HEPATITIS PADA KEHAMILAN
A. PENGERTIAN HEPATITIS PADA KEHAMILAN
Istilah “hepatitis” dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat obatan. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Penyakit hepatitis akibat virus bisa akut (hepatitis A), bisa kronik (hepatitis B dan C) dan bisa juga kemudian menjadi kanker hati (hepatitis B dan C). Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan wanita tidak hamil pada umur yang sama. Kelainan hepar yang mempunyai hubungan langsung dengan peristiwa kehamilan, ialah : Acute fatty liver of pregnancy (Obstetric acute yellow-atrophy). Infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berhubungan langsung dengan peristiwa kehamilan, namun tetap memerlukan penanganan khusus, mengingat penyulit-penyulit yang mungkin timbul baik untuk ibu maupun janin.
B. PENYEBAB HEPATITIS
Penyebab hepatitis bermacam-macam. Pada prinsipnya penyebab hepatitis terbagi atas infeksi dan bukan infeksi. Penyebab-penyebab tersebut antara lain : 1. Infeksi virus ; hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, Hepatitis E,
Hepatitis F,hepatitis G. 2. Non virus ; Komplikasi dari penyakit lain, Alkohol, Obat-obatan kimia atau
zat kimia, Penyakit autoimun. Nama-nama virus penyebab hepatitis yang saat ini telah dikenali adalah: 1. virus hepatitis A atau VHA 2. virus hepatitis B atau VHB 3. virus hepatitis C atau VHC, 4. virus hepatitis D atau VHD,
5. virus hepatitis E atau VHE 6. virus hepatitis F atau VHF 7. virus hepatitis G atau VHG.
Sedangkan penyakit hepatitis yang ditimbulkannya disebut sesuai dengan nama virusnya. Di antara ketujuh jenis hepatitis tersebut, hepatitis A, B dan C merupakan jenis hepatitis terbanyak yang sering dijumpai. Sedangkan kasus hepatitis F masih jarang ditemukan. Para ahli pun masih memperdebatkan apakah hepatitis F merupakan jenis hepatitis tersendiri atau tidak. Ikterus merupakan salah satu gajala klinis pada wanita hamil denga hepatitis, namun adapun ikterus dalam kehamilan sebenarnya disebabkan oleh beberapa keadaan. Ikterus yang disebabkan oleh kehamilan berupa ; perlemakan hati akut, toksemia, dan kolestasis intrhepatik. Sedangkan ikterus yang tejadi bersamaan dengan suatu kehamilan; hepatitis virus, batu empedu, penggunaan obat-obatan hepatotoksik, dan sirosis hepatis. Ikterus dapat timbul pada satu dari 1500 kehamilan, 41% diantaranya adalah hepatitis virus,21% oleh karna kolestatis intahepatik, dan kurang dari 6% oleh karna obtruksi saluran empedu di luar hati.
C. MACAM-MACAM HEPATITIS 1. Hepatitis A a. Pengertian
Hepatitis A, merupakan enterovirus RNA, mempunyai masa inkubasi antara 15-50 hari dan ditularkan melalui fekal-oral atau melalui makanan & minuman yang terkontaminasi. b. Penyebab
Penyebab hepatitis A adalah virus hepatitis A (HAV). Virus ini merupakan virus RNA positif dan pertama kali ditemukan (dengan mikroskop elektron) pada tahun 1973. Virus hepatitis A mengganggu fungsi liver sambil terus berkembang biak di sel-sel liver. Akibat dari gangguan ini sistem kekebalan tubuh bekerja untuk memerangi virus
tersebut. Dalam proses ini, bisa terjadi kerusakan yang berakhir pada peradangan liver. c. Penyebaran
HAV disebarkan lewat kotoran atau tinja penderita. Penyebarannya disebut faecal-oral (tinja ke mulut) karena biasanya tangan secara tidak sengaja menyentuh benda bekas terkena tinja (di kamar mandi umum biasanya) dan kemudian menggunakannya untuk makan. Karena itu, dalam lingkungan yang buruk sanitasi, tidak mempunyai toilet sendiri dan harus MCK (Mandi, Cuci, Kakus) di WC umum, kemungkinan terkena virus hepatitis A menjadi lebih besar. d. Tanda dan gejala 1) Cepat lelah
Salah satu gejala dari penyakit Hepatitis A adalah kelelahan kronis. Hati mempunyai tanggung jawab untuk menyimpan energi untuk kebutuhan tubuh dalam menjalankan fungsinya. Jika hati rusak, energi yang anda butuhkan untuk melakukan aktivitas setiap harinya mungkin tidak tersedia. Hal itu yang menyebabkan kelelahan. 2) Demam
Hati yang normal halus dan kenyal bila disentuh. Ketika hati terinfeksi suatu penyakit (misalnya Hepatitis A), hati menjadi bengkak.
Sel
hati
mulai
mengeluarkan
enzim alanin
aminotransferase ke darah. Tubuh yang telah terinfeksi oleh virus metabolismenya meningkat, sehingga suhu tubuh juga akan meningkat. 3) Anoreksia
Hilangnya nafsu makan yang ekstrem dikarenakan adanya rasa mual muntah. 4) Ikterus
Terjadi gangguan pada hepar sehingga tidak bisa melakukan fungsinya dalam mengontrol pengeluaran bilirubin, sehingga kadar bilirubin meningkat dan terjadi hiperbilirubinemia atau ikterus. e. Kehamilan dengan hepatitis A
Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa hepatitis A merupakan agen teratogenik dan resiko transmisi vertical dari hepatitis A akut ke janin sangat rendah, dan bila antibodi IgM ada pada ibu saat trimester ketiga, pengobatan
profilaksis
pada
bayi
baru
tidak
perlu
diberikan.
Bagaimanapun, jika antigen hepatitis A terdapat pada kotoran pada saat kelahiran bayi atau, mungkin, ketika penyakit terjadi nanti 2-3 minggu terakhir kehamilan, bayi baru lahir harus mendapatkan profilaksis immunoglobulin karena bisa tertular dari ibu. Kehamilan dengan hepatitis A tidak menyebabkan peningkatan angka kematian ibu. Jika bayi baru lahir terpapar, infeksi biasanya ringan dan mereka akan mempunyai kekebalan seumur hidup. f.
Penanganan
Terapi simptomatis adalah sangat penting untuk mengisolasi wanita hamil yang terinfeksi untuk menghindari penularan. Terapi simptomatis disini termasuk mencegah dehidrasi dan pemberian nutrisi yang adekuat dan istirahat. Biasanya akan sembuh dalam 1-2 bulan. Wanita hamil yang telah terpapar infeksi dapat diberikan imuno-γ-globulin (0,02 mg/kgBB). Terapi ini hanya efektif jika diberikan dalam waktu 2 minggu. Vaksinasi hepatitis A dapat diberikan bersamaan dengan imuno-γ-globulin. Dengan vaksinasi akan melindungi kadar antibodi dalam 10-14 hari. Telah dilaporkan bahwa efektivitas vaksinasi lebih dari 90%. 2. HEPATITIS B a. Pengertian
Virus hepatitis B (HBV) adalah virus DNA rantai ganda yang merupakan penyebab hepatitis akut pada kehamilan yang paling sering.
Masa inkubasi dari waktu terpapar sampai muncul gejala adalah 6 minggu sampai 6 bulan. b. Penyebab c. Terjadinya hepatitis B, disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang
terbungkus serta mengandung genoma DNA melingkar. Virus ini merusak fungsi liver dan sambil merusak dan terus berkembang biak dalam sel-sel liver/hati (hepatocytes). d. Penyebaran
Ditularkan lewat darah. Jadi, hepatitis B menyebar ketika terjadi kontak dengan darah yang terinfeksi, cairan tubuh (sperma), atau hubungan seksual.Untungnya hepatitis B ini tidak bisa menembus pori pori kulit karena ukurannya yang relative besar. Namun jika ada luka sedikit saja, virus ini dengan cepat segera masuk. Selain itu, karena ukurannya yang besar itu, virus hepatitis B tidak bisa ditularkan dari ibu kepada janinnya, kecuali jika ada kebocoran diplasenta, misalnya akibat pengambilan cairan amniotic di plasenta. Namun demikian penyebaran dari ibu ke bayi mudah terjadi, terutama saat bayi lahir (ketika darah keduanya bercampur). Kalu bayi-bayi itu tidak di vaksinansi saat lahir, bayi akan menjadi carrier seumur hidup, bahkan nantinya bisa menderita gagal liver dan kanker liver. Selain
itu
penyakit
ini
menular
melalui
hubungan
seksual,
penggunaan obat jarum suntik yang terkontaminasi, akupuntur, tato dan tranfusi darah. e. Tanda dan gejala 1) Mual muntah
Mual muntah terjadi tentunya disebabkan oleh tekanan hebat terhadap liver yang membuat keseimbangan tubuh tidak terjaga. 2) Diare
Virus lewat duodenum, jejunum, ileum menembus sel tanpa lisis viremia atau infeksi lokal karena keracunan. sehingga usus tidak bisa menyerap air secara maksimal, akibatnya terjadi diare. 3) Anorexia Hilangnya nafsu makan yang ekstem dikarenakan adanya rasa mual muntah. 4) Penyakit kuning (ikterus) Terjadi gangguan pada hepar sehingga tidak bisa melakukan fungsinya dalam mengontrol pengeluaran bilirubin, sehingga kadar bilirubin meningkat dan terjadi hiperbilirubinemia atau ikterus. f.
Kehamilan dengan hepatitis B
Resiko keseluruhan dari infeksi neonatal kira-kira 75% jika ibu terinfeksi pada trimester ketiga atau masa nifas ; dan resiko ini jauh lebih rendah (5-10%) jika ibu terinfeksi pada awal kehamilan. Sebagian besar infeksi pada bayi baru lahir kemungkinan terjadi saat persalinan dan kelahiran atau melalui kontak ibu bayi, daripada secara transplasental. Walaupun sebagian besar bayi-bayi menunjukkan tanda infeksi ikterus ringan, mereka cenderung menjadi carrier. Status carrier ini dipertimbangkan akan menjadi sirosis hepatis dan karsinoma hepatoseluler. Infeksi kronik terjadi kira-kira 90% pada bayi yang terinfeksi, 60% pada anak < 5 tahun dan 2%-6% pada dewasa. Diantaranya, seseorang dengan infeksi kronik HBV, resiko kematian dari sirosis dan karsinoma hepatoselular adalah 15% - 25%. Infeksi HBV bukan merupakan agen teratogenik. Bagaimanapun, terdapat insidens berat lahir rendah yang lebih tinggi diantara bayi-bayi dengan ibu yang menderita infeksi akut selama hamil. Pada satu penelitian hepatitis
akut
maternal
(tipe
B
atau
non-B)
tidak
mempengaruhi insidens dari malformasi kongenital, lahir mati, abortus, atau malnutrisi intrauterin. Tetapi, hepatitis akut menyebabkan peningkatan insidens prematuritas.
g. Penanganan 1) Antepartum 1) Mendapat kombinasi antibodi pasif (immunoglobulin) dan imunisasi aktif vaksin hepatitis B 2) Tidak minum alcohol 3) Menghindari
obat-obatan
yang
hepatotoksis
seperti
asetaminofen yang dapat memperburuk kerusakan hat 4) Tidak mendonor darah, bagian tubuh dan jaringan 5) Tidak menggunakan alat pribadi yang dapat berdarah dengan orang lain misalnya sikat gigi dan pisau cukur 6) Menginformasikan pada Dokter Anak, Kandungan Kebidanan dan perawat bahwa mereka carrier hepatitis 7) Memastikan bahwa bayi mereka mendapat vaksin hepatitis B waktu lahir, umur 1 bulan, dan 6 bulan 8) Kontrol sedikitnya setahun sekali ke dokter pribadi 9) Mendiskusikan resiko penularan dengan pasangan mereka dan mendiskusikan pentingnya konseling dan pemeriksaaN 2) Persalinan Walaupun persalinan secara seksio sesarea sudah dianjurkan dalam arti untuk penurunan transmisi HBV dari ibu ke anak, jenis persalinan ini tidak berarti secara bermakna dapat menghentikan transmisi HBV. Tetapi seksio sesarea sangat disarankan oleh Centers for Disease Control (CDC) dan American College of Obstetricians and Ginyecologists (ACOG). 3) Bayi daru lahir Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi (termasuk carrier HBsAg kronik) harus di terapi dengan kombinasi dari antibodi pasif (immunoglobulin) dan aktif imunisasi dengan vaksin hepatitis B. 4) Menyusui
Dengan imunoprofilaksis hepatitis yang sesuai, menyusui tidak memperlihatkan resiko tambahan untuk penularan dari carrier virus hepatitis B. 3. HEPATITIS C a. Pengertian Hepatitis C (HCV), dulu dikenal dengan hepatitis non-A non-B. Virus hepatitis C adalah virus RNA rantai tunggal dalam rumpun Flaviviridae. Masa inkubasi terjadi setelah terpapar HCV 8 – 9 minggu. b. Penyebab Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus ini menyerang
liver
dan
menyebabkan
peradangan
berat
dengan
komplikasi jangka panjang. c. Penyebaran
Penularan Hepatitis C biasanya melalui kontak langsung dengan darah atau produknya dan jarum atau alat tajam lainnya yang terkontaminasi. Dalam kegiatan sehari-hari banyak resiko terinfeksi Hepatitis C seperti berdarah
karena
terpotong
atau
mimisan,
atau
darah
menstruasi. Perlengkapan pribadi yang terkena kontak oleh penderita dapat menularkan virus Hepatitis C ( seperti sikat gigi, alat cukur atau alat manicure). Resiko terinfeksi Hepatitis C melalui hubungan seksual lebih tinggi pada orang yang mempunyai lebih dari satu pasangan. Penularan Hepatitis C jarang terjadi dari ibu yang terinfeksi Hepatitis C ke bayi yang baru lahir atau anggota keluarga lainnya. Walaupun demikian, jika sang ibu juga penderita HIV positif, resiko menularkan Hepatitis C sangat lebih memungkinkan. Menyusui tidak menularkan Hepatitis C. d.
Tanda dan gejala 1) Anoreksia
Hilangnya nafsu makan yang ekstem dikarenakan adanya rasa mual muntah.
2) Mual muntah
Mual muntah terjadi tentunya disebabkan oleh tekanan hebat terhadap liver yang membuat keseimbangan tubuh tidak terjaga. 3) Penyakit kuning
Terjadi gangguan pada hepar sehingga tidak bisa melakukan fungsinya dalam mengontrol pengeluaran bilirubin, sehingga kadar bilirubin meningkat dan terjadi hiperbilirubinemia atau ikterus. e. Kehamilan dengan Hepatitis C
Meskipun hanya terdapat sedikit data terbaru tentang infeksi HCV pada kehamilan, data yang ada tidak menunjukkan peningkatan resiko malformasi kongenital, distress fetal, lahir mati atau prematur. Wanita dengan HCV dan janinnya tidak mempunyai resiko yang lebih besar terhadap komplikasi obstetrik atau perinatal dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil. Tidak terdapat kontraindikasi untuk hamil hanya berdasar pada HCV saja. f.
E fek K ehamilan pada HCV Sangat kecil yang dilaporkan pada efek kehamilan pada perjalanan infeksi HCV. Kurang dari 10 % memperlihatkan peningkatan transaminase, dan pada kebanyakan kasus penurunan ALT
sewaktu
Diperkirakan
hamil bahwa
dilaporkan produksi
dengan
interferon
postpartum endogen
rebound. oleh
unit
fetoplasental memegang peranan penting pada perjalanan penyakit sewaktu hamil. Kholestatis sewaktu hamil lebih sering pada wanita terinfeksi HCV. Kadang-kadang, wanita dapat penyakit hati lanjutan dan komplikasi seperti varises esofagus dan koagulapati, resiko terhadap perdarahan sewaktu persalinan dan kemungkinan rupture varises. g. E fek pada Neonatus
Angka transmisi vertikal yang dilaporkan berkisar 0 – 36 %, dengan rata-rata 5-6 %. Resiko penularan pada mereka dengan infeksi HIV sampai 44 %. Walaupun bukti yang ada menyatakan bahwa periode intrapartum merupakan waktu utama untuk transmisi, pentingnya hubungan antara intrauterin dan intrapartum tetap tidak bisa dipungkiri. HCV bukan berupa agen teratogenik. Bayi yang lahir dari ibu dengan HCV positif tidak memperlihatkan komplikasi neonatal. Anak yang terinfeksi kemungkinan besar akan menjadi kronis. Harus diingat bahwa semua bayi baru lahir akan mempunyai antibodi dari maternal. h. Menyusui
HCV RNA dan antibodi antiHCV dapat dideteksi pada kolostrum dan air susu ibu. Namun, kebanyakan tidak terdapat kasus penularan lewat menyusui yang dilaporkan. Karena itu, menyusui bukan merupakan kontraindikasi. i.
Penanganan 1) Prekonsepsi
Idealnya penanganan prenatal harus dimulai pada konsultasi prekonsepsi
dengan
dokter
dengan
pengetahuan
tentang
penanganan hepatitis C atau penyakit infeksi pada kehamilan. Harus termasuk diskusi tentang riwayat asal penyakit, implikasi pada kehamilan, konsekuensi pada janin, resiko penularan vertikal, dan terapi. 2) Penanganan Bayi Baru Lahir
Bayi
dapat
dirawat
sesuai
penanganan
RS
umumnya.
IbuPenanganan umum tidak perlu penanganan khusus seperti menggunakan sarung tangan, masker, dan sterilisasi ektra. Semua bayi dari• Pemeriksaan bayi ibu dengan HCV pasti positif untuk anti HCV waktu lahir. Bayi yang tidak terinfeksi biasanya hilang antibodinya sewaktu umur 12-15 bulan. Makin
tinggi
kadar
ibu,
makin
lama
menghilang.•
Imunisasi
bayi Sebagai tambahan imunisasi rutin, imunisasi hepatitis B harus diberikan pada masa postnatal. Jika ibu HBsAg positif, imunisasi pasif dan aktif yang sesuai harus diberikan dalam bentuk immunoglobulin hepatitis B dan vaksin hepatitis B. Vaksinasi hepatitis A harus diberikan pada umur 1 tahun.
D. TANDA DAN GEJALA HEPATITIS PADA KEHAMILAN
Penyakit hati biasanya jarang terjadi pada wanita hamil, namun apabila timbul ikterus pada kehamilan, maka penyebabnya yang paling tering adalah hepatitis virus. Penyakit hepatitis biasanya memberikan keluhan mual, muntah, anoreksia, demam ringan, mata kunang. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai ikterus dan hepatomegali, sedangkan splenomegali hanya ditemukan pada 2025% penderita. Gejala dan tanda penyakit hepatitis secara umum adalah sebagai berikut 1. Selera makan hilang 2. Rasa tidak enak di perut 3. Mual sampai muntah 4. Demam tidak tinggi Kadang-kadang disertai nyeri sendi 5. Nyeri dan bengkak pada perut sisi kanan atas (lokasi hati) 6. Bagian putih pada mata (sklera) tampak kuning 7. Kulit seluruh tubuh tampak kuning 8. Air seni berwarna coklat
Pengaruh hepatitis virus pada kehamilan dan janin 1. Hepatitis Pada kehamilan Pada kehamilan, hepar ternyata tidak mengalami pembesaran. Bila kehamilan sudah mencapai trimester ke III, sukar untuk melakukan palpasi pada hepar, karena hepar tertutup oleh pembesaran rahim. Oleh karena itu bila pada kehamilan trimester ke III hepar dapat dengan mudah diraba, berarti sudah terdapat kelainan-kelainan yang sangat bermakna. Perubahan-
perubahan mikroskopik pada hepar akibat kehamilan adalah tidak khas. Pengaliran darah ke dalam hepar tidak mengalami perubahan, meskipun terjadi perubahan yang sangat menyolok pada sistem kardio vaskuler. Wanita hamil sering menunjukkan tanda-tanda mirip adanya penyakit – penyakit hepar, misalnya : spider naevi dan palmarerythema, yang wajar pada kehamilan, akibat meningkatnya kadar estrogen. Semua protein serum yang disintesis dalam hepar mengalami perubahan pada waktu kehamilan. Jumlah protein serum menurun sekitar 20% pada trimester II, akibat penurunan kadar albumin secara menyolok, sedangkan fibrinogen justru mengalami kenaikan. 2. Hepatitis pada Janin Bila hepatitis terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II maka gejala-gejala nya akan sama dengan gejala hepatitis pada wanita tidak hamil. Meskipun gejala-gejala yang timbul relatip lebih ringan dibanding dengan gejala-gejala yang timbul pada trimester III, namun penderita hendaknya tetap dirawat di rumah sakit. Hepatitis terjadi pada trimester III menimbulkan gejala-gejala yang lebih berat dan penderita umumnya menunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada fase inilah acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitas Ibu yang sangat tinggi. Pada trimester III, adanya defisiensi faktor lipo tropik disertai kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menyebabkan
penderita
mudah
jatuh
dalam acute
hepatic
necrosis. Tampaknya keadaan gizi ibu hamil sangat menentukan prognose. Berat ringan gejala hepatitis virus pada kehamilan sangat tergantung dari keadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi protein, ditambah pula meningkatnya kebutuhan protein untuk pertumbuhan janin, menyebabkan infeksi hepatitis pada kehamilan memberi gejala-gejala yang jauh lebih berat. Pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi perubahan-perubahan dalam proses pembekuan darah, yaitu dengan ke-naikan faktor-faktor
pembekuan dan penurunan aktivitas fibrinolitik, sehingga pada kehamilan mudah terjadi DIC (Disseminated Intra Vascular Coagulation) Virus hepatitis dapat menembus placenta ialah ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada janin barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang mati pada periode neonatal akibat infeksi hepatitisvirus. Hasil autopsy menunjukkan adanya perubahan perubahan pada hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar sampai suatubentuk cirrhosis. Perubahan-perubahan yang lanjut pada hepar ini, mungkin terjadi bila infeksi sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim. Kelainan yang ditemukan pada hepar janin, lebih banyak terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan, bahwa penyebaran virus hepatitis dari Ibu ke janin dapat terjadi secarahematogen.Angkakejadian penularan virus hepatitis dari Ibu ke janin atau bayinya, tergantung dari tenggang waktu antara timbulnya infeksi pada Ibu dengan saat persalinan. Ibu hamil yang menderita hepatitis B dengan gejala-gejala klinik yang jelas, akan menimbulkan penularan pada janinnya jauh lebih besar dibandingkan dengan Ibu-Ibu hamil yang hanya merupakan carrier tanpa gejala klinik. Ibu hamil yang mengalami hepatitis B, dengan gejala yang jelas, 48% dari bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil yang hanya sebagai carrier Hepatitis Virus B antigen, hanya 5% dari bayinya mengalami virus B antigenemia. Meskipun hepatitis virus, belum jelas pengaruhnya terhadap kelangsungan kehamilan, namun dilaporkan bahwa kelahiran prematur terjadi pada 66% kehamilan yang disertai hepatitisvirus B. Adanya icterus pada Ibu hamil tidak akan menimbulkan kern-icterus pada janin. Kem icterus terjadi akibat adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta dari Ibu-Ibu hamil yang mengalami hemolitik jaundice. Bila penularan hepatitis virus pada janin terjadi pada waktu persalinan maka gejala-gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga bulan kemudian. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan, bahwa hepatitis pada Ibu hamil
dapat menimbulkan kelainan kongenital janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari kehamilan yang disertai hepatitis, tidak dijumpai perubahan perubahan yang menyolok, hanya ditemukan bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi penularan virus B in utero, maka keadaan ini tidak memberikan kekebalan pada janin dengan kehamilan berikutnya.
E. CARA PEMERIKSAAN HEPATITIS PADA KEHAMILAN 1. Laboratorium
Meliputi pemeriksaan yaitu Darah : Hb, Haematokrit, golongan darah Urine, Kemungkinan ditemukan urine berwarna kuning tua. Pemeriksaan laboratorum akan didapatkan gambaran kerusakan parenkin hati. Bilirubin serum meningkat, demikian pula transaminase serum. HBV – Diagnosis dan tes lain, bila SGPT/SGOT tinggi, diagnosis HBV dilakukan dengan tes darah. Tes ini jauh lebih rumit daripada tes HIV: tes HBV mencari antigen (pecahan virus hepatitis B) tertentu dan antibodi (yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh sebagai reaksi terhadap HBV). Tes darah awal untuk diagnosis infeksi HBV mencari satu antigen – HbsAg (antigen permukaan, atau surface, hepatitis B) dan dua antibodi – anti-HBs (antibodi terhadap antigen permukaan HBV) dan anti-HBc (antibodi terhadap antigen bagian inti, atau core, HBV). Sebetulnya ada dua tipe antibodi anti-HBc yang dibuat: antibodi IgM dan antibodi IgG.Tes darah yang dipakai untuk diagnosis infeksi HBV dapat membingungkan, karena ada berbagai kombinasi antigen dan antibodi yang berbeda, dan masing-masing kombinasi mempunyai artinya sendiri. Berikut adalah arti dari kombinasi yang mungkin terjadi :
2. Pemeriksaan Hispatologi
Pemeriksaan histopatologi menunjukkan nekrosis sel hati sentribuler, infiltrasi sel radang disegitiga portal, sedangkan kerang karetikulin masih baik.Sayangnya, tes darah tidak dapat memberikan semua informasi tentang keadaan hati seseorang. Mengukur viral load HBV, tingkat enzim hati, dan AFP dalam darah tidak dapat menentukan apakah ada kerusakan, dan bila ada, tingkat kerusakan. Untuk ini, dibutuhkan biopsi hati. Biopsi hati hanya diusulkan untuk pasien dengan viral load HBV yang tinggi (di atas 100.000 kopi) dan tingkat enzim hati yang tinggi.
F. PENULARAN HEPATITIS PADA KEHAMILAN
Penularan Secara Umum
Penularan virus ini pada janin terjadi dengan beberapa cara, yaitu: 1. Melewati placenta
2. Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan 3. Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya 4. Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi. 5. Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi
hepatitis virus in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal. Jenis virus yang lebih banyak dilaporkan dapat menembus placenta, ialah virus type B.
G. PENCEGAHAN HEPATITIS
Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung dengan penderita hepatitis virus A hendaknya diberi immuno globulin sejumlah 0,1 cc/kg berat badan. Gamma globulin tidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Gizi Ibu hamil hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk mempermudah penularan hepatitis. Untuk kehamilan berikutnya diberi jarak sekurang – kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat setelah 6 bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan laboratorium telah kembali normal. Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukan pemeriksaan laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan kemudian.
H. PERAWATAN DAN PENGOBATAN HEPATITIS
Pengobatan infeksi hepatitis pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita tidak hamil. Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit mengandung lemak tetapitinggi protein dan karbohydrat. Pemakaian obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari. Kortison baru diberikan bila terjadi penyulit. Perlu diingat pada hepatitis virus yang aktif dan cukup berat, mempunyai risiko untuk terjadi perdarahan post-partum, karena menurunnya kadar vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan dilakukan pemeriksaan transaminase serum dan pemeriksaan
hepatitis virus antigen secara periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatan khusus bila tidak mengalami penyulit-penyulit lain. Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit hepatitis virus, yang perlu dilakukan ialah pada ibu hamil yang HBsAg positif bayinya perlu dilindungi dengan segera sesudah lahir sedapat mungkin dalam waktu dua jam bayi diberi suntikan HBSIG dan langsung divaksinasi dengan vaksin hepatitis B . Pemberian HBIG hanya pada ibu yang selain HBsAg pasitif, HBe nya juga positif. Vaksin ini diulangi lagi sampai 3 kali dengan interval satu bulan atau sesuai dengan skema vaksin yang digunakan. Selain itu pada kasus seperti ini para dokter dan tenaga medis harus diberi vaksin juga. Pengelolaan secara konservatif adalah terapi pilihan untuk penderita hepatitis virus dalam kehamilan. Prinsipnya ialah suportif dan pemantauan gejala penyakit. Pada awal periode simptomatik dianjurkan : 1. Tirah baring Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kecuali pada mereka dengan umur tua dan keadaan umum yang buruk 2. Diet Tidak ada larangan spesifik terhadap makanan tertentu bagi penderita penyakit hepatitis. Sebaiknya semua makanan yang dikonsumsi pasien mengandung cukup kalori dan protein. Satu-satunya yang dilarang adalah makanan maupun minuman beralkohol. jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah – muntah, sebaiknya diberikan infus. Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori (30 – 35 kalori / kg BB) dengan protein cukup (1 g / kg BB). Pemberian lemak seharusnya tidak perlu dibatasi. Dulu ada kecenderungan untuk membatasi lemak, karena disamakan dengna kandung empedu. 3. Medikamentosa : a. Interferon adalah protein alami yang disintesis oleh sel-sel sistem imun
tubuh sebagai respon terhadap adanya virus, bakteri, parasit, atau sel
kanker. Efek antivirus yang paling baik diberikan oleh interferon alfa hampir pada setiap tahapan replikasi virus dalam sel inang. Interferon alfa digunakan untuk melawan virus hepatitis B dan virus hepatitis C. Interferon diberikan melalui suntikan. Efek samping interferon timbul beberapa jam setelah injeksi diberikan. Setelah beberapa jam, gejala dari efek samping tersebut mereda dan hilang. Efek samping jangka panjang yang dapat timbul adalah gangguan pembentukan sel darah yaitu menurunnya jumlah sel granulosit (granulositopenia) dan menurunnya jumlah trombosit (trombositopenia), mengantuk bahkan rasa bingung. b. Lamivudin : Lamivudin adalah antivirus jenis nukleotida yang
menghambat enzim reverse transcriptase yang dibutuhkan dalam pembentukan DNA. Lamivudin diberikan pada penderita hepatitis B kronis dengan replikasi virus aktif dan peradangan hati. Pemberian lamivudin dapat meredakan peradangan hati, menormalkan kadar enzim ALT dan mengurangi jumlah virus hepatitis B pada penderita Terapi lamivudin untuk jangka panjang menunjukkan menurunnya resiko fibrosis, sirosis dan kanker hati. Namun lamivudin memiliki kelemahan yang cukup vital yaitu dapat menimbulkan resistensi virus. c. Adepovir dipivoksil : Adepovir dipivoksil berfungsi sebagai penghenti
proses penggandaan untai DNA (DNA chain terminator), meningkatkan jumlah sel yang berperan dalam sistem imun (sel NK) dan merangsang produksi interferon dalam tubuh. Kelebihan adepovir dipivoksil dibandingkan dengan lamivudin adalah jarang menimbulkan resistensi virus. d. Entecavir : Entecavir berfungsi untuk menghambat enzim polymerase
yang dibutuhkan dalam sintesis DNA virus. Kelebihan entecavir adalah jarang menimbulkan resistensi virus setelah terapi jangka panjang e. Telbivudin : Telbivudin adalah jenis antivirus yang relatif baru. Terapi
telbivudin diberikan pada pasien hepatitis B dengan replikasi virus dan
peradangan hati yang aktif. Telbivudin berfungsi menghambat enzim DNA polymerase yang membantu proses pencetakan material genetic (DNA) virus saat bereplikasi. Meski belum didukung data yang cukup bahwa telbivudin aman bagi ibu hamil, sebaiknya terapi telbivudin tidak diberikan pada ibu hamil mupun menyusui.
DAFTAR PUSTAKA
M. Mudzakir, Masruroh. 2009. Panduan Lengkap Kebidanan & Keperawatan. Merkid Press. Yogyakarta Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV ( Patologi Kebidanan). Trans Info Media. Jakarta Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi. EGC. Jakarta