LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN (L K P P) _____________________________________________________________ LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS SCL
Judul PENINGKATAN PENGETAHUAN KONSEPSI SISTEMATIKA DAN PEMAHAMAN SYSTEM ORGAN IKAN YANG BERBASIS SCL PADA MATAKULIAH IKHTIOLOGI oleh: DR. ANDI IQBAL BURHANUDDIN, M.Fish. Sc.
Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Hasanuddin Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Nomor: 469/H4.23/PM.05/2008 Tanggal 04 Februari 2008
JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN FEBRUARI 2008
LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN (L K P P) Lantai Dasar Gedung Perpustakaan Universitas Hasnuddin
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN PROGRAM TRANSFORMASI DARI TEACHING KE LEARNING UNIVERSITAS HASANUDDIN 2008 Judul:
PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG KONSEPSI SISTEMATIKA DAN PEMAHAMAN SYSTEM ORGAN DAN BENTUK ADAPTASI IKAN YANG BERBASIS SCL PADA MATAKULIAH IKHTIOLOGI
a. Nama b. N I P c. Pangkat/ Golongan d. Jurusan e. Fakultas/Universitas f. Biaya
: Dr. Andi Iqbal Burhanuddin, M. Fish. Sc. : 132 102 308 : Penata/ III.c : Ilmu Kelautan : Ilmu Kelautan dan Perikanan / Univ. Hasanuddin : Rp. 4.000.000,- (Empat Juta Rupiah) Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Hasanuddin Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Nomor: 469/H4.23/PM.05/2008 Tanggal 04 Februari 2008
Makassar, 04 Februari 2008 Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS
(Prof. Dr. Ir. H. Sudirman, MP) NIP. 131 860 849
Pembuat Modul
(Dr. Andi Iqbal Burhanuddin, M. Fish. Sc.) NIP. 132 102 308
ii
KATA PENGANTAR
Universitas Hasanuddin dalam mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas dan berkelanjutan sebagai tujuan utamanya memiliki tahapan agenda dalam rangka mencapai Visi dan Misi Citra Unhas 2010, yaitu memiliki sistem pendidikan yang handal melalui penyelenggaraan proses pembelajaran berbasis pada pendekatan learning. Peningkatan kapasitas belajar mahasiswa sangat ditentukan oleh keaktifan dan kemampuan untuk memanfaatkan literaratur dari berbagai sumber, termasuk literatur yang mudah diperoleh berupa modul setiap mata ajaran. Berdasarkan hasil evaluasi diri jurusan Ilmu Kelautan menunjukkan proses pembelajaran (mahasiswa dituntut aktif) belum optimal karena salah satunya adalah belum terlaksananya penyusunan bahan/modul kuliah sebagai salah satu bentuk proses pendekatan metode learning. Mata kuliah Ikhtiologi adalah mata kuliah wajib yang menjelaskan tentang ikan dan segala aspek kehidupannya. Dalam penyajian mata kuliah ini
memerlukan
penjelasan yang lebih atraktif, detail, jelas dan mudah dimengerti. Oleh karena itu, sistem pembelajaran matakuliah Ikhtiologi dengan pendekatan SCL ini memungkinkan mahasiswa lebih aktif berdiskusi, lebih atraktif dan reflektif dalam penyajian, cepat dan jelas dalam mengakses materi dan literatur perkuliahan, sehingga proses pembelajaran dengan metode learning dapat tercapai. Penyediaan bahan atau modul kuliah Ikhtiologi bagi mahasiswa mutlak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dalam proses pembelajaran yang optimal. Perubahan dan pembaruan materi pembelajaran akan menjamin keberlanjutan minat dan motivasi mahasiswa jurusan Ilmu Kelautan untuk terus memperluas wawasannya dengan cara lebih aktif.
iii
RINGKASAN Mata kuliah Ikhtiologi adalah mata kuliah wajib untuk diprogramkan oleh mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan. Mata kuliah ini menjelaskan tentang ikan dan segala aspek kehidupannya. Dalam garis besarnya modul pembelajaran mata kuliah Ikhtiologi ini terbagi atas 10 modul. Modul pertama berupa pendahuluan yang menjelaskan tentang ruang lingkup ikhtiologi, ikan dan kanekaragaman habitatnya, perkembangan ikhtiologi dan pentingnya ilmu ikhtiologi, dan sistem penamaan ikan serta peristiwa penyebaran atau distribusi ikan. Modul ke dua membahas tentang sistem integumen yaitu suatu system yang sangat bervariasi; padanya terdapat sejumlah organ ataupun struktur tertentu dengan fungsi yang bermacam-macam. Sistem integumen dapat dianggap terdiri dari kulit yang sebenarnya dan derivat-derivatnya. Gigi pada ikan hiu, scute, keel dan beberapa tulang tengkorak pada ikan merupakan modifikasi dari sisik.
Pada sistem sistem ini juga
termasuk di dalamnya organ cahaya, pewarnaan kulit dan kelenjar beracun. Pada bab ini mahasiwa diharapkan mampu menjelaskan tentang integumen ikan dan dapat membedakan jenis-jenis sisik pada ikan, menjelaskan mekanisme terbentuknya lendir beserta fungsi secara fisiologis lendir pada kehidupan ikan. Bab ini juga mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan hubungan antara pewarnaan tubuh pada ikan dengan jenis habitat mereka ditemukan.
Selain dari itu, mahasiswa juga diharapkan mampu
menjelaskan proses sistem pewarnaan pada tubuh ikan beracun. Modul ke tiga menjelaskan tentang sistem urat daging yang pada prinsipnya ikan mempunyai tiga macam urat daging atau otot berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu: otot polos, otot bergaris, dan otot jantung. Dari penempelannya juga bisa dibedakan menjadi dua yaitu otot menempel pada rangka yaitu otot bergaris dan yang tidak menempel pada rangka yaitu otot jantung dan otot polos.
Sasaran pembelajaran pada
bab ini yaitu mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan fungsi sistem otot, hubungannya dengan pergerakan tubuh ikan. Modul ke empat menjelaskan tentang sistem rangka yaitu suatu system yang dibangun oleh struktur-struktur keras dari tubuh yang bersifat menyokong dan melindungi.
Rangka pada ikan seperti halnya pada golongan vertebrata lainnya
iv
berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang dan menyokong organ-organ tubuh serta berfungsi pula dalam proses pembentukan butir darah merah. Sasaran pembelajaran pada bab ini adalah mahasiswa mampu menjelaskan sedikitnya lima macam bentuk tubuh ikan hubungannya dengan sistem rangka dan dapat menjelaskan fungsi rangka dan derivatderivatnya. Modul ke lima menjelaskan tentang sistem pencernaan pada ikan meliputi organ yang
berhubungan dengan pengambilan makanan, mekanismenya dan penyediaan bahan-bahan kimia, serta pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak tercernakan keluar dari tubuh. Dari bab ini diharapkan mahasiswa mampu
menjelaskan organ-organ pencernaan
makaan secara berturut-turut, menguraikan perbedaan secara anatomis ikan-ikan herbivor, karnivor dan omnivor.
Pada bagian ini mahasiswa juga diharapkan mampu
menguraikan alat-alat pencernaan yang mengalami modifikasi beserta fungsinya. Modul ke enam menjelaskan tentang system peredaran darah dengan organ utamanya adalah jantung yang bertindak sebagai pompa tekan merangkap pompa hisap. Darah ditekan mengalir keluar dari jantung melalui pembuluh arteri ke seluruh tubuh sampai ke kapiler darah, kemudian dihisap melalui pembuluh vena dan kembali ke jantung. Mekanisme kerja sistem peredaran darah tersebut menjadi sasaran pembelajaran bagi mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan ini. Modul ke tujuh menjelaskan tentang Sistem urogenital yaitu sistem yang dibangunkan oleh dua system, yaitu system urinaria (systema uropoetica) dan genitalia (sytema genitalia).
Sistem urinaria biasa disebut sistem ekskresi.
Fungsinya untuk
membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan atau membahayakan bagi kesehatan tubuh keluar dari tubuh sebagai larutan dalam air dengan perantaraan ginjal dan salurannya. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang sistem eksresi serta hal-hal yang berhubungan dengan sistem osmoregulasi. Modul ke delapan tentang Sistem saraf yang mempunyai tiga macam peranan vital, yaitu: Orientasi terhadap lingkungan luar, menerima stimulus dari luar dan meresponnya; mengatur agar kerja sekalian sistem dalam tubuh bersesuaian, dengan bantuan kerja kelenjar endokrin; dan tempat ingatan dan kecerdasan. Peranan ini semua disempurnakan oleh saraf, medulla spinalis, dan otak, dibantu oleh organ indra sebagai
v
reseptor, dan otot serta kelenjar sebagai efektor. Sasaran pembelajaran pada bab ini yaitu mahasiswa mampu menjelaskan tentang mekanisme organ sensori pada ikan. Modul ke sembilan menjelaskan tentang Kelenjar endokrin yaitu suatu kelenjar yang tidak memiliki saluran pelepasan untuk mengalirkan hasil getahnya yang biasa disebut kelenjar buntu.
Proses tersebut merupakan kegiatan fungsional berbagai sel,
jaringan dan alat-alat tubuh yag bekerja secara terkordinir dan dalam keseimbangan yang serasi. Hormon ini langsung masuk ke dalam peredaran darah atau limf, atau cairan badan dan diedarkan ke seluruh tubuh dan akan mempengaruhi organ-organ sasaran pada organisme. Mekanisme tersebut menjadi sasaran pembelajaran bagi peserta mata kuliah ini khususnya pada bab tentang sistemhormon. Modul ke sepuluh mejelaskan tentang sistem reproduksi. Keberhasilan suatu spesies ikan ditentukan oleh kemampuan ikan tersebut untuk bereproduksi dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan kemampuan untuk mempertahankan populasinya. Fungsi reproduksi pada ikan pada dasarnya merupakan bagian dari sistem reproduksi yang terdiri dari komponen kelenjar kelamin atau gonad, dimana pada ikan betina disebut ovarium sedang pada jantan disebut testis beserta salurannya. Yang menjadi sasaran pembelajaran pada materi ini adalah mahasiswa mampu menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi pada ikan.
vi
PETA KEDUDUKAN MODUL
PENDAHULUAN
SISTEM INTEGUMEN
SISTEM URAT DAGING
SISTEM RANGKA
SISTEM PENCERNAAN
SISTEM PERNAPASAN
SISTEM PEREDARAN DARAH
SISTEM OROGENITALIA
SISTEM SARAF
SISTEM HORMON
SISTEM REPRODUKSI
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….
i
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………..
ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..
iii
RINGKASAN ……………………………………………………………..
iv
PETA KEDUDUKAN MODUL ………………………………………….
vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..
vii
MODUL I PENDAHULUAN ………….…………………………………
1
MODUL II SISTEM INTEGUMEN.……………………………………..
11
MODUL III SISTEM URAT DAGING …………………………………
22
MODUL IV SISTEM RANGKA…………………………………………..
30
MODUL V SISTEM PENCERNAAN ……………………………………..
38
MODUL VI SISTEM PEREDARAN DARAH……………………………
51
MODUL VII SISTEM UROGENITALIA.……………………………….
61
MODUL VIII SISTEM SARAF…………………………………………..
69
MODUL IX SISTEM HORMON……………………………………………
77
MODUL X SISTEM REPRODUKSI……………………………………..
84
LAMPIRAN
viii
MODUL I JUDUL : P E N D A H U L U A N BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikhtiologi merupakan salah satu cabang ilmu Biologi (zoologi) yang mempelajari khusus tentang ikan beserta segala aspek kehidupan yang dimilikinya. Istilah ini berasal dari Ichthyologia (bahasa Latin: Yunani) dimana perkataan Ichthys artinya ikan dan logos artinya ajaran. Ilmu pengetahuan tentang ikan dimunculkan oleh rasa ingin tahu oleh manusia dan kebutuhan akan informasi untuk kepentingan perdagangan dan industri ataupun pariwisata.
Keuntungan mempelajari ikhtiologi hampir tak terbatas, orang-
orang yang mempelajari ilmu ini adalah para ahli ikan profesional maupun yang bukan. Distribusi adalah suatu proses atau peristiwa penyebaran atau perpindahan organisme (ikan) pada suatu Tempat ke tempat lain dan Waktu tertentu.
Secara teoritis
bahwa ikan dan binatang lainnya berasal dari suatu “daerah tertentu” pada salah satu tempat di belahan bumi kita ini. Dari daerah tertentu tersebut ikan-ikan menyebar ke suluruh bagian bumi kita, baik secara aktif maupun secara pasif. B. Ruang Lingkup Isi - Pengertian ikan - Pengelompokan ikan - Ikan dan keanekaragaman habitatnya - Ikan dan perkembangan studinya - Pentingya mempelajari ikhtiologi - Ikhtiologi sistematika - Nomencltural - Distribusi ikan
ix
C. Kaitan Modul Modul ini merupakan modul pertama sebagai pengantar menuju modul-moudul berikutnya. Materi yang dibahas pada modul ini adalah pengertian ikhtiologi, sejarah serta kedudukan ikan dalam dunia hewan, pengelompokan ikan serta pentingnya mempelajari ilmu tentang ikan dan segala aspek kehidupannya, serta system penamaan pada ikan.
D. Sasaran Pembelajaran Modul Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan pengertian ikan 2. Menjelaskan mengenai pengelompokan ikan 3. Menjelaskan tentang ikan dan keanekaragaman habitatnya 4. Menjelaskan tentang ikan dan perkembangan studinya 5. Menjelaskan tentang pentingya mempelajari ikhtiologi 6. Menjelaskan secara umum tentang Ikhtiologi sistematika dan sistem penamaan pada ikan 7. Menjelaskan teori, arti, tipe distribusi ikan BAB II. PEMBAHASAN A. PENGERTIAN IKAN Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah mempunyai tulang belakang, insang dan sirip, dan terutama ikan sangat bergantung atas air sebagai medium dimana tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Dalam keluarga hewan bertulang belakang/ vertebrata, ikan menempati jumlah terbesar, sampai sekarang terdapat sekitar 25.000 species yang tercatat, walaupun perkiraannya ada pada kisaran 40.000 spesies, yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo. Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih
x
besar di perairan laut, dapat dimengerti karena hampir 70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1% merupakan perairan tawar. Ini sangat kontras jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah spesies burung yakni 9000 spesies, mamalia 4000 (manusia termasuk di dalamnya), reptile 5800, dan amphibi 3500 spesies. Mereka bukan hanya dibedakan oleh jumlah spesies yang beragam, tetapi juga berbeda dalam berbagai ukuran dan bentuk. Mulai dari ikan yang berukuran kecil yang disebut Percid dari Amerika (Etheostoma microperca) yang dewasa secara seksual pada ukuran 27 mm. Di samping itu ada juga jenis goby dari Pacifik (Eviota) yang bertelur pada ukuran kurang dari 15 mm. Ada pula yang berukuran raksasa seperti Hiu (Rhincodon) yang dapat mencapai panjang 21 meter dengan berat 25 ton atau lebih. Kebanyakan ikan berbentuk terpedo, walaupun beberapa diantaranya berbentuk flat dan bentuk lainnya.
B. PENGELOMPOKAN IKAN Taksonomi atau sistematika adalah suatu ilmu mengenai klasifikasi atau pengelompokan ikan. Istilah taksonomi berasal dari perkataan Junani taxis yang berarti susunan atau pengaturan, dan nomos berarti hukum. Informasi yang digunakan dalam mempelajari hubungan evolusioner ikan berawal dari pengetahuan taksonomi terutama deskripsi ikan. Pengetahuan tersebut menjadi dasar dalam iktiologi dan juga bidang bidang lain seperti ekologi, fisiologi dan Genetika. Metode yang digunakan dalam bidang taksonomi terbagi menjadi enam kategori yaitu 1) pengukuran morfometrik, 2) ciri meristik, 3) ciri-ciri anatomi, 4) pola pewarnaan, 5) kariotipe, dan 6) elektroforesis.
C. IKAN DAN KEANEKARAGAMAN HABITATNYA Kehadiran suatu populasi ikan di suatu tempat dan penyebaran (distribusi) spesies ikan tersebut di muka bumi ini, selalu berkaitan dengan masalah habitat dan sumberdayanya. Keberhasilan populasi tersebut untuk dapat hidup dan bertahan pada habitat tertentu, tidak terlepas dengan adanya penyesuaian atau adaptasi yang dimiliki anggota populasi tersebut. Perairan merupakan habitat bagi ikan dalam proses
xi
pembentukan struktur tubuh ikan, proses pernafasan, cara pergerakan, memperoleh makanan, reproduksi dan hal-hal lainnya. Seperti telah kita ketahui bersama bahwa 70 persen dari permukaan bumi ini tertutupi oleh air, sehingga tidak mengherankan jika ditemukan berbagai jenis, morfologi, serta habitat pada ikan.
Ikan-ikan ditemukan di berbagai tempat dan habitat yang
berbeda. Mereka ditemukan di danau tertinggi dunia dari permukaan laut yaitu danau Titicaca, Amerika Selatan (3812 meter), dan pada daerah kedalaman 7000 m di bawah permukaan laut. Beberapa jenis ditemukan pada air tawar dengan salinitas 0.01 ‰ (umumnya danau, 0.05 s/d 1‰) hingga pada salinitas yang sangat tinggi, 100‰ (umumnya 35‰ pada laut terbuka). Mereka juga dapat ditemui pada gua yang sangat gelap seperti ditemukan di Tibet, China, dan India hingga pada daerah yang berarus kuat. Di Afrika ditemukan jenis ikan Tilapia yang hidup di sungai dengan temperature 44°C, sedangkan di Antartika ditemukan hidup pada suhu –2°C.
Banyak jenis yang ditemukan memiliki organ
pernapasan udara tambahan dan hidup di rawa-rawa pada daerah tropic. Penyebaran secara vertical pun dapat melampaui kemampuan jenis vertebata lainnya (sekitar 5 km diatas permukaan laut sampai 11 km dibawahnya. Spesies yang memiliki toleransi yang luas terhadap suhu biasa disebut eurythermal sedangkan sebaliknya, yang memiliki teloransi yang sempit terhadap suhu disebut stenothermal. Istilah yang diberikan kepada spesies yang memiliki tingkat toleransi yang luas terhadapap salinitas yaitu euryhaline dan stenohaline terhadap spesies yang memiliki kisaran sempit terhadap salinitas. Ikan telah mampu bertahan seiring dengan perkembangan variasi dari tempat hidupnya. Mereka hidup di air tawar yang bersih sampai pada air yang bersalinitas lebih tinggi daripada air laut. Mereka ada dalam air gunung yang mengalir deras, di air dalam sunyi dan gelap yang tidak dihuni oleh vertebrata lainnya. Bagi ikan, air adalah media komunikasi, tempat beranak, tempat tidur, tempat bermain, toilet sekaligus sebagai kuburan. Di dalam airlah ikan melakukan respon terhadap lingkungan, sehingga mereka dapat mempertahankan hidup dan berkembangbiak seperti, respon terhadap jumlah oksigen terlarut, penetrasi cahaya, suhu, zat beracun, konsentrasi organisme pembawa penyakit ikan dan, kesempatan untuk lepas dari musuh.
xii
Beberapa ikan mampu bernapas dengan menghirup oksigen secara langsung dari udara melalui paru-paru, walaupun kebanyakan ikan tetap bergantung pada insang yang berperan dalam mengekstrak oksigen dari air. Ikan dapat bertahan lama pada habitat yang kurang oksigen atau yang tidak mencukupi. Rumput atau tumbuhan mikroskopik, diatom dan alga (phytoplankton) yang tumbuh di laut, danau dan aliran sungai memberikan suplai oksigen kepada ikan, dan ini bergantung dari penetrasi cahaya ke dalam air. Phytoplankton berperan penting dalam permulaan rantai makanan yang mendorong laju produksi ikan pada umumnya. Mereka menggunakan sinar matahari dalam mengubah CO2 menjadi bahan organik dan menjadi makanan bagi ikan. Selain dari itu, cahaya matahari juga berpengaruh terhadap pola reproduksi, pertumbuhan dan perilaku, termasuk dalam kebiasaan makan. Material yang tidak dikehendaki yang bersifat racun diproduksi secara alami dan polusi dari aktifitas manusia manjadi ancaman besar dan serius bagi keberadaan ikan-ikan dan tentunya juga bagi manusia yang mengkonsumsinya. Walaupun ikan dapat mendeteksi zat-zat kimia berbahaya, tetapi kebanyakan dari mereka tidak dapat menghindar dari kontaminasi.
D. IKAN DAN PERKEMBANGAN STUDINYA Ilmu pengetahuan tentang ikan dimunculkan oleh rasa ingin tahu oleh manusia dan kebutuhan akan informasi untuk kepentingan perdagangan dan industri ataupun pariwisata. Sejak berabad-abad sebelum masehi bangsa China telah berusaha untuk mengetahui tentang ikan dan cukup sukses menyebarluaskannya, begitu juga dengan Mesir kuno, Yunani dan Romawi berhasil merekam variasi, kebiasaan, serta kualitas dari berbagai jenis ikan. Menurut Lagler et. al (1977), sejak abad 18 studi tentang ikan (Ichthyology) telah berkembang meliputi beberapa cabang utama, antara lain: Klasifikasi, Anatomi, evolusi dan
genetika,
Natural
history
dan
Ekologi,
Fisiologi
dan
Biokimia,
Konservasi/Pelestarian Lingkup kerja di atas dilaksanakan oleh organisasi international, petugas pemerintah, museum, universitas, dan dunia Industri. Food and Agriculture Organization
xiii
(FAO) sebagai organisaasi bentukan PBB yang menangani persoalan makanan dan pertanian mempunyai divisi perikanan yang bergerak secara aktif. Banyak negara yang mempunyai Unit Perikanan yang dibentuk secara terpusat, yang juga berfungsi sebagai pelayanan perikanan dan binatang liar (Fish and Wildlife Service) dan Pusat Pelayanan Kelautan dan Perikanan (National Marine and Fisheries Service) di Amerika Serikat, (di Indonesia dikenal dengan badan pengelola taman nasional seperti BKSDA dan DKP). Museum dan perguruan tinggi dimana dikembangkan secara scientific biasanya mempunyai divisi perikanan seperti British Museum (Natural History), Museum National Amerika, dan Museum Zoology Universitas Michigan USA.
E. PENTINGYA MEMPELAJARI IKHTIOLOGI Keuntungan mempelajari ikhtiologi hampir tak terbatas, orang-orang yang mempelajari ilmu ini adalah para ahli ikan profesional maupun yang bukan. Banyak kontribusi tentang ikan yang datang dari para ahli filsafat, pemuka agama, dokter, nelayan dan para penggemar hewan air.
Keuntungan dalam penelitian juga tidak
terhingga dimana aspek tentang ikan , lebih banyak yang belum diketahui dari pada yang sudah diketahui. Tidak banyak yang memilih profesi pengajar pada bidang ikhtiologi ini, mereka yang terjun di bidang ini adalah orang yang memiliki rasa tanggungjawab untuk belajar dan mengajar tentang ikan. Di bidang ilmu ini peluang untuk bekerja mengembangkan kepedulian terhadap ikan serta belajar dari koleksi museum-museum cukup besar. Tugas-tugas orang yang bekerja di museum meliputi, pengembangan ilmu pengetahuan, studi sejarah, pengadaan koleksi baru, pengawasan terhadap koleksi museum, penerbitan karya ilmiah dan lain-lain. F. IKHTIOLOGI SISTEMATIKA Istilah “Sistematika” berasal dari perkataan Latin, asal mulanya perkataan Junani yaitu systema yang dipergunakan untuk system klasifikasi yang disusun oleh para ahli pengetahuan alam pada zaman silam, terutama oleh Linnaeus pada tahun 1735 yang dikenal dengan Systema naturae.
Istilah sistematika mirip artinya dengan istilah
Taxonomi. Taxonomi berasal dari perkataan Junani yaitu Taxis yang berarti susunan atau
xiv
pengaturan, dan Nomos berarti hukum. Istilah ini diusulkan oleh Candolle pada tahun 1813 untuk teori mengklasifikasikan tumbuh-tumbuhan. Dalam penggunaannya dewasa ini, kedua istilah ini dipakai berganti-ganti dalam bidang pengklasifikasian tumbuhtumbuhan dan hewan.
Jadi Sistematika atau Taxonomi adalah suatu yang digunakan
untuk mengklasifikasikan jasad.
G. NOMENKLATUR Istilah nomenklatur berasal dari bahasa Latin yaitu Nomenklatural yang berarti tatanama atau penamaan. Klasifikasi.
Pengertian nomenklatur sering disamakan artinya dengan
Nomenklatur adalah penamaan yang merupakan alat untuk melakukan
komunikasi antara para ahli biologi, sedangkan Klasifikasi adalah suatu hal yang berhubungan dengan materi biologi. Agar nomenklatur dapat dipakai secara meluas, maka penerapan harus pula secara luas, oleh sebab itu nomenklatur (utamanya nama ilmiah) harus mempunyai kata-kata dan arti yang sama atau hakekatnya stabil dan seragam. Pada umumnya system penamaan terdapat tiga macam yang sering digunakan adalah:Valid Scientific name atau Scientific name; Standard common name atau Common name;Vernacular name atau Local common name.
H. Distribusi Ikan Arti dan Teori Distribusi Ikan Distribusi adalah suatu proses atau peristiwa penyebaran atau perpindahan organisme (ikan) pada suatu Tempat ke tempat lain dan Waktu tertentu.
Ikan
Ostracoderms yang ditemukan pertama kali pada zaman Palaezoic, periode Ordovician maupun binatang lainnya tersebar dan terdapat hampir di seluruh pelosok dunia. Secara teoritis bahwa ikan dan binatang lainnya berasal dari suatu “daerah tertentu” pada salah satu tempat di belahan bumi kita ini. Dari daerah tertentu tersebut ikan-ikan menyebar ke suluruh bagian bumi kita, baik secara aktif maupun secara pasif. Sehubungan dengan ini Jordan vide Axelord dan Schultz (1955) mengemukakan hukum-hukum tentang penyebaran (distribusi) ikan yaitu setiap spesies ikan akan dijumpai di seluruh perairan di muka bumi, terkecuali hal-hal sebagai berikut:
xv
a. Individu species tersebut tidak berhasil mencapai daerah yang menjadi tujuannya, dikarenakan dalam tujuan ruaya/ migrasinya aktif terhambat oleh adanya barrier. b. Individu jika seandainya berhasil mencapai daerah tujuan ruayanya, tetapi tidak mampu lagi beradaptasi dengan lingkungan baru (daerah ekologi baru). c. Jika seandainya species tersebut mampu beradaptasi sementara waktu dengan lingkungannya, tetapi dengan adanya proses evolusi, maka tipe asalnya mengalami modifikasi, sehingga terbentuk tipe yang berbeda.
Teori tentang kemungkinan terjadinya distribusi ikan menurut Axelrod dan Schults (1955 ) dapat dibagi ke dalam: a.
Secara pasif ikan-ikan pelagis dibawah oleh arus laut dari suatu perairan tertentu ke perairan lainnya.
b.
Secara pasif ikan-ikan dibawa oleh manusia dari suatu perairan tertentu ke perairan yang lainnya.
c.
Angin dan badai dapat pula memindahkan ikan-ikan dari suatu perairan ke perairan yang lainnya. (mis, Looding).
d.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada permukaan bumi seperti adanya tanah-tanah daratan (land masses) yang teggelam dan atau timbulnya. Misalnya Terusan Panama (Isthmus of Panama), Terusan Suez (Isthmus of Suez), dan penghubung antara Alaska dengan Siberia, dan begitu pula mungkin terjadinya penghubung antara Eropah dan Amerika Utara. Sehingga hal demikian dapat dilalui oleh ikan untuk mencapai daerah lainnya.
e.
Adanya perubahan dari aliran air, arus, sungai seperti Great Lakes di amerika dimana pada zaman Glacier (zaman es) mendapat aliran air dari sungai Mississipi sedangkan sekarang tidak, melainkan dari “Chicago Sewage Canal”. Demikian pula halnya dengan “Two Ocean Pass” suatu perairan di dekat Yellowstone National Park (di Amerika serikat), dimana didapatkan ikan-ikan dari species yang berasal dari Samudera Atlantik maupun dari Samudera Pasifik, karena dibukanya terusan-terusan baru.
f.
Disebabkan kemungkinan lain, misalnya terjadinya “Continental drift” (hanyutan benua) akibat adanya gaya-gaya yang berasal dari dalam lapisan bumi.
xvi
Tipe Distribusi Ikan Berdasarkan unsur Tempat dan Waktu distribusi organisme/binatang dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu: a. Distribusi Geografis (Geographical range) b. Distribusi Ekologis (Ecological range) c. Distribusi Geologis (Geological range)
Faktor Penghalang Distribusi Ikan (Barrier) Barrier adalah faktor-faktor penghalang atau penghambat bagi distribusi species organisme-organisme. Berdasarkan sifat barrier dapat dibagi atas 3 golongan besar yaitu: a. Barrier fisik (physical barriers): Dalam golongan ini misalnya tanah (bagi ikan dan hewan air lainnya), iklim, suhu, kedalaman air, cahaya, arus laut (bagi species ikan tertentu). b. Barrier Kimiawi (chemical barriers): dalam golongan ini termasuk misalnya kadar garam, sifat kimiawi perairan, lainnya (bagi jenis-jenis ikan tertentu). c. Barrier biologis (Biological barriers): Dalam golongan ini termasuk misalnya faktorfaktor makanan, persaingan, predator, penyakit, dan kepadatan populasi (terutama ikan yang biasa schooling). Pada umumnya ketiga macam barrier tersebut diatas (fisik, kimiawi dan biologis) sering disebut dengan istilah “ faktor ekologis ” dan biasanya sangat kompleks dan tidak mudah dipelajari.
Teori Kemusnahan Species Ikan Selanjutnya dijelaskan pula bahwa spesies ikan dapat musnah dari tempat perairan tertentu, hal ini berarti secara teoritis ada beberapa kemungkinan yaitu:
xvii
a.
Kemusnahan yang disebabkan oleh kejadian evolusi lebih lanjut berlangsung, sehingga specimen ikan-ikan tersebut dimana organ-organ tubuhnya mengalami modifikasi menjadi bentuk yang lebih maju tingkatan evolusinya.
b.
Specimen suatu species tidak dapat mengadaptasikan dirinya dengan keadaan lingkungan, oleh karena lingkungan mengalami perubahan yang jauh lebih cepat daripada kemampuan beradaptasi.
c.
Kemusnahan yang disebabkan berbagai persaingan yang dialami oleh specimen dalam lingkungan hidupnya.
d.
Specialisasi yang sangat ekstrim dari suatu species, dimana hanya dapat hidup pada lingkungan yang sangat terbatas pula.
e.
Populasi suatu species memang sudah benar-benar tidak mempunyai kemampuan untuk dapat hidup terus. Dari kelima teori tesebut di atas dapat dikatakan bahwa kemusnahan (kepunahan)
suatu species pada suatu tempat atau perairan tertentu, sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan organisme beradaptasi terhadap perubahan- perubahan yang terjadi di dalam lingkungan hidupnya.
INDIKATOR PENILAIAN 1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%) 2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%) 3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)
BAB III. PENUTUP Ikhtiologi merupakan salah satu cabang ilmu Biologi (zoologi) yang mempelajari khusus tentang ikan beserta segala aspek kehidupan yang dimilikinya.
Studi tentang
ikan (Ichthyology) telah berkembang sejak abad ke 18 meliputi beberapa cabang utama, antara lain: Klasifikasi, Anatomi, evolusi dan genetika, Natural history dan Ekologi,
xviii
Fisiologi dan Biokimia, Konservasi/Pelestarian.
Di bidang ilmu ini keuntungan
mempelajari hampir tak terbatas. orang-orang yang mempelajari ilmu ini adalah para ahli ikan profesional maupun yang bukan. Dalam komunikasi antara para ahli biologi diperlukan sistem penamaan yang disebut nomenclatur. Pada umumnya system penamaan ini terdapat tiga macam yang sering digunakan adalah:Valid Scientific name atau Scientific name; Standard common name atau Common name;Vernacular name atau Local common name. Secara teoritis bahwa ikan dan binatang lainnya berasal dari suatu “daerah tertentu” pada salah satu tempat di belahan bumi kita ini. Dari daerah tertentu tersebut ikan-ikan menyebar ke suluruh bagian bumi kita, baik secara aktif maupun secara pasif. setiap spesies ikan akan dijumpai di seluruh perairan di muka bumi, terkecuali Individu species tersebut tidak berhasil mencapai daerah yang menjadi tujuannya, dikarenakan dalam tujuan ruaya/ migrasinya aktif terhambat oleh adanya barrier atau individu jika seandainya berhasil mencapai daerah tujuan ruayanya, tetapi tidak mampu lagi beradaptasi dengan lingkungan baru (daerah ekologi baru) dan Jika seandainya species tersebut mampu beradaptasi sementara waktu dengan lingkungannya, tetapi dengan adanya proses evolusi, maka tipe asalnya mengalami modifikasi, sehingga terbentuk tipe yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA A. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB B. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley & Sons, New York C. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi D. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. E. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York. F. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas Perikanan, IPB
xix
MODUL II JUDUL : SISTEM INTEGUMEN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Integumen merupakan suatu system yang sangat bervariasi; padanya terdapat sejumlah organ ataupun struktur tertentu dengan fungsi yang bermacam-macam. Sistem integumen dapat dianggap terdiri dari kulit yang sebenarnya dan derivat-derivatnya. Gigi pada ikan hiu, scute, keel dan beberapa tulang tengkorak pada ikan merupakan modifikasi dari sisik. Kulit yang sebenarnya yaitu lapisan penutup yang umumnya terdiri dua lapisan utama, letaknya sebelah luar dari jaringan ikat kendur yang meliputi otot dan struktur permukaan lain.
Sedangkan derivate integumen yaitu struktur tertentu yang secara
embryogenetik berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit sebenarnya. Struktur ini dapat berupa struktur yang lunak, seperti kelenjar eksresi, tetapi dapat juga berupa struktur keras dari kulit ini, dinamakan eksoskelet. Sehubungan dengan bervariasinya integumen pada vertebrata khusunya ikan, maka fungsinya pun bermacam-macam pula, antara lain: pelindung terhadap gangguan mekanis, fisis, organis atau penyesuaian diri terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupannya, termasuk pelindung terhadap hewan lain yang merupakan musuhnya; kulit juga digunakan sebagai alat ekskresi dan osmoregulasi dan sebagai alat pernapasan pada beberapa jenis ikan tertentu.
B. Ruang Lingkup Isi - Struktur Kulit - Lendir - Sisik - Organ Cahaya - Pewarnaan kulit - Kelenjar Beracun
xx
C. Kaitan Modul Modul ini merupakan modul ke dua setelah mahasiswa memahami modul pertama mengenai pengertian ikhtiologi, kedudukan ikan, pengelompokan ikan dan Konsespsi Sistematika dan Peranan Ahli Sistematika; tata nama dan sistem klasifikasi ikan , menjelaskan teori, tipe, dan faktor penghalang distribusi ikan.
D. Sasaran Pembelajaran Modul Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan tentang integumen ikan 2. Membedakan jenis sisik pada ikan 3. Menjelaskan sistem pewarnaan pada tubuh ikan-ikan beracun
BAB II. PEMBAHASAN A. KULIT Pada phylum chordata dikenal dua tipe dasar dari integumen, yaitu tipe invertebrata dan tipe vertebrata. Tipe vertebrata pada sekalian hewan vertebrata terdiri dari beberapa lapisan, dengan dua lapisan utama, yaitu lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam yang disebut dermis (Gbr 4.1). Lapisan epidermis pada ikan selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh sel-sel yang berbentuk piala yang terdapat di seluruh permukaan tubuhnya.
Epidermis merupakan bagian tubuh yang
berhubungan langsung dengan lingkungan dan sistem somatis, mempunyai sejarah evolusi yang kompleks. Integumen sekalian hewan merupakan lapisan protektif yang menjaga lalulintas air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya secara bebas.
Epidermis
bagian dalam terdapat lapisan sel yang disebut stratum germinativum (lapisan malphigi). Lapisan ini sangat giat dalam melakukan pembelahan untuk menggantikan sel-sel bagian luar yang lepas dan untuk persediaan pengembangan tubuh. Dermis yang di dalamnya terkandung pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat memiliki struktur yang lebih tebal dan sel-sel yang susunannya lebih kompak dari pada epidermis. Derivat-derivat kulit juga juga dibentuk dalam lapisan ini. Lapisan
xxi
dermis berperan dalam pembentukan sisik pada ikan yang bersisik, dan derivat-derivat kulit lainnya.
Gambar 1. Struktur kulit ikan (Walker and Liem, 1994)
B. LENDIR Umumnya ikan yang tidak bersisik memproduksi lendir yang lebih banyak dan tebal dibanding dengan ikan yang bersisik. Ketebalan lendir yang meliputi kulit ikan dipengaruhi oleh kegiatan sel kelenjar yang berbentuk piala yang terletak di dalam epidermis.
Kelenjar ini akan memproduksi lendir lebih banyak pada saat tertentu,
misalnya pada saat ikan berusaha melepaskan diri dari bahaya/ genting dibanding pada saat atau keadaan normal. Lendir berguna untuk mengurangi gesekan dengan air supaya ia dapat berenang dengan lebih cepat, mencegah infeksi dan menutup luka, berperan dalam osmoregulasi sebagai lapisan semi-permiable yang mencegah keluar masuknya air melalui kulit. Pada beberapa ikan tertentu menggunakan lendir sebagai alat perlindungan pada saat terjadi kekeringan, misalnya ikan paru-paru (Protopterus) yang menanamkan diri pada lumpur selama musim panas dengan membungkus tubuhnya dengan lendir hingga musim penghujan tiba. Beberapa ikan yang menggunakan lendirnya untuk melindungi telur dari gangguan luar, misalnya anggota dari genus Trichogaster.
xxii
C. SISIK Bentuk, ukuran dan jumlah sisik ikan dapat memberikan gambaran bagaimana kehidupan ikan tersebut. Sisik ikan mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka macam, yaitu sisik ganoid merupakan sisik besar dan kasar, sisik cycloid dan ctenoid merupakan sisik yang kecil, tipis atau ringan hingga sisik placoid merupakan sisik yang lembut. Umumnya tipe ikan perenang cepat atau secara terus menerus bergerak pada perairan berarus deras mempunyai tipe sisik yang lembut, sedangkan ikan-ikan yang hidup di perairan yang tenang dan tidak berenang secara terus menerus pada kecepatan tinggi umumnya mempunyai tipe sisik yang kasar. Sisik scycloid berbentuk bulat, pinggiran sisik halus dan rata sementara sisik ctenoid mempunyai bentuk seperti sikloid tetapi mempunyai pinggiran yang kasar. Ikan yang bersisik keras biasanya ditemukan pada golongan ikan primitive, sedangkan pada ikan modern, kekerasan sisiknya sudah fleksibel. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis bahan yang dikandungnya. Sisik dibuat di dalam dermis sehingga sering diistilahkan sebagai rangka dermis. Ada beberapa jenis ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian tubuh tertentu saja. Seperti “paddle fish”, ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian operculum dan ekor.
Dan adapula yang hanya ditemukan sepanjang linea lateralis.
Ikan sidat
(Anguilla) yang terlihat seperti tidak bersisik, sebenarnya bersisik tetapi sisiknya kecil dan dilapisi lendir yang tebal. Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di dalamnya, sisik ikan dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu Placoid, Cosmoid, Ganoid, Cycloid dan Ctenoid.
Sisik Placoid Jenis sisik ini karakteristik bagi golongan ikan bertulang rawan (Chondrichthyes). Bentuk sisik tersebut menyerupai bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur sangkar. Sisik macam ini terdiri dari keping basal yang letaknya terbenam di bagian dermis kulit, dan suatu bagian yang menonjol berupa duri keluar dari permukaan epidermis.
Sisik tersebut merupakan struktur exoskeleton yang primitive yang
mempunyai titik perkembangan menuju ke lembaran sisik yang biasa terdapat pada osteichthyes yang terdiri atas lempeng dasar, tangkai sentral dan duri. Bagian yang lunak
xxiii
dari sisik ini (pulp) berisikan pembuluh darah dan saraf yang berasal dari dermis. Sisik placoid dibangunkan oleh dentine sehinnga sering disebut dermal denticle yang di dalamnya terdapat rongga pulpa. Pertumbuhan dari sisik placoid menyerupai pertumbuhan gigi, yaitu dimulai dengan adanya pengelompokan dari sel-sel dermis yang seterusnya akan tumbuh menjadi lebih nyata membentuk papila dermis yang mendesak epidermis yang ada di sebelah permukaan. Gigi ikan hiu merupakan derivate dari sisik.
Type sisik placoid dan pada ikan hiu
Sisik Cosmoid Sisik ini hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitive yang sudah punah dari kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan, yang berturut-turut dari luar adalah vitrodentine, yang dilapisi semacam enamel, kemudian cosmine yang merupakan lapisan terkuat dan noncellular, terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang. Pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang menutup prmukaan. Tipe sisik ini ditemukan pada jenis ikan Latimeria chalumnae .
Type sisik ganoid pada family Latimeriidae (lobefins)
xxiv
Sisik Ganoid Jenis sisik ini dimiliki oleh ikan-ikan Lepidosteus (Holostei) dan Scaphyrynchus (Chondrostei). Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan yakni lapisan terluar disebut ganoine yang materialnya berupa garam-garam an-organik, kemudian lapisan berikutnya dalah cosmine, dan lapisan yang paling dalam adalah isopedine. Pertumbuhan sisik ini dari bagian bawah dan bagian atas. Ikan bersisik type ini adalah antara lain, Polypterus, Lepisostidae, Acipenceridae dan Polyodontidae.
Type sisik ganoid pada family Acipenseridae (sturgeons)
Sisik Cycloid dan Ctenoid Sisik ini ditemukan pada golongan ikan teleostei, yang masing-masing terdapat pada golongan ikan berjari-jari lemah (Malacoptrerygii) dan golongan ikan berjari-jari keras (Acanthopterygii). Perbedaan antara sisik cycloid dengan ctenoid hanya meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa baris di bagian posteriornya. Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung dentine atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel dan transparan.
Penempelannya secara tertanam ke dalam sebuah kantung kecil di dalam
dermis dengan susunan seperti genting yang dapat mengurangi gesekan dengan air sehingga dapat berenang lebih cepat.
Sisik yang terlihat adalah bagian belakang
(posterior) yang berwarna lebih gelap daripada bagian depan (anterior) karena bagian posteriornya mengandung butir-butir pigmen (chromatophore).
Bagian anterior
(terutama pada bagian tubuh) transparan dan tidak berwarna. Perbedaan antara tipe sisik cycloid dengan ctenoid adalah pada bagian posterior sisik ctenoid dilengkapi dengan ctenii (gerigi kecil).
Focus merupakan titik awal perkembangan sisik dan biasanya
berkedudukan di tengah-tengah sisik.
xxv
Type sisik ctenoid
Type sisik cycloid
D. PEWARNAAN Sel khusus yang memberikn warna pada ikan ada dua macam yaitu Iridocyte (leucophore dan guanophore) dan Chromatophora. Iridocyte dinamakan juga sel cermin karena mengandung bahan yang dapat memantulkan warna di luar tubuh ikan. Warna pada ikan sangat dipengaruhi oleh schemachrome (konfigurasi fisik) dan biochrome (pigmen pembawa warna). Schemachrome warna putih ditemukan pada rangka, gelembung renang, sisik dan testes; biru dan ungu pada iris mata; warna pelangi pada sisik, mata dan membrane anus. Sedangkan tergolong ke dalam biochrome adalah: Carotenoid (kuning, merah dan corak lainnya); chromolipoid (kuning sampai coklat); indigoid (biru, merah dan hijau); melanin (hitam dan coklat); flavin (fluoresensi kehijau-hijauan); purin (putih atau keperak-perakan); pterin (putih, kuning, merah dan jingga). Ikan-ikan yang hidup di perairan bebas mempunyai warna tubuh yang sederhana, bertingkat dari keputih-putihan pada bagian perut, keperak-perakan pada sisi tubuh bagian bawah sampaiwarna kebiru-biruan atau kehijau-hijauan pada sisi atas dan kehitam-hitaman pada bagian punggungnya.
Ikan yang hidup di daerah dasar, bagian
dasar perutnya berwarna pucat dan bagian punggungya berwarna gelap. Misalnya pada kelompok ikan pari dan ikan seblah. Ikan-ikan yang hidupnya di sekitar karang memiliki warna yang cerah dan cemerlang misalnya ikan-ikan family Chaetodontidae, Achanturidae, Apogonidae dan sebagainya.
xxvi
Pemiripan warna secara umum antara ikan dan latar belakangnya baik secara perlahan maupun cepat merupakan karakteristik dasar ikan untuk menyamai lingkungan atau habitat mereka berada. Ikan laut memiliki warna tubuh yang bertingkat, di bagian dorsal berwarna biru, bagian sisi keperak-perakan, dan putih di bagian perut. Perubahan warna sering terjadi berhubungan dengan kondisi lingkungan seperti siang dan malam, musim dan keadaan habitat. Perubahan warna tersebut diatur oleh intraksi saraf dan hormon. Pewarnaan terpecah merupakan suatu upaya ikan untuk mengaburkan pandangan terhadap tubuh ikan. Bila tubuh permukaan ikan mempunyai garis-garis warna atau corak kontras yang tidak teratur, maka garis-garis tersebut akan cenderung mengaburkan pandangan hewan lain. Pada ikan kupu-kupu (Forcipinger longirostris) yang hidup di daerah karang mampu memcahkan warna tubuhnya menjadi bentuk organ tubuh, warna demikian dipergunakan untuk memecah bentuk atau mengaburkan bentuk asli ikan. Selain fungsinya sebagai penyamaran dan penyembunyian, pada beberapa ikan bentuk pewarnaanya justru cenderung sebagai pemberitahuan. Sejumlah anggota famili Percidae yang terdapat di air tawar dan sejumlah famili yang ditemukan di laut memiliki corak warna yang terang dan cemerlang sebagai pengenalan seksual.
E. ORGAN CAHAYA Cahaya yang dihasilkan ikan memiliki fungsi sebagai tanda pengenal individu yang sejenis, untuk mengikat mangsa, menerangi lingkungan, dan penciri ikan beracun. Umumnya ikan-ikan yang memiliki organ cahaya hidupnya pada daerah laut dalam (antara 300 – 1000 m ) dengan warna biru atau biru kehijau-hijauan yang biasa dikenal dengan bioluminescens . Namun telah ditemukan pula ikan laut yang hidup di perairan dangkal memiliki organ cahaya seperti, ikan leweri batu (Photoblepharon palpebratus) dan ikan leweri air (Anomalops katopron). Cahaya yang dikeluarkan berkedap-kedip secara teratur yang dikendalikan oleh organ cahaya yang keluar masuk suatu kantong pigmen hitam di bawah mata. Terdapat dua kelompok ikan berdasarkan sumber cahaya yang dikeluarkannya yaitu, kelompok ikan yang cahaya dikeluarkan oleh sel pada kulit ikan itu sendiri (photophore = potocyt) misalnya pada golongan elasmobranchii (Etmopterus,
xxvii
Benthobatis dan Spinax) dan pada golongan ikan teleostei (Batrachoididae dan Stomiatidae). Kelompok kedua adalah ikan yang mengeluarkan cahaya dari bakteri yang bersimbiose dengannya, misalnya pada ikan-ikan family Monocentridae, Gadidae, Leognathidae, Serranidae dan Macroridae. Bakteri yang dapat mengeluarkan cahaya terdapat di dalam kantung kelenjar epidermis. Pemantulan cahaya yang dikeluarkan bakteri tersebut diatur oleh jaringan yang berfungsi sebagai lensa. Pada bagian yang berlawanan dengan lensa terdapata banyak pigmen yang berfungsi sebagai pemantul. Pemancaran cahaya yang dikeluarkan oleh bakteri diatur oleh kontraksi pigmen yang berfungsi sebagai iris mata. Pada ikan-ikan yang hidup di laut dalam, pengeluaran cahayanya mempunyai peranan dalam pemijahan. Pada musim pemijahan, ikan jantan berusaha membimbing betina untuk mencari tempat yang baik untuk memijah.
Cahaya yang dikeluarkan
memiliki kekuatan panjang gelombang 400-600 mµ yang dapat menerangi sejauh 10 meter. Anglerfishes (Linophyrin brevibarbis) yang terdapat di laut dalam mempunyai tentakel yang bercahaya.
Diduga pada tentakelnya mempunyai kultur bakteri yang
terdapat pada kulitnya. Tentakel yang ujungnya mempunyai jaringan jaringan yang membesar itu digosokkan di atas kultur bakteri tersebut, sehingga bakteri yang bercahaya terbawa oleh tentakel untuk menarik perhatian mangsanya.
E. KELENJAR BERACUN Kelenjar beracun pada ikan merupakan derivate dari kulit yang merupakan modifikasi kelenjar yang mengeluarkan lendir. Ikan-ikan yang kelejar integumennya mengandung racun umumnya dipergunakan ikan untuk mempertahankan diri, menyerang dan mencari makanan. Pada ikan lepu (Synanceia verrucosa dan Pterois volitans) memiliki alat beracun pada daerah jari-jari keras sirip punggung, sirip dubur dan sirip perut. Umumnya ikan lepu ini tinggal di dasar perairan yang dangkal berpasir atau berkarang dan pada daerah terdapat vegetasi lamun. Gerakannya lamban dengan warna permukaan tubuh yang mirip dengan dasar perairan menyebabkan ikan ini sulit untuk dilihat. Beberapa jenis dari ikan memiliki racun yang dapat mematikan manusia, misalnya jenis Synanceia horrida.
xxviii
Pada ikan pari (Dasyatis) kelenjar racunnya terdapat pada duri di ekornya. Duri ini tersusun dari bahan yang disebut vasodentine. Sepanjang kedua sisi duri tersebut terdapat gerigi yang bengkok ke belakang. Duri tersebut ditandai oleh adanya sejumlah alur dangkal yang sepanjang tepi alur terdiri celah berupa jaringan kelabu “spongi”, lembut meluas sepanjang celah panjang yang berfungsi sebagai jaringan tempat dihasilkannya racun. Ikan baronang (Siganus) memiliki kelenjar beracun yang terdapat pada 13 jari-jari keras sirip punggung, 4 jari-jari keras sirip perut da 7 jari-jari keras sirip dubur. Ikan-ikan yang system integumennya mengandung kelenjar beracun antara lain ikan lele dan sebangsanya (Siluroidea) dan golongan Elasmobranchii (Chimaeridae, Myliobathidae dan Dasyatidae). Beberapa jenis ikan buntal (Tetraodontidae) juga dikenal beracun, tetapi racunnya bukan berasal dari system integumennya, melainkan dari kelenjar empedu. Studi tentang racun ikan dikenal dengan ichthyotoxisme. Ilmu ini mempelajari tentang racun yang dikeluarkan oleh ikan serta gejala keracunan dengan aspek- aspeknya. Ichthyotoxisme meliputi Ichthyosarcotoxisme yang mempelajari berbagai macam keracunan akibat makan ikan beracun dan Ichthyoacanthotoxisme yang mempelajari sengatan ikan berbisa.
INDIKATOR PENILAIAN 1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%) 2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%) 3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)
BAB III. PENUTUP Sistem Integumen terdiri dari kulit yang sebenarnya dan derivat-derivatnya. Gigi pada ikan hiu, scute, keel dan beberapa tulang tengkorak pada ikan merupakan modifikasi dari sisik.
Sistem integumen pada ikan, maka memiliki fungsinya bermacam-macam
xxix
pula, antara lain: pelindung terhadap gangguan mekanis, fisis, organis atau penyesuaian diri terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupannya, termasuk pelindung terhadap hewan lain yang merupakan musuhnya; kulit juga digunakan sebagai alat ekskresi dan osmoregulasi dan sebagai alat pernapasan pada beberapa jenis ikan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
G. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB H. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley & Sons, New York I. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi J. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. K. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York. L. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas Perikanan, IPB
xxx
MODUL III JUDUL : SISTEM URAT DAGING BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerjaan urat daging atau otot untuk setiap aktifitas kehidupan hewan seharihari sangat penting. Dari mulai gerakan tubuh hingga kepada peredaran darah, kegiatan utama gerakan tubuh disebabkan karena keaktifan otot tersebut. Secara fungsional otot ini dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang dibawah rangsangan otak dan yang tidak dibawah rangsangan otak. Pada prinsipnya ikan mempunyai tiga macam urat daging atau otot berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu: otot polos, otot bergaris, dan otot jantung.
Dari
penempelannya juga bisa dibedakan menjadi dua yaitu otot menempel pada rangka yaitu otot bergaris dan yang tidak menempel pada rangka yaitu otot jantung dan otot polos.
B. Ruang Lingkup Isi - Urat Daging Licin - Urat Daging Jantung - Urat Daging Bergaris - Organ Listrik
C. Kaitan Modul Modul ini merupakan modul ke tiga yang membahas tentang sistem urat daging (sistem otot) dan hubungannya dengan pergerakan kan. Modul ini dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul sebelumya yaitu sistem integumen pada ikan.
D. Sasaran Pembelajaran Modul Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat: 4. Menjelaskan fungsi sistem otot 5. Menjelaskan hubungan sistem otot dengan pergerakan ikan
xxxi
BAB II. PEMBAHASAN A. OTOT POLOS (Urat Daging Licin) Serabut otot polos lebih sederhana dan kecil dibandingkan dengan serabut otot lainnya.
Serabut ini tumbuh dari mesenchim embrio.
Secara primer berasal dari
mesoderm dengan disertai sel-sel jaringan ikat, kemudian berkembang menjadi otot polos. Kerja otot polos ini disebut involuntary karena kerjanya tidak dipengaruhi oleh rangsangan otak. Serabut otot polos pada umumnya tersusun dalam ikatan, tetapi banyak pula yang tersebar. Kontraksi otot ini lambat dan kerjanya lama. Otot polos antara lain terdapat pada: 1. Otot polos yang terdapat pada dinding saluran pencernaan, baik yang melingkar maupun yang memanjang.
Otot ini digunakan untuk menggerakkan makanan
(gerakan peristaltik); yang lainnya ditemukan pada saluran kelenjar pencernaan, kantung urine, trakhea dan bronkhi dari paru-paru. 2. Otot polos yang terdapat pada saluran peredaran darah, yaitu urat daging melingkar berguna untuk mengatur tekanan darah. 3. Otot polos yang terdapat pada mata yang digunakan dalam mengatur akomodasi dengan menggerakkan lensa mata dan mengatur intensitas cahaya. 4.
Otot polos yang terdapat pada saluran ekskresi dan reproduksi digunakan dalam menggerakkan produk yang ada di dalamnya.
B. OTOT JANTUNG (Urat Daging Jantung) Jaringan otot jantung memperlihatkan garis-garis melintang pada serabutnya. Pada otot ini tidak ada serabut yang terpisah, masing-masing berhubungan satu sama lainnya. Otot jantung berkonttraksi kuat dan terus menerus bekerja, sampai individu ini mati. Kerja otot jantung ini sifatnya involuntary karena bekerja diluar rangsangan otak. Secara embriologi, otot jantung merupakan tipe istimewa dari otot polos, dimana sel-selnya menjadi bersatu seperti syncytium. Otot ini berwarna merah tua, berbeda dengan otot bergaris yang berkisar antara warna putih hingga warna merah jambu bergantung pada jenis ikannya. Otot ini disebut
xxxii
pula sebagai myocardium. Myocardium ini dilapisi oleh selaput pericardium (selaput luar) dan endocaardium (selaput dalam).
C. OTOT BERGARIS (Urat Daging Bergaris) Disebut otot bergaris karena serabutnya memperlihatkan garis-garis melintang dengan banyak inti tersebar pada bagian-bagian pinggirnya. Otot ini disebut juga otot rangka karena melekat pada rangka atau kulit, dan disebut voluntary karena kerjanya dipengaruhi oleh rangsangan otak. Bila dilihat secara keseluruhan, otot bergaris pada seluruh tubuh ikan terdiri dari kumpalan blok otot atau urat daging. Tiap-tiap blok otot dinamakan myotome (pada saat embryo disebut myomer). Pada urat daging yang menempel pada tubuh ikan sebelah kiri dan kanan, dari belakang kepala sampai ke batang ekor myotome tersusun menurut pola tertentu yang biasa dibedakan menjadi dua tipe yaitu, Cyclostomine yang ditemukan pada kelompok agnatha dan Piscine yang ditemukan pada kelompok ikan Elasmobranchii dan Teleostei
(Gambar1).
Kumpulan otot ini, biasanya diberi nama sesuai dengan
pergerakannya atau organ tempat otot itu melekat, seperti otot penegak sirip punggung, otot penarik sirip dada. Pola kontruksi otot-otot parietal terdiri dari urutan myomere yang zig-zag diikat oleh myoseptum yaitu bagian jaringan ikat yang membatasi antara myomer berurutan. Myomer terbentang mulai dari tengkorak sampai ujung ekor yang berdaging. Setiap myomer terdiri dari bagian dorsal yang disebut epaksial dan bagian ventral disebut hypaksial (Gbr. 1). Keduanya dipisahkan oleh jaringan ikat yang disebut horizontal skeletogeneus septum (gambar 2). Di bagian permukaan selaput ini terdapat urat daging yang menutupinya dinamakan Musculus lateralis superficialis yang banyak mengandung lemak dengan istilah lain disebut red muscle karena warnanya yang merah kehitaman. Umumnya serabut otot mengarah anteroposterior, tetapi beberapa serabut hypoksial dari setiap myomer tersusun serong ventromedial. Kontraksi dari kelompok myomer di satu pihak akan disambut oleh kontraksi kelompok myomer di lain pihak, menyebabkan tubuh ikan menjadi meliuk-liuk dalam gerakan berenang.
xxxiii
Gambar 1. Potongan melintang tubuh ikan
Gambar 2. Urat daging permukaan sirip perut ikan tulang sejati dan tulang rawan
xxxiv
Pada umumnya kerja otot memiliki fungsi ganda, ada yang berfungsi sebagai synergis yang bekerja saling menyokong dengan yang lainnya, ada pula yang berfungsi sebagai antagonis yang bekerja berlawanan, yaitu satu berkontraksi dan yang lainnya mengendur. Bagian-bagian besar otot bergaris pada tubuh ikan ada empat, yaitu: 1. Otot ocolomotor, yang terdapat pada mata dengan jumlah tiga pasang 2. Otot hypobranchial, terdapat pada dasar pharynx, rahang, hyoid dan lengkung insang (berfungsi sebagai pengembang). 3.
Otot branchiomeric yang terdapat pada muka, rahang dan lengkung insang
(berfungsi sebagai pengkerut). Otot yang bekerja terhadap rawan insang pada hiu ialah kelompok otot branchial yang terdiri dari otot-otot konstriktor, levator dan interakualia. 4. Otot appendicular yang berfungsi untuk menggerakkan sirip. Pada daerah sirip berpasangan (sirip perut dan sirip dada), otot-ototnya melanjutkan diri ke dinding tubuh, terjadi pelekatan ikatan otot hypaksial dari beberapa myomer yang berurutan ke gelang anggota dan menyebar pada sirip, membentuk dua macam kelompok otot yaitu Abductor (untuk menegakkan) dan Adductor (untuk mengembangkan), dengan beberapa tambahan seperti lembaran otot tipis yang di antara jari-jari sirip (untuk melipat) dan otot yang menegang dan menggerakkan girdle. Dalam beberapa hal, sirip berpasangan selain berfungsi untuk pergerakan, juga sebagai alat untuk menyalurkan sperma dari ikan jantan kepada betina pada golongan ikan Elasmobranchii, sehingga urat daging di sini pun berfungsi sebagai pendorong sperma keluar. Otot sirip-sirip tunggal berfungsi untuk menggerakkan sirip-sirip tersebut. Otototot permukaan pada sirip punggung dan sirip dubur disusun sebagai pasangan otot protractor (penegang) dan retractor (pengendur). Urat daging inclinator lateral dan urat daging erector di bagian depan serta depressor di bagian belakang .
Sirip ekor
mempunyai gumpalan otot lateral yang dihubungkan oleh otot pada bagian dasarnya. Otot
ekor
berfungsi
menggerakkan
(dorsal
flexor
dan
ventral
flexor)
dan
mengembangciutkan seperti kipas (flexor, interfilamental di antara jari-jari sirip)
xxxv
Pada kepala ikan, otot berhubungan terutama dengan rahang dan tulang lengkung insang. Otot ini mempunyai dua komponen, yaitu komponen urat daging permukaan (superficialis) dan komponen otot di bagian dalam.
D. ORGAN LISTRIK Pada beberapa Elasmobranchii dan Teleostei, otot-otot tertentu sudah jauh berubah atau merupakan modifikasi dari sel-sel otot yang dapat menghasilkan, menyimpan, dan mengeluarkan muatan listrik. Jumlah ikan yang diketahui mempunyai organ listrik kira-kira 500 spesies yang tergolong dalam tujuh family Chonrichtheys dan Osteichthyes.
Organ listrik ini dapat ditemukan pada ekor (ikan pari listrik), di bawah
kulit (Teleostei), pada sirip, di belakang mata (star-gazer), atau pada sebagian besar permukaan tubuh (belut listrik). Pada umumnya organ listrik ini berasal dari otot yang memiliki ragam penampilan, lokasi, struktur, dan juga fa’alnya. Ikan yang hidup pada daerah beriklim sedang mempunyai voltage yang lebih tinggi dari pada ikan yang hidup pada daerah dingin.
Pada umumnya ikan laut
mempunyai voltase tinggi dibanding ikan air tawar, kecuali
”electric eel”
(Electrophoros) dan ” electric cat fish” (Malapterurus electricus). Ikan yang memiliki organ listrik bervoltase tinggi, organ listriknya berfungsi sebagai senjata untuk bertahan terhadap serangan predator dan alat untuk mencari makan, contohnya, Electrophorus electricus, Torpedo nobilian, Malapterurus electricus. Sedangkan ikan bervoltase rendah, organ listriknya berfungsi sebagai bagian dari sistem electrosensory dan dapat bula berfungsi sebagai alat komunikasi antar ikan, contohnya, Mormyrus rume, Gymnotus carapo, Gymnoranchus niloticus, Raja clavata.
Organ-
organ tersebut berasal dari kelompok otot branchiomer, sebab diatur oleh saraf kranial ke 7 dan ke 9. Ikan Raja dan Electrophorus, organ listriknya terletak pada ekor dan berubah dari kelompok otot hypaksial. Pada Electrophorus electricus (belut laut), organ listriknya mengeluarkan muatan listrik antara 350 - 650 volt. Ikan ini memiliki ukuran tubuh hingga panjang 3 meter, termasuk ikan dengan pergerakan lamban dan hidup pada daerah yang visibiltasnya rendah.
Pada ikan Torpedo nobilian yang hidupnya di dasar laut
xxxvi
dengan pergerakannya lamban, mengeluarkan cahaya sampai 220 volt. Malapterurus electricus, hidup di sungai yang gelap di benua Afrika, panjangnya bisa sampai satu meter dan dapat mengeluarkan muatan listrik sebesar 350 volt (Bond, 1979). Komunikasi, orientasi, dan deteksi terhadap mangsa merupakan fungsi yang paling umum dari organ listrik. Pada beberapa spesies, organ listrik dipergunakan juga untuk menyerang lawan atau mempertahankan diri, bahkan ikan-ikan besarpun dapat dilemahkan dengan muatan listrik yang lebih kuat.
Ikan-ikan listrik memancarkan
muatan yang tetap, dan sangat sensitif terhadap gangguan-gangguan yang dihasilkan oleh obyek di dalam medan listrik dekat tubuhnya. Unit fungsional organ listrik adalah electroplaks,
berupa sel berinti banyak,
berbentuk uang logam besar. Umumnya sebelah permukaannya datar melipat-lipat kecil; mitokhondria terkonsentrasi di bawah selaput ini. Permukaan datar yang sebelahnya lagi penuh dengan saraf-saraf yang masuk. Beratus bahkan beribu-ribu electroplaks bertumpuk membentuk batang, dan banyak batang-batang terdapat dalam satu organ. Dalam stadium istirahat, potensial listrik tumbuh antara permukaan dalam (negatif) dan permukaan luar dari setiap electroplaks. Jika organ tersebut dirangsang oleh sarafnya, potensial listrik sejenak berbalik dengan demikian arus listrik melampaui potensial istirahatnya.
INDIKATOR PENILAIAN 1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%) 2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%) 3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)
BAB III. PENUTUP Sistem urat dagin atau sistem otot pada ikan secara fungsional otot ini dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang dibawah rangsangan otak dan yang tidak dibawah rangsangan otak.
Pada prinsipnya ikan mempunyai tiga macam urat daging atau otot
xxxvii
berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu: otot polos, otot bergaris, dan otot jantung. Dari penempelannya juga bisa dibedakan menjadi dua yaitu otot menempel pada rangka yaitu otot bergaris dan yang tidak menempel pada rangka yaitu otot jantung dan otot polos.
DAFTAR PUSTAKA M. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB N. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley & Sons, New York O. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi P. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Q. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York. R. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas Perikanan, IPB
xxxviii
MODUL IV JUDUL : SISTEM RANGKA BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem rangka merupakan suatu system yang dibangun oleh struktur-struktur keras dari tubuh yang bersifat menyokong dan melindungi.
Rangka pada ikan seperti
halnya pada golongan vertebrata lainnya berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang dan menyokong organ-organ tubuh serta berfungsi pula dalam proses pembentukan butir darah merah.
Pada beberapa ikan modifikasi tulang penyokong sirip menjadi penyalur
sperma ke dalam saluran reproduksi ikan betina.
Secara tidak langsung rangka
menentukan bentuk tubuh ikan yang beraneka ragam. Rangka yang menjadi penegak tubuh ikan terdiri dari tulang rawan dan tulang sejati. Tulang rawan pada banyak vertebrata, kecuali cyclostomata dan elasmobranchii merupakan jaringan embrional. Hal ini dimungkinkan karena dapat memberikan sifat ringan dan kelenturan yang diperlukan oleh dinamika pertumbuhan. Sebagian besar rangka osteichtyes pada mulanya dibentuk melalui tahap tulang rawan, kemudian materialnya menjadi tulang sejati dalam bentukbentuk yang khusus melalui proses osifikasi.
B. Ruang Lingkup Isi - Rangka Axial - Rangka visceral - Bentuk Tubuh Ikan
C. Kaitan Modul Modul ini merupakan modul ke empat yang membahas tentang sistem rangka pada ikan serta fungsi derivat-derivatnya. Modul ini
dijelaskan setelah mahasiswa
memahami modul sebelumya yaitu sistem urat daging atau sistem otot pada ikan.
D. Sasaran Pembelajaran Modul
xxxix
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat: 6. Menjelaskan lima macam bentuk tubuh ikan 7. Menjelaskan fungsi rangka dan derivat-derivatnya
BAB II. PEMBAHASAN A. Rangka Axial Rangka axial terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung dan tulang rusuk. Secara umum perkembangan embrionik tengkorak ikan berasal dari tiga sumber, yaitu chondrocranium (neurocranium), dermocranium dan splanchoranium. Chondrocranium adalah pembungkus otak yang pada mulanya berasal dari tulang rawan kemudian akan berganti menjadi tulang sejati. Pada waktu embrio, tengkorak dibentuk dari sepasang rawan parachordal yang sejajar dengan ujung depan notochorda dan sepasang rawan trabeculae yang terletak di bagian anterior rawan parachordal. Setiap rawan parachordal mengadakan perkembangan dan meluas pada tiap-tiap sisinya ke bagian anterior sampai ke kapsul optik membentuk basal plate (Bond, 1979). Pada elasmobranchii, seluruh bagian otak dibungkus oleh tulang rawan yang massif tanpa batas yang nyata seperti biasanya pada terdapat pada vertebrata lainnya. Kapsul optic dan nasal bersatu dengan chondrocranium, akan tetapi kapsul optic tetap bebas sehingga mata degan bebas dapat digerakkan. Saraf dan pembuluh darah yang berhubungan otak melalui lubang-lubang yang terdapat pada dinding chondrocranium. Pada golongan ikan teleostei yang rendah tingkatannya, masih terdapat rawan pada pada neurocranium tetapi pada golongan ikan yang lebih tinggi tingkatannya tulang tengkorak telah mengalami proses osifikasi dengan baik. Keping-keping tulang yang mengelilingi kapsul sensori berhubungan erat dengan osifikasi neurocranium. Tiap-tiap organ sensori dikelilingi oleh rangkaian tulang untuk berkembang. Umumnya tulang dermal membentuk atap tengkorak. Sepasang tulang parietal terletak di daerah atap tengkorak paling belakang, di depan supaoccipita. Sepasang tulang frontal yang merupakan keping dermal yang luas berkembang tepat di depan tulang parietal. Di depannya terdapat tulang nasal yang bentuknya memanjang dan
xl
terletak di antara dua lubang hidung. Sepasang tulang lacrimal terdapat pada bagian anterior sisi tengkorak. Rahang atas terdiri dari tulang premaxilla, maxilla, jugal dan quadratojugal. Premaxilla dan maxilla pada beberapa ikan buas dilengkapi dengan gigi-gigi tajam. Tulang dermal yang terdapat pada langit-langit mulut ialah prevomer, endopterygoid, ectopterygoid, palatine (masing-masing terdiri dari satu pasang) dan sebuah parasphenoid. Tulang dermal pada rahang bawah ialah dentary yang dilengkapi gigi-gigi, splenial, angular dan articular. Pada golongan Osteichtheys terdapat tulang dermal yang menjadi penutup insang, yaitu operculum, suboperculum, preoperculum dan interoperculum. Di bawah rahang terdapat branchiostegal dan urohyal yamg merupakan tulang penyokong keeping tutup insang (Gambar 6.1)
A
B
Gambar. 1. Diagram tulang pipih dan tulang tengkorak ikan ikan tuna (Gymnosarda unicolor: sumber Collette & Chao 1975)
Tulang punggung pada daerah badan berbeda dengan yang terdapat pada daerah ekor. Tiap-tipa ruas di daerah badan dilengkapi oleh sepasang tulang rusk kiri dan kanan xli
untuk melindungi organ-organ di dalam ronga badan. Pada batang ekor tiap-tiap ruasnya di bagian bawah hanya terdapat satu cucuk haemal. Di bagian atas ruas tulang punggung terdapat cucuk neural (gambar. 2).
Gambar 2. Ruas tulang punggung ikan
B. Rangka Visceral Rangka visceral terdiri dari struktur tulang yang menyokong insang dan mengelilingi pharynx. Struktur ini terdiri dari tujuh tulang
lengkung insang. Duan lengkung insang yang pertama menjadi bagian dari tulang-tulang tengkorak. Sedangkan lima lainnya berfungsi sebagai penyokong insang. Pada ikan hiu lengkung insang terdiri dari beberapa potong rawan yang digabungkan menjadi jeruji basal. Potongan dorsal (Pharyngobranchial) diikuti oleh epibranchial, ceratobranchial dan hypobranchial dengan basibranchial yang memanjang sepanjang ventral.
C. Morfologi Ikan Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan dan pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat, diingat dalam mempelajari dan mengidentifikasi ikan.
xlii
Bentuk luar ikan seringkali mengalami perubahan dari sejak larva sampai dewasa misal dari bentuk bilateral simetris pada saat masih larva berubah menjadi asimetris pada saat dewasa. Bentuk tubuh ikan merupakan suatu adaptasi terhadap lingkungan hidupnya atau merupakan pola tingkah laku yang khusus. Secara umum, Moyle & Cech (1988) mengkatergorikan ikan ke dalam enam kelompok yaitu: 1. Rover predator (predator aktif). Misalnya family Lutjanidae, Scombridae 2. Lie-in-wait predator (predator tak aktif). Misalnya family Esocidae, Belonidae, Centropomidae dll. 3. Surface-oriented fish (ikan pelagik). Misalnya, family Carangidae 4. Bottom fish (ikan demersal). Misalnya, family Psettodidae, Bothidae, Pleuronectidae, Soleidae, dll 5. Ikan bertubuh bulat besar, sepeti belut. Misalnya, Muraenidae, Congridae, Opichthydae, dll
Predator aktif. Ikan ini mempunyai bentuk tubuh yang langsing/lurus (fusiform), dengan mulut di ujung (terminal) dan batang ekor menyempit/kecil dengan bentuk ekor cagak atau bulan sabit. Ikan-ikan kelompok ini selalu bergerak dan mengejar mangsa, contoh ikan tuna. Bentuk tubuh dari ikan predator aktif sangat khas di perairan mengalir. Predator tak aktif Merupakan kelompok ikan piscivora yang mempunyai bentuk tubuh yang cocok untuk menangkap mangsa dengan cara menghadang ikan-ikan perenang cepat. Tubuh berbentuk ramping/lurus memanjang seringkali beebentuk sepertik torpedo. Kepala berbentuk rata dengan mulut yang besar dan bergigi. Sirip ekor cenderung membesar dengan sirip punggung dan anal berada jauh dibelakang badan dan letaknya segaris. Susunan sirip ikan seperti ini memberikan daya dorong pada saat ikan ini akan meluncur dengan cepat untuk menangkap mangsa yang lewat. Kelompok ikan ini antara lain ikanikan air tawar Esocidae, Belonidae, Centropomidae. Ikan pelagik
xliii
Ikan ini umumnya berukuran kecil, bentuk mulut superior, kepala berbentuk pipih datar dengan mata lebar dan sirip punggung berada di bagian belakang badan. Morfologi dari ikan ini sesuai untuk menangkap plankton dan ikan-ikan kecil yang hidup di dekat permukaan air, atau insekta yang berada di permukaan contoh ikan Gambusia, Fundulus. Ikan demersal mempunyai bentuk tubuh yang beragam. Gelembung renang dari ikan-ikan kelompok ini mereduksi atau tidak ada. Ikan demersal terbagi menjadi 5 tipe yaitu (i) ikan dasar yang aktif mempunyai bentuk tubuh seperti ikan predator aktif tetapi bentuk kepala rata, mempunyai punuk dan sirip dada yang lebih besar. (ii) ikan yang melekat di dasar merupakan ikan-ikan kecil dengan bentuk kepala rata, sirip dadap membesar dengan struktur yang memungkinkan ikan ini berada di dasar perairan. Struktur ikan ini banyak dijumpai di perairan berarus cepat atau daerah intertidal yang mempunyai arus air yang kuat. (iii) ikan bottom- hider mempunyai kesamaan respon dengan ikan pelekat tetapi tidak mempunyai alat pelekat dan cenderung mempunyai bentuk tubuh yang memanjang dengan kepala lebih kecil. Bentuk seperti ini lebih menyukai hidup di bawah batu-batuan, celah-celah. (iv) flatfish merupakan ikan dengan morfologi yang unik. Bentuk tubuh membulat dengan mulut berada dibagian ventral yang sangat memungkinkan untuk dapat mengambil makanan di dasar perairan, spirakula berada di bagian atas dari kepala. (v) ikan bentuk rattail mempunyai tubuh bagian belakang memanjang seperti ekor tikus, kepala besar dengan hidung yang sangat jelas dan sirip dada besar. Umumnya, ikan seperti ini berada di laut dalam. Ikan-ikan ini merupakan ikan pemakan bangkai dan memangsa invertebrata bentik. Ikan berbadan membulat Ikan ini mempunyai ukuran tubuh 1/3 dari panjang standar (jarak antara hidung hingga pangkal ekor). Sirip punggung dan sirip anal memanjang dan sirip dada terletak lebih tinggi sedangkan sirip pelvik lebih rendah dari badan. Mulut kecil dan dapat disembulkan, mempunyai mata yang besar dan hidung pendek. Ikan dengan bentuk badan seperti belut
xliv
mempunyai badan yang panjang dengan bentuk kepala tumpul, ekor meruncing atau membulat. Jika dijumpai sirip-sirip yang berpasangan misal sirip dada biasanya kecil sedangkan sirip punggung dan sirip anal sangat panjang. Sisik berukuran sangat kecil atau tidak ada sama sekali. Ikan-ikan ini seringkali berada di celah-celah atau lobang dari karang atau batuan.
INDIKATOR PENILAIAN 1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%) 2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%) 3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)
BAB III. PENUTUP Rangka pada ikan seperti halnya pada golongan vertebrata lainnya berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang dan menyokong organ-organ tubuh serta berfungsi pula dalam proses pembentukan butir darah merah.
Pada beberapa ikan modifikasi
tulang penyokong sirip menjadi penyalur sperma ke dalam saluran reproduksi ikan betina. Secara tidak langsung rangka menentukan bentuk tubuh ikan yang beraneka ragam. Rangka yang menjadi penegak tubuh ikan terdiri dari tulang rawan dan tulang sejati. Tulang rawan pada banyak vertebrata, kecuali cyclostomata dan elasmobranchii merupakan jaringan embrional. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan dan pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat, diingat dalam mempelajari dan mengidentifikasi ikan.
DAFTAR PUSTAKA S. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB
xlv
T. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley & Sons, New York U. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi V. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. W. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York. X. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas Perikanan, IPB
xlvi
MODUL V JUDUL : SISTEM PENCERNAAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mencernakan makanan merupakan suatu proses di dalam tubuh organisme yang mengubah
atau menyederhanakan bahan-bahan makanan yang dapat diserap oleh
dinding usus yang berguna bagi tubuh.
Sistem pencernaan meliputi organ yang
berhubungan dengan pengambilan makanan, mekanismenya dan penyediaan bahan-bahan kimia, serta pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak tercernakan keluar dari tubuh.
B. Ruang Lingkup Isi - Alat Pencernaan pada ikan - Cara makan pada ikan - Rangsangan makanan
C. Kaitan Modul Modul ini merupakan modul ke lima yang membahas tentang sistem pencernaan makanan pada ikan.
Modul ini
dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul
sebelumya yaitu sistem integumen, sistem otot dan sistem rangka pada ikan.
D. Sasaran Pembelajaran Modul Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat: 8. Menjelaskan organ-organ pencernaan pada ikan secara umum dan fungsinya masing-masing 9. Menguraikan perbedaan secara anatomis ikan herbivora, kamnivora dan omnivora 10. Menguraikan alat pencernaan makanan dan modifikasi tertentu pada ikan
BAB II. PEMBAHASAN
xlvii
A. ALAT PENCERNAAN MAKANAN Alat-alat pencernaan makanan secara berturut-turut dari awal makanan masuk ke mulut dapat dikemukakan sebagai berikut: mulut, rongga mulut, pharynx, esophagus, lambung, pylorus, usus dan anus. Dalam beberapa hal terdapat adaptasi alat-alat tersebut terhadap makanan dan kebiasaan makannya.
Organ pencernaan ini dilengkapi dan
dibantu oleh hati dan pancreas.
Mulut dan Rongga Mulut Organ ini merupakan bagian depan dari saluran pencernaan, berfungsi untuk mengambil makanan yang biasanya ditelan bulat-bulat tanpa ada perubahan. Lendir yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar dari epithel rongga mulut akan bercampur dengan makanan, memperlancar proses penelanan makanan yang dibantu oleh kontraksi otot dinding mulut. Rongga mulut Amphioxus menyimpang jauh dari kepunyaan Craniota. Pada hewan ini pinggiran lubang mulut mempunyai 12-20 pasang tentakel yang dilengkapi dengan rambut getar dan indra. Pada mulut bagian belakang terdapat sekat melintang yang disebut velum, ditembus oleh lubang yang berhubungan dengan farings. Ikan pada umumnya, rongga mulut meneruskan diri menjadi farings, yang mempunyai beberapa kantung insang. Menelan makanan pada ikan merupakan gerakan rangka visceral karena kerja dari otot visceral. Pada Amphioxus tidak dilengkapi lidah sedangkan pada Cyclostomata lidahnya hampir tidak ada. Petromizon lidahnya berfungsi seperti alat penghisap, ikan ini melekat dengan corong mulut pada pada ikan lain, dan dengan gigi tanduk dari lidah ia memarut kulit dan daging dari mangsanya. Pada Myxinoidea gigi tanduk dari lidah digunakan untuk mengebor kulit kulit ikan mangsanya, kemudian ia masuk ke dalamnya dan hidup sebagai parasit. Lidah ikan merupakan suatu peninggian dari dasar mulut yang diselaputi oleh selaput lendir, disokong oleh rangka Hiobrankhial yang tidak dapat bergerak tanpa adanya kelenjar.
xlviii
Pada umumnya mulut ikan terletak di ujung depan kepala, yang dinamakan tipe terminal. Pada ikan yang lain, mulut terletak pada bagian atas (tipe superior), di bagian bawah kepala (tipe inferior), dan ada pula dekat ujung bagian kepala (tipe subterminal). Selain letak yang berbeda-beda, bentuk mulutpun bermacam-macam. Bentuk dan letak mulut ini sangat erat kaitannya dengan macam makanan yang menjadi kesukaan ikan. Mulut tipe superior mendapatkan makanan dari permukaan atau menunggu pada dasar perairan untuk menangkap mangsa yang lewat di atasnya. A
B
C
Tipe mulut: A. Terminal; B. Sub-terminal; C. Superior
Ukuran mulut ikan dapat memberilkan petunjuk terhadap kebiasaan makan, terutama bila dikaitkan dengan ukuran dan tempat gigi berada.
Ikan-ikan cucut
dilengkapi dengan mulut yang lebar dan gigi tajam, yang menandakan mereka termasuk golongan predator terhadap mangsa yang berukuran agak besar yang mungkin bisa ditelan seutuhnya. Beberapa ikan cucut mempunyai pengaturan geligi yang menjadikan mereka dapat menggigit gumpalan besar binatang yang terlalu besar untuk ditelan begitu saja. Demikin pula dengan ikan baraccuda (Sphyraena) dan piranha (Serrasalmus). Ikan yang menelan sepotong kecil makanan biasanya mempunyai bibir yang relative kecil tanpa modifikasi. Pada ikan yang mendapatkan makanan dengan cara mengisap, mereka mempunyai mulut tipe inferior dan bibir yang berdaging tebal. Bibir pengisap ikan perenang bebas berfungsi sebagai organ pencekram batu atau benda-benda lain pada sungai berarus deras misalnya, Glyptosternus, Gyrinocheilus dan beberapa anggota family Loricariidae (Lagler et al., 1997). Pada ikan lamprey yang parasitic, mulut pengisap tak berahang bertindak sebagai sebagai alat pencengkram agar menempel pada inangnya dan mengambil makanan dari inangnya.
xlix
Mulut seringkali dilengkapi dengan sungut yang bentuk dan jumlahnya sangat bervariasi. Sungut ini berfungsi sebagai alat peraba ketika ikan tersebut mencari makan. Sungut dilengkapi dengan saraf, untuk menemukan makanan di antara material yang ada. A
B
C
Berbagai bentuk mulut: A. Mulut dapat yang dapat disembulkan; B. Mulut gergaji; C. Mulut tabung
Geligi Adaptasi terhadap makanan juga terjadi pada gigi.
Pada cyclostomata dan
ostracodermata tidak mempunyai gigi sebenarnya, sebab hewan ini mempunyai gigi tanduk yang dihasilkan oleh epidermis. Gigi sebenarnya homolog dengan sisik placoid, yang mungkin timbul dari sisik yang menutupi bibir seperti pada ikan hiu muda (Squaliformes) dimana sisik placoid menjadi gigi pada rahang. Osteichtheys mempunyai tiga jenis gigi berdasarkan tempat tumbuhnya: rahang, rongga mulut dan pharyngeal. Di daerah rahang gigi tumbuh pada premaxilla, maxilla dan dentary. Pada langit-langit rongga mulut, gigi terdapat pada vover, palatine, pterygoid dan parasphenoid. Gigi juga terdapat pada tulang glossohyal (tulang lidah) dan basibranchial di antara insang. Gigi pharyngeal terdapat pada berbagai
l
elemen lengkung insang pada banyak species ikan. Gigi pharyngeal family Cyprinidae dan Catostomidae merupakan modifikasi elemen bawah lengkung insang yang terakhir. Berdasarkan bentuknya, gigi rahang dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk yaitu: Cardiform, villiform, canine, incisor, comb-like teeth, dan molariform. Gigi cardiform berbentuk pendek, tajam dan runcing. Bentuk ini didapatkan pada family Ichtaluridae dan Serranidae. Gigi villiform mirip dengan gigi cardiform, hanya lebih panjang dan memberikan gambaran seperti rumbai-rumbai, misalnya pada Belone dan Pterois. Gigi canine menyerupai gigi anjing, seringkali berbentuk taring; bentuknya panjang dan mengerucut, lurus atau melengkung dipergunakan untuk mencengkram. Gigi incisor menpunyai pinggiran
yang tajam yang disesuaikan untuk memotong.
Bentuk gigi yang mempunyai permukaan rata digunakan untuk menumbuk dan menggerus, termasuk gigi molariform. Bentuk gigi ini misalnya dipunyai oleh Raja, Holocephali dan Scianidae (Lagler et al, 1977).
Tipe gigi pada ukan A). Villiform, B. Molariform, C. Comb-like teeth, D. Canine, E. Incisor
li
Pharynx Organ ini biasa disebut pangkal tenggerokan, merupakan lanjutan rongga mulut. Insang terletak tepat di belakang rongga mulut, di dalam pharynx. Umumnya terdapat empat pasang pada ikan bertulang sejati, sedangkan pada ikan Chodrichthyes mempunyai 5-7 pasang lengkung insang. Di samping melindungi filament insang yang lembut dari kikisan material makanan yang dimakan keluar melalui insang. Ikan-ikan yang memakan mangsa besar, mempunyai tapis insang yang berukuran besar dan jumlahnya sedikit. Pada ikan-ikan pemakan plankton, tapis insangnya ramping, memanjang dan jumlahnya banyak. Jari-jari tapis insang yang pendek dan besar didapatkan pada ikan omnivora. Tampak adanya kaitan yang erat antara jenis makanan dengan bentuk dan jumlah jari-jari tipis insang.
Esophagus Esophagus ikan biasa disebut kerongkongan, pendek dan mempunyai kemampuan untuk menggelembung. Organ ini merupakan lanjutan pharinx, bentuknya seperti kerucut dan terdapat di belakang daerah insang.
Kemampuan menggelembung
organ ini tampak jelas pada ikan predator yang mampu menelan makanan yang relative besar ukurannya. Sedangkan ikan-ikan pemakan jasad kecil mempunyai kemampuan untuk menggelembung yang kurang disbanding dengan ikan predator. Karena adanya kempauan menggelembung inilah, maka jarang terjadi seekor ikan tertelan sampai mati oleh suatu makanan yang melalui mulutnya tetapi tidak dapat ditelan.
Pinggiran
esophagus terdiri dari epithelium yang berlapis-lapis dan columnar, dengan sejumlah sel atau kelenjar lendir. Dinding esophageal delengkapi secara khusus dengan lapisan otot (muscular sac) yang berhubugan dengan esophagus. Pada beberapa genera (Pampus dan Nomeus) terdapat gigi di tepi kantung esophageal, yang menempel pada dinding kantung. Kantung esophageal berfungsi sebagai penghasil lendir, gudang makanan dan penggilingan makanan. Pada ikan belut, Monopterus albus, esophageal dimodifikasi menjadi alat pernapasan tambahan.
Lambung
lii
Lambung (ventriculus) atau perut besar adalah lanjutan dari esophagus, di belakangnya dibatasi oleh otot sfinkter yang disebut pylorus, untuk kemudian menjadi bagian depan dari usus bagian tengah.
Lambung menunjukkan beberapa adaptasi:
diantaranya adalah adaptasi dalam bentuknya. Pada ikan pemakan ikan, lambung sematamata berbentuk memanjang seperti pada ikan gar (Lepisosteus), bowfi (Amia), pike (Esox), barracuda (Sphyraena) dan striped bass (Horone saxatilis). Pada ikan omnivora seringkali lambung terbentuk seperti kantung. bermodifikasi menjadi alat penggiling.
Pada ikan belanak (Mugil), lambung
Lambung tersebut berukuran kecil, tetapi
dindingnya tebal dan berotot. Pada Saccopharyngidae dan Eupharyngidae, lambung mempunyai kemampuan menggelembung yang besar sehingga memungkinkan ikan-ikan ini memakan mangsa yang relative besar. Sebagain besar ikan mempunyai lambung.
Lambung tidak terdapat pada
lamprey, hagfish, chimaera dan beberapa ikan bertulang sejati (Cyprinidae, Scomberesocoidae, dan Scaridae). Pada ikan-ikan tersebut kelenjar lambung tidak ada, dan makanan dari esophagus langsung ke usus. Adanya lambung dapat dicirikan oleh rendahnya pH dan adanya pepsine di antara getah pencernaan. Pada beberapa ikan seringkali bagian depan ususnya membesar menyerupai lambung sehingga bagian ini dinamakan lambung palsu, misalnya pada ikan mas (Cyprinus carpio). Pada beberapa spesies tertentu, pada akhir ventrikulus terdapat tonjolan-tonjolan sebagai kantong buntu disebut appendices pyloricae, yang berguna untuk memperluas permukaan dinding ventriculus agar pencernaan dan enyerapan makanan dapat lebih sempurna.
Usus Usus tengah dan usus akhir biasa disebut Intestinum, suatu bagian dari saluran pencernaan mulai dari pylorus sampai di kloaka atau anus.
Usus mempunyai banyak
variasi pula, umumnya berbentuk seperti pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya, berakhir dan bermuara keluar, sebagai lubang anus. Usus diikat (difixer) oleh suatu alat pengantung, mesentrum yang merupakan derivat dari pembungkus rongga perut (peritonium).
liii
Pada ikan carnivor ususnya pendek, mungkin karena makanan berdaging dapat dicerna dengan lebih muda dari pada tanaman. Sebaliknya usus ikan herbivore panjang dan teratur di dalam satu lipatan atau kumparan. Pada beberapa jenis ikan, seperti Lamprey, elasmobranchii dan beberapa Osteichtyes yang ususnya pendek untuk memperluas permukaan absorpsi di dalam ususnya terdapat serangkaian klep spiral yang disebut tyflosol. Pada usus sebagian besar ikan bertulang sejati, bagian depan usus yang langsung berbatasan dengan pylorus disebut duodenum yang memiliki satu atau lebih kantung buntu yang dinamakan pyloric caeca. Struktur ini tidak terdapat pada family Ictaluridae dan Cyprinodontidae. Perca flavescense mempunyai tiga buah, sedangkan pada family salmonidae biasa mencapai jumlah 200 atau lebih. Fungsi alat pyloric caeca mungkin berkaitan dengan pencernaan dan penyerapan.
KELENJAR PENCERNAAN Kelenjar pencernaan atau glandula digestoria berfungsi dalam proses pencernaan terdiri atas hati, pankreas dan kantong empedu. Hati Hati atau hepar besar, berwarana merah kecoklatan. Letaknya di bagian depan rongga badan dan meluas mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas.
Pembentukan hati
asalnya sepasang. Hal ini dapat dilihat pada Myxine dewasa, dimana hati kiri dan kanan tidak bersatu dan masing-masing mempunyai saluran empedu yang menuju ke dalam kantung empedu dan dari sini empedu dialirkan ke melalui ductus kholedokhus ke dalam usus bagian tengah. Hati termasuk kelenjar yang besar pada ikan, bahkan pada ikan cucut dan ikan pari biasa mencapai 20 % bobot tubuhnya. Hati biasanya terletak di muka lambung atau sebagian mengelilingi lambung.
Biasanya hati berjumlah dua buah, tetapi mungkin
hanya satu seperti pada ikan salmon, atau tiga seperti pada mackerel. Pada hati terdapat kantung empedu yang mengeluarkan cairan empedu. Cairan empedu ini masuk ke dalam saluran pencernaan makanan pada daerah pylorus melalui ductus choledochus. Disamping berperan dalam pencernaan, hati juga berfungsi sebagai gudang penyimpanan lemak dan glikogen. Fungsi selanjutnya adalah dalam perusakan sel darah merah dan
liv
kimiawi darah seperti pembentukan urea dan senyawa yang berhubungan dengan ekskresi nitrogen dan menetralkan racun serta menghasilkan panas. Ikan-ikan mempunyai variasi dalam jumlah lemak yang di simpan dalam hati. Pada Pleuronectiformes dan gadidae, lemak terutama disimpan di dalam hati, sedangkan pada Scombridae dan Clupeidae, lemak lebih banyak disimpan di dalam otot. Selain lemak, hati ikan juga menyimpan vitamin A dan D. Pankreas Pankreas terdiri dari dua bagian, yaitu bagian eksokrin yang menghasilkan getah apankreas, penting bagi pencernaan makanan, dan bagian endokrin yang menghasilkan hormon ensulin, mengendalikan kadar gula di dalam darah. Pankreas mensekresikan beberapa enzym yang berfungsi dalam proses pencernaan makanan. Pada ikan yang bertulang sejati biasanya menyebar di sekeliling hati ; bahkan pada ikan yang berjari-jari sirip keras pankreas dan hati menyatu menjadi hepatopankreas. Pada ikan cucut dan pari pankreas merupakan dua buah organ yang kompak. Kantong Empedu Kantung empedu atau vesica velea bila penuh bentuknya membulat dengan warna kehijau-hijauan, letaknya pada hati bagian depan salurannya disebut ductus cysticus bermuara pada usus dekat venticulus.
Fungsi dari kantong empedu ini untuk
menampung/menyimpan empdu (bilus) dan mencurahkannya ke dalam usus, bila diperlukan. Bilus ini berfungsi mencerahkan lemak.
B. RANSANGAN UNTUK MAKAN Ransangan ikan terhadap makanan merupakan intraksi antara beberapa faktor yang menentukan kapan ikan akan makan dan makanan apa yang diinginkan. Rangsangan untuk makan secara umum dipengaruhi oleh motifasi internal atau dorongan untuk makan seperti, waktu makan, musim, intensitas cahaya dan suhu. Faktor lain adalah rangsangan makan yang diterima oleh panca indera seperti rasa, bau, penglihatan, sentuhan dan sistem garis rusuk. Beberapa jenis ikan yang mendapatkan makanan dengan perantaraan rasa dan bau, lebih condong makan pada malam hari, misalnya pada ikan Ictalurus . Sedangkan ikan
lv
yang mendapatkan makanan dengan perantaraan mata atau penglihatan cenderung lebih aktif pada waktu siang hari, misalnya pada Esox. Ikan Synbranchus dan Onchorhynchus menghentikan kegiatan mencari makan pada saat musim pemijahan. Mereka selama estivasi dalam lubang yang lembab dan berlumpur , hanya menggunakan akumulasi lemak dalam tubuhnya. Sebagian besar ikan yang hidup pada daerah ”temperate” sangat aktif mencari makanan ketika perubahan kondisi lingkungan pada musim semi.
JENIS IKAN BERDASARKAN TIPE MAKANAN Lagler et al., (1977) membagi ikan secara garis besar
berdasarkan cara
makannya ke dalam golongan predator, grazer, penyaring makanan, pengisap makanan dan parasit. Umumnya ikan-ikan yang memakan binatang-binatang makroskopik mempunyai adaptasi tertentu. Mereka biasanya mempunyai gigi pencengkram yang berkembang dengan baik, seperti yang terdapat pada ikan cucut (Elasmobranchii), Sphyraenae, Esox, dan Lepisosteus. Pada ikan-ikan predator terdapat lambung yang jelas dengan sekresi asam kuat dan ususnya relative lebih pendek dari pada ikan herbivore, pada ukuran panjang ikan yang sama. Banyak predator seperti bluefish (Pomatomus sallatrix) dan ikan laut dalam aktif memburu mangsanya, sedangkan yang lain seperti kerapu (Epinephelus) sering berdiam diri dan menunggu sampai ada seekor binatang lewat yang kemudian diserbu dan ditangkap. Lophiidae dan Antennaridae mengembangkan jari-jari pertama sirip punggup menjadi semacam umpan untuk memancing perhatian si mangsa. Ikan sumpit (Toxotes jaculator) sering menyumpit jatuh serangga yang sedang hinggap di tanaman air dengan “ air liurnya”. Ketepatan menyumpit sasarannya ini merupakan hasil dari hasil perkembangan mata yang dapat digunakan untuk melihat udara di luar permukaan air. Beberapa ikan predator melakukan perburuan dengan mengandalkan mata, sedangkan cucut (Squaliformes), ikan-ikan nocturnal (misalnya, Ictalurus) dan Muraenidae bertumpu kepada bau, rasa, sentuhan dan mungkin pula mengandalkan saraf garis rusuk untuk menemukan tempat si mangsa.
lvi
Penyaringan organisme dari air merupakan cara makan yang paling umum dilakukan karena sasaran makanan yang dipilih berdasarkan ukuran dan bukan berdasarkan jenis. Prinsip adaptasi ikan penyaring makanan terletak pada pengembangan tapis insang yang memanjang, rapat dan dalam jumlah yang banyak.
Ikan dewasa
mampu menyaring satu sampai dua gallon air per menit dengan tapis insangnya, dan dalam waktu yang sama beberapa cc kumpulan plankton terutama diatom dan krustacea diperolehnya.
Kelompok ikan yang menyaring makanan ditemukan banyak pada
clupeoid (Dorosoma). Pada beberapa anggota family Cyprinidae memiliki cara makan yakni, mengisap material yang mengandung makanan ke dalam mulut dimana respon pengisapannya sangat bergantung pada rangsangan sentuhan bibir.
Beberapa dari mereka mampu
memisahkan antara makanan yang diinginkan dengan sedimen sebelum dia telan, namun pada beberapa kelompok seperti Siluridae, endapan dan lumpur sering ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi bersama-sama dengan jasad dasar pada saluran pencernaannya. Beberapa kelompok ikan yang bersifat parasit misalnya, Simenchelys parasiticus, petromyzon marinus, Lampreta tridentata mengisap cairan tubuh dari inangnya. Biasanya ikan jantan relatif kecil, begitu kecilnya sehingga lebih kecil dari pada sebuah gonad yang matang. Jenis ikan dapat digolongkan menjadi tujuh kelompok menurut jenis makanannya, walaupun harus juga diingat bahwa beberapa jenis pola makannya berubah sesuai dengan perubahan umur, musim dan ketersediaan makanan. Perbedaan golongan ikan menurut jenis makanannya ini berkaitan antara satu golongan dengan golongan lain. Penggolongan berdasarkan jenis makanannya yaitu : Herbivora Ikan golongan ini makanan utamanya berasal dari bahan-bahan nabati misalnya ikan tawes (Puntius javanucus), ikan nila Osteochilus hasseli), ikan bandeng (Chanos chanos). Karnivora
lvii
Ikan golongan ini sumber makanan utamanya berasal dari bahan-bahan hewani misalnya ikan belut (Monopterus albus), ikan lele (Clarias batrachus), ikan kakap (Lates calcarifer). Omnivora Ikan golongan ini sumber makanannya berasal dari bahan-bahan nabati dan hewani, namun lebih menyesuaikan diri dengan jenis makanan yang tersedia misalnya ikan mujair (Tilapia mossambica), ikan mas (Ciprinus carpio), ikan gurami (Ospronemus goramy). Pemakan plankton Ikan golongan ini sepanjang hidupnya selalu memakan plankton, baik fitoplankton atau zooplankton misalnya ikan terbang (Exocoetus volitans), ikan cucut (Rhinodon typicus). Pemakan detritus Ikan golongan ini sumber makanannya berasal dari sisa-sisa hancuran bahan organik yang telah membusuk dalam air, baik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan misalnya ikan belanak (Mugil sp.). Selain penggolongan ikan berdasarkan jenis makanannya, ikan dibedakan juga berdasarkan spesialisasi dari makanannya yaitu: a. Monophagus : ikan hanya mengkonsumsi satu jenis makanan b. Stenophagus : ikan mengkonsumsi makanan yang terbatas jenisnya c. Euriphagus : ikan mengkonsumsi bermacam-macam atau campuran jenis makanan. Umumnya ikan-ikan yang ada di alam termasuk ke dalam euriphagus ini. Jenis bahan makanan dan ketersediannya juga menentukan ditribusi ikan-ikan diperairan. Umumnya, semakin besar ukuran sungai semakin besar pula jumlah dan keanekaragaman ikannya; dan proporsi biomassa ikan yang bergantung kepada tumbuhan air dan tumbuhan darat semakin meningkat.
INDIKATOR PENILAIAN 1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%) 2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok
lviii
bahasan (30%) 3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)
BAB III. PENUTUP Sistem pencernaan meliputi organ yang berhubungan dengan pengambilan makanan, mekanismenya dan penyediaan bahan-bahan kimia, serta pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak tercernakan keluar dari tubuh. Alat-alat pencernaan makanan secara berturut-turut dari awal makanan masuk ke mulut dapat dikemukakan sebagai berikut: mulut, rongga mulut, pharynx, esophagus, lambung, pylorus, usus dan anus
DAFTAR PUSTAKA Y. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB Z. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley & Sons, New York AA.
Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi
BB.
Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
CC.
Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.
AA.
Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas Perikanan, IPB
lix
MODUL VI JUDUL : SISTEM PEREDARAN DARAH BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti pada golongan vertebrata lainnya, ikan mempunyai sistem peredaran darah tertutup, artinya darah tidak pernah keluar dari pembulunya, jadi tidak ada hubungan langsung dengan sel tubuh sekitarnya.
Sistem peredaran darah pada ikan
bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu jalur sirkulasi peredaran darah. Sistem peredaran darah, organ utamanya adalah jantung yang bertindak sebagai pompa tekan merangkap pompa hisap.
Darah ditekan mengalir keluar dari jantung
melalui pembuluh arteri ke seluruh tubuh sampai ke kapiler darah, kemudian dihisap melalui pembuluh vena dan kembali ke jantung. Sistem peredaran darah ini disebut sistem peredaran darah tunggal.
B. Ruang Lingkup Isi - Jantung - Darah - Organ pembentu darah
C. Kaitan Modul Modul ini merupakan modul ke lima yang membahas tentang sistem peredaran darah pada ikan. Modul ini dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul sebelumya yaitu sistem integumen, sistem otot dan sistem rangka pada dan sistem pencernaan pada ikan.
D. Sasaran Pembelajaran Modul Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat: 11. Menjelaskan tentang Jantung, darah dan organ-organ pembentuk darah
lx
12. Menjelaskan tentang anatomi ikan yang dikaitkan dengan fungsi sistem peredaran darah.
BAB II. PEMBAHASAN
A. JANTUNG Jantung adalah suatu organ yang berupa benda berongga dan terletak dalam ronga ruang mediastinal atau bagian posterior lengkung insang. Organ ini merupakan suatu pompa yang terdiri atas otot licin yang secara ritmis berkontraksi untuk memompa darah dari vena ke arteri. Untuk melaksanakan fungsi ini jantung mempunyai suatu sistem klep yang menyebabkan darah mengalir ke satu arah. Jantung pada ikan dibangunkan oleh dua ruangan yang terletak di bagian posterior lengkung insang, di bagian depan rongga badan dan di atas Ithmus. Kedua ruang tersebut ialah atrium (auricle) yang berdinding tipis dan ventricle yang berdidnding tebal. Ruangan ini berurutan dari belakang ke depan, yaitu:
Sinus venosus Adalah ruang tambahan atau kantung yang berdinding tipis, hampir tidak mengandung jaringan otot. Dinding kaudalnya bersatu dengan bagian depan dari septum transversum, yang memisahkan rongga pericardial dari rongga pleuroperitoneal. Darah venus dari seluruh tubuh, masuk di sinus venosus melalu sepasang ductus Cuvieri yang masuk di bagian lateral, dan sepasang sinus hepaticus yang masuk pada dinding posterior dari sinus venosus. Vena coronaria yang datang dari dinding otot jantung, juga masuk dari sinus venosus . Dari sini darah melalui lubang sinus atrial masuk ke dalam atrium. Atau dengan kata lain bahwa kantung berdinding tipis ini berfungsi untuk menanpung darah dari vena hepatika yang membawa darah dari vna kardial anterior dan posterior.
Atrium Adalah ruang tunggal yang dindingnya relatif tipis, terletak anterior dari sinus venosus. Darah dari atrium melalui lubang atrioventikular diteruskan ke dalam rongga
lxi
ventrikel. Lubang ini dijaga oleh klep atau katup atrioventrikular, supaya aliran darah tidak kembali ke rongga atrium.
Ventrikel Adalah ruang berdinding tebal berotot, menerima darah hanya dari atrium saja dan memompakan darah melalui aorta ventral ke insang. Ruang ini dibentuk oleh dua lapisan otot yaitu lapisan otot luar disebut kortikal dan lapisan otot dalam disebut spongi. Bagian ini menerima darah dari atrium melalui atrioventricular. Ujung anterior dari ventrikel tumbuh memanjang dan berdinding tebal, di dalamnya terdapat suatu seri klep semilunar.
Conus Arteriosus Pada Elasmobranchii, conus arteriosus berkembang denga baik, tetapi tidak mempunyai bulbus arteriosus.
Pada sebagian ikan Teleostei conus arteriosus sudah
tereduksi menjadi suatu struktur yang sangat kecil, sedangkan bulbus arteriosus (perluasan sebagian dari aorta ventralis) berkembang dengan baik. Antara sinus venosus dan atrium terdapat katup sinuatrial, yang berasal dari jaringan endikardial dan miokardial/ otot jantung, berfungsi menahan darah agar tidak kembali ke sinus venosus; antara atrium dan ventrikel terdapat katup atriventrikular, yang menahan darah agar tidak kembali ke atrium.
Pada elasmibranhi dan osteichthye,
terdapat dua baris katup atriventrakular, tetapi pada ikan bowfn Amia calva dan mrigal Chirrinus mrigala ada empat baris, dan ikan gars Lepisosterus dan Polypterus terdapat enam baris. Sedang pada Dipnoi tida ada sama sekali. Perjalanan dari bulbus keluar arteri ventralius menuju ke depan, bercabang halus menjadi arteri branchialis afferent yang menuju ke tiap insang. Di dalam insang arteri in bercabang menjadi kapiler-kapiler halus yang berfungsi dalam pertukaran gas (mengambil O2 dan melepaskan Co2) keluar dari insang, kapiler-kapiler tersebut kembali menyatu menjadi arteri branchialis afferent. Arteri-arteri ini kemudian bersatu menjadi aorta dorsalis yang berjalan mengikuti tulang punggung dan bercabang-cabang ke seluruh tubuh dan untuk selanjutnya kembali lagi menuju jantung melalui pembuluh vena. Vena yang masuk ke jantung terdiri dari sepasang ductus cuvier.
lxii
Secara umum sistem peredaran darah pada ikan mirip sistem hidraulis yang terdiri atas sebuah pompa, pipa, katup, dan cairan. Meskipun, jantung ikan terdiri atas empat bagian, namun pada kenyataannya mirip dengan satu silinder atau pompa piston tunggal (Gambar 1 dan 2). Akibat adanya perbedaan tekanan sehingga terjadi aliran darah. Untuk menjamin aliran darah terus berlangsung, maka daerah dipompa dengan perbedaan tekanan. Tekanan jantung lebih besar dari tekanan arteri dan, tekanan arteri lebih besar dari tekanan arterionale.
1. Diagram penampang melintang jantung ikan teleostei dan elasmobranchii.
2. Bagan jantung ikan
B. SALURAN DARAH Ada tiga bentuk saluran darah yaitu arteri, vena dan kapiler. lxiii
Arteri Adalah pembuluh darah yang aliran darahnya menjauhi jantung atau saluran yang dilalui darah yang keluar dari insang dan menuju ke bagian-bagian tubuh. Biasanya membawa darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh bagian tubuh. Saluran darah ini terdiri dari tiga lapisan yaitu bagian dalam (intima), memiliki lapisan endothelium dan sub endothelium
Vena Adalah pembuluh darah balik yang aliran darahnya menuju ke jantung. Struktur vena sama halnya dengan arteri, namun mempunyai dinding yang lebih tipis dan rongga yang lebih besar dibanding arteri pada ukuran diameter yang sama. Bagian dalam dari vena yang mengalami tekanan hidrostatik tinggi, umumnya kaya akan jaringan elastis dan sel otot licin.
Dinding vena umumnya berkontraksi secara aktif, tidak hanya
mempertahankan tekanan darah dalam sistem vena, tetapi juga untuk memompakan darah dari dinding ke jantung.
Kapiler Adalah bagian percabangan saluran darah yang merupakan tempat terjadinya pertukaran zat (gas nutrien) antara darah dengan jaringan/sel. Ada tiga macam kapiler darah yaitu, kapiler kontinyu, kapiler berpori dan kapiler diskontinyu (sinusoid). DARAH Darah berupa cairan yang dibangunkan oleh plasma darah, sel darah dan substansi lain yang terlarut di dalamnya.
Plasma darah berupa cairan zat putih telur yang
mengandung bagian-bagian dari sel darh, mineral terlarut. Di luar pembuluh darah , darah akan membeku disebabkan oleh kerja ensim trhombokinase yang bereaksi dengan garam kalsium menjadi trombin yang aktif. Ikan memiliki kadar protein plasma berupa albumin (pengontrol tekanan osmotik), lipoprotein (pembawa lemak), globulin (pengikat heme), ceruloplasmin (pengikat Cu), fibrinogen (bahan pembeku darah), dan iodurophorine (sebagai yudium anorganik). Fungsi utama darah yaitu transportasi bahan materi yang dibutuhkan bagian tubuh,
lxiv
atau yang tidak diperlukan dibawa ke organ pembuangan.
Darah, juga menjaga
masuknya bahan penyakit, memperbaiki bahan jaringan yang rusak, mengantarkan bahan pertumbuhan, dan membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh.
Dengan adanya
hormon dalam aliran peredaran darah, seolah-olah darah berfungsi seperti sistem saraf tambahan. Pertukaran oksigen dari air dengan CO2 terjadi pada bagian semipermiable yaitu pembuluh yang terdapat di daerah insang. Selain dari itu, di daerah insang terjadi pengeluaran kotoran yang bernitrogen dan insang juga mengeleminir mineral yang berdifusi. Jantung mengeluarkan darah yang relatif kurang oksigen dan berkadar CO2 tinggi. Bagan peredaran darah dalam tubuh ikan tertera pada gambar 3.
Ket: 1. atrium, 2. ventricle, 3. aorta ventralis, 4. arteri branchialis afferent, 5. insang, 6. arteri branchialis afferent, 7. arteri carotid, 8. kepala, 9. vena jugularis, 10. vena cardinal, 11.??? .....12. aorta dorsalis, 13. usus, 14. vena portae hepatica, 15. hati, 16. vena hepatica, 17. arteri caudalis, 18. arteri renalis, 19. vena portae renalis, 20. ginjal, 21. vena renalis. 3. Diagram peredaran darah ikan teleostei (Adam and Eddy, 1951) Volume darah yang beredar dalam tubuh ikan Teleostei berkisar antara 1.5 – 3% dari bobot tubuhnya. Pada Squalus acanthius volume darah bisa mencapai 5% dari bobot tubuhnya. Jumlah organ yang membuat darah pada ikan lebih banyak jumlahya bila dibanding dengan mamalia.
lxv
Ikan pada umumnya, vena utama yang membawa darah kembali ke jantung ialah sepasang vena kardinalis anterior dan posterior (Gambar. 4).
Vena yang pertama,
membawa darah dari bagian kepala berjalan berdampingan dengan sepasang vena jugularis yang letaknya lebih ke tengah. Dari ekor berjalan vena caudalis yang tunggal, kemudian bercabang dua menjadi vena portae renalis menuju ke ginjal. Di dalam ginjal vena portae renalis mempercabangkan banyak vena renalis advehentes, dan masingmasing cabang ini pecah menjadi kapiler darah.
Jaring kapiler darah ini kemudian
bersatu kembali menjadi beberapa vena renalis revehentis yang mengalir ke permukaan tengah dari ginjal dan bermuara pada vena kardinalis posterior.
4. Sistem peredaran vena pada ikan teleostei (Lagler, et al. 1977)
C. SEL-SEL DARAH Darah terdiri atas sel-sel dan cairan darah atau plasma. Sel sel darah terdapat dalam plasma yang terdiri dari tiga macam, yaitu Erythrocyte, Leucocyte dan Thrombocyte.
Ketiga
macam
sel
darah
tersebut
dibentuk
dalam
sistem
reticuloendothelial. Pembentukan sel-sel tersebut pada hawan muda terjadi di dalam kantung yolk, kemudian dalam hati, spleen, dan lymfa. Setelah hewan dewasa, sumsung tulang merupakan tempat utama pembentukan sel-sel darah merah. Sel darah terdiri atas sel-sel diskret yang memiliki bentuk khusus dan fungsi yang berbeda (Gambar 5), sedangkan komponen dari plasma selain fibrinogen, juga terdapat ion-ion inorganik dan organik untuk fungsi metabolik.
lxvi
Erythrocyte (sel darah merah) Ikan, sebagaimana vertebrata lain, memiliki sel darah merah atau Erythrocyte yang berbentuk lonjong dan berinti dengan diameter 7 – 36 mikron (tergantung spesies ikannya). Warna merah dari darah disebabkan oleh hemoglobin yang terdapat dalam erythrocyte.
Jumlah erythrocyte tiap mm3 darah berkisar antara 20.000 – 3.000.000.
Pengangkutan oksigen sebagai fungsi utama sel darah bergantung kepada komponen Fe pada hemoglobin (pigmen pernapasan) yang terdapat di dalam erythrocyte. Kemampuan mengikat oksigen pada tingkat kejenuhan 95%, kandungan besi dalam darah dan jumlah sel darah merah sangat bervariasi bergantung pada stadia hidup, kebiasaan hidup dan kondisi lingkungan. Leucocyte (sel darah putih) Leucocyte terdiri atas dua kelompok sel yakni yang mengandung butir-butir (granula) yang disebut granulacyte dan yang mengandung sedikt sekali bahkan tidak mengandung butir-butir disebut agranulacyte.
Yang mengandung granula terdiri atas:
neutrophil, eosinophil dan basophil sedang yang tidak mengandung granula terdiri atas: limphocyte dan monocyte. Leucocyte pada ikan tidak berwarna, berjumlah antara 20.000 – 150.000 dalam tiap mm3 darah. Leucocyte dapat dibedakan menjadi tiga macam sel, yaitu granulocyte, limphocyte, dan monocyte. Walaupun leucocyte merupakan unsur darah, tetapi fungsi utama dari padanya ada di luar pembuluh darah.
Mereka mempunyai sifat dapat
menerobos keluar dari pembuluh darah, dan bergerak secara amoeboid di antara jaringan sekelilingnya. Mereka tidak hanya mempunyai sifat daya fagositose saja, tetapi kaya terhadap enzim yang dapat menimbulkan reaksi kimia.
Di luar pembuluh darah,
leucocyte hanya berumur pendek. Berdasarkan penyerapan warna, granulocyte terdiri dari neutrophil, acidophil (eosinophil) dan basophil. Agranulocyte yang merupakan komponen terbesar leucocyte terdiri dari lympocyte, monocyte dan thrombocyte (Gambar. 5) Thrombocyte Thrombocyte ukurannya jauh lebih kecil dari erytrocyte, besarnya bervariasi antara 2 sampai 3 mikron. Mereka merupakan penghasil utama dari thrombokinase.
lxvii
5. Sel-sel darah pada ikan D. ORGAN PEMBENTUK DARAH Beberapa organ pada ikan dapat membentuk darah. Pada stadia embrio, saluran darah dapat menghasilkan sel-sel darah, pada ikan dewasa sel-sel darah masih dibentuk di permukaan saluran darah, namun pusat-pusat pembentukan sel-sel darah lebih nampak. Pada Cyclostomata, semua jenis sel darah dibentuk dalam limpa yang tersebar pada submucosa usus alat pencernaan makanan. Dinding esophagus pada beberapa jenis ikan pada bagian buco-faring hingga bagian cardinal lambung terdapat organ lymphoid yang dikenal dengan Leidug yang menghasilkan sel-sel darah putih. Ginjal adalah organ yang paling kaya akan jaringan lymphoid, thrombocyte dibentuk di bagian mesonefrik.
Pada Lamprey dan kebanyakan Teleostei, ginjal
merupakan penghasil sel darah yang utama selama hidupnya, terutama kepala ginjal. Jaringan lymphoid juga terdapat pada permukaan gonad jantan dan betina ikan Selachi dan Dipnoi. Pada bagian-bagian sel tulang rawan pada kepala dari jenis Lepisosteus dan Amia menghasilkan seluruh jenis sel-sel darah. Limpa ikan merupakan organ yang sangat bervariasi baik letak, bentuk maupun ukurannya. Limpa pada ikan Gnathostomata terdiri dari bagian cortex (berwarna merah), Pulva (berwarna putih) dan medula. Bagian cortex dari limpa membentuk erythricyte dan thrombocyte sedangkan limphocyte dan beberapa granulocyte dibentuk di dalam medulla. Pada esophagus ikan hiu, memperlihatkan kumpulan jaringan pembentuk limphocyte. Pada ikan pari, limpa memanjang antara bagian kardial dan pyloric dari lambung, sedangkan pada ikan Squalus, limpa ini terletak di belakang persimpangan lambung dan berbentuk segi tiga.
Pada ikan
bertulang sejati limpa ini juga berfungsi dalam
menghancurkan sel-sel darah merah. lxviii
INDIKATOR PENILAIAN 1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%) 2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%) 3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)
BAB III. PENUTUP Sistem peredaran darah pada ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu jalur sirkulasi peredaran darah. Berawal dari jantung, darah menuju insang untuk melakukan pertukaran gas. Selanjutnya, darh dialirkan ke dorsal aorta dan terbagi ke segenap organ-organ tubuh melalui saluran-salura kecil. Selain itu, sebagian darah dari insang kadang langsung kembali ke jantung. Darah memberi bahan materi dengan perantaraan difusi melalui dinding yang tipis dari kapiler darah, dan kembali ke jantung melalui pembulu yang ke dua. Seri pertama dinamakan sistem arteri dan seri ke dua disebut sistem vena. DAFTAR PUSTAKA BB.
Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB
FF. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley & Sons, New York GG.
Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi
HH.
Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
II. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York. GG.
Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas Perikanan, IPB
lxix
MODUL VII JUDUL : SISTEM UROGENITALIA BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem urogenital dibangunkan oleh dua system, yaitu system urinaria (systema uropoetica) dan genitalia (sytema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem ekskresi. Fungsinya untuk membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan atau membahayakan bagi kesehatan tubuh keluar dari tubuh sebagai larutan dalam air dengan perantaraan ginjal dan salurannya. Sistem genitalia disebut juga sistem reproduksi yang fungsinya untuk berkembang biak. Organ utama sistem ini adalah gonade (kelenjar kelamin) sepasang terletak antara usus dan gelembung renang.
Kelenjar kelamin betina disebut ovarium sedangkan
kelenjar kelamin jantan disebut testis (lebih jelas dibahas pada bab Sistem Reproduksi).
B. Ruang Lingkup Isi - Ginjal - Osmoregulasi - Gonad
C. Kaitan Modul Modul ini merupakan modul ke tujuh yang membahas tentang sistem urogenitalia pada ikan. Modul ini dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul sebelumya yaitu sistem peredaran darah pada ikan.
D. Sasaran Pembelajaran Modul Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat: 13. Menjelaskan tentang sistem sekresi pada ikan 14. Menjelaskan tentang sistem pada gonad 15. Menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan osmoregulasi
lxx
BAB II. PEMBAHASAN A. EKSRESI Hewan bertulang belakang membuang beberapa sisa hasil metaboliknya melalui saluran pencernaan dan kulitnya, tetapi sebagian besar dibuang melalui ginjal. Ginjal berjumlah sepasang, berbentuk ramping dan memanjang dengan warna merah tua, terletak di bagian atas rongga perut di bawah tulang punggung.
Hasil
buangan berupa urine yang dihasilkan oleh ginjal dialirkan melalui sepasang ureter (ductus mesonephridicus) yang berjalan dipinggiran rongga badan sebelah dorsal menuju ke belakang. Ureter kiri dan kanan bertemu di belakang menjadi kantong urine (vesica urinaria) dan dari organ ini urine dikeluarkan melalui urethrea yang pedek dan bermuara pada porus urogenital. Ginjal ini ini memiliki dua tipe anatomik dasar, yaitu pronephros dan mesonephros (gbr. 1.).
Pronephros pada sebagian besar ikan terletak di depan
mesonephros yang memiliki struktur sangat sederhana dan hanya berfungsi pada awal kehidupan, yang kemudian fungsinya akan digantikan oleh mesonephros ketika menjadi dewasa. Mesonephros mempunyai susunan yang lebih rumit, yang terdiri dari unit-unit yang disebut nephron. Nephron ini terdiri dari badan Malphigi (renal corpuscle) dan tubuli ginjal. Badan malphigi terdiri dari glomerulus (kumparan kapiler-kapiler darah) dan kapsul Bowman (semacam mangkuk yang terdiri dari dua dinding, tempat glomerulus) (gbr 2)
lxxi
Gambar 1.
Diagram hubungan struktural tipe ginjal pada ikan
Gambar 2. Diagram badan Malphigi (http://bill.srnr.arizona.edu/)
B. OSMOREGULASI Hal yang menarik dan harus dihadapi oleh ikan dalam menyesuaikan hidupnya terhadap lingkungan adalah pengaturan keseimbangan antara air dan garam dalam jaringan tubuhnya. Oleh karena itu dalam upaya beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka hidup, ia harus mengatur keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya agar tidak kekurangan atau kelebihan air. Pengaturan terhadap tekanan osmotik cairan tubuh yang relatif konstan adalah hal yang dibutuhkan ikan agar proses fisiologi di dalam tubuhnya berjalan normal. Pengaturan tersebut disebut dengan Omoregulasi. Organ yang berperan dalam proses osmoregulasi adalah ginjal, Insang, kulit, membran mulut dan beberapa organ khusus yang digunakan dengan berbagai cara.
Ikan Air Tawar Tekanan osmotik pada cairan tubuh ikan tergantung pada jumlah mineral dan bahan organik yang terkandung di dalamnya. Pada semua ikan yang hidup di air tawar
lxxii
memiliki cairan tubuh yang tekanan osmotiknya lebih besar (hipersomatik) dari pada lingkungannya. Keadaan ini menyebabkan air cenderung masuk ke dalam tubuhnya secara difusi melalui permukaan tubuh yang semipermiabel.
Bila hal ini tidak
terkendalikan atau terimbangi, difusi akan mendorong keluarnya garam-garam tubuh dan terjadi pengenceran cairan tubuh sehingga fungsi-fungsi fisiologis tubuh tidak berjalan normal. Sisik tebal dan sejumlah jaringan pengikat dalam kulit pada ikan membantu dalam mencegah difusi. Namun, Insang menyediakan suatu permukaan yang luas bagi difusi air, dengan demikian tidak ada cara yang sempurna untuk dapat menahan air sehingga air haruslah dikeluarkan dari tubuh dengan berbagai cara. Untuk ikan bertulang sejati, jelaslah bahwa sebagian besar air yang terabsorbsi masuk melalui insang.
Ginjal akan
memompa ke luar kelebihan air tersebut sebagai air seni. Glomerulus sebagai penyaring mempunyai jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya.
Dara dari aorta dorsalis menuju ginjal melalui arteri renalis,
dimana ia akan melalui pembuluh kapiler glomerulus dan kemudian melalui kapiler sekeliling tubuli ginjal sebelum meninggalkan lewat vena renalis. Darah dari vena renal portal bergabung dengan jaringan kapiler yang mengelilingi tubuli ginjal. Glomerulus merupakan filter yang meloloskan plasma darah yang mengandung bahan tersebut melewati ruang yang terletak diantara dinding-dinding kapsul Bouwman dan kemudian menuju tubuli ginjal. Sel darah dan molekul besar seperti protein tidak dapat melewati penyaring. Ketika cairan dari badan Malphigi memasuki dan melewati tubuli ginjal, beberapa substansi diserap pada bagian-bagian tertentu. Glukosa diserap kembali pada tubuli proksimalis, dan garam-garam diserap kembali pada tubuli distalis. Dinding di tubuli ginjal tersebut bersifat impermiable terhadap air. Air seni yang dikeluarkan ikan sangat encer dan mengandung sejumlah kecil senyawa nitrogen seperti asam urikat, kreatin, kreatinin, dan amonia.
Meskipun air seni mengandung sedikit garam, keluarnya air
yang melimpah menyebabkan jumlah kehilangan garam cukup berarti. Garam-garam juga hilang karena difusi dari tubuh. Kehilangan garam ini diimbangi oleh garam-garam yang terdapat pada makanan, dan perserapan yang aktif melalui insang (gbr. 11.3).
lxxiii
Pada golongan ikan Teleostei terdapat kantung air seni yang dindingnya impermiabel terhadap air untuk menampung air seni. Di tempat ini dilakukan penyerapan kembali terhadap ion-ion. Air tubuh ikan Teleostei tawar menyusun kira-kira 70-75 persen bobot tubuh. Sedangkan air dikeluarkan sebagian besar lewat ginjal.
Air seni yang dikeluarkan
bervariasi dengan spesies, suhu dan lain-lain, tetapi banyak penelitian menunjukkan antara 50-150 ml/kg/hari.
Ikan Air Laut Pada ikan air laut hidup pada lingkungan hipersomatik terhadap jaringan dan cairan tubuhnya, sehingga ikan laut cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang serta kemasukan garam-garam.
Beberapa spesies kehilangan 30 – 60 persen air yang
terambil pada proses osmose. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan ``minum`` air laut, yang kemudian diserap melalui saluran pencernaan. Akibatnya adalah meningkatnya kandungan garam dalam cairan tubuh. Padahal dehidrasi dicegah dengan proses ini. Untuk itu kelebihan garam harus dihilangkan. Proses tersebut digambarkan pada gambar 11.3. Banyaknya air minum bervariasi dengan spesies dan salinitas. Semakin tinggi salinitas, maka semakin cepat laju minum. Ikan laut umumnya meminum 7 – 35 persen bobot tubuhnya per hari.
Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk menahan
air, maka volume air seni tereduksi sangat besar dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubuli ginjal tampaknya mampu berfungsi sebagai penahan air, seperti pada family Cottidae, filtrat glomerular mempunyai volume lima kali volume air seni yang akhirnya dikeluarkan dari tubuh.
Jumlah glomerulus pada ikan air tawar lebih sedikit dan
bentuknya lebih kecil bahkan pada beberapa spesies ikan, tidak memiliki glomerulus, misalnya pada family Sygnathidae, Tetradonthidae, dan Scorpaenidae. Lebih 90 persen hasil buangan nitrogen dieliminir melalui insang, sebagian besar berupa amonia dan sejumlah kecil urea. Meskipun demikian air seni masih mengandung sedikit senyawa tersebut. Air seni Osteichthyes mengandung kreatin, kreatinin, beberapa senyawa nitrogen yang belum diidentifikasi dan trimetilamin oksida (TMAO).
lxxiv
Gambar 3.
Proses pengeluaran dan penyerapan ion dan air dalam tubuh ikan air tawar
dan air laut.
Ikan Elasmobranchii Tekanan osmotik pada golongan ikan Elasmobranchii seperti cucut dan pari umumnya lebih besar daripada lingkungannya. Namun tekanan osmotik cairan tubuhnya sebagian besar tidak disebabkan oleh garam-garam melainkan oleh tingginya kadar urea dan trimetilamin oksida (TMAO) dalam tubuh. Golongan ikan ini cenderung menerima air lewat difusi yang terutama lewat insang karena cairan tubuhnya yang bersifat hipersomatik terhadap lingkungannya. Kelebihan air yang diterima dikeluarkan melalui urin untuk mempertahankan tekanan osmotik cairan tubuhnya. Urea sebagai hasil akhir metabolisme nitrogen yang dihasilkan di hati disekresikan dalam jumlah yang relatif kecil melalui urin. Hasil buangan nitrogen lainnya diserap kembali pada tubuli ginjal.
Penyerapan kembali terhadap urea dan
TMAO dapat dilihat sebagai upaya dalam mempertahankan tekanan osmotik tubuhnya. Permukaan tubuh yang relatif impermiabel mencegah masuknya air dari lingkungan ke dalam tubuhnya. Banyak jenis ikan yang menetas di perairan tawar seperti sungai kemudian berpindah menuju ke laut dan tinggal untuk makan dan tumbuh, serta kemudian kembali ke perairan tawar setelah dewasa untuk memijah. Kelompok ikan ini disebut kelompok ikan anadromus. Sebaliknya pada ikan kelompok katadromus yang menetas di laut akan bergerak ke perairan tawar untuk untuk makan dan tumbuh, serta kemudian kembali ke
lxxv
perairan laut setelah dewasa untuk memijah. Selain kedua kelompok tersebut, terdapat banyak spesies ikan lain yang mampu dan mempunyai toleransi besar terhadap perubahan salinitas sehingga mampu bergerak secara leluasa di antara perairan air tawar dan laut. Kondisi tersebut mengharuskan ikan tiga kelompok ini memiliki kemampuan mekanisme osmoregulasi yang kecepatannya bergantung kepada kecepatan perubahan habitat. Ikan diadromus umumnya melakukan perubahan progresif yang dapat mengubah penampilan fisiologis tergantung pada tahap hidupnya. Di daerah tropis banyak ikan laut yang bergerak ke daerah estuaria, harus mampu mengubah secara mendadak dari menyimpan air menjadi mengeluarkan sebanyak mungkin air melalui ginjal dan harus mengubah dari mengekskresi garam yang lebih menjadi menyimpan. Volume air seni yang dikeluarkan dan keseimbangan garam pada ikan oleh sekresi kelenjar endokrin (hormon).
Hormon dapat mempengaruhi ginjal dengan
penaikan atau penurunan tekanan darah yang mengubah laju penyaringan ke dalam kapsul Bowman, yang berarti pula mengubah jumlah cairan sekresi. Hormon juga bisa mempengaruhi ekskresi ginjal dengan cara tertentu pada saat tubuli ginjal untuk mengubah permeabilitas dan laju penyerapan kembali terhadap substantsi tertentu.
INDIKATOR PENILAIAN 1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%) 2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%) 3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)
BAB III. PENUTUP Sistem urogenital dibangunkan oleh dua system, yaitu system urinaria (systema uropoetica) dan genitalia (sytema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem ekskresi. Fungsinya untuk membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan atau membahayakan bagi kesehatan tubuh keluar dari tubuh sebagai larutan dalam air dengan perantaraan
lxxvi
ginjal dan salurannya.
Pengaturan terhadap tekanan osmotik cairan tubuh yang relatif
konstan adalah hal yang dibutuhkan ikan agar proses fisiologi di dalam tubuhnya berjalan normal. Pengaturan tersebut disebut dengan Omoregulasi.
DAFTAR PUSTAKA HH.
Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB
LL.Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley & Sons, New York MM.
Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi
NN.
Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
OO.
Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.
MM.
Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas Perikanan, IPB
lxxvii
MODUL VIII JUDUL : SISTEM SARAF BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem saraf pada vertebrata mempunyai tiga macam peranan vital, yaitu: Orientasi terhadap lingkungan luar, menerima stimulus dari luar dan meresponnya; mengatur agar kerja sekalian sistem dalam tubuh bersesuaian, dengan bantuan kerja kelenjar endokrin; dan tempat ingatan dan kecerdasan (khusus vertebrata tingkat tinggi). Peranan ini semua disempurnakan oleh saraf, medulla spinalis, dan otak, dibantu oleh organ indra sebagai reseptor, dan otot serta kelenjar sebagai efektor. Sistem saraf dibagi menjadi system saraf pusat dan system saraf periferi. Sistem saraf pusat terdiri otak dan medula spinalis. Sistem saraf periferi terdiri dari saraf cranial dan spinal beserta cabang-cabangnya.
Sistem saraf otonom merupakan bagian dari
sistem perifera, mempengaruhi otot polos dan kelenjar.
B. Ruang Lingkup Isi - Otak - Syaraf Cranial - Syaraf spinal - Organ sensorik
C. Kaitan Modul Modul ini merupakan modul ke delapan yang membahas tentang sistem Saraf pada ikan. Modul ini dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul sebelumya yaitu sistem peredaran darah, sistem urogenital pada ikan.
D. Sasaran Pembelajaran Modul Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat: 16. Menjelaskan tentang sistem saraf pada ikan
lxxviii
17. Menjelaskan tentang fungsi sistem saraf dan fungsi organ saraf tersebut BAB II. PEMBAHASAN A. OTAK Otak terdapat pada susunan saraf pusat. Otak ikan dapat dibagi menjadi lima bagian
yaitu
telencephalon,
diencephalon,
mesencephalon,
metencephalon
dan
myelencephalon. Telencephalon Otak bagian depan yang dibentuk oleh serebral hemisfer dan rhinecephalon sebagai pusat hal-hal yang berhubungan dengan pembauan. Saraf utama yang keluar dari daerah ini adalah saraf olfactory (saraf cranial I).
Pada ikan yang mengutamakan
pembauan untuk mencari mangsanya, otak bagian depan menjadi lebih berkembang. Ikan tilapia tertentu yang biasa memberikan perhatian dan perlindungan terhadap anaknya, setelah telencephalonnya dirusak menjadi bersifat tidak acuh terhadap anakanaknya. Ikan Betta splendens akan kehilangan tingkah laku seksnya akibat pengrusakan telencephalon. Diencephalon Terletak pada bagian belakang telencephalon. Bagian ventral dari dienchephalon adalah hypothalamus, bagian dorsalnya epithalamus dan bagian lateralnya dinamakan thalamus. Epithalamus adalah bagian yang nampak pada dorsal dari otak. Struktur yang paling nyata ialah dua tonjolan dorsal yang tunggal, yaitu epifise (organ pineal) di sebelah belakang dan parafise (organ parapineal) disebelah depannya. Keduanya tumbuh sebagai evaginasi dari diencephalons embrio. Pada Cyclostomata, dinding otak yang terdapat di atas badan pineal menjadi transparan dan kulit kepala yang ada di atasnya tidak mempunyai pigmen. Dengan demikian cahaya yang sampai di kepala ikan ini akan mengenai badan pineal.
Beberapa ikan hiu
(Squaliformes) pun ada yang tidak berpigmen pada daerah kepala tersebut, tetapi badan pinealnya kurang berkembang bila diibandingkan dengan Cyclostomata. Ikan-ikan yang mempunyai kulit kepala transparan umumnya hidup di daerah yang agak dalam dan termasuk yang suka beruaya vertikal. Ikan yang bersifat fototaksis positif, di kepalanya terdapat daerah yang tidak berpigmen dan atap cranial yang transparan di atas
lxxix
diencephalon.
Dan sebaliknya ikan yang bersifat fototaksis negatif pada kepalanya
terdapat jaringan yang menghalangi cahaya. Mesencephalon Otak bagian tengah pada semua vertebrata memiliki atap berupa sepasang lobus opticus yang bertindak sebagai pusat refleks penglihatan, menerima serabut aferent dari retina. Mesencephalon pada ikan relatif besar dan berfungsi sebagai pusat penglihatan. Lobus opticus terdiri dari tectum opticum di bagian atas tegmentum di bagian bawah. Tectum opticum merupakan organ koordinator yang melayani rangsang penglihatan. Bayangan yang terjadi pada retina mata akan dipetakan pada tectum opticum. Sedang tegmentum merupakan pusat sel-sel motoris. menonjol
yang
disebut
Cerebellum,
Pada mesencephalon terdapat bagian
memiliki
fungsi
utama
yaitu
mengatur
kesetimbangan tubuh dalam air, mengatur tegangan otot dan daya orientasi terhadap ruang. Pada ikan bertulang sejati cerebellum terbagi atas dua bagian besar, yaitu valvula cerebelli dan corpus cerebelli yang besarnya tergantung spesiesnya. Beberapa jenis ikan yang memiliki cerebellum relatif besar, utamanya ikan yang menghasilkan listrik (mormyridae) dan ikan perenang cepat (mackerel dan tuna). Myelencephalon Bagian otak paling belakang (posterior), dengan medula oblongata sebagai komponen utamanya. Komponen ini merupakan pusat untuk menyalurkan rangsangan keluar melalui saraf cranial. Saraf cranial III-X keluar dari medulla oblongata. Di medulla Pada Pada ikan clupea pallasi, mugil cephalus dan Trachiurus, medulla oblongata membesar, dibagian ini terdapat organ yang dinamakan cristae cerebelli yang diduga saraf ini ada hubungannya dengan kecendrungan ikan untuk berkelompok. B. SARAF CRANIAL Sebagian besar saraf cranial (SC) berhubungan dengan bagian-bagian kepala, selain dari itu ditemukan juga yang berhungan dengan bagian-bagian tubuh lainnya. Dari otak sendiri terdapat sebelas saraf cranial yang menyebar ke organ-organ sensory tertentu dan otot-otot tertentu. Saraf terminal (SC 0) adalah suatu saraf kecil yang bergabung dengan saraf cranial I, yang berhubungan dengan otak depan, dan serabut-serabut saraf terbesar yang
lxxx
mengelilingi ’’olfactory bulb”. Saraf olfactory (SC I) menghubungkan organ olfactory dengan pusat olfactory otak depan, fungsinya membawa impuls bau-bauan. Saraf optic (SC II) menghubungkan retina mata dengan tectum opticum dan berfungsi membawa impuls penglhata. Saraf oculometer (SC III) berfungsi sebagai saraf motor somatik yang mengatr otot mata superior rectus, inferior oblique, inferior rectus dan internal rectus. Saraf ini berhubungan dengan otak mesenchepalon dan merupakan saraf motor somatik. Saraf trochlear (SC IV) menginervasi otot mata superior oblique. Saraf motor somatik ini berhubungan dengan mesencephalon.
KET. I. olfactory nerve; II. optic nerve; III. oculamotor nerve; trochlear nerve; V. Trigeminal nerve; VI. Abducens nerve; VII. Facial nerve; 1-6. octavus nerve (VIIIa anterior ramus; VIIIp. Posterior ramus); ALLN. Anterior lateral line nerve; PLLN. Posterior lateral line nerve; IX. Glossopharyngeal nerve;X vagal nerve; C. Cerebellum; D. Diencephalon; R. Rhombocephalon;T. Telencephalon; TE. Tectum mesencephali. Gambar 1. Topografi secara umum otak ikan
C. SPINAL CORD DAN SARAF SPINAL Saraf cranial merupakan lanjutan medulla oblongata dan sampai ke bagian depan ekor. Batas antara medulla oblongata dengan spinal cord tidak jelas.
Spinal cord
merupakan suatu tabung, tetapi alur pusatnya (central canal) berdiameter kecil dibandingkan dengan dindingnya.
Sekeliling alur pusat membentuk pola yang
menyerupai sepasang sayap kupu-kupu pada potongan melintangnya (Gambar 12.2). Bagian ini merupakan bahan kelabu (gray matter) yang terdiri dari sel-sel saraf dan
lxxxi
dikelilingi oleh serabut-serabut saraf (white matter). Serabut-serabut saraf ini dibungkus dan dkumpulkan dalam satu ikatan sesuai dengan fungsinya.
Bahan kelabu dapat
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sepasang tanduk dorsal (anterior horn) dan sepasang tanduk vetral (posterior horn). Tanduk dorsal menerima serabut sensori visceral dan somatic, dan tanduk venral berisikan inti saraf motor. (Gambar 12.3).
Gambar 2. Potongan melintang spinal cord ikan cucut (Laglar et al., 1977)
lxxxii
D. SISTEM INDERA Sistem indera memerlukan bantuan sistem saraf yang menghubungkan badan indera dengan sistem saraf pusat.
Organ indera ialah sel-sel tertentu yang dapat
menerima stimulus dari lingkungan maupun dari dalam badan sendiri untuk diteruskan sebagai impuls saraf melalui serabut saraf ke pusat susunan saraf. Berdasarkan sumber stimulus, organ indera dapat dibedakan sebagai berikut: 1) Eksoreseptor yaitu reseptor raba dan penlihatan, menerima impuls dari medium sekitarnya. 2) Propioseptor yaitu yang menerima stimulus dari otot, sendi, urat, dan kanalis semikularis, memberitahu organisme sampai seberapa otot harus ditekuk untuk mendapatkan posisi yang tepat dalam ruangan. 3) Enteroseptor iaiah yang menermia stimulus oleh faktor - faktordi dalam lingkungan dalam tubuh, jadi mempengaruhi kerjanya otot polos dan kelenjar. Eksteroseptor dan proprioseptor adalah somatis, dan enteroseptor adalah organ indera visceral. Berdasarkan macam rangsangan yang mempengaruhinya, organ indera dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Fotoreseptor ialah yang peka terhadap cahaya. 2) Statoreseptor ialah vanq peka terhadap perubahan posisi tubuh dani ruang. 3) Khemoreseptor ialah yang peka terhadap rangsangan bahan kimia di dalam linkugannya. 4) Fonoreseptor ialah yang peka terhadap rangsangan getaran suara dari medium yang mempunyai frequensi relatif tinggi. 5) Mekanoreseptor ialah yang peka terhadap rangsangan mekhanik, seperti rabaan, tekanan atau gesekan. 6) thermoreseptor ialah yang peka terhadap rangsangan panas atau dingin. MATA Secara garis besar struktur mata pada ikan adalah sama dengan pada organisme vertebrata lainnya, terdiri dari ruang depan, iris, lensa, ruang vitroeus yang berisikan cairan kental yang dinamakan ”Vitroeus humor” dan dibatasi oleh retina. Mata peka terhadap cahaya, dan komponen fungsionil utamanya ialah retina yang pertumbuhannya berasal dari diensefalon. Diensefalon pada embrio memperlihatkan sepasang evaginasi lateral yang dinamakan veskikula optic.
Bagian ujung distalnya dari vesikula ini memperlihatkan
invaginasi yang kemudian terbentuk cawan optic.
Dinding sebelah dalam yang
membatasi rongga cawan, tumbuh menjadi retina, sedangkan yang sebelah luarnya tetap
lxxxiii
tipis merupakan lapisan pigmen dari retina.
Lapisan ektoderm di depan kapsula optik
akan membentuk plakoda yang mengalami invaginasi dan membentuk lensa. Retina ialah selaput saraf yang terletak di bagian belakang dari ronqqa mata. Unsur - unsur saraf dari retina terdiri atas batang dan kerucut yang peka terhadap cahaya yang panjang gelombangnya bermacam macam. Retina dan rongga bola mata berada di sebelah dalam lapisan khoroid yang berpigmen, dan terbuka pada lubang pupil. Berkas cahaya masuk kedalam mata melalui pupil. Bagian dari lapisan khoroid di sekeliling pupil dinamakan iris. Mata agak datar pada bagian anterior sehingga lensa yang cembung hampir menyentuh cornea yang merupakan bagian transparana yang penting dari ”scleroid coat” biji mata. Lapisan choroid terletak diantara retina dan sclera. Sclera Elasmobranchia dan Teleostei agak kaku karena adanya struktur rawan. Seringkali teleostei mempunyai satu atau dua scleral ossicles sebagai penunjang terhadap struktur rawan tersebut (Munz, 1971). Mata ikan dilengkapi dengan tiga pasang otot oculomotor.
Gambar 3. Mata dan bagian-bagiannya
INDIKATOR PENILAIAN 1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%) 2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok
lxxxiv
bahasan (30%) 3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)
BAB III. PENUTUP Sistem saraf dibagi menjadi system saraf pusat dan system saraf periferi. Sistem saraf pusat terdiri otak dan medula spinalis. Sistem saraf periferi terdiri dari saraf cranial dan spinal beserta cabang-cabangnya.
Sistem saraf otonom merupakan bagian dari
sistem perifera, mempengaruhi otot polos dan kelenjar. Unit terkecil system saraf adalah sel saraf atau neuron. Neuron merupakan sel fungsional pada sistem saraf, yang bekerja dengan cara menghasilkan potensial aksi dan menjalarkan impuls dari satu sel ke sel berikutnya.
Pembentukan potensial aksi
merupakan cara yang dilakukan sel saraf dalam memindahkan informasi. Pembentukan potensial aksi juga merupakan cara yang dilakukan oleh sistem saraf dalam melaksanakan fungsi kendali dan koordinasi tubuh.
DAFTAR PUSTAKA NN.
Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB
RR.
Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977.
Ichthyology. Second edition. John Wiley & Sons, New York SS. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi TT.Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. UU.
Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.
SS. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas Perikanan, IPB
lxxxv
MODUL IX JUDUL : SISTEM HORMON BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelenjar endokrin ialah suatu kelenjar yang tidak memiliki saluran pelepasan untuk mengalirkan hasil getahnya (segrete) keluar dari kelenjar. Oleh karena itu kelenjar endokrin biasa juga disebut kelenjar buntu.
Getah yang dihasilkan oleh kelenjar ini
disebut hormon yang mempunyai peranan penting dalam proses fisiologis dan metabolisme. Proses tersebut merupakan kegiatan fungsional berbagai sel, jaringan dan alat-alat tubuh yag bekerja secara terkordinir dan dalam keseimbangan yang serasi. Hormon ini langsung masuk ke dalam peredaran darah atau limf, atau cairan badan dan diedarkan ke seluruh tubuh dan akan mempengaruhi organ-organ sasaran pada organisme. Kelenjar endokrin ikan mencakup suatu sistim yang mirip dengan vertebrae yang lebih tinggi tingkatannya.
Namun, ikan memiliki beberapa jaringan endokrin yang tidak
didapatkan pada vertebrata yang lebih tinggi, misalnya Badan Stanius yang memiliki fungsi sebagai kelenjar endokrin yang membantu dalam proses osmoregulasi.
B. Ruang Lingkup Isi - Kelenjar Pituiatary - Kelenjar Thyroid - Kelnjar Ultimobranchia - Badan stanius dan pineal - Sistem neurosecretory caudal
C. Kaitan Modul Modul ini merupakan modul ke sembilan yang membahas tentang kerja sistem hormon pada ikan.
Modul ini
dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul
sebelumya yaitu sistem peredaran darah, sistem urogenital dan sistem saraf pada ikan.
lxxxvi
D. Sasaran Pembelajaran Modul Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat: 18. Menjelaskan tentang sistem hormon dan fungsinya pada ikan 19. Menjelaskan letak beberapa kelenjar hormon pada ikan 20. Menjelaskan hubungan sistem saraf dengan sistem hormon pada ikan BAB II. PEMBAHASAN A. KELENJAR PITUITARY Kelenjar ini disebut pula hypophysa terletak di bawah dienchephalon. Suatu tangkai yang menghubungkan atara kelenjar ini dengan dienchepalon disebut Infundibulum.
Kelenjar ini walaupun kecil, fungsi dan strukturnya merupakan organ
tubuh yang sangat rumit dan sulit. Pada stadia embrionik, kelenjar ini berasal dari gabungan elemen neural yang tumbuh ke bawah dari diencephalon dan elemen epithel (kantung Rathke) yang tumbuh ke atas dari bagian dorsal rongga mulut. Pertumbuhan dari hypophysa, berasal dari dua macam organ, yaitu: Neurohypophyse dan Adenohypophyse.
Neurohypofise dibentuk
dari bagian alas dienchephalon (Infundibulum) sedangkan Adenohypophyse, terbentuk dari perlekukan bagian ektodermal dari rongga mulut embrio (stomodaeum), disebut kantong hypophyse atau kantung Rathke.
Hubungannya dengan rongga mulut akan
hilang setelah pertumbuhannya selesai. Neurohypophyse memiliki struktur berupa serabut-serabut yang sejajar, berasal dari hypothalamus di dalam otak.
Fungsi dari bagian hypophysa ini mengeluarkan
horman ke dalam hypothalmus dan diteruskan ke neurohypophyse oleh sel-sel neorosekresi dan masuk ke dalam aliran darah.
Adenohypophyse terbagi menjadi
beberapa bagian, yaitu: pars distalis atau lobes anterior, merupakan bagian yang terbesar, lebih konstan dan aktif dari yang lain. Pars intermedia kehadirannya bervariasi dan fungsinya diketahui mengontrol melanophora dan mungkin juga dalam melanogenesis. Neurosekresi dari hypothalamus (oxytocyn dan vasetocyn) disimpan dan dikeluarkan oleh neurohypofise.
Sekeresi ini berperan dalam osmoregulasi dan
reproduksi. Adenohypophyse mengandung beaneka sel pembuat hormon. Hormonhormon yang disekresikan oleh pars distalis adalah prolactin ikan (penting dalam
lxxxvii
pengaturan Na ikan air tawar), hormon pertumbuhan, carticothropyn (ACTH), gonadothropyn dan thyrotropyn. Kelenjar pituitary sering diberi gelar kelenjar induk (master gland) karena banyak menpengaruhi kegiatan kelenjar lainnya.
B. KELENJAR THYROID Semua vertebrata mempunyai kelenjar thyroid. Sebagian besar ikan bertulang sejati dan Cyclostomata terdiri dari folikel-folikel yang relatif menyebar di dekat aorta ventral, arteri branchialis affarent, jantung, insang, kepala ginjal, limp, otak atau mata. Pada Elasmobranchii dan beberapa ikan bertulang sejati thyroid merupakan kelenjar tersendiri yang dikelilingi oleh jaringan pengikat. Hormon thyroid
mempunyai beberapa fungsi fisiologik dan beberapa fungsi
lainnya yang belum diketahui, namun terbukti bahwa ia mampu mempengaruhi laju konsumsi oksigen, membantu pengendapan guanin dalam kulit, dan mengubah metabolisme nitrogen dan karbohidarat. Ia juga telah diketahui mempengaruhi sistem dan fungsi saraf dan proses osmoregulasi.
C. KELENJAR PARATHYROID Bagian sekresi dari kelenjar parathyroid berdiferensiasi dari epithel kantong farings ketiga dan keempat. Ini berarti kantong-kantong farings mempunyai andil dalam pembentukan jaringan kelenjar. Hormon parathyroid adalah polipetida yang dinamakan parathormon yang berfungsi mengatur kadar kalsium, dan sedikit menentukan kadar fosfor di dalam darah. Kalsium akan menghilang jika dari darah dan terjadi kejang otot jika hormon ini tidak ada. Jaringan kelenjar pada Cylostomata dan bangsa ikan, yang homolog dengan parathyroid telah ditemukan, namum fungsinya belum diketahui pasti. (hildenbran, 1974).
D. JARINGAN INTERRENAL (ADRENAL CORTEX) Pada ikan Osteichthyes, jaringan yang ekivalen atau homolog dengan adrenal cortex atau pada vertebrata tingkat tinggi.
Strukturnya sama dengan gonad dalam hal
produksi hormonnya yang mengandung steroid, dan asal-usul embriologinya.
Jaringan
lxxxviii
korteksnya merupakan derivat dari mesoderm yang membatasi rongga solom dekat tempat berasalnya pematang genital. Pada Elasmobranchia, jaringan ini bentuknya memanjang terletak pada bagian belakang ginjal. Sedangkan pada kelompok-kelompok sel yang tersebar di sepanjang vena cardinalis. Sel-sel yang menyerupai sel adrenocortical didapatkan pada dinding vena cardinalis ikan lamprey.
Jaringan interrenal mensekresikan hormon
adrenocorticosteroid yang mengontrol proses osmoregulasi dengan cara mempengaruhi ginjal, insang dan saluran gastrointestinal, dan mempengaruhi metabolisme protein dan karbohidrat. Jaringan interrenal pada Cyclostomata, tersebar sepanjang vena cardinalis posterior dan vena lainnya. Pada Teleostei jaringan interrenal menyebar, tetapi selalu membentuk bintik-bintik noda yang terdapat di dekat atau pada kepala ginjal.
E. JARINGAN CHROMAFFIN (SUPRARENAL) Jaringan ini banyak tersebar di dalam badan beberapa vertebrata.
Sel-sel
chromaffin pada ikan bertulang sejati tersebar di sepanjang vena poscardinalis dan dimungkinkan perluasannya tercampur dengan sel interrenal. Jaringan chromaffin pada Elasmobranchii menyatu dengan saraf simpathetic dan aorta dorsalis, terletak di depan jaringan interrenal. Khromaffin dan jaringan medulla dimasuki serabut preganglion dari sistem saraf otonom. Saraf ini dan kelenjar endokrin Adrenal medulla, keduanya sebagai derivat endokterm dari neural krest embrio, dan semuanya menggetahkan adrenalin dan non adrenalin.
Jaringan ini mensekresikan adrenalin mengadakan respon terhadap hormon
ini dalam berbagai cara, seperti menaikkan kadar gula dalam darah dan menaikkan tekanan darah, konsentrasi melanin dalam melanophora, serta merintangi otot polos. Kerja hormon ini menyerupai sistem kerja saraf simpathetic, yang mana hormon ini sangat erat hubungannya. Distribusi jaringan khromaffin di dalam tubuh dapat terletak di dekat tetapi terpisah dari jaringan organ interrena, dapat juga tercampur dengan jaringan interrenal atau korteks adrenal.
lxxxix
F. KELENJAR ULTIMOBRANCHIAL Kelenjar ini homolog dengan kelenjar parathyroid pada mammalia.
Pada ikan
bertulang sejati kelenjar ini terletak di bawah esophagus dekat sinus venosus. Pada Elasmobranchii kelenjar ini terletak pada sisi kiri bawah pharynx.
Kelenjar ini
mensekresikan hormon calcitonin, yang berperan dalam metabolisme kalsium. Ultimobranchial yaitu derivat dari sepasang kantong farings yang paling belakang, dan corpusculus stanus terletak pada bagian posterior dari ginjal Teleostei.
G. GONAD Dari struktur dan pertumbuhannya, gonad merupakan kelenjar endokrin. Kelenjar seks ikut dalam sekresi steroid, hal ini sangat penting dalam pemijahan, pembuatan sarang, dan aspek-aspek tingkah laku reproduksi lainnya.
Estrogen mengontrol
pertumbuhan dan perkembangan dari sistem genital betina, dan mengatur sifat-sifat seksual sekunder. Sel-sel interstisial dari testis menghasilkan hormon-hormon jantan dan secara keseluruhan dinamakan Androgen. Androgen diperlukan untuk pertumbuhan diferensiasi, dan berfungsinya saluran-saluran genitalia jantan, organ kopulasi, dan tingkah laku seksual dan pemijahan. Semua hormon gonad mempunyai hubungan timbal balik yang kompleks dengan hypophyse. Beberapa ditujukan terhadap fungsi jaringan interrenal atau jaringan korteks atau terhadap aktivitas thyroid atau badan pineal.
H. PULAU-PULAU LANGERHANS Pada ikan bertulang sejati biasanya jaringan ini terdapat di pyloric caeca, usus kecil, limpa dan empedu. Jaringan ini menghasilkan insulin yang berperan penting dalam metabolisme karbohidrat dan dalam pengubahan glukosa menjadi glycogen, dan dalam oksidasi glukosa dan pembuatan lemak.
I. BADAN PINEAL
xc
Organ pineal pada puncak otak atau pada bagian atas dienchepalon merupakan fotoreseptor.
Sekresi yang dihasilkan oleh badan pineal adalah melatonin yang
mengumpulkan melanin. Bila jaringan ini dihilangkan maka akan membawa perubahan dalam pertumbuhan. Ikan terutama Teleostei, pada ekornya terdapat pembekakan ventral pada medulla spinalisnya.
Secara histologis, pembengkakan ini mempunyai kesamaan dengan
neurohypophyse dan
dinamakan urohypophysa.
Pembengkakan ini diperkirakan
mempunyai fungsi endokrin, dalam hal mengatur tekanan osmose di dalam tubuh.
J. BADAN STANIUS Kelenjar ini memilik fungsi sebagai kelenjar endokrin yang sekresi sekresinya diduga ikut dalam proses penyesuaian tekanan osmotik lingkungan dengan tekanan osmotik cairan tubuh pada ikan (osmoregulasi).
INDIKATOR PENILAIAN 1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%) 2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%) 3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)
BAB III. PENUTUP Kelenjar endokrin ikan mencakup suatu sistim yang mirip dengan vertebrae yang lebih tinggi tingkatannya. Namun, ikan memiliki beberapa jaringan endokrin yang tidak didapatkan pada vertebrata yang lebih tinggi, misalnya Badan Stanius yang memiliki fungsi sebagai kelenjar endokrin yang membantu dalam proses osmoregulasi. Kerja hormon menyerupai kerja saraf, yaitu mengontrol dan mengatur keseimbangan kerja organ-organ di dalam tubuh. Namun, kontrol kerja saraf lebih cepat dibanding dengan kontrol endokrin. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berasal dari ektodermal adalah protein, peptida, atau derivat dari asam-asam amino, dan hormon
xci
yang dihasilkan oleh kelenjar yang berasal dari mesodermal (gonad, korteks ardenal) berupa steroid.
DAFTAR PUSTAKA TT.Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB XX.
Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977.
Ichthyology. Second edition. John Wiley & Sons, New York YY.
Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi
ZZ.Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. AAA.
Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.
YY.
Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas Perikanan, IPB
xcii
MODUL X JUDUL : SISTEM REPRODUKSI BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan suatu spesies ikan ditentukan oleh kemampuan ikan tersebut untuk bereproduksi dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan kemampuan untuk mempertahankan populasinya.
Fungsi reproduksi pada ikan pada dasarnya merupakan
bagian dari sistem reproduksi yang terdiri dari komponen kelenjar kelamin atau gonad, dimana pada ikan betina disebut ovarium sedang pada jantan disebut testis beserta salurannya. Sementara beberapa kelenjar endokrin mempunyai peranan dalam mengatur sistem reproduksi (Hoar & Randall, 1983).
B. Ruang Lingkup Isi - Ovarium - Testes - Seksualitas Ikan - Sifat seksual primer dan sekunder ikan - Strategi repoduksi
C. Kaitan Modul Modul ini merupakan modul ke sembilan yang membahas tentang kerja sistem reproduksi pada ikan.
Modul ini
dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul
sebelumya yaitu sistem peredaran darah, sistem urogenital dan sistem saraf dan sistem hormon pada ikan.
D. Sasaran Pembelajaran Modul Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat: 21. Menjelaskan perbedaan anatomi organ reproduksi jantan dan betina pada ikan
xciii
22. Menjelaskan dapat menjelaskan seksualitas pada ikan 23. Menjelaskan strategi reproduksi pada ikan BAB II. PEMBAHASAN A. OVARIUM Pada kelompok Teleost terdapat sepasang ovarium yang memanjang dan kompak. Ovarium terdiri dari oogonia dan jaringan penunjang atau stroma. Mereka tergantung pada bagian atas rongga tubuh dengan perantaraan mesovaria, di bawah atau di samping gelembung renang (jika ada. Ukuran dan perkembangannya pada rongga tubuh bervariasi dengan tingkat kematangannya.
Pada keadaan matang , ovarium bisa mencapai 70 %
dari berat tubuhnya. Sebagian besar pada waktu masih muda warna keputih-putihan dan menjadi kekuning-kuningan pada saat matang. Pada
chondrichtyes, oviduct (Mullerian duct) dengan corong masuk (ostium
tubes abdominalis) di ujung terletak di bagian depan rongga tubuh. oviduct menuju cloaca dan keluar melalui lubang genital.
Telur melewati
Pada chondrichtyes yang
ovipar, bagian depan jaringan oviduct dimodifikasi menjadi kelenjar cangkang (shellgland); sedangkan pada ovivipar dan vivipar, bagian belakang oviduct mmbesar menjadi suatu uterus temapt penyimpanan anak ikan selama perkembangan embrioniknya. Keadaan yang demikian ditemukan pada ikan dipnoi, Acipenceriformes dan bowfin. Pada ovarium terdapat oosit pada berbagai stadia tergantung pada tipe reproduksinya (Nagahama dalam Hoar, 1983). Menurut Harder (1975) tipe reproduksi dibagi menjadi a) tipe sinkronisasi total dimana oosit berkembang pada stadia yang sama. Tipe ini biasanya terdapat pada spesies ikan yang memijah hanya sekali dalam setahun; b) tipe sinkronisasi kelompok dengan dua stadia, yaitu oosit besar yang matang, di samping itu ada oosit yang sangat kecil tanpa kuning telur; dan c) tipe asinkronisasi dimana ovarium terdiri dari berbagai tingkat stadia oosit. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi reproduksi pada spesies ikan terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi curah hujan, suhu, sinar matahari, tumbuhan dan adanya ikan jantan. Pada umumnya ikan-ikan di perairan alami akan memijah pada awal musim hujan atau pada akhir
xciv
musim hujan, karena pada saat itu akan terjadi suatu perubahan lingkungan atau kondisi perairan yang dapat merangsang ikan-ikan untuk berpijah. Faktor internal meliputi kondisi tubuh dan adanya hormone reproduksi (Redding & Reynaldo, 1993).
Adapun
faktor internal yaitu tersedianya hormon steroid dan gonadotropin baik dalam bentuk hormon Gonadotropin I (GtH I) dan Gonadotropin II (GtH II) dalam jumlah yang cukup dalam tubuh untuk memacu kematangan gonad diikuti ovulasi serta pemijahan. Sebaliknya bilamana salah satu atau kedua hormon; tersebut tidak mencukupi dalam tubuh maka perkembangan oosit dalam ovarium terganggu bahkan akan berhenti dan mengalami atresia (Pitcher, 1995) Faktor lingkungan merupakan stimuli yang dapat ditangkap oleh alat indera ikan seperti kulit, mata dan
hidung. Informasi berasal dari lingkungan sampai di otak melalui
reseptor yang terdapat pada masing-masing organ sensori.
Selanjutnya melalui ujung-
ujung saraf akan diteruskan ke hipotalamus untuk mengeluarkan Gonadotropic releasing Hormon (GnRH) yang dapat merangsang kelenjar hipofisa anterior untuk memproduksi hormone Gonadotropic (GtH). Hormon Gonadotropic ini melalui aliran darah akan menuju ke gonad, kemudian akan merangsang pertumbuhan gonad yang selain mendorong pertumbuhan oosit juga untuk memproduksi hormone steroid yang merupakan mediator langsung untuk pemijahan.
B. TESTES Testes (gonad jantan) bersifat internal dan bentuknya longitudinal, pada umumnya berpasangan. Lamprey dan Hagfishes mempunyai testes tunggal. Pada chodrichtyhes, seringkali gonad yang satu lebih besar dari pada yang lainnya. Testes ini bergantung pada bagian atas rongga tubuh dengan perantaraan samping gelembung gas (jika ada).
mesorchium, di bawah atau di
Mereka tersusun dari folikel-folikel tempat
spermatozoa berkembang. Ukuran dan warna gonad bervariasi tergantung pada tingkat kematangannya dengan berat bisa mencapai 12% atau lebih dari bobot tubuhnya. Kebanyakan testes berwarna putih kekuningan dan halus. Sebelum sampai pada lubang pelepasan (urogenital pore), spermatozoa yang berasal dari testes terlebih dahulu melewati vasa efferentia, epididymis, vasa defferentia,
xcv
seminal vesicle, urogenital sinus, dan urogenital papilla pada Chondrichthyes. Pada sisi seminal vesicle dan atau kantung sperma hanya terdapat pada beberapa ikan. Pembentukan spermatozoa dari spermatid di dalam testes disebut spermatogenesis. Proses ini meliputi poliferasi spermatogenia melalui pembelahan mitosis yang berulang dan tumbuh membentuk spermatocyte primer, kemudian melalui pembelahan reduksi (meiosis) membentuk spermatocyte sekunder.
Spermatocyte sekunder membelah
menjadi spermatid, yang mengadakan metamorfose menjadi gamet yang ``motile`` (dapat bergerak) dan punya potensi fungsional yang dinamakan spermatozoa.
Proses
metamorfose spermatid sering dinamakan ``spermatogenesis``. (Hoar, 1969). Untuk menjamin terjadinya fertilisasi, setiap ikan jantan menghasilkan banyak sekali spermatozoa yang ukurannya begitu kecil sehingga dalam satu tetes mani bisa ditemukan lebih kurang satu juta spermatozoa.
Spermatozoa yang dihasilkan oleh jenis
ikan yang berbeda, bukan saja berbeda dalam hereditasnya, tetapi juga berbeda dalam bentuknya. Spermatozoa ditambah sekresi dari saluran sperma membentuk air mani (milt) yang dikeluarkan pada waktu memijah. Spermatozoa yang tidak aktif dan tidak bergerak sampai sekresi sperma berjumpa dengan sel telur dalam fertilisasi. Jangka waktu hidup spermatozoa bergantung kepada spesies dan kepada substrat tempat mereka diletakkan. Jika sperma diletakkan pada air, maka jangka waktunya lebih pendek dari pada bila terletak dalam tubuh hewan betina.
Kemungkinan hidup sel
sperma juga dipengaruhi oleh suhu, secara umum mereka hidup lebih lama pada suhu yang rendah dari pada suhu tinggi.
Alat reproduksi jantan dan betina pada ikan
xcvi
C. SEKSUALITAS IKAN Pada prinsipnya, seksualitas pada ikan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina.
Ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma,
sedangkan ikan betina adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Suatu populasi terdiri dari ikan-ikan yang berbeda seksualitasnya, maka populasi tersebut disebut populasi heteroseksual, bila populasi tersebut terdiri dari ikan-ikan betina saja maka disebut monoseksual. Namun, penentuan seksualitas ikan di suatu perairan harus berhatihati karena secara keseluruhan terdapat bermacam-macam seksualitas ikan mulai dari hermaprodit sinkroni, protandri, protogini, hingga gonokorisme yang berdiferensiasi maupun yang tidak berdiferensiasi. Hermaproditisme Ikan hermaprodit mempunyai baik jaringan ovarium maupun jaringan testis yang sering dijumpai dalam beberapa famili ikan. Kedua jaringan tersebut terdapat dalam satu organ dan letaknya seperti letak gonad yang terdapat pada individu normal. Pada umumnya, ikan hermaprodit hanya satu sex saja yang berfungsi pada suatu saat, meskipun ada beberapa spesies yang bersifat hemaprodit sinkroni. Berdasarkan perkembangan ovarium dan atau testis yang terdapat dalam satu individu dapat menentukan jenis hermaproditismenya. a. Hermaprodit sinkroni/simultaneous.
Apabila dalam gonad individu terdapat sel
kelamin betina dan sel kelamin jantan yang dapat masak bersama-sama dan siap untuk dikeluarkan. Ikan hermaprodit jenis ini ada yang dapat mengadakan pembuahan sendiri dengan mengeluarkan telur terlebih dahulu kemudian dibuahi oleh sperma dari individu yang sama, ada juga yang tidak dapat mengadakan pembuahan sendiri. Ikan ini dalam satu kali pemijahan dapat berlaku sebagai jantan dengan mengeluarkan sperma untuk membuahi telur dari ikan yang lain, dapat pula berlaku sebagai betina dengan mengeluarkan telur yang akan dibuahi sperma dari individu lain. Contoh ikan hermaprodit sinkroni yaitu ikan-ikan dari Famili Serranidae. b. Hermaprodit protandri. Ikan yan di dalam tubuhnya mempunyai gonad yang mengadakan proses diferensiasi dari fase jantan ke fase betina. Ketika ikan masih muda
xcvii
gonadnya mempunyai daerah ovarium dan daerah testis, tetapi jaringan testis mengisi sebagian besar gonad pada bagian lateroventral. Setelah jaringan testisnya berfungsi dan dapat mengeluarkan sperma, terjadi masa transisi yaitu ovariumnya membesar dan testis mengkerut. Pada ikan yang sudah tua, testis sudah tereduksi sekali sehingga sebagian besar dari gonad diisi oleh jaringan ovarium yang berfungsi, sehingga ikan berubah menjadi fase betina. Contoh ikan-ikan yang termasuk dalam golongan ini antara lain Sparus auratus, Sargus annularis, Lates calcarifer (ikan kakap). c. Hermaprodit protogini. Merupakan keadaan yang sebaliknya dengan hermaprodit protandri. Proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan. Pada beberapa ikan yang termasuk golongan ini sering terjadi sesudah satu kali pemijahan, jaringan ovariumnya mengkerut kemudian jaringan testisnya berkembang. Salah satu spesies ikan di Indonesia yang sudah dikenal termasuk ke dalam golongan hermaprodit protogini ialah ikan belut sawah (Monopterus albus) dan ikan kerapu Lumpur (Epinephelus tauvina). Ikan ini memulai siklus reproduksinya sebagai ikan betina yang berfungsi, kemudian berubah menjadi ikan jantan yang berfungsi. Urutan daur hidupnya yaitu : masa juvenile yang hermaprodit, masa betina yang berfungsi, masa intersek dan masa terakhir masa jantan yang berfungsi. Pada ikan-ikan yang termasuk ke dalam Famili Labridae, misalnya Halichieres sp. terdapat dua macam jantan yang berbeda. Ikan jantan pertama terlihatnya seperti betina tetapi tetap jantan selama hidupnya, sedangkan jantan yang kedua ialah jantan yang berasal dari perubahan ikan betina. Pada ikan-ikan yang mempunyai dua fase dalam satu siklus hidupnya, pada tiap-tiap fasenya sering didapatkan ada perbedaan baik dalam morfologi maupun warnanya. Keadaan demikian menyebabkan terjadinya kesalahan dalam mendeterminasi ikan itu menjadi dua nama, yang sebenarnya spesies ikan itu sama. Misalnya pada ikan Larbus ossifagus ada dua individu yang berwarna merah dan ada yang berwarna biru. Ternyata ikan yang berwarna merah adalah ikan betina, sedangkan yang berwarna biru adalah ikan jantan. Hermaprodit protandri dan hermaprodit protogini sering disebut hermaprodit beriring. Pada waktu ikan itu masih muda mempunyai gonad yang berorganisasi dua macam seks, yaitu terdapat jaringan testis dan ovarium yang belum berkembang dengan baik. Proses suksesi kelamin
xcviii
dari satu populasi hermaprodit protandri atau hermaprodit protogini terjadi pada individu yang berbeda baik menurut ukuran atau umur, tetapi merupakan suatu proses yang beriring. Gonokhorisme Selain hermaproditisme, pada ikan terdapat juga gonokhorime, yaitu kondisi seksual berganda yaitu pada ikan bertahap juvenil gonadnya tidak mempunyai jaringan yang jelas status jantan atau betinanya. Gonad tersebut kemudian berkembang menjadi semacam ovarium, setelah itu setengah dari individu ikan-ikan itu gonadnya menjadi ovarium (menjadi ikan betina) dan setengahnya lagi menjadi testis (menjadi ikan jantan). Gonokhoris yang demikian dinamakan gonokhoris yang “tidak berdiferensiasi:, yaitu keadaannya tidak stabil dan dapat terjadi interseks yang spontan. Misalnya Anguilla anguilla dan Salmo gairdneri irideus adalah gonokhoris yang tidak berdiferensiasi. Ikan gonokhorisme yang “berdiferensiasi” sejak dari mudanya sudah ada perbedaan antara jantan dan betina yang sifatnya tetap sejak dari kecil sampai dewasa, sehingga tidak terdapat spesies yang interseks.
D. SIFAT SEKSUAL PRIMER DAN SEKUNDER Sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina. Satu spesies ikan yang mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina dengan jelas, maka spesies itu bersifat seksual dimorfisme. Namun, apabila satu spesies ikan dibedakan jantan dan betinanya berdasarkan perbedaan warna, maka ikan itu bersifat seksual dikromatisme. Pada umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cerah dan lebih menarik dari pada ikan betina. Pada dasarnya sifat seksual sekunder dapat dibagi menjadi dua yaitu : a) Sifat seksual sekunder yang bersifat sementara, hanya muncul pada waktu musim pemijahan saja. Misalnya “ovipositor”, yaitu alat yang dipakai untuk menyalurkan telur ke bivalvia, adanya semacam jerawat di atas kepalanya pada waktu musim pemijahan.
xcix
Banyaknya jerawat dengan susunan yang khas pada spesies tertentu bisa dipakai untuk tanda menentukan spesies, contohnya ikan Nocomis biguttatus dan Semotilus atromaculatus jantan. b) Sifat seksual sekunder yang bersifat permanent atau tetap, yaitu tanda ini tetap ada sebelum, selama dan sesudah musim pemijahan. Misalnya tanda bulatan hitam pada ekor ikan Amia calva jantan, gonopodium pada Gambusia affinis, clasper pada golongan ikan Elasmobranchia, warna yang lebih menyala pada ikan Lebistes, Beta dan ikan-ikan karang, ikan Photocornycus yang berparasit pada ikan betinanya dan sebagainya. Biasanya tanda seksual sekunder itu terdapat positif pada ikan jantan saja. Apabila ikan jantan tadi dikastrasi (testisnya dihilangkan), bagian yang menjadi tanda seksual sekunder menghilang, tetapi pada ikan betina tidak menunjukkan sesuatu perubahan. Sebaliknya tanda bulatan hitan pada ikan Amia betina akan muncul pada bagian ekornya seperti ikan Amia jantan, bila ovariumnya dihilangkan. Hal ini disebabkan adanya pengaruh dari hormon yang dikeluarkan oleh testis mempunyai peranan pada tanda seksual sekunder, sedangkan tanda hitam pada ikan Amia menunjukkan bahwa hormon yang dikeluarkan oleh ikan betina menjadi penghalang timbulnya tanda bulatan hitam.
E. STRATEGI REPRODUKSI Berdasarkan organ tempat embrio berkembang dan tempat terjadinya pembuahan, terdapat tiga golongan ikan: Ikan ovipar Golongan ovipar yaitu ikan yang mengeluarkan telur pada waktu pemijahan. Sebagian besar jenis ikan tergolong ke dalam golongan ovipar.
Beberapa contoh ikan yang
termasuk dalam golongan ini adalah Ikan mas (Cyprynus carpio), mujair (Oreochromis mosambicus), kakap (Lates calcarifer) dan tongkol (Euthynus spp.). Beberapa ikan berpijah secara bersama-sama dan tanpa berpasangan. Sejumlah ikan jantan dan betina megeluarkan sperma dan telur secara bersama dalam suatu lingkungan yang cocok.
Jumlah telur yang banyak dibiarkan hanyut dalam perairan
terbuka, terbawa dan terapung oleh turbulensi arus, kemudian menempel pad substrat. Spesiae lain memiliki kebiasaan berpasangan dalam memijah setelah satu atau dari pasangan tersebut keduanya menyiapkan tempat untuk meletakkan telur. Beberapa jenis
c
ikan memendam telurnya di krikil dan kemudian meninggalkannya, sedangkan jenis lain akan menjaga (mengawal) sarangnya. Ikan belanak (Liza spp, Mugil spp, valamugil sp) merupakan jenis ikan pantai yang umumnya melakukan pemijahan di daerah pantai dengan salinitas yang agak tinggi. Telur-telur dikeluarkan begitu saja dan terbawa arus sampai ke muara sungai. Anak-anak belanak akan bergerak ke tambak dan bahkan ada yang masuk ke perairan tawar. Ikan vivipar Golongan vivipar merupakan ikan yang melahirkan anak dalam pola reproduksinya.
Anak ikan yang dilahirkan oleh golongan ikan vivipar hampir
menyerupai individu dewasa. Kandungan kuning telur sangat sedikit dan perkembangan embrio ditentukan oleh hubungannya dengan placenta pada tahap awal untuk mencukupi kebutuhan makanannya. Golongan ikan ini umumnya berfekunditas kecil, tidak seperti pada golongan ikan ovipar yang memiliki fekunditas lebih besar.
Meskipun demikian keturunannya
mendapat semacam jaminan dari induk untuk dapat melangsungkan awal hidupnya dengan aman.
Keadaan demikian menunjukkan bahwa ikan vivipar stuasinya lebih
modern dari pada ikan ovipar dalam mempertahankan eksistensi species dari keadaan lingkungan sekelilingnya termasuk dari serangan predator. Umumnya jenis ikan bertulang rawan (hiu dan pari) nerupakan kelompok vivipar, meskipun demikian beberapa ikan bertulang sejati bisa dikategorikan melahirkan anak, seperti family Poeciliidae, Goodidae, Anablepidae dan Yaminsiidae. Ikan ovovivipar Golongan ikan ovovipar ini melahirkan anak seperti halnya vivipar, namun pekembangan anak di dalam kandungan induk mendapatkan makanan dari persediaan kuning telur yang tersedia non placental.
Dalam perkembangan yang demikian anak
mendapat keperluan material untuk pertumbuhannya dari induk melalui penyerapan zatzat yang dikeluarkan oleh uterus. Zat tersebut disebut “Susu uterin“ atau embriotrophe. Spesies ikan ovovivpar jumlahnya jauh lebih banyak dari pada ikan vivipar. Pada embrio ikan Squalus acanthias terdapat dua macam kantung telur yaitu kantung yang di luar tubuh dan kantung didalam tubuh. Kantung kuning telur dalam tubuh sebagai hasil perkembangan batang kantung kuning telur bagian luar yang tumbuh
ci
pada bagian dalam.
Butir-butir kuning telur dari kantung luar bergerak ke bagian
kantung dalam terus ke usus untuk dicerna. Berbeda dengan golongan ikan vivipar dan ovovipar, maka ikan ovipar yang merupakan mayoritas dari ikan yang ada pada waktu pemijahan membuahi telurnya di luar tubuh. Telur yang dikeluarkan dari tubuh induk dibuahi oleh ikan jantan dengan berbagai cara.
Semua tingkah laku yang dilakukan oleh ikan tersebut pada waktu
pemijahan bertujuan agar semua telur yang dikeluarkan dapat dibuahi dengan baik. Ikan bertulang rawan yang tergolong ke dalam ovovivipar memiliki masa mengandung yang berbeda-beda. Ikan Myliobastis bovia masa mengandungnya empat bulan, Urolophus halleri tiga bulan dan Squalus acanthias dua bulan.
INDIKATOR PENILAIAN 1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%) 2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan (30%) 3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan (30%)
BAB III. PENUTUP Fungsi reproduksi pada ikan pada dasarnya merupakan bagian dari sistem reproduksi yang terdiri dari komponen kelenjar kelamin atau gonad, dimana pada ikan betina disebut ovarium sedang pada jantan disebut testis beserta salurannya. Pada prinsipnya, seksualitas pada ikan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina. Ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma, sedangkan ikan betina adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina
cii
DAFTAR PUSTAKA ZZ.Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB DDD.
Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977.
Ichthyology. Second edition. John Wiley & Sons, New York EEE.
Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi
FFF.
Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
GGG.
Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.
BBB.
Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas Perikanan, IPB
ciii
civ