Kritik dan saran serta berbagai bentuk masukan dari Pembaca akan membantu penyempurnaan buku ini di masa depan.
Anda dapat mengirim kritik, saran dan masukan ke: Biro Enjiniring, PT Wijaya Karya Jl. DI Panjaitan Kav. 9 Jakarta 13340, Indonesia PO BOX 4174/JKTJ Telp. +62 21 8192808; 8508640; 8508650 Fax. +62 21 85911972 E-mail:
[email protected]
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya untuk setiap masukan dan kontribusi dari para personel yang terlibat dari Biro Enjiniring, Divisi Sipil Umum, Divisi Peralatan Konstruksi, PT WIKA Beton dan Pabrik Beton Pracetak PT WIKA Beton
TIM PENYUSUN Ir. Suardi Bahar, MT Ir. Nur Al Fata, MT Ir. Rahman Suhanda Enny Kurniawati, ST
DAFTAR ISI BAGIAN I
BAGIAN 2
BAGIAN 3
PENGETAHUAN UMUM BETON 1.1 DEFINISI BETON
I-1
1.2
JENIS-JENIS BETON
I-2
1.3
SIFAT-SIFAT BETON
I-3
1.4
HIDRASI
I-6
1.5
MUTU BETON
I-6
MATERIAL PEMBENTUK BETON 2.1 SEMEN
II-1
2.2
AGREGAT
II-3
2.3
AIR
II-5
2.4
BAHAN TAMBAHAN (ADITIF)
II-7
MIX DESIGN 3.1 TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN BETON NORMAL SESUAI SNI T-15-1990-03 3.2
TATA CARA PERANCANGAN PROPORSI CAMPURAN BETON NORMAL SESUAI SNI 03-2847-2002 POIN 7.3
BAGIAN 4
III-1
PELAKSANAAN 4.1 PENCAMPURAN/MIXING
III-13
IV-1
a. Site-Mix
IV-1
b. Ready-Mix
IV-3
4.2
PENGANGKUTAN
IV-4
4.3
PERSIAPAN LOKASI
IV-5
4.4
PERALATAN PENGECORAN
IV-6
a. Agitator Truck
IV-6
b. Concrete Pump
IV-7
c. Tremie
IV-7
d. Placing Boom
IV-8
e. Vibrator
IV-9
PENGECORAN
IV-10
4.5
IV-15
BAGIAN 5
4.6
PEMADATAN/COMPACTING
4.7
FINISHING
IV-17
a. Screeding
IV-17
b. Hand Tamping
IV-19
c. Floating
IV-20
d. Edging
IV-21
e. Trowelling
IV-21
f. Brooming
IV-23
g. Grinding
IV-24
h. Sack-rubbed Finishing
IV-24
i. Exposed Aggregate Finishing
IV-25
4.8
PERAWATAN
IV-25
4.9
EVALUASI & PENGENDALIAN MUTU BETON
IV-31
a. Pengujian Kualitas beton
IV-32
b. Langkah Pemeriksaan Mutu Beton di Lapangan
IV-36
RETAK DAN PERBAIKAN CACAT BETON 5.1 RETAK
5.2
V-1
a. Retak Akibat Early Thermal Contraction
V-2
b. Retak Akibat Long Term Drying Shrinkage
V-2
c. Retak Plastic
V-5
c.1 Plastic Settlement Crack
V-6
c.2 Plastic Shrinkage Crack
V-8
PERBAIKAN CACAT BETON
V-9
a. Plinth Antar Sambungan
V-9
b. Bunting Akibat Bekisting Berubah Bentuk
V-10
c. Keropos
V-10
d. Pecah Kecil (<5 cm dalamnya)
V-11
e. Pecah Besar (>5 cm dalamnya)
V-11
f. Lubang Besar Akibat Udara Terperangkap
V-12
g. Tali Air/Lubang Kecil Akibat Udara Terperangkap
V-12
h. Retak Rambut (Lebar <0.5 mm)
V-13
i. Retak Besar dan Dalam (Lebar >0.5 mm dan dalam >1
V-13
cm) 5.3
APLIKASI ACIAN PEWARNAAN
V-14
BAGIAN 6
PENGENALAN SELF-COMPACTING CONCRETE 6.1 PENDAHULUAN
VI-1
6.2
SIFAT-SIFAT BETON KERAS
VI-2
6.3
SIFAT-SIFAT BETON SEGAR DAN CARA
VI-4
PENGUJIANNYA a. Daya Alir
VI-5
b. Kekentalan
VI-6
c. Passing Ability
VI-7
d. Daya Tahan Segregasi/Segregation Resistance
VI-8
6.4
MIX-DESIGN
VI-11
6.5
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT
VI-15
PELAKSANAAN 6.6
BAGIAN 7
BAGIAN 8
MEMPERBAIKI KUALITAS AKHIR SCC
VI-16
PENGETAHUAN BETON PRACETAK 7.1
PENDAHULUAN
VII-1
7.2
JENIS-JENIS HASIL PRODUKSI
VII-1
7.3
MATERIAL DAN SPESIFIKASI
VII-6
7.4
PROSES PRODUKSI
VII-9
7.5
MIX-DESIGN
VII-12
7.6
CETAKAN
VII-13
7.7
PENGADUKAN BETON DAN PENGECORAN
VII-13
7.8
PEMADATAN
VII-14
7.9
PEKERJAAN STRESSING
VII-15
7.10
PERAWATAN BETON
VII-16
7.11
PENGANGKATAN
VII-17
7.12
PENGANGKUTAN
VII-18
7.13
QUALITY CONTROL
VII-19
INSPEKSI PERALATAN 8.1
PENDAHULUAN
VIII-1
8.2
MACAM-MACAM FORMULIR INSPEKSI
VIII-1
LAMPIRAN 1
SPESIFIKASI PRODUK BETON PRACETAK PT WIKA BETON
LAMPIRAN 2
FORMULIR INSPEKSI PERALATAN
GLOSSARY
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1
Material Utama Pembentuk Beton
I-1
Gambar 1.2
Potongan Melintang Beton
I-1
Gambar 1.3
Proporsi Bahan Penyusun Beton
I-2
Gambar 1.4
Strength vs Workability
I-4
Gambar 1.5
Diagram Laju Kenaikan Kuat Tekan Beton
I-5
Gambar 2.1
Setting Time Semen
II-2
Gambar 2.2
Grafik Perbandingan Kuat Tekan Beton (Penelitian Pengaruh Perbedaan Kadar Lumpur Pasir)
II-4
Gambar 3.1
Hubungan Faktor Air Semen dan Kuat Tekan Rata-rata Silinder Beton (Sebagai Perkiraan FAS)
III-2
Gambar 3.2
Grafik Mencari Faktor Air-Semen
III-3
Gambar 3.3
Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan untuk Ukuran Butir Maksimum 10 mm
III-9
Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan untuk Ukuran Butir Maksimum 20 mm
III-9
Gambar 3.5
Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan untuk Ukuran Butir Maksimum 40 mm
III-10
Gambar 3.6
Grafik Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Agregat Campuran dan Berat Beton
III-11
Gambar 3.4
Gambar 3.7
Diagram Alir Perancangan Proporsi Campuran Berdasarkan SNI 03-2847-2002
III-12
Gambar 4.1
Teknik Pengecoran
IV-13
Gambar 4.2
Pemadatan Manual
IV-15
Gambar 4.3
Pemadatan Mekanis
IV-16
Gambar 4.4
Alat Screed Mekanis
IV-19
Gambar 4.5
Alat Hand Tamping
IV-20
Gambar 4.6
Floating
IV-20
Gambar 4.7
Edger
IV-21
Gambar 4.8
Trowel Baja
IV-22
Gambar 4.9
Perbandingan Kekuatan Beton (Dipelihara dan Tidak)
IV-25
Gambar 4.10
Perawatan dengan Karung Goni yang Dibasahi
IV-27
Gambar 4.11
Perawatan dengan Lapisan Waterproof
IV-27
Gambar 4.12
Diagram Proses Pengendalian
IV-31
Gambar 4.13
Variabilitas
IV-32
Gambar 4.14
Diagram Pemeriksaan Mutu Beton di Lapangan
IV-36
Gambar 5.1
Contoh Plastic Settlement Crack 1
V-6
Gambar 5.2
Contoh Plastic Settlement Crack 2
V-6
Gambar 5.3
Contoh Plastic Settlement Crack 3
V-7
Gambar 5.4
Tensile Srain Capacity and Shrinkage Strain
V-8
Gambar 5.5
Contoh Plastic Shrinkage Crack
V-8
Gambar 5.6
Perbaikan Keropos pada Beton
V-10
Gambar 6.1
Ukuran Base Plate untuk Pengujian Slump-flow
VI-6
Gambar 6.2
Dimensi V-Funnel (Pengujian Kekentalan)
VI-6
Gambar 6.3
Pengujian Passing Ability dengan L-box
VI-8
Gambar 6.4
Ukuran dan Desain L-box yang Umum
VI-8
Gambar 6.5
Prosedur Mix-Design
VI-14
Gambar 7.1
Proses Produksi PC Piles
VII-9
DAFTAR TABEL Tabel 2.1
Tipe Portland Semen
II-1
Tabel 2.2
Perkiraan Komposisi Berbagai Tipe Standar Semen Portland
II-2
Tabel 2.3
Kandungan Ion Klorida Maksimum untuk Perlindungan Baja Tulangan Terhadap Korosi
II-6
Tabel 3.1
Nilai Deviasi Standar
III-1
Tabel 3.2
Faktor Pengali Deviasi Standar
III-1
Tabel 3.3
Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) dengan FAS 0.5
III-3
Tabel 3.4
FAS Maksimum untuk Berbagai Pembetonan dan Lingkungan Khusus
III-4
Tabel 3.5
Penetapan Nilai Slump
III-5
Tabel 3.6
Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton (Liter)
III-5
Tabel 3.7
Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan dan Lingkungan Khusus
III-6
Tabel 3.8
Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton yang Berhubungan dengan Air Tanah yang Mengandung Sulfat
III-7
Tabel 3.9
Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton Bertulang/Prategang Kedap Air
III-8
Tabel 3.10 Batas Gradasi Pasir
III-9
Tabel 3.11 Formulir Perancangan Adukan Beton
III-12
Faktor Modifikasi untuk Deviasi Standar Jika Jumlah Pengujian Kurang Dari 30 Contoh Kuat Tekan Rata-rata Perlu Jika Data Tidak Tersedia untuk Tabel 3.13 Menetapkan Deviasi Standar Tabel 3.12
Tabel 3.14 Persyaratan Beton untuk Lingkungan Khusus
III-14 III-14 III-16
Tabel 3.15
Persyaratan untuk Beton yang Dipengaruhi Oleh Lingkungan yang Mengandung Sulfat
III-17
Tabel 4.1
Standar Waktu Minimum Pemutaran Alat Pencampur Beton
IV-2
Tabel 4.2
Getaran Minimum dengan Internal Vibrator
IV-16
Tabel 4.3
Metode Curing
IV-29
Tabel 4.4
Perbandingan Kuat Tekan Beton Uji
IV-33
Tabel 4.5
Sampling Benda Uji
IV-34
Tabel 5.1
Jenis dan Tipe Retak
V-1
Tabel 5.2
Batasan Lebar retak (ACI 224R-19)
V-3
Tabel 5.3 Tabel 5.4
Aplikasi Acian Pewarnaan untuk Tutup Lubang Bekas Tie-Rod Parapet Aplikasi Acian Pewarnaan untuk Lubang Besar Akibat Udara Terperangkap dan Tali Air/Lubang Kecil Akibat Udara Terperangkap
V-14 V-15
Tabel 5.5
Aplikasi Acian Pewarnaan untuk Plinth dan Keropos-Kolom
V-16
Tabel 6.1
Metode Pengujian Beton Segar
VI-4
Tabel 6.2
Klasifikasi Slump-flow dan Aplikasinya
VI-5
Tabel 6.3
Klasifikasi Kekentalan dan Aplikasinya
VI-7
Tabel 6.4
Klasifikasi Passing Ability dan Aplikasinya
VI-7
Tabel 6.5
Klasifikasi Daya Tahan Segregasi dan Aplikasinya
VI-9
Tabel 6.6
Sifat-sifat SCC untuk Berbagai Penggunaan Berdasarkan Penelitian Walraven, 2003
VI-9
Tabel 6.7
Klasifikasi Aditif
VI-11
Tabel 6.8
Rentang Umum Komposisi Campuran SCC
VI-13
Tabel 6.9
Cacat Keropos seperti Sarang Lebah
VI-16
Tabel 6.10 Cacat Pengelupasan
VI-16
Tabel 6.11 Perbaikan Cacat Burik
VI-17
Tabel 6.12 Cacat Cold-joint
VI-18
Tabel 6.13 Cacat Permukaan yang Tidak Rata
VI-18
Tabel 6.14 Variasi Warna
VI-19
Tabel 6.15 Cacat Tali Air
VI-19
Tabel 6.16 Cacat akibat Retak Plastis
VI-20
Tabel 7.1
VII-6
Spesifikasi Material dan Spesifikasi Umum Beton Pracetak
Pengetahuan umum beton
I-0
Pengetahuan umum beton
1.1 DEFINISI BETON Material komposit yang terdiri dari medium pengikat (pada umumnya campuran semen hidrolis dan air), agregat halus (pada umumnya pasir) dan agregat kasar (pada umumnya kerikil) dengan atau tanpa bahan tambahan/campuran/additives
Beton Air Kerikil Pasir Semen Gambar 1.1 Material Utama Pembentuk Beton
Agregat Kasar Pasta Semen Mengisi Celah Antar Agregat
1.2 Potongan Beton GaGambar mbar2. Potongan Melintang Beton
I-1
Pengetahuan umum beton
Gambar 1.3. Proporsi Bahan Penyusun Beton Air Entrained Concrete: Beton yang didalamnya terdapat gelembung-gelembung udara kecil yang sengaja dibuat terperangkap oleh bahan tambahan khusus sehingga akan merubah sifat-sifat beton. Pada beton segar, entrained air akan meningkatkan workability campuran sehingga mengurangi jumlah air dan pasir yang dibutuhkan.
1.2 JENIS-JENIS BETON a. Beton ringan Berat jenisnya<1900 kg/m3, dipakai untuk elemen non-struktural. Dibuat dengan cara-cara berikut: membuat gelembung udara dalam adukan semen, menggunakan agregat ringan (tanah liat bakar/batu apung) atau pembuatan beton non-pasir. b. Beton normal Berat jenisnya 2200-2500 kg/m3, dipakai hampir pada semua bagian struktural bangunan. c. Beton berat Berat jenis>2500 kg/m3, dipakai untuk struktur tertentu, misal: struktur yang harus tahan terhadap radiasi atom. d. Beton jenis lain o Beton massa (mass concrete) Beton yang dituang dalam volume besar, biasanya untuk pilar, bendungan dan pondasi turbin pada pembangkit listrik. Pada saat pengecoran beton jenis ini, pengendalian diutamakan pada pengelolaan panas hidrasi yang timbul, karena semakin besar massa beton maka suhu didalam beton semakin tinggi. Bila perbedaan suhu didalam beton dan suhu di permukaan beton >20 oC dapat menimbulkan terjadinya tegangan tarik yang disertai retak-retak
I-2
Pengetahuan umum beton
Retak beton juga dapat timbul akibat penyusutan beton (shrinkage) yang dipengaruhi oleh kelembaban beton saat pengerasan berlangsung. Selain itu, besarnya volume beton saat pengecoran mass concrete akan beresiko timbulnya cold-joint pada permukaan beton baru dengan beton lama mengingat waktu setting beton yang singkat (±2 jam), sehingga perlu direncanakan metode pengecoran yang sesuai dengan perilaku beton tersebut. Berdasarkan hal-hal diatas, maka langkah preventif untuk menghindari terjadinya retak beton dapat dikategorikan atas pemilihan komposisi beton (nilai slump, pemberian admixture, FAS) dan praktek pelaksanaan di lapangan (suhu udara saat pengecoran, curing, menggunakan bekisting dengan kemampuan isolasi yang bagus dan menyiapkan construction joint) . Pemberian tulangan ekstra untuk menahan gaya tarik akibat panas hidrasi dapat juga dilakukan sebagai salah satu pertimbangan struktural. o Ferosemen (ferrocement) Mortar semen yang diberi anyaman kawat baja. Beton ini mempunyai ketahanan terhadap retakan, ketahanan terhadap patah lelah, daktilitas, fleksibilitas dan sifat kedap air yang lebih baik dari beton biasa. o Beton serat (fibre concrete) Komposit dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat, dapat berupa serat plastik/baja. Beton serat lebih daktail daripada beton biasa, dipakai pada bangunan hidrolik, landasan pesawat, jalan raya dan lantai jembatan. o Beton siklop Beton biasa dengan ukuran agregat yang relatif besar-besar. Agregat kasar dapat sebesar 20 cm. Beton ini digunakan pada pembuatan bendungan dan pangkal jembatan. o Beton hampa Seperti beton biasa, namun setelah beton tercetak padat, air sisa reaksi hidrasi disedot dengan cara vakum (vacuum method) o Beton ekspose Beton ekspose adalah beton yang tidak memerlukan proses finishing, biasanya beton ini dihasilkan dengan menggunakan bahan bekisting yang dapat menghasilkan permukaan beton yang halus (misal baja dan multiplek film). Beton ini sering dijumpai pada gelagar jembatan, lisplang, kolom dan balok bangunan
1.3 SIFAT-SIFAT BETON a.
Beton Segar o Kemudahan pengerjaan/Workability,umumnya dinyatakan dalam besaran nilai slump (cm) dan dipengaruhi oleh: • Jumlah air yang dipakai. Makin banyak air, beton makin mudah dikerjakan • Penambahan semen. Semen bertambah, air juga ditambah agar FAS tetap, maka beton makin mudah dikerjakan • Gradasi campuran pasir dan kerikil • Pemakaian butir maksimum kerikil yang dipakai • Pemakaian butir-butir batuan yang bulat
I-3
Pengetahuan umum beton
Gambar 1.4. Strength vs Workability o Segregasi, kecenderungan agregat kasar untuk memisahkan diri dari campuran adukan beton, peluang segregasi diperbesar dengan: • Campuran yang kurus/kurang semen • Pemakaian air yang terlalu banyak • Semakin besar butir kerikil yang dipakai • Campuran yang kasar, atau kurang agregat halus • Tinggi jatuh pengecoran beton yang terlalu tinggi o Bleeding, kecenderungan air campuran untuk naik keatas (memisahkan diri) pada beton segar yang baru saja dipadatkan. Hal ini dapat dikurangi dengan cara: • Memberi lebih banyak semen dalam campuran • Menggunakan air sesedikit mungkin • Menggunakan pasir lebih banyak • Menyesuaikan intensitas dan durasi penggetaran pemadatan sesuai dengan nilai slump campuran b.
Beton Keras 1). Sifat jangka pendek o Kuat tekan, dipengaruhi oleh: • Perbandingan air semen dan tingkat pemadatan • Jenis semen dan kualitasnya • Jenis dan kekasaran permukaan agregat • Umur (pada keadaan normal, kekuatan bertambah sesuai dengan umurnya). Lihat Gambar 1.5 • Suhu (kecepatan pengerasan bertambah dengan naiknya suhu) • Perawatan
I-4
Pengetahuan umum beton
o Kuat tarik Kuat tarik beton berkisar 1/18 kuat tekan beton saat umurnya masih muda dan menjadi 1/20 sesudahnya. Kuat tarik berperan penting dalam menahan retak-retak akibat perubahan kadar air dan suhu o Kuat geser Didalam prakteknya, kuat tekan dan tarik selalu diikuti oleh kuat geser. 2)
Sifat jangka panjang o Rangkak, adalah peningkatan deformasi (regangan) secara bertahap terhadap waktu akibat beban yang bekerja secara konstan, dipengaruhi oleh: • Kekuatan. Rangkak berkurang bila kuat tekan makin besar • Perbandingan campuran. Bila FAS berkurang maka rangkak berkurang • Agregat. Rangkak bertambah bila agregat halus dan semen bertambah banyak • Umur. Kecepatan rangkak berkurang sejalan dengan umur beton o Susut, adalah berkurangnya volume beton jika terjadi kehilangan kandungan uap air akibat penguapan, dipengaruhi oleh: • Agregat. Berperan sebagai penahan susut pasta semen • Faktor air semen. Efek susut makin besar jika FAS makin besar • Ukuran elemen beton. Laju dan besarnya penyusutan berkurang jika volume elemen beton makin besar
Gambar 1.5. Diagram Laju Kenaikan Kuat Tekan Beton
I-5
Pengetahuan umum beton
Beton yang Baik 1. Bahan pengisi baik • kekerasan butiran • gradasi • kepadatan butiran • bentuk butiran 2. Bahan perekat baik • semen sesuai • FAS sesuai 3. Lekatan / ikatan baik • kekasaran permukaan butiran baik • material alam bersih 4. Pemeliharaan baik
1.4 HIDRASI Proses Hidrasi Adalah reaksi kimia antara partikel semen dan air menghasilkan pasta semen / bahan pengikat 2(3CaO.SiO2)+6H2O 3Ca.2SiO2.3H2O+3Ca(OH)2+panas hidrasi kalsium silikat (unsur utama semen) + air kalsium silikat hidrat (bahan pengikat) + kapur bebas (pengisi pasif) + panas hidrasi
Panas Hidrasi Adalah efek samping dari proses hidrasi yaitu berupa pelepasan panas / kalori dari reaksi hidrasi Jumlah panas kalori yang dikeluarkan tergantung : • jenis / tipe semen ( kandungan FM, C3A dan C3S) • FAS • temperatur curing Efek panas hidrasi yg terlalu tinggi terhadap beton adalah timbulnya retak-retak
1.5 KUAT TEKAN BETON Suatu nilai yang ditunjukkan oleh besarnya beban tekan yang dapat dipikul oleh benda uji/sample dari beton tersebut sampai runtuh
I-6
Pengetahuan umum beton
Notasi Kuat Tekan Beton z K : adalah suatu nilai statistik dari suatu kumpulan hasil kuat tekan benda uji kubus dalam jumlah tertentu pada umur 28 hari dengan nilai gagal yang diijinkan sebesar 5 %, satuan kg/cm2. Contoh: K500, maka σbk=500 kg/cm2 z C : sama dengan K, hanya disini biasanya dipakai untuk benda uji berbentuk silinder Pada contoh diatas, bila K500 bila dikonversikan menjadi nilai C maka C=500x0.83=415 kg/cm2, maka f’c=415 kg/cm2, dengan 0.83 adalah nilai konversi dari bentuk kubus menjadi silinder.
Kuat Tekan Beton yang Disyaratkan: Adalah nilai kuat tekan dari satu atau sekumpulan benda uji yang telah ditetapkan
Mutu Beton Ao dan Bo Adalah mutu beton dengan K< 125 yang biasanya dipakai untuk elemen bangunan non-struktural
Mutu Beton yang Lebih Tinggi: K125-
umumnya digunakan untuk beton prategang, seperti tiang pancang beton prategang, gelagar beton prategang, pelat beton prategang dan sejenisnya
I-7
Pemilihan material
II-0
Pemilihan material
2.1 SEMEN Berfungsi sebagai bahan pengikat HIDRAULIS dari berbagai macam agregat a. Semen harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut: o SNI 15-2049-1994. Semen Portland. o ASTM C595. Spesifikasi semen blended hidrolis, kecuali tipe S dan SA. yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama struktur beton. o ASTM C845. Spesifikasi semen hidrolis ekspansif. b. Tipe Semen Portland sesuai jenis pekerjaannya adalah: Tabel 2.1 Tipe Portland Semen Tipe Syarat Penggunaan PC I Kondisi biasa, tidak memerlukan persyaratan khusus II Serangan sulfat konsentrasi sedang III
Kekuatan awal tinggi
IV
Panas hidrasi rendah
V
Ketahanan yang tinggi terhadap sulfat
Pemakaian Perkerasan jalan, gedung, jembatan biasa dan konstruksi tanpa serangan sulfat Bangunan tepi laut, dam, bendungan, irigasi dan beton massa Jembatan dan pondasi dengan beban berat Pengecoran yang menuntut panas hidrasi rendah dan diperlukan setting time yang lama Bangunan dalam lingkungan asam, tangki bahan kimia dan pipa bawah tanah
c.
Penyimpanan semen: o Silo harus kedap air o Lantai gudang tidak lembab o Tinggi timbunan sak semen maksimum 2 m o Suhu ruang tidak boleh lebih dari 70 oC o Kapasitas gudang mampu untuk stok 20 hari dan tergantung kelancaran pengiriman o Stok yang telah disimpan lebih dari 3 bulan tidak boleh dipakai
d.
Setting Time Semen Waktu yang dibutuhkan oleh semen untuk mulai mengadakan proses pengikatan Setting time : z setting time awal (initial) z setting time akhir (final)
II-1
Pemilihan material
z Setting time awal Waktu yang dibutuhkan semen sejak saat bereaksi dengan air sampai didapat pasta semen yg mulai kaku dan mulai tidak dapat dikerjakan (kehilangan sebagian sifat plastisnya) z Setting time akhir Waktu yg dibutuhkan semen sejak bereaksi dengan air sampai didapat suatu padatan dari pasta semen yang utuh dan tidak dapat dirubah bentuknya
P
F
S
F d y d d
T
IS
r o s e s
h
a r d e n in
g
in a l s e t t in g t im e i d a p a t p a s ta s e m e n g p a d a t d a n u tu h a n b e n tu k n y a ti d a k a p a t d i r u b a h
In it ia l s e e t in g t im e P a s ta s e m e n m u la i ti d a k d a p a t d i r u b a h ta p i m a s i h a d a b a g i a n y a n g p la s ti s
T
D
P
D o r m a n P P e r i o d e d i s e m e n m a d a n m a s i h d i b e n tu k
e m s i b
r i a h i s
o d e n a p a s ta p la s t i s a
T i ti k P C m u la i b e r e a k s i d e n g a n a i r
Gambar 2.1. Setting Time Semen Tabel 2.2 Perkiraan Komposisi Berbagai Tipe Standar Semen Portland Type
I II III IV V
Tricalcium Silicate (C3S) % 42-65 35-60 45-70 20-30 40-60
Dicalcium Silicate (C2S) % 10-30 15-35 10-30 50-55 15-40
Tricalcium Aluminate (C3A) % 0-17 0-8 0-15 3-6 0-5
Tetracalcium Aluminoferrite (C4AF) % 6-18 6-18 6-18 8-15 10-18
Air permeability specific surface m2/kg 300-400 280-380 450-600 280-320 290-350
II-2
Pemilihan material
2.2 AGREGAT Butiran mineral dengan ukuran diameter & gradasi butiran tertentu yang apabila dicampur dengan semen & air akan menghasilkan beton Tujuan penggunaan agregat • sumber kekuatan dari beton • menghemat semen • memperkecil tingkat penyusutan beton • mencapai kepadatan beton yang maksimal • memperoleh workability yang baik a.
Agregat harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut: o ASTM C33. Spesifikasi agregat untuk beton o SNI 03-2461-1991. Spesifikasi agregat ringan untuk beton struktur.
b.
Spesifikasi umum: o Material dari bahan alami dengan kekasaran permukaan yang optimal sehingga kuat tekan beton besar. o Butiran tajam, keras, kekal (durable) dan tidak bereaksi dengan material beton lainnya. o Berat jenis agregat tinggi yang berarti agregat padat sehingga beton yang dihasilkan padat dan awet. o Gradasi sesuai spesifikasi teknik yang diminta (dapat dilihat pada poin 2.2a) dan hindari gap graded aggregate karena akan membutuhkan semen lebih banyak untuk mengisi rongga dan harga satuan beton akan menjadi lebih mahal. o Bentuk yang baik adalah bulat, karena akan saling mengisi rongga dan jika ada bentuk yang pipih dan lonjong dibatasi maksimal 15% berat total agregat. o Kadar lumpur agregat tidak boleh melampaui standar pada Butir (a), karena akan berpengaruh pada kuat tekan beton. Lihat Gambar 2.2
c.
Ukuran maksimum agregat kasar harus tidak melebihi: o 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun o 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun o ¾ jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan, kawatkawat, bundel tulangan, tendon-tendon prategang atau selongsong-selongsong.
II-3
Pemilihan material
Gambar 2.2. Grafik Perbandingan Kuat Tekan Beton ( Penelitian Pengaruh Perbedaan Kadar Lumpur Pasir) a.
Agregat Kasar Agregat dengan φ butiran >5 mm Jenis agregat kasar: 1. Alami ⇒ hasil desintegrasi alam (kerikil), dengan penggolongan: - kerikil halus ⇒ φ 0,5 - 10 mm - kerikil sedang ⇒ φ 10 - 20 mm - kerikil kasar ⇒ φ 20 - 40 mm - kerikil kasar sekali ⇒ φ 40 - 70 mm 2. Hasil pemecahan ⇒ dengan stone crusher, dengan penggolongan: ⇒ φ 0,5 - 10 mm (screen) ⇒ φ 10 - 20 mm ⇒ φ 20 - 40 mm ⇒ φ 40 - 80 mm
b.
Agregat Halus Agregat dengan φ butiran antara 0,14 s/d 5,0 mm Jenis agregat halus : z buatan → pasir hasil pemecahan z alami → pasir gunung, pasir sungai, pasir laut Agregat halus sangat berperanan dalam menentukan : z kemudahan pengerjaan → workability z kekuatan beton → strength z keawetan beton → durability
II-4
Pemilihan material
Pemakaian Kerikil dibanding Batu Pecah z Keuntungan: z harga lebih murah z dengan workability yg sama pasta semen terpakai lebih sedikit ⇒ harga beton per m3 akan lebih murah z
Kerugian: z kontinuitas pengadaan kurang terjamin z ukuran butiran amat bervariatif z permukaannya relative halus sehingga daya ikatnya kurang ⇒ sulit mencapai mutu beton tinggi z kandungan lumpur relatif tinggi
2.3 AIR Fungsi air dalam beton: • Bahan penghidrasi semen, agar semen bisa berfungsi sebagai bahan pengikat • Bahan pelumas, yaitu mempermudah proses pencampuran agregat & semen serta mempermudah pelaksanaan pengecoran beton (workability) a.
Air untuk campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton ataupun tulangan.
b.
Air pencampur yang digunakan untuk beton prategang atau pada beton yang didalamnya tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang terkandung didalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.
II-5
Pemilihan material
Tabel 2.3. Kandungan Ion Klorida Maksimum untuk Perlindungan Baja Tulangan Terhadap Korosi Ion Klorida terlarut (Cλ-) Jenis Komponen pada Beton Struktur % thd Berat Semen Beton prategang 0.06 Beton bertulang yang terpapar klorida selama masa 0.15 layannya Beton bertulang yang dalam kondisi kering atau terlindung 1.00 dari air selama masa layannya Konstruksi beton bertulang 0.30 lainnya Catatan: Untuk beton keras umur 28 hingga 42 hari
Bila dilakukan pengujian untuk menentukan kandungan ion klorida yang dapat larut dalam air, prosedur uji harus sesuai dengan ASTM C1218
c.
Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali ketentuan berikut terpenuhi: o Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama. o Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar harus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan ”Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis (menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 cm)” ASTM C109 o Bila terpaksa menggunakan air laut, disarankan hanya untuk beton tanpa tulangan dengan kandungan maksimal garam terlarut 35.000 ppm o Hindari penggunaan air dengan dengan pH≤3
Alat Ukur Nilai Slump
II-6
Pemilihan material
Jumlah Air Optimum (JAO) Adalah jumlah air dalam suatu rancangan campuran beton yang menghasilkan tingkat kemudahan pengecoran yang sesuai dengan tuntutan (dinyatakan dengan SLUMP) •
Jika jumlah air
•
Jika jumlah air>JAO o Kuat tekan beton akan turun o Pengecoran lebih mudah o Bisa terjadi segregasi (pemisahan butiran) o Cenderung terjadi penyusutan (air kelebihan akan menguap meninggalkan pori-pori beton)
2.4 BAHAN TAMBAHAN a.
Spesifikasi umum: Kalsium klorida atau bahan tambahan yang mengandung klorida tidak boleh digunakan pada beton prategang, beton dengan aluminium tertanam, atau beton yang dicor dengan menggunakan bekisting baja galvanis.
b.
Jenis-jenis bahan tambahan: Ada dua kategori bahan tambahan, yaitu admixture dan aditif. Admixture merupakan bahan tambahan kimiawi yang dapat mengubah sifat beton secara kimia sedangkan aditif merupakan bahan tambahan yang hanya berfungsi sebagai filler dan tidak mengubah sifat secara kimiawi. Macam-macam admixture: o Water Reducer/Plasticiser/Super Plasticiser Berfungsi mengurangi jumlah air dan semen dengan kekuatan beton yang dihasilkan tetap dan meningkatkan keplastisan beton untuk pengecoran di tempat-tempat yang sulit (karena pengecoran tersebut membutuhkan nilai slump tinggi sehingga bahan tambahan ini lebih dipilih daripada menambah air). o Viscosity Modifying Admixture (VMA) Memodifikasi kohesi (biasanya digunakan untuk self-compacting concrete) tanpa mengubah fluiditas secara signifikan. o Retarder Memperlambat pengikatan awal, digunakan untuk pengecoran jarak jauh dan mass concrete yang perlu panas hidrasi rendah.
II-7
Pemilihan material
Ketiga bahan tambahan diatas ataupun campuran ketiganya harus memenuhi ASTM C494. Spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk beton atau ASTM C1017. Spesifikasi untuk bahan tambahan kimiawi untuk menghasilkan beton dengan kelecakan yang tinggi. o Accelerator Mempercepat pengikatan dan pengerasan awal beton, digunakan untuk pengecoran yang berhubungan dengan air/efisiensi waktu pemakaian cetakan. o Air Entraining Menambah gelembung udara pada beton, dapat mengurangi bleeding, mengurangi kebutuhan air dan mengurangi segregasi. Digunakan untuk pengecoran dengan concrete pump. Harus memenuhi SNI 03-2496-1991. Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung untuk beton. Macam-macam aditif: o Abu Terbang Harus memenuhi ASTM C618. Spesifikasi untuk abu terbang dan pozzolan alami murni atau terkalsinasi untuk digunakan sebagai bahan tambahan mineral pada beton semen portland. Meningkatkan kohesi dan mengurangi sensitivitas terhadap perubahan-perubahan kadar air, tetapi harus dijaga agar kadarnya tidak terlalu tinggi dapat menyebabkan pasta menjadi terlalu kohesif sehingga dapat menghambat daya alir. o Mineral filler Misalnya batu kapur, dolomite, dll. Distribusi ukuran partikel, bentuk dan daya serap air mempengaruhi kebutuhan air. o Kerak Tungku Pijar yang diperhalus Harus memenuhi ASTM C989. Spesifikasi untuk kerak tungku pijar yang diperhalus untuk digunakan pada beton dan mortar. Mengurangi panas hidrasi, tetapi setting time menjadi lebih lama, pemakaian aditif jenis ini juga meningkatkan resiko segregasi. o Silica Fume Harus sesuai dengan ASTM C1240. Spesifikasi untuk silika fume untuk digunakan pada beton dan mortar semen-hidrolis. Meningkatkan kohesi dan daya tahan segregasi, serta mengurangi atau menghilangkan bleeding tetapi jika terlalu banyak dapat menimbulkan percepatan pembentukan kerak di permukaan beton, yang akan menghasilkan coldjoint atau cacat permukaan. o Aditif lainnya Metakaolin, pozzolan alami, dan bahan pengisi halus lainnya dapat digunakan, tetapi akibat-akibat yang ditimbulkan perlu dievaluasi secara khusus dan hati-hati terhadap akibat jangka pendek dan panjang yang timbul terhadap beton.
II-8
Pemilihan material
2.5 SERAT Baik serat metalik maupun polymer dapat digunakan. Serat polymer dapat digunakan untuk membantu mencegah settlement dan retak/crack akibat plastic shrinkage. Serat besi maupun serat polymer struktural berukuran panjang digunakan untuk memodifikasi daktilitas beton yang telah mengeras. Jumlah dan ukuran panjangnya dipilih berdasarkan ukuran maksimum agregat dan syarat struktural.
II-9
Perencanaan campuran beton
00
III-0
Perencanaan campuran beton
3.1 TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN BETON NORMAL, SNI T-15-1990-03 a. Penentuan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) pada umur tertentu Yaitu kuat tekan beton dengan kemungkinan lebih rendah dari nilai itu hanya sebesar 5% saja. b. Penetapan deviasi standar (sd) Ditetapkan berdasarkan tingkat pencampuran betonnya.
mutu
Tabel 3.1 Nilai Deviasi Standar Tingkat Pengendalian Mutu Pekerjaan Memuaskan Sangat baik Baik Cukup Jelek Tanpa kendali
pengendalian
pelaksanaan
Sd (Mpa) 2.8 3.5 4.2 5.6 7.0 8.4
1). Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton serupa pada masa yang lalu. Jumlah data hasil uji minimum 30 buah (satu data hasil uji kuat tekan adalah hasil rata-rata dari uji tekan dua silinder yang dibuat dari contoh beton yang sama dan diuji pada umur 28 hari atau umur pengujian lain yang ditetapkan). Jika jumlah data uji kurang dari 30, maka dilakukan koreksi dengan suatu faktor pengali nilai deviasi standar. Tabel 3.2 Faktor Pengali Deviasi Standar 30 25 20 Jumlah Data 1.0 1.03 1.08 Faktor Pengali
15 1.16
<15 Tidak boleh
2). Jika pelaksana tidak mempunyai catatan hasil pengujian beton serupa pada masa yang lalu/bila data hasil uji kurang dari 15 buah, maka nilai margin langsung diambil sebesar 12 Mpa.
III-1
Perencanaan campuran beton
c. Penghitungan nilai tambah (M) o Jika nilai tambah sudah ditetapkan sebesar 12 Mpa, maka langsung ke Langkah d o Jika nilai tambah dihitung berdasarkan deviasi standar Sd, maka dilakukan dengan rumus berikut: M = k * Sd Dengan: M = Nilai tambah, Mpa k = 1.64 Sd = deviasi standar, MPa d. Penetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan fcr’ = fc’ + M Dengan: fcr’ = Kuat tekan rata-rata, MPa fc’ = Kuat tekan yang disyaratkan, MPa M = Nilai tambah, Mpa e. Penetapan jenis semen Portland Lihat macam-macam semen pada Poin 2.1.b f.
Penetapan jenis agregat Lihat poin 2.2 dan dipilih agregat alami atau batu pecah.
g. Tetapkan faktor air semen dengan salah satu dari dua cara berikut: o Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata-rata silinder beton yang direncanakan pada umur tertentu. Lihat Gambar 3.1
Gambar 3.1 Hubungan Faktor Air Semen dan Kuat Tekan Rata-Rata Silinder Beton (Sebagai Perkiraan FAS)
III-2
Perencanaan campuran beton
o Berdasarkan jenis semen, jenis agregat kasar dan kuat tekan rata-rata yang direncanakan pada umur tertentu. Lihat Tabel 3.3 dan Gambar 3.2 Langkahnya sebagai berikut: • Tabel 3.3 Dengan data jenis semen, jenis agregat kasar dan umur beton yang dikehendaki, dibaca perkiraan kuat tekan silinder beton yang akan diperoleh jika dipakai faktor air semen 0.5. Tabel 3.3 Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) dengan FAS 0.5 Jenis Umur (hari) Jenis Agregat Kasar Semen 3 7 28 91 Alami 17 23 33 40 I, II, V Batu pecah 19 27 37 45 Alami 21 28 38 44 III Batu pecah 25 33 44 48 •
Gambar 3.2 Lukislah titik A pada Gambar 3.2, dengan FAS 0.5 sebagai absis dan kuat tekan beton yang diperoleh dari Tabel 3.3 sebagai ordinat. Dari titik A dibuat grafik baru yang bentuknya sama dengan dua grafik yang sudah ada didekatnya. Selanjutnya tarik garis mendatar dari sumbu tegak di kiri pada kuat tekan rata-rata yang dikehendaki sampai memotong grafik baru tersebut, lalu ditarik kebawah untuk mendapatkan FAS yang dicari.
Gambar 3.2 Grafik Mencari Faktor Air-Semen
III-3
Perencanaan campuran beton
h. Penetapan faktor air semen maksimum Lihat Tabel 3.4 Jika FAS maksimum ini lebih rendah dari langkah g, maka FAS maksimum ini yang digunakan. Tabel 3.4 FAS Maksimum untuk Berbagai Pembetonan & Lingkungan Khusus Jenis Pembetonan Beton didalam ruang bangunan: a. Keadaan keliling non-korosif b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh kondensasi atau uap korosi Beton diluar ruang bangunan: a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung Beton yang masuk kedalam tanah: a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar/payau/laut i.
FAS Maksimum 0.60 0.52
0.55 0.60
0.55 Tabel 3.8 Tabel 3.9
Penetapkan nilai slump Penetapan nilai slump dilakukan dengan memperhatikan pelaksanaan pembuatan, pengangkutan, penuangan, pemadatan dan jenis strukturnya. Misal: pengecoran dengan conncrete pump membutuhkan nilai slump besar, pemadatan dengan vibrator dapat dilakukan dengan nilai slump yang agak kecil. Lihat Tabel 3.5 sebagai pertimbangan.
Pengukuran Nilai Slump
III-4
Perencanaan campuran beton
Tabel 3.5 Penetapan Nilai Slump Pemakaian Beton Dinding, plat fondasi dan fondasi telapak bertulang Fondasi telapak tidak bertulang, kaison dan struktur dibawah tanah Pelat, balok, kolom dan dinding Pengerasan jalan Pembetonan masal
Maks
Min
12.5
5.0
9.0
2.5
15.0 7.5 7.5
7.5 5.0 2.5
Tabel 3.6 Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton (Liter) Besar Slump (mm) Jenis Ukuran Batuan Maksimum 0-10 10-30 30-60 60-180 Kerikil (mm) 150 180 205 225 10 Alami 180 205 230 250 Batu pecah 135 160 180 195 20 Alami 170 190 210 225 Batu pecah 115 140 160 175 40 Alami 155 175 190 205 Batu pecah Catatan: • Koreksi suhu diatas 20oC, setiap kenaikan 5OC harus ditambah air 5 liter per m3 adukan beton • Kondisi permukaan: untuk permukaan agregat yang kasar harus ditambah air ± 10 liter per m3 adukan beton
j.
Penetapan besar butir agregat maksimum Penetapan besar butir agregat maksimum dilakukan berdasarkan nilai terkecil dari ketentuan pada poin 2.2.c
k. Penetapan jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton, berdasarkan ukuran maksimum agregat, jenis agregat dan slump yang diinginkan. Lihat Tabel 3.6 Jika menggunakan agregat halus dan agregat kasar dari jenis yang berbeda (alami dan pecahan), maka jumlah air yang diperkirakan diperbaiki dengan rumus: A = 0.67Ah + 0.33 Ak Dengan: A = Jumlah air yang dibutuhkan (lt/m3) Ah = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya Ak = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya
III-5
Perencanaan campuran beton
l.
Hitung berat semen yang diperlukan Dihitung dengan membagi jumlah air dari Langkah k dengan FAS yang diperoleh pada Langkah g dan h
m. Hitung kebutuhan semen minimum Ditetapkan dengan Tabel 3.7-3.9. Kebutuhan semen minimum ini ditetapkan untuk menghindari beton dari kerusakan akibat lingkungan khusus, misalnya: lingkungan korosif, air payau dan air laut.
Tabel 3.7 Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan dan Lingkungan Khusus Semen Jenis Pembetonan Minimum (kg/m3 beton) Beton didalam ruang bangunan: 275 a. Keadaan keliling non-korosif b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh 325 kondensasi atau uap korosif Beton diluar ruang bangunan: 325 a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 275 b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung Beton yang masuk kedalam tanah: 325 a. Mengalami keadaan basah dan kering bergantiganti b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah Tabel 3.8 Beton yang selalu berhubungan dengan air Tabel 3.9 tawar/payau/laut
III-6
Perencanaan campuran beton
Tabel 3.8 Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton yang Berhubungan dengan Air Tanah yang Mengandung Sulfat Konsentrasi Sulfat (SO3) Kandungan semen minimum Dalam Tanah (kg/m3) SO3 SO3 dalam Jenis Semen dalam air Ukuran Maks. Total campuran tanah Agregat (mm) SO3 air:tanah (g/lt) 40 20 10 = 2:1 (g/lt) Tipe I dengan atau 280 300 350 <0.2 <0.1 <0.3 tanpa Pozzolan (15-40%) 290 330 380 Tipe I tanpa Pozzolan
0.2-0.5
1.0-1.9
0.3-1.2
Tipe I dengan Pozzolan (15-40%) Atau Semen Portland Pozzolan
Faktor Air Semen (FAS) Maksim um
0.5 0.5
270
310
360
0.55
250 340
290 380
430 430
0.55 0.45
290 330
330 370
380 420
0.5 0.45
330
370
420
0.45
Tipe II atau V
0.5-1.0
1.9-3.1
1.2-2.5
Tipe I dengan Pozzolan (15-40%) Atau Semen Portland Pozzolan Tipe II atau V
1.0-2.0
3.1-5.6
2.5-5.0
>2.0
>5.6
>5.0
Tipe II atau V Tipe II atau V dan lapisan pelindung
III-7
Perencanaan campuran beton
n.
Penyesuaian kebutuhan semen Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari Langkah l ternyata lebih sedikit daripada Langkah m, maka kebutuhan semen harus dipakai yang minimum (yang nilainya lebih besar)
o. Penyesuaian jumlah air atau FAS Jika jumlah semen ada perubahan akibat Langkah n, maka nilai faktor air semen berubah. Dalam hal ini dilakukan dua cara berikut: • Cara pertama, faktor air semen dihitung kembali dengan cara membagi jumlah air dengan jumlah semen minimum • Cara kedua, jumlah air disesuaikan dengan mengalikan jumlah semen minimum dengan faktor air semen Catatan: Cara pertama akan menurunkan faktor air semen, sedangkan cara kedua akan menaikkan jumlah air yang diperlukan p. Penentuan daerah gradasi agregat halus Klasifikasikan daerah gradasi agregat dengan menggunakan Tabel 3.10. q. Perbandingan agregat halus dan agregat kasar Diperlukan untuk memperoleh gradasi agregat campuran yang baik. Pada langkah ini dicari nilai banding antara berat agregat halus dan berat agregat campuran. Penetapan dilakukan dengan memperhatikan besar butir maksimum agregat kasar, nilai slump, FAS dan daerah gradasi agregat halus. Berdasarkan data tersebut dan Gambar 3.3-3.5 dapat diperoleh persentase berat agregat halus terhadap berat agregat campuran
Tabel 3.9 Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton Bertulang/Prategang Kedap Air Kandungan semen minimum Berhubungan FAS Tipe Semen dengan: Maksimum Ukuran Maksimum Agregat (mm) 40 20 Air tawar 0.50 Semua tipe I-V 280 300 340 380 Tipe I + Pozzolan 0.45 (15-40%) Atau Semen Portland Air payau 290 330 Pozzolan
Air laut
0.50 0.45
Tipe II atau V Tipe II atau V
330
370
III-8
Perencanaan campuran beton
Tabel 3.10 Batas Gradasi Pasir Lubang Persen Berat Butir yang Lewat Ayakan Ayakan 1 2 3 4 (mm) 10.00 100 100 100 100 4.80 90-100 90-100 90-100 95-100 2.40 60-95 75-100 85-100 95-100 1.20 30-70 55-90 75-100 90-100 0.60 15-34 35-59 60-79 80-100 0.30 5-20 8-30 12-40 15-50 0.15 0-10 0-10 0-10 0-15
Gambar 3.3 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan untuk ukuran Butir Maksimum 10 mm
Gambar 3.4 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan untuk ukuran Butir Maksimum 20 mm
III-9
Perencanaan campuran beton
Gambar 3.5 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat Keseluruhan untuk kuran Butir Maksimum 40 mm
r.
Berat jenis agregat campuran Bj camp = P/100*bj ag hls + K/100*bj ag ksr
Dengan: Bj camp = Berat jenis agregat campuran Bj ag hls = Berat jenis agregat halus Bj ag ksr = Berat jenis agregat kasar P = Persentase agregat halus terhadap agregat campuran K = Persentase agregat kasar terhadap agregat campuran Berat jenis agregat halus dan kasar diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium, namun jika tidak ada dapat diambil sebesar 2.60 untuk agregat tak dipecah dan 2.70 untuk agregat pecahan s. Penentuan berat jenis beton Menggunakan data berat jenis agregat campuran dari Langkah r dan kebutuhan air tiap meter kubik betonnya, maka dengan grafik pada Gambar 3.6 dapat diperkirakan berat jenis betonnya. Caranya: • Dari berat jenis agregat campuran pada langkah q dibuat garis kurva berat jenis gabungan yang sesuai dengan garis kurva yang paling dekat dengan garis kurva pada Gambar 3.6. • Kebutuhan air yang diperoleh pada Langkah k dimasukkan dalam Gambar 3.6 dan dari nilai ini ditarik garis vertikal keatas sampai mencapai kurva yang dibuat pada langkah pertama • Dari titik potong ini, tarik garis horisontal kekiri sehingga diperoleh nilai berat jenis beton
III-10
Perencanaan campuran beton
t.
Kebutuhan agregat campuran Dihitung dengan cara mengurangi berat beton per meter kubik dikurangi kebutuhan air dan semen
u. Hitung berat agregat halus yang dibutuhkan, berdasarkan hasil Langkah q dan r. Kebutuhan agregat halus diperoleh dengan cara mengalikan kebutuhan agregat campuran dengan persentase berat agregat halusnya v. Hitung berat agregat kasar yang diperlukan, berdasarkan hasil Langkah r dan s. Kebutuhan agregat kasar dihitung dengan cara mengurangi kebutuhan agregat campuran dengan kebutuhan agregat halus. Dalam perhitungan diatas, agregat halus dan agregat kasar dianggap dalam keadaan jenuh kering muka, sehingga di lapangan yang pada umumnya keadaan agregatnya tidak jenuh kering muka, harus dilakukan koreksi terhadap kebutuhan bahannya. Koreksi harus dilakukan minimum satu kali per hari. Hitungan koreksi dilakukan dengan rumus berikut: Air = A-[(Ah-A1)/100]xB-[(Ak-A2)/100]xC Agregat halus = B+[Ah-A1)/100]xB Agregat kasar = C+[(Ak-A2)/100]xC Dengan: A = Jumlah kebutuhan air (liter/m3) B = Jumlah kebutuhan agregat halus (kg/m3) C = Jumlah kebutuhan agregat kasar (kg/m3) Ah = Kadar air sesungguhnya dalam agregat halus (%) Ak = Kadar air sesungguhnya dalam agregat kasar (%) A1 = Kadar air pada agregat halus jenuh kering-muka (%) A2 = Kadar air pada agregat kasar jenuh kering-muka (%)
Gambar 3.6 Grafik Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Agregat Campuran dan Berat Beton
III-11
Perencanaan campuran beton
Untuk mempermudah dapat mempergunakan formulir isian di bawah ini:
Tabel 3.11 Formulir Perancangan Adukan Beton
III-12
Perencanaan campuran beton
III-13
3.2 Tata Cara Perancangan Proporsi Campuran beton Normal SNI 03-2847-2002 Poin 7.3
14
Gambar 3.7 Diagram Air Perancangan Proporsi Campuran Berdasarkan SNI 03-2847-2002
Perencanaan campuran beton
Kuat tekan rata-rata perlu f’cr ditentukan sebagai dasar pemilihan proporsi campuran beton harus diambil sebagai nilai terbesar dari persamaan 1 atau 2 dibawah ini: f’cr = f’c + 1.34 S......................................(1) f’cr = f’c + 2.33 S -3.5...............................(2)
Tabel 3.12 Faktor Modifikasi untuk Deviasi Standar Jika Jumlah Pengujian Kurang Dari 30 Contoh Faktor Modifikasi untuk Deviasi Jumlah Pengujian Standar <15 contoh Gunakan Tabel 15 15 contoh 1.16 20 contoh 1.08 25 contoh 1.03 30 contoh atau lebih 1.00 Catatan: Interpolasi untuk jumlah pengujian yang berada diantara nilai-nilai diatas
Tabel 3.13 Kuat Tekan Rata-Rata Perlu Jika Data Tidak Tersedia Untuk Menetapkan Deviasi Standar Persyaratan Kuat Tekan, f’c Kuat Tekan Rata-Rata Perlu, f’cr MPa MPa Kurang dari 21 f’c + 7.0 21-35 f’c + 8.5 Lebih dari 35 f’c + 10.0
III-14
Perencanaan campuran beton
Pasal 7.3(3(2)) SNI 03-2847-2002, menyebutkan tentang pembuatan proporsi campuran beton yang diperoleh dari campuran percobaan yang dapat digunakan jika batas-batas ini dipenuhi: o Kombinasi bahan yang digunakan harus sama dengan yang digunakan pada pekerjaan yang akan dilakukan. o Campuran percobaan yang memiliki proporsi campuran dan konsistensi yang diperlukan untuk pekerjaan yang akan dilakukan harus dibuat menggunakan sekurang-kurangnya tiga jenis rasio air-semen yang berbeda-beda untuk menghasilkan suatu kisaran kuat tekan beton yang mencakup kuat rata-rata perlu f’cr o Campuran uji harus direncanakan untuk menghasilkan kelecakan dengan kisaran ±20 mm dari nilai maksimum yang diizinkan, dan untuk beton dengan bahan tambahan penambah udara, kisaran kandungan udaranya dibatasi ±0.5% dari kandungan udara maksimum yang diizinkan o Untuk setiap rasio air-semen, sekurang-kurangnya harus dibuat tiga buah contoh silinder uji untuk masing-masing umur uji dan dirawat sesuai dengan SNI 03-2492-1991. Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium. Silinder harus diuji pada umur 28 hari atau pada umur uji yang ditetapkan untuk penentuan f’c o Dari hasil uji silinder tersebut harus diplot kurva yang memperlihatkan hubungan antara rasio air-semen atau kadar semen terhadap kuat tekan pada umur uji yang ditetapkan o Rasio air-semen maksimum atau kadar semen minimum untuk beton yang akan digunakan pada pekerjaan yang akan dilakukan harus seperti yang diperlihatkan pada kurva untuk menghasilkan kuat rata-rata yang sesuai dengan syarat-syarat diatas, kecuali bila rasio air semen yang lebih rendah atau kuat tekan yang lebih tinggi disyaratkan sesuai Pasal 6 SNI 03-28472002.
Pasal 6 SNI 03-2847-2002. Persyaratan Keawetan Beton 6.1 Rasio air-semen Rasio air semen yang disyaratkan pada Tabel 3.14 dan Tabel 3.15 harus dihitung menggunakan berat semen, sesuai dengan ASTM C150, ASTM C595 M atau ASTM C845 ditambah dengan berat abu terbang dan pozzolan lainnya sesuai dengan ASTM C618, kerak sesuai dengan ASTM C989 dan silica fume sesuai dengan ASTM C1240 bilamana digunakan.
III-15
Perencanaan campuran beton
6.2 Pengaruh lingkungan Tabel 3.14 Persyaratan Beton untuk Lingkungan Khusus Rasio airKondisi Lingkungan semen maksimum1 Beton dengan permeabilitas rendah 0.50 yang terkena pengaruh lingkungan air Untuk perlindungan tulangan terhadap korosi pada beton yang terpengaruh 0.40 lingkungan yang mengandung klorida dari garam atau air laut
f’c minimum2 MPa 28
35
Catatan: 1. Dihitung terhadap berat dan berlaku untuk beton normal 2. Untuk beton berat normal dan beton berat ringan
Struktur Pelabuhan,: Salah Satu Contoh Beton dalam Pengaruh Air Laut
6.3 Pengaruh lingkungan yang mengandung sulfat o Beton yang dipengaruhi oleh lingkungan yang mengandung sulfat yang terdapat dalam larutan atau tanah harus memenuhi pada Tabel 3.15, atau harus terbuat dari semen tahan sulfat dan mempunyai rasio air-semen maksimum dan kuat tekan minimum sesuai dengan Tabel 3.15
III-16
Perencanaan campuran beton
Tabel 3.15 Persyaratan untuk Beton yang Dipengaruhi oleh Lingkungan Yang Mengandung Sulfat
Papara n Lingkungan Sulfat
Sulfat (SO4) Dalam Tanah yang Dapat Larut Dalam Air Persen terhadap berat
Sulfat (SO4) Dalam Air Jenis Semen Mikron gram per gram
Ringan
0.00-0.10
0-150
Sedan g
0.10-0.20
150-1500
Berat
0.20-2.00
15001000
II,IP(MS), IS(MS),P(MS) , I(PM)(MS), I(SM)(MS)* V
Sangat >2.00 >10000 V+Pozzolan berat Catatan: *Semen campuran sesuai ketentuan ASTM C595
f’c Rasio Airminimum Semen (Beton Maksimum berat dalam normal Berat dan (Beton ringan) Berat Normal) MPa
-
-
0.5
28
0.45
31
0.45
31
III-17
Perencanaan campuran beton
6.4 Perlindungan tulangan terhadap korosi o Tulangan didalam beton harus diberikan perlindungan terhadap korosi, maka konsentrasi ion klorida maksimum yang dapat larut dalam air pada beton keras umur 28-42 hari tidak boleh melebihi batasan pada Tabel 3.15. Bila dilakukan pengujian untuk menentukan kandungan ion klorida yang dapat larut dalam air, prosedur uji harus sesuai ASTM C1218 o Persyaratan nilai rasio air-semen dan kuat tekan beton pada Tabel 3.14 dan persyaratan tebal selimut beton pada pasal 9.7 SNI 03-2847-2002 harus dipenuhi apabila beton akan berada pada lingkungan yang mengandung klorida yang berasal dari air garam, air laut atau cipratan dari sumber garam tersebut. Untuk tendon kabel prategang tanpa lekatan dapat dilihat ketentuannya pada Pasal 20.16 SNI 03-2847-2002.
Pasal 7.4 SNI 03-2847-2002. Menyebutkan tentang perancangan campuran tanpa berdasarkan data lapangan atau campuran percobaan. o Jika data hasil uji pekerjaan beton sebelumnya tidak tersedia, maka proporsi campuran beton harus ditentukan berdasarkan percobaan atau informasi lainnya, bilaman hal tersebut disetujui oleh pengawas lapangan. Kuat tekan rata-rata perlu, f’cr beton yang dihasilkan dengan bahan yang mirip dengan yang akan digunakan harus sekurang-kurangnya 8.5 Mpa lebih besar daripada f’c yang disyaratkan. Alternatif ini tidak boleh digunakan untuk beton dengan kuat tekan yang disyaratkan lebih besar dari 28 Mpa. o Campuran beton yang dirancang menurut butir ini harus memenuhi persyaratan keawetan pada Pasal 6 (diatas) dan kriteria pengujian kuat tekan pada Pasal 7.6 SNI 03-2847-2002
III-18
Pelaksanaan
0
IV-0
Pelaksanaan
4.1 PENCAMPURAN/MIXING a.
Site-Mix
1. Standar pencampuran ini hanya untuk beton normal (dengan berat jenis 2200 kg/m3-2500 kg/m3) dan tidak menggunakan bahan tambahan. Pencampuran
dengan
bahan
tambahan
diatur
oleh
petunjuk
penggunaan bahan tambahan yang digunakan. 2. Alat pencampur yang digunakan harus mempunyai alat pemutar dengan mesin, baik mollen, winget, pan mixer atau batching plant, yang dibagi dalam dua golongan, yaitu: •
Golongan 1: Mesin pencampur dengan blade berputar sendiri, contoh: pan mixer dan batching plant
•
Golongan 2: Mesin pencampur dan blade berputar bersamaan, contoh: mollen dan winget
Pencampuran a. Semua bahan beton harus diaduk secara seksama hingga campuran seragam dan harus dituangkan seluruhnya sebelum pencampur diisi kembali. b. Outlet mixer jangan sampai menimbulkan segregasi waktu beton dituang. c. Beton siap pakai harus dicampur dan diantarkan sesuai persyaratan SNI 03-4433-1997. Spesifikasi beton siap pakai atau ASTM C685. Spesifikasi untuk beton yang dibuat melalui penakaran volume dan pencampuran menerus.
IV-1
Pelaksanaan
d.
Adukan beton yang dicampur di lapangan harus dibuat sebagai berikut: 1) Urutan pemasukan material kedalam mesin pencampur harus dimulai dengan agregat kasar, agregat halus kemudian semen. Setelah semen dimasukkan, putar mesin pengaduk selama 1/2 menit kemudian baru dimasukkan air (air dan bahan tambahan, bila tidak terdapat ketentuan lain tentang penggunaan bahan tambahan). Kemudian lakukan pengadukan sesuai waktu yang ditentukan. 2) Mesin pencampur harus diputar dengan kecepatan yang disarankan oleh pabrik pembuat. Jika tidak ada, dapat menggunakan pendekatan pada Tabel 4.1 3) Pencampuran harus dilakukan secara terus-menerus selama sekurang-kurangnya 1,5 menit (lihat Tabel 4.1) setelah semua bahan berada dalam wadah pencampur, kecuali bila dapat diperlihatkan bahwa waktu yang lebih singkat dapat memenuhi persyaratan uji keseragaman campuran SNI 03-4433-1997. Spesifikasi beton siap pakai. 4) Pengolahan, penakaran dan pencampuran bahan harus memenuhi aturan yang berlaku pada SNI 03-4433-1997. Spesifikasi beton siap pakai. 5) Catatan rinci harus disimpan dengan data-data yang meliputi: o Jumlah adukan yang dihasilkan o Proporsi bahan yang digunakan o Perkiraan lokasi pengecoran pada struktur o Tanggal serta waktu pencampuran dan pengecoran
Tabel 4.1 Standar Waktu Minimum Pemutaran Alat Pencampur Beton Jenis Mesin Kapasitas Maksimum Lama Pencampuran 3 Pencampur (m ) Minimum (menit) <1.0 1.5 1.0-2.5 2.0 Blade berputar sendiri 2.5-3.0 2.5 3.0-5.0 3.0 5.0-7.0 3.5 Blade berputar bersamaan dengan 0.5 3.0 mesin e.
Toleransi berat pencampuran bahan beton: o Semen dan air +/-2% o Pasir +/-3% o Agregat kasar +/-5% o Air +/-2% o Aditif +/-5%
IV-2
Pelaksanaan
b. Ready-Mix Penggunaan Beton pra-campur/ready-mix terutama digunakan untuk pengecoran jumlah besar yang biasanya melayani proyek-proyek pada skala besar atau melayani proyek-proyek di perkotaan. Penggunaan beton pra-campur mengeliminasi waktu mixing oleh kontraktor, karena beton tiba di lapangan dalam keadaan siap-tuang, yang perlu mendapat fokus perhatian pada beton ini adalah kualitas beton dan penanganan di lapangan. 1. Kontrol Kualitas Dalam melakukan kontrol kualitas beton ready-mix, hal yang penting adalah melakukan kontrol volume semen pada mix-design sebab komponen semen merupakan komponen yang paling mahal dari komposisi ready-mix. Pada pengecoran dengan volume besar, kemungkinan terjadi adanya kesalahan dalam keseragaman mutu yang disebabkan karena kurang cermatnya operator instalasi berhubung banyaknya pengiriman di berbagai tempat dengan mutu atau spesifikasi yang berbeda. Dalam melakukan kontrol workabilitas beton sebelum dituang, maka prosedur berikut dapat dilakukan: a. Pastikan bahwa beton telah tercampur secara merata di dalam truk mixer b. Ambilah contoh bahan uji secukupnya c. Lakukan uji slump pada contoh bahan uji tersebut d. Bilamana hasilnya memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka muatan harus diterima. Tetapi bila hasilnya diluar batas, ambilah kembali contoh bahan uji dari truk yang sama untuk dilakukan test slump lagi e. Bila tidak memenuhi, maka beton harus ditolak 2. Penanganan Beton Pra Campur di Lapangan a. Site yang dilalui dan tempat parkir truk mixer harus kuat dan mampu menahan muatan penuh dari truk pencampur yang beratnya sekitar 24 ton, dan jelas bahwa jalanan ini harus lebih kuat daripada yang diperlukan untuk lalu lintas biasa di lapangan. Sehingga akan lebih ekonomis untuk membuat jalan masuk yang memadai di awal pekerjaan, daripada pekerjaan ”tambal sulam” permukaan tanah yang lemah. Disarankan untuk keadaan umum, memberi perkerasan inti yang sangat padat setebal 200 mm atau yang ekuivalen b. Truk yang berjalan dekat sisi galian harus diperhatikan. Galian perlu ditopang dengan baik untuk mencegah runtuhnya sisi galian akibat berat kendaraan.
IV-3
Pelaksanaan
4.2 PENGANGKUTAN
a. Semua peralatan untuk pengangkutan harus bersih. b. Tidak boleh terjadi segregasi dan hilangnya plastisitas campuran selama proses pengangkutan. c. Diusahakan tidak timbul laitance/kelembapan tinggi diatas beton segar. d. Waktu keluar dari batching sampai penuangan selesai tidak boleh lebih dari 1,5 jam atau waktu total sampai dengan pengecoran selesai tidak lebih dari tiga jam dan nilai slump masih memenuhi syarat
IV-4
Pelaksanaan
4.3 PERSIAPAN LOKASI
a. Persiapkan site dengan baik, termasuk pada joint bekisting, pastikan bahwa penempatan tulangan sudah benar (jika ada), pastikan bekisting sudah rata, kuat dan tersangga dengan benar. b. Semua sampah, kotoran dan genangan air harus dihilangkan dari cetakan yang akan diisi beton. c. Cetakan harus dilapisi zat pelumas permukaan sehingga mudah dibongkar. d. Bila ada bagian yang menggunakan batu bata, bagian dinding bata pengisi yang akan bersentuhan dengan beton segar harus dalam kondisi basah. e. Tulangan harus benar-benar bersih dari lapisan yang mengganggu. f. Sebelum beton dicor, air harus dibuang dari tempat pengecoran, kecuali bila digunakan tremie. g. Semua kotoran dan bagian permukaan yang dapat lepas atau yang kualitasnya kurang baik harus dibersihkan sebelum pengecoran lanjutan dilakukan pada permukaan beton yang telah mengeras. h. Pengecoran diatas beton lama/batuan harus dibersihkan, dikasari, dibasahi dan dilapisi dengan mortar/semen yang dibuat dengan menggunakan air dan semen yang sama dengan yang dicor dan nilai slump 15 cm terlebih dahulu, setebal 4-10 cm untuk mencegah lubanglubang dan menciptakan ikatan yang rapat. Atau gunakan bonding agent. i. Penundaan pengecoran ketika beton sudah siap di cor menyebabkan penurunan kualitas akhir. Pastikan semua kegiatan diatas sudah terlaksana sebelum beton siap dicor.
IV-5
Pelaksanaan
4.4 PERALATAN PENGECORAN a. •
•
• •
Agitator Truck Agitator truck biasanya dipakai untuk mengirim beton ready-mix, dengan drum yang berputar untuk mencegah beton mengalami setting, berbeda dengan truck mixer yang mencampur beton sekaligus mengangkutnya. Spesifikasi mixer dapat dilihat pada Poin 4.1 (diatas) Kontraktor harus mengecek nilai slump dari tiap batch individual untuk mengetahui keseragaman konsistensi beton. Bila test ini mengindikasikan adanya variasi nilai slump melebihi 50 mm, agitator disarankan untuk tidak digunakan sampai kondisi tersebut diperbaiki Agitator harus terawat baik, dan tidak ada akumulasi beton keras dan mortar didalamnya, blade dan setiap bagiannya harus diganti bila telah aus sebesar 25 mm dari design pabriknya Beton harus sampai di site dan penuangan harus diselesaikan dalam waktu 1.5 jam setelah air dimasukkan dalam campuran semen dan agregat.
Dibawah ini diuraikan kapasitas dan spesifikasi rata-rata dari beberapa agitator truck di pasaran: Kapasitas geometris drum Kapasitas pencampuran Kecepatan putar drum Tekanan water system Volume water tank Berat agitator truck kosong Kecepatan maksimum
Satuan panjang: mm
: 8-14 : 5-8 : 0-18 : 2 bar : 400-600 : 2800-3200 : 60
m3 m3 rpm liter kg km/jam
IV-6
Pelaksanaan
b. Concrete Pump •
Concrete pump diperlengkapi dengan pipa yang panjangnya tergantung jangkauan horisontalnya Ukuran maksimum agregat yang dapat dipompa hingga 63 mm (tetapi tergantung juga pada spesifikasi pabrik) Diperlengkapi agitator pada feeding hopper-nya untuk mencegah beton mengalami setting dan segregasi di lubang penyerapan Biasanya diperlengkapi dengan 3-5 section untuk Z-boom
• • •
Spesifikasi rata-rata alat: Temperatur pengecoran optimal Jangkauan vertikal Jangkauan horizontal Kedalaman jangkauan Tinggi alat dalam keadaan terlipat Output Tekanan dalam pipa Diameter pipa Stroke menit
: -20 s.d +40 : 16-58 : 13-53 : 8-42 : 4.1-15.4 : 48-154 : 71-130 : 200x1400 – 280x2100 : 18-34
O
C m m m m m3/jam bar mm per
c. Tremie • • •
Metode pengecoran beton didalam air melalui pipa atau tabung, tremie dapat rigid maupun fleksibel Beton dialirkan secara gravitasional dengan mesin pengaduk beton yang mengalirkan beton melalui bagian atas pipa atau dengan disambungkan secara langsung melalui concrete pump Pengecoran dengan tremie bertujuan menghasilkan penuangan menerus yang monolitik dibawah air tanpa menyebabkan turbulensi
IV-7
Pelaksanaan
Syarat pengecoran dengan tremie: • Diameter minimum 250 mm • Penetrasi tremie sekitar 3-4 inchi atau 8-10 cm • Kadar semen minimum 7 sack tiap kubik yard/0.76 m3 • Slump berkisar 6-9 in • Penuangan beton dan maneuver tremie harus dilakukan secara hatihati • Pengantaran/ pengangkutan beton harus tiba ditempat tujuan dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu
d. Placing Boom • • • • •
Berupa tower yang terdiri dari substruktur turbular, kolom vertikal dan boom/lengan yang dapat mengeluarkan aliran beton segar ke formwork struktur Adanya instalasi alat untuk climbing dengan sistem hidrolis yang dioperasikan dengan kabel remote control Placing boom dapat ditambah tingginya seiring dengan naiknya struktur bangunan dan dapat berdiri hingga 100 ft (30.48 m) tanpa diikat pada apapun Pergerakan angular pada boom joint-nya besar, sehingga dapat menjangkau berbagai lokasi yang relatif luas Diperlukan 40 ft container untuk pengangkutan boom
Spesifikasi rata-rata alat: Jangkauan horizontal Berat alat Jumlah section dalam satu lengan
: 16-50 : 4050-9650 : 4-5
m kg buah
IV-8
Pelaksanaan
e.
Internal Vibrator
Pemilihan vibrator agar menghasilkan beton berkualitas adalah: • Pilihlah vibrator terbesar dari kelasnya yang sesuai untuk jenis pekerjaan • Hal penting yang perlu diperhatikan: udara terperangkap bergerak keatas dalam campuran mulai 1-3 inch per detik (1 inch, pada nilai slump 0, 3 inch pada nilai slump 4-5 inch)
Spesifikasi umum rata-rata dari beberapa vibrator, antara lain: Diameter head : 38-65 Panjang vibrator : 345-490 Berat : 2.2-9.2 Protective hose : 4-5 Berat pengoperasian : 10.5-22.5 Diameter pemadatan efektif (tergantung konsistensi beton) : 50-120 Getaran : 11000-14000
mm mm kg m kg cm VPM
Lihat juga Bab VI Pengetahuan Beton Pracetak, Subbab Pemadatan. Pada Bab tersebut diuraikan beberapa macam peralatan pemadatan yang dipakai pada produksi beton pracetak, seperti: meja getar dan external vibrator. ½ dari radius penggetaran
Benar
Salah
Internal Vibrator dengan Generator
IV-9
Pelaksanaan
Vibrator tanpa Generator
4.5 PENGECORAN Cara pengecoran dan pemadatan yang baik, akan menghasilkan ikatan yang kuat antara pasta semen dan agregat serta akan mengisi bekisting secara sempurna. Kedua faktor tersebut diatas berperan penting dalam memberikan kekuatan dan tampilan terbaik pada beton yang dihasilkan.
Beton yang Tidak Boleh Digunakan a. Beton yang telah mengeras sebagian/terkontaminasi bahan lain. b. Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur ulang setelah pengikatan awal, kecuali bila disetujui pengawas lapangan.
Pedoman Umum a. Kontrol temperature-Jika memungkinkan, hindari pengecoran pada cuaca yang panas, kering dengan kelembapan rendah atau cuaca yang terlalu dingin dan berangin keras. Jika cuaca diprediksi akan panas, kering atau berangin, maka subgrade/bekisting tempat beton akan diletakkan harus dibasahi agar lembab. Pastikan setiap langkah pekerjaan telah dipersiapkan dengan baik, karena pada kondisi cuaca seperti diatas, tidak tersedia banyak waktu untuk pengecoran, pemadatan, finishing dan perawatan beton.
IV-10
Pelaksanaan
b. Segregasi-Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya untuk menghindari terjadinya segregasi akibat penanganan kembali atau akibat pengaliran. c. Kontinu-Setelah dimulainya pengecoran, maka pengecoran tersebut harus dilakukan secara menerus hingga mengisi secara penuh panel atau penampang sampai batasnya atau sambungan yang ditetapkan dan hindarkan terjadinya cold-joint. d. Kontrol posisi-Kecepatan pengecoran harus sedemikian hingga agar beton tetap dalam keadaan plastis dan dengan mudah dapat mengisi ruang diantara tulangan, seluruh celah dan masuk hingga ke sudut cetakan tetapi tidak menimbulkan pergerakan besi, bekisting serta embedded material. e. Kecepatan pengecoran-Untuk menghindari tekanan yang berlebihan pada bekisting pada proyek-proyek besar, kecepatan pengecoran tidak lebih dari 1,2 m vertikal tiap jamnya kecuali untuk kolom. Untuk mencegah retak-retak, interval antara pengecoran slab, balok, dan girder dengan pengecoran kolom dan dinding yang mendukungnya minimal 4 jam, tetapi yang terbaik adalah 24 jam.
Cold-joint
f.
Siar Pelaksanaan-Jika diperlukan siar pelaksanaan, maka sambungan harus dibuat sesuai Subbab 8.4 SNI 03-2847-2002
g. Pengecoran berlapis-setiap lapisnya dibatasi maksimal setebal 50 cm dengan satu kali operasi (ketebalannya tergantung dari tipe konstruksi, ukuran bekisting dan jumlah tulangan) dan harus dipadatkan terlebih dahulu sebelum pengecoran lapisan selanjutnya untuk mencegah terjadinya lubang-lubang (sarang lebah). Lapisan selanjutnya segera harus dituang sebelum lapisan sebelumnya mengalami pengikatan awal.
IV-11
Pelaksanaan
Hindarkan terjadinya over vibrate saat pemadatan lapisan, karena akan menyebabkan segregasi dan permukaan yang lemah. h. Tinggi jatuh maksimum-Jika menggunakan concrete pump, pengecoran langsung dari mixer truck, menggunakan cerobong ataupun kereta dorong, pastikan bahwa beton segar dituang secara vertikal dengan ketinggian maksimum pengecoran adalah 1,5 m untuk mencegah terjadinya lubang-lubang pada beton yang dihasilkan.
Teknik Pengecoran (lihat Gambar 4.1) a. Pengecoran dinding o Pengecoran dimulai dari ujung bergerak ke tengah untuk mencegah air berkumpul pada sudut dan tepi bekisting. o Berikan kelebihan cor setinggi sekitar 5 cm dari bekisting dan pindahkan kelebihan tersebut sebelum beton mengeras agar didapat permukaan yang rata dan bersih. o Sebelum pengecoran selanjutnya, berikan lapisan mortar seperti pada poin 4.3.h b. Site datar o Pengecoran dimulai dari sudut bekisting paling jauh dan bergerak ke arah suplai beton, dimana beton dicampur atau dikirim (mixer truck). o Jangan mengecor pada titik-titik yang berbeda dan mengeruk titik-titik tersebut secara horisontal untuk meratakan dan menggabungkan agar mengisi bekisting pada posisi akhirnya, hal ini dapat menyebabkan segregasi. c.
Site miring/dengan slope tertentu o Pengecoran dimulai dari titik terendah, bergerak naik ke arah yang lebih tinggi sehingga berat beton cor-coran di titik yang lebih tinggi akan memadatkan beton yang telah dicor sebelumnya. Penggunaan campuran yang lebih kental lebih dianjurkan. o Jika area pengecoran luas dan kemiringannya curam serta akses terbatas, concrete pump adalah solusi paling praktis untuk menghemat waktu, energi dan kenyamanan
IV-12
Pelaksanaan
Benar Salah 2. Pengecoran Beton pada Bagian Atas Bekisting Dinding
Benar Salah 1. Pengecoran Beton pada Bagian Bawah Bekisting Dinding
Benar Salah 3. Pengecoran Beton pada Site Datar
Benar Salah 4. Pengecoran Beton pada Site Miring
Gambar 4.1 Teknik Pengecoran
IV-13
Pelaksanaan
Pengecoran pada temperatur udara tinggi: Jika temperatur harian >35o Celcius , maka diusahakan pengecoran dilakukan pada malam hari, atau dilakukan upaya khusus pada proses pencampuran, seperti : z Pendinginan material dengan siraman air z Melindungi semua material dan lokasi pengecoran dari sinar matahari, misalnya dengan menggunakan tenda z Mengecat tangki penyimpan air dengan warna putih (tidak menyerap panas) z Mendinginkan air pencampur beton, atau mencampur dengan es atau air chiller z Menyemprot acuan/bekisting dengan air z Melindungi beton selama pengangkutan dan pengecoran terhadap sinar matahari
IV-14
Pelaksanaan
4.6 PEMADATAN/COMPACTING Pemadatan dilakukan pada semua pembetonan kecuali beton yang dicor didalam air. Pemadatan mengeliminasi lubang-lubang dan membuat agregat halus mengisi cetakan dan membentuk permukaan yang halus, sehingga beton dapat mencapai kekuatannya, durabilitasnya dan homogenitasnya.
Kapan Pemadatan Dapat Dimulai? Segera setelah beton dituangkan dan beton masih dalam kondisi plastis (workable)
Pedoman Umum a.
Pemadatan dapat dilakukan secara manual (menggunakan sekop, tongkat atau tamper) maupun mekanis (menggunakan vibrator), tapi yang terbaik adalah secara mekanis. Peralatan pemadatan harus dapat mencapai dasar cetakan dan cukup kecil agar dapat masuk ke celah-celah tulangan.
b.
Pemadatan tidak menimbulkan pergerakan besi, bekisting dan embedded material.
c.
Pemadatan tidak boleh menimbulkan ruang kosong akibat gaya gravitasi.
Teknik Pemadatan a.
Pemadatan manual o Masukkan alat pemadat kedalam bekisting, pada lapisan yang baru saja dituangkan dan beberapa inchi hingga lapisan dibawahnya. o Gerakkan alat pemadat hingga agregat kasar menghilang dan masuk kedalam beton.
Ujung pipa: sambungan dan rata
Gambar 4.2 Pemadatan Manual
IV-15
Pelaksanaan
Hindarkan hal-hal berikut ini untuk mencegah segregasi: o Jangan menggunakan vibrator bila adukan dapat dipadatkan dengan mudah dengan hanya menggunakan pemadatan manual o Jangan menggunakan vibrator untuk beton dengan nilai slump lebih dari 5 inchi. o Jangan menggunakan vibrator untuk meratakan beton didalam bekisting b.
Pemadatan mekanis (Internal Vibrator) o Masukkan alat pemadat hingga kedalaman kira-kira 45 cm. Untuk beton air entrained selama 5-10 detik dan untuk beton non-air entrained selama 10-15 detik. Lamanya pemadatan tersebut tergantung pada nilai slump-nya. o Padatkan secara merata dengan membuat sejumlah kecil area pemadatan yang overlap dan jika memungkinkan, biarkan vibrator berdiri secara vertikal dan biarkan turun dengan sendirinya akibat gravitasi kedalam beton. o Vibrator tidak hanya bergerak pada lapisan yang baru saja dicor, tetapi juga menembus hingga >10cm kedalam lapisan dibawahnya (yang sudah terlebih dahulu dicor) untuk menjamin terbentuknya ikatan yang baik antar lapisan. o Pemadatan yang layak telah tercapai jika lapisan tipis mortar muncul kepermukaan disekitar diseluruh bekisting dan agregat kasar menghilang kedalam beton atau pasta semen mulai nampak disekitar tongkat vibrator dan gelembung udara beton naik ±30 detik. o Tariklah vibrator secara vertikal dengan kecepatan yang sama saat turun kedalam adukan beton secara gravitasional. Tabel 4.2 Getaran Minimum dengan Internal Vibrator Diameter > 80mm < 80 mm
Sebelum Pemadatan
Getaran Minimal (RPM) 8.000 12.000
Setelah Pemadatan
Gambar 4.3 Pemadatan Mekanis
IV-16
Pelaksanaan
4.7 FINISHING Proses finishing dilakukan untuk memperoleh permukaan beton dengan efek-efek tertentu sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kasus tertentu, finishing dapat hanya berupa koreksi terhadap cacat permukaan, mengisi lubang-lubang atau membersihkan permukaan. Beton yang tidak memerlukan finishing permukaan, kadangkala hanya membutuhkan screeding untuk memperbaiki kontur.
Macam Finishing: a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Screeding Hand Tamping Floating Edging Trowelling Brooming Grinding Sack-Rubbed Finish Exposed Aggregate Finish
Kapan Finishing Dapat Dimulai? Saat beton (yang telah dipadatkan sebelumnya) dapat menyangga beban satu orang yang berdiri diatasnya dengan hanya meninggalkan sedikit bekas pada permukaannya.
a. SCREEDING Dilakukan untuk memperoleh elevasi/ketinggian yang diinginkan pada pengecoran slab, trotoar atau jalan. a.
Screeding Manual Menggunakan sebuah alat yang disebut screed, dengan bagian bawah alat datar dan rata untuk menghasilkan permukaan yang rata atau lengkung untuk menghasilkan permukaan lengkung. Teknik sceed yang baik: o Gerakkan screed maju dan mundur melintang dipermukaan beton seperti gerakan menggergaji o Dalam satu gerakan, gerakkan screed maju sekitar 1 inchi disepanjang bekisting o Jika screed ‘mencongkel’ permukaan beton, (yang mungkin terjadi pada beton air entrained karena sifatnya yang lengket) kurangilah kecepatan maju screeding atau lapisi bagian bawah screed dengan logam o Lakukan kembali screeding untuk kedua kali untuk membuang permukaan beton yang bergelombang akibat screeding sebelumnya
IV-17
Pelaksanaan
Screeding yang optimal dilakukan oleh 3 orang (tidak termasuk operator vibrator), dua dari pekerja mengoperasikan screed sedangkan pekerja ketiga membuang kelebihan beton dari bagian depan screed. Kecepatan screeding yang dihasilkan dengan cara ini adalah 200 ft2/jam b.
Screeding Mekanis Umumnya digunakan untuk pekerjaan perkerasan jalan raya, dek jembatan dan slab. Alat ini memiliki vibrator dan dapat digunakan untuk beton kuat tekan tinggi dan memiliki nilai slump rendah. Keuntungan menggunakan screeding mekanis ini adalah menghasilkan beton yang kuat dengan kepadatan yang lebih besar, finishing yang lebih rapi, mengurangi perawatan (mengeliminasi perlunya floating dan hand tamping) dan menghemat waktu dengan kecepatan operasi yang tinggi. Alat ini terdiri dari beam dan mesin berbahan bakar bensin, atau motor listrik dan penggetar mekanis yang dipasang ditengah beam. Kebanyakan alat jenis ini cukup berat, maka dilengkapi dengan roda untuk membantu memindahkan, tetapi terdapat pula screed mekanis yang ringan dan dapat diangkat oleh dua orang pekerja. Kecepatan mengoperasikan tergantung secara langsung oleh nilai slump, makin besar nilai slump adukan, makin besar kecepatannya.Teknik screeding dengan alat ini adalah: o Tidak boleh ada gerakan menyilang dari beam o Tuangkan beton pada jarak 4-6 m didepan screed dan pastikan beton yang cukup telah siap didepan screed dengan ketinggian dibawah screed beam o Screed kemudian dioperasikan oleh dua pekerja pada kedua ujungnya o Jika pada permukaan beton muncul rongga atau lubang setelah screed melewati lapisan itu, maka lubang tersebut harus segera diisi dengan beton segar dan screed kemudian diangkat dan dipindahkan kebelakang untuk pass kedua kali
IV-18
Pelaksanaan
Gambar 4.4 Alat Screed Mekanis Bila saat screeding, terjadi bleeding, jangan menggunakan pasir/semen untuk menyerap kelebihan air akibat bleeding karena akan melemahkan permukaan yang telah mengeras, pindahkan genangan air dengan menarik pipa selang diatas permukaan beton atau saat mix desain gunakan bahan aditif air entraining.
b. HAND TAMPING Dilakukan setelah screeding. Digunakan untuk memadatkan beton menjadi sebuah massa yang padat dan membuat agregat kasar dengan ukuran partikel besar turun kebawah permukaan, sehingga memungkinkan finishing permukaan dapat dilakukan sesuai keinginan. Alat ini hanya digunakan untuk beton dengan nilai slump rendah. Setelah hand tamping dilakukan, dapat langsung dilanjutkan dengan floating.
Dapat digunakan untuk: Pinggiran kolam, driveways, patio, entry dan courtyard
IV-19
Pelaksanaan
Gambar 4.5 Alat Hand Tamping
c. FLOATING Jika menginginkan permukaan beton yang lebih halus daripada yang diperoleh dengan screeding, maka permukaan harus dihaluskan dengan raskam (float) kayu atau aluminium magnesium. Setelah beton sebagian mengeras, floating dapat dilakukan untuk kedua kalinya agar didapat permukaan yang lebih halus.
Kapan Floating Dapat Dilakukan? Segera setelah kilau air menghilang dari permukaan beton, untuk mencegah retak dan pengelupasan beton
Raskam Kayu & Magnesium
Alat Float Bertangkai
Gambar 4.6 Floating
IV-20
Pelaksanaan
Hindarkan floating yang berlebihan pada beton yang masih plastis, karena akan membuat air dan pasta semen yang berlebihan naik ke permukaan karena material ini membentuk lapisan tipis yang akan cepat aus dan mengelupas saat penggunaan.
d. EDGING Semua tepi dari slab yang tidak berbatasan dengan struktur lainnya harus dihaluskan dengan sebuah edger. Alat ini membuat bagian tepi beton menjadi lengkung dan tidak tajam. Proses ini membuat beton lebih rapi dan mencegah pecahnya tepi beton.
Gambar 4.7 Edger
Kapan Edging Dapat Dilakukan? Dimulai saat kilau air mulai menghilang dari permukaan.
e. TROWELLING Trowelling dimulai setelah kilau air menghilang dari permukaan beton setelah proses floating dan beton telah cukup keras. Trowelling yang terlalu awal cenderung mengurangi keawetan beton, sebaliknya, trowelling yang tertunda mengakibatkan permukaan terlalu keras untuk dapat dikerjakan dengan baik. Titik-titik air harus dihindari, jika titik-titik air muncul, pekerjaan finishing tidak boleh dilanjutkan hingga air terserap lebih dulu, menguap atau dibersihkan.
IV-21
Pelaksanaan
a.
Trowel Baja o Gerakkan trowel dengan gerakan lengkung dan permukaan trowel berhadapan secara datar dengan beton o Lakukan trowelling untuk kedua kalinya setelah beton cukup keras sehingga tidak ada mortar yang menempel pada trowel dan suara berdering dihasilkan saat trowel melewati permukaan beton o Pada trowelling yang kedua kali, trowel harus sedikit dimiringkan sedikit dan gunakan tekanan yang kuat untuk beton yang sudah padat sepenuhnya
Gambar 4.8 Trowel Baja b.
Trowel Mekanis Digunakan untuk flat slab dengan kekakuan yang konsisten. Alat ini dilengkapi dengan seperangkat float blade diantara steel blade-nya, jadi floating dapat sekaligus dilakukan. Beton harus diatur sedemikian rupa agar dapat menahan berat mesin dan operator. Meskipun operasi alat ini lebih cepat daripada proses manual, tetapi tidak semua tipe konstruksi dapat menggunakannya dan harus mengacu pada pedoman operasi dan perawatan alat yang dibuat oleh pabriknya.
IV-22
Pelaksanaan
f. BROOMING Permukaan yang tidak licin pada beberapa lantai dan trotoar dapat diperoleh dengan proses ini sebelum beton mengeras sepenuhnya. Dilakukan setelah floating.
Hasil Brooming Motif Geometris
Hasil Brooming Motif Persegi
Untuk menciptakan pola lengkung, berombak, herringbone bahkan lingkaran o Jika tidak menginginkan alur yang besar, dapat menggunakan sikat halus setelah satu kali trowelling o Jika alur yang besar/kasar diinginkan, dapat menggunakan sapu kaku yang terbuat dari kawat baja/serat kasar. o Untuk lantai beton jalan (parkiran misalnya), arah alur yang dihasilkan harus pada sudut yang benar terhadap arah lalu lintas
Hasil Brooming motif Lengkung
IV-23
Pelaksanaan
g. GRINDING Bila proses ini diinginkan untuk lantai beton, harus dimulai setelah permukaan mengeras secara cukup untuk mencegah tercabutnya partikel agregat. o o
o
Selama proses grinding, lantai harus tetap basah dan dilanjutkan dengan menyikat dan membilas dengan air Setelah permukaan selesai dikerjakan, lubang-lubang dan cacat ditutup dengan grouting encer berupa campuran satu bagian graincarborundum grit no. 80 dan satu bagian portland semen. Bahan ini diratakan di permukaan dan diratakan pada lubang-lubang itu dengan sendok semen. Kemudian digosok-gosokkan ke permukaan beton dengan mesin grinding. Saat beton grouting telah mengeras selama 17 hari, beton di-grinding untuk kedua kalinya agar lapisan yang tidak diinginkan hilang dan memberikan sentuhan akhir. Material yang tersisa diatas beton kemudian dibuang dengan penyiraman air secara keseluruhan.
h. SACK RUBBED FINISHING (untuk Lantai Beton) Finishing dengan cara ini kadang diperlukan jika penampilan lantai beton yang terbentuk jauh dari yang diharapkan. Dilakukan setelah perbaikanperbaikan dan perbaikan cacat-cacat mayor telah terselesaikan. Jika menggunakan cetakan atau bekisting dari plywood, polyfilm atau cetakan lain yang sudah membentuk permukaan beton agar halus, maka tidak perlu dilakukan rubbing lagi. o Rubbing yang pertama dilakukan dengan agregat kasar batu Carborundum segera setelah beton mengeras sehingga agregat tidak akan tertarik keluar o Beton kemudian dirawat hingga rubbing akhir dilakukan o Batu Carborundum yang lebih halus kemudian digunakan untuk rubbing akhir o Beton harus tetap lembab saat proses rubbing dilakukan o Mortar yang digunakan dalam proses ini dan tertinggal dipermukaan harus tetap dijaga kelembapannya hingga 1-2 hari setelah beton disiapkan untuk dirawat o Lapisan mortar harus tetap pada ketebalan minimumnya untuk menghindari kemungkinan mengelupas dan mengotori tampilan permukaan beton.
IV-24
Pelaksanaan
i. EXPOSED AGGREGATE FINISHING Finishing yang berupa agregat yang diekspos menghasilkan permukaan yang tidak licin dan biasanya digunakan untuk keperluan arsitektural
• Biarkan beton hingga cukup keras agar dapat mendukung material finishing • Agregat diekspos dengan cara menambahkan retarder diatas permukaan beton lalu permukaan beton tersebut disikat dan dibilas dengan air Karena timing yang tepat sangat penting, buatlah beberapa pengujian untuk menentukan waktu yang tepat untuk mengekspos agregat
4.7 PERAWATAN Merawat kelembapan yang cukup didalam beton untuk jangka waktu tertentu selama umur awalnya agar kekuatannya dapat dicapai secara perlahan-lahan namun efektif.
Gambar 4.9 Perbandingan Kekuatan Beton (Dipelihara dan Tidak)
IV-25
Pelaksanaan
Dengan curing, kekuatan beton pada 28 hari dapat mencapai 4000 psi sedangkan beton yang tidak mengalami curing hanya mencapai kekuatan tidak lebih dari 2000 psi (www.kuhlman-corp.com).
Lamanya waktu perawatan beton tergantung dari tipe semen yang digunakan, proporsi campuran, kekuatan yang direncanakan, ukuran dan bentuk massa beton, cuaca dan kondisi lingkungan. Slab dan dek jembatan yang terekspos terhadap cuaca dan serangan kimia biasanya membutuhkan waktu perawatan yang lebih lama. Gambar 4.9 menunjukkan bagaimana perawatan mempengaruhi kuat tekan beton.
Keuntungan a. Kekuatan yang dihasilkan lebih besar dari beton yang tidak dirawat b. Sifat porousnya akan lebih kecil daripada beton yang tidak dirawat, sehingga lebih tahan terhadap penetrasi air dan garam. c. Lebih awet terhadap retak dan pengelupasan.
Curing Concrete Slab Menggunakan Karung Goni Basah
IV-26
Pelaksanaan
Gambar 4.10 Perawatan dengan Karung Goni yang Dibasahi
Gambar 4.11 Perawatan dengan Lapisan Waterproof
Metode Dasar Curing a. Metode yang memberikan kelembapan tambahan Cara perawatan yang termasuk dalam metode ini adalah: o Penyiraman o Penutupan dengan penutup yang dibasahi, seperti: jerami, tanah, karung goni, cotton mat dan bahan penahan kelembapan lainnya Kedua metode ini memberikan tambahan kelembapan selama pengerasan awal beton dan mendinginkan melalui melalui penguapan yang sangat penting untuk pengecoran saat cuaca panas. Perawatan beton yang paling baik adalah dengan menyiram beton secara kontinu sedangkan membungkus permukaan dengan penutup yang basah adalah yang paling banyak digunakan. Caranya: o Bungkuslah beton dengan penutup yang dibasahi sesegera mungkin setelah beton cukup keras untuk mencegah rusaknya permukaan o Biarkan dan jagalah kelembapannya selama masa perawatan o Jika memungkinkan untuk membanjirinya dengan air dapat dilakukan dengan membuat tanggul dari tanah disekeliling beton atau merendam beton secara keseluruhan didalam air. Cara ini dapat dilihat pada Gambar 4.10
IV-27
Pelaksanaan
b. Metode yang mencegah hilangnya kelembapan/surface sealing Metode ini terdiri dari beberapa cara: o Melapisi dengan lapisan waterproof/plastik film, dapat digunakan untuk merawat beton struktural dan permukaan horisontal yang memiliki bentuk relatif sederhana. Lapisan yang digunakan harus cukup besar untuk menutup permukaan dan tepi-tepi beton. Caranya: • Basahi permukaan sebelum ditutup dengan semprotan air yang halus • Bebanilah tepi-tepi bagian bawah lapisan untuk menutup secara keseluruhan • Biarkan di tempat selama masa perawatan Bagaimanapun juga, beberapa jenis lapisan tipis ini dapat menghitamkan beton yang telah mengeras, terutama jika permukaan di-finishing menggunakan trowel baja. o Melapisi dengan bahan cair pembentuk membran (liquid membran forming compounds) Sesuai tidak hanya untuk perawatan beton segar tetapi juga untuk perawatan beton setelah pelepasan cetakan. Cara pemberian lapisan ini adalah dengan menggunakan sprayer, atau menggunakan kuas pada beton yang telah mengeras tetapi jangan menggunakan kuas pada beton yang belum mengeras karena akan merusakkan permukaan, membuat beton rentan terhadap penetrasi bahan pelapis tersebut dan membuat lapisan tidak menyelubungi beton secara menyeluruh. Jika selama 3 jam awal pemberian lapisan ini terjadi hujan deras di lapangan, permukaan harus disemprot kembali. Perawatan dengan cara ini dapat melindungi beton untuk jangka waktu yang lama bahkan saat beton sudah digunakan. Karena curing compound ini dapat mencegah terbentuknya ikatan antara beton keras dan beton segar, maka jangan digunakan jika ingin ikatan tersebut terbentuk.
IV-28
Pelaksanaan
Tabel 4.3 Metode Curing Metode Keuntungan Penyiraman air Hasil yang sempurna jika menjaga atau penutupan dapat secara dengan goni pengairan konstan basah Penutupan dengan jerami Moist earth/ditutup dengan tanah basah Dibiarkan saja pada permukaan yang datar Curing compound
Berperan sebagai insulator saat musim dingin Murah tapi berantakan dan kotor Hasil yang sempurna, menjaga suhu yang seragam Mudah dan murah
Lapisan Waterproof
Perlindungan sempurna dan mencegah pengeringan
Plastik film
Kedap air absolut, perlindungan sempurna, ringan dan mudah dipakai baik pada struktur dengan bentuk sederhana maupun rumit
Kerugian Memungkinkan mengering saat jeda penyiraman, kesulitan penerapan pada dinding vertikal, volume air yang dibutuhkan besar Dapat mengering, terbang tertiup angin atau terbakar Meninggalkan noda pada beton, dapat mengering dan kesulitan pembersihan Tidak bisa dilakukan pada cuaca yang dingin atau terlalu panas Penutupan yang tidak sempuna menyebabkan pengeringan, film dapat sobek maupun meninggalkan noda sebelum proses perawatan selesai dan dapat menyebabkan suhu didalam beton menjadi terlalu panas Mahal, harus tetap dalam bentuk gulungan dan permasalahan penyimpanan serta pemakaian Harus diberi warna untuk perlindungan panas, memerlukan perawatan khusus, jika sobek harus ditambal dan harus dibebani untuk mencegah agar tidak tertiup angin
IV-29
Pelaksanaan
Bahkan dalam kasus-kasus tertentu (misal: keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan, tuntutan waktu, dll), beberapa metode diatas dapat digabungkan menjadi satu untuk memperoleh efektifitas yang lebih tinggi. Sebagai contoh: Proyek WIKA di PLTU Cilacap, beton dirawat menggunakan tiga lapisan. Lapisan pertama adalah plastik, kemudian dilapisi styrofoam dan terakhir ditutup dengan pasir basah. (lihat gambar dibawah ini)
Pedoman Umum Curing Beton a. Beton (selain beton kuat awal tinggi) harus dirawat pada suhu diatas 10 o C dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya 7 hari setelah pengecoran kecuali jika dirawat sesuai Poin c. b. Beton kuat awal tinggi harus dirawat pada suhu diatas 10 oC dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari pertama kecuali jika dirawat sesuai Poin c. c. Perawatan dipercepat o Percepatan waktu perawatan harus memberikan kuat tekan beton pada tahap pembebanan yang ditinjau sekurang-kurangnya sama dengan kuat rencana perlu pada tahap pembebanan tersebut. o Proses perawatan harus sedemikian hingga agar beton yang dihasilkan mempunyai tingkat keawetan paling tidak sama dengan yang dihasilkan dengan metode perawatan pada Poin a dan b. o Bila diperlukan pengawas lapangan, dapat dilakukan penambahan uji kuat tekan beton dengan merawat benda uji di lapangan sesuai dengan Subbab 7.6(4) SK SNI 03-2847-2002 untuk menjamin bahwa proses perawatan yang dilakukan telah memenuhi persyaratan
IV-30
Pelaksanaan
4.8 EVALUASI & PENGENDALIAN MUTU BETON Tujuan: mengontrol tingkat kekuatan & variabilitas mutu beton yg dihasilkan dari suatu produksi beton dalam periode tertentu secara rutin
Rencana Modifikasi atas perencanaan
Membandingkan Dengan rencana
Melaksanakan tindakan perbaikan
Pelaksanaan
PENGUJIAN Selama proses Gambar 4.12 Diagram Proses Pengendalian
Variabilitas: suatu besaran yang menyatakan rata-rata penyimpangan mutu beton dari sejumlah benda uji (data test) dibandingkan dengan rata-rata mutu beton yang bisa dicapai dan dinyatakan sebagai DEVIASI (lihat Gambar 4.13) Hal-hal yang menyebabkan deviasi adalah perbedaan-perbedaan pada: z Karakteristik masing-masing bahan dasar z Praktek penimbangan, proporsi campuran, pembuatan benda uji, peralatan pengadukan, pengadukan, pengangkutan, penuangan, dan perawatan z Pembuatan, pengujian, dan perlakuan terhadap benda uji Deviasi tinggi menunjukkan kurangnya tingkat pengendalian kualitas material, pelaksanaan pekerjaan dan pengujian
IV-31
Pelaksanaan
`
Gambar 4.13 Variabilitas
a. PENGUJIAN KUALITAS BETON Pengujian beton segar: 1. Konsistensi 2. Kadar udara
Pengujian beton keras: 1. Destruktif a. uji kuat tekan b. uji lentur c. uji tarik 2. Non-destruktif a. hammer test b. uji beban langsung c. pulse velocity crack recorder (UPV = Ultrasonic Pulse Velocity)
IV-32
Pelaksanaan
Benda uji yang dipakai untuk penentuan kuat tekan beton menurut PBI 1971 adalah benda uji kubus bersisi 15 cm ( ± 0.06 ) cm pada umur 28 hari. Sedangkan pemakaian benda uji kubus bersisi 20 MENURUT PB ’89 : Menurut PB’89 benda uji yang disyaratkan untuk pengujian mutu beton adalah benda uji silinder dengan ukuran 15 x 30 cm, sedangkan pemakaian benda uji kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm masih diperkenankan dengan korelasi tegangan yang dihasilkan adalah : fc’ = { 0,76 + 0,2 log ( fck/15) } fck dimana : fc’ = kuat tekan beton yang disyaratkan, MPa fck = kuat tekan beton, MPa didapat dari benda uji kubus dengan sisi 150 mm = 15 cm contoh : untuk benda uji kubus dengan mutu 500 kg/cm2, akan sama dengan mutu 432 kg/cm2 ( benda uji silinder )
BENTUK DAN UKURAN BENDA UJI cm atau dengan benda uji silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, diperkenankan dengan korelasi tegangan yang dihasilkan adalah : Tabel 4.4 Perbandingan Kuat Tekan Beton Uji Benda uji Perbandingan kekuatan tekan Kubus 15 x 15 x 15 cm 1,00 Kubus 20 x 20 x 20 cm 0,95 Silinder 15 x 30 cm 0,83 contoh : untuk benda uji kubus dengan mutu 500 kg/cm2, akan sama dengan mutu 415 kg/cm2 ( benda uji silinder )
IV-33
Pelaksanaan
MENURUT PBI 1971 : SAMPLING BENDA UJI Untuk mendapatkan hasil pengujian kuat tekan beton maka ditentukan jumlah benda uji ( sampling ) yang bisa mewakili. Jumlah benda uji ( sesuai PBI 1971 ) yang dianggap bisa mewakili untuk memberikan hasil pengujian kuat tekan beton dapat dilihat pada table berikut: Tabel 4.5 Sampling Benda Uji No. 1
2
Volume Beton Lebih dari atau sama dengan 60 m3
Kurang dari 60 m3
Jumlah Benda Uji
Catatan
Untuk masing-masing mutu beton Pada saat permulaan proyek harus dibuat 1 buah benda uji setiap 5 m3 beton ( 1 buah / 5 m3 / mutu beton ) Untuk waktu selanjutnya maka masing-masing mutu beton harus dibuat 1 buah benda uji setiap 5 m3 beton dengan minimum 1 benda uji tiap hari ( 1 buah / 5 m3 / mutu beton / hari ) Minimal harus terkumpul 20 buah benda uji per mutu beton s/d proyek selesai Bila benda uji kurang dari 20 buah, maka sesuaikan nilai k
Unutk keperluan evaluasi mutu beton Evaluasi sesuai pasal sub bab 1.d.
Jumlah benda uji untuk setiap sampling disesuaikan dengan spesifikasi atau persyaratan dalam kontrak atau kebutuhan tertentu terkait untuk tahapan waktu pengujian (7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari atau 56 hari)
Disarankan untuk mempunyai cadangan benda uji yang dapat dimanfaatkan untuk pengujian pada umur 56 hari, apabila ditemui kejadian pada pengujian umur 28 hari tidak memenuhi syarat
IV-34
Pelaksanaan
TESTING / PENGUJIAN – ASTM C-39 - Pengujian kuat tekan beton harus dilakukan dengan menggunakan mesin yang mempunyai kapasitas beban cukup serta mempunyai rangka yang kaku. Disamping itu mesin uji tekan juga harus dalam kondisi terkalibrasi. - Kedua sisi permukaan benda uji harus dalam kondisi rata. Bila tidak rata, harus dilakukan chipping dengan material mortar semen atau belerang. - Kecepatan penekanan diatur pada posisi 20 – 50 psi/s ( 0.14 to 0.34 MPa/detik ). - Benda uji harus ditekan sampai pecah ( failure ) bukan sampai kualitas tertentu. - Nilai kuat tekan benda uji adalah : fc’ ( σb ) = P / A dimana : fc’ ( σb ) P A
= nilai kuat tekan benda uji = beban yang dapat dipikul hingga runtuh = luas penampang yang menerima beban
- Catat bentuk keruntuhan benda uji :
cone
cone & split
cone & shear
shear
columnar
catatan : hasil pelaksanaan yang benar adalah bentuk cone. Bentuk selain itu mengindikasikan ada penyimpangan pada benda uji atau mesin tekannya EVALUASI HASIL UJI TEKAN 1. BERDASARKAN PBI 1971 : a. Jumlah benda uji kubus minimal 20 buah b. σbk ≥ σbm – k.SD, dimana nilai k = 1,68 untuk jumlah benda uji kubus 20 buah dengan prosentase kegagalan 5% dimana : σbk = kuat tekan beton karakteristik yang disyaratkan σbm = kuat tekan beton rata-rata yang dicapai k = faktor pengali deviasi, sangat tergantung kepada jumah benda uji dan tingkat kepercayaan SD = standar deviasi yang terjadi dari sekumpulan hasil tes benda uji pada umur dan periode tertentu.
IV-35
Pelaksanaan
n
Σ SD =
1
(σ’bm - σb ) n-1
Dimana : n σb
= jumlah benda uji = nilai kuat tekan masing-masing benda uji
c. Jumlah benda uji dengan nilai kuat tekan ( σ’b ) < σ’bk maksimum 1 buah d. Nilai rata-rata dari 4 buah benda uji berurutan ≥ σ’bk + 0,82.SD e. σbmax - σbmin dari 4 buah benda uji berturut-turut kurang dari 4.3 SD BERDASARKAN PB 1989 / ACI 318 / ASTM C-39 : - Benda uji direkomendasikan berbentuk silinder 15 x 30 cm - Satu data terdiri dari nilai rata-rata 2 buah benda uji silinder - Nilai rata-rata dari 3 buah data yang berurutan tidak boleh lebih kecil dari f’c fc ≥ fc’ - 500 Psi
b. LANGKAH PEMERIKSAAN MUTU BETON DI LAPANGAN MUTU BETON < σbk CHECK MUTU PRODUK DENGAN HAMMER
Yes
OK
σb > 80% σbk
Check mutu produk dengan core drill
Yes
(bila memungkinkan) No Ditentukan bersama dengan konsultan, misal: - Uji Beban Langsung Gambar 4.14 Diagram Pemeriksaan Mutu Beton di Lapangan
DITERIMA
IV-36
Pelaksanaan
System quality control dan program quality assurance dapat pula dilakukan dengan bantuan perangkat lunak terpadu, seperti: CONAD system yang dikembangkan oleh Ken W. Day, seorang ahli teknologi beton dari Australia. Perangkat lunak ini dapat mempercepat deteksi problem dan cara mengatasinya. CONAD system terdiri dari enam buah paket program dan fungsinya masing-masing adalah: a. QUSUM QC o Dapat mendeteksi problem dengan lebih cepat berdasarkan hasil tes kuat tekan beton pada umur muda o Memberikan peringatan dan informasi sebanyak mungkin mengenai sifat perubahan yang terjadi sehingga dapat segera dicari penyelesaiannya dan proses produksi dapat berlanjut b. BATCH ANAL Dapat menampilkan grafik yang komprehensif setiap error dari setiap material dari setiap truk mixer dalam 1 hari c. MIXTUNE MIX CONTROL Dapat menunjukkan dengan tepat sifat material apa menyebabkan perubahan performance beton dan sistem melakukan penyesuaian proporsi campuran sedemikian hingga performance beton kembali ke keadaan semula. Jika material sama hendak dipakai untuk performance yang berbeda, sistem melakukan perubahan proporsi campuran sesuai permintaan kekuatan, slump, kohesi dan lain-lain)
yang akan agar yang akan (baik
d. NEW QC Mengintegrasi data-data yang disimpan dan dianalisis dengan ketiga program diatas e. MIXEVAL Dapat menyeleksi campuran-campuran mana yang paling efisien untuk dibuat f. ERLIEST Berdasarkan temperatur yang terekam dapat menampilkan “equivalent age” specimen yang dites untuk memprediksi kuat tekan pada umur yang dikehendaki
IV-37
Retak dan perbaikan cacat beton
V-0
Retak dan perbaikan cacat beton
5.1 RETAK/CRACK Suatu kondisi dimana keadaan monolit dari suatu struktur/penampang beton tidak monolit lagi
Mekanisme Terjadinya Retak: • •
Berdasarkan kapasitas kekuatan tarik Berdasarkan kapasitas regangan tarik
Tiga tipe utama retak intrinsik: a. Retak akibat early thermal contraction b. Retak akibat long term drying shrinkage c. Retak plastic
Tabel 5.1 Jenis dan Tipe Retak Struktural
Sebelum Pengerasan
Plastis Pergerakan Selama Masa Konstruksi Fisik
Plastis Sesudah Pengerasan Suhu
Kelebihan beban secara tiba-tiba Rangkak Beban rencana Kerusakan akibat pembekuan Susut plastis Penurunan plastis Pergerakan formwork Pergerakan lapisan tanah dibawahnya Aggragate yang dapat menyusut Drying shrinkage Crazing Berkaratnya tulangan Reaksi Alkali-Agregate Cement carbonation Siklus beku-cair Pengaruh eksternal dari musim Variasi suhu Early thermal contraction: • External restraint • Perbedaan suhu internal
V-1
Retak dan perbaikan cacat beton
a. Retak Akibat Early Thermal Contraction Timbul karena adanya perbedaan temperatur yang cukup besar antara dua sisi penampang beton. Terjadi 1 hari s/d 2-3 minggu setelah selesai pengecoran dan pemadatan
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kenaikan temperature beton: • • • • • • • • •
Temperatur awal material Temperatur udara sekitar Dimensi potongan (penampang) Curing / perawatan Waktu pelepasan bekisting Bahan / jenis bekisting Admixture Kadar semen Tipe semen
Faktor-faktor yang Contraction Crack:
berpengaruh
terhadap
Early
Thermal
• • • • •
Type agregat Penulangan Terdapatnya konsentrasi tegangan yang tinggi Tinggi pada penampang Ada tidaknya movement joint untuk mengakomodasi external restraints • Perbedaan temperatur antara penampang luar beton dengan bagian dalamnya
b. Retak Akibat Long Term Drying Shrinkage Timbul karena penyusutan volume penampang akibat hilangnya air campuran, baik secara kimia maupun fisika pada proses pengerasan beton. Terjadi setelah beberapa minggu s/d beberapa bulan setelah pengecoran
V-2
Retak dan perbaikan cacat beton
Cara Mengurangi efek drying shrinkage: • • •
Mengurangi kadar air campuran Menerapkan curing Menghilangkan external restraints sedapat mungkin dengan menyediakan movement joint
Struktur Beton Yang Retak Dapat Dikategorikan Gagal Bila : • Secara estetika tidak dapat diterima • Struktur menjadi tidak kedap air • Berpengaruh terhadap keawetan struktur • Berpengaruh terhadap kekuatan struktur
Tabel 21. Batasan Lebar Retak (ACI 224R-19) Tabel 5.2 Batasan Lebar retak (ACI 224R-19) Kondisi Terekspos
Lebar Retak yang Ditoleransi (mm)
Udara kering atau membran pelindung
0.41
Kelembapan, udara yang lembab, tanah
0.30
Bahan kimia yang dapat melunturkan permukaan Air laut, penyemprotan dengan air laut dan kekeringan Struktur penahan air
0.18 0.15
0.10
V-3
Retak dan perbaikan cacat beton
Batasan Retak: Sesuai CP 110, lebar retak maksimum 0,3 mm (segi estetika) Sesuai BS 537, lebar retak dibatasi (segi kekedapan air): • 0,1 mm untuk lokasi basah dan kering silih berganti • 0,2 mm untuk lokasi lain
Kontribusi retak terhadap durability beton Memungkinkan bahan/unsur berbahaya memasuki bagian dalam beton sehingga terjadi reaksi yang merugikan
Lebar retak < 0,2 mm akan menjadi kedap air, kecuali : • • • •
Tekanan air yang tinggi pH airnya terlalu rendah Retaknya terlalu dalam dan tembus Bila retakannya masih bertambah besar
Kontribusi retak terhadap kekuatan struktur: • Berkurangnya penampang beton yang masih mampu menahan beban • Berkurangnya daya lekat / lekatan antara beton dan tulangan (dalam kasus plastic settlement crack) • Berkurangnya kemampuan struktur beton secara keseluruhan akibat reaksi berantai dari perlemahan beton dan tulangan
V-4
Retak dan perbaikan cacat beton
c. Retak Plastis Adalah retak yang terjadi pada beton saat beton itu masih dalam proses pengikatan (plastis) dan terjadi karena fenomena bleeding yang berbeda. Terjadi setelah 1-8 jam setelah selesai pengecoran dan pemadatan. JENIS RETAK PLASTIS:
.
1 Plastic settlement crack terjadi pada potongan yg tebal & dalam 2. Plastic shrinkage crack. terjadi pada permukaan slab/lantai
BLEEDING Naiknya air campuran beton ke permukaan saat dan segera setelah selesai pemadatan. FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP BLEEDING: • Kadar udara campuran • Kandungan material halus • Rate of evaporation • Kadar air campuran • Penggunaan retarder • Temperatur • Ketebalan potongan
Aci manual (part 1)
V-5
Retak dan perbaikan cacat beton
c.1 Plastic Settlement Crack Terjadi karena adanya perbedaan tahanan penurunan material beton antara posisi yang bebas (unrestraint) dengan posisi yang tertahan (restraint) yang didukung oleh tingkat bleeding dan settlement yang relatif tinggi.
Retak plastis
Retak plastis
Penampang Struktur
Gambar 5.1 Contoh Plastic Settlement Crack1
Crack
surface concrete
steel void
Gambar 5.2 Contoh Plastic Settlement Crack2
V-6
Retak dan perbaikan cacat beton
Mengurangi tingkat bleeding dan settlement: • •
mengurangi kadar air campuran/memperkecil slump menambah additive : o AEA o Plasticizer
Mengurangi efek restraint: • Mempertebal cover • Memperkecil ukuran tulangan
retak retak Penampang struktur beton
Penampang struktur beton
Gambar 5.3 Contoh Plastic Settlement Crack3
Pencegahan terjadinya Plastic Settlement Crack: • mengurangi tingkat bleeding dan settlement • mengurangi efek restraint • menerapkan teknik “ re-vibration”
Re-vibration: Melaksanakan pemadatan ulang dengan cara vibrasi/penggetaran segera setelah beton membentuk dan masih dalam tahap setting time awal
V-7
Retak dan perbaikan cacat beton
c.2 Plastic Shrinkage Crack Timbul karena adanya penyusutan volume pada permukaan beton yang masih plastis akibat tingginya tingkat penguapan yang melebihi porsi bleeding, terjadi beberapa jam s/d 1 hari setelah selesai pengecoran dan pemadatan
400 300 200 100 0
Tensile strain capacity x 10E-6
2 4 Time : hours
Shrinkage strain x 10E-6 swelling
3000 2000 1000 0 - 1000
6
8 10
1
3
7 days
Bleed
Bleeding (mm) SH
Gambar 5.4 Tensile Strain Capacity and Shrinkage Strain
Shrinkage crack
Permukaan beton
Shrinkage crack
Permukaan beton
Gambar 5.5 Contoh Plastic Shrinkage Crack
V-8
Retak dan perbaikan cacat beton
5.2 Perbaikan Cacat Beton Dibawah ini diuraikan cara perbaikan cacat beton untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi, karena proses pembetonan yang dilakukan bergantung pada banyak faktor, seperti: kecakapan pekerja dan hal-hal yang belum diperhitungkan sebelumnya. Pada Bagian 6 Pengenalan Self-compacting Concrete Subbab 6.6 Memperbaiki Kualitas Akhir SCC juga diuraikan tentang beberapa cara perbaikan yang dapat dilakukan pada SCC, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan juga pada beton normal. Jenis cacat dan penanganannya: a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Plinth antar sambungan Bunting akibat bekisting berubah bentuk Keropos Pecah kecil Pecah besar Udara terperangkap besar Tali air/Udara terperangkap kecil Retak rambut Retak besar dan dalam
a. Plinth Antar Sambungan o o o
o o
Gerinda bagian yang mengalami plint sampai rata Bagian yang digerinda dibersihkan dengan sikat kawat dan kuas Buat mortar dengan campuran semen biasa dan semen putih sesuai dengan perbandingan tertentu. Lihat Poin 5.3. Aplikasi Acian Pewarnaan Dilakukan acian pada bagian yang akan di-repair sampai rata Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa
V-9
Retak dan perbaikan cacat beton
b. Bunting Akibat Bekisting Berubah Bentuk o Permukaan yang bunting dihilangkan dengan gerinda dan agak cekung kedalam, kurang lebih 0.30 cm o Dibersihkan sampai kering lalu dipoles dengan Sikadur 741 o Dikeringkan dan digerinda akhir sampai rata o Dilakukan polesan dengan acian pewarnaan untuk mendapatkan warna yang seragam. o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa
c. Keropos o Dibobok bagian yang keropos sampai bersih (sampai ketemu beton yang keras) o Dibersihkan dengan sikat dan disiram o Pasang bekisting dengan bentuk yang dikehendaki, lalu dicor dengan Sikagrout 215 o Dikeringkan dan digerinda supaya rata o Dipoles dengan acian pewarnaan o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa
Gambar 5.6 Perbaikan Keropos Pada Beton
V-10
Retak dan perbaikan cacat beton
d. Pecah Kecil (< 5cm dalamnya) o o o o o o
Dibersihkan dengan sikat dan disiram Dipoles dengan Sikadur 741 Dilakukan acian dengan mortar sesuai komposisi Dikeringkan dan digerinda akhir agar rata Dipoles dengan acian pewarnaan. Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa
e. Pecah Besar (> 5cm dalamnya) o o o o o o
Dibersihkan dengan sikat dan disiram Dipasang stek kecil dengan dibor atau di-dynabolt Dipasang bekisting sesuai bentuknya dan dicor dengan Sikagrout 215 Dikeringkan dan digerinda akhir supaya rata Dipoles dengan acian pewarnaan Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa
V-11
Retak dan perbaikan cacat beton
f. Lubang Besar Akibat Udara Terperangkap o o o o o o
Dilakukan penyikatan supaya permukaan kasar Dibersihkan menggunakan kuas dan disiram lalu dikeringkan Diolesi dengan Lem Cebond Dipoles dengan Sikadur 741 Dikeringkan lalu dipoles dengan acian pewarnaan Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa/kertas semen
g. Tali Air/Lubang Kecil Akibat Udara Terperangkap o o o o o
Permukaan yang cacat disikat dan dibersihkan Disiram air untuk menghilangkan debunya Buat acian pewarnaan Dilakukan polesan untuk mendapatkan warna yang seragam Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa
V-12
Retak dan perbaikan cacat beton
h. Retak Rambut (lebar <0.5mm) o o o o o
Permukaan yang retak dibersihkan Disiram dengan air untuk menghilangkan debunya Buat acian pewarnaan Dilakukan polesan untuk mendapatkan warna yang seragam Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa
i. Retak Besar dan Dalam (lebar >0.5mm dan dalam >1cm) o o o o o o o o o o
Bagian yang retak digerinda sedalam 5-10 mm dengan lebar 5 cm Bersihkan bagian tersebut hingga betul-betul bersih Pasang plat dan pipa aluminium pada ujung retak dan direkatkan dengan Sikadur 731 Patching bagian yang retak dan sudah digerinda dengan Sikadur 741 Tunggu sampai Sikadur 731 dan Sikadur 741 kering/kuat Buat campuran Sikadur 752AB sesuai dengan spesifikasi/dosis Masukkan kedalam injection pump dan dilakukan injeksi pada bagian yang retak Setelah kering digerinda dan di-finishing dengan acian pewarnaan Dilakukan polesan untuk mendapatkan warna yang seragam Setelah agak kering, dipoles dengan busa
V-13
5.3 Aplikasi Acian Pewarnaan
Tabel 5.3 Aplikasi Acian Pewarnaan Untuk Tutup Lubang Bekas TieRod Parapet Jenis No. Material Peralatan Acian Pewarnaan Cacat/Kerusakan Sikadur 741: Sikadur 741 Gerinda mangkok 1. Tutup lubang bekas 1kg Sika warna abu-abu Sendok semen tie-rod parapet dan 2kg Sika warna putih Kape pewarnaannya 3kg Sika pasir Amplas Kuas cat perbandingan 1:2:3 Kain lap Ember Kain/busa
V-16
Keterangan Aplikasi 82 lubang (struktur parapet)
Tabel 5.4 Aplikasi Acian Pewarnaan Untuk Udara Terperangkap Besar dan Tali Air/Lubang Akibat Udara Terperangkap Kecil Jenis No. Material Peralatan Acian Pewarnaan Keterangan Cacat/Kerusakan Aplikasi 2.40m’ Gerinda mangkok 400g semen putih (tiga roda) 1. Udara terperangkap Semen putih (struktur parapet) 200g semen biasa(tiga roda) Semen biasa (Tipe Sendok semen dan pewarnaannya 400g air bersih Kape 1) (alternatif 1) perbandingan 2:1:2 Amplas Air Kuas cat Kain lap Ember Kain/busa Gerinda mangkok 1800g semen putih (tiga roda) Aplikasi 2.40m’ 2. Udara terperangkap Semen putih (struktur parapet) 600g semen biasa (gresik) Semen biasa (Tipe Sendok semen dan pewarnaannya 1500g air bersih Kape 1) (alternatif 2) perbandingan 3:1:2.5 Amplas Air Kuas cat Kain lap Ember Kain/busa Gerinda mangkok 1800g semen putih (tiga roda) Aplikasi 10.00m’ 3.. Udara terperangkap Semen putih (struktur parapet) 600g semen biasa (gresik) Semen biasa (Tipe Sendok semen dan pewarnaannya 1500g air bersih Kape 1) (alternatif 3) perbandingan 3:1:2.5 Amplas Air Kuas cat Kain lap Ember Kain/busa
V-17
Tabel 5.5 Aplikasi Acian Pewarnaan Untuk Plinth dan Keropos-Kolom Jenis No. Material Peralatan Cacat/Kerusakan Gerinda mangkok Semen putih 1. Plinth dan keropos Semen biasa (tipe Sendok semen kolom dan Kape 1) pewarnaannya Amplas Air Kuas cat Sikadur 741 Lem beton Kain lap Ember (Cebond) Kain/busa Palu Pahat Gerinda potong
Acian Pewarnaan
Aplikasi panjang Tahap 1: 100cm dan lebar Sikadur 741: 0.5kg Sika warna abu- 30cm abu 1kg Sika warna putih 1.5kg Sika pasir perbandingan 1:2:3 Tahap 2 (altr. 1): 400g semen putih (tiga roda) 200g semen biasa (tiga roda) 400ml air bersih perbandingan 2:1:2 Tahap 2 (altr.2): 400g semen putih (tiga roda) 200g semen biasa (gresik) 400g air bersih perbandingan 2:1:2
V-18
Keterangan
Pengenalan SCC
VI-0
Pengenalan SCC
6.1 PENDAHULUAN Self-compacting concrete (SCC) adalah sebuah beton yang inovatif yang tidak memerlukan penggetaran saat penuangan dan pemadatan. SCC mampu mengalir dibawah pengaruh berat sendirinya (hanya dengan mengandalkan gravitasi), mengisi formwork secara menyeluruh dan mencapai pemadatan penuh, bahkan dalam keadaan tulangan yang sangat rapat. Beton yang telah mengeras memiliki struktur yang rapat, homogen dan memiliki sifat-sifat serta daya tahan seperti beton yang dipadatkan secara konvensional. Keuntungan penggunaan SCC dibandingkan beton yang dipadatkan secara konvensional: 1. Mempercepat masa konstruksi, karena waktu penuangan yang lebih cepat dan dapat langsung mengisi celah antar tulangan yang rapat 2. Homogenitas yang tinggi, jumlah rongga yang minimal dan kekuatan beton yang seragam (sehingga memberikan hasil akhir dan daya tahan yang tinggi), karena memiliki fluiditas dan ketahanan segregasi yang lebih baik dibandingkan beton normal 3. Kuat awal yang lebih tinggi, waktu pelepasan cetakan yang lebih cepat, karena memiliki rasio air-semen yang lebih rendah dari beton normal 4. Dapat dipompa hingga jarak yang lebih jauh, karena memiliki daya alir tinggi dan daya penahan segregasi yang lebih baik dari beton normal 5. Permukaan yang dihasilkan lebih halus, karena mengalir dengan baik dan mempunyai permukaan nyaris horisontal setelah dialirkan 6. Mengurangi paparan terhadap kebisingan dan penggetaran yang dialami oleh pekerja dan lingkungan 7. Lebih tahan terhadap resiko thermal cracking akibat panas dibandingkan beton normal Kombinasi antara pelaksanaan yang mudah dan performance yang baik serta keuntungan dalam kesehatan dan keselamatan kerja, membuat SCC menjadi solusi yang sangat menarik bagi industri beton pracetak maupun konstruksi teknik sipil umumnya. SCC sering digunakan sebagai salah satu alternatif pemakaian beton normal pada: 1. Pembetonan struktur dengan tulangan rapat, terutama pada struktur-struktur penahan beban dinamis 2. Pembetonan dengan banyak lokasi maupun titik-titik yang sulit dijangkau, misalnya: cetakan dengan bentuk yang rumit dan pile 3. Kepentingan arsitektural, untuk menghasilkan permukaan yang sempurna tanpa lubang dan retak-retak 4. Struktur yang terekspos kondisi cuaca buruk sehingga memerlukan durabilitas yang lebih tinggi
VI-1
Pengenalan SCC
Pemanfaatan Self-Compacting Concrete pada Industri Beton Pracetak
6.2 SIFAT-SIFAT BETON KERAS 1. Kuat tekan Untuk SCC biasanya memiliki kuat tekan yang sedikit lebih tinggi dari beton normal dengan FAS yang sama. Hal ini diakibatkan ikatan yang lebih baik antara agregate dan pasta yang telah mengeras, karena tidak adanya penggetaran. 2. Kuat tarik Besarnya kuat tarik pada SCC dapat diasumsikan sama dengan beton normal, karena volume pasta (semen+agregat halus+air) tidak memiliki efek yang signifikan terhadap kuat tarik 3. Modulus elastisitas SCC memiliki modulus elastisitas yang sedikit lebih rendah dari beton biasa karena memiliki pasta semen yang lebih banyak dari beton biasa • Karena bagian terbesar dari beton adalah agregatnya, maka jenis dan jumlah agregat sebagaimana juga nilai modulus elastisitasnya (E) memiliki pengaruh terbesar. Memilih agregat dengan nilai E yang makin tinggi akan membuat E beton juga makin tinggi • Semakin tinggi volume pasta semen, semakin rendah nilai E 4. Rangkak SCC memiliki koefisien rangkak yang lebih besar akibat volume pasta semen yang lebih banyak dibandingkan beton biasa dengan kekuatan yang sama • Semakin tinggi kekuatan beton, rangkak semakin berkurang • Jika menggunakan semen dengan kemampuan hidrasi yang lebih cepat akan memiliki kekuatan yang lebih tinggi saat pembebanan, memiliki rasio stress/strength yang lebih rendah dan rangkak yang makin berkurang pula
VI-2
Pengenalan SCC
• •
Makin tinggi volume agregat kasar, rangkak makin berkurang Makin tinggi nilai modulus elastisitas (E) agregat, rangkak makin berkurang
5. Susut Susut pada SCC lebih kecil dibandingkan beton normal karena FAS-nya lebih rendah • Semakin tinggi volume agregat, susut semakin berkurang • Semakin tinggi nilai modulus elastisitas agregat (E), susut semakin berkurang • Semakin kecil ukuran agregat maksimum (yang berarti volume pasta semen semakin besar), semakin besar susutnya 6. Koefisien ekspansi thermal Menggunakan agregat dengan koefisien ekspansi thermal yang rendah, akan mengurangi koefisien ekspansi thermal dari beton yang dihasilkannya juga 7. Lekatan terhadap tulangan Dibandingkan beton biasa dengan kuat tekan yang sama, SCC memiliki fluiditas dan kohesi yang lebih baik, sehingga memiliki ikatan dengan tulangan yang lebih kuat. Sedangkan beton biasa sering mengalami kegagalan untuk meyelimuti tulangan secara menyeluruh akibat segregasi dan bleeding saat penuangan maupun sebelum mengeras 8. Kapasitas gaya geser pada bidang pengecoran Permukaan SSC yang telah mengalami pengerasan agak lebih halus dan impermeabel/tidak tembus air, oleh karena itu kapasitas gaya geser antara lapis pertama dan kedua lebih rendah dari beton yang dipadatkan dengan penggetaran konvensional dan tidak mampu menahan gaya geser. Oleh karena itu perlu diberikan perawatan untuk permukaannya, misalnya retarder permukaan, penyikatan atau dengan membuat permukaan menjadi kasar 9. Ketahan terhadap api Ketahanan terhadap api yang dimiliki SCC hampir sama dengan beton normal. Tetapi jika menginginkan ketahanan api yang lebih tinggi dapat menggunakan serat polypropylene. Serat ini akan meleleh dan akan diserap matrix semen saat terbakar. Rongga bekas serat yang telah meleleh akan menjadi ruang pemuaian untuk uap yang terjadi, sehingga mengurangi resiko pengelupasan. Durabilitas/Daya Tahan Pemadatan dengan penggetaran seringkali merupakan proses yang tidak kontinu, misalnya pada penggetaran eksternal dan hand tamping. Penggetaran internal yang meskipun dilaksanakan dengan benar juga seringkali masih menimbulkan ketidakseragaman hasil pemadatan, karena volume beton yang berada dalam daerah pengaruh vibrator tidak menerima energi pemadatan yang sama. Konsekuensi dari pemadatan yang tidak benar adalah, seperti: lubang-lubang sarang lebah/keropos, segregasi, bleeding dll, memiliki pengaruh negatif yang besar pada permeabilitas sekaligus mempengaruhi durabilitas beton.
VI-3
Pengenalan SCC
SCC bila dikerjakan dengan benar akan bebas dari kerugian-kerugian pemadatan tersebut dan menghasilkan suatu material beton yang memiliki permeabilitas yang seragam dan rendah, sehingga hanya memiliki sedikit kelemahan terhadap lingkungan yang merugikan dan karenanya memberikan durabilitas yang lebih baik.
Detail Permukaan pada Elemen Pracetak yang Menggunakan SCC
6.3 SIFAT-SIFAT BETON SEGAR DAN CARA PENGUJIANNYA Tabel 6.1 Metode Pengujian Beton Segar Sifat-sifat Beton Segar Metode Pengujian Daya alir Slump-flow test Kekentalan (kecepatan alir) T500 Slump-flow/V-funnel test Passing ability L-Box test Segregasi Segregation resistance (sieve) test Beberapa catatan untuk memilih pengujian yang perlu dilakukan: 1. Jika struktur tidak menggunakan/hanya memerlukan sedikit tulangan, pengujian passing ability dapat ditiadakan 2. Pengujian kekentalan hanya diperlukan bila menginginkan hasil permukaan yang bagus, atau bila penulangan sangat rapat 3. Pengujian segregasi menjadi pengujian yang penting bila diinginkan SCC yang memiliki fluiditas yang lebih tinggi dan kekentalan yang lebih rendah
VI-4
Pengenalan SCC
a. Daya Alir Daya alir akan makin tinggi jika penggunaan superplasticiser juga makin tinggi. Daya alir seringkali dinyatakan dengan slump-flow. Slump-flow yang terlalu tinggi akan menyebabkan segregasi. Dibawah ini adalah acuan pembagian nilai slump-flow berdasarkan tujuan penggunaan (The European Guidelines for SCC, May 2005) Tabel 6.2 Klasifikasi Slump-flow dan Aplikasinya Nilai Slump-flow Kategori Rentang Aplikasi di Lapangan (mm) • Struktur beton tanpa tulangan/sedikit tulangan, misal: slab lantai • Pengecoran dengan sistem injeksi pompa, SF1 550-650 misal: lapis terowongan • Bagian yang cukup kecil untuk mencegah aliran horisontal yang terlalu panjang, misal: pile dan beberapa jenis pondasi dalam Cocok untuk hampir semua penggunaan dengan SF2 660-750 kondisi normal, misal: tembok, kolom
SF3
760-850
Biasanya dibuat dengan ukuran agregat maksimum yang kecil (kurang dari 16 mm) dan digunakan pada: • Pengecoran vertikal dengan struktur tulangan yang rapat • Struktur dengan bentuk yang rumit • Pengisian formwork dengan posisi yang sulit SCC dengan nilai slump ini memberikan hasil akhir yang lebih baik daripada kriteria kedua untuk pengecoran vertikal secara normal tapi daya tahan segregasinya lebih sulit di kontrol
Untuk kasus-kasus khusus yang memerlukan slump lebih tinggi daripada 850 mm, pengawasan harus diberikan untuk mencegah segregasi dan ukuran maksimum agregat sebaiknya kurang dari 12 mm.
Slump-flow Test
VI-5
Pengenalan SCC
dimensi dalam mm
Gambar 6.1 Ukuran Base Plate untuk Pengujian Slump-flow
b. Kekentalan Nilai hasil pengujian tidak secara langsung mengukur kekentalan SCC, tapi masih berhubungan dengan kekentalan tersebut, yaitu dengan mendeskripsikan kecepatan alir. Pengukuran T500 ketika mengadakan pengujian slump-flow dapat menjadi sebuah cara untuk memastikan keseragaman SCC dari batch satu ke batch lainnya. T500 adalah waktu yang diperlukan oleh adukan SCC pada saat pengujian slump-flow untuk menyebar hingga diameter rata-rata 500 mm tanpa mengalami segregasi.
dimnsi dalam mm
Gambar 6.2 Dimensi V-Funnel (Pengujian Kekentalan)
VI-6
Pengenalan SCC
Tabel 6.3 Klasifikasi Kekentalan dan Aplikasinya Kategori T500 (dtk) V-funnel Keuntungan Kerugian (dtk) terhadap • Kemampuan mengisi • Rentan cetakan dengan baik, bleeding termasuk dengan • Rentan terhadap tulangan yang rapat segregasi • Mampu menciptakan VS1/VF1 ≤2 ≤8 permukaan yang rata dengan sendirinya • Memiliki hasil akhir permukaan yang terbaik • Mengurangi tekanan • Hasil akhir terhadap formwork permukaan tidak begitu bagus • Meningkatkan daya (lubang-lubang tahan terhadap udara) segregasi VS2/VF2 >2 9-25 • Sangat sensitif terhadap penundaan dua lapisan pengecoran yang berturut-turut
c. Passing Ability Passing ability adalah kapasitas adukan beton segar untuk mengalir melalui ruang yang terbatas dan celah sempit, misalnya daerah tulangan yang rapat tanpa segregasi, kehilangan keseragaman atau blocking Tabel 6.4 Klasifikasi Passing Ability dan Aplikasinya Kategori Passing Ability Aplikasi di Lapangan PA1 ≥ 0.80 dengan 2 Struktur dengan gap 80-100 mm (bangunan rumah, struktur vertikal) rebar PA2 ≥ 0.80 dengan 3 Struktur dengan gap 60-80 mm (bangunan infrastruktur/sipil) rebar Bagian yang paling menentukan adalah gap terkecil yang melaluinya SCC harus mengalir secara kontinu untuk mengisi cetakan. Untuk slab tipis dimana gap lebih besar dari 80 mm dan struktur lainnya dimana gap lebih besar dari 100 mm, passing ability tidak perlu ditentukan. Untuk struktur kompleks dengan gap lebih kecil dari 60 mm, trial dengan membuat mock-up sangatlah penting.
VI-7
Pengenalan SCC
Gambar 6.3 Pengujian Passing Ability dengan L-box
dimensi dalam mm
Gambar 6.4 Ukuran dan Desain L-box yang Umum
d. Daya Tahan Segregasi/Segregation Resistance Daya tahan segregasi sangat fundamental bagi SCC yang dicor ditempat yang memerlukan homogenitas dan kualitas. Pengujian daya tahan segregasi tidak selalu harus dilakukan, kecuali: jika menggunakan SCC dengan kategori slump-flow lebih tinggi dan/atau dengan kategori kekentalan yang lebih rendah. Penting diketahui bahwa penggunaan superplasticiser yang makin tinggi akan mengurangi daya tahan segregasi.
VI-8
Pengenalan SCC
Tabel 6.5 Klasifikasi Daya Tahan Segregasi dan Aplikasinya Daya Tahan Kategori Aplikasi di Lapangan Segregasi (%) SR1 ≤ 20 • Slab tipis • Pengecoran vertikal dengan jarak pengaliran kurang dari 5 m dan gap lebih besar dari 80 mm SR2 ≤ 15 • Pengecoran vertikal dengan jarak pengaliran lebih dari 5 m dengan gap lebih besar dari 80 mm • Pengecoran vertikal dengan jarak pengaliran kurang dari 5 m dengan gap kurang dari 80 mm
Segregation Resistance (Sieve) Test
Contoh Penggunaan Spesifikasi Tabel 6.6 Sifat-sifat SCC untuk Berbagai Penggunaan Berdasarkan Penelitian Walraven, 2003 Kekentalan
VS2 VF2
Daya tahan segregasi/passing ablility
ramp tembok dan piles
VS1 atau 2 VF1 atau 2 /nilai yg ditargetkan VS1 VF1
struktur tinggi dan slender
SR perlu diuji untuk SF2 dan 3
lantai dan slab SF1
SF2 Slump-flow
Passing ability perlu diuji untuk SF1 dan SF2 SR perlu diuji untuk SF3
SF3
Tabel diatas hanya mengemukakan parameter dasar dan kategori hasil pengujian yang dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penerapan. Pembagian diatas belum memperhitungkan kondisi batas, bentuk geometri elemen, metode pengecoran dan karaktristik material yang digunakan dalam campuran beton. Diskusi dapat diadakan dengan pengada beton sebelum pengambilan keputusan tentang spesifikasi akhir.
VI-9
Pengenalan SCC
Contoh Pengecoran Slab dengan SCC
Syarat-syarat Material Penyusun SCC: 1. Semen Hampir semua jenis semen dapat dipakai, tetapi pilihan yang terbaik biasanya ditentukan oleh syarat-syarat tertentu dari pengecoran tertentu atau tergantung pada apa yang biasanya dipakai oleh pembuat beton. 2. Agregat Kasar Persyaratan agregat kasar hampir sama dengan beton normal, hanya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: • Agregat ringan dapat digunakan dalam SCC, tetapi perlu dicatat bahwa agregat dapat mengapung di permukaan jika kekentalan pasta rendah dan hal ini mungkin tidak terdeteksi oleh pengujian daya tahan segregasi • Ukuran maksimum agregat ditentukan oleh jarak antar tulangan , agar tidak terjadi blocking agregat saat SCC mengalir melewati tulangan, untuk mengetahuinya dapat diadakan pengujian passing ability. • Ukuran maksimum agregat dibatasi antara 12-20 mm • Semakin bulat bentuk permukaan agregat semakin baik adukan yang terjadi, karena semakin kecil kemungkinan terjadi blocking dan berkurangnya gesekan internal sehingga aliran dapat semakin cepat 3. Agregat Halus Persyaratan agregat halus juga hampir sama dengan beton normal, perbedaan terletak pada lebih banyaknya kandungan agregat halus dan lebih kecil/lebih halus ukuran agregat halusnya dibanding beton normal. Ukuran partikel yang lebih kecil dari 0.125 mm harus dianggap sebagai agregat halus dan dihitung dalam rasio air-powder. Agregat yang baik adalah agregat yang memiliki gradasi optimum (tak seragam/memiliki semua ukuran) 4. Admixture/Bahan Tambahan Kimiawi • Komponen yang paling penting untuk SCC adalah superplasticiser atau high range water reducing admixtures. • Bahan campuran untuk memodifikasi kekentalan (VMA:Viscosity Modifying Admixtures) dapat pula digunakan untuk membantu mengurangi segregasi dan sensitivitas campuran akibat variasi dalam bahan penyusunnya, terutama kandungan airnya.
VI-10
Pengenalan SCC
• Bahan tambahan lainnya (air entraining, accelerating, retarding, etc) dapat digunakan dengan cara yang sama seperti pada beton yang digetarkan secara konvensional, tetapi tetap berpedoman pada aturan pakai yang dikeluarkan oleh produsen bahan campuran tersebut. 5. Aditif/Bahan Tambahan Non-kimia Digunakan untuk: • Meningkatkan dan menjaga tingkat kohesi daya tahan terhadap segregasi • Mengatur kadar semen dengan tujuan untuk mengurangi panas hidrasi dan thermal shrinkage crack Aditif diklasifikasikan berdasarkan kekuatan reaksinya terhadap air: Tabel 6.7 Klasifikasi Aditif TIPE I
Inert/semi-inert
TIPE II
Pozzolanic Hydraulic
• • • • •
Bahan pengisi mineral (batu kapur, dolomite, etc) Pigment Fly ash Silica fume Terak tanur tinggi
6. Serat/Fibre Serat metalik dan polymer dapat digunakan dalam pembuatan SCC, tetapi mengurangi daya alir dan passing ability. Harus dicatat bahwa menggunakan SCC dengan serat pada struktur dengan penulangan normal dapat secara signifikan meningkatkan resiko blokade terhadap aliran SCC.
6.4 Mix-design Prinsip Mix-design Agar dapat dicapai sifat-sifat adukan segar SCC yang diinginkan, prinsip-prinsip mendasar ini harus dimengerti: • Fluiditas dan kekentalan pasta disesuaikan dan diseimbangkan melalui pemilihan dan perbandingan yang akurat, dengan membatasi rasio air-agregat halus dan dengan menambah superplasticiser dan (fakultatif) viscosity modifying admixtures/VMA. Komponen SCC tersebut harus dikontrol dengan benar, ukuran yang sesuai dan interaksinya adalah kunci pencapaian filling ability, passing ability dan daya tahan terhadap segregasi. • Untuk mengontrol kenaikan temperatur, thermal shrinkage crack dan kekuatan, kandungan agregat termasuk agregat halus diperbolehkan untuk mengandung aditif tipe I dan II dengan komposisi yang signifikan agar kandungan semen tetap berada dalam level yang dapat diterima. • Pasta adalah sarana bagi pergerakan agregat, oleh karena itu volume pasta harus lebih besar dari volume rongga pada agregat sehingga semua partikel agregat individual dilapisi oleh lapisan pasta secara menyeluruh, pasta juga berfungsi sebagai pelumas. Hal ini meningkatkan fluiditas dan mengurangi gesekan antar agregat.
VI-11
Pengenalan SCC
• Rasio agregat kasar terhadap agregat halus dikurangi, sehingga partikel agregat kasar individual dilapisi lapisan mortar secara menyeluruh. Hal ini mengurangi ikatan/interlock antar agregat kasar saat beton melewati celah sempit atau celah antar tulangan serta meningkatkan passing ability yang dimiliki SCC. Prinsip-prinsip tersebut menghasilkan beton yang jika dibandingkan dengan beton biasa akan memiliki perbedaan dalam hal: • Kandungan agregat kasar yang lebih rendah • Kandungan pasta semen yang lebih tinggi • Rasio air-powder yang rendah • Penggunaan superplasticiser yang lebih banyak • Dapat pula menggunakan viscosity modifying admixture
Mix-design Dasar Mix-design biasanya menggunakan volume sebagai parameter kunci, karena sangatlah penting untuk mengisi rongga-rongga diantara partikel agregat. Tidak ada standar khusus untuk mix desain SCC dan beberapa institusi akademik, produsen admixture, ready-mix, beton pracetak dan kontraktor biasanya mengembangkan perbandingan komposisi mereka sendiri. Beberapa pustaka tentang mix-design dapat ditemukan dalam beberapa pustaka berikut: • www.efnarc.org • Okamura H and Ozawa K. Self-compactable high performance concrete. International Workshop on High Performance Concrete. American Concrete Institute; Detroit. 1994, pp31-44. • Ouchi M, Hibino M, Ozawa K, and Okamura H. A rational mix-design method for mortar in self-compacting concrete. Proceedings of Sixth South-East Asia Pacific Conference of Structural Engineering and Construction. Taipei, Taiwan, 1998, pp1307-1312. • SCC 028 20 “The European Guidelines for Self Compacting Concrete” • Nawa T, Izumi T, and Edamatsu Y. State-of -the-art report on materials and design of self-compacting concrete. Proceedings of International Workshop on Selfcompacting Concrete. August 1998; Kochi University of Technology, Japan. pp160-190. • Domone P, Chai H and Jin J. Optimum mix proportioning of self-compacting concrete. Proceedings of International Conference on Innovation in Concrete Structures: Design and Construction, Dundee, September 1999. Thomas Telford; London. pp277-285. • Billberg, P. Self-compacting concrete for civil engineering structures - the Swedish Experience. Report no 2:99. Swedish Cement and Concrete Research Institute. Stockholm, 1999 • Su N, Hsu K-C and Chai H-W A simple mix design method for self-compacting concrete Cement and Concrete Research, 31, (2001) pp 1799-1807 • Gomes P.C.C, Gettu R, Agullo L, Bernard C, Mixture proportioning of high strength, Self-Compacting Concrete: Performance and Quality of concrete structures. Third CANMET/ACI Intnl Conf. (Recefi, Brazil) Supplementary CD, 2002, 12p.
VI-12
Pengenalan SCC
• Bennenk, H. W. & J.Van Schiindel: The mix design of SCC, suitable for the precast concrete industry. Proceedings of the BIBM Congress, 2002 Istanbul, Turkey. • Billberg, P. Mix design model for SCC (the blocking criteria). Proceedings of the first North American conference on the design and use of SCC, Chicago 2002. Tabel 5.8 memberikan rentang umum kandungan unsur-unsur pokok SCC berdasarkan berat dan volume. Perbandingan ini tidak bernilai mutlak dan dalam kasus-kasus tertentu, salah satu unsur pembentuk SCC dapat berada di luar rentang ini. Tabel 6.8 Rentang Umum Komposisi Campuran SCC Rentang Umum Komponen Berdasarkan Massa Berdasarkan Volume (kg/m3) (liter/m3) 380-600 Powder Pasta 300-380 Air 150-210 150-210 Agregat Kasar 750-1000 270-360 Tergantung pada volume bahan penyusun lainnya, Agregat Halus (Pasir) biasanya 48-55% total berat agregat Rasio air-powder 0.85-1.10 (berdasarkan volume)
VI-13
Pengenalan SCC
Menentukan performance beton berdasarkan spesifikasi klien
Memilih material penyusun SCC (Lebih baik secara borongan jika memungkinkan)
Membuat komposisi mix-design Mengecek dan menyesuaikan performance melalui pengujian laboratorium
Mengevaluasi material alternatif
Tidak memuaskan
Memuaskan Mengecek dan menyesuaikan performance melalui trial di lapangan atau di tempat pengadukan
Gambar 6.5 Prosedur Mix-design
Jika performance yang diharapkan tidak terjadi atau hasil tidak memuaskan, campuran dapat didesain ulang. Tergantung pada permasalahan yang muncul, satu dari beberapa tindakan dibawah ini mungkin dapat diambil: • Sesuaikan rasio semen-powder dan rasio air-powder, kemudian ujilah daya alir dan sifat-sifat pasta yang lainnya • Cobalah berbagai macam aditif (jika memungkinkan) • Sesuaikan komposisi agregat halus dan dosis superplasticiser • Pertimbangkanlah kemungkinan penggunaan viscosity modifying agent untuk mengurangi sensitivitas adukan • Sesuaikan komposisi dan gradasi agregat kasar
VI-14
Pengenalan SCC
6.5
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT PELAKSANAAN
Ada beberapa hal yang membutuhkan perlakuan berbeda dengan beton biasa. Vibrasi atau Penggetaran Penggetaran untuk SCC biasanya tidak diperlukan, selain itu penggetaran akan menyebabkan settlement yang signifikan dari agregat kasar. Jika kepadatan yang diinginkan tidak tercapai, beton harus dicek kesesuaiannya terhadap spesifikasinya terlebih dahulu. Jika ternyata telah sesuai tetapi kepadatan penuh tetap belum tercapai, pertimbangan untuk merubah spesifikasi dapat dipakai. Tetapi ada beberapa jenis pekerjaan dimana kontrol yang akurat dan penggetaran ringan mungkin diperlukan: • Pada beberapa struktur tertentu , dimana bentuk formwork dapat menyebabkan udara terperangkap pada lokasi tertentu. Hal ini dapat ditangani dengan pemadatan manual lokal pada area tersebut • Slab, terutama yang menggunakan SCC dengan kelas slump-flow yang rendah, mungkin memerlukan tamping ringan atau screed bar yang bergetar dengan sangat lembut untuk meratakan permukaan, agar bebas dari tonjolan agregat kasar • Pengecoran yang tertunda, jika permukaan SCC yang telah di cor sebelumnya telah timbul kerak atau kaku sehingga nantinya cold-joint atau cacat permukaan dapat terbentuk.
Meratakan SCC dengan Alat Float Bertangkai
Curing Permukaan atas SCC dapat mengering dengan cepat karena jumlah pasta semen yang lebih banyak, rasio air-agregat halus yang lebih rendah dan kurangnya air akibat bleeding di permukaan beton. Perawatan beton awal harus dimulai sesegera mungkin setelah pengecoran dan finishing awal yang bertujuan untuk meminimalisasi resiko timbulnya kerak di permukaan dan retak akibat susut pada umur awalnya.
VI-15
Pengenalan SCC
6.6
MEMPERBAIKI KUALITAS AKHIR SCC
Pada tabel-tabel dibawah ini akan diuraikan cacat-cacat yang mungkin timbul setelah pengecoran SCC. Perbaikan cacat untuk SCC ini dapat pula dipakai untuk beton biasa dengan pemadatan konvensional, tetapi cacat-cacat tertentu lebih mudah dihindari jika menggunakan SCC karena sifat dasar yang dimilikinya. Penting untuk dicatat bahwa cacat permukaan seperti burik dan cacat permukaan lainnya akan mempengaruhi tampilan permukaan beton, cacat lain seperti keropos, lapis antar penuangan yang tidak kontinu, pengelupasan dan retak akan mempengaruhi integritas beton. Tabel 6.9 Cacat Keropos seperti Sarang Lebah Jenis Cacat
Sebab Utama pasta atau agregat halus yang kurang
Honeycomb ing/Keropos seperti sarang lebah
beton mengalami segregasi akibat kekentalan plastis yang terlalu rendah
Pencegahan atau Perbaikan
Sebab Praktis • kandungan pasta/agregat halus yang rendah • gradasi yang tidak sesuai • ukuran agregate terlalu besar dibandingkan dengan ruang yang tersedia
beton tidak mampu mengisi • kebocoran cetakan cetakan secara menyeluruh Sebab Fisik: filling ability yang kurang passing ability yang kurang stabilitas beton yang kurang slump-flow yang terlalu rendah/waktu T500 yang lama segregasi agregat kasar/pasta
• meningkatkan kandungan agregat halus, gunakan minimal 450 kg powder/m3 • tambahkan air entraining • gradasi yang kontinu • ukuran agregat maksimum dibuat lebih kecil • periksa integritas cetakan, terutama di bagian joint/sambungan
Tabel 6.10 Cacat Pengelupasan Jenis Cacat
Scaling/ Gumpil/ Mengelupas
Sebab Utama
Lapis permukaan hanya mengandung agregat halus dan telah mengeras terlalu cepat
Sebab Praktis • tanpa atau dengan perawatan/curing yang terbatas
• segregasi dan/bleeding yang disebabkan oleh jumlah agregat halus yang terlalu sedikit
Sebab Fisik: stabilitas beton yang kurang segregasi dan atau bleeding pengeringan yang terlalu cepat
Pencegahan atau Perbaikan • berikan perawatan beton yang layak sesuai dengan kondisi yang terjadi • meningkatkan kandungan powder • penggunaan VMA • tambahkan air entraining admixture
VI-16
Pengenalan SCC
Tabel 6.11 Perbaikan Cacat Burik Jenis Sebab Utama Cacat
Sebab Praktis
• agregat halus yang berlebihan • pemberian pelumasan cetakan yang berlebihan atau tidak rata • permukaan cetakan yang kasar • kecepatan pengecoran yang terlalu cepat • panjang pengaliran yang terlalu panjang • panjang pengaliran yang terlalu pendek
udara terperangkap
• tinggi jatuh yang besar
Blow air terperangkap Holes/Burik
pelumas cetakan yang terperangkap
• suhu beton terlalu tinggi
• pengecoran terlalu lambat
• pengendapan unsur pokok superplasticiser, terutama defoamer • kekentalan yang terlalu besar • gradasi agregat yang tidak sesuai • waktu pengadukan yang terlalu lama sehingga terjadi induksi dengan udara • interaksi antara admixture dan semen
Sebab Fisik: filling ability yang buruk passing ability yang buruk kekentalan yang tinggi/tegangan leleh yang tinggi slump-flow yang rendah/waktu T500 yang lama reduksi slump-flow yang cepat
Pencegahan atau Perbaikan • mengurangi agregat halus • tingkat penggunaan yang minimal dan rata • pastikan permukaan cetakan telah bersih • penggunaan geo-textile form liner akan membantu menyerap udara • pastikan debit pengecoran yang tetap • batasi jarak pengaliran hingga sejauh 5 m • tambahkan panjang jarak pengaliran hingga 1m • perkecil tinggi jatuh hingga <1 m • gunakan soft-wall tremie saat pengecoran di tempat yang dalam • memompa dari dasar kearah atas akan membantu memaksa udara keluar • kurangi suhu beton hingga dibawah 25oC • rencanakan kecepatan pengantaran beton dan sumber daya lapangan untuk memastikan kontinuitas pengecoran • produsen beton: perbaikan cara penyimpanan, gunakan sesuai tanggal produksi dan rotasi stok/persediaan • mengurangi dosis VMA • me-review proporsi adukan • gunakan VMA atau air entraining • me-review waktu pengadukan • menilai kesesuaian admixture& semen jauh sebelum masa produksi
VI-17
Pengenalan SCC
Table 6.12 Cacat Cold-joint Jenis Sebab Utama Cacat Cold-joint/ Bidang sambungan yang tampak diantara penuangan adukan yang berbeda/
Pembentukan kerak di permukaan menghalangi penggabungan monolit antar lapisan beton yang dicor secara berturutan
Sebab Praktis • pengantaran beton dengan rentang waktu yang terlalu dekat • benton mengeras dengan cepat • suhu udara yang tinggi • segregasi agregat kasar
• jumlah agregat halus terlalu banyak Sebab Fisik: filling ability yang kurang thixotropy kehilangan slump-flow yang terlalu cepat kekentalan yang terlalu besar interaksi admixture-semen
Pencegahan atau Perbaikan • pengecoran menerus: tanpa berhenti • pengujian awal: pengerasan yang lebih cepat tidak boleh terjadi • suhu beton yang diijinkan adalah lebih rendah dari 25oC • review perbandingan campuran • kurangi jarak pengaliran • kurangi kandungan agregat halus/powder
Tabel 6.13 Cacat Permukaan yang Tidak Rata Jenis Cacat
Sebab Utama
Sebab Praktis
• kecepatan pengecoran yang tinggi atau desain cetakan yang lemah
Permukaan hasil pengecoran yang sangat jelek dan tidak rata
deformasi cetakan “finger-prints” dari permukaan cetakan ke permukaan beton
• permukaan cetakan telah usang • sisa-sisa beton yang menempel
• jenis pelumas cetakan atau cara pemakaian yang kurang sesuai
• rasio air-powder yang terlalu tinggi
Sebab Fisik: tekanan yang tinggi pada formwork kekentalan plastis yang terlalu rendah
Pencegahan atau Perbaikan • mengurangi kecepatan pengecoran untuk mengurangi tekanan hidrostatis • menggunakan VMA untuk meningkatkan kekentalan • desain ulang formwork • perbaharui cetakan • bersihkan permukaan cetakan sebelum pengecoran • percobaan untuk menentukan bahan pelumas/pelepas cetakan yang paling tetap • mengaplikasikan dengan kecepatan yang benar, dengan peralatan yang tepat • tambahkan jumlah superplasticiser atau gunakan VMA
VI-18
Pengenalan SCC
Tabel 6.14 Variasi Warna Jenis Sebab Utama Cacat
Sebab Praktis • suhu yang terlalu rendah
• slump-flow yang terlalu besar, kekentalan yang terlalu rendah
Variasi warna
dimensi permukaan yang terlalu panjang
• efek perlambatan pengikatan awal dari admixture atau pelumas/pelepas cetakan
perbedaan adukan • perubahan kecepatan penuangan • plastic curing membrane tidak semuanya melapisi beton secara menyeluruh
Pencegahan atau Perbaikan • menjaga suhu beton dan bagian dalam cetakan selama musim dingin • meningkatkan kekentalan dengan menambah agregat halus atau pertimbangkan penggunaan VMA • pemilihan admixture dengan hati-hati untuk memperpanjang masa layan • mengurangi kandungan air atau plasticiser • pertimbangkan kemungkinan pemakaian accelerator ringan • pengecoran menerus • pastikan kontak yang konsisten
• basahi cetakan sebelum penuangan • cetakan kayu memiliki • disarankan permukaan yang kering menggunakan permukaan cetakan yang telah dilapisi Sebab Fisik: efek perlambatan pengerasan maupun noda yang tertinggal disebabkan oleh pelumas, admixture, dll tegangan leleh atau kekentalan plastis yang terlalu tinggi
Tabel 6.15 Cacat Tali Air Jenis Sebab Utama Cacat
Tali air
bleeding dari air dan agregat halus
Sebab Praktis
• rasio air-powder yang terlalu tinggi • kekentalan yang terlalu rendah
Sebab Fisik: stabilitas adukan beton yang rendah
Pencegahan atau Perbaikan • pertimbangkan untuk menggunakan VMA • meningkatkan kekentalan dengan menambahkan agregat halus • gunakan bahan tambahan air entraining untuk mengatasi distribusi ukuran partikel yang jelek
VI-19
Pengenalan SCC
Tabel 6.16 Cacat akibat Retak Plastis Jenis Sebab Utama Sebab Praktis Cacat • perawatan beton umur awal yang buruk
pengeringan yang terlalu cepat
Retak plastis
sedimentasi
• segregasi dan bleeding
perubahan posisi tulangan • perbedaan kondisi yang ekstrim (suhu, kelembaban, angin, dll) • pengecoran dimensi tinggi dengan posisi tulangan dekat permukaan Sebab Fisik: susut akibat pengeringan stabilitas beton yang buruk
Pencegahan atau Perbaikan • mulailah perawatan sesegera mungkin setelah pengecoran/finishing awal • perawatan beton yang sesuai dengan kondisi • menambal retak plastis tersebut sebelum beton mengeras • meningkatkan kandungan powder • menggunakan VMA • menggunakan bahan tambahan air entraining • perawatan beton disesuaikan kondisi yang berlaku • redesain ukuran selimut beton
VI-20
Pengetahuan beton pracetak
VII-0
Pengetahuan beton pracetak
7.1 PENDAHULUAN Beton pracetak/precast concrete adalah produk beton yang dicor dan dirawat di tempat lain yang berbeda dengan posisi akhir pemasangannya.
7.2 JENIS-JENIS HASIL PRODUKSI a. Berdasarkan cara pemadatan, ada dua kategori hasil produksi, yaitu: 1. Pemadatan dengan putar (centrifugal spinning) Produk beton yang proses pemadatannya melalui proses pemutaran cetakan, misalnya: • Tiang pancang bulat berongga/ PC Piles • Tiang pancang kotak berongga • Tiang beton bulat berongga 2. Pemadatan non-putar Produk beton yang proses pemadatannya melalui penggetaran, misalnya: • Girder/gelagar • Voided slab/slab berongga • Sheet pile • Pelat double tee • Pelat masif • Half slab • komponen pracetak yang lain
b. Berdasarkan mutu beton, ada dua kategori hasil produksi, yaitu: 1. Mutu biasa, meliputi: K350 dan K500, merupakan pracetak non-putar dan dipadatkan dengan cara konvensional 2. Mutu tinggi, meliputi: K600, K700 dan K800 (termasuk K1000), dipadatkan dengan cara putar maupun non-putar Untuk mutu-mutu beton dan penggunaannya dapat dilihat pada Bagian 1 Pengetahuan Umum Beton, Subbab 1.5
Jenis, spesifikasi dan dimensi dari beberapa beton pracetak produksi PT Wijaya Karya Beton dapat dipakai sebagai salah satu bahan pertimbangan pemilihan produk sesuai kebutuhan proyek, dapat dilihat pada Lampiran 1 Spesifikasi Produk Beton Pracetak PT Wijaya Karya Beton.
VII-1
Pengetahuan beton pracetak
PC Voided Slabs
PC Piles
VII-2
Pengetahuan beton pracetak
PC I-Girders
Flat Sheet Piles
VII-3
Pengetahuan beton pracetak
Corrugated Sheet Piles
Triangular PC Piles
VII-4
Pengetahuan beton pracetak
PC Sleepers
PC Pipes
VII-5
Pengetahuan beton pracetak
7.3 MATERIAL DAN SPESIFIKASI Tabel 7.1 Spesifikasi Material dan Spesifikasi Umum Beton Pracetak Item Referensi Deskripsi Spesifikasi ASTM C33-1985
1
Agregat NI 2 PBI-1971
SII 0013-1981
2
Semen
SII 0013-1984
ASTM C494-1985
3
Admixture ASTM C494-1990
4
Standard Specification for Concrete Aggregates Indonesian Concrete Codes Mutu dan Cara uji Semen Portland (Quality and Test Method of Portland Cements) Mutu dan Cara uji Semen Portland (Quality and Test Method of Portland Cements) Standard Specification for Chemical Admixtures for Concrete Standard Specification for Chemical Admixtures for Concrete
Standard Product: NI 2 PBI-1975
Indonesian Concrete Codes
Special Order: JIS A 5309-1981
Prestressed Spun Concrete Poles
Concrete Compressive Strength
NI 2 PBI-1971
Indonesian Concrete Codes
Keterangan
-
Umum
-
Umum
• Standard Product: tipe I • Special Order: tipe II atau V
Umum
• Standard Product: tipe I • Special Order: tipe II atau V
Reinforced Concrete Pipes
Tipe A: Water reducing admixture Tipe F: Water Reducing Admixture
-
Concrete Cube Compressive Strength at 28 days: 500 kgf/cm2 Concrete Cylinder Compressive Strength at 28 days: 500 kgf/cm2 Concrete Cylinder Compressive strength at 28 days: 600 kgf/cm2 Concrete Cylinder Compressive Strength at 28 days (Railway Concrete Products) Bridge Girders
Sheet Piles
Umum Reinforced Concrete Pipes Railway Concrete Products dan Bridge Girders
Untuk Electrical PC Poles
Untuk Electrical PC Poles Untuk PC Piles, Triangular PC Piles & PC Pipes • 500 kgf/cm2: PC Sleepers dan CPC Poles • 400 kgf/cm2: RWB Slabs, RBP Walls dan Emplacements • A-Class: 800 kgf/cm2 • B-Class: 500 kgf/cm2 • CPC Sheet Piles: 700 kgf/cm2 • FPC Sheet Piles: 500 kgf/cm2 • FRC Sheet Piles: 500 dan 350 kgf/cm2
VII-6
Pengetahuan beton pracetak
Item
5
Concrete Test
Referensi
Deskripsi
JIS A 1132-1985
Method of Making and Curing Concrete Specimens
-
Umum
JIS A1108-1985
Method of Test Compressive Strength of Concrete
-
Umum
-
Umum
PC Wire SWPD1
Umum
PC Strand SWPR 7B
Triangular PC Piles
• PC Wire SWPD1 • PC Strand: SWPR 7B
Sheet Piles
• PC Wire SWPD1 • PC Strand: SWPR 7B (Bridge girders only)
Railway Concrete Products, Bridge Girders
Grade 270
Bridge Girders
SD 40
Umum
SR 24
Untuk PC Pipes dan Reinforced Concrete Pipes
SD 40
Triangular PC Piles
SWMA
Umum
SWCR A
Untuk bagian ujung Core Pipes Spiral
SS 41
Untuk Electrical PC Poles
SS 41
Untuk PC Piles
SS 41
Triangular PC Piles
AWS A 5.1/E6013 Nikko Steel RB 26 /RD260,LION26/eq.
Umum
NI 2 PBI-1975
JIS G 3536-1985
JIS G 3536-1984
6
PC Wire/PC Strand
JIS G 3536-1988
ASTM A416-1980
JIS G 3112-1985
7
Reinforced Bar JIS G 3112-1987
JIS A 3532-1985
8
Reinforced/ Spiral Wire
JIS G 3538-1977
JIS G 3191-1976
9
Joint Plate
JIS G 3101-1987 JIS G 3101-1976
10
Welding
ANSI/AWS D1.11990
Indonesian Concrete Codes Uncoated Stress Relieved Steel Wire and Strand for Prestressed Concrete Uncoated StressRelieved Steel Wire and Strand for Prestressed Concrete Uncoated StressRelieved Steel Wire and Strand for Prestressed Concrete Standard Specification For Uncoated SeventWire StressRelieved Steel Strand for Prestressed Concrete
Steel Bar for Concrete Reinforcement Steel Bar for Concrete Reinforcement Low Carbon Steel Wire Hard Drawn Steel Wire for Prestressed Concrete Rolled Steel for General Structure Rolled Steel for General Structure Rolled Steel for General Structure Structural Welding CodeSteel
Spesifikasi
Keterangan
VII-7
Pengetahuan beton pracetak
Item 11
Sealing Rings
Referensi
Deskripsi
Rubber Gasket
Keterangan
JIS K 6353
-
Untuk PC Pipes
ISO 4633-1983 LE
-
-
Untuk PC Pipes
ISO 4633-1996
12
Spesifikasi
Elastomeric Material for Joints
AS 1646-1992
BS 2494-1990
JIS K 6353-1995
Rubber seal-joint ring for water supply, drainage and sewerage pipelines Elastomeric seals for waterworks purposes Elastomeric seals for joints in pipework and pipelines Rubber goods for water works
Pencucian Material
-
-
-
-
Reinforced Concrete Pipes
VII-8
Pengetahuan beton pracetak
7.4 PROSES PRODUKSI Dari beberapa jenis produk precast dan proses produksinya yang berbeda, dibawah ini diberikan satu contoh proses produksi untuk PC Piles (Prestressed Concrete Piles), yang dipadatkan dengan cara centrifugal spinning.
Persiapan cetakan Persiapan PC Wire dan Spiral Wire
Penulangan
Penakaran dan pengadukan beton
Pengecoran
Penutupan cetakan
Tensioning PC Wire
Pemutaran/Spinning
Steam curing
Detensioning
Pembukaan cetakan produk
Penumpukan dan water curing
Pengangkutan ke Klien
Gambar 7.1 Proses Produksi PC Piles
cetakan
VII-9
Pengetahuan beton pracetak
Persiapan cetakan
Penulangan
Pengecoran
VII-10
Pengetahuan beton pracetak
Penutupan cetakan
Tensioning
Pemutaran/centrifugal spinning
VII-11
Pengetahuan beton pracetak
Steam curing
Penumpukan dan water curing
7.5 MIX-DESIGN Hal-hal yang menjadi pertimbangan saat membuat mix-design adalah 1. Persyaratan material 2. Komposisi 3. Slump 4. Target strength 5. Karakteristik 6. Standar deviasi Mix desain tergantung pada produsen dan seringkali sesuai dengan kesepakatan atau spesifikasi yang dipakai. Cara perhitungan mix-design dapat dilihat pada Bagian 3 Perencanaan Campuran Beton.
VII-12
Pengetahuan beton pracetak
7.6 CETAKAN (MOULD) Macam-macam cetakan: 1. Cetakan baja 2. Cetakan kayu 3. Cetakan fiberglass (serat kaca)
Cetakan baja PC Pipes
Cetakan baja triangular PC piles
Cetakan yang dipakai dalam produksi beton pracetak juga didasarkan atas kebutuhan dan rencana permintaan produksi.
7.7 PENGADUKAN BETON & PENGECORAN Diaduk di batching-plant dan concrete mixer. Dengan cara-cara dan teknik seperti pada pada pengadukan dan pengecoran beton biasa (kecuali atas permintaan yang disyaratkan), dapat dilihat pada Bagian 4 Pelaksanaan .
Batching plant
VII-13
Pengetahuan beton pracetak
7.8 PEMADATAN Macam-macam cara pemadatan: 1. Pemadatan putar/spinning Metode produksi dimana adukan beton dimasukkan kedalam cetakan baja yang berputar secara horisontal dengan kecepatan tinggi pada alas pemutaran, pemadatan beton terjadi akibat getaran dan gaya sentrifugal.
Centrifugal spinning
2. Pemadatan non-putar: • Internal vibrator, penggetaran adukan beton dari dalam cetakan. (Lihat Bagian 4 Subbab 4.6 Pemadatan) • External vibrator, penggetaran cetakan yang telah terisi adukan beton dari luar. Bentuk daerah pengaruh pemadatan adalah hemisphere berpusat pada lokasi vibrator. Beberapa prinsip penggunaan external vibrator: o Jika memerlukan dua external vibrator (pada elemen beton yang lebih tebal dari radius pengaruh vibrator), jangan diletakkan pada posisi yang lagsung berlawanan satu sama lain, tetapi pada titik pertengahan diukur dari vibrator pertama. o Penggetaran dilakukan sejak adukan beton mulai dituang ke dalam cetakan hingga cetakan penuh o Penggetaran tidak boleh melebihi 2 inch per detik o Vibrator harus digerakkan sebentar-sebentar agar vibrator dapat memadatkan beton dan membantu migrasi udara yang terjebak
External vibrator
VII-14
Pengetahuan beton pracetak
Spesifikasi umum yang sering dijumpai: Output Kuat arus Voltase Getaran Gaya sentrifugal Weight
•
50 2.5 48 6.000-7.200 200-240 106-152 6.5-7.0
Watt Ampere Volt VPM Hz kgf kg
Meja getar
Meja getar Bagian atas meja berupa bagian-bagian kuat yang di las dan dibuat dari pelat baja, balok I atau pipa. Bagian atasnya bertenaga mesin dengan dua vibrator putar yang berlawanan. Bagian dasar yang tidak rata bentuknya mendukung dan mengisolasi bagian atas dengan pegas maupun isolasi udara. Saat ini, telah banyak digunakan meja getar listrik yang memungkinkan untuk memilih frekuensi operasi terbaik dengan tingkat ketelitian digital.
7.9 PEKERJAAN STRESSING Berdasarkan cara pemadatannya, pekerjaan stressing dibagi atas: 1. Pemadatan putar (spinning) • Single stressing • Simultan stressing 2. Pemadatan non-putar • Single stressing o Short-line system o Long-line system • Multiple stressing
VII-15
Pengetahuan beton pracetak
7.10 PERAWATAN BETON 1. Normal curing, Lihat Bagian 4 Pelaksanaan Subbab 4.7.
Curing dengan penyiraman air pada produksi tiang pancang 2. Steam curing, perawatan beton dengan mengalirkan uap air dengan tekanan atmosfer (atau dengan tekanan yang lebih besar) dan pada suhu antara 40-215 o C. Metode ini dapat mempercepat beton mencapai kuat tekan awal, sehingga menghemat waktu pemakaian cetakan dan menghemat pemakaian tempat yang terbatas untuk curing.
Steam curing pada produksi tiang pancang
7.11 PENGANGKATAN Hal-hal yang harus menjadi pertimbangan saat pengangkatan beton yang telah mengalami pengerasan adalah: 1. Kuat beton pada saat pengangkatan apakah sudah mencukupi dan sesuai dengan rencana. 2. Metode pengangkatan
VII-16
Pengetahuan beton pracetak
Pengangkatan stockyard
dan
penyimpanan
di
Melapisi bahan anti korosi pada joint-plate setelah pengangkatan
7.12 PENGANGKUTAN Pengangkutan ke konsumen dapat menggunakan truk, tronton, trailer, kapal atau ponton, tergantung dari dimensi dan berat produk, kondisi site, faktor ekonomi, kesepakatan, dll.
VII-17
Pengetahuan beton pracetak
Pengangkutan electrical PC Poles
Pengangkutan PC Piles
VII-18
Pengetahuan beton pracetak
7.13 QUALITY CONTROL • Memeriksa material
Pemeriksaan kadar lumpur agregat • Memeriksa proses produksi
Pemeriksaan pemasangan tulangan • Memeriksa produk jadi
Pengujian Hammer Test
VII-19
Pengetahuan beton pracetak
• Memeriksa mutu benda uji
Benda uji kubus Selain itu, pengujian juga dilakukan pada benda uji sebagai sampel adukan yang berbentuk kubus. Perincian metode pengujian beton seperti pada beton normal, antara lain dapat dilihat pada Bagian 4 Pelaksanaan Subbab 4.8 Evaluasi dan Pengendalian Mutu Beton. Dibawah ini adalah beberapa gambar alat pengujian benda uji.
Alat pengujian kuat lentur
Alat pengujian kuat tekan
VII-20
Inspeksi peralatan
VIII-1
Inspeksi peralatan
8.1 PENDAHULUAN Proses pembuatan beton merupakan suatu pekerjaan yang kompleks, melibatkan banyak tahapan termasuk didalamnya penggunaan peralatan. Pengecoran beton yang berhasil sesuai dengan rencana membutuhkan kesiapan baik dalam sumber daya manusia, bahan dan peralatan. Pada bagian ini, akan diuraikan beberapa poin pemeriksaan yang dapat digunakan untuk pengecekan pra-pemakaian maupun perawatan berkala beberapa peralatan besar yang sering digunakan dalam pekerjaan pembetonan.
8.2 MACAM-MACAM FORMULIR INSPEKSI a. Form Pemeriksaan Peralatan 1. Batching Plant 2. Concrete Pump 3. Truck mixer b. Laporan Harian Operasi Alat (termasuk form pemeriksaan alat sebelum beroperasi) 1. Batching Plant 2. Concrete Pump 3. Truck mixer c. Form Pemeliharaan alat 1. Batching Plant 2. Concrete Pump 3. Truck mixer
Macam-macam formulir tersebut dan detail isiannya dapat dilihat pada Lampiran 2 Formulir Inspeksi Peralatan.
VIII-1
LAMPIRAN 1 Spesifikasi Produk Beton Pracetak PT WIKA Beton
A. PRESTESSED SPUN CONCRETE PILES (PC PILES)
B. PRESTESSED CONCRETE SLEEPERS (PC SLEEPERS)
C. CATENARY PRESTESSED CONCRETE POLES (CPC POLES)
D. REINFORCED CONCRETE SLABS FOR RAILWAY BRIDGES (RWB SLABS)
dimension: mm
E. REINFORCED CONCRETE SLABS FOR EMPLACEMENT (EMPLACEMENT)
dimension: mm
F. REINFORCED CONCRETE SLABS FOR BALLAST PROTECTION (RBP WALLS)
dimension: mm
G. CORRUGATED TYPE PRESTRESSED CONCRETE SHEET PILES (CPC SHEET PILES)
H. FLAT TYPE PRESTRESSED CONCRETE SHEET PILES (FPC SHEET PILES)
I.
FLAT TYPE REINFORCED CONCRETE SHEET PILES (FRC SHEET PILES)
J. PRESTRESSED CONCRETE I-GIRDER (PC I-GIRDER)
K. REINFORCED CONCRETE SLAB FOR I-GIRDER (PC I-GIRDER) AND REINFORCED CONCRETE DIAPHRAGM FOR I-GIRDER (RC-DIAPHRAGM)
L. PRESTRESSED CONCRETE VOIDED SLAB (PC V-GIRDER)
BEAM SPACING PC I-GIRDER BM70
BEAM SPACING PC I-GIRDER BM100
PC V-SLAB SPACING TYPE I
PC V-SLAB SPACING TYPE II
M. TRIANGULAR PRESTRESSED CONCRETE PILES (TPC PILES)
N. PRESTRESSED SPUN CONCRETE POLES FOR ELECTRICAL DISTRIBUTION LINE (DPC POLES)
O. SEGMENTAL PRESTRESSED SPUN CONCRETE POLES FOR ELECTRICAL POWER DISTRIBUTION LINE (SDPC POLES)
P. SEGMENTAL PRESTRESSED SPUN CONCRETE POLES FOR ELECTRICAL POWER TRANSMISSION LINE (STPC POLES)
Q. CORE TYPE PRESTRESSED CONCRETE PIPES (CPC PIPES)
R. REINFORCED CONCRETE PIPES
LAMPIRAN 2 Formulir Inspeksi Peralatan
PT WIJAYA KARYA Divisi Peralatan Konstruksi
WIKA-K5-10-IK-006 Revisi 00 Amd 02 Lampiran 9.1.6
FORM PEMERIKSAAN PERALATAN Jenis Alat
: BATCHING PLANT
Tanggal Pemeriksaan
:
……………………………………………………………………
Merk / Type
:
…………………………………………………………………………
Hour Meter ( HM )
:
……………………………………………………………………
No.Invet. / Polisi
:
…………………………………………………………………………
Nomor Seri
:
…………………………………………………………………………
NO A. 1 2 3 4 5 B. 1 2 3 4 C. 1 2 3 4 5 6 7 D. 1 2 3 4 5 6 7 E. 1 2 3 4 5 6 7 8 F. 1 2 3 4 5 G. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 H. 1 2 3 4 5 6 7 8
ITEM CHECKING SILO Screw Pump Motor Gear Box Gate Bolt & Nut Silo GATE MATERIAL Air Cylinder Solenoid Valve Limit Switch Air Hose SCAP HOPPER Roll Bearing Bushing Treck Limit Switch Motor Gear Box Wire Rope MIXER Motor Gear Box V-Belt Liner & Tiles Bearing Shaft Blade Gate mixer PNEUMATIC SYSTEM Air Compressor Motor V-Belt Guard Oil Air Hose Air Cylinder Solenoid Valve WATER PUMP Hose Flow Meter Valve Piping Tank SCRAPPER Boom Wire Rope Roller Bearing Bucket Motor Swing Gear Swing Disc Clutch Master Clutch Handle - handle Brake Shoe OPERATOR CABIN Panel Control Wiring Gauge Weigher Arm Timbangan Agrigat Scale Gauge Box Glass Cabin Door Cabin
BAGIAN YANG DIPERIKSA SILO Pompa ulir Penggerak Kotak transmisi Pintu pembuka Mur & baut silo PINTU MASUKAN MATRIAL Silinder udara Katup selenoid Saklar pembatas Hose udara SCAP HOPPER Bantalan roll Bantalan Rel Saklar pembatas Penggerak Kotak transmisi Kabel kawat baja/sling PENGADUK Penggerak Kotak transmisi Sabuk/tali kipas Liner & tile Bantalan poros Daun pengaduk Pintu masukan pengaduk SISTIM TEKANAN ANGIN Kompressor udara Penggerak Sabuk/tali kipas Pelindung Oli Hose udara Silinder udara Katup selenoid POMPA AIR Hose Pengukur aliran Katup Pipa Bak BAJA PENGIKIS/PENGUMPUL Lengan Kabel kawat baja Penggulung Bantalan Bucket Penggerak putaran Roda gigi putaran Plat kopling Master kopling Handle/tuas Sepatu rem/kampas RUANG OPERATOR Panel kontrol Kabel Pengukur Timbangan Lengan timbangan Box pengukur matrial Kaca Kabin Pintu kabin
B
KONDISI R TA
KETERANGAN
KESIMPULAN/SARAN
KETERANGAN : Beri tanda "V" untuk item yang diinspeksi Beri tanda "X" untuk item yang tidak ada pada unit alat B : Baik R : Rusak TA : Tidak Ada
Jakarta,…………………………. Diinspeksi oleh
QC / QA
QC Workshop
PT WIJAYA KARYA Divisi Peralatan Konstruksi
WIKA-K5-10-IK-006 Revisi 00 Amd 02 Lampiran 9.1.8
FORM PEMERIKSAAN PERALATAN Jenis Alat
: CONCRETE PUMP
Tanggal Pemeriksaan
:
……………………………………………………………………
Merk / Type
:
…………………………………………………………………………
Hour Meter ( HM )
:
……………………………………………………………………
No.Invet. / Polisi
:
…………………………………………………………………………
Nomor Seri
:
…………………………………………………………………………
NO
ITEM CHECKING
A 1 2 3 4 B 1 2 3 4 5 C 1 2 3 4 5 6 7 8 D 1 2 3 4 5 E 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 F 1 2 3 4 5 G 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
BASIC ENGINE Engine leakage Engine mounting system Fan drife system Valve mechanis cover system LUBRICTION SYSTEM Breather kondisi Oil filter system Oil lines system Oil pump system Oil pressure system COOLING SYSTEM Blower fan system Engine cooler system Housing and regulator system Protection cover radiator cap system Radiator system Transmission oil cooler system Water lines system Water pump system INTAKE AND EXHAUST SYSTEM Air cleaner system Exhaust extention system Exhaust manifold system Muffler system Turbocharger system FUEL SYSTEM AND GOVERNOR Fuel filter system Fuel injection lines system Fuel lines system Fuel priming pump system Fuel ratio control system Fuel tank system Fuel transfer pump system Governor and fuel injection pump system Primary fuel filter system Fuel tank cover system Secondary fuel filter system Service meter system Fuel drain valve system Water sparator system ELECTRICAL SYSTEM Alternator system Battrey and wiring system Electric starting motor system Glow plug system Lighting system SLIDING VALVE GREASE PIPING SYST Piping assy grease system Pipe copper system Elbow system Connector system Coupler system Piece system Support main sylinder system Band "U"system Bracket water tank system Bracket transportasi pipe system Guard side system Rubber cushion system
BAGIAN YANG DIPERIKSA STANDAR MESIN Kebocoran pada bagian-bagian engine Sistim dudukan mesin Sistim penggerak kipas Sistim penutup katup SISTIM PELUMASAN Sistim breather Sistim saringan oli Sistim saluran oli Sistim pompa oli Sistim tekanan oli SISTIM PENDINGIN Sistim kipas blower Sistim pendingin mesin Sistim selang-selang dan regulator Sistim pengaman tutup radiator Sistim radiator Sistim oli pendingin transmisi Sistim saluran air Sistim pompa air SISTIM SALURAN MASUK & BUANG Sistim filter udara Sistim bagian-bagian saluran gas buang Sistim saluran gas buang Sistim knalpot Sistim turbo SISTIM GOVERNOR & BAHAN BAKAR Sistim saringan bahan bakar Sistim saluran injeksi bahan bakar Sistim saluran bahan bakar Sistim pompa pemancing bahan bakar Sistim kontrol perbandingan bahan bakar Sistim tangki bahan bakar Sistim pompa pemindah bahan bakar Sistim governor & pompa injeksi bahan bakar Sistim sringan bahan bakar primer Sistim penutup tangki bahan bakar Sistim saringan bahan bakar sekunder Sistim pengukur pemakaian Sistim katup pengurasan bahan bakar Sistim sparator air SISTIM KELISTRIKAN Sistim alternator Sistim aki dan kabel penghubungnya Sistim kelistrikan motor starter Sistim pengapian busi Sistim penerangan SISTIM PIPA GEMUK KATUP GELINCIR Sistim pipa perangkat gemuk Sistim pipa copper Sistim sambungan siku Sistim penghubung Sistim coupler Sistim perpotongan Sistim penopang tengah silinder Sistim band "U" Sistim bracket tangki air Sistim bracket pipa transportasi Sistim pengaman samping Sistim bushing karet
B
KONDISI R TA
KETERANGAN
NO
ITEM CHECKING
BAGIAN YANG DIPERIKSA
H 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 J 1 2 3 4 5 6 7 8 9 K 1 2 3 4 5 6 L 1 2 3 4 5 6 7 M 1 2 3 4 5 6 7 N 1 2 3 4 5 6 7
SWING AND OUTTRIGGER SYSTEM Swing device assy system Outtrigger assy front LH-RH system Outtrigger assy rear LH-RH system Hydraulic piping boom system Tube synflex/grease system Box outtrigger inner system Box outtrigger outer system Valve assy chek for outrigger front system Cylinder assy outtrigger front assy Cylinder assy outtrigger rear assy Nipple greace system Arm RH-LH system Block join system Reduction assy swing system Motor assy system Joint assy rotari system Bolt-bolt system Stoper system Base assy system Pin-pin system BOOM AND POST ASSY Shaft boom assy system Pin link system Link tension system Cyilinder assy boom (middle) system Cyilinder assy boom (upper) system Cyilinder assy boom (lower) system Valve assy pilot chek system Pin-pin system Bushing-bushing link system Boom upper system Boom midle system Boom lower system CHASIS CONCRETE PIPING GROUP Band / klem system Joint pipe-pipe system Pipe bending system Pipe-pipe system Bracket pipe system Support system Pipe taper system Pipe "Y" system Flexible hose system HYDRAULIC AND PIPING SYSTEM Piping assy pump hydraulic system Hose-hose hydraulic assy system Clamp pipe hydraulic system O ring-O ring system Pipe suction system Valve assy control stop system SLIDING AND PIPING SYSTEM Piping assy sliding hydraulic system Hose-hose hydraulic assy system Clamp pipe hydraulic system O ring-O ring system Pipe suction system Valve assy control stop system Lever system LH-RH CONTROL PIPING ASSY SYSTEM Piping assy control hydraulic system Band accumulator system Hose-hose hydraulic assy system Clamp pipe hydraulic system O ring-O ring system Valve assy control stop system Valve check system AGITATOR PIPING SYSTEM Piping assy agitator system Ball joint system Hose-hose hydraulic assy system Clamp pipe hydraulic system O ring-O ring system Lever link system Pin Link system
SISTIM ALAT KELUARAN & SWING Sistim perangkat alat swing Sistim alat keluaran depan kiri & kanan Sistim alat keluaran belakang kiri & kanan Sistim pipa hidrolik boom Sistim pipa gemuk Sistim box masukan outrigger Sistim box keluaran outrigger Sist katup pengecek u/ saluran keluar bag depan Perangkat silinder saluran keluar bag depan Perangkat silinder alat keluaran belakang Sistim niple gemuk Sistim lengan kanan/kiri Rumah nepel gemuk Sistim ayun perangkat reduksi Sistim perangkat penggerak Sistim perangkat sambungan rotari Sistim baut-baut Sistim penghenti Sistim rumah gear box Sistim pin-pin PERANGKAT BOOM & POST Sistim perangkat poros boom Sistim batang pin Sistim ketegangan batang penghubung Sistim perangkat silinder boom (tengah) Sistim perangkat silinder boom (atas) Sistim perangkat silinder boom (bawah) Sistim perangkat katu pengecekan awal Sistim pin-pin Sistim bantalan-bantalan penghubung Sistim boom atas Sistim boom tengah Sistim boom bawah KELOMPOK PANGKA PIPA BETON Sistim klem Sistim sambungan pipa-pipa Sistim bengkoan pipa Sistim pipa-pipa Sistim knie pipa Sistim penopang Sistim pipa tirus/peralihan Sistim pipa "Y" Sistim hose fleksibel SISTIM HIDROLIK DAN PIPA Sistim perangkat pipa pompa hidrolik Sistim perangkat hose hidrolik Sistim klam pipa hidrolik Sistim O ring-O ring Sistim bagian-bagian pipa Sistim prangkat katup kontrol penghentian SISTIM PIPA DAN PIPA GESER Sistim perangkat pipa geser hidrolik Sistim perangkat hose-hose hidrolik Sistim klem pipa hidrolik Sistim O ring-O ring Sistim bagian-bagian pipa Sistim prangkat katup kontrol penghentian Sistim tuas kiri - kanan SISTIM PERANGKAT PIPA KONTROL Sistim perangkat pipa pengontrol hidrolik Sistim pengikat aki Sistim perangkat hose hidrolik Sistim klem pipa hidrolik Sistim O ring-O ring Sistim perangkat katup penghentian Sistim katup pengecekan SISTIM PIPA YANG BERGERAK Sistim perangkat pipa yang bergerak Sistim ball join Sistim perangkat hose hidrolik Sistim klem pipa hidrolik Sistim O ring-O ring Sistim tuas penghubung Sistim pin penghubung
B
KONDISI R TA
KETERANGAN
NO O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ITEM CHECKING TANK PIPING ASSY GROUP Piping assy tank system Element suction strainer system Filter assy reurn system Reduser system Magnet system Gauge level system Elbow system Conector system Flange system Seal-seal system Bolt-bolt system OUTTRIGGER PIPING GROUP Piping assy outtrigger system Valve assy stop system Valve assy shutle system Hose-hose hydraulic assy system Reduser system Elbow system Connector system Flange system Seal-seal system Bolt-bolt system
BAGIAN YANG DIPERIKSA
B
KONDISI R TA
KETERANGAN
KELOMPOK PIPA-PIPA TANGKI Sistim perangkat pipa pada tangki Sistim elemen brongsong isap Sistim perangkat filter Sistim reduser Sistim magnet Sistim panel ukur Sistim elbow (bengkeoan pipa) Sistim penghubung Sistim flange(lekuan) Sistim seal-seal Sistim baut-baut KELOMPOK PIPA ALAT KELUARAN Sistim perangkat pipa alat keluaran Sistim perangkat katup penghenti Sistim perangkat katup pengunci Sistim hose-hose perangkat hidrolik Sistim pengalih Sistim sambungan siku Sistim penghubung Sistim lekuan-lekuan Sistim seal-seal Sistim baut-baut
KESIMPULAN/SARAN
KETERANGAN : Beri tanda "V" untuk item yang diinspeksi B : Baik R : Rusak TA : Tidak Ada
Jakarta,…………………………. Diinspeksi oleh
QC / QA
QC Workshop
PT WIJAYA KARYA Divisi Peralatan Konstruksi
WIKA-K5-10-IK-006 Revisi 00 Amd 02 Lampiran 9.1.21
FORM PEMERIKSAAN PERALATAN Jenis Alat
: TRUCK MIXER
Tanggal Pemeriksaan
:
…………………………………………………………………
Merk / Type
:
…………………………………………………………………………
Hour Meter ( HM )
:
…………………………………………………………………
No.Invet. / Polisi
:
…………………………………………………………………………
Nomor Seri
:
…………………………………………………………………………
NO A 1 2 3 4 B 1 2 3 4 5 C 1 2 3 4 5 6 7 8 D 1 2 3 4 5 E 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 F 1 2 3 4 5 G 1 2 3 4 H 1 2 3 4 5 6 I 1 2 3 4 J 1 2 3 4
ITEM CHECKING BASIC ENGINE Engine leakage Engine mounting system Fan drife system Valve mechanis cover system LUBRICTION SYSTEM Breather system Oil filter system Oil lines system Oil pump system Oil pressure system COOLING SYSTEM Blower fan system Engine cooler system Housing and regulator system Protection cover radiator cap system Radiator system Transmission oil cooler system Water lines system Water pump system INTAKE AND EXHAUST SYSTEM Air cleaner system Exhaust extention system Exhaust manifold system Muffler system Turbocharger system FUEL SYSTEM AND GOVERNOR Fuel filter system Fuel injection lines system Fuel lines system Fuel priming pump system Fuel ratio control system Fuel tank system Fuel transfer pump system Governor and fuel injection pump stm Primary fuel filter system Fuel tank cover system Secondary fuel filter system Service meter system Fuel drain valve system Water sparator system ELECTRICAL SYSTEM Alternator system Battrey and wiring system Electric starting motor system Glow plug system Lighting system TRANSMISSION SYSTEM Transmission control linkage system Transmission control linkage play Transmission gear system Oil seal transmission system PROPELLER SHAFT SYSTEM Propeller shaft center bearing support Propeller shaft universal joint play Propeller shaft mounting bolt system Universal joint system Center bearing system Rubber center bearing system CLUTCH SYSTEM Master cylinder system Clutch piping oil system Clutch hose system Clutch bearing system REAR AXLE SYSTEM Differential gear system Axle shaft mounting nuts system Oil seal kondisi system Oil leakage
BAGIAN YANG DIPERIKSA STANDAR MESIN Kebocoran pada bagian-bagian mesin Sistim dudukan mesin Sistim penggerak kipas Sistim penutup katup SISTIM PELUMASAN Sistim breather Sistim saringan oli Sistim saluran oli Sistim pompa oli Sistim tekanan oli SISTIM PENDINGIN Sistim kipas blower Sistim pendingin mesin Sistim pipa-pipa & regulator Sistim pengaman tutup radiator Sistim radiator Sistim oli pendingin transmisi Sistim saluran air Sistim pompa air SISTIM SALURAN MASUK & BUANG Sistim filter udara Sistim bagian-bagian saluran buang Sistim saluran buang Sistim knalpot Sistim turbo SISTIM GOVERNOR & BAHAN BAKAR Sistim saringan bahan bakar Sistim saluran injeksi bahan bakar Sistim saluran bahan bakar Sistim pompa pemancing bahan bakar Sistim kontrol perbandingan bahan bakar Sistim tangki bahan bakar Sistim pompa pemindah bahan bakar Sistim governor & pompa injeksi bahan bakar Sistim saringan bahan bakar primer Sistim penutup tangki bahan bakar Sistim saringan bahan bakar sekunder Sistim pengukur penggunaan Sistim katup pengurasan bahan bakar Sistim sparator air SISTIM KELISTRIKAN Sistim alternator Sistim aki dan kabel penghubungnya Sistim kelistrikan motor starter Sistim pengapian busi Sistim penerangan SISTIM TRANSMISI Sistim kontrol penghubung transmisi Ruang gerak kontrol sambungan transmisi Sistim roda gigi transmisi Sistim seal oli transmisi SISTIM POROS PENGGERAK Bantalan penopang tengah poros penggerak Ruang main universal joint poros penggerak Sistim baut dudukan poros penggerak Sistim universal joint Sistim bantalan tengah Sistim bantalan karet tengah SISTIM KOPLING Sistim master silinder Sistim pipa oli kopling Sistim hose kopling Sistim bantalan kopling SISTIM POROS PENGGERAK BELAKANG Sistim roda gigi diferensial Sistim mur dudukan poros penggerak Sistim kondisi seal oli Kebocoran-kebocoran oli
B
KONDISI R TA
KETERANGAN
NO K 1 2 3 L 1 2 3 M 1 2 N 1 2 O 1 2 3 4 P 1 2 Q 1 2 3 4 5 R 1 2 3
ITEM CHECKING FRONT AXLE SYSTEM King pin system Axle beam kondisi system Tie rod ball joint system STEERING SYSTEM Cleareance steering system Oil seal kondisi system Worm steering system WHEEL PARKING BRAKE SYSTEM Parking brake system Lining brake system WHEEL AND TIRE SYSTEM Wheel bearing torque syst (front&rear) Tire wear kondisi SUSPENSION SYST & BRAKE SYST Suspension kondisi Shock absorber system Bracket spring system Brake system CAB SYSTEM Cab rear mounting system Cab kondisi HYDRAULIC CONTROL DUMP SYST Hydraulic pump system Hydraulic control system Transfer gear pump system Propeller shaft system Linkage control drum system DRUM SYSTEM Blade mixer kondisi / sudut-sudut Cut / talang system Hooper system
BAGIAN YANG DIPERIKSA
B
KONDISI R TA
KETERANGAN
SISTIM POROS PENGGERAK DEPAN Sistim king pin Sistim kondisi poros pengimbang gerak Sistim boll joint tie rod SISTIM KEMUDI Sistim clereance kemudi Sistim kondisi seal oli Sistim worm kemudi SISTIM REM PARKIR RODA Sistim rem parkir Sistim saluran rem SISTIM RODA Sistim bantalan pada roda depan/belakang Kondisi ban SISTIM SUSPENSI & REM Kondisi suspensi Sistim peredam kejut Sistim bracket pegas Sistim rem SISTIM KABIN Sistim dudukan belakang kabin Kondisi kabin SISTIM KONTROL DUMP HIDROLIK Sistim pompa hidrolik Sistim kontrol hidrolik Sistim gigi transfer pompa Sistim poros penggerak Sistim penghubung kontrol drum SISTIM DRUM Kondisi pisau-pisau pengaduk/ sudut-sudut Sistim pemotong Sistim corong isi
KESIMPULAN/SARAN
KETERANGAN : Beri tanda "V" untuk item yang diinspeksi B : Baik R : Rusak TA : Tidak Ada
Jakarta,…………………………. Diinspeksi oleh
QC / QA
QC Workshop
PT WIJAYA KARYA Divisi Peralatan Konstruksi
No.Dokumen
: WIKA-K5-09-IK-052
Lampiran
: 9.2.p
No.Revisi
: 02 (amand 01)
LAPORAN HARIAN OPERASI ALAT BATCHING PLANT Nama Operator
Paraf
Hour Meter Selesai
Mulai
Nama Alat Merk / Type No.Inventaris Hari Tanggal Lokasi
Jumlah
1 2 06 18
Waktu Uraian Pemeriksaan alat (***) 1 sebelum Operasi 2 3
4
07 19
08 20
09 21
10 22
11 23
12 24
13 01
14 02
: : : : : :
16 04
15 03
17 05
18 06
Total Waktu Jam
Menit
Operasi Efektif
Jam
Menit
Tunggu Operasi / Idle
Jam
Menit
Jam
Menit
Jam
Menit
Down Time
Setup & Start Up Rusak (**)
Jenis Material
Box Girder
Balok Girder
Cuaca Cerah Gerimis Hujan Berkabut
PEMERIKSAAN ALAT SEBELUM OPERASI Uraian
B
K
T
1. Screw pump : - check motor - grease / lumasi bearing 2. Pneumatic system - check air cylinder
L
Uraian
Catatan
5. Timbangan : - Bersihkan weight bin
- Check gate mixer - check liner / tile Keterangan : Beri tanda " V " pada bagian yang dicek / diperiks ( * ) Lakukan pengecekan saat pemanasan ( ** ) Buat CCP / PTKP apabila diperlukan penanganan seriu ( *** ) Pemeriksaan alat termasuk pemeliharaan berkala (****) Alat Pelindung Diri (APD) Mengacuh kepada safety plan " B " (Baik) " K " (Kurang) " T " (Tambah) " L " (Lain-lain
L
- Check fungsi auto remote
- Bersihkan agregat scale
- Bersihin ruang mixer
T
- Check wire rope
- check solenoid - grease bearing shaft
K
- Grease roll scrapper
- check air hose & pipe 3. Mixer unit :
B
4. Scrapper :
6. Check pengoperasian chute 7. Check safety belt 8. Check APAR 9. Check P3K Standard Pengesahan
Tanda Tangan
Nama
Pelaksana Operasi
Operator
PT WIJAYA KARYA Divisi Peralatan Konstruksi
No.Dokumen
: WIKA-K5-09-IK-052
Lampiran
:
No.Revisi
: 00
LAPORAN HARIAN OPERASI ALAT CONCRETE PUMP Nama Operator
Paraf
Hour Meter Selesai
Mulai
Nama Alat Merk / Type No.Inventaris Hari Tanggal Lokasi
Jumlah
1 2 06 18
Waktu Uraian Pemeriksaan alat (***) 1 sebelum Operasi 2 3
4
07 19
08 20
09 21
10 22
11 23
12 24
13 01
14 02
: : : : : :
16 04
15 03
17 05
18 06
Operasi Efektif Tunggu Operasi / Idle
Down Time
Setup & Start Up Rusak (**)
Jenis Material
Box Girder
Balok Girder
Total Waktu Jam
Menit
Jam
Menit
Jam
Menit
Jam
Menit
Jam
Menit
Cuaca Cerah Gerimis Hujan Berkabut
PEMERIKSAAN ALAT SEBELUM OPERASI Uraian
B
K
T
1. Check air radiator
L
Uraian
2. Check level oil engine & oil
22. Check grease pump
3. Check level BBM & BBM
23. Check turn table
4. Check level oil Hyd. & Oil
24. Check bearing turn table
5. Check level oil transmission
25. Check presure system
6. Check level air battery & battery
26. Check remote control
7. Check tegangan V-belt
27. Check Hyd. System
8. Check instrument panel
28. Check Level Control
9. Check lampu-lampu kerja
29. Check steering system
10. Bersihin filter udara
30. Check P.T.O
11. Bersihin filter solar
31. Check electrical fan
12. Bersihin ruang operator
32. Check spion
13. Grease bagian peralatan kerja
33. Check safety belt
14. Check oil rem
34. Check APAR
15. Check tekanan ban
35. Check P3K standard
16. Check kelainan suara (*)
36. Check segitiga pengaman
17. Bersihin hopper
37. Check dongkrak
18. Check hopper screw
38. Check kursi roda
19. Check sliding valve 20. Check sliding pump Keterangan : Beri tanda " V " pada bagian yang dicek / diperiks ( * ) Lakukan pengecekan saat pemanasan ( ** ) Buat CCP / PTKP apabila diperlukan penanganan seriu ( *** ) Pemeriksaan alat termasuk pemeliharaan berkala (****) Alat Pelindung Diri (APD) Mengacuh kepada safety plan " B " (Baik) " K " (Kurang) " T " (Tambah) " L " (Lain-lain
B
K
T
L
Catatan
21. Check grease tank & tank
39. Check roda cadangan Pengesahan
Tanda Tangan
Nama
Pelaksana Operasi
Operator
PT WIJAYA KARYA Divisi Peralatan Konstruksi
No.Dokumen
: WIKA-K5-09-IK-052
Lampiran
:
No.Revisi
: 00
LAPORAN HARIAN OPERASI ALAT TRUCK MIXER Nama Operator
Paraf
Hour Meter Selesai
Mulai
Nama Alat Merk / Type No.Inventaris Hari Tanggal Lokasi
Jumlah
1 2 06 18
Waktu Uraian Pemeriksaan alat (***) 1 sebelum Operasi 2 3
4
07 19
08 20
09 21
10 22
11 23
12 24
13 01
14 02
: : : : : :
16 04
15 03
17 05
18 06
Total Waktu Jam
Menit
Operasi Efektif
Jam
Menit
Tunggu Operasi / Idle
Jam
Menit
Jam
Menit
Jam
Menit
Down Time
Setup & Start Up Rusak (**)
Jenis Material
Box Girder
Balok Girder
Cuaca Cerah Gerimis Hujan Berkabut
PEMERIKSAAN ALAT SEBELUM OPERASI Uraian
B
K
T
1. Check air radiator
L
Uraian
B
K
T
L
Catatan
20. Bersihin drump
2. Check level oil engine & oil
21. Check manhole
3. Check level BBM & BBM
22. Bersihin swivel chute
4. Check level oil Hyd. & Oil
23. Grease bearing swivel chute
5. Check level oil transmission
24. Bersihin chute drum
6. Check level air battery & battery
25. Check Hyd. Silinder
7. Check tegangan V-belt
26. Check Hand Speed / P.T.O
8. Check instrument panel
27. Check Hyd. Hose
9. Check lampu-lampu kerja
28. Check electrical fan
10. Bersihin filter udara
29. Check safety belt
11. Bersihin filter solar
30. Check APAR
12. Bersihin ruang operator
31. Check P3K standard
13. Bersihin ruang mesin
32. Check segitiga pengaman
14. Grease bagian peralatan kerja
33. Check dongkrak
15. Check oil rem
34. Check kursi roda
16. Check tekanan ban
35. Check roda cadangan
17. Check kelainan suara 18. Check brake system 19. Check bearing pump 20. Grease roll pump Keterangan : Beri tanda " V " pada bagian yang dicek / diperiks ( * ) Lakukan pengecekan saat pemanasan ( ** ) Buat CCP / PTKP apabila diperlukan penanganan seriu ( *** ) Pemeriksaan alat termasuk pemeliharaan berkala (****) Alat Pelindung Diri (APD) Mengacuh kepada safety plan " B " (Baik) " K " (Kurang) " T " (Tambah) " L " (Lain-lain
Pengesahan
Tanda Tangan
Nama
Pelaksana Operasi
Operator
PT WIJAYA KARYA Divisi Peralatan Konstruksi
Lampiran No.Dokumen Revisi
: : :
FORM PEMELIHARAAN PERALATAN Nama Alat
Batching Plant ELBA
Lokasi
Merk / Type
: Gomaco / Commander III
Tanggal
No.Inventaris
: ……………………………………………………………………… HM
Reverence
: Service Manual
No.
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Bersihkan Mixer Cek & Bersihkan Weight Bin Cek & Bersihkan Agregate Scale Cek & Bersihkan Connection Bellows Cek Cement Screw Conveyor Cek & Bersihkan Water Scale Cek & Bersihkan Additive Equipment Cek & Bersihkan Chute Bersihkan Storage Silo
1 2 3 4 5
Cek Cek Cek Cek
1 2 3 4 5
Hoise Rope Rope Fastening General Indiction Rope Sambungan Radial Scraper
Cek & Adjust Chain Tension Cek % grease Rail Bersihkan Nylon Trapulin Cek & Bersihkan Wipe Rope
Cek & Rotasi Roller Cek Limit Switch
Setip HM
Rev. Hal
Kata gori
Cek
: ………………………………………………………… : ………………………………………………………… : ………………………………………………………
Aktivitas Bersih Ganti Stel kan
Grea se
Kali brasi
Keterangan
10 10 10
10 10 10 10 10 10 50 50 50 50 50
Is Is Is Is Is
Catatan :
Pengesahan
Tanda tangan
Nama
Pelaksana
Mekanik
PT WIJAYA KARYA Divisi Peralatan Konstruksi
Lampiran No.Dokumen Revisi
: : :
FORM PEMELIHARAAN PERALATAN Nama Alat
: Concrete Pump
Lokasi
Merk / Type
:
Tanggal
No.Inventaris
: ……………………………………………………………………… HM
Reverence
: Service Manual
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Uraian Ganti oli mesin Ganti filter oli mesin Ganti filter bahan bakar Bersihkan filter udara Bersihkan chute mixer Bersihkan filter udara Bersihkan screen FIP Check / Stel V Belt Tension Check Minyak Rem / Copling Cek kebocoran water pump Grease Cross Joint Grease Propeller Shaft Check Instrumen Panel Grease tie rod
Check kelengakapan kendaraan Grease Pully V Belt Check Pressure Sequence Valve Check main pump pressure
Check Check Check Check
karet pd Control Box Noise Oil Leakage M Pump Noise M Pump to Boom Noise M Pump to Agitating
Check Abnormal sliding rod
Check Packing piston sliding rod Kencangkan baut turn table Kencangkan baut fitting Bolt Kencangkan baut sliding valve Kencangkan baut sliding Rod
Check Upper, middle, lower boom Check Front Trigger Check Rear out Trigger Bersihkan filter dalam grace tank Bersihkan filter water sliding rod
Bersihkan oil cooler (exterior) Grease accelerasi control sys Grease delivery control system Grease agiator oil pump Grease Regulator oil Pump Grease bearing tun tabel boom Grease Reduction gear turn table Grease swivel joint
Grease boom joint housing Grease swing joint bushing hyd cyl Check / Stel Rem Check baut-baut roda Check Lampu penerangan
Setip HM
Rev. Hal
250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250
2.4 2.4 2.3
250 250 250 250 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500
2.5 17 2.5 2.3 1.12 -
9.7 9.7 9.7 9.7 9.7 9.7 9.7 9.7 9.9 9.9 9.9 9.9 9.9 9.9 9.9 9.9 9.9 9.10 9.11 9.12 9.13 9.14 9.15 9.16 9.17 9.18 9.19 -
Kata gori
Cek
: ………………………………………………………… : ………………………………………………………… : ………………………………………………………
Aktivitas Bersih Ganti Stel kan
Grea se
Kali brasi
Keterangan
PT WIJAYA KARYA Divisi Peralatan Konstruksi
Lampiran No.Dokumen Revisi
: : :
FORM PEMELIHARAAN PERALATAN Nama Alat
: Truck Mixer Hino / Wira
Lokasi
: …………………………………………………………
Merk / Type
:
Tanggal
: …………………………………………………………
No.Inventaris
: ……………………………………………………………………… HM
Reverence
: Service Manual
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Uraian Ganti oli mesin Ganti filter oli mesin Ganti filter bahan bakar Bersihkan hopper mixer Bersihkan chute mixer Bersihkan filter udara Bersihkan screen FIP Bersihkan Drum Mixer Check / Stel V belt Tension Check Kondisi Air Radiator Check Minyak Rem / Copling Check Air Battery Check Kelengkapan kendaraan Grease Pully V Belt
Grease Ball Joint Grease Tire Road Grease Cross Joint Grease Giude Roller Mixer
Grease Handle-2 Mixer Stel Guide Ring / Set Belt Mixer Bersihkan alat Check Instrumen Panel Check oli transmissi Check oli gardan Check baut-baut roda
Check Check Check Check
oli hidrolik lampu-2 penerangan / Stel Rem Handle / Cable Pump
Check kebocoran oli
Ganti oli gardan Ganti oli transmissi Ganti filter udara Check / Stel Kerenggangan Klep Check / Stel Injection Timing Check Keausan ban Check drive shaft (mixer) Check oli hydrolik
Check engine mounting
Setip HM
Rev. Hal
Kata gori
250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250
2.4 2.4 2.3
M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1 M1
250 500 500 500 500 500 500 500 500 500 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000
17 17 2.5 2.3 17 2.4 2.12 2.17 -
16 17 9.7 2.7 2.8 2.12 2.8 2.7 2.5 2.2 2.2 16 -
M2 M2 M2 M2 M2 M2 M2 M2 M2 M3 M3 M3 M3 M3 M3 M3 M3 M3
Cek
: ………………………………………………………
Aktivitas Bersih Ganti Stel kan
Grea se
Kali brasi
Keterangan
PT WIJAYA KARYA
Jenis Alat
Divisi Peralatan Konstruksi
: _____________________________
No. Inventaris : _____________________________ Proyek :____________________
Bulan
: _____________________________
CATATAN OPERASI ALAT Pengunaan Jam **)
Pembacaan Hour Meter *) Tgl Awal
Akhir
Jumlah
1
2
3
Pemeriksa Perbaikan an ***) 4
5
Pemakaian Olie (liter)
Tunggu Operasi 6
Bahan Bakar
Mesin
Transmisi
Gardan
7
8
9
10
Final Drive gear Swing
11
12
Jumlah Biaya Bulanan Hydrolik
Lain-lain
Grease
Catatan Mengenai Pemeliharaan/Perbaikan
13
14
15
16
No
17
Bagian
Jumlah
Harga Stn/Ltr
Jumlah (Rp)
18
19
20
21
1
1
Bahan Bakar
2
2
Olie Mesin
3
3
Olie Transmisi
4
4
Olie Gardan
5
5
Olie Final Drive
6
6
Olie Gear Swing
7
7
Olie Hydrolik
8
8
Olie Lain-lain
9
9
Grease
10
Suku Cadang
11
Lain-lain
Pemeliharaan
10
Perbaikan
11 12
Jumlah Biaya Operasi (Rp)
13 14
Catatan-catatan lain
15
*)
: Apabila Hour Meter rusak, pencatatan jam
17
**)
: Jam yang digunakan adalah jam waktu
18
***)
: Pemeriksaan, termasuk pemeliharaan alat
16
operasi alat dapat mengacu pada jam waktu.
19
sebelum operasi dan pemeliharaan berkala
20
Lembar 1: Arsip Proyek
21
Lembar 2: Laporan Ke Unit/SPL
22 23 24 25
Disetujui, Pelut/Pelaks
26
Nama
27
Tanggal :
Tanggal :
Tanda tangan :
Tanda tangan :
:
Dibuat oleh, Nama
:
28 29 30 31
PT WIJAYA KARYA Divisi Peralatan Konstruksi
LAPORAN REALISASI PEMELIHARAAN ALAT
Proyek Periode
No.
No. Inventaris Lama Baru
Nama Alat
: __________________________ : __________________________
Merk/Type Katagori *) Ra/Ri HM Tanggal
Keterangan : *)
Sesuai IK belum di Revisi *) Sesuia IK Revisi M1* : 200 Jam
M1* : 200 Jam
M2* : 250 Jam
M2* : 500 Jam
M3* : 400 Jam
M3* : 1000 Jam
M4* : 500 Jam
M4* : 2000 Jam
M5* : 800 Jam M6* : 1000 Jam M7* : 1600 Jam M8* : 2000 Jam
Mengetahui,
Dibuat oleh,
Nama
:
Nama
:
Tanggal
:
Tanggal
:
Tanda tangan
:
Tanda tangan
:
Keterangan
GLOSSARY
glossary g-1
Glossary Accelerator
Suatu bahan yang bila ditambahkan kedalam adukan beton, mortar maupun adukan untuk grouting akan meningkatkan kecepatan hidrasi semen hidrolis, memperpendek waktu pengikatan, atau meningkatkan kecepatan pengerasan, perkembangan kekuatan atau kedua-duanya (lihat grouting)
Accidental Overload
Kelebihan beban secara signifikan yang tidak diinginkan dan terjadi secara tiba-tiba
Aditif
Bahan tambahan yang tidak merubah sifat kimia beton melainkan hanya berfungsi sebagai filler/pengisi rongga
Admixture
Bahan tambahan kimiawi yang berfungsi merubah sifatsifat beton secara kimia
Agitasi
Proses penggerakan adukan beton secara ringan yang cukup untuk mencegah segregasi atau kehilangan plastisitas
Agitator
Sebuah peralatan adukan beton yang bisa berputar atau berotasi untuk menjaga plastisitas dan mencegah segregasi dari adukan beton dengan agitasi (Lihat agitasi)
Agitator truck
Kendaraan pengangkut yang didalamnya adukan beton segar diangkut dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran dengan di-agitasi, badan truk dapat berupa badan yang tak dapat bergerak/stasioner dengan agitator, atau berupa drum yang berotasi secara terus menerus untuk meng-agitasi isi didalamnya (Lihat juga truk mixer)
Agregat / aggregate
Material granular, seperti pasir, kerikil, batu pecah, beton semen hidrolis yang dipecah, atau terak tanur tinggi, yang digunakan bersama bahan semen hidrolis untuk membuat beton maupun mortar (Lihat juga agregat ringan, aggregate normal dan agregat berat)
Agregat berat / heavyweight aggregate
Agregat dengan kepadatan besar, seperti barite, magnetite, hematite, limonite, ilmenite, besi atau baja, digunakan pada beton berat/heavyweight concrete (Lihat beton berat)
Agregat normal / normal weight aggregate
Agregate yang tidak termasuk dalam agregat berat maupun agregat ringan
Agregat ringan / lightweight aggregate
Agregat dengan kepadatan rendah, seperti agregat yang dibuat dari (1) tanah liat, lempung, batu tulis/slate, diatomaceous shale, perlite, vermiculite, atau terak, (2) batu apung alami, scoria, batu arang vulkanik, tuff, diatomite, (3) abu terbang, sisa arang/terak industrial, yang digunakan pada beton ringan
Air chiller
Alat pendingin air, yang biasa dipakai untuk pendingin air adukan beton, agar hasil beton adukan memiliki suhu yang tidak terlalu panas
glossary g-2
Air entrained concrete
Beton yang didalamnya terdapat gelembung-gelembung udara kecil (biasanya lebih kecil dari 1 mm) yang sengaja dibuat terperangkap oleh aditif tertentu
Air entraining agent
Aditif adukan beton atau mortar yang berfungsi untuk menambah gelembung udara pada beton, mengurangi bleeding, kebutuhan air dan segregasi, biasanya akan meningkatkan workabilitas dan ketahanan terhadap beku
Alkali
Garam-garaman dari logam alkali, terutama sodium dan potassium, khususnya sodium dan potassium yang terdapat dalam unsur pokok beton dan mortar, biasanya dinyatakan dalam analisis kimia sebagai oksida Na2O dan K2O
Bahan tambahan
Material selain air, agregat, semen hidrolis dan tulangan, yang digunakan sebagai bahan penyusun beton atau mortar, dan segera ditambahkan kedalam adukan sebelum atau selama pengadukan
Baja tulangan
Baja berbentuk langsing yang sedemikian rupa ditanam dalam beton sehingga baik baja tulangan dan beton berperan menahan gaya-gaya yang bekerja padanya secara bersama-sama
Batch
Sejumlah tertentu campuran pembentuk beton maupun mortar, yang dicampur pada saat yang bersamaan
Batching plant
Sebuah instalasi untuk pencampuran maupun untuk pencampuran dan pengadukan (misalnya: beton) secara otomatis
Beam
Balok; bagian struktur yang dikenai beban axial dan lentur, tapi lebih dominan terhadap lentur; atau batang horisontal berskala dari sebuah timbangan yang padanya diletakkan pemberat
Bekisting / form
Struktur sementara/temporer atau cetakan yang berfungsi sebagai dukungan beton ketika sedang mengalami pengikatan dan memperoleh kekuatan yang cukup agar dapat mendukung bebannya sendiri (Lihat juga formwork)
Benda uji
Sebagian dari adukan beton yang kemudian dicetak dalam berbagai bentuk dan ukuran tertentu (silinder atau kubus) yang digunakan untuk mengetahui sifat-sifat fisik dari adukan beton
Berat jenis
Perbandingan antara massa suatu material tiap satuan volume (Lihat juga bulk density dan specific gravity)
Beton
Material komposit yang terdiri dari medium pengikat (pada umumnya campuran semen hidrolis dan air), agregat halus (pada umumnya pasir) dan agregat kasar (pada umumnya kerikil) dengan atau tanpa bahan tambahan/additives
glossary g-3
Beton berat / heavyweight concrete
Beton dengan kepadatan yang lebih besar dibandingkan dengan beton yang dibuat dari agregat dengan berat normal, biasanya diperoleh dengan menggunakan agregat berat dan terutama digunakan untuk perisai radiasi
Beton bertulang
Beton yang mengandung penulangan yang cukup (prategang maupun bukan) dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material (beton dan baja tulangan) bekerja bersama-sama dalam menahan gaya-gaya yang bekerja padanya (Lihat juga baja tulangan)
Beton ekspose
Beton yang permukaannya dibentuk sedemikian rupa dengan finishing dan tekstur yang dapat diterima untuk diekspos/dipaparkan secara permanen (Lihat juga finishing)
Beton hampa
Beton yang air sisa reaksi hidrasinya dan udara yang terperangkap disedot dengan cara vakum sebelum proses pengerasan terjadi
Beton massa
Beton dengan volume yang cukup besar sehingga memerlukan pengukuran panas agar dapat mengantisipasi panas hidrasi dan perubahan volume yang menyertainya sehingga meminimalisasi retak
Beton normal
Beton tanpa bahan tambahan/aditif dengan berat jenis berkisar 2200-2500 kg/m3 dan dibuat dari agregat normal/normal weight aggregate (Lihat juga agregat ringan)
Beton prategang
Beton yang tegangan-tegangan internal dengan besaran dan distribusi tertentunya ikut diperhitungkan, sehingga tegangan tarik yang dihasilkan dari beban layannya dinetralkan hingga derajat yang diinginkan; pada beton bertulang, prategang dibuat dengan memberi tegangan awal pada tendon (Lihat juga tendon)
Beton segar
Beton yang belum mengeras yang dapat dipadatkan dengan metode-metode yang diinginkan
Beton siklop
Beton massa yang didalamnya batuan besar (dapat mencapai 50 kg atau lebih) diletakkan dan dibenamkan kedalam beton saat penuangan
Bleeding
Kecenderungan air campuran untuk naik keatas (memisahkan diri) pada beton segar yang baru saja dipadatkan
Bonding agent
Suatu bahan yang diaplikasikan pada lapisan yang diinginkan untuk menciptakan ikatan antara lapisan tersebut dengan lapisan selanjutnya sebagaimana antara lapisan bawah dan lapisan terazzo diatasnya atau aplikasi plesteran yang berlapis-lapis
Bracing
Bagian struktur yang berfungsi sebagai penopang lateral bagi bagian struktur yang lain, biasanya bertujuan untuk menjamin stabilitas dan menyangga beban-beban lateral
glossary g-4
Brooming
Finishing beton untuk membuat permukaan beton agar tidak licin dengan memberikan pola /alur tertentu dengan memukul-mukulkan sapu lidi atau alat pemberi tekstur lainnya pada permukaan beton segar
Bulk density
Massa suatu material (termasuk partikel padat dan air yang terkandung) tiap satuan volume termasuk pori-porinya (Lihat juga specific gravity)
Carbonation
Reaksi antara karbondioksida dan hidroksida atau oksida tertentu untuk membentuk karbonat, terutama dalam pasta semen, mortar atau beton; reaksi dengan komponen kalsium yang menghasilkan kalsium karbonat
Carborundum
Batuan dengan kandungan karbon yang tinggi digunakan dalam proses finishing beton untuk menghasilkan permukaan yang halus
Chipping
Perlakuan pada permukaan beton yang telah mengeras dengan memahat
Clinker
Sebagian hasil pembakaran tungku, sebagai bahan dasar pembuatan semen; juga sebagai sebutan untuk material hasil pembakaran lainnya
Cold-joint
Titik sambung atau keadaan terputus yang dihasilkan oleh penundaan waktu penuangan (misalnya: beton segar) yang cukup untuk menghalangi penggabungan dua material yang dituang secara berturut-turut
Compactibility (beton)
Ukuran seberapa mudahnya adukan beton dipadatkan
Compacting / Pemadatan
Proses untuk mengatur agar partikel-partikel padat saling berdekatan dalam adukan beton segar atau mortar selama proses penuangan dengan mengurangi pori-pori atau rongga-rongga yang terjebak; biasanya dengan penggetaran, pemutaran, menusuk-nusuk dengan balok, tamping, atau gabungan dari beberapa cara tersebut; dapat diterapkan pula pada campuran-campuran yang mempunyai sifat semen, tanah, agregat, atau yang sejenis
Concrete pump
Jenis peralatan distribusi yang dapat difungsikan untuk memompakan adukan beton dari truck mixer ke lokasi pengecoran
Construction joint
Movement joint; permukaan dimana hasil penuangan beton yang berturut-turut bertemu, pada bagian ini seringkali diinginkan agar dapat tercipta suatu ikatan sehingga melalui bagian ini penulangan tidak harus menerus
Core drill
Sebuah alat bor untuk mendapatkan benda uji silinder dari beton yang telah mengeras atau batuan
Cotton mat
Katun yang difabrikasi dengan quilts (diisi kapas dan dijahit beralur kotak-kotak) digunakan sebagai penutup sekaligus penahan air untuk perawatan permukaan beton
glossary g-5
Courtyard
Halaman gedung yang dikelilingi oleh tembok
Crazing
Peristiwa munculnya retak halus yang muncul secara acak pada permukaan plesteran, pasta semen, mortar atau beton; pola retakan halus yang muncul secara acak pada sebuah permukan
Creep
Rangkak; Deformasi yang tergantung waktu akibat beban yang bekerja secara terus-menerus
Crusher
Alat yang digunakan dalam proses memecah/memperkecil ukuran batu, terak atau yang sejenisnya
Curing
Perawatan beton; pemeliharaan kandungan kelembaban dan suhu yang memuaskan didalam beton selama umur awal agar sifat-sifat yang diinginkan dapat dicapai secara perlahan-lahan namun efektif
Curing Compound
Cairan yang dapat diaplikasikan sebagai pelapis permukaan beton yang baru dicor untuk memperlambat kehilangan air, atau jika digunakan pigmental compound (lapisan sejenis tetapi memiliki pigmen warna) lapisan ini dapat digunakan untuk memantulkan cahaya sedemikian hingga memberi kesempatan pada beton untuk mengembangkan sifat-sifatnya dengan suhu dan kelembaban lingkungan yang menguntungkan
Design load
Istilah untuk menyatakan beban yang telah dikalikan faktor tertentu
Destruktif
Cara uji struktur atau benda uji dimana pada lokasi uji atau benda uji tersebut mengalami kerusakan
Deviasi
Penyimpangan kekuatan yang terjadi pada benda uji ke-n dibandingkan dengan kekuatan beton rata-rata yang dapat dicapai oleh sejumlah m benda uji
Deviasi standar
Akar dari rata-rata kuadrat penyimpangan nilai individual dari rata-rata keseluruhan
Diafragma
Pengaku antara gelagar jembatan
Diatomaceous shale
Tanah lempung yang terdiri dari silika terhidrasi (yang hampir murni) yang tak berbentuk (opal) dan terutama terdiri dari tumbuhan mikroskopis bernama diatom
Diatomite
Batuan yang terbentuk dari diatom
Dorman period
Periode dimana pasta semen masih plastis dan masih bisa dibentuk
Double tee
Produk beton pracetak terdiri dari dua batang/tangkai dan flens yang menyambung di bagian atasnya
Driveway
Jalan untuk mobil (biasanya di halaman)
Drying Shrinkage
Susut beton yang diakibatkan hilangnya kelembaban dalam beton
glossary g-6
Durability
Keawetan, kemampuan struktur beton untuk menahan keadaan lingkungan yang agresif selama umur rencananya tanpa mengurangi performance-nya
Dynabolt
Alat pengikat yang ditanam pada suatu media yang berfungsi untuk menahan tarikan
Early frost damage
Retak yang terjadi ketika air di dalam beton mengalami pemuaian saat pertama kali membeku
Early thermal contraction
Retak pada beton yang timbul akibat adanya perbedaan temperatur yang cukup besar antara dua sisi penampang beton
Edger
Alat finishing beton dari logam yang berfungsi untuk menghaluskan bagian tepi beton yang tidak berbatasan dengan struktur lainnya
Edging
Proses menghaluskan bagian tepi beton yang tidak berbatasan dengan struktur lainnya, menggunakan edger (Lihat juga edger)
Elemen non-struktural
Elemen yang diasumsikan tidak memikul beban struktur
Embedded material
Bahan yang ditanam secara permanen kedalam beton, misalnya baja tulangan (Lihat juga baja tulangan)
Entry
Jalan masuk
Equivalent age
Umur beton hasil perhitungan dari umur sebenarnya dikalikan dengan faktor tertentu
Exposed aggregate finish
Finishing beton dengan menampilkan/mengekspos bentuk agregatnya, biasanya untuk tujuan yang berhubungan dengan arsitektural
External restraint
Restraint yang disebabkan oleh faktor di luar beton itu sendiri (Lihat juga restraint)
Falsework
Struktur sementara/temporer yang didirikan untuk mendukung pekerjaan selama proses konstruksi; terdiri dari shoring atau tonggak vertikal, cetakan untuk balok dan slab, serta pengaku/bracing lateral
FAS
Faktor Air Semen, perbandingan antara berat air dan berat semen yang digunakan dalam adukan, FAS menentukan slump dan workability
Feeding hopper
Wadah atau tampungan beton saat pengecoran
Ferrocement / ferosemen
Mortar semen yang diberi anyaman kawat baja
Fibre concrete / beton serat
Komposit dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat, dapat berupa serat plastik atau baja
Filling ability
Kapasitas adukan beton segar untuk mengisi setiap celah dan sudut dari cetakan dengan baik akibat berat sendirinya
glossary g-7
Final setting time
Waktu yang dibutuhkan semen sejak bereaksi dengan air sampai didapat suatu padatan dari pasta semen yang utuh dan tidak dapat dirubah bentuknya
Finishing
Meratakan, menghaluskan, mengkonsolidasi/memadatkan, dan perlakuan-perlakuan lainnya terhadap permukaan beton segar atau beton yang baru dituang ataupun mortar untuk menghasilkan bentuk tampilan permukaan dan kemampuan layan yang diinginkan
Float
Alat finishing beton dari kayu atau aluminium magnesium, sering disebut sebagai raskam. Berguna untuk menghaluskan permukaan beton yang telah dicor
Float Blade
Bagian dari trowel mekanis, berfungsi untuk melakukan floating/menghaluskan permukaan beton yang telah selesai dicor
Floating
Pekerjaan finishing permukaan beton segar atau mortar dengan alat yang disebut float, finishing ini dilakukan sebelum trowelling jika trowelling diinginkan sebagai jenis finishing terakhir (Lihat float dan trowelling)
Fly ash
Residu bertekstur halus (dari pembakaran tanah atau batu bara bubuk) yang diangkut dari tungku melalui ketel oleh pipa gas
Formwork
Sistem pendukung total untuk beton tuang segar, termasuk cetakannya/bekisting yang langsung bersentuhan dengan betonnya, maupun bagian-bagian pendukungnya, perangkat keras dan pengaku/bracing yang diperlukan (Lihat juga falsework)
Gap graded aggregate
Agregat dengan gradasi sedemikian rupa sehingga ukuran medium tertentu ditiadakan
Girder
Balok yang berukuran besar, biasanya horisontal, berfungsi sebagai bagian struktur yang utama
Gradasi
Distribusi ukuran partikel dari material butiran; biasanya dinyatakan dalam persentase kumulatif lebih besar atau lebih kecil dari rangkaian ukuran-ukuran tertentu (lubang ayakan) atau persentase diantara rentang ukuran lubang ayakan tertentu
Grinding
Pekerjaan finishing berupa pemangkasan tonjolan dari sebuah perkerasan maupun penghilangan sirip-sirip dari struktur beton
Grout
Campuran material yang bersifat seperti semen dan air, dengan atau tanpa agregat, yang dirancang untuk menghasilkan kelecakan penuangan tanpa segregasi dari unsur-unsur pokoknya; atau campuran dari bahan-bahan lainnya tapi memiliki kelecakan yang sama
Grouting
Proses mengisi rongga atau pori dengan bahan grout (Lihat juga grout)
glossary g-8
Gunite machine
Peralatan pengecoran yang berfungsi untuk melakukan pekerjaan shotcrete
Hammer test
Metode pengujian beton berdasarkan korelasi kekakuan pegas
Hand Tamping
Pekerjaan finishing beton dengan menggunakan alat tamper manual (Lihat juga tamper)
Hemisphere
Bentuk geometris setengah bola yang dibatasi oleh sebuah lingkaran besar
Herringbone
Pola atau corak seperti pucuk rebung atau kerangka Haring
Hidrasi
Reaksi kimia antara partikel semen dan menghasilkan pasta semen/bahan pengikat
Initial setting time / waktu pengikatan awal
Waktu yang dibutuhkan semen sejak saat bereaksi dengan air sampai didapat pasta semen yang mulai kaku dan mulai tidak dapat dikerjakan (kehilangan sebagian sifat plastisnya)
Injection pump
Pompa injeksi
Internal vibrator
Alat pemadat beton/vibrator yang dapat dimasukkan kedalam beton segar pada lokasi-lokasi yang telah ditentukan
Iron blast-furnace slag
Terak besi tanur tinggi
Jenuh kering muka
Kondisi suatu partikel agregat atau partikel padat berpori lainnya saat pori-pori permeabelnya dipenuhi air tetapi tidak ada air pada permukaannya yang terekspos
Kaison
Struktur (biasanya pondasi) dibuat dengan pemancangan, kemudian menggalinya dan mengisi rongga-rongganya dengan beton
Kelecakan
Pergerakan relatif atau kemampuan adukan beton segar atau mortar untuk mengalir; biasanya diukur dengan nilai slump untuk beton, flow untuk mortar atau grout, penetration reistance untuk pasta semen plastis
Kerb
Kanstin; struktur pada jalan yang berfungsi sebagai pelindung, misalnya pada trotoar
Koefisien ekspansi thermal
Regangan yang terjadi di dalam beton setelah mengalami perubahan suhu tertentu dimana betonnya tidak terkekang (restraint) baik secara internal (oleh baja tulangan) maupun secara eksternal (Lihat juga restraint)
Kuat geser
Gaya geser maksimum yang dapat didukung oleh bagian struktur yang mengalami lentur pada lokasi tertentu yang dibatasi oleh efek kombinasi antara gaya geser dan momen lentur
air
yang
glossary g-9
Kuat lentur
Sifat dari material atau bagian struktur yang menunjukkan kemampuannya untuk mencegah keruntuhan akibat lentur; pada bagian struktur beton yang menahan lentur, kuat lentur adalah momen lentur pada suatu bagian dimana kapasitas lentur ijin maksimum dicapai; untuk bagian struktur yang menahan lentur pada under-reinforced concrete, kuat lentur adalah momen lentur dimana regangan tekan didalam beton mencapai 0.003; untuk over-reinforced, kuat lentur adalah momen lentur dimana tegangan tekan mencapai 85% dari kekuatan silinder beton; untuk beton tak bertulang, kuat lentur adalah momen lentur dimana kuat tarik beton mencapai nilai modulus keruntuhan/modulus of rupture (Lihat juga modulus of rupture)
Kuat tarik
Tegangan persatuan luas maksimum yang dapat ditahan oleh suatu material dibawah beban tarik aksial; didasarkan atas luasan penampang dari benda uji sebelum pembebanan
Kuat tekan
Beban tekan yang dapat dipikul oleh benda uji /sample beton sampai runtuh
Laitance
Kelembaban tinggi diatas permukaan beton segar
Lantai kerja
Lapisan dasar berupa mortar untuk pekerjaan levelling
Liquid-membran-formingcompound
Bahan perawatan beton berupa cairan yang disemprotkan atau dioleskan dengan menggunakan kuas pada permukaan beton yang telah mengeras. Bahan ini akan membentuk semacam membran yang melapisi beton setelah mengering
Long therm drying shrinkage
Retak beton yang timbul karena penyusutan volume penampang akibat hilangnya air campuran, baik secara kimia maupun fisika selama proses pengerasan
Mixing
Proses pencampuran berbagai material untuk membuat mortar atau beton
Mobilitas (beton)
Keterikatan antara sifa-sifat beton seperti kekentalan, kohesi dan tahanan geser internal
Modulus of rupture
Sebuah ukuran daya dukung ultimit dari sebuah balok, kadangkala disebut sebagai rupture modulus atau rupture strength.
Moist earth
Metode perawatan beton dengan cara menutupi seluruh permukaan beton dengan tanah basah
Monolitik
Beton tanpa tulangan maupun beton bertulang yang dicor maupun dipasang sebagai suatu massa atau struktur tunggal yang integral
glossary g-10
Mortar
Campuran dari pasta semen dan agregat halus; pada beton segar, material ini mengisi celah diantara partikelpartikel agregat kasar; untuk pasangan batu, mortar menggunakan semen khusus untuk pasangan batu, atau menggunakan semen hidrolis yang mengandung kapur (dan mungkin juga campuran yang lain) untuk menghasilkan plastisitas dan workabilitas yang lebih besar daripada yang dapat dicapai mortar dengan semen hidrolis standar
Movement joint
Lihat construction joint
Over vibrate
Penggunaan vibrator yang berlebihan selama penuangan adukan beton segar, yang menyebabkan segregasi, stratifikasi dan bleeding yang berlebihan (Lihat juga bleeding)
Pan mixer
Sebuah mesin yang digunakan untuk mencampur unsurunsur pokok pembentuk beton, grout, mortar, pasta semen atau campuran lainnya (Lihat juga grout, mortar dan pasta semen)
Panas hidrasi
Panas/kalor yang dilepaskan adukan beton saat terjadi proses hidrasi (Lihat juga hidrasi)
Pass
Menggerakkan alat dengan satu lintasan tertentu dalam satu gerakan pada suatu area operasi tertentu
Passing ability
Kapasitas adukan beton segar untuk mengalir melalui ruang yang terbatas dan celah sempit, misalnya daerah tulangan yang rapat tanpa segregasi, kehilangan keseragaman atau blocking
Pasta semen
Campuran antara semen hidrolis dan air yang membentuk suatu adukan yang kental
Patching
Proses menambal penampang beton yang berlubang dengan pasta semen menggunakan bantuan trowel. Bila lubng cukup besar, sebelum ditambal, lubang diisi dengan campuran kerikil
Patio
Emperan terbuka dibelakang rumah
PC
(1) Portland Cement, semen hidrolis yang dihasilkan dengan menghaluskan clinker semen portland dan biasanya mengandung kalsium sulfat (Lihat juga clinker) (2) Prestressed Concrete (Lihat beton prategang)
Pelat
(1) Istilah yang berhubungan dengan cetakan beton: bagian yang rata, horisontal, baik di bagian atas maupun bawah atau kedua-duanya atau sering disebut papan, dan bisa juga diletakkan diatas tanah (2) Istilah yang berhubungan dengan desain struktur; bagian struktur yang tingginya jauh lebih kecil bila dibandingkan panjang dan lebarnya
glossary g-11
Perlite
Batuan vulkanik yang memiliki struktur seperti kaca alam, biasanya memiliki kandungan air yang lebih tinggi daripada batu obsidian; bila dibuat memuai oleh panas, dapat digunakan sebagai bahan insulator dan agregat ringan pada beton, mortar dan plesteran
Permeabilitas (terhadap air)
Debit (air) dengan kondisi aliran laminer yang melalui satu satuan luas penampang dari suatu bahan berpori dibawah satu satuan gradien hidrolis dan kondisi suhu dasar, biasanya 20oC
Plastic settlement crack
Retak pada beton yang timbul karena adanya perbedaan tahanan penurunan material beton antara posisi yang bebas (unrestraint) dengan posisi yang terkekang (restraint)
Plastic shrinkage crack
Retak pada beton yang timbul karena adanya penyusutan volume pada permukaan beton yang masih plastis akibat tingginya tingkat penguapan yang melebihi porsi bleeding
Plasticiser
Aditif adukan beton yang berfungsi meningkatkan keplastisan beton, digunakan untuk pengecoran yang membutuhkan nilai slump yang tinggi
Plastisitas
Sifat yang kompleks dari suatu material yang melibatkan suatu kombinasi dari sifat pergerakan dan besarnya nilai leleh; Sifat dari adukan pasta semen segar, beton atau mortar yang menentukan ketahanannya terhadap deformasi/perubahan bentuk atau kemudahan dibentuk
Polyfilm
Multiplek yang satu atau kedua sisinya dilapisi film
Post tensioning
Metode memberi tegangan awal pada beton bertulang dimana tendon diberi tegangan setelah beton mengeras
Pozzolan
Material yang mengandung silika atau silika dan aluminum, yang didalamnya sendiri hanya sedikit bahkan cenderung tidak memiliki sifat seperti semen, tapi akan memiliki sifat tersebut setelah berbentuk serbuk dan bersentuhan dengan kelembaban, bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada suhu normal untuk membentuk suatu bahan yang memiliki sifat-sifat semen/pengikat
Protective hose
Selang pada vibrator
Pulse velocity crack recorder
Alat untuk mengukur kedalaman retak beton berdasarkan prinsip ultrasonik
Quality assurance
Kegiatan yang dilakukan oleh owner atau perwakilannya untuk menjamin bahwa apa yang sedang dikerjakan dan apa yang sedang disediakan telah sesuai dengan standar kerja yang berlaku
Quality control
Kegiatan yang dilakukan oleh produsen atau kontraktor untuk memeriksa apa yang sedang dikerjakan dan apa yang sedang disediakan, sehingga standar kerja yang berlaku diikuti dengan baik
glossary g-12
Rangkak
Lihat creep
Rangkak
Peningkatan deformasi (regangan) secara bertahap terhadap waktu akibat beban yang bekerja secara konstan
Rate of evaporation
Kecepatan penguapan kandungan air
RC
Reinforced Concrete (Lihat beton bertulang)
Ready-mix
Sering disebut sebagai beton pra-campur; beton yang diproduksi untuk diantarkan kepada pembeli dalam kondisi plastis dan belum mengeras
Regangan / strain
Perubahan panjang tiap satuan panjang, dari ukuran linier suatu bagian; Jumlah tak berdimensi/tak bersatuan yang dapat dinyatakan dalam persen, inch per inch, milimeter per milimeter, tapi lebih sering dinyatakan tiap satuan juta atau 106
Restraint
Pembatasan bebasnya gerakan dari beton segar atau yang telah mengeras yang mengikuti selesainya proses pengecoran kedalam formwork, cetakan, atau ruang terbatas lainnya; kekangan dapat bersifat internal atau eksternal dan dapat bekerja ke satu arah atau lebih (Lihat juga formwork)
Retak intrinsik
Retak pada fase plastis maupun pada proses pengikatan dikarenakan oleh tegangan-tegangan yang terjadi dari dalam yang diakibatkan oleh unsur material penyusun beton itu sendiri
Retak plastis
Retak yang timbul di permukaan beton segar segera setelah beton dituang dan ketika kondisinya masih plastis
Retarder
Aditif yang berfungsi untuk memperlambat pengikatan awal pasta semen dan campuran sejenis lainnya seperti mortar dan beton yang mengandung semen; digunakan untuk pengecoran jarak jauh dan pengecoran yang memerlukan panas hidrasi rendah
Re-vibration
Pelaksanaan vibrasi/penggetaran beton segar sebanyak satu kali atau lebih setelah selesainya pengecoran dan pemadatan awal, tapi sebelum waktu pengikatan awal beton/ initial setting time(Lihat juga initial setting time)
Rheology
Ilmu tentang deformasi dan aliran material
RPM
Rotation Per Minute, satuan yang menyatakan banyaknya perputaran alat dalam satu menit
Rubbing
Proses finishing beton dengan menggunakan butiran penggosok untuk menghilangkan ketidakteraturan dari permukaan beton
glossary g-13
Sack-rubbed finishing
Finishing untuk permukaan beton yang telah mengeras untuk menciptakan tekstur yang rata dan mengisi semua lubang dan celah udara; setelah membasahi permukaan beton hingga menjadi lembab, mortar digosokkan keseluruh permukaan, kemudian sebelum mengering, campuran semen kering dan pasir digosokkan kembali ke permukaan dengan segumpal goni atau spons-karet untuk memindahkan kelebihan mortar sekaligus mengisi pori-pori
Sampling
Satu grup maupun satu bagian material, diambil secara berturut-turut dari kumpulan yang lebih besar dari unit tersebut atau dari jumlah material yang lebih besar, untuk menyediakan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan tindakan terhadap kumpulan darimana dia diambil atau pada proses produksi; istilah tersebut juga digunakan dalam hal yang berhubungan dengan pengujian sample/contoh
Scoria
Gelembung-gelembung semburan vulkanik berukuran besar, dengan komposisi dasar dan ditandai oleh warnawarna gelap; material relatif berat dan sebagian berbentuk kaca, sebagian berbentuk kristal; gelembung-gelembung tersebut biasanya tidak saling menggumpal (Lihat juga agregat ringan)
Screed
(1) Meratakan beton yang terletak diatas bidang atau bentuk yang tidak diinginkan. (2) Alat untuk meratakan permukaan beton yang terbuat dari kayu atau logam dengan lempengan lurus, digerakkan dengan gerakan seperti menggergaji kearah depan; ada pula alat yang dilengkapi dengan penggerak mesin
Screeding
Operasi membentuk suatu permukaan menggunakan alat screed (Lihat juga screed)
Screen
Ayakan; peralatan untuk memisahkan material berbutir menurut ukuran butirnya, menggunakan anyaman atau alat sejenis dengan celah berukuran seragam dengan jarak tetap
Segregasi
Kecenderungan agregat kasar untuk memisahkan diri dari campuran adukan beton
Self-compacting concrete (SCC)
Beton yang dapat mengalir dan memadat dengan hanya menggunakan beratnya sendiri, mengisi cetakan secara penuh, meskipun konfigurasi tulangannya sangat rapat, dengan tetap menjaga homogenitasnya dan tidak memerlukan pemadatan tambahan.
Semen blended hidrolis
Semen hidrolis yang unsur pokoknya terdiri dari paduan sempurna antara butiran terak tanur tinggi dan batu kapur terhidrasi; atau paduan sempurna antara semen portland dan butiran terak tanur tinggi, semen portland dan pozzolan, atau semen portland terak tanur tinggi dan pozzoland, dihasilkan dengan menggiling clinker semen portland bersama material lainnya atau dengan mencampur semen portland bersama material lainnya, atau kombinasi antara menggiling sambil mencampur
glossary g-14
Semen hidrolis
Semen yang mengeras oleh interaksi kimia dengan air dan dapat pula mengeras didalam air
Semen hidrolis ekspansif
Semen hidrolis yang bila bercampur dengan air, menghasilkan pasta yang, setelah mengeras, volumenya cenderung meningkat secara signifikan hingga tingkat yang lebih besar daripada yang terjadi pada pasta semen portland; digunakan untuk mengimbangi berkurangnya volume akibat penyusutan atau akibat tegangan tarik induksi tulangan (pada beton prategang-post tensioning) 1. semen ekspansif, tipe K-campuran antara semen portland, tetrakalsium trialumina sulfat tak terhidrasi (C4A3S), kalsium sulfat (CaSO4) dan kapur (CaO); C4A3S adalah unsur pokok dari clinker yang dibakar secara terpisah yang hampir sama dengan semen portland atau dapat juga terbentuk secara simultan bersama dengan bahan clinker portland semen selama proses pembakaran. 2. semen ekspansif, tipe M-campuran antara semen portland, semen kalsium-aluminat dan kalsium sulfat dengan proporsi yang sesuai. 3. semen ekspansif, tipe Ssemen portland yang mengandung trikalsium aluminat (C3A) yang dihitung dengan teliti dan sejumlah kalsium sulfat diatas kadar yang biasanya dikandung semen portland
Semen portland
(Lihat PC)
Setting time
Waktu yang dibutuhkan oleh semen untuk mengadakan proses pengikatan/menjadi keras
Settlement
Tenggelamnya partikel padat kedalam grout, mortar, atau beton segar setelah penuangan dan sebelum pengikatan awal
Sheet pile
Tiang berbentuk papan ditanam kedalam tanah dengan jarak yang dekat dan saling mengikat dengan yang lainnya sehingga membentuk dinding yang rapat untuk menahan tekanan lateral dari air, tanah yang berdekatan, atau material lainnya; dapat pula memiliki ’alur dan lidah’ jika dibuat dari kayu atau beton dan memiliki sistem saling mengikat/interlocking jika dibuat dari logam
Shoring
Penyangga atau tonggak dari kayu atau material (dengan kemampuan tekan) lainnya digunakan sebagai dukungan sementara untuk penggalian, formwork, atau struktur dalam kondisi yang rawan; dapat juga diartikan sebagai proses mendirikan penopang (Lihat juga falsework)
Shotcrete
Pekerjaan menyemprotkan cairan semen yang dicampur dengan pasir halus
Shrinkage
Pengurangan baik dalam panjang maupun volume. Catatan: mungkin juga dibatasi sebagai akibat dari perubahan kandungan kelembaban atau kandungan kimia
mulai
glossary g-15
Silica fume
Silika halus noncrystal dihasilkan dari tungku busur listrik sebagai hasil sampingan produksi barang-barang berbahan silikon atau paduan yang mengandung silikon; juga dikenal sebagai silica fume terkondensasi atau microsilica
Site-mix
Beton yang material-material pembentuknya dicampur di lapangan atau dekat dengan tempat pengecoran
Slab
Lapisan tercetak dari beton dengan atau tanpa tulangan, memiliki permukaan datar, horisontal atau setidaknya hampir horisontal, dengan ketebalan yang biasanya seragam, tapi dapat pula bervariasi, baik terletak diatas tanah atau didukung oleh balok, kolom, tembok, atau rangka struktur yang lainnya
Slump
Ukuran kecairan atau kepadatan adukan beton. untuk beton normal berkisar antara 5-12.5 cm
Slump-flow
Deskripsi dari daya alir adukan self-compacting concrete dalam kondisi tanpa pembatasan, diukur dari diameter ratarata dari penyebaran beton segar yang diuji menggunakan alat slump-cone konvensional. Diameter diukur dalam dua arah yang saling tegak lurus.
Specific gravity
Perbandingan antara massa satu satuan volume suatu material terhadap massa dengan volume yang sama dari air suling pada suhu tertentu. (1) apparent specific gravity-perbandingan massa satu unit volume material kedap air pada suhu tertentu terhadap massa air suling pada volume yang sama. (2) bulk specific gravityperbandingan massa satu unit volume material (termasuk pori kedap dan tidak kedap air, tetapi tidak termasuk rongga yang berada diantara partikel-partikel material tersebut) pada suhu tertentu terhadap massa air suling pada volume yang sama. (3) bulk specific gravity (jenuh kering permukaan)-perbandingan massa satu unit volume material, termasuk massa air diantara pori-porinya (tapi tidak termasuk rongga diantara partikel-partikel) pada suhu tertentu terhadap massa air suling pada volume yang sama
Spesimen kubus
Sebuah sample berbentuk kubus biasanya digunakan untuk pengujian (Lihat juga sampling)
Stability (beton)
Kemampuan beton segar untuk menahan segregasi ketika mengalir kedalam cetakan
Steam curing
Perawatan beton dengan mengalirkan uap air dengan tekanan atmosfer (atau dengan tekanan yang lebih besar) dan pada suhu antara 40-215 oC.
Strength
Kekuatan; Istilah umum untuk menyatakan kemampuan material untuk menahan regangan atau keruntuhan yang disebabkan gaya-gaya dari luar (Lihat juga kuat geser, kuat lentur, kuat tarik dan kuat tekan)
Stroke
Hentakan/pukulan secara periodik
glossary g-16
Super plasticiser
Aditif adukan beton yang berfungsi untuk mengurangi kebutuhan air atau menghasilkan keplastisan beton yang tinggi, tanpa menyebabkan perlambatan pengerasan yang tidak perlu atau pemerangkapan udara dalam mortar atau beton. Digunakan untuk pengecoran yang membutuhkan nilai slump yang tinggi
Surface sealing
Metode perawatan beton dengan melapisi permukaan beton keras, baik dengan lapisan waterproof/plastik film maupun bahan cair khusus yang dapat membentuk membran, baik untuk mencegah atau mengurangi penetrasi bahan cair atau gas, misalnya: air, larutan agresif dan karbondioksida selama pemaparan/tereksposnya permukaan saat masa layannya
Susut
Lihat shrinkage
T500
Waktu yang diperlukan oleh adukan SCC pada saat pengujian slump-flow untuk menyebar hingga diameter rata-rata 500 mm tanpa mengalami segregasi
Tamper
(1) Sebuah alat yang digunakan untuk mengkonsolidasi beton atau mortar didalam cetakan atau bekisting (2) Peralatan yang dioperasikan dengan tangan untuk mengkonsolidasi permukaan lantai atau beton yang belum dibentuk permukaannya dengan memanfaatkan pukulan dari alat yang dijatuhkan sebagai persiapan finishing. Bagian yang berhubungan dengan beton seringkali berupa semacam ayakan atau kisi-kisi untuk memaksa agregat kasar turun hingga kebawah permukaan agar tidak mengganggu proses finishing selanjutnya, misalnya floating atau trowelling
Tamping
Pekerjaan konsolidasi beton segar yang dituang dengan pukulan-pukulan berulang atau penetrasi dengan sebuah tamper (Lihat juga tamper)
Tegangan
Intensitas gaya-gaya dalam (gaya tiap satuan luas) dihasilkan oleh kedua bagian yang berdekatan yang saling melintang terhadap bidang pemisah imajiner; jika gayagaya bekerja searah bidang, tegangan yang dihasilkan disebut tegangan geser; jika gaya-gaya bekerja tegak lurus bidang, tegangannya disebut tegangan normal; jika tegangan normal mengarah ke bagian dimana ia bekerja, tegangan disebut tegangan tekan; jika tegangan normal mengarah menjauhi bagian dimana ia bekerja, tegangan akan disebut tegangan tarik
Tendon
Sebuah elemen baja, seperti kawat, kabel, batang, atau untaian, atau berkas dari elemen sejenisnya, terutama digunakan untuk menegangkan sehingga menyebabkan tegangan tekan pada beton
Thermal shrinkage crack
Retak susut yang dialami beton akibat perubahan suhu
glossary g-17
Thixotropy
Kecenderungan material (misalnya SCC) untuk mengalami kehilanagn daya alir/fluiditasnya secara progresif jika dibiarkan saja tetapi dapat memperoleh daya alirnya jika diberikan energi
Tie-rod
Batang yang diikatkan ke angkur pada struktur, pondasi kaku, batu atau angkur didalam tanah untuk mencegah perpindahan lateral dari formwork (akibat tekanan zat cair dari beton segar yang belum mengeras), dinding sheet pile, dinding penahan/retaining wall, sekat, dll (Lihat juga sheet pile, formwork)
Tremie
Pipa atau tabung yang melaluinya beton dicor kedalam air, dibagian ujung atasnya terdapat semacam corong untuk pengisian dan sebuah timba untuk memindahkan rangkaian alat
Trowel
Sebilah baja dengan permukaan yang luas, rata, dioperasikan dengan tangan, digunakan dalam operasi finishing tahap terakhir untuk menghasilkan permukaan lantai beton dan permukaan lain, yang relatif halus; dapat juga diartikan sebagai sebilah alat berbentuk segitiga dengan permukaan rata digunakan untuk mengaplikasikan mortar pada penyusunan pasangan batu
Trowelling
Menghaluskan dan memadatkan permukaan beton segar yang belum berbentuk dengan tekanan-tekanan yang dihasilkan oleh alat trowel (Lihat juga trowel)
Truk mixer
Sebuah alat pencampur beton yang dipasang diatas rangka truk dan mampu untuk mencampur beton selama dalam pengangkutan (Lihat juga agitator truck)
Unrestraint
Keadaan dimana suatu bagian struktur bebas bergerak pada arah tertentu, beberapa arah dan dapat juga kesemua arah (Lihat juga restraint)
Variabilitas
Suatu besaran yang menyatakan rata-rata penyimpangan mutu beton dari sejumlah benda uji (data test) dibandingkan dengan rata-rata mutu beton yang bisa dicapai
Water reducer
Aditif adukan beton yang tidak hanya dapat meningkatkan nilai slump adukan mortar atau beton segar tanpa menambah jumlah air, tetapi dapat pula mempertahankan nilai slump dengan jumlah air yang lebih sedikit, efek ini timbul bukan akibat udara yang terperangkap
Waterproof
Kedap air, baik dalam bentuk cair maupun uap (Karena tidak ada sesuatupun yang dapat sepenuhnya tidak dapat ’ditembus’ air dibawah tekanan yang tak terhingga selama waktu yang tak terhingga, istilah ini sebaiknya tidak digunakan)
Vermiculite
Sebuah nama untuk sekelompok mineral yang berlapislapis, hidrasi silika dari aluminum, magnesium dan besi; ditandai dengan pengelupasan yang dapat dilihat saat dipanasi; juga diartikan sebagai unsur utama tanah liat
glossary g-18
Vibrator
Mesin yang dapat berosilasi, digunakan untuk menggetarkan beton segar sedemikian hingga dapat mengeliminasi rongga, termasuk udara terperangkap (Tapi bukan udara terperangkap yang sengaja dibuat untuk air entrained concrete) dan untuk menghasilkan kontak yang erat, tanpa celah, dengan permukaan cetakan dan material tertanam
Viscosity modifying admixture (VMA)
Bahan tambahan yang memodifikasi tingkat kohesi (biasanya self-compacting concrete) tanpa mengubah fluiditas secara signifikan
Workability
Sifat adukan beton segar atau mortar yang menentukan kemudahan dan homogenitas, yang dengannya beton atau mortar tersebut dapat dicampur, dituang, dipadatkan dan di-finishing
VPM
Vibrations Per Minute, satuan untuk menyatakan banyaknya getaran dalam satu menit yang dapat dilakukan oleh internal vibrator
DAFTAR PUSTAKA American Concrete Institute. 1998. ACI Manual of Concrete Practice Part 1: Materials and General Properties of Concrete. Michigan: ACI American Society for Testing and Materials. 1995. Annual Book of ASTM Standards. Volume 04.01: Cement; Lime; Gypsum. Philadelphia,USA. Anonim. 2004. Guidelines For Curing and Sealing Concrete. Accessed from:www.kuhlman-corp.com/curing.html on November 22, 2004 Anonim. 2004. Placing, Compacting and Finishing Copncrete. Accessed from: www.minimix.com.au/handy_hints/indeks.html on November 22, 2004 Anonim. Glossary of Terms and FAQs. Accessed from: www. hepworthconcrete.co.uk/html/prod11_1.htm on July 16, 200507-27 Anonim.2004. Concrete. Accessed from: www.Infodotinc.com/content/construction/14042_(193-204).htm on November 24, 2004 Biro Enjiniring II. 2004. Pedoman Pekerjaan Beton. Jakarta: PT Wijaya Karya Bouzoubaa N. dan Lachemi N. 2001. Self Compacting Concrete Incorporating High-Volumes of Class F Fly Ash: Preliminary Results. Accessed from: hvfacprojectindia.com/researchdoes/preliminary_results_of_self_co mpacting_concrete_with_hvfly.pdf EFNARC. 2002. Specification and Guidelines for Self-compacting Concrete. Accessed from: www.efnarc.org/pdf/SandGforSCC.pdf on June 22, 2005 El-Ariss, Bilal. 2004. Mix Design of Self-Compacting Concrete. Accessed from: http://sra.uae.ac.ae/conference_6/proceedings/PDF/Engineering/En g-11.pdf on May 31, 2005 European Project group. 2005. The European Guidelines for Selfcompacting Concrete: Specification, Production and Use. Accessed from: http://efca.info/pdf/SCC%20guidelines%20May%202005 on June 22, 2005 Ford, Jerome H. 2003. Internal or external vibration? Done correctly, either will produce a high-quality finish of concrete. Accessed from: www.findarticles.com/p/articles/mi_mONSX/i5_1_48/ai_97298268 on July 16, 2005
Kardiyono. 1992. Teknologi Beton. Yogjakarta: UGM Press Kosmatka and Panarese. 1988. Design and Control of Concrete Mixtures. Illinois: Portland Cement Association Madupu, LNK Sai. Self-Compacting Concrete. Accessed from: http://igsguntur.tripod.com/index_files3/finpap.htm on June 21, 2005 Murdock and Brook. 1979. Concrete Materials and Practice/Bahan dan Praktek Beton. Diterjemahkan oleh Ir. Hendarko. Jakarta: Erlangga Rachman Suhanda, Suryadi. 2004. Teknologi Beton (Material Penyusun Beton). Dipresentasikan dalam Forum Enjiniring WIKA 2004 tanggal 8-9 Maret 2004. Jakarta Suardi Bahar. 2004. Peningkatan Kualitas dan Tampilan Produksi Beton PT Wijaya Karya. Dipresentasikan dalam Forum Enjiniring WIKA 2004 tanggal 8-9 Maret 2004. Jakarta Walraven, J. 2003. Structural Applications of Self Compacting Concrete. Proceedings of 3rd RILEM International Symposium on Self Compacting Concrete, Reykjavik, Iceland. RILEM Publications PRO 33, Bagneux, France, August 2003 PP 15-22
SUMBER GAMBAR
• • • • • •
ACI Manual Part 1 (Material and General Properties of Concrete) Company Profile PT Wijaya Karya http://efca.info/ http://my.ecplaza.net/vibromaste/ http://stlvibrator.com/vibratingtables.htm Proyek-proyek PT Wijaya Karya: o o o o o o o o o
• • • • • •
Proyek CCPP Cilegon Proyek Jalan dan Jembatan Tiga Raksa Tangerang Proyek Pembangunan Fly Over Tanjung Barat Proyek Pembangunan Gedung Tarida Jakarta Proyek Pembangunan Jalan Layang Pancoran Jakarta Proyek Pembangunan Jalan Layang Pasupati Bandung Proyek Pembangunan Rumah Sakit Mitra Sunter Jakarta Proyek PLTGU Palembang Proyek PLTU Cilacap
www.centrumpaele.dk/uk/beton1.htm www.concretenetwork.com www.conrete-grinding.com www.dareconcrete.com www.ifgworld.org www.unesco.com