PORTOFOLIO FTS LIQUID FORMULASI SEDIAAN SUSPENSI
OLEH Hendri Martadiana
(13.065)
AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG Oktober 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu kesehatan di bidang farmasi sudah banyak sediaan obat yang beredar di masyarakat, contohnya sediaan padat yaitu pil, tablet, dan kapsul. Tetapi tidak banyak orang yang dapat mengkonsumsi sediaan tersebut. Dengan berkembangnya teknologi, para ahli bidang farmasi membuat sediaan cair (liquid) berupa larutan, suspensi, dan emulsi. Munculnya sediaan ini juga sangat berguna bagi masyarakat luas khususnya bagi orang yang tidak dapat mengkonsumsi sedian pil, tablet, dan kapsul seperti anak-anak dan manula. Sediaan liquid seperti suspensi merupakan sediaan yang juga sering digunakan dalam pengobatan. Sediaan suspensi merupakan sediaan yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Sediaan suspense ini memiliki keuntungan yaitu obat dalam suspense ini rasanya lebih enak dari pada sediaan larutan, karena rasa obat yang tergantung kepada kelarutannya. Oleh karena itu, pada praktikum FTS Liquid akan dibuat bagaimana cara pembuatan sediaan liquid ini seperti suspensi. Dengan melakukan praktikum diharapkan dapat mengetahui cara pembuatan sediaan liquid, dapat mengaplikasikannya dengan membuat formulasi dan dapat mengevaluasi pada sediaan yang telah dibuat untuk mendapatkan hasil yang baik.
1.2 Tujuan Praktikum Untuk mengetahui cara pembuatan sediaan dalam bentuk suspensi, untuk membuat formulasi dari sediaan suspensi, dan mengetahui evaluasi dari sediaan suspensi ini.
1.3 Manfaat Praktikum Manfaat dari praktikum ini yaitu, agar kita semua dapat membuat sediaan dalam bentuk suspensi dan memformulasikannya sendiri.
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Suspensi FI III, hal 32 Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawanya. FI IV, hal 17 Suspensi adalah sediaan yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. IMO , hal 149 Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Formulasi Nasional, hal 3 Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersi sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tanpa zat tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan. Leon Lachamn, hal 985 Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase. Fase kontinue atau fase luar umumnya merupakan cairan atau semi padat, dan fase terdispersi atau fase dalam terbuat dari partikel-partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut, tetapi seluruhnya dalam fase kontinue. Zat yang tidak larut bisa dimasukkan untuk absorpsi fisiologi atau untuk fungsi pelapisan dalam dan luar. 2.2 Macam-macam suspense Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. Suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit. Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Syarat suspensi optalmik : - Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi dan atau goresan pada kornea. - Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras
atau
penggumpalan. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspense dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau ke dalam larutan spinal. 2.3 Formulasi suspense Membuat suspensi secara fisis ada 2 kategori : Penggunaan suspending agent untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi structured vehicle, yaitu larutan hidokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dll. Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat pengendapan, tetapi dengan penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali 2.4 Stabilitas suspense Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspense Ukuran partikel Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil luas penampangnya. Kekentalan/viskositas Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum ” STOKES”
Ket: V = Kecepatan Aliran d = Diameter Dari Partikel p = Berat Jenis Dari Partikel p0 = Berat Jenis Cairan g = Gravitasi ŋ = Viskositas Cairan Jumlah partikel/konsentrasi Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat. Sifat atau muatan partikel Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengaruhi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
2.5 Suspending agent Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu: Bahan pensuspensi dari alam
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom / hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, PH, dan proses fermentasi bakteri. - Termasuk golongan gom : Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth , Algin - Golongan bukan gom : Bentonit, Hectorit dan Veegum Bahan pensuspensi sintesis - Derivate selulosa Contohnya: Metil selulosa, karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa. - Golongan organic polimer Contohnya : Carbaphol 934. 2.6 Metode Pembuatan Suspense Metode Disperse Serbuk yang terbagi halus, didispersi didalam cairan pembawa. Umumnya sebagai cairan pembawa adalah air. Dalam formulasi suspensi yang penting adalah partikel – partikel harus terdispersi betul di dalam air, mendispersi serbuk yang tidak larut dalam air, kadang– kadang sukar. Hal ini di sebabkan karena adanya udara, lemak dan lain – lain kontaminan pada permukaan serbuk Metode Prespitasi Dengan pelarut organik dilakukan dengan zat yang tidak larut dalam air,dilarutkan dulu dalam pelarut organik yang dapat dicampur dengan air, lalu ditambahkan air suling dengan kondisi tertentu. Pelarut organik yang digunakan adalah etanol, methanol, propilenglikol dan gliserin. Yang perlu diperhatikan dengan metode ini adalah control ukuran partikel, yaitu terjadinya bentuk polimorf atau hidrat dari kristal 2.7 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Suspense keuntungan sediaan suspense - Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat terlepasnya obat. - Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.
- Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya. kerugian sediaan suspense - Rasa obat dalam larutan lebih jelas - Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul. - Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator ( Anief, M., 1987 ) 2.8 Komponen sediaan suspense bahan berkhasiat Bahan berkhasiat merupakan bahan yang mampu memberikan efek terapi, pada suspense disebut fase terdispersi, bahan ini mempunyai kelarutan yang tidak larut di dalam pendispersi. bahan tambahan bahan suspense atau suspending agent Bahan pensuspensi yaitu bahan tambahan yang berfungsi mendispersikan partikel tidak larut dalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan sedimentasi diperlambat Macam-macam suspending agent yang digunakan - Golongan polisakarida, contohnya acasia gom, tragacantha, alginate - Golongan selulosa larut air, contohnya metal selulosa, hidroksi etil selulosa, Na-CMC, avicel - Golongan tanah liat, contohnya bentoit, veegum, aluminium,magnesiu silica, hectocrite. - Golongan sintetik, contohnya carbomer, carboxypolymethylene, colloidal, silicon dioksida Suspending agent berfungsi mendispersikan partikel tidak larut kedalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan pengendapan bisa diperkecil. Mekanisme kerja suspending agent adalah untuk memperbesar kekentalan (viskositas), tatapi kekentalan yang berlebihan akan mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan. Suspensi yang baik memepunyai kekentalan yang sedang. Disamping itu penggunaan
suspending agent dapat menurukan tegangan antar permukaan antar dua partikel yang tidak bisa saling tercampur yaitu zat aktif dan cairan pembawa. Bahan Pembasah Humektan digunakan tergantung dari sifat permukaan padat cair bahan aktif. Serbuk sulit dibasahi air disebut hidrofob, seperti sulfur, carbo adsorben, magnesis stearat, dan serbuk mudah dibasahi oleh air disebut hidrofil, seperti Toluene, Zinci Oxydi, Magnesi carbonas. Dalam pembuatan suspense penggunaan humektan sangat berguna dalam penurunan tegangan antar muka dan pembasah akan dipermudah. Mekanisme kerja humektan adalah menghilangkan lapisan udara pada permukaan zat padat, sehingga zat padat dan humektan lebih mudah kontak dengan pembawa. Beberapa contoh humektan antara lain gliserin, propilen glikol, polietilen glikol, dan laritan gom, pada sediaan suspense ibuprofen ini bahan pembasah menggunakan sorbitol. Pemanis Pemanis berfungsi untuk memperbaiki rasa di sediaan. Dilihat dari hasil kalori yang dihasilkan dibagi menjadi dua yaitu berklori tinggi dan berkalori rendah. Adapun pemanis tinggi misalnya sakarin, sukrosa. Sedangkan pemanis kalori rendah misalnya laktosa. Zat pemanis yang dapat meningkatkan gula darah atau memiliki nilai kalor yang tinggi dan dapat digunakan dalam formulasi untuk pengobatan diabetes pada sediaan suspense Ibuprofen sebagai pemanis menggunakan syrup simplex. Pengawet Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah stabilitas suspensi, antara lain tambahan bahan pengawet. Bahan ini sangat diperlukan terutama untuk suspensi yang menggunakan hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh bakteri. Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil p. benzoat (1:1250), etil p. benzoat (1:500), propel p. benzoat (1:400), nipasol, nipagin ± 1 %. Disamping itu banyak pula digunakan garam komplek dari mercuri untuk pengawet, karena memerlukan jumlah yang kecil, tidak toksik dan tidak iritasi. Misalnya fenil mercuri nitrat, fenil mercuir chlorida, fenil mercuri asetat. pewarna dan pewangi Bahan pewarna dan pewangi harus sesuai dengan rasa sediaan. Contoh pewarna adalah carmin dan caramel, dan contoh pewangi adalah Oleum Menthae, Oleum Citrii
bahan pembawa Sebagai bahan pembawa untuk suspensi adalah air dan minyak 2.9 System Pembentukan Suspense System Flokulasi Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah, cepat mengendap pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali. Flokulasi : - Partikel merupakan agregat yang bebas - Sedimentasi terjadi cepat - Sedimen terbentuk cepat - Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula. - Wujud suspensi kkurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata system deflokulasi Dalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi mengendap perlahan dan dan akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali. Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah : Deflokulasi : - Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain. - Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel mengendap terpisah satu dengan yang lain. - Sedimen terbentuk lambat - Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi - Wujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relative lama 2.10
Penilaian stabilitas suspense volume sedimentasi Salah satu syarat dari suatu suspensi adalah endapan yang terjadi harus mudah terdispersi dengan pengocokan yang ringan, sehinggga perlu dilakukan pengukuran volume sedimentasi.
Volume sedimentasi adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula-mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap. Volume sedimentasi dapat mempunyai harga dari <1 sampai >1 derajat flokulasi Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimen akhir suspensi deflokulasi (Voc) metode reologi Metode ini dapat digunakan untuk membantu menentukan prilaku pengendapan dan pengaturan pembawa dan sifat yang menonjol mengenai susunan partikel dengan tujuan perbandingan. Metode reologi menggunakan viscometer Brookfield. perubahan ukuran partikel Digunakan cara Freeze-thaw cycling yaitu temperature diuturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali (>titik beku). Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan Kristal dan dapat menunjukkan kemungkinan keadaan berikutnya setelah disimpan lama pada temperature kamar. Yang pokok yaitu menjaga tidak akan terjadi perubahan ukuran partikel, distribusi ukuran dan sifat Kristal. 2.11
Pengemasan dan penandaan Semua suspensi harus dikemas dalam wadah mulut lebar yang mempunyai udara diatas cairan sehingga dapat dikocok dan mudah dituang. Kebanyakan suspensi harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan terlindung dari pembekuan, panas yang berlebihan dan cahaya. Suspensi perlu dikocok setiap kali sebelum digunakan untuk menjamin distribusi zat padat yang merata dalam pembawa sehingga dosis yang diberikan seiapkali tepat dan seragam. Pada etiket harus juga tertera “Kocok Dahulu”.
2.12
Evaluasi stabilitas suspense
Organoleptis menggunakan alat indra meliputi bau, warna, rasa
Homogenitasmengetahui tingkat tercampurnya sediaan suspensi topical secara merata
Uji daya sebarmengetahui kemampuan menyebarnya sediaan pada kulit
Evaluasi laju sedimentasimengetahui kecepatan pengendapan dari partikel-partikel suspensi
Volume sedimentasiperbandingan dan volume endapan yang terjdi terhadap volume awal dari suspensi sebelum mengendap setelah suspensi didiamkan
Waktu Redispersimencampurnya zat aktif dengan pelarut
Viskositas mengetahui kekentalan dari suatu sediaan
Kelarutan
Volume sediaan
BAB III FORMULASI 3.1 FORMULA 5 Formulasi Suspensi Kloramfenikol (Suspensi oral)
Formulasi standar (Fornas hal : 66) Komposisi
:
Tiap 5 ml mengandung: Chloramphenicoli Palmitas setara dengan Chloramphenicolum
125 mg
Carboxymethylicellulosum Natricum
50 mg
Polysorbatum-80
25 mg
Prophylenglycolum
1g
Sirup simplex
1,5 g
Aqua destila hingga
5 ml
Catatan : 1. Pada etiket harus juga tertera: a. Kesetaraan kloramfenikol b. Daluwarsa 2. 1,74 g kloramfenikol palmitat setara dengan lebih kurang 1 g kloramfenikol. Dokter Bambang Sip : 432.10/126.2/35.211/2014 Jl. Soekarno Hatta Telp. (0371)1323 Malang No.18
Malang, 20-10-2014
R/Susp.Kloramfenikol
60 ml
S t dd 1 c
Pro : Santi Alamat : Jl. Tlogomas III Malang
Monografi Bahan
Chloramfenikol Palmitas (FI IV : 195) Kloramfenikol palmitat mempunyai potensi setara dengan tidak kurang dari 555 dan tidak lebih dari 595
kloramfenikol.
Pemerian Serbuk hablur, halus seperti lemak, putih; bau lemah; hampir tidak berasa. Kelarutan tidak larut dalam air; mudah larut dalam eseton dan dalam kloroform; larut dalam eter; agak sukar larut dalam etanol; sangat sukar larut dalam heksana. Khasiat Antibiotik yang mempunyai aktifitas bakteriostatik dan pada dosis tinggi bersifat bakterisid. Aktifitas anti bakterinya bekerja dengan menghambat sintesis protein dengan jalan meningkatkan ribosom, ini merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan peptida. Kloramfenikol efektif terhadap bakteri aerob gram positif dan beberapa bakteri aerob gram negative. Dosis Lazim : sekali 250-500mg , sehari 1-2gr
Karboksimetilselulosa Natrium (FI IV, hal 175) Pemerian Serbuk atau granul ; putih sampai krem ; higroskopis Kelarutan Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan kolodial, tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organic lain. Khasiat Suspending Agent, penstabil suspense (konsentrasi 0,1 -1,0 %). Digunakan CMC-Na karena CMC Na akan didapat warna jernih jika digunakan dalam suspendinga agent karena diperoleh dengan menggunakan pemanasan dan pengadukan
berkecepatan
tinggi
selama
setengah
jam.
Dispersi
CMC
mempertahankan viskositasnya dengan baik selama waktu yang lama pada suhu kamar. CMC Na dapat larut dengan mudah dalam air panas atau dingin membentuk larutan yang kental yang bertindak sebagai suspending agent yang baik. Viskositas maksismum pada pH 7-9. Viskositas rendah pada pH 3,5-4,5. Struktur nonionik CMC-Na membuatnya stabil pada range pH 1-10. Perlu ditambahkan pengawet karena bersifat higroskopik. CMC-Na lebih memiliki waktu sedimentasi lama daripada PGA.
Polysorbatum-80 (FI IV hal : 687) Nama lain : Polisorbat-80, tween 80
Pemerian Cairan kental seperti : jernih, kuning ; bau asam lemak, khas methanol P,sukar larut dalam paraffin cair P dan dalam minyak biji kapas P. Khasiat Zat taambahan (pembasah)/weating agent 0,1-3% (handbook of excipient hal : 227) Tween 80 dapat digunakan sebagai zat pengemulsi, surfaktan nonionik, zat penambah kelarutan, zat pembasah, zat pendispersi atau pensuspensi Tween juga telah digunakan secara luas dalam bidang kosmetik, produk makanan, dan sediaan farmasetika baik dalam penggunaan secara peroral, parenteral maupun topikal dan tergolong zat yang nontoksik dan iritan.
Propilenglikol (FI IV hal : 712) Nama lain
: Propilen glikol
Pemerian Cairan kental ; jernih ; tidak berwarna ; rasa khas ; praktis tidak berbau; menyerap air pada udara lembab. Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan kloroform ; larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial ; tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak. Khasiat Zat tambahan dan pelarut (FI III, hal 534) dan Pengawet 15-30%, pelarut 10-25%, (Handbook, 241) Propilenglikol dapat digunakan sebagai pelarut atau kosolven, secara luas dalam formulasi sediaan farmasi, industri makanan maupun kosmetik, dan dapat dikatakan relatif non toksik. Dalam formulasi ini, propilenglikol digunakan sebagai pelarut untuk kloramfenikol. Kloramfenikol sendiri tidak larut dalam air maka dipilih propilenglikol untuk melarutkannya.
Sirup simplex (FI III hal : 557) Nama lain : Sirup gula Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna. Cara pembuatan : Larutkan 65 bagian sukrosa dalam larutan metil paraben 0,25 % b/v qs hingga diperoleh 100 bagian sirup. Terdiri dari 64 bagian gula dan 36 bagian air. (PH 5, hal 516) Kegunaan : sebagai pemanis
Aqua destila
Nama lain
: Aquades (air suling)
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Perhitungan bahan
Chloramphenicol
= 125mg / 5 ml x 60 ml = 1500 mg = 1,5 g
1,74 g kloram. Palmitat
= 1 g kloramfenikol
1,74 g / 1 g
= x / 1,5 g
x
= 2,61 gram
CMC-Na = 50 mg / 5 ml x 60 ml = 600 mg = 0,6 g Air yang dubutuhkan untuk pembuatan CMC-Na = 0.6 g / x = 1 g/ 20 ml = 12 ml
Polysorbatum-80
= 25 mg / 5 ml x 60 ml = 300 mg(0,3g)
Propylen glikol
= 1 g / 5 ml x 60 ml
Syrup simplex
= 1,5 g / 5 ml x 60 ml = 18 g
Sisa akuades
= 60-(2,61+0,6+12+0,3+12+18)
= 12 g
= 60 - 45,51 = 14,49 Ml
Alat dan bahan Alat
Bahan
Timbangan
Kloramfenikol palmitat
Anak timbangan
Propilengliol
Gelas ukur
CMC-Na
Beaker glas
Polysorbatum-80 (Tween 80)
Cawan menguap
Sirup simplex
Batang pengaduk
Aquadest
Botol coklat Mortir Stemper
Cara Kerja : 1. Disetarakan timbangan 2. Dikalibrasi botol 60 mL 3. Dikalibrasi beaker glas 12 mL untuk air panas
4. Timbang CMC sebanyak 0,6 g, masukkan ke dalam mortir, tambahkam air panas aduk hingga menbentuk mucilago. 5. Timbang propilenglikol 12 g dan polysorbatum-80 300 mg pada masing-masing cawan yang telah ditara 6. Timbang kloramfenikol palmitat 2,61 g 7. Campur propilenglikol dan polisorbat, aduk kemudian masukkan kloramfenikol sambil diaduk ad homogen pada cawan 8. Semua campuran dituangkan pada CMC-Na sambil diaduk lalu encerkan dengan sirup simpleks 18 ml, masukkan dalam botol 9.
Ditambahkan aquadest ad 60 ml (sampai tanda batas)
10. Diberi etiket putih dan label (dikocok terlebih dahulu. Etiket obat
APOTEK
Dikocok terlebih dahulu
PUTRA INDONESIA Jln. Barito 5 Malang Telp. (0341)491132
No: 10
Tgl 06-06-2014
Santi 3x Sehari 1 sendok makan Sebelum / Sesudah / Sedang makan
3.2 FORMULA 6 Formulasi Suspensi Lotio Kummerfeldi/obat kukul (Suspensi Topikal)
Formulasi Standar (Fornas hal: 172) Komposisi :
Tiap 100 ml mengandung : Camphora
1g
Sulfur
6.6 g
Aethanolum 90%
3 ml
Calci Hydroxydi solution
40 ml
Zat pengemulsi yang cocok 1,5 g Oleum Rosae
gtt 1
Aquadest destila hingga
100 ml
Catatan : 1. Emulgator yang digunakan dianjurkan campuran 90% Natrium setostearilalkohol dan 10% Natrium Laurilsulfat sebanyak 1,5 g 2. Etanol 90% dapat diganti dengan spiritus ketonatus atau spiritus bakar.
Formulasi Rancangan Dokter Candra Sip : 432.10/126.2/35.211/2014 Jl. Soekarno Hatta Telp. (0371)1323 Malang No.20
Malang, 20-10-2014
R/ Lotio Kummerfeld 60 mL S.u.e
Pro
: Anggun Suci
Umur :17 tahun Alamat : Jl. Tlogomas III Malang
Monografi bahan
Sulfur Praecipitatum/Belerang Endap (FI IV hal: 771)
Pemerian Serbuk amorf atau serbuk hablur renik; sangat halus; warna kuning pucat; tidak berbau dan tidak berasa. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam karbon disulfide; sukar larut dalam minyak zaitun; praktis tidak larut dalam etanol. Khasiat : sebagai Antiskabies (FI III hal: 159) Keterangan: berfungsi sebagai bakterisid untuk melawan bakteri penyebab jerawat. Dimana konsentrasi pemakaian topikal dengan konsentrasi 2-10% (OOP). Sulfur ini digunakan sebgai zat aktif karena efektif untuk membunuh bakteri penyebab jerawat.
Camphora/Kamfer (FI IV hal: 167) Pemerian Hablur, granul atau massa hablur; putih, tidak berwarna, jernih; bau khas tajam; rasa pedas dan aromatic; menguap perlahan-lahan pada suhu kamar: bobot jenis lebih kurang 0,99. Kelarutan Sukar larut dalam air; sangat mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter; mudah larut dalam karbon disulfide, dalam heksana, dalam minyak lemak, dan dalam minyak menguap. Khasiat: Antiiritan (untuk menghilangkan iritasi yang disebabkan oleh bakter) (FI III hal: 130) Keterangan: dipakai sebagai penunjang kerja sulfur praecip yaitu keratolitik (mengelupaskan kulit tanduk). Untuk pemakaian topikal, konsentrasi yang dipakai adalah 1-10% (OOP)
Etanol 90% (FI IV hal: ) Pemerian Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas yang menyebabkan rasa terbakar pada ldah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78 . Mudah terbakar. Kelarutan Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organic. Khasiat: zat tambahan (untuk melarutkan camphora) (FI III hal: 65)
Solution Calcii Hidroxidi/Kalsium Hidroksida (FI IV hal: 163) Pemerian serbuk putih, bersifat basa; rasa agak pahit.
Kelarutan Sukar laut dalam air, larutdalam gliserin dan dalam sirup; sangat sukar larut dalam air mendidh; tidak larut dalam etanol. Khasiat: Adstringen (memperkecil pori-pori kulit (FI III hal: 124) Keterangan : Sol. Calcii hidrat dibuat dengan suatu kapur tohor dengan 3 bagian air mendidih diencerkan, sesudah 15 menit dengan aqua
hingga
25
bagian biarkan campuran mengendap dan tuangkan zat cair diatasnya, tambahkan air yang sama banyak pada endapannya, kocok dan biarkan menegdap lagi. tuanglah lagi zat cair diatasnya, ulangi lagi dan akhirnya tambahkan pada endapan 300 bagian air, kocok berulang-ulang dan simpanlah campuran dalam botol tertutup baik (PH ned 532).
PGS/Pulvis Gummosus (Vanduin hal:59) Mengandung pulvis gummosus 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu pulvis gummosus dengan air yang 7x banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen dan mengencerkannya sedikit demi sedikit. Khasiat: sebagai suspending agent 0,3-2,0% (Husa’s Pharmaceutical Dispending hal: 291) Keterangan: Alasan dipakainya PGA dalam sediaan ini adalah karena menaikkan viskositas larutan dan hal ini diperlukan untuk mensuspensi partikel padat.
Oleum Rosae/Minyak Mawar (FI III hal: 459) Minyak mawar adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan cara penyulingan uap bunga segar Rosa galica L, Rosa damascene Miller, rosa alba L dan varietas rosa lain. Pemerian Cairan tidak berwarna atau kuning: bau menyerupai bunga mawar, rasa khas; pada suhu 25 kental, jika didinginkan perlahan-lahan berubah menjasi massa hablur bening yang jika dipanaskan mudah melebur. Kelarutan Larut dalam1 bagian kloroform P, Larutan jernih. Khasiat: zat tambahan (sebagai pengaroma sediaan).
Propilenglikol (FI IV hal: 712) Pemerian Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak berbau; menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform; larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial; tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak. Khasiat: zat tambahan/pembasah (konsentrasi
) (Handbook hal:
592)
Perhitungan bahan -
Sulfur
= 1 g/100ml x 60 ml = 0,6 g
-
Camphora
= 6,6 g/100ml x 60 ml = 3,96 g 4 g
-
Aethanolum 90%
-
Propilenglikol
= 15/100ml x 60 ml = 9 g
-
Calcii Hydroxydi Solutio
= 40 ml/100ml x 60ml = 24 ml
-
PGS 2%
= 2/100 x 60 ml = 1,2 g
Air
= 1,2 x 7 = 8,4 ml 9 ml
= 3 ml/100ml x 60 ml = 1,8 ml 2 ml
-
Oleum Rosae
gtt 1
-
Aquadestilata hingga
= 60 – (0,6+4+2+24+3+5) = 60 – 38,6 = 21,4 ml
Alat dan bahan Alat
Bahan
- mortir
- sulfur
- stemper
- camphora
- kaca arloji
- etanol 90%
- timbangan
- PGS
- anak timbang
- Sol. Calci hidroxidi
- beaker glas
- oleum rosae
- alumunium voil
- aquadest
- batang pengaduk
- Propilenglikol
- corong gelas - Erlenmeyer - pinset - cawan penguap - botol 60 ml
- gelas ukur
Cara kerja 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Disetarakan timbangan 3. Dikalibrasi botol 60 ml 4. Ditimbang PGS 1,2 g, masukkan dalam mortir dan ditambahkan air sebanyak 9 ml diaduk hingga membentuk muchilago. 5. Ditimbang camphora 4 g, kemudian ditambahkan etanol 90% sebanyak 2 ml aduk hingga homogen. 6. Ditimbang
sulfur
600
mg,
masukkan
ke
dalam
mortir
yang
berisi
camphora+etanol, aduk ad homogen. 7. Ditimbang propilenglikol 9 g masukkan ke dalam no.5, aduk ad homogen. 8. Bila campuran pada no.5 sudah tercampur semua, masukkan ke dalam mortir yang berisi muchilago, aduk kuat ad homogen. Kemudian masukkan ke dalam botol. 9. Diambil calcii hidroxyd sol 24 ml. Masukkan ke dalam botol kocok ad homogen. 10. Ditetesi dengan ol.rosae 1 tetes, kemudian ditambahkan aquadest sampai tanda batas. 11. Diberi etiket biru dan label “kocok dahulu”
Etiket biru APOTEK
Dikocok terlebih dahulu
PUTRA INDONESIA Jln. Barito 5 Malang Telp. (0341)491132 No: 20
Tgl 20-10-2014
Anggun (17 tahun)
Olesi pada jerawat OBAT LUAR
3.3 FORMULA 7 Formulasi Suspensi Paracetamol (Suspensi Oral)
Formulasi Rancangan Dr . Priyo Sip : 432.10/126.2/35.211/2014 Jl. Soekarno Hatta Telp. (0371)1323 Malang No.21
Malang, 20-11-2014
R/ Paracetamol
120 mg
PGS
1%
Sirup Simplex
10%
Gliserin
20% m.f Suspensio S 3 dd cth 1
Pro
: Demi
Umur : 10 tahun Alamat : Jl. sidomulyojaya 2 no.26 Malang
Monografi bahan
Paracetamol (FI IV hal: 649) Pemerian Serbuk hablur, putih: tidak berbau; rasa sedikit pahit Kelarutan Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidrosida 1 N; mudah larut dalam etanol Khasiat: analgetikum, antipiretikum (FI III hal: 37)
PGS/Pulvis Gummosus Pulvis gummosus, menaikkan viskositas larutan dan hal ini diperlukan untuk mensuspensi partikel padat. Khasiat: sebagai suspending agent 0,3 – 2,0% (Husa’s pharmaceutical dispensing hal. 291)
Sirup Simplex/Sirup gula (FI III hal: 567) Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna. Cara pembuatan : Larutkan 65 bagian sukrosa dalam larutan metil paraben 0,25 % b/v qs hingga diperoleh 100 bagian sirup. Terdiri dari 64 bagian gula dan 36 bagian air. (PH 5, hal 516) Kegunaan : sebagai pemanis Keterangan: digunakan sebgai pemanis untuk memperbaiki rasa dari sediaan.
Gliserin (FI IV hal: 413) Pemerian : cairan cair seperti sirup , tidak berwarna; rasa manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopik; netral terhadap lakmus Kelarutan : dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%), praktis tidak larut dalam klorofom, dalam eter, dan dalam minyak lemak. Khasiat: zat tambahan yang digunakan sebagai pemanis Kadar yang dibutuhkan glyserin sebagai pemanis ≤ 20% (Hand Book of Pharmacutical 283), pembasah ≤ 30%, pengawet >20% Keterangan: digunakan pembasah agar zat aktif dapat bercampur dengan mudah dengan zat tambahan yang lain dan sebagai pemanis
Perhitungan bahan; -
Paracetamol Suspense yang dibuat 60 ml, dimanasetiap 5ml mengandung paracetamol sebanyak 120mg =
= 12x minum
= 1x minum120 mg = 120 mg 12 = 1440 mg -
PGS = Airnya = 0,6 g
-
Sirup simplex =
-
Gliserin =
Aquadest = 60 ml – (1,44+0,6+4,2+6+12) = 60 ml – 24,24 = 35,76 ml Alat dan Bahan Alat Bahan - mortir - paracetamol pulv -
7 = 4,2 ml
- stemper
- PGS
- batang pengaduk
- gliserin
- timbangan
- aquadest
- beaker glass
- sirup simplex
- gelas ukur - sudip - sendok tanduk - anak tibangan - botol 60 mL
Cara Kerja 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Disetarakan timbangan 3. Dikalibrasi botol 60 ml 4. Ditimbang paracetamol sebanyak 1.440 mg masukkan dalam mortir, gerus ad halus. Kemudian disisihkan pada beaker glass. 5. Ditimbang PGS sebanyak 600 mg, masukkan dalam mortir. Ditambahkan aquadest sebanyak 7x bobot PGS yaitu sebanyak 4,2 ml (4 ml + 4 tetes), diaduk hingga membentuk mucilago. 6. Parasetamol yang telah digerus halus dimasukkan pada mucilago. Dicampur hingga homogeny. 7. Ditimbang gliserin 12 g kemudian masukkan ke dalam mortir yang berisi parasetamol dan mucilago. Diaduk ad homogeny. 8. Diambil sirup simplex sebanyak 6 g, dimasukkan ke dalam mortir yang berisi parasetamol + mucilage + gliserin. Diaduk ad homogeny. 9. Kemudian campuran tersebut dimasukkan ke dalam botol yang telah dikalibrasi. 10. Ditambahkan aquadest ad 60 ml (sampai tanda batas). Kemudian kocok ad homogeny. 11. Beri etiket putih.
Etiket Obat
APOTEK
Dikocok terlebih dahulu
PUTRA INDONESIA Jln. Barito 5 Malang Telp. (0341)491132
No: 21
Tgl 20-11-2014
Demi (10 tahun) 3x Sehari 1 sendok teh Sebelum / Sesudah / Sedang makan
BAB IV EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI A. Uji Viskositas 1. Siapkan alat dan bahan. 2. Ukur suhu aquadest. 3. Dihitung berat jenisnya aquadest. 4. Masukkan cairan melalui tabung V hingga permukaan cairan terletak antara tanda x dan y 5. Tutup bagian pipa terkecil dengan bola hisap 6. Tekan bola hisap hingga permukaan terletak ditengah – tengah ruangan C 7. Lepaskan tekanan pada bola hisap agar turun 8. Nyalakan stopwatc saat cairan melewati batas atas dan matikan saat cairan melewati batas bawah 9. Catat waktunya 10. Ukur suhu larutan zat uji hingga bersuhu sama dengan aquades 11. Dihitung berat jenisnya zat yang diuji. 12. Lakukan seperti pada no 4-9. B. Uji Bobot Jenis 1. Bersihkan dan siapkan picnometer. 2. Timbang picno kosong. 3. Timbang picno+aquadest. 4. Timbang picno + larutan uji. 5. Hitung bobot jenisnya. C. Uji Homogenitas 1. Siapkan kaca preparat, cuci dan bersihkan lalu keringkan. 2. Siapakan sediaan. 3. Pipet larutan saturasi, lalu teteskan pada tengan kaca preparat. 4. Amati homogenitasnya. Apakah ada partikel besar yang belum tercampur merata. D. Uji Organoleptis 1. Ambil sediaan larutan saturasi. 2. Amati bau, rasa (oral), dan warna pada sediaan yang dibuat. 3. Catat hasilnya.
E. Uji pH 1. Ambil beaker glass cuci sampai bersih 2. Ambil larutan kemudian masukkan beaker glass. 3. Masukkan kertas indikator pH kedalam beaker glass. 4. Catat hasilnya. Bandingkan dengan menggunakan pH meter. F. Uji Sedimentasi 1. Dimasukkan sediaan suspense dalam gelas ukur 2. Biarkan dan amati pemisahannya atau pengendapannya dalam waktu 1 hingga 10 hari 3. Diamati sediaan suspense memisah atau tidak, jika tampak memisah maka bagian bening terukur.