligamen penyangga uterus, penekanan pada uretra, kandung kemih dan rektum, distensi otot-otot dasar panggul dan perineum. Nyeri pada persalinan kala I Selama persalinan kala I, nyeri berasal dari kontraksi uterus & adneksa dan merupakan nyeri viseral. Nyeri yang timbul tidak dapat ditentukan dengan tepat lokasinya dan nyeri dapat pula
dirasakan oleh organ lain yang bukan merupakan asal nyeri, disebut sebagai nyeri alih (referred pain). Sebagian besar nyeri diakibatkan oleh dilatasi servik dan regangan segmen bawah rahim, kemudian akibat distensi mekanik, regangan dan robekan selama kontraksi. Intensitas nyeri berhubungan dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan. Kontraksi isometrik pada uterus melawan hambatan oleh servik dan perineum juga dapat menambah intensitas nyeri. Sensasi nyeri akibat dilatasi servik dan kontraksi rahim dihantarkan oleh saraf sensoris berukuran kecil dari pleksus paraservilkal dan pleksus hipogastrikus inferior yang bersatu dengan pleksus saraf simpatis setinggi L2-L3. Nyeri pada persalinan kala II Pada persalinan kala II, ketika servik berdilatasi penuh, stimulasi pada reseptor nosiseptif berlangsung terus menerus akibat dari kontraksi badan uterus dan distensi segmen bawah rahim. Nyeri yang disebabkan oleh dilatasi servik sudah menurun tetapi peningkatan secara progresif tekanan dari fetus terhadap struktur di pelvis menimbulkan nyeri somatik dengan regangan dan robekan fascia dan jaringan subkutan jalan lahir bagian bawah, distensi perineum dan tekanan pada otot lurik perineum. Sangat kontras dengan nyeri viseral, nyeri somatik pada kala II ini dirasakan terus menerus dan lokasinya jelas. Nyeri dari perineum berjalan melewati serat saraf aferen somatik, terutama pada saraf pudendus dan mencapai medula spinalis melalui segmen sakral 2,3 dan 4. Sistem Transmisi Nyeri Transmisi nyeri persalinan dibedakan atas dua sistem transmisi yaitu transmisi nyeri sebelum medula spinalis dan transmisi nyeri pada medula spinalis. Transmisi nyeri pada serabut saraf sebelum medula spinalis Suplai serabut saraf pada bagian bawah jalan lahir berbeda dari uterus, hal inilah yang menyebabkan perbedaan lokasi dan sumber nyeri pada persalinan kala I dan II. Sensasi dari kala I (awal kontraksi sampai dilatasi maksimal dari servik) merupakan nyeri viseral melalui saraf delta A dan C yang berasal dari dinding lateral fornices uterus dilanjutkan ke pleksus uterina dan servik lalu ke pleksus hipogastrika inferior, pleksus hipogastrika media dan pleksus hipogastrika superior serta pleksus aorta. Dari sini aferen nosiseptif berjalan dengan simpatetik lumbal, kemudian berjalan keatas sampai pada bagian bawah simpatetik thorakal dan masuk ke medula spinalis antara T10 dan L1 melalui white rami communicantes, berjalan melalui radiks posterior dan bersinaps dengan interneuron di tanduk dorsal medula spinalis. Sensasi kala II (mulai pembukaan servik lengkap sampai kelahiran bayi) timbul karena distensi dasar pelvis, vagina dan perineum. Impuls nyeri berjalan melalui saraf pudendus dan masuk ke medula spinalis pada S2 sampai S4. Transmisi nyeri pada serabut saraf di medula spinalis Serabut utama nyeri (delta A dan C) mencapai tanduk dorsal medula spinalis dari perifer ke lamina Rexed I dan II. Sel-sel dari lamina Rexed II memiliki hubungan sinaptik dengan lapisan
IV-VII. Sel-sel dari lamina I dan V tanduk dorsal membentuk traktus spinotalamikus ascenden. Beberapa neuron ini memiliki enkhepalin sebagai neurotransmitter. Enkephalin merupakan suatu bahan endogen yang mampu menghalangi transmisi nyeri yang merupakan opioid endogen. Pada tingkat medula spinalis, reseptor opioid terdapat ujung presinaptik neuron primer dan pada tingkat interneural tanduk dorsal. Pada tingkat supraspinal, terlibat subsistem yang berbeda, termasuk didalamnya sistem adrenergik descenden, serotonergik dan sistem opioid. Konsekuensi Nyeri Persalinan Nyeri pada proses persalinan dapat menyebabkan konsekuensi fisiologis dan psikologis. 1. Konsekuensi fisiologis Konsekuensi fisiologis yang diakibatkan oleh nyeri persalinan pada sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, neuroendokrin dan sistem gastrointestinal. Pada sistem pernafasan, nyeri persalinan dapat menyebabkan hiperventilasi yang akan berakibat terjadinya hiperkapnia dan asidosis respiratorik. Pengaruh pada sistem kardiovaskuler berupa peningkatan curah jantung, peningkatan tekanan darah melalui aktifitas simpatis dan peningkatan venous return yang diasosiasikan sebagai akibat kontraksi uterus. Keadaan ini dapat menjadi masalah pada pasien penyakit jantung dan preeklampsi. Konsekuensi nyeri persalinan pada neuroendokrin yaitu meningkatkan sekresi katekolamin ibu yang merupakan faktor resiko untuk terjadinya konstriksi uteroplasental. Sistem gastrointestinal diduga mengalami keterlambatan pengosongan lambung dan peningkatan sekresi asam lambung.(3,4,5) 2. Konsekuensi psikologis Nyeri persalinan berat dapat berakibat terjadinya stres emosional jangka panjang dengan konsekuensi pada kesehatan mental maternal dan hubungan dengan keluarga.(3) Penatalaksanaan Nyeri Persalinan Penatalaksanaan nyeri persalinan dapat dilaksanakan baik secara farmakologi maupun non farmakologi. Metode farmakologi dilakukan dengan : Parenteral a. Opioid asli, contohnya pethidin (meperidin), morfin, diamorfin, fentanil dan remifentanil. Efek analgesia berupa sedasi dan sering menyebabkan kerusakan pada plasenta sehingga ibu dan janin membutuhkan monitoring selama dan sesudah persalinan. b. Agen gabungan, contohnya meptanizol dan tramadol, menunjukkan bukti efektifitas yang lebih baik dan lebih aman dari pada opioid asli. Inhalasi (N2O) Metode non farmakologi dalam manajemen nyeri persalinan dapat dilakukan dengan:
1. Memberikan dukungan psikologi baik dari pasangan, keluarga dan penolong persalinan, menyediakan lingkungan yang nyaman, psikoprofilaksis contoh : musik, teknik pernafasan, visualisasi, teknik relaksasi dan pijat (massage). 2. Hipnotis : Membutuhkan ahli hipnotis yang berpengalaman, 10-20% wanita tidak cocok dengan teknik hipnotis dan efek samping yang dapat terjadi adalah status ansietas. 3. Air hangat, biasanya digunakan pada kala I dan kala II awal dalam persalinan. Panas berfungsi sebagai analgesia sedangkan daya apung berfungsi sebagai relaksant. 4. Aromaterapi, Refleksologi dan Akupunktur : perannya sangat terbatas. 5. TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) : sering digunakan pada persalinan awal dan untuk nyeri yang minimal. 6. Lain-lain : termasuk dekompresi abdominal dan teknik distraksi. TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) Sejarah TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) Teknik elektroanalgesia ini telah dikenal sejak 2500 SM di Mesir, dimana mereka telah menggunakan ikan listrik untuk mengobati beberapa jenis penyakit. Pada tahun 46 SM, seorang dokter Romawi bernama Scribonius Largus mendokumentasikan pemakaian elektroanalgesia ini. Elektroanalgesia mengalami peningkatan popularitas seiring dengan perkembangan generator elektrostatik diabad 18 dan mengalami kemunduran pada abad 19 dan awal abad 20. TENS mulai dikembangkan lagi pada tahun 1965 oleh Melzack dan Wall dengan mengemukakan alasan fisiologis yang rasional mengenai efek elektroanalgesia. Mereka mnyatakan bahwa penyampaian transmisi sinyal nyeri dapat diinhibisi dengan aktifitas pada saraf aferen perifer (berdiameter besar) atau melalui aktifitas pada jaras inhibisi nyeri yang turun dari otak. Stimulasi elektris frekuensi tinggi secara perkutaneus digunakan untuk mengaktifkan saraf aferen perifer yang berdiameter besar dan stimulasi ini dapat meredakan nyeri kronik pada pasien. Shealy, Martiner dan Reswick menemukan bahwa stimulasi dari kolumna dorsalis yang membentuk jaras transmisi sentral dari saraf perifer yang berdiameter besar juga dapat meredakan rasa nyeri. TENS merupakan salah satu teknik elektroanalgesia non-invasif yang telah digunakan secara luas diberbagai tempat praktek ahli fisioterapi, perawat dan bidan. TENS melibatkan aliran listrik lemah melalui elektroda yang ditempelkan pada permukaan kulit. Elektroda ditempatkan pada beberapa tempat ditubuh, kemudian arus dialirkan melalui kabel dengan frekuensi dan intensitas yang disesuaikan untuk mendapatkan efek optimal selama dan setelah stimulasi. Mekanisme Analgesia TENS Mekanisme kerja TENS dalam menghilangkan nyeri diduga adalah melalui : Inhibisi presinaptik pada kornu dorsal medula spinalis.
Pengontrolan nyeri secara endogen melalui endorphin, enkhepalin dan dynorphin. Inhibisi langsung serabut saraf yang tereksitasi abnormal. Restorasi input aferen. Penelitian di laboratorium menunjukkan hasil bahwa stimulasi listrik oleh TENS mengurangi nyeri melalui hambatan nosiseptif pada tingkat presinaptik pada kornu bagian dorsal. Sehingga menghambat transmisi ke sentral. Rangsangan listrik pada kulit mengaktifasi ambang rendah serabut saraf bermyelin. Input aferen dari serabut ini menghambat propagasi nosiseptif yang dibawa oleh serabut-serabut C kecil tak bermyelin dengan menghambat transmisi sepanjang serabut saraf ini ke target sel (sel-T) yang terdapat pada substansia gelatinosa kornu dorsal. Mekanisme analgesia yang dihasilkan oleh TENS dapat dijelaskan dengan teori pengontrolan gerbang (Gate Control Theory) oleh Melzack dan Wall. Teori ini menjelaskan bahwa serabut syaraf dengan diameter kecil yang membawa stimulus nyeri akan melaui pintu yang sama dengan serabut yang memiliki diameter lebih besar yang membawa impul raba (mekanoreseptor), apabila kedua serabut saraf tersebut secara bersama-sama melewati pintu yang sama, maka serabut yang lebih besar akan menghambat hantaran impuls dari serabut yang lebih kecil. Gerbang biasanya tertutup, menghalangi secara konstan transmisi nosiseptif melalui serabut C dari sel perifer ke sel-T. Jika timbul rangsangan nyeri perifer, informasi dibawa oleh serabut C mencapai sel-T dan gerbang akan terbuka, menyebabkan transmisi sentral ke Thalamus dan korteks dimana impuls akan diinterpretasikan sebagai nyeri. TENS berperan dalam mekanisme tertutupnya gerbang dengan menghambat nosiseptif serabut C dengan memberikan impuls pada serabut bermyelin yang teraktifasi. TENS yang berfrekuensi rendah bekerja terutama dengan menghasilkan senyawa kimia opiod endogens dan efeknya dapat berkurang atau hilang dengan pemberian antagonis reseptor opioid. b endorfin akan meningkat konsentrasinya pada aliran dan cairan spinal setelah penggunaan TENS baik yang berfrekuensi rendah ataupun tinggi. Senyawa ini akan menginhibisi sinyal nyeri di medulla spinalis. Senyawa kimia ke 2 yang dikeluarkan susunan saraf pusat sebagai respon dari TENS adalah opioids endogens yang menghambat transmisi nyeri pada substansia gelatinosa di medulla spinalis. Teknik dan Alat TENS TENS menggunakan alat elektrik berukuran kecil yang untuk menghantarkan impuls listrik ke kulit. Satu unit TENS terdiri dari pembangkit sinyal listrik, baterai danelektroda. Parameter stimulasi yang biasa dipakai adalah : Amplitudo : Intensitas rendah, comfortable level dan diatas ambang. Luasnya denyut (durasi) : 10 – 1000 mikro detik. Laju denyut (frekuensi) : 80 – 100 impuls perdetik (Hz), 0,5 – 10 Hz jika intensitas disetel tinggi. Pada saat memakainya pasien diminta untuk mencoba berbagai frekuensi dan intensitas untuk mendapatkan kontrol nyeri yang terbaik bagi individu yang bersangkutan. Posisi elektroda
dipasang pada daerah yang sakit (dapat juga pada daerah lain seperti titik akupunktur, trigger point, saraf kulit) untuk mendapatkan perbandingan hasil yang lebih baik. Ada tiga pilihan metode terapi dengan TENS yaitu : 1. Konvensional TENS Konvensional TENS menggunakan frekuensi tinggi (40-150 Hz) dan intensitas rendah, pengaturan arus antara 10-30 mA, durasinya pendek (diatas 50 mikrodetik). Onset analgesia pada metode ini bersifat sedang. Nyeri hilang bila alat dihidupkan dan biasanya kembali lagi bila alat dimatikan. Setiap harinya pasien memasang elektroda sepanjang hari, stimulus diberikan dengan interval 30 menit. Pada individu yang merespon baik, akan didapatkan efek analgetik sampai beberapa lama setelah penggunaan alat dihentikan. 2. Acupuncture Like TENS (AL-TENS) Pada metode ini digunakan stimulus dengan frekuensi rendah dimulai dengan 1-10 Hz, intensitas tinggi, tetapi masih dapat ditoleransi pasien. Metode ini lebih efektif dari pada konvensional TENS, tetapi ada beberapa pasien yang merasa kurang nyaman. Metode ini biasanya digunakan untuk pasien yang tidak respon terhadap konvensional TENS. 3. Intense TENS Menggunakan stimulus dengan intensitas tinggi dan frekuensi tinggi. Cetusan arus dilepaskan 12 Hz, dengan frekuensi masing-masing cetusan 100 Hz. Tidak ada keuntungan khusus metode ini dibandingkan dengan konvensional TENS. TENS digunakan untuk secara selektif mengaktifkan saraf aferen Aβ yang menyebabkan inhibisi transmisi nosiseptif di medula spinalis. Dinyatakan bahwa mekanisme kerja dan profil analgesik AL-TENS dan intense-TENS berbeda dari TENS konvensional dan metode tersebut lebih berguna dibanding konvensional TENS, karena TENS konvensional hanya memberikan sedikit keuntungan. Ada beberapa penelitian yang melaporkan bahwa terdapat bukti yang tidak begitu kuat yang mendukung penggunaan TENS dalam manajemen nyeri post operasi dan nyeri persalinan. Tetapi, temuan ini telah dipertanyakan karena bertolak belakang sekali dengan pengalaman klinis dan akan sangat tidak tepat untuk menolak penggunaan TENS pada nyeri akut sampai terdapat bukti atau alasan yang menerangkan perbedaan antara pengalaman klinis dengan penelitian klinis di eksplorasi lebih lanjut. Review sistematik menunjukan hasil yang lebih positif mengenai penggunaan TENS pada nyeri kronis. Sehingga dibutuhkan penelitian yang lebih baik untuk menentukan perbedaan efektifitas antara berbagai tipe TENS, dan untuk membandingkan cost-effectiveness (efektivitas biaya) TENS dengan intervensi analgesik konvensional dan eletrokterapi lainnya Indikasi dan Kontraindikasi TENS
TENS telah digunakan untuk tipe dan kondisi nyeri yang bervariasi seperti low back pain (LBP), myofascial dan nyeri artritis, nyeri yang dimediasi oleh saraf simpatis, inkontinensia, nyeri perssalinan, nyeri neurogenik, nyeri viseral dan nyeri post operasi. Indikasi TENS : 1. Nyeri neurogenik : nyeri yang dimediasi saraf simpatis, nyeri post herpetik, nyeri trigeminal, nyeri fasial atipikal, avulsi pleksus brakialis dan nyeri setelah destruksi medula spinalis (Spinal Cord Injury = SCI). 2. Nyeri muskuloskeletal : nyeri sendi pada artritis reumatoid dan osteoartritis, nyeri akut post operasi (post thorakotomi), nyeri akut post trauma. Setelah operasi, TENS dapat digunakan untuk nyeri level ringan sampai sedang dan tidak efektif untuk nyeri berat. 3. Nyeri viseral, nyeri persalinan dan dysmenorrhea. 4. Keadaan lain : angina pektoris, dan inkontinensia, memperbaiki fungsi motorik pada pasien post stroke, mengontrol muntah pada pasien dengan kemoterapi, penyembuhan post operasi dan nyeri post fraktur. Kontraindikasi TENS : 1. TENS tidak boleh digunakan pada pasien dengan pacemaker pada jantung atau pasien dengan penyakit jantung. 2. TENS tidak boleh digunakan pada pasien epilepsi. 3. TENS tidak boleh digunakan selama kehamilan preterm. 4. Untuk mengurangi resiko menginduksi persalinan, TENS sebaiknya tidak diletakan diatas uterus yang sedang membesar tersebut 5. TENS tidak boleh digunakan diatas sinus karotis, mengingat resiko untuk terjadinya akut hipotensi melalui reflek vasovagal. 6. TENS tidak boleh digunakan didalam mulut atau pada daerah kulit yang rusak atau luka. 7. Elektroda tidak boleh digunakan pada area kelainan sensoris (pada kasus lesi saraf, neuropati). 8. Penggunaan TENS harus diawasi ketat pada pasien dengan stimulator medula spinalis atau pompa intratekal. PENGGUNAAN TENS PADA NYERI PERSALINAN Nyeri pada proses persalinan merupakan keadaan yang sangat dikhawatirkan pada ibu yang akan menghadap persalinan. Intensitas nyeri pada persalinan bervariasi umumnya ibu akan merasa
sangat nyeri pada proses persalinan. Tetapi ada sebagian kecil ibu yang tidak merasakan nyeri yang berarti pada persalinan mereka. Rasa kekhawatiran akan persalinan dapat menimbulkan sensasi nyeri tersendiri pada proses persalinan. Pada persalinan diharapkan ibu hamil dapat melewati proses persalinan dengan nyaman dan tidak menimbulkan cacat emosional. Oleh karena itu diperlukan penanganan untuk mengatasi rasa nyeri yang timbul dalm proses persalinan. Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengatasi rasa nyeri yang timbul akibat proses persalinan. Metode farmakologi dengan penggunaan obat-obatan : beberapa diantaranya adalah penggunaan nitrous oksida, pethidhin, morphine, anestesi epidural, anestesi spinal, blokade saraf dan anestesi umum. Metode non pharmakologi : beberapa metode ini diantaranya adalah relaksasi dan pijat (massage), air hangat dan TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation). TENS yaitu penggunaan gelombang listrik para kulit melalui permukaan elektroda untuk mengurangi rasa nyeri terutama yang ditimbulkan akibat persalinan. Mekanisme kerja TENS. Stimulasi TENS sebagai penghilang nyeri persalinan dilakukan dengan mengirimkan impuls bifasik, panjang impuls 0,25 m/dtk, frekuensi dan amplitudo disesuaikan. Rentang amplitudo yang digunakan adalah 0-200 volt sedangkan rentang frekuensi 10-150 Hz. Elektroda dibuat dari metal dengan area aktif 30 x 80 mm dan diletakkan pada punggung pasien secara simetris sesuai dengan jaras nyeri pada persalinan kala I (T10-L1) dan pada persalinan kala II (S2-S3). Untuk mendapatkan efek analgesia optimal, amplitudo stimulus ditingkatkan sampai level dimana terjadi fasikulasi otot disekeliling elektroda. Stimulasi intensitas tinggi digunakan selama kontraksi uterus pada puncak nyeri selama 1 menit dan stimulasi dengan intensitas rendah digunakan selama persalinan kala I. Kondisi ibu dan janin harus dimonitor selama proses persalinan. Para produsen sekarang telah memproduksi alat TENS yang didesain khusus untuk kebidanan yang memiliki channel ganda dan tombol kontrol ‘boost’ untuk nyeri kontraksi. Teori penghantaran rasa nyeri yang dapat menjelaskan mekanisme kerja TENS adalah teori ‘Gate Control’ (Melzack & Wall, 1965). Teori ini menjelaskan bahwa serabut syaraf dengan diameter kecil yang membawa stimulus nyeri akan melaui pintu yang sama dengan serabut yang memiliki diameter lebih besar yang membawa impul raba (makanoreseptor), apabila kedua serabut saraf tersebut secara bersama-sama melewati pintu yang sama, maka serabut yang lebih besar akan menghambat hantaran impuls dari serabut yang lebih kecil. Efektifitas TENS terhadap nyeri persalinan. Penggunaan alat ini untuk mengurangi rasa nyeri akibat persalinan masih jarang diteliti. Beberapa survey menyebutkan bahwa banyak ibu hamil tertarik menggunakan alat ini pada persalinan mereka. Popularitas penggunaan TENS untuk meredakan nyeri saat persalinan meningkat akibat adanya laporan dan penelitian yang menyatakan kepuasan pasien dengan penggunaan TENS tanpa harus ada kelompok kontrol.
Augustinsson et al menjadi pionir penggunaan TENS di kebidanan dengan menempatkan TENS pada vertebre yang bersesuaian dengan saraf eferen nosiseptif yang berhubungan dengan nyeri saat kala I dan kala II persalinan (cth, T10-L1 dan S2-S4, berurutan, gambar 1). Mereka melaporkan bahwa 88% dari 147 orang wanita mengalami penurunan intensitas nyeri (nyerinya mereda) dengan metode ini, walaupun penelitian ini tidak menggunakan kontrol grup plasebo. Penelitian Kaplan B dkk juga menyatakan keefektifan TENS dalam mengatasi nyeri persalinan. Sampel yang digunakan pada penelitiannya adalah 104 wanita dengan 46 nullipara dan 58 multipara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 72% nullipara dan 69% multipara menyatakan TENS efektif terhadap nyeri persalinan dengan 65% multipara menyatakan TENS sama efektifnya dengan metode penghilang nyeri yang pernah digunakan pada persalinan sebelumnya. Pengujian efektifitas TENS sebagai analgesia nyeri persalinan pada 100 wanita di Mumbai oleh Pandole dkk. Dalam penelitian ini digunakan TENS dengan amplitudo antara 0-200volts dan frekuensi berkisar antara 10-150 herzt. Elektroda logam ditempatkan pada T10-L1 pada kala I dan S2-S3 selama kala II. Ransangan dengan intesitas tinggi diberikan saat kontraksi dan ransangan dengan intesitas rendah saat tidak kontraksi. Cara ini memberikan hasil 74% pasien menyatakan TENS dapat menghilangkan nyeri dengan baik, 24% menyatakan efek yang biasa dan hanya 2% yang tidak merasakan efek TENS sebagai penghilang nyeri persalinan dan sebagian besar menyatakan keinginan untuk menggunakan TENS pada persalinan berikutnya. Kaplan.B dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa para pasien yang telah menggunakan TENS untuk mengurangi rasa nyeri selama masa persalinan telah mengungkapkan kepuasan yang mereka dapatkan. Dan tidak menimbulkan kelainan pada fetal heart rate atau efek samping lain pada bayi. Hal serupa didapatkan pada penelitian Pandole dkk. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa TENS lebih efektif pada persalinan kala I dari pada kala II dan tidak ada pengaruh durasi pemakaian TENS dengan APGAR score janin. Beberapa pengarang juga telah menandai keuntungan TENS dalam mengurangi lamanya persalinan. Kaplan.B menguji keampuhan dari alat TENS baru yang telah didesain dan dibuat di Israel menurut pada spesifikasi tertentu. Dalam penelitian ini, digunakan tehnik yang sama dengan studi-studi sebelumnya yang menggunakan TENS untuk mengurangi nyeri pada persalinan. Kenyataannya bahwa wanita-wanita yang mau berpartisipasi, termasuk multipara yang telah menggunakan analgesi lain pada persalinan sebelumnya, mengikuti studi berdasarkan keinginan mereka sendiri. Sebagian besar ibu melahirkan yang pernah menggunakan TENS, dengan mengabaikan riwayat obstetri mereka atau penggunaan analgesi selama persalinan sebelumnya, menemukan bahwa TENS efektif untuk mengontrol nyeri pada persalinan mereka. Dikatakan juga bahwa nyeri persalinan sangat hebat pada kala II, sehingga TENS tidak cukup efektif. Oleh karena itu penggunaan TENS yang diberikan pada awal kala I, mereka akan memerlukan tambahan analgetik pada akhir kala I sesuai tingkat dilatasi serviks, meski dosis yang diperlukan lebih kecil. Walaupun Kaplan.B telah menggambarkan penemuan TENS yang signifikan terhadap kala I persalinan, kecenderungan yang sama dapat dilakukan juga pada kala II yang sama baiknya tapi hasil yang didapat masih mengandung bias karena kemungkinan kala II berlangsung lebih lama
akibat menerima analgesi blok epidural. Penjelasan yang mungkin untuk penemuan pada kala II ini adalah karena adanya ketidaknyamanan dan kegelisahan ibu yang disebabkan oleh penggunaan TENS segera setelah masuk kamar bersalin. Untuk itu diperlukan edukasi yang baik sebelum menggunakan TENS dalam persalinan. Walaupun penelitian-penelitian diatas menunjukan keberhasilan TENS dalam mengurangi nyeri persalinan namun beberapa penelitian terakhir memberikan hasil yang berbeda. Dalam review sistematis kredit diberikan pada penelitian yang menggunakan skor metodologis yang tinggi seperti penelitian Ploeg et al, Harrison et al, dan Thomas et al. Van der Ploeg et al melaporkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara TENS aktif dan TENS palsu pada 94 orang wanita yang digunakan sebagai intervensi analgesik tambahan. RCT oleh Thomas et al terhadap 280 parturien, menemukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara TENS aktif dan TENS palsu pada intervensi analgesik atau skor nyerinya. Yang menarik pada penelitian oleh Harrison et al dan Thomas et al, pada kondisi tersamar ganda para wanita lebih menyukai TENS aktif jika dibandingkan dengan TENS palsu. Tetapi, hal ini berlawanan dengan pengalaman klinis yang dialami oleh bidan, dokter dan tingkat kepuasan pasien dalam hal penggunaan TENS. Sangat mungkin bahwa, masalah metodologis yang berhubungan dengan intervensi yang didasarkan pada-teknik pengamatan RCTs, mungkin dapat menimbulkan bias terhadap outcome dari review sistematik. Pemulihan rasa nyeri yang self-reported (dilaporkan sendiri) mungkin tidak terlalu bisa diandalkan, jika si pasien mengalami kondisi emosional dan traumatik yang tidak stabil, seperti yang terjadi pada berbagai tahap persalinan. Respon yang diharapkan saat si anak lahir, saat dimana si wanita merasa relaks dan mungkin dalam kondisi yang lebih baik, untuk menilai dan menggambarkan efek dari intervensi, mungkin akan jauh lebih cocok digunakan EFEK SAMPING TENS DALAM PERSALINAN Efek samping TENS sangat sedikit dan kebanyakan bersifat hipotetis dan hanya sedikit yang melaporankan kasus efek samping TENS yang bisa ditemukan dalam literatur. Walaupun begitu, terapis sebaiknya berhati-hati dalam memberikan TENS pada sekelompok pasien. Pada kepustakaan disebutkan efek samping penggunaan TENS selama persalinan antara lain : · Wanita dengan kehamilan trimester I efek TENS terhadap perkembangan fetus masih belum diketahui secara pasti (walaupun belum ada laporan yang mengatakan terjadinya gangguan pertumbuhan). · Untuk mengurangi resiko menginduksi persalinan, TENS sebaiknya tidak diletakan diatas uterus yang sedang membesar tersebut. · Beberapa pasien melaporkan mengalami post-stimulasi analgesia walaupun durasi efek bervariasi, yang bisa berlangsung antara 2 jam hingga 18 jam. Ini mungkin menggambarkan fluktuasi alami terhadap gejala dan harapan pasien akan durasi terapi dibanding efek spesifik yang diinduksi TENS. Diyakini bahwa analgesi post TENS lebih lama pada AL-TENS dibanding konvensional TENS, dan hal ini didukung oleh penelitian eksperimental. Walaupun begitu, masih
banyak yang harus dilakukan untuk menentukan time course efek analgesik berbagai jenis TENS. · Pada 33% pasien dapat terjadi iritasi kulit dan pada tempat elektroda dapat terjadi kekeringan kulit akibat penggunaan gel. · Pasien mungkin mengalami iritasi kulit akibat TENS seperti warna kemerahan disekitar tempat menempelnnya elektroda. Hal ini umum ditemukan akibat adanya dermatitis di tempat kulit berkontak dengan elektroda, yang diakibatkan oleh bahan elektroda, gelnya atau plester pelekatnya. Pengembangan elektroda hipoalergi telah secara signifikan mengurangi insiden dermatitis kontak. Pasien disarankan untuk membersihkan kulit (dan elektroda jika diindikasikan oleh produsennya) setelah pemakaian TENS, dan pada pemakaian harian sebaiknya elektroda di tempelkan pada kulit yang bersih. · Gangguan pada sensasi kulit. Elektroda yang dipasang pada kulit dapat menimbulkan iritasi atau terbakar akibat stimulas yang berlebihan. DAFTAR PUSTAKA 1. Conklin KA. Analgesia dan Anestesia Obstetrik. Esensial Obstetri dan Ginekologi. WB Saunders Company, Philadelphia, 2001;149-62 2. Vincent RD, Chestnut DH. Epidural Analgesia During Labor. American Academy of Family Physician. November 15.1998 3. Charlton JE. Pain and Pregnancy and Labor. Core Curiculum for Professional Education in Pain. IASP Press, Seattle, 2005;1-3 4. Youngstrom PC. Obstetric Anesthesia. O’Grady (Ed). Operative Obstetrics. William and Wilkins, Baltimore, 1996;96-120 5. Susilo. Labor Analgesia. Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Berkala (PIB) XI IDSAI, Medan 4-7 Juli 2002;216-22 6. Johnson M. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) Low Frequency Currents, 2003;259-82 7. Kaplan B, Rabinerson D, Lurie S, et all. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) for Adjuvant Pain-Relief During Labor and Delivery. International Journal of Gynecology and Obstetrics:60:1998;251-5 8. Cunningham FG, McDonald PC, Gant NF, et all. Obstetrics Anesthetics. William Obstetrics. 22th ed, Appleton & Lange a Simon and Schuster Company, New York, 2005;477-9 9. Fishburne JI. Obstetric Anesthesia and Analgesia. Danforth’s Obstetrics and gynekology. 7th ed. JB Lippincot Company, Philadelphia, 1994;129-44
10. Forster RM. Local Anesthesia in Obstetrics. Sciarra JJ. Gynekology and Obstetrics. Revised ed. 92. JB Lippincot Company, Philadelphia, 1992 :vol3;29. 11. Harry O. Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yayasan Essentia Medika, Jakarta, 1996;377-411 12. Shnider S, Levison G, Ralston D. Regional Anesthesia for Labor and Delivery. Anesthesia for Obstetric. 3th Eds. William and Wilkins, Baltimore, 1993;135-52 13. Young J. Sources of Pain During Labor and Birth. Childbirth, 1998. http://www.childbirth.org/ 14. Sukra W. Pendekatan Baru dalam Anestesi Obtetrik. Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Berkala (PIB) XI IDSAI, Medan 4-7 Juli 2002;200-9 15. Morgan E, Mickhail M. Obstetric Anesthesia. Clinical Anesthesiology. First ed., Appleton & Lange, London, 1992;611-29. 16. Chestnuts DH,Gibbs CP : Obstetric anaesthesia, in Obtetrics, Normal & Problem Pregnancies,2nd.ed. New York, Churchill Livingstone Inc, 1991. 17. Sulistio K. Teknik Baru untuk Analgesia Persalinan. Bagian anestesiologi FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo 18. Kaye V. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation. eMedicine. Journal, January 29, 2002:3:1 19. Macnair T. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation. Oktober 10, 2005 20. Pandole A, Kore SJ, Nemade Y, et all. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation for Labor Analgesia.
November 21, 2014
By Yesie Aprillia
All About Childbirth
No Comments
Latihan Relaksasi Hypnobirthing Mendalam
Stres saat hamil dapat menyebabkan ibu merasa lelah, cemas dan sakit. Hal ini juga dapat membuat masalah. Namun jika ibu dapat menangani stress tersebut dengan baik, maka ibu dapat meningkatkan kesehatan fisik dan emosional. teknik relaksasi sangat efektif untuk dapat mengurangi stres. Ibu dapat mulai berlatih relaksasi sebagai bagian dari persiapan Ibu untuk menjadi orangtua. Teknik relaksasi dapat membantu ibu untuk menikmati selama kehamilan dan persalinan serta setelah bayi lahir. Selama persalinanpun tehnik ini akan membantu ibu untuk menghemat energi dan bekerja sama dengan tubuh, daripada melawan kontraksi. Hal pertama yang dapat dilakukan adalah mulailah dengan berpikir tentang apa yang Anda lakukan sekarang untuk membantu diri Anda rileks. Apakah Anda mendengarkan musik? Meringkuk di kursi favorit? Gunakan teknik dari yoga atau olahraga? Pendekatan untuk relaksasi Ada dua cara utama untuk relaksasi. Ketika Anda berusaha untuk rileks dari dalam, cobalah untuk fokus dalam menenangkan pikiran dan emosi. Hal ini menyebabkan rasa nyaman dan membuat semua otot anda rileks. Ketika Anda rileks dari luar, secara sadar kendurkan otot Anda. Lepaskan ketegangan dari otot-otot Anda dan ini akan membuat Anda merasa santai dan nyaman. Kebanyakan orang menggunakan kombinasi teknik. Relaxing from the inside out (relaksasi dari dalam ke luar ) Anda dapat menggunakan meditasi atau doa untuk mendapatkan diri Anda masuk ke dalam keadaan relaksasi. Beberapa orang merasa terbantu dengan menambahkan musik lembut, aroma therapy yang menyenangkan, atau gambar favorit. Anda juga bisa fokus dalam menjaga pernapasan lambat dan mudah.
1.   Imagery (Perumpamaan/ membayangkan) Jika ini adalah teknik baru untuk Anda, cobalah ini: o   Ambil posisi senyaman mungkin, anda bisa duduk nyaman di kursi dan tutup mata. o   Bayangkan tempat favorit Anda. o   Perhatikan, warna suara, aroma, dan tekstur. o   Nikmati dan rasakan di tempat ini selama beberapa menit dan menikmati rasa damai dan kenyamanan. Lain kali, tambahkan musik atau apa pun yang akan membantu Anda kembali ke tempat khusus tersebut. 2.   Breathing (Pernafasan) Sebuah alternatif yang dapat membantu anda adalah dengan menggunakan pernapasan Anda sebagai teknik relaksasi: o   Ambil posisi senyaman mungkin (Anda bisa duduk ataupun tidur miring) o   Mulai memperhatikan pernapasan Anda. o   Fokus pada menjaga pernapasan anda lambat dan mudah. o   Biarkan pernapasan Anda semakin dalam, lamban dan nyaman. Nikmati perasaan damai yang berasal dari latihan pernapasan semacam ini. Relaxing from the outside in (Relaksasi dari luar ke dalam) Jika Anda membutuhkan cara yang lebih aktif untuk bersantai, Anda dapat menggunakan pendekatan berbasis otot. Atau, Anda dapat menggabungkan dengan teknik lain. Misalnya, Anda dapat memperlambat napas anda selama satu menit dan kemudian fokus pada relaksasi otot-otot yang belum dilepaskan ketegangannya. •   Tense and release (Tegang dan rilekskan)
Ini adalah tehnik yang paling mudah: o   Ambil posisi yang paling nyaman, Anda dapat duduk atau semi-berbaring, seperti berada di kursi santai. o   Gunakan beberapa bantal yang Anda butuhkan untuk mendukung sendi Anda dan dengan posisi kaki dan tangan yang paling nyaman. Jangan biarkan satu bagian dari tubuh Anda menindih bagian tubuh yang lain (misalnya kaki tidak boleh disilangkan). o   Ambil napas dalam-dalam dan perlahan-lahan hembuskan. o   Fokus pada otot-otot di dahi Anda. Tegangjan (anda bisa mengerutkan kneeing) tahan sesaat lalu rilekskan lagi, bersama dengan melepaskan nafas perlahan. o   Biarkan mata Anda tertutup rapat (rasakan ketegangan pada otot mata) lalu lepaskan perlahan. Kemudian Anda dapat menutup dengan lembut mata Anda atau membuat mereka tetap terbuka. o   Tegangkan/ kencangkan rahang anda lalu rilekskan. o   Tegngkan bahu anda dan arahkan ke telinga, tahan sejenak lalu rilekskan. o   Kepalkan tangan anda rasakan ketegangan sesaat lalu rilekskan. o   Ambil napas dalam sehingga Anda dada anda mengembang maksimal, tahan sejenak lalu lepaskan. o   Kencangkan otot perut Anda, tahan sejenak lalu rilekskan. o   Remas / kencangkan pantat dan anus anda bersama-sama. Tahan sejenak lalu rilekskan. o   Kencangkan paha dan lutut. Tahan sejenak lalu rilekskan. o   tegangkan Tumit Anda hingga Anda merasakan peregangan pada betis Anda. Tahan sejenak lalu rilekskan. o   Tegangkan jari kaki anda Tahan sejenak lalu rilekskan. o   Kencangkan semua otot dalam tubuh Anda pada waktu yang sama. Tahan sejenak lalu rilekskan. . o   Tarik napas perlahan dan mendalam. o   Tetap dalam keadaan santai selama beberapa menit. Perhatikan bagaimana rasa tubuh Anda
   Ketika tiba waktunya untuk bangun, bangunlah perlahan sehingga Anda tidak pusing.
•   Assess and release (Menilai dan lepaskan) Setelah Anda telah menggunakan metode tense and release ( tegang dan melepaskan) untuk sementara waktu, lihat apakah Anda bisa mendapatkan rasa santai tanpa ketegangan disetiap kelompok otot. o   Gunakan bantal untuk membuat tubuh anda berada ke posisi yang paling nyaman. o   Ambil napas dalam nyaman. Ketika Anda menghembuskan nafas lepaskan semua ketegangan pada otot-otot anda sebanyak yang Anda bisa. o   Lanjutkan untuk bernapas perlahan dan nyaman. Mulai dari kepala hingga jari jemari kaki Anda, dan nilai setiap kelompok otot. Cobalah untuk mengendurkan otot-otot tegang saat Anda menghembuskan napas. o   Jika kelompok otot tersebut tidak rileks, gunakan metode tense and release (tegang dan lepaskan) o   Rilekskan tubuh Anda dengan satu atau dua kali napas lambat.
•   Imagery and release (Membayangkan dan lepaskan) Anda juga dapat memadukan tehnik imagery and release dengan relaksasi otot. Sementara anda duduk nyaman atau semi-berbaring, bayangkan anda berada di sebuah tempat yang damai dan nyaman. Lalu, bayangkan sinar matahari lembut menyinari dan menghangatkan setiap otot tubuh anda. Rasakan kehangatan ini dan bayangkan kehangatan tersebut mampu merilekskan otot-otot dalam tubuh anda yang terasa tegang. Atau, anda juga dapat menggunakan gambar seperti pemandangan, pantai, kolam renang dsb (jika anda termasuk type visual) Ayo semangat berlatih. dan jika Anda menginginkan proses persalinan yang nyaman ikutilah kelas relaksasi hypnobirthing di Alamat Klinik Bidan Kita Jl Piere Tendean no 20 Sikenong, Klaten Selatan, KLATEN || HOTLINE : ( 0272 ) 3111884
November 21, 2014
By Yesie Aprillia
Childbirth, Natural Childbirth, Childbirth Support, Hypnobirthing, All About Childbirth
hypnobirthing relaksasi
No Comments
Resiko Operasi Sesar (Sectio Caesarea) Persalinan melalui operasi sesar memang dapat menjadi prosedur yang mampuÂ
menyelamatkan nyawa ibu maupun anaknya. Namun, ternyata operasi sesar merupakan pembedahan perut besar yang menempatkan ibu dan bayinya pada peningkatan risiko medis. termasuk infeksi, perdarahan, transfusi, dan cedera pada organ lain, komplikasi anestesi, dan tingkat kematian ibu 2-4 kali lebih besar dari itu kelahiran melalui vagina.    Komplikasi jangka panjang pada kehamilan dan persalinan berikutnya termasuk risiko
ruptur uterus, dan masalah plasenta seperti plasenta previa , plasenta akreta , dan abrupsio plasenta . Studi juga menunjukkan bahwa persalinan dengan operasi sesar, terutama ketika itu terjadi secara tak terduga atau emergency caesarea atau operasi sesar darurat, dapat menempatkan beberapa wanita pada peningkatan resiko depresi dan stres pasca trauma serta gangguan psikologis. Untuk itu dengan melihat dan mengetahui semua resiko maupun manfaatnya dengan benar dapat membantu Anda dalam mengambil keputusaan. Mari pelajari bersama. Di bawah ini ada beberapa sumber mengenai operasi sesar. Silahkan buka link nya dan semoga ini akan menambah wawasan Anda. 1. The Truth About Cesarean Section, a video interview with Eugene DeClercq, Ph.D., Boston University School of Public Health:
{youtubejw}7zDnigbvPvk{/youtubejw}  2. Cesarean Section: A Question of Risk, a video in : http://blip.tv/mstock/cesarean-section-aquestion-of-risk-766311 3. C-Section Before 39 weeks Raises Concerns, a video : http://blip.tv/uabnews/repeat-c-sectionbefore-39-weeks-raises-risk-of-neonatal-illness-1669432 4. Prevent Cesarean Surgery, a video : {youtubejw}EZy0JPtubiQ{/youtubejw}  5. Coalition For Improving Maternity Services (CIMS), Risks of Cesarean for Mother and Baby. disini Anda bisa download langsung dan gratis semua hal yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak = http://www.motherfriendly.org/downloads 6. Childbirth Connection, Best Evidence: C-Section in http://childbirthconnection.org/article.asp?ck=10166 7. Childbirth Connection, What Every Pregnant Woman Needs to Know About Cesarean in http://childbirthconnection.org/article.asp?ClickedLink=279&ck=10164&area=27 8. NICE, U.K., Cesarean Section, Information For The Public 9. March of Dimes, What you need to Know About Cesarean Birth in http://www.marchofdimes.com/pregnancy/csection_indepth.html 10. American College of Nurse- Midwives, Unnecessary cesarean sections threaten the future health of mother and child in http://www.midwife.org/siteFiles/news/REDUCECarrRemarksMarch2006release.pdf Semoga Bermanfaat Salam hangat Bidan Kita
POSISI TERBURUK DALAM PERSALINAN
Baru saja saya mendampingi teman yang sedang melahirkan di sebuah RS di Klaten.
Mengapa tidak melahirkan di Bidan Kita? Karena saya tidak bekerja sama dengan asuransi manapun dan sang suami ingin semua biaya persalinan istrinya di tanggung asuransi. Ketika mendampingi dia di kamar bersalin, saya masih heran mengapa si ibu disuruh melahirkan dan mengejan menggunakan posisi tidur terlentang? Ini sangat tidak sesuai dengan anatomi dasar! Melahirkan itu ibarat seperti seseorang yang menderita konstipasi atau tidak BAB (Buang Air Besar) selama berminggu-minggu. Coba bayangkan jika Anda yang menderita konstipasi itu. Kira-kira, bisa tidak Anda mengejan atau BAB dengan posisi terlentang? Saya yakin Anda akan merasa kesulitan. Mengapa karena tidak ada bantuan gaya gravitasi sama sekali. Selain itu jika Anda melihat anatomi dasar seorang wanita, jalan lahirnya itu sebenarnya berbentuk seperti “J”. bukan garis lurus (lihat diagram diatas) nah jika dilihat dari diagram tersebut, ketika bayi akan lahir, dia tidak hanya meluncur lurus ke bawah dan keluar begitu tetapi dia harus menukik kebawah, lalu keatas dan melewati panggul. Lihatlah gambar di atas dengan hati-hati dan Anda akan mengerti bagaimana cara kerjanya. Jadi, benar-benar gila jika seorang ibu disuruh tidur terlentang dengan kaki di sangga lalu di suruh mengejan sekuat tenaga dnegan harapan bayi badapt segera lahir! Bahkan, memilih untuk berbaring telentang sebagai posisi utama melahirkan justru akan menutup dan mempersempit luas daerah panggul Anda dengan sekitar 30%. Selain itu Anda juga akan dan harus melawan energi gravitasi bumi. Dan ini akan sangat melelahkan bagi Anda. Tidak hanya itu saja posisi terlentang akan membuat berat badan janin menekan sebuah vena besar di daerah punggung/tulang belakang ibu dan ini justru membuat aliran darah dan okstigen menjadi sedikit dan berkurang ke bayi.
Jadi jika masih ada provider (bidan/dokter) yang menyuruh Anda melahirkan dengan posisi terlentang dengan kaki di sangga (lithotomi) berarti mereka benar-benar salah! Itu berarti bukan sayang ibu dan sayang bayi tetapi sayang bidan atau dokternya. ** CATATAN UNTUK MEMILIH POSISI MELAHIRKAN Posisi yang terbaik dalam proses persalinan adalah posisi yang paling nyaman untuk ibu sehingga si ibu merasa ada konektivitas dengan bayinya ketika dia mengejan dan mendorong bayinya keluar. Jika terasa alami bagi Anda dan Anda MAU untuk berbaring terlentang dan melahirkan bayi Anda dengan posisi seperti itu, ya lakukan, Â Tapi saya bisa menyarankan posisi
yang mungkin lebih mudah bagi Anda. Dan, inilah beberapa posisi melahirkan yang mungkin ingin Anda coba: 1) Jongkok – Anda dapat melakukan ini di lantai, di tempat tidur, di kolam bersalin dan menggunakan apa pun untuk menyangga tubuh Anda, bisa di pangkuan suami, bidan  Wanita yang menggunakan posisi ini biasanya menyatakan lebih nyaman dan lebih bisa mengontrol rasa sensasi yang dirasakan saat melahirkan. Dan posisi ini bisa  membantu memperpendek panjang jalan lahir, sehingga bayi keluar lebih mudah. 2) Merangkak – Banyak perempuan menyatakan bahwa posisi ini sangat nyaman dan merupakan posisi  melahirkan yang paling alami. Ini membantu dalam hal gravitasi dan juga membuka pinggul Anda lebar-lebar, berarti tekanan pada punggung dan tulang ekorpun juga tekanan ke bayi Anda berkurang. Ini bisa dilakukan dimana saja, di atas tempat tidurm di lantai atau membungkuk dengan bola pilates menyangga tubuh Anda. Dan juga posisi lain seperti nungging, tidur berbaring miring bahkan berdiri.
Langkah Mencegah dan Menghindari Sectio Caesarea Walaupun untuk beberapa kasus, operasi Caesar memang perlu dilakukan untuk
menyelamatkan nyawa, namun saya percaya bahwa setidaknya separuh dari operasi dapat di hidari jika saja orang tua dapat bertanggung jawab atas proses kelahiran yang mereka alami, jika mereka mau memberdayakan diri sejak masa kehamilan mereka bahkan melakukan perubahan kecil dan membawa beberapa perbaikan, mungkin secara bertahap beberapa atau lebih banyak lagi operasi dapat dicegah atau dihindari. Tidak hanya di Indonesia, bahkan di Amerika Serikatpun ada peningkatan dramatis dalam tingkat Caesar lima tahun terakhir. Dan akhir-akhir ini mitos tentang operasi Caesarpun semakin merebak. Berikut ini beberapa mitos tentang Caesar: ~ “Sebuah caesar elektif adalah pilihan yang paling aman untuk melahirkan bayi daripada melahirkan normal.” Ini benar-benar mitos karena penelitian menyatakan tingkat kematian di antara bayi neonatus (umur bayi < 28 hari ) yang dilahirkan melalui operasi Caesar dua kali lipat lebih banyak dari pada bayi yang dilahirkan normal melalui vagina. ~ “Cesar adalah prosedur umum dengan sedikit risiko pada saya.”
Sebenarnya operasi Caesar adalah operasi bedah abdomen mayor atau operasi besar. tidak hanya semua risiko yang terkait dengan kehamilan dan kelahiran, tetapi juga risiko yang lebih besar yang terkait dengan operasi apapun. Bahkan, sebuah artikel kesehatan edisi September Obstetri & Ginekologi merinci hasil studi yang dilakukan di Perancis yang memeriksa tingkat kematian ibu postpartum. Selama lima tahun studi mereka menemukan wanita yang melahirkan melalui bedah caesar tiga kali lebih mungkin untuk meninggal akibat komplikasi daripada wanita yang melahirkan secara normal. Penyebab utama dari kematian setelah bedah caesar adalah trombosis (bekuan darah), infeksi, dan komplikasi anestesi. ~ “Operasi Caesar lebih nyaman dan aku tidak akan merasakan sakit ketika melahirkan. Tidak seperti jika aku melahirkan secara normal.” Ada banyak metode manajemen rasa sakit yang dapat digunakan saat Anda melahirkan melalui vagina, tidak semua yang membutuhkan obat. Dengan operasi caesar rasa sakit saat melahirkan adalah tidak-ada karena anestesi, namun rasa sakit selama pemulihan sering konstan dan tahan lama. Wanita bisa merasakan sakit perut yang mendalam selama berbulan-bulan setelah operasi. Berurusan dengan rasa sakit, pemulihan dari operasi besar, dan komplikasi yang dapat muncul dari operasi caesar juga banyak sekali. Studi menunjukkan wanita yang melahirkan normal lebih cepat pulihnya dan jarang menderita post partum blues di bandingkan dengan waita yang ,elahirkan secara Caesar. Bagaimana Minimalkan Risiko saya untuk Caesar? Dalam bagian berikut saya ingin membahas beberapa cara Anda dapat membantu meminimalkan kemungkinan persalinan Anda berakhir dengan bedah caesar. Jelas, ada kalanya bayi harus dikirimkan melalui caesar, namun menurut American College of Obstetricians dan Gynecologists (ACOG) hanya sekitar 10% dari semua total kehamilan harus akhir pembedahan. Namun sayangnya, keputusan Caesar ini sering datang dari pasien yang tidak bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri dan keputusan dokter yang kadang-kadang tidak bertanggung jawab dan tidak mendukung persalinan normal sehingga semua kasus yang sebenarnya bisa di tangani diarahkan ke Caesar dengan berbagai alasan yang seolah-olah ini “demi kepentingan dan keselamatan si bayi dan si ibu”, dan ini akhirnya mengarah ke yang operasi SC yang tidak perlu atau tanpa indikasi yang jelas. Berikut ini langkah yang dapat Anda ambil untuk membantu mengurangi kemungkinan Operasi Caesar: 1. Memahami mengapa Dalam mencoba untuk lebih memahami mengapa begitu banyak bedah caesar dilakukan di Indonesia apalagi di daerah perkotaan, saya mulai meninjau literatur dan berbicara dengan bberapa ibu yang dilakukan SC, teman-teman dan anggota keluarga yang SC. Saya berbicara dengan beberapa dokter yang melakukan bedah caesar. Sejumlah mulai dari alasan fisik, masalah psikologis, dan budaya atau harapan muncul sebagai faktor umum yang mendasari keputusan SC tersebut di ambil
Sebagai contoh, dari sudut pandang fisik banyak ibu yang mengalami obesitas, sehingga ada banyak kekhawatiran yang muncul bahwa dia akan mengalami kesulitan ketika mengejan nanti. Factor kelelahan pada ibu juga menyebabkan proses persalinan akhirnya berakhir ke SC. Gagal induksi juga sering menyebabkan bedah caesar. Praktik-praktik modern, seperti pemberian epidural dan posisi ibu telentang saat melahirkan, mengurangi kemampuan tubuh untuk mendorong keluar bayi secara efektif, sementara membatasi makanan dan minuman akan semakin memperparah kelelahan ibu. Akhirnya, bedah caesar adalah pilihan paling mujarab saat itu. Secara psikologis, banyak wanita yang takut melahirkan. Mereka kurang percaya diri kepada tubuh mereka untuk menyelesaikan tugas, dan ketakutan akan keselamatan bayi dan dirinya sendiri. Mereka telah dikondisikan untuk melihat kelahiran sebagai prosedur medis yang memerlukan manajemen pengawasan yang ketat, klinis dan intervensi teknologi. Di tambah lagi dengan keyakinan bahwa melahirkan itu nyeri dan menyakitkan, sehingga banyak ibu yang memilih melahirkan secara SC hanya karena takut merasakan nyeri. Mereka berasumsi bahwa SC adalah pilihan paling tepat untuk menghindari nyeri dalam proses persalinan.  Selain itu, pelecehan seksual sebelumnya atau trauma persalinan pervaginam sebelumnya. Dapat menyebabkan kecemasan yang intens, citra diri yang buruk, Hal ini juga sangat mengurangi motivasi ibu untuk melahirkan secara normal. Budaya, bedah caesar terlihat lebih sebagai kejadian yang tak terelakkan atau variasi lahir prosedural dibandingkan dengan operasi perut besar dengan potensi komplikasi serius. Sifat operasi rutin diperkuat ketika seorang watita mempunyai banyak teman, sahabat atau saudara yang sebagian besar melakukan operasi Caesar. Dan bahkan merasa bahwa SC adalah sebuah trend. Apalagi jika banyak public figure atau artis-artis yang melahirkan dengan cara SC. 2. Menyadari Resiko dan bahayanya Untuk menghindari bedah Caesar, seorang wanita harus mengetahui resiko dan bahaya yang bisa saja terjadi ketika mereka memutuskan untuk melakukan SC. Dan untuk memfasilitasi keputusan itu sangatlah bijak jika mereka menerima secara penuh, informasi yang jujur dan jelas. Bahkan seorang wanita hamil berhak untuk mengetahui seluruh kebenaran tentang bedah caesar. Sebagai contoh: Ø Kematian ibu adalah empat sampai delapan kali lebih tinggi daripada di kelahiran per vagina Ø Perdarahan postpartum, penyakit kandung empedu, dan usus buntu masalah genitourinaria adalah komplikasi yang umum Ø Cedera panggul yang dua kali lebih umum dibandingkan dengan kelahiran per vagina Ø Infeksi rahim dua kali lebih mungkin (satu dari setiap empat atau lima) Ø Komplikasi kardiopulmoner terjadi dua kali lebih sering Ø Komplikasi tromboemboli juga dua kali lebih mungkin
Ø Akan ada bekas luka, besar ibu permanen dalam 100 persen dari kasus Ø Banyak wanita mengalami rasa nyeri dan seperti di tarik di sekitar lokasi bekas operasi dan rasa tidak nyaman ini bisa di rasakan hingga 3-4 tahun sesudah operasi Ø Resiko kematian bayi akibat asfiksia lebih tinggi daripada persalinan normal per vagina Ø Sebagian besar ibu tidak bisa melakukan Inisiasi Menyusu Dini jika memilih operasi Caesar, karena procedural yang dianggap rumit. Ø Gangguan atau kesulitan menyusui lebih banyak dibanding dengan persalinan normal per vagina 3. Pilihlah dokter/bidan/RS/RSIA/RB yang mendukung proses persalinan alami Ini adalah point yang sangat penting. Untuk itu penting bagi Anda untuk melakukan wawancara kepada dokter atau provider Anda tentang pandangannya terhadap persalinan normal. Wawancarai kandidat dokter kandungan Anda untuk memastikan bahwa dokter tidak terpaku pada posisi melahirkan secara horizontal (terlentang). Jika demikian, maka dokter kandungan ini tidak tepat dan tidak layak untuk Anda!. Bagaimana pendapat mereka tentang berjalan selama proses persalinan (kala 1) dan posisi persalinan yang vertikeal (jongkok, duduk, nungging bahkan berdiri)?. Apakah dia mengakomodasikan keinginan Anda untuk posisi berjongkok atau minimal berbaring mng? Pastikan filosofi tentang proses kelahiran menurut beliau. Bagaimana presentase kesuksesan VBAC (Vaginal Birth After Caesarea) dokter tersebut? Angka minimal paling tidak mencapai 70%. Lalu bagaimana presentasi operasi Caesar yang dilakukan oleh dokter tersebut? Jika angkanya melebihi 15%, anda sebaiknya curiga dan kemungkinan dokter tersebut cenderung lebih suka melakukan operasi Caesar. HATI_HATI! Tanyakan juga mengenai rutinitas saat proses persalinan dan melahirkan. Tentang pemasangan infuse, pemasangan EFM (Electronic Foetal Monitoring) dll. 4. Bawalah seseorang untuk menemani dan mendampingi Anda di ruang persalinan Jika Anda memilih untuk membayar jasa bidan/petugas kesehatan professional yang siap membantu Anda untuk memberikan pendampingan apalagi mendampingi dengan metode hypnobirthing, maka kemungkinan Anda menjalani operasi akan menurun. 5. Pentingnya berfikir Jernih, Berjalan dan rubah posisi Anda Bayangkan seorang wanita dalam proses persalinan yang tidur terlentang dengan kaki berada di pijakan atau penyangga, lalu si dokter duduk dengan nyaman di kursi menghadap vagina si wanita tersebut. Perlu anda ketahui bahwa posisi terlentang adalah posisi untuk melahirkan secara Caesar. Semakin lama waktu Anda habiskan untuk tidur dengan posisi tersebut, maka semakin besar kemungkinan Anda untuk menjalani atau membutuhkan operasi Caesar. Penelitian menunjukkan bahwa bersalin dengan posisi tegak/vertical dapat meningkatkan efisiensi kerja rahim, mempersingkat lama persalinan, membantu pembukaan lebih lancar dan membantu Anda merasa lebih nyaman. Jika semakin banyak ibu, bidan dan dokter yang mengubah pola pikirnya
bahwa melahirkan itu lebih mudah dengan posisi vertical, saya yakin akan semakin banyak ibu yang melahirkan secara normal! Menggunakan posisi vertical bukan berarti Anda tidak bisa berbaring untuk istirahat. Banyak ibu yang kemudian berbaring miring dengan berkala dnegan bantuan beberapa bantal yang empuk dan nyaman dengan sesekali mendapatkan pijatan di punggungnya oleh pasangan. BEBAS MENENTUKAN POSISI BERSALIN ADALAH TIKET MENUJU KELAHIRAN ALAMI YANG MEMUASKAN! 6. Jangan terburu-buru Proses kelahiran itu seperti juga seks, tidak dapat diburu-buru. Jangan pernah Anda merasa harus melahirkan dengan cepat akibat tekanan dari luar. Andalah bintangnya dan orang lain hanyalah actor pendukung. Kelahiran adalah peristiwa dalam hirup yang sayang jika dilewatkan dengan cepat. Kadang ibu yang persalinannya dikatakan gagal sebenarnya lebih tepat disebabkan karena dokter atau bidannya tidak sabar dalam menunggu. Tidak ada tenggang waktu yang sama untuk setiap kelahiran. Walaupun memang ada tahapantahapannya, tetapi hal ini lebih digunakan untuk memperkirakan lamanya tahapan itu berlangsung. Namun anda tetap merupakan individu yang unik. Toh rahim Anda tidak mempelajari tahapan yang berlaku untuk persalinan bukan? Kekhawatiran tentang persalinan yang panjang lebih disebabkan karena ibu akan lebih banyak mengalami kontraksi, dan hal ini berarti bayi akan mengalami kekurangan oksigen dalam jangka waktu yang lebih lama. Namun kejadian ini tidak pernah secara ilmiah di dokumentasikan. 7. Gunakan segala macam intervensi dengan bijaksana Ini seperti EFM juga induksi dalam persalinan. Maupun intervensi yang sederhana saja seperti pemasangan infuse pada ibu bersalin tanpa indikasi yang jelas. Secara tidak langsung ini akan membatasi gerak si ibu sehingga mau tak mau si ibu harus tidur dia dalam jangka waktu yang lama saat berada dalam poses persalinan. Padahal seperti kita bahas di point sebelumnya ibu bersalin seharusnya bisa berjalan dan merubah posisi nya senyaman mungkin saat melahirkan. 8. Rencanakan proses persalinan Anda sebaik mungkin (buatlah Birth Plan Anda) Membuat birth plan sangatlah penting. Ingat proses persalinan dan kelahiran adalah sebuah proses yang bakalan terekam dan terkenang di sepanjang hidup Anda. Lihat: – http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=374:marimenyusun-birth-plan-perencanaan-persalinan&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56
– http://test.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=351:contoh-birthplan&catid=44:natural-childbirth&Itemid=56 9. Pertimbangkan biaya Persalinan dengan SC biayanya jauh lebih besar dibandingkan proses persalinan normal. Ini karena dalam proses ini Anda membutuhkan setidaknya 5 tenaga ahli (dokter ahli kandungan, dokter ahli anesthesia, dokter Anak, perawat bedah dan bidan). Alat yang digunakan juga beragam selain itu perawatan post operasinya juga lama dan membutuhkan biaya. Jadi mari jadikan pertimbangan biaya ini menjadi motivasi Anda untuk melahirkan secar normal saja. Mengingat biaya melahirkan SC minimal sekitar 10 juta. Sedangkan bersalin normal paling sekitar 1 juta saja. 10. Pertimbangkan Aftermath Nya Setelah bedah caesar sejumlah besar wanita akan memerlukan rawat inap kembali untuk menangani komplikasi yang terkait. Banyak juga pasangan yang menemukan kesuburan mereka menurun, dan mereka menghadapi peningkatan risiko kehamilan ektopik, plasenta previa, ruptur uterus atau abrupsio plasenta pada kehamilan berikutnya. Banyak wanita melaporkan bahwa mereka membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk memulihkan energy mereka setelah operasi. Mengalami beberapa rasa kehilangan dan menyesal berlama-lama. 11. Berdayakan diri Anda sejak masa kehamilan Memberdayakan diri berarti mengupayakan baik body, mind maupun soul untuk melahirkan secara normal alami. Mari mengambil langkah kecil menuju langkah yang lebih besar! Upayakan ukuran bayi Anda cukup dan tidak berlebihan dengan menghambat asupan protein hewani, produk susu, karbohidrat dan permen/gula yang berlebihan. Makanlah makanan organik bila memungkinkan, untuk menghindari hormon pertumbuhan. Jangan pasif Malpositioning merupakan area dimana pencegahan adalah kunci. Deteksi dini dan koreksi presentasi sungsang posterior atau persisten membutuhkan pemeriksaan visual, profil fundus laporan ibu mengenai lokasi gerakan janin paling menonjol, palpasi yang menyeluruh, dan verifikasi posisi lokasi yang dicurigai melalui nada jantung, kadang-kadang ditambah dengan pemeriksaan vagina jika Anda tidak benar-benar yakin. Intinya ketahuilah posisi janin sejak dini saat kehamilan sehingga ketika terjadia kelainan maka Anda mempunyai cukup waktu untuk berkonsultasi dan melakukan reposisi bersama bidan datau dokter yang kompeten Selama masa kehamilan pengetahuan itu sangatlah penting. Banyak sekali blog, website, dan grup di social media yang berbagi tentang kehamilan dan persalinan yang sehat. Berdayakan diri anda untuk belajar dan belajar lahgi karena ini sangat penting. PENGETAHUAN ADALAH KUNCI untuk mendapatkan pengalaman yang positif dalam kehamilan dan persalinan.
Nutrisi adalah kunci untuk kesehatan bayi, kehamilan dan kelahiran. Setiap dari berbagai sumber makanan alami. Makan 80-100 gram protein per hari. Pastikan Anda mendapatkan cukup karbohidrat juga, atau protein akan digunakan sebagai bahan bakar. Jangan menghindari garam. Sel bermandikan garam dan Anda sedang membangun jutaan sel-sel baru terusmenerus. Anda dapat menghindari komplikasi terburuk dengan makan cukup protein dan pengasinan makanan secukupnya. Anda akan menghindari preeklamsia atau toksemia, prematuritas, retardasi pertumbuhan intrauterin, bayi berat lahir rendah, dan abrupsi plasenta. Kesehatan yang baik Anda akan mencegah pendarahan dan persalinan yang lama. Nah semoga bermanfaat Salam Hangat Bidan Kita Referensi Delivery Method Drives Rehospitalization Rates. American Journal of Nursing 100 (8): p. 20. (August 2000). News item reprint from Lydon-Rochell M., et al. JAMA 2000; 283 (18): 2411–16. Wagner, M. (1994). Pursuing the Birth Machine: The Search for Appropriate Birth Technology. Sydney and London: ACE Graphics. Wagner, M. (2000). Risks of cesarean section. Handout, global birthing class. Midwifery Today New York City International Conference.