I. Percobaan a. Judul : Analisis Urin b. Tanggal : 23 Desember 2009 c. Nama asisten : II. Tujuan Pecobaan a. Untuk melakukan tes yang menunjukkan hasil metabolisme normal di dalam urine. b. Untuk melakukan tes yang menunjukkan zat – zat abormal atau pathologi di dalam urine. c. Untuk mendemonstrasikan perilaku buffer urine. III.
Tinjauan Pustaka Sistem urinaria terdiri atas ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. `Sistem ini membantu mempertahankan homeostasis dengan menghasilkan urin yang merupakan hasil sisa metabolisme (soewolo, 2003). Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. Setiap ginjal memiliki sebuah ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam kandung kemih. Dari kandung kemih, air kemih mengalir melalui uretra, meninggalkan tubuh melalui penis (pria) dan vulva (wanita). Darah yang masuk ke dalam glomerulus memiliki tekanan yang tinggi. sebagian besar bagian darah yang berupa cairan disaring melalui lubang-lubang kecil pada dinding pembuluh darah di dalam glomerulus dan pada lapisan dalam kapsula bowman, sehingga yang tersisa hanya sel-sel darah dan molekulmolekul yang besar (misalnya saja beruupa protein). Cairan yang telah disaring (filtrat) masuk ke dalam rongga bowman dan mengalir ke dalam tubulus kontortus proksimal (tabung/saluran di bagian hulu yang berasal dari kapsula bowman); natrium, air, glukosa dan bahan lainnya yang ikut tersaring diserap kembali dan dikembalikan ke darah. Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh (http://wikipediaindonesia.com). Dalam mempertahankan homeostasis tubuh peranan urin sangat penting, karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin. Selain urin juga terdapat mekanisme berkeringat dan juga rasa haus yang kesemuanya bekerja sama dalam mempertahankan homeostasis ini.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang “kotor”. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnyapun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urin dan mengubah zat-zat di dalam urin dan menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang dihasilkan dari urea. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis, yaitu suatu metode analisis zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urin.Dalam basoeki (2000) disebutkan bahwa pada proses urinalisis terdapat banyak cara metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin. Analisis urin dapat berupa analisis fisik, analisi kimiawi dan anlisis secara mikroskopik. Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin dan pH serta suhu urin itu sendiri. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis kandungan proteinm ada banyak sekali metode yang ditawarkan , mulai dari metode uji millon sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir adalah analisis secara mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati dibawah mikroskop sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin tersebut, misalnya kalsium phospat, serat tanaman, bahkan bakteri (basoeki, 2000). Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Pengeluaran urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin kental berwarna kuning pekat, dan
urin baru / segar berwarna kuning jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. pH urin berkisar antara 4,8 – 7,5, urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002 – 1,035.Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat, Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb) Volume urin normal per hari adalah 900 – 1200 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi.Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang. a. Keruh.Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral. b. Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan kelenjar prostat. c. Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis. d. Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks yang banyak terdapat dalam minuman berenergi. e. Hijau dan biru (jarang). Warna biru dan hijau pada urin sering disebabkan oleh pelunturan warna pada makanan atau obat. Obat obatan yang sering bikin jadi warna biru atau hijau adalah amitriptyline, indomethacin, dan doxorubicin. Urine pH urin digunakan untuk mengelompokkan baik sebagai asam atau basa encer solusi. Tujuh adalah titik netral pada skala pH. Semakin rendah pH, semakin besar keasaman suatu larutan, semakin tinggi pH, semakin besar alkalinitas. Filtrat glomerular darah biasanya diasamkan oleh ginjal dari kira-kira pH 7,4 ke pH sekitar 6 dalam urin. Tergantung pada seseorang status asam-basa, pH urin dapat berkisar 4,5-8. Ginjal normal menjaga keseimbangan asam-basa terutama melalui reabsorpsi natrium dan sekresi
tubular hidrogen dan ion amonium. Urin menjadi semakin asam sebagai jumlah kelebihan asam natrium dan dipertahankan oleh tubuh meningkat. Alkali air kencing, biasanya mengandung bikarbonat-asam karbonat buffer, biasanya diekskresikan bila ada kelebihan basa atau alkali dalam tubuh. Sekresi asam atau basa urin oleh ginjal adalah salah satu mekanisme yang paling penting digunakan tubuh untuk mempertahankan pH tubuh yang konstan.
IV.
Alat dan Bahan IV.1 Alat yang dipakai : - pipet tetes - Tabung reaksi - pH meter atau pH paper - kompor listrik atau penangas air IV.2 Bahan yang dipakai : - Urine, urine orang tidak normal seperti : sakit DM, hamil dll. - HNO3 encer, AgNO3 encer. HCl encer, ammonium molybdate - Glukosa oksidase, bennedict, CH3COOH encer
V. Cara Kerja 1. Tes untuk zat – zat yang terdapat dalam urine Lakukan uji untuk sample urine anda sendiri dan urine yang mengandung zat tidak dikenal atau pathologi. a. pH Menguji pH urine menggunakan pH urine atau kertas pH dan melihat warna yang dihasilkan dengan skala dalam kertas pH. pH meter mungkin digunakan untuk pengukuran yang lebih teliti. Mancatat hasil yang diperoleh. b. Chlorida Mengasamkan 5 ml urine dengan asam nitrat encer kamudian menambahkan beberapa tetes larutan perak nitrat. Endapan putih menunjukkan adanya klorida. c. Sulfat Mengasamkan 5 ml urine dengan H2SO4 encer dan menambahkan 2 atau 3 ml barium klorida. Endapan putih BaSO4 mengindikasikan adanya sulfat.
d. Phosphates Mengasamkan 5 ml urine dengan asam nitrat encer dan menambahkan 2 ml ammonium molybdate. Meletakkan larutan ini dalam beaker glas yang berisi air 60 0 C untuk beberapa menit. Warna endapan kuning kehijau mengindikasikan adanya phosphate.
e. Uji gula (glukosa) dalam urine Ada dua uji yang pada umumnya digunakan untuk mendeteksi adanya dula di dalam urine. Beberapa macam potongan kertas atau plastik yang dipenuhi dengan glukosa oksidase dan indikator biasanya digunakan untuk penyaringan (screening routine). Karena uji ini sering tidak valid (salah) jika reagen yang dipakai telah kadaluarsa (lama) atau telah terbuka di udara dan bercampur dengan air, maka meskipun tes dengan cara ini positif masih sering dikonfirmasi dengan tes benedict. Tes berikut akan mendeteksi adanya gula yang mungkin terdapat dalam urine dan tidak spesifik untuk glukosa seperti uji glokosa oksidase. Menguji sample urine dengan potongan kertas atau alat lain yang mengandung glokosa oksidase. Mencatat hasil pengamatan.
Menambahkan sekitar 3 ml reagen benedict untuk setiap dua tabung reaksi. Menambahkan 10 tetes pada setiap sample urine pada tabung reaksi dan menaruh dalam penangas air mendidih. Mencatat hasil pengamatan. f. Uji albumin dalam urine Seperti halnya glukosa, terdapat dua uji yang dapat digunakan untuk mendeteksi albumin dalam urine. Satu melibatkan potongan kertas atau plastik (paper or plastic strip) yang dipenuhi dengan reagen yang akan memberikan tes positif jika albumin terdapat dalam urine. Yang lain adalah metode tabung uji (tes tube).
Menguji sample urine dengan menggunakan potongan yang telah didesain untuk mendeteksi potongan yang telah didesain untuk mendeteksi adanya albumin. Mencatat hasil pengamatan.
Mengisi tabung reaksi dengan sample yang akan di uji sekitar setengah penuh dan memanaskan cairan. Jika terjadi keruh, menambahkan beberapa tetes 5 % asam asetat. Jika tetap keruh, ini menandakan adanya albumin.