TUGAS METROLOGI INDUSTRI
( MAKALAH JANGKA SORONG )
Disusun Oleh :
AHMAD EFENDI 02.2013.1.08675
Jurusan Teknik Mesin
ITATS
2013 / 2014
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi
sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan
seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul ( MAKALAH JANGKA SORONG ).
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada : Kedua orang tua dan segenap keluarga besar yang telah memberikan
dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan
dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih
baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar proposal ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
Surabaya, 29 Mei 2014
Penyusun
Ahmad Efendi
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN JANGKA SORONG
2.2 BENTUK & BAGIAN-BAGIAN JANGKA SORONG
2.3 MACAM-MACAM JANGKA SORONG
2.4 PRINSIP KERJA JANGKA SORONG
2.5 KALIBRASI JANGKA SORONG
2.6 PROSEDUR PENGUKURAN JANGKA SORONG
2.7 CARA PEMBACAAN PENGUKURAN JANGKA SORONG
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
3.3 GAMBAR-GAMBAR JANGKA SORONG
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Untuk mengukur panjang suatu benda, kita dapat menggunakan berbagai macam
alat ukur panjang, diantaranya mistar, rolmeter, jangka sorong, dan
mikrometer skrup. Masing-masing alat ukur panjang tersebut memiliki
ketelitian yang berbeda. Semakin teliti suatu alat maka pengukuran tersebut
akan mendekati ukuran yang sebenarnya.
Dalam mengukur panjang suatu benda, selain memperhatikan ketelitian alat
ukurnya, juga memperhatikan jenis dan macam benda yang akan diukur. Jika
benda yang akan diukur memiliki bentuk yang sangat besar, maka pengukuran
tidak mementingkan ketelitian yang besar. Contohnya untuk mengukur meja,
mengukur suatu ruangan, mengukur suatu bahan tekstil, maka alat ukur yang
digunakan adalah penggaris ataupun rol meter. Namun jika benda yang diukur
menuntut ketelitian yang tinggi, terutama dalam suatu percobaan fisika maka
alat ukur yang digunakanpun merupakan alat ukur dengan ketelitian yang
tinggi yang memiliki skala terkecil yang sangat kecil. Contoh untuk
mengukur diametr bola, diameter balok, , mengukur diameter luar tabung,
diameter dalam tabung, mengukur kedalaman, bisa menggunakan mikrometer
sekrup dan untuk dua kemampuan terakhir bisa secara spesifik dilakukan oleh
alat ukur jangka sorong.
Jangka sorong memiliki skala terkecil, yaitu 0,1 mm yang artinya nilai
antara dua gores yang berdekatan adalah 0,1 mm. Sehingga dapat dikatakan
bahwa jangka sorong dapat mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian
hingga 0,1 mm. Pelaporan hasil pengukuran tersebut dinyatakan sebagai x =
xx, dengan x adalah nilai pendekatan terhadap nilai kebenaran x0 sedangkan
x adalah ketidakpastian mutlaknya. Dalam pengukuran tunggal, pengganti x0
adalah nilai hasil pengukuran itu sendiri, sedangkan ketidakpastian
mutlaknya, x = skala terkecil instrumen. Selain memiliki skala terkecil
0,1 mm, jangka sorong memiliki bentuk yang unik yang terdiri dari rahang
untuk mengukur diameter luar suatu benda (rahang tetap dan rahang geser
bawah), rahang untuk mengukur diameter dalam suatu benda (rahang tetap dan
rahang geser atas). lidah pengukur kedalaman, skala utama(dalam cm), skala
utama(dalam inci), skala nonius (dalam mm), skala nonius (dalam inci), dan
kunci peluncur.
Makalah ini akan membahas mengenai alat ukur panjang yaitu jangka sorong
secara detail meliputi jenis jangka sorong, fungsi jangkasorong, prinsip
kerja jangka sorong, pembacaan kalibrasi, prosedur penggunaannya, dan cara
pembacaan hasil pengukuran.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang digunakan pada makalah alat ukur panjang jangka
sorong ini adalah sebagai berikut :
1. Apa itu jangka sorong ?
2. Bagaimana bentuk jangka sorong dan bagian-bagiannya?
3. Apa saja jenis jangka sorong?
4. Bagaimana prinsip kerja jangka sorong?
5. Bagaimana kalibrasi jangka sorong?
6. Bagaimana prosedur pengukuran jangka sorong?
7. Bagaimana cara pembacaan hasil pengukuran jangka sorong?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah alat ukur panjang jangka sorong ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui bentuk jangka sorong beserta bagian-bagiannya.
2. Mengetahui jenis-jenis jangka sorong jangka sorong.
3. Mengetahui prinsip kerja jangka sorong.
4. Mengetahui cara mengalibrasi jangka sorong dan cara pembacaan kalibrasi
jangka sorong.
5. Mengetahui prosedur pengukuran jangka sorong.
6. Mengetahui cara pembacaan hasil pengukuran jangka sorong.
1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah alat ukur panjang jangka sorong ini adalah
memberikan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai alat ukur panjang jangka
sorong, baik dari bentuk dan fungsi bagian-bagiannya, macam-macam jenis
jangka sorong, prinsip kerja, kalibrasi, prosedur pengukurannya, hingga
pembacaan hasil pengukurannya.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam penyusunan penulisan penelitian ini, maka penulis
membaginya kedalam beberapa bagian sebagai berikut :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang,rumusan
masalah,tujuan, manfaat, serta sistematika penulisan.
BAB 2 : PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan tentang pembahasan dari makalah jangka
sorong.
BAB 3: PENUTUP
Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran serta lampiran jenis-
jenis jangka sorong.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Jangka Sorong
Jangka sorong (vernier caliper) adalah suatu alat ukur panjang yang dapat
digunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1
mm. Jangka sorong digunakan pula untuk mengukur panjang benda maksimum 20
cm. keuntungan penggunaan jangka sorong adalah dapat digunakan untuk
mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau
cincin, maupun kedalam sebuah tabung.
2.2 Bentuk dan Bagian-Bagian Jangka Sorong
Secara umum, jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan
rahang geser. Jangka sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama
yang terdapat pada rahang tetap dan skala nonius (vernier) yang terdapat
pada rahang geser. Bentuk jangka sorong serta bagian-bagiannya ditunjukkan
pada gambar berikut ini
Keterangan :
1. Rahang untuk mengukur diameter luar suatu benda
2. Rahang untuk mengukur diameter dalam suatu benda
3. Lidah pengukur kedalaman
4. Skala utama(dalam cm)
5. Skala utama(dalam inci)
6. Skala nonius (dalam mm)
7. Skala nonius (dalam inci)
8. Kunci peluncur
2.3 Macam-Macam Jangka Sorong
Adapun jenis-jenis jangka sorong yang dapat digunakan untuk mengukur
panjang adalah seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
1. Jangka sorong manual dengan ketelitian 0,1mm = 0,01 cm
2. Jangka sorong analog dengan ketelitian 0,05 mm = 0,005 cm
3. Jangka sorong digital dengan ketelitian 0.01 mm = 0,001 cm
2.4 Prinsip Kerja Jangka Sorong
Jangka sorong terdiri dari dua skala yaitu skala utama dengan skala
terkecil dalam milimeter (1mm = 0,1 cm) dan skala nonius. Sepuluh skala
utama memiliki panjang 1 cm, jadi jarak 2 skala utama yang saling
berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang
0,9 cm, jadi jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm.
Jadi beda satu skala utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09 cm
= 0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala terkecil dari jangka sorong adalah
0,1 mm atau 0,01 cm.
Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi x =
½ x 0,01 cm = 0,005 cm. Dengan ketelitian jangka sorong adalah :
ketelitian 0,005 cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur
diameter sebuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat). Seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa jangka sorong dapat dipergunakan
untuk mengukur diameter luar sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung
atau cincin maupun untuk mengukur kedalaman sebuah tabung.
Prinsip utama menggunakan jangka sorong adalah apabila kunci yang terdapat
pada jangka sorong dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat digerakkan
sesuai keperluan. Dalam kegiatan pengukuran objek yang hendak diukur
panjangnya atau diameternya maka objek akan dijepit diantara 2 penjepit
(rahang) yang ada pada jangka sorong. Panjang objek dapat ditentukan secara
langsung dengan membaca skala utama sampai sepersepuluh cm (0,1cm) kemudian
menambahkan dengan hasil pembacaan pada skala nonius sampai seperseribu cm
(0,001cm).
2.5 Kalibrasi Jangka Sorong
Jangka sorong dikalibrasi dengan cara mendorong rahang geser hingga
menyentuh rahang tetap. Apabila rahang geser berada pada posisi yang tepat
di angka nol, yaitu angka nol pada skala utama dengan angka nol pada skala
nonius saling berhimpit pada satu garis lurus, maka jangka sorong tersebut
sudah terkalibrasi dan siap digunakan.
Hal-hal yang menyebabkan kegagalan kalibrasi dan pengukuran menggunakan
jangka sorong adalah:
1. Kesalahan umum (orang yang melakukan penggukuran),
2. Kesalahan sistematis (kerusakan alat, lingkungan),
3. Kesalahan acak (tidak diketahui pengyebabnya).
Faktor terjadinya kerusakan alat adalah ketidakstabilan suhu ruang
penyimpanan, sehingga memungkinkan jangka sorong untuk memuai atau
menyusut, terbentur dan/atau tergores.
2.6 Prosedur Pengukuran Jangka Sorong
1) Mengukur diameter luar suatu benda
a. Membuka rahang jangka sorong dengan cara mengendorkan sekrup pengunci,
menggeser rahang geser jangka sorong ke kanan sehingga benda yang diukur
dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap).
b. Letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang.
c. Menggeser rahang geser ke kiri sedemikian sehingga benda yang diukur
terjepit oleh kedua rahang sekaligus mengunci sekrup pengunci.
d. Membaca dan mencatat hasil pengukuran.
2) Mengukur diameter dalam suatu benda
a. Memutar pengunci ke kiri / mengendorkan sekrup pengunci.
b. Menggeser rahang geser jangka sorong sedikit kekanan.
c. Meletakkan benda/cincin/tabung yang akan diukur sedemikian sehingga
kedua rahang (atas) jangka sorong masuk ke dalam benda/cincin tersebut.
d. Menggeser rahang geser kekanan sedemikian sehingga kedua rahang jangka
sorong menyentuh kedua dinding dalam benda/cincin/tabung yang diukur dan
mengunci sekrup pengunci
e.Membaca dan mencatat hasil pengukuran
3) Mengukur kedalaman suatu benda/tabung
a.Meletakkan tabung yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak
b.Memutar jangka (posisi tegak) kemudian meletakkan ujung jangka sorong ke
permukaan tabung yang akan diukur dalamnya.
c.Menggeser rahang geser kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong
menyentuh dasar tabung.
d. Mengunci sekrup pengunci
e.Membaca dan mencatat hasil pengukuran
2.7 Cara Pembacaan Hasil Pengukuran Jangka Sorong
Mula-mula perhatikan skala utama yang berhimpit dengan angka nol pada skala
nonius. Dari gambar ditunjukkan bahwa skala utama berhimpit diantara angka
4,7 cm dengan 4,8 cm.
Selanjutnya perhatikan skala nonius yang segaris dengan skala utama. Dari
gambar ditunjukkan pada angka 4. Perhatikan pembagian skala pada skala
nonius, apabila skalanya dibagi menjadi 10 bagian yang sama maka hasil
pengukuran skala nonius dikali dengan 1/10mm. Apabila dibagi menjadi 20
bagian maka dikali dengan 1/20mm, dan apabila dibagi menjadi 50 bagian maka
dikalikan dengan 1/50 mm. Setelah diketahui skala utama serta skala
noniusnya maka hasil pengukurannya adalah jumlah keduanya. Dari contoh
dapat dibaca hasil pengukuranya sebesar:
Hasil = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka
sorong) = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,01 cm)
Karena Dx = 0,005 cm (tiga desimal), maka hasil pembacaan pengukuran (xo)
harus juga dinyatakan dalam 3 desimal. Tidak seperti mistar, pada jangka
sorong yang memiliki skala nonius, Anda tidak pernah menaksir angka
terakhir (desimal ke-3) sehingga anda cukup berikan nilai 0 untuk desimal
ke-3. sehingga hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat anda
laporkan sebagai :
Panjang L = xo + Dx
Maka, hasil pengukurannya menjadi :
4,7 cm + (0,4 x 0,01) cm = 4,7 cm + 0,004 cm = 4,704 cm
Jadi, L = (4,704 + 0,005) cm
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Jangka sorong (vernier caliper) adalah suatu alat ukur panjang yang
dapat digunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian
hingga 0,1 mm. Keunggulan penggunaan jangka sorong adalah dapat
digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, maupun kedalam
benda.
1. Secara umum, jangka sorong terdiri atas rahang tetap dan rahang geser,
rahang bawah untuk mengukur diameter luar suatu benda, rahang atas
untuk mengukur diameter dalam suatu benda, lidah pengukur kedalaman,
skala utama(dalam cm dan inci), skala nonius (dalam dan inci), kunci
peluncur.
1. Jenis-jenis jangka sorong yang dapat digunakan untuk mengukur panjang
adalah Jangka sorong manual dengan ketelitian 0,1mm = 0,01 cm, Jangka
sorong analog dengan ketelitian 0,05 mm = 0,005 cm, dan Jangka sorong
digital dengan ketelitian 0.01 mm = 0,001 cm.
1. Prinsip Kerja Jangka Sorong terdiri dari prinsip ketika melakukan
suatu pengukuran, yaitu apabila kunci peluncur telah dikendurkan, maka
skala nonius dapat digeser ke depan atau belakang sesuai dengan
keperluan pengukuran. Dan prinsip ketika membaca hasil pengukuran,
yaitu hasil pengukuran tergantung besarnya ketelitian yang dimiliki
jangka sorong, karena ketelitian setiap jengka sorong berbeda-beda
berdasarkan skala nonius yang dimilikinya.
1. Jangka sorong dikalibrasi dengan cara mendorong rahang geser hingga
menyentuh rahang tetap. Apabila rahang geser berada pada posisi yang
tepat di angka nol, yaitu angka nol pada skala utama dengan angka nol
pada skala nonius saling berhimpit pada satu garis lurus, maka jangka
sorong tersebut sudah terkalibrasi dan siap digunakan.
1. Hal-hal yanng menyebabkan kegagalan kalibrasi dan pengukuran
menggunakan jangka sorong adalah kesalahan umum (orang yang melakukan
penggukuran), kesalahan sistematis (kerusakan alat, lingkungan),
kesalahan acak (tidak diketahui pengyebabnya).
1. Faktor terjadinya kerusakan alat adalah ketidakstabilan suhu ruang
penyimpanan, sehingga memungkinkan jangka sorong untuk memuai atau
menyusut, terbentur dan/atau tergores.
1. Cara Pembacaan Hasil Pengukuran Jangka Sorong
Hasil = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka
sorong) = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,01 cm)
3.2 Saran
Makalah yang telah dibuat ini menjelaskan mengenai cara penggunaan
jangka sorong dan spesifikasi jangka sorong itu sendiri. Mengingat bahwa
pembelajaran MIPA terutama fisika tidak lepas dari kegiatan mengukur, oleh
karena itu pengetahuan mengenai alat-alat ukur, terutama alat ukur panjang
jangka sorong ini sangat penting untuk diketahui dan dipahami.
Penulis berharap agar pelajar dan mahasiswa di segala tingkatan tidak
asing lagi dengan alat ukur panjang jangka sorong dan mampu menggunakan
jangka sorong untuk berbagai keperluan pengukuran panjang.
3.3 Gambar-gambar Jangka Sorong
-----------------------
JANGKA SORONG DIGITAL
JANGKA SORONG MANUAL
PEMBACAAN JANGKA SORONG