1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatutempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obatobatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapatd iklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sembodo, 2010). Keadaan suhu yang relatif tinggi, cahaya matahari yang melimpah, dan curah hujan yang cukup untuk daerah tropik tr opik juga mendorong gulma untuk tumbuh subur. Akibatnya gulma menjadi masalah dalam budidaya budidaya tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, perairan dan lahan non pertanian lainnya (Sukman, 1991). Kebanyakan
Gulma
adalah
tanaman
yang
cepat
tumbuh
dan
dapatmenghasilkansejumlah besar biji dalam waktu singkat perkembangbiakan gulmasangat mudah baik secara generatif maupun secara vegetatif. Secara generatif, biji-biji gulma yang halus, ringan, dan berjumlah sangat banyak dapat disebarkanoleh angin, air, hewan, maupun manusia. Perkembangbiakan secara vegetatifterjadi karena bagian batang yang berada di dalam tanah akan membentuk tunasyang nantinya akan membentuk tumbuhan baru. Demikian juga, bagian akartanaman, misalnya stolon, rhizomma, dan umbi, akan bertunas dan membentuktumbuhan baru (Barus, 2003).
2
Kebanyakan
Gulma
adalah
tanaman
yang
cepat
tumbuh
dan
dapatmenghasilkansejumlah besar biji dalam waktu singkat perkembangbiakan gulmasangat mudah baik secara generatif maupun secara vegetatif. Secara generatif, biji-biji gulma yang halus, ringan, dan berjumlah sangat banyak dapat disebarkanoleh angin, air, hewan, maupun manusia. Perkembangbiakan secara vegetatifterjadi karena bagian batang yang berada di dalam tanah akan membentuk tunasyang nantinya akan membentuk tumbuhan baru. Demikian juga, bagian akar tanaman, misalnya stolon, rhizomma, dan umbi, akan bertunas dan membentuk tumbuhan baru (Barus, 2003). Pengelompokan berkaitan dengan kesamaan reaksi gulma denga nmorfologi daun tertentu terhadap herbisida yang serupa. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, gulma dikelompokkan kedalam (Sukman, 1991): a. Kelompokberdaunsempit Spesies-spesies gulma yang daunnya berbentukgaris (linearis), memanjang dan sempit, pipih, tepinyas ejajar, berbentuk pita (ligulatus) seperti linearis tetapi lebih lebar. Gulma rumput biasanya berada pada marga Poaceae (Gramineae). b. Kelompokteki-tekian Spesies-spesies gulma dari marga Cyperaceae yang memiliki penampang batang segitiga, daunnya berbentuk garis (linearis). Contoh yang termasuk kelompok ini: Cyperusrotundusdan Fymbristilismiliaceae. c. Kelompokberdaunlebar Spesies-spesies gulma dengan bentuk daun bulat panjang ( oblongus), lanset (lanceolatus),
bulattelur
(ovatus),
lansetterbalik
(oblanceolatus),
jantung
3
(cordatus), segitiga sama sisi ( sagittatus) dan bentuk elips. Kelompok ini memiliki arah pertumbuhan batang tegak, berbaring, menjalar, memanjat, danmelilit. Kelompok gulma daun lebar terdiri dari spesies-spesies class Dicotyledonae,
termasuk
Amaranthaceae,
Asteraceae,
didalamnya
Commelinaceae, dan sebagainya.
Mimosaceae,
marga-marga
Euphorbiaceae,
Leguminoceae,
Rubiaceae,
4
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki yakni tumbuh pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman budidaya. Gulma dapat merugikan tanaman budidaya karena bersaing dalam mendapatkan unsur hara, cahaya matahari, dan air. Jenis gulma yang tumbuh biasanya sesuai dengan kondisi perkebunan, misalnya pada perkebuanan yang baru diolah, maka gulma yang dijumpai kebanyakan adalah gulma semusim, sedang pada perkebunan yang telah lama ditanami gulma yang banyak terdapat adalah jenis tahunan. Gulma yang terdapat pada dataran tinggi relatif berbeda dengan yang tumbuh di daerah dataran rendah, Pada daerah yang tinggi terlihat adanya kecenderungan bertambahnya keanekaragaman jenis, sedangkan jumlah individu biasanya tidak begitu besar. Hal yang sebaliknya terjadi pada daerah rendah yakni jumlah individu sangat melimpah, tetapi jenis yang ada tidak begitu banyak (Soekisman, T. dkk. 1984). Gulma dikenal sebagai tumbuhan yang mampu beradaptasi pada ritme pertumbuhan tanaman budidaya. Pertumbuhan gulma cepat, daya regenerasinya tinggi apabila terluka, dan mampu berbunga walaupun kondisinya dirugikan oleh tanaman budidaya.Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budidaya untuk ruang, cahaya, dan secara kimiawi untuk air, nutrisi, gas-gas penting, dan dalam peristiwa allelopati.Beberapa jenis gulma dapat memperbanyak diri dengan tuber (modifikasi dari akar yang berisi cadangan makanan). Gulma mampu berkembang biak secara vegetatif maupun generatif dengan biji yang dihasilkan. Kemampuan yang dimiliki oleh jenis-jenis gulma menahun
5
untuk memperbanyak diri dari bagian-bagian vegetatif menyebabkan jenis-jenis ini menjadi sangat kompetitif dan sukar untuk dikendalikan. Produksi organ perbanyakan vegetatifjuga erat kaitannya dengan kandungan karbohidrat yang tersimpan. Perbanyakan vegetatif ialah prinsip perkembangbiakan bagi sebagian besar gulma tahunan.Gulma yang memperbanyak diri secara vegetatif sulit untuk dikendalikan karena banyak memiliki organ vegetatif dorman di dalam tanah.Beberapa
bentuk
organ
vegetatif
yang
banyak
ditemukan
dalam
perbanyakan jenis-jenis gulma menahun yaitu: a.
Rhizoma (Rimpang) merupakan batang yang menjalar di dalam tanah yang
dapat membentuk akar dan tunas daun b.
Stolon merupakan batang yang silindris dan menjalar di permukaan tanah
yang dapat membentuk akar dan tunas c.
Umbi batang merupakan pangkal batang yang membengkak yang terletak di
dalam tanah. Di bedakan dari umbi daun dengan adanya beberapa mata tunas yang nyata terlihat dan bagian yang bengkak sangat pendek d.
Umbi akar merupakan bagian terminal dari rhizoma yang membengkak dan
merupakan jaringan makanan serta mempunyai tunas ujung. Mekanisme perbanyakan gulma termasuk salah satu yang paling efisien di alam. Efisiensi seperti ini diperoleh melalui seleksi alam dan adaptasi ekologi. Perkembangbiakan dapat dilakukan dengan biji atau dengan organ vegetatif. Pada gulma semusim, perkembangbiakan dilakukan melalui produksi biji. Biji dihasilkan dalam jumlah banyak dan sebagian besar memiliki dormansi. Biji didefinisikan sebagai sel telur yang masak yang telah dibuahi dan mempunyai
6
lembaga, persediaan makanan, dan lapisan perlindungan. Biji mengandung semua bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memindahkan sifat-sifat keturunan yang diperoleh dari tumbuhan induknya, mampu mempertahankan hidup kecambahnya meskipun hanya sementara sehingga dapat menyerap makanannya sendiri (Soetikno, 1990). Populasi biji gulma di dalam tanah sangat bervariasi jumlahnya tergantung dari komposisi jenis gulma yang tumbuh di atasnya dan juga sejarah dari tanah itu sendiri. Jika tanah semula digunakan untuk peternakan, maka sebagian besar dari biji-biji yang ada merupakan biji gulma yang biasa dijumpai di daerah peternakan, sedangkan lahan pertanian akan mempunyai populasi biji yang berkaitan dengan gulma-gulma pertanian. Populasi biji gulma di lahan pertanian pada umumnya terdiri dari beberapa jenis yang dominan dengan jumlah biji yang cukup tinggi, beberapa jenis dengan jumlah yang cukupan, dan banyak jenis yang mempunyai biji hanya sedikit saja. Pola-pola produksi biji, penyebaran, dan penyimpanan pada setiap tahapan dalam suatu suksesi kita akan jumpai bahwa jenis-jenis pemula mempunyai simpanan biji yang cukup besar jika dibandingkan dengan jenis-jenis pertengahan atau jenis-jenis akhir. Ini menunjukkan bahwa jenis-jenis pemula mampu menghasilkan biji dalam jumlah yang cukup besar. Strategi semacam ini mempunyai potensi reproduksi yang tinggi dikombinasikan dengan adanya dormansi menyebabkan adanya simpanan biji di dalam tanah yang cukup besar dan tetap jumlahnya setiap waktu.
7
Secara umum kerugian yang ditimbulkan gulma dapat dibagi menjadi dua kategori yang langsung dan yang tidak langsung. Kerugian langsung terjadi akibat kompetisi yang dapat mengurangi jumlah atau hasil panen. Termasuk di dalamnya adalah penurunan hasil panen, baik secara kesulurhan atau yang dipanennya saja dan penurunan kualitas hasil panenan sebagai akibat pencemaran oleh biji-biji gulma. Kerugian yang tidak langsung terjadi akibat kompetisi yang dapat menimbulkan kerugian kepada petani tetapi tidak secara langsung dalam hasil panenannya. Contohnya, gulma dapat menjadi inang sementara bagi hama penyakit tanaman, dan menimbulkan gangguan penyakit seperti pada beberapa jenis gulma yang serbuk sari, getah, atau duri pada gulma tersebut sehingga dapat menimbulkan alergi. Kerugian langsung yang ditimbulkan akibat adanya gulma yang paling menjadikan masalah khusus dalam bidang pertanian adalah dengan penurunan hasil panen. Gulma dapat menurunkan hasil panenan dalam dua cara yaitu: 1) dengan mengurangi jumlah hasil yang dapat di panen (biji-bijian, rumput, atau buah-buahan dan sebagainya) dan 2) dengan mengurangi jumlah individu tanaman yang dipanen. Besarnya penurunan hasil panen yang diakibatkan oleh gulma sangatlah bervariasi bergantung dari jenis tanaman pokoknya, jenis gulma, dan faktor-faktor pertumbuhan yang mempengaruhinya. Adanya gulma dalam jumlah yang banyak pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan kehilangan hasil secara total.
8
Pengendalian gulma dapat didefinisikan sebagai proses membatasi infestasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman budidaya lebih produktif. Dengan kata lain pengendalian bertujuan hanya menekan populasi gulma sampai tingkat populasi yang tidak merugikan secara ekonomi atau tidak melampaui ambang ekonomi, sehingga sama sekali tidak bertujuan menekan populasi gulma sampai nol. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pada dasarnya ada enam macam metode pengendalian gulma, yaitu : mekanis, kultur teknis, fisik, biologis, kimia dan terpadu. Pengendalian gulma dengan cara kimia lebih diminati akhir-akhir ini, terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas (Sukman et al, 1991). Pengendalian dengan cara kimia ini adalah dengan menggunakan herbisida. Menurut Tjitrosoedirdjo et al . (1984), pengendalian dengan menggunakan herbisida memiliki beberapa keuntungan yaitu penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit dan lebih mudah dan cepat dalam pelaksanaan pengendaliannya. Salah satu pertimbangan yang penting dalam pemakaian herbisida adalah untuk mendapatkan pengendalian yang selektif, yaitu mematikan gulma tetapi tidak merusak tanaman budidaya. Keberhasilan aplikasi suatu herbisida dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : jenis herbisida, formulasi herbisida, ukuran butiran semprot, volume semprotan dan waktu pemakaian (pra pengolahan, pra tanam, pra tumbuh atau pasca tumbuh). Faktor lainnya yang mempengaruhi keberhasilan aplikasi herbisida adalah sifat kimia dari herbisida itu sendiri, iklim, kondisi tanah dan aktivitas mikroorganisme. Teknik penyemprotan dan air pelarut yang
9
digunakan juga mempengaruhi efektivitas herbisida yang diaplikasikan (Utomo et al , 1998). Herbisida merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Herbisida ini dapat mempengaruhi satu atau lebih proses-proses (seperti pada proses pembelahan sel, perkembangan
jaringan,
pembentukan
klorofil,
fotosintesis,
respirasi,
metabolisme nitrogen, aktivitas enzim dan sebagainya) yang sangat diperlukan tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Herbisida bersifat racun terhadap gulma atau tumbuhan penganggu juga terhadap tanaman yang dibudidayakan. Herbisida yang diaplikasikan dengan konsentrasi tinggi akan mematikan seluruh bagian dan jenis tumbuhan. Pada dosis yang lebih rendah, herbisida akan membunuh tumbuhan dan tidak merusak tumbuhan yang di budidayakan (Sjahril dan Syam’un, 2011). Menurut Sukman dan Yakup (1991) terdapat beberapa keuntungan menggunakan herbisida diantaranya : dapat mengendalikan gulma sebelum mengganggu tanaman budidaya, dapat mencegah kerusakan perakaran tanaman yang dibudidayakan, lebih efektif dalam membunuh gulma, dalam dosis rendah dapat berperan sebagai hormon tumbuh, dan dapat meningkatkan produksi tanaman budidaya dibandingkan dengan perlakuan pengendalian gulma dengan cara yang lain. Pemakaian suatu jenis herbisida secara terus menerus akan membentuk gulma yang resisten sehingga akan sulit mengendalikannya.
10
III.
GULMA MENURUT PARA AHLI
A. Radosevich (2007)
Menurut Radosevich (2007), gulma merupakan tanaman yang tumbuh bukan pada tempatnya, atau disebut juga tanaman atau tumbuhan yang manfaatnya lebih sedikit dibandingkan dengan kerugian yang diakibatkan pada lahan yang sedang diusahakan. Pada dasarnya gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang telah beradaptasi dengan habitat buatan dan menimbulkan gangguan terhadap segala aktivitas manusia.
B. Beal Cicit, Soejani, 1987
Suatu tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. C. Kustono (2004)
menurutnya tumbuhan yang dapat menggangu dan menyebabkan kerusakan bagi sektor pertanian, misalnya menggu tbudidaya maupun aktifitas pertanian lainnya. D. Sastroutomo (1990)
Menurut Sastroutomo (1990), gulma memiliki definisi tertentu yang didefinisi secara subjektif dan definisi ekologis. Beberapa definisi subjektif adalah: 1. Merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia. 2. Semua tumbuhan selain tanaman budidayanya. 3. Tumbuhan yang masih belum diketahui manfaatnya.
11
4. Tumbuhan yang mempunyai pengaruh negatif terhadap manusia baik secara langsung . E. Anderson (1977)
Gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan oleh manusia. Dengan demikian apa saja termasuk tanaman budidaya dapat dipandang sebagai gulma apabila tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan. Tumbuhan yang lebih lazim sebagai gulma biasanya cendrung mempunyai sifat-sifat atau ciri khas tertentu yang memungkinkanya untuk mudah tersebar luas dan mampu menimbulkan kerugian dan gangg uan.
12
13
IV.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian gulma menurut para ahli sangatlah beragam, yang perlu di ketahui adalah gulma adalah tanaman yang tidak di harapkan keberadaanya di lahan budidaya. Karena secara langsung gulma tersebut akan menghambat pertumbuhan tanaman yang di budidaya tersebut. Dalam pengendalian gulma sebaiknya di lakukan di barengi dengan pestisida nabati agar lingkungan tidak rusak akibat pemberian pestisida kimia secara berlebihan. B. Saran
Untuk para pembaca di harapkan memperhatikan lagi cara pengendalian gulma yang di lakukan agar lingkungan tetap terjaga.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arekpekalongan. Identifikasi dan analisis vegetasi gulma. 2013. https://arekpekalongan.blogspot.co.id/2013/10/identifikasi-dan-analisisvegetasi-gulma.html [Di akses pada 25/02/2018] Atobasahona. Pengertian gulma meneurut para ahli. 2016. http://www.atobasahona.com/2016/07/14-pengertian-gulma-menurut-paraahli.html?m=0 [Di akses pada 25/02/2018] Barus. 2003. Pengendalian Gulma Di Perkebunan, Efektifitas dan Efisiensi Aplikasi Herbisida. Kanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta101hlm Perpusku. Pengertian gulma menurut para ahli. 2017. http://www.perpusku.com/2017/01/pengertian-gulma-menurut-paraahli.html [Di akses pada 25/02/2018] Pristiani, Wanty. Laporan gulma. 2012. http://wanty pristiarini.blogspot.co.id/2012/01/laporan-gulma-1.html [Di akses pada 25/02/2018] Radosevich, Holt, and Ghersa. 2007 . Ecology of Weeds and Invasive Plants: Relationship to Agriculture and Natural Resource Management 3rdEdition. New York : John Wiley and Sons. Sembodo, D. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Yogyakarta : Graha Ilmu. Soekisman, T. Is Hidajat, U. Joedono, W. 1984. Pengelolaan Gulma Perkebunan. PT Gramedia Jakarta Sukman Y, Yakup.1991. Gulma dan Tekhnik Pengendaliannya. Jakarta: Rajawali Pers