Fisiologi penghidu Eksitasi pada sel olfaktori Reseptor penghidu terletak pada superior nostril, yaitu pada septum superior pada struktur yang disebut membran olfaktori. Bagian dari saraf penghidu yang berkaitan langsung dengan odoran, molekul penghidu, yaitu silia dari sel olfaktori. Sebelum dapat menempel dengan silia sel olfaktori, odoran tersebut harus dapat larut dalam mukus yang melapisi silia tersebut. Odoran yang hidrofilik dapat larut dalam mukus dan berikatan dengan reseptor pada silia tersebut, yaitu pada protein reseptor pada membran silia sel olfaktori. Pengikatan antara reseptor dengan odoran menyebabkan aktivasi dari protein G, yang kemudian mengaktivasi enzim adenil siklase dan mengaktifkan c!P. Pengaktifan c!P ini membuka kanal "a# sehin sehingg ggaa ter$ad ter$adii influ influks ks natri natrium um dan dan meny menyeba ebabk bkan an depo depolar larisa isasi si dari dari sel olfak olfakto toriu rius. s. %epo %epola laris risasi asi ini ini kemu kemudi dian an meny menyeba ebabk bkan an pote potens nsial ial aksi aksi pada pada saraf saraf olfak olfakto toriu riuss dan dan ditransmisikan hingga sampai ke korteks serebri.
Pada keadaan istirahat, istirahat, resting resting potential potential dari sel olfaktori olfaktori yaitu sebesar &''m( &''m(. Sedangkan, Sedangkan, pada keadaan terdepolarisasi, membrane potential sel olfaktori yaitu sebesar &)*m(. &)*m(. Graded potential dari sel olfaktori menyebabkan potensial aksi pada sel mitral dan tufted yang terdapat pada bulbus olfaktorius. )
Pada membran mukus olfaktori, terdapat u$ung saraf bebas dari saraf trigeminus yang menimbulkan sinyal nyeri. Sinyal ini dirangsang oleh odoran yang bersifat iritan, seperti peppermint, menthol, dan klorin. Perangsangan u$ung saraf bebas ini menyebabkan bersin, lakrimasi, inhibisi pernapasan, dan refleks respons lain terhadap iritan hidung. + erdapat tiga syarat dari odoran tersebut supaya dapat merangsang sel olfaktori, yaitu- ) •
•
•
Bersifat larut dalam udara, sehingga odoran tersebut dapat terhirup hidung Bersifat larut airhidrofilik, sehingga odoran tersebut dapat larut dalam mukus dan berinteraksi dengan silia sel olfaktorius Bersifat larut lemaklipofilik, sehingga odoran tersebut dapat berikatan dengan reseptor silia sel oflaktorius
mbang rangsang dari sel olfaktori berbeda&beda terhadap masing&masing tipe odoran. Beberapa odoran tersebut yaitu-
Penghidu pada manusia dapat mendeteksi berbagai $enis odoran yang berbeda, namun sulit untuk dapat membedakan intensitas odoran yang berbeda. /ntuk dapat membedakan intensitas tersebut, perlu terdapat perbedaan konsentrasi odoran sebesar )*0. 1emampuan penghidu untuk dapat membedakan berbagai odoran yang berbeda diperankan oleh glomerulus yang terdapat pada bulbus olfaktorius. erdapat sekitar 2*** dari protein reseptor untuk odoran yang berbeda, yang masing&masing reseptor tersebut terdapat pada satu sel olfaktori. erdapat sekitar + $uta sel olfaktori yang masing&masingnya berproyeksi pada dua dari 23** glomeruli. 4al ini menyebabkan adanya proyeksi yang berbeda&beda untuk setiap odoran.
Adaptasi Sel olfaktori mengalami adaptasi yang cepat pada detik pertama, yaitu sekitar '*0 adaptasi ter$adi. Sedangkan, '*0 adaptasi sisanya ter$adi dalam 5aktu yang lambat. daptasi ini diperankan oleh sel&sel pada glomerulus di bulbus olfaktorius dan sistem saraf pusat. Pada
glomerulus, terdapat sel periglomerular dan sel granul. 1edua sel tersebut berperan dalam inhibisi lateral yang dicetuskan oleh sinyal pada sel mitral dan sel tufted. Sel mitral dan sel tufted yang teraktivasi kemudian melepaskan neurotransmiter glutamat dan menyebabkan eksitasi sel granul. Sel granul tersebut kemudian melepaskan GB dan menginhibisi sel mitral dan sel tufted. Sel periglomerular dan sel granul tersebut $uga berespon terhadap feedback dari sel saraf pusat yang menginhibisi sel olfaktorius, sehingga ter$adi penekanan pada transmisi sinyal yang menu$u bulbus olfaktorius. Selain itu, adaptasi ini $uga diperankan oleh aktivasi ion 6a+# melalui kanal ion 6"G 7cyclic nucleotide-gated 8 yang mengaktivasi kalmodulin. 9on 6a+# ini menyebabkan adaptasi dari mekanisme transduksi dan penurunan respons terhadap stimulus. Sedangkan, adaptasi yang diperankan oleh sistem saraf pusat memiliki peran yang lebih besar dibandingkan adaptasi pada glomerulus. +,),:
Jaras olfaktorius Sinyal pada sel mitral dan sel tufted pada bulbus olfaktorius men$alar menu$u traktus olfaktorius. raktus olfaktorius kemudian menu$u area olfaktorius primer pada korteks serebral, yaitu pada lobus temporalis bagian inferior dan medial. ktivasi pada area ini menyebabkan adanya kesadaran terhadap odoran tertentu yang dihirup. Selain itu, traktus tersebut menu$u dua area, yaitu area olfaktorius medial dan area olfaktorius lateral.2,)
a. rea olfaktorius medial rea ini terdiri atas sekumpulan nukleus yang terletak pada anterior dari hipotalamus. "ukleus pada area ini merupakan nukleus septal yang kemudian berproyeksi ke hipotalamus dan sistem limbik. rea ini berperan dalam ekspresi respons primitif terhadap penghidu, seperti salivasi. b. rea olfaktorius lateral rea ini terdiri atas korteks prepiriformis, korteks piriformis, dan nukleus amygdala bagian korteks. %ari area ini, sinyal diteruskan ke sistem limbik dan hipokampus. Proyeksi tersebut berperan dalam pembela$aran terhadap respon dari odoran tertentu, seperti respon mual atau muntah terhadap odoran yang tidak disukai. ;aras pada kedua area tersebut tidak mele5ati talamus, seperti $aras pada saraf sensori lainnya. "amun, terdapat satu $aras olfaktori yang mele5ati talamus, yaitu nukleus talamus dorsomedial, dan bersinaps di korteks orbitofrontal kuadran lateroposterior. ;aras ini berperan pada analisis sadar dari odoran tertentu.)
Gangguan pada sistem penghidu Gangguan pada sistem olfaktorius dapat bersifat konduktif atau sensorineural. Pada gangguan konduktif, ter$adi kelainan pada transmisi stimulus odoran menu$u reseptor pada silia sel olfaktorius. Sedangkan, pada gangguan sensorineural, ter$adi kelainan pada $aras saraf yang menghantarkan impuls odoran menu$u sistem saraf pusat. Beberapa etiologi dari gangguan tersebut yaitu-'
•
Gangguan penghidu konduktif dapat disebabkan oleh-
2. 9nflamasi, seperti pada rinitis, alergi, rinosinusitis +. danya massa yang memblok ruang nasal, seperti polip hidung, papiloma, dan keganasan ). 1elainan kongenital, seperti kista dermoid, ensefalokel :. Ri5ayat laringektomi atau trakeoktomi, yang menyebabkan penurunan dari aliran udara yang menu$u hidung dan mele5ati membran olfaktorius. •
Gangguan penghidu sensorineural dapat disebabkan oleh-
2. danya inflamasi pada saraf olfaktorius, seperti infeksi virus yang merusak sel olfaktori, sarkoidosis, granulomatosis . /sia tua, yang menyebabkan penurunan $umlah sel mitral pada bulbus olfaktorius ?. Penyakit degeneratif pada sistem saraf pusat, seperti penyakit Parkinson, penyakit lzheimer, dan lain&lain Beberapa gangguan dari sistem penghidu dapat berupaAnosmia6
nosmia merupakan hilangnya kemampuan untuk menghidu, dan dapat bersifat parsial atau total. 4al ini dapat disebabkan oleh kongesti nasal atau terhambatnya hidung dalam membaui, sehingga udara yang berisi odoran tidak dapat larut dalam membran mukus dan berikatan dengan reseptor pada silia sel olfaktorius. Beberapa penyebab dari anosmia yaitu•
lergi
•
Penyakit flu
•
Polip nasal
•
%eformitas septum nasal
•
umor nasal
•
Penyakit lzheimer
•
1elainan sistem endokrin
•
Gangguan saraf
•
Gangguan nutrisi
•
•
Obat&obatan Penggunaan dekongestan nasal yang terlalu sering
erganggunya kemampuan menghidu ini berperan besar dalam interpretasi merasakan rasa makanan. Sebenarnya, kemampuan lidah dalam mengecap tidak berkurang. "amun, penghidu berperan besar dalam menentukan enak atau tidaknya makanan sehingga penurunan fungsi penghidu menyebabkan kenikmatan terhadap makanan berkurang. Hiposmia7
4iposmia merupakan penurunan sensitivitas menghidu. Biasanya, hiposmia merupakan tanda a5al dari penyakit Parkinson. Disosmia8
%isosmia merupakan kesalahan persepsi dari odoran yang dihirup. erdapat dua $enis disosmia, yaituroposmia, merupakan kesalahan persepsi terhadap suatu odoran. @tiologi dari troposmia ini masih belum diketahui secara pasti. erdapat hipotesis di mana adanya gangguan fungsi pada sel olfatori atau gangguan interpretasi pada sistem saraf pusat. Pantosmia, merupakan adanya persepsi terhadap odoran namun molekul odoran tersebut tidak ada. Pantosmia dapat disebabkan oleh sel saraf abnormal yang menimbulkan sinyal abnormal yang menu$u otak sehingga ter$adi persepsi adanya odoran, atau adanya gangguan fungsi sel inhibisi olfaktori. Pantosmia ini biasanya merupakan tanda&tanda sebelum ke$ang muncul.