HALAMAN JUDUL
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI
URIN MANUSIA
Pembimbing : Ibu Wiwin Sri Rahmawati, S.Pd Disusun oleh : 1. 2. 3. 4. 5.
Dina Septiarini Fauzia Anggraeni P Ismi Nurhidayah Yuliana Purnamasari Destiya Novita
(02) (04) (07) (15) (31)
Kelas XI IPA 1
SMA NEGERI 1 JETIS BANTUL YOGYAKARTA 2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga laporan praktikum biologi ini dapat terselesaikan. Laporan praktikum biologi ini berjudul “Urin Manusia”. Laporan ini menjelaskan tentang kandungan amonia, glukosa, protein dan klorida dalam urin. Di samping itu, dijelaskan pula pembentukan urin dan kelainan yang dapat diketahui dari pemeriksaan urin. Penulisan dan penyusunan laporan praktikum biologi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak H. Wiyono, M.Pd selaku Kepala SMA N 1 Jetis yang telah memberikan izin untuk melakukan praktikum. 2. Ibu Wiwin Sri Rahmawati selaku guru pembimbing yang telah membimbing dalam melakukan praktikum. 3. Dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan praktikum kimia ini. Akhir kata, semoga laporan praktikum biologi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa laporan praktikum biologi ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan praktikum ini. Jetis, Mei 2012 Penulis
ii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................................ 1 D. Manfaat Penelitian ...................................................................................................................... 1 BAB II DASAR TEORI ........................................................................................................................ 2 A. Urin ............................................................................................................................................. 2 B. Biuret........................................................................................................................................... 4 C. Benedict ...................................................................................................................................... 5 D. Klorin ........................................................................................... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................................................ 6 A. Alat dan Bahan ............................................................................................................................ 6 B. Langkah Kerja ............................................................................................................................. 6 C. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................................................... 6 BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN ................................................................................................ 7 A. Data ............................................................................................................................................. 7 B. Pembahasan................................................................................................................................. 7 BAB V PENUTUP ................................................................................................................................ 7 A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 10 B. Saran ......................................................................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 10 LAMPIRAN.......................................................................................................................................... 12
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh (http://wikipediaindonesia.com). Dalam mempertahankan homeostasis tubuh peranan urin sangat penting, karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin Dalam praktikum uji urin, peneliti dapat mengetahui kandungan yang ada dalam urin. Begitu pula dapat mengetahui zat-zat yang seharusnya tidak terkandung dalam urin. Apabila zat yang seharusnya tidak terkandung dalam urin itu ada maka kita dapat mengetahui secara lebih cepat. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kandungan amonia, glukosa, protein, dan klorida dalam urin yang diuji? 2. Bagaimana kandungan urin manusia normal? 3. Bagaimana tahapan pembentukan urin? 4. Apa saja kelainan yang dapat diketahui dari hasil pemeriksaan urin? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kandungan amoniak, glukosa, protein dan klorida dalam urin yang diuji. 2. Untuk mengetahui kandungan urin manusia normal. 3. Untuk mengetahui tahapan pembentukan urin. 4. Untuk mengetahui kelainan yang dapat diketahui dari hasil pemeriksaan urin. D. Manfaat Penelitian 1. Dapat mengetahui kandungan amoniak, glukosa, protein dan klorida dalam urin yang diuji. 2. Dapat mengetahui kandungan urin manusia normal. 3. Dapat mengetahui tahapan pembentukan urin. 4. Dapat mengetahui kelainan yang dapat diketahui dari hasil pemeriksaan urin.
1
BAB II DASAR TEORI A. Urin Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril. Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat. 1. Penggunaan urin masa lampau. Terapi urin Amaroli adalah salah satu usaha pengobatan tradisional India, Ayurveda. Dukun Aztec menggunakan urin untuk membasuh luka luar sebagai pencegah infeksi dan diminum untuk meredakan sakit lambung dan usus. Bangsa Romawi Kuno menggunakan urin sebagai pemutih pakaian. Di Siberia, orang Kroyak meminum urin orang yang telah mengkonsumsi fly agaric (sejenis jamur beracun yang menyebabkan halusinasi bahkan kematian) atau sejenisnya untuk berkomunikasi dengan roh halus. Dahulu di Jepang, urin dijual untuk dibuat menjadi pupuk. Penggunaan urin sebagai obat telah dilakukan oleh banyak orang, diantara mereka adalah Mohandas Gandhi, Jim Morrison, dan Steve McQueen. Meski zat buangan, urin manusia masih mengandung bahan kimia seperti nitrogen, fosfor, dan potasium. Bila menumpuk dan tidak dikeluarkan, maka akan menjadi racun yang malah membahayakan tubuh. 2
Sebanyak 70% bahan makanan (nutrisi) yang dikonsumsi manusia dikeluarkan dalam bentuk air seni. Dalam setahun, seseorang dapat mengeluarkan air kencing kirakira sebesar 500 liter. Jumlah ini setara dengan 4 kg nitrogen, 0.5 kg fosfor, dan 1 kg potasium. Ketiganya termasuk unsur penting dalam pertumbuhan tanaman 2. Warna urin Warna urin punya interpretasi terhadap kondisi dalam tubuh , karena urin merupakan salah satu limbah metabolisme terakhir yang perjalanannya melewati berbagai organ penting. Inilah alasan mengapa ekskret urin bisa menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam kita. Berikut adalah warna dan interpretasi urin : Keruh. Keruh disebabkan oleh adanya partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epitel, lemak dan pecahan batu ginjal. harus cepat penanganan medis. Pink, merah muda dan merah. Warna pink biasanya disebabkan oleh efek samping beberapa obat dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula. Warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di sistem perkemihan seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, tuberkulosis, pembengkakan prostat dan infeksi ginjal. Coklat muda (seperti teh) menandakan adanya gangguan hati seperti hepatitis dan sirosis. Kuning gelap, biasa disebabkan oleh konsumsi vitamin B komplek yang banyak terdapat pada minuman energi. Hijau dan biru (jarang), disebabkan oleh pelunturan warna pada makanan atau obat. Obat-obatan yang sering bikin jadi warna biru atau hijau adalah amitriptyline, indomethacin, dan doxorubicin. 3. Bau urin Umumnya bau urin tidak spesifik. Ada banyak kemungkinan yang menjadi penyebab urin menjadi bau seperti mengkonsumsi buah-buahan (misalnya durian, pete, jengkol), obat-obatan (misalnya vitamin B complek, amoxicillin, zink dll), masalah pada saluran kemih atau adanya infeksi kandung kemih. Selain itu, bau urin yang mengandung ragi (yeast) dapat menjadi petunjuk dari diagnosis diabetes. Untuk melakukan diagnosis, pasien harus menjalani beberapa tes untuk mengetahui fungsi dari beberapa organ atau ada tidaknya zat tertentu. Tes yang dilakukan biasanya untuk memeriksa kandung kemih atau infeksi saluran kemih, penyakit ginjal, dehidrasi, diabetes atau gangguan metabolisme seperti fenilketonuria. Tanda-tanda untuk memeriksa urine: Jumlah air dalam urine. Mengetahuinya dengan tes spesifik gravity. Tes ini memberikan petunjuk mengenai jumlah air dalam urine dan status orang tersebut apakah dehidrasi atau tidak. Warna urine. Warna pada urine dipengaruhi oleh makanan, pewarna makanan, hidrasi, obatobatan, vitamin dan adanya suatu penyakit seperti penyakit hati atau gangguan perdarahan. 3
Kejernihan. Ketidakjernihan urine dapat mengindikasikan adanya darah, lendir, kristal dari batu ginjal atau kandung kemih dan bakteri. Protein. Seharusnya di dalam urine tidak ditemukan adanya urin, jika ditemukan mungkin mengindikasikan adanya gangguan di ginjal atau kehamilan. Keton Adanya keton dalam urine ketika lemak diuraikan dalam tubuh sebagai energi. Kehadiran keton ditunjukkan saat sedang puasa, diet tinggi protein, karbohidrat yang rendah serta konsumsi alkohol. Pada kondisi ekstrem, keton dapat berpotensi bahaya yang dikenal sebagai diabetic ketoacidosis (tubuh mendapatkan energi dari lemak karena tidak dapat mengubah glukosa menjadi energi). Nilai pH Ini untuk mengetahui apakah urine bersifat asam atau basa. Glukosa. Adanya glukosa dalam urine bisa diakibatkan oleh tingginya kadar gula seperti diabetes yang tidak terkontrol atau akibat gangguan di ginjal. Nitrit. Menunjukkan adanya infeksi bakteri di saluran kemih. Leukocyte esterase Mengindikasikan adanya sel-sel darah putih dalam urin yang kemungkinan akibat infeksi di saluran kemih. Cek analisis mikroskopis Tes ini untuk melihat berbagai tanda seperti merah (mengindikasikan perdarahan, ada penyakit, tumor atau cedera), sel darah putih (gangguan autoimun, peradangan), bakteri, jamur, parasit, kristal (gangguan pada ginjal) dan sel-sel skuamosa (sampel urine kemungkinan sudah terkontaminasi saat dikumpulkan).
B. Biuret Biuret adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2NC (O) NHC (O) NH2. Ini adalah hasil dari kondensasi dua molekul urea dan merupakan pengotor bermasalah dalam urea pupuk. Ini padatan putih yang larut dalam air panas. Istilah "biuret" juga menggambarkan keluarga senyawa organik dengan gugus fungsional - (HN-CO-) 2N-. Jadi biuret dimetil adalah CH3HN-CO-NR'-CO-NHCH3. Berbagai turunan organik yang mungkin. Tes biuret adalah tes kimia untuk protein dan polipeptida. Hal ini didasarkan pada reagen biuret, larutan biru yang menjadi violet pada kontak dengan protein, atau zat-zat dengan ikatan peptida. Tes dan reagen tidak benar-benar mengandung biuret, mereka dinamakan demikian karena kedua biuret dan protein memiliki respon yang sama untuk menguji.
4
C. Benedict Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/keton bebas). Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar tabung. Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa memberikan warna yang berlainan. D. Larutan AgNO3 Perak nitrat merupakan senyawa anorganik dengan rumus kimia AgNO3. Senyawa ini adalah prekursor serbaguna untuk banyak senyawa perak lainnya, seperti yang digunakan dalam fotografi. Hal ini jauh lebih sensitif terhadap cahaya dari halida. Hal ini pernah disebut lunar kaustik karena perak disebut luna oleh para ahli alkimia kuno, karena mereka percaya perak yang dikaitkan dengan bulan. Dalam nitrat perak padat, ion perak adalah tiga dikoordinasikan dalam susunan planar trigonal Uji Klorida pada urin dilakukan dengan mencampur HNO3 dan AgNO3, pada urin dan akan terbentuk endapan berwarna putih (AgCl). Apabila larutan tersebut ditambah dengan amoniak berlebihan, endapan tersebut akan larut kembali. HNO3 berfungsi untuk mencegah terjadinya perak fofat. Jadi terbentuknya endapan AgCl (endapan putih) menunjukkan adanya ion Clyang berasal dari urine diikat oleh Ag+ dari AgNO3.
5
BAB III METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat Tabung reaksi Rak tabung reaksi Penjepit Pembakar spritus Korek 2. Bahan Urin Larutan biuret Larutan benedict Larutan AgNO3 B. Langkah Kerja Mengetahui bau amoniak dari hasil penguraian urea dalam urin 1. Memasukkan 1 ml urin ke dalam tabung reaksi 2. Menjepit dengan penjepit tabung reaksi 3. Memanaskan dengan lampu spritus Mengenal kandungan klorida dalam urin 1. Memasukkan 2 ml urin ke dalam tabung reaki 2. Menambahkan 5 tetes larutan AgNO3 Uji Protein 1. Memasukkan 2 ml urin ke dalam tabung reaksi 2. Menambahkan 5 tetes larutan biuret, membiarkan kira-kira 5 menit 3. Mengamati perubahan yang terjadi Uji Glukosa 1. Memasukkan 2 ml urin ke dalam tabung reaksi 2. Menambahkan 5 tetes larutan benedict 3. Menjepit dengan penjepit, kemudian memanaskan dengan lampu 4. Mencatat perubahan yang terjadi C. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan : Kamis, 24 Mei 2012 Tempat : Laboratorium Biologi SMA N 1 Jetis
6
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN A. Data Uji Amoniak Klorida Protein Glukosa
Keterangan Tercium bau amoniak Terdapat endapan putih (urin keruh) Urin tidak mengalami perubahan apapun Urin berubah warna menjadi merah bata
B. Pembahasan Pada umumnya urin manusia normal mengandung
Berikut hasil dari pengamatan dari uji urin yang dilakukan : a. Uji amoniak Komposisi utama urin adalah urea, CO(NH2)2. Pemanasan larutan urea bertujuan untuk mempercepat hidrolisis urea. CO(NH2)2(aq) + H2O(l) → CO2(g) + 2NH3(g) Hidrolisis artinya penguraian oleh air. Pada kebanyakan reaksi, air juga ikut bereaksi. Pemanasan hanya mempercepat reaksi di atas.Bau yang timbul akibat pemanasan adalah bau amoniak yang menandakan bahwa ammonium yang terkandung di dalam urin terlepas ke udara atau telah menguap. Berarti urin sampel mengandung garam amonium. Reaksi utama pada tubuh yang menghasilkan NH4+ terjadi di dalam sel, yaitu perubahan glutamin menjadi glutamat yang dikatalisis oleh enzim glutaminase yang terdapat di dalam sel tubulus renalis. Glutamat dehidrogenase mengkatalisis perubahan glutamat menjadi α-ketoglutarat. Glutamin → glutamat + NH4+ Glutamate → α-ketoglutarat + NH4+ Di dalam cairan interstisial dan urin tubulus, NH3 bergabung dengan H+ membentuk NH4+ yang menyingkirkan NH3 dan mempertahankan perbedaan konsentrasi yang memudahkan difusi NH3 keluar sel. b. Uji Klorida Untuk mengujinya urin diteteskan AgNO3. Urin yang semula berwarna kuning berubah menjadi putih keruh. Pada dasar tabung reaksi juga terdapat endapan tipis. Sehingga dapat dikatakan urin mengandung klorida dan masih termasuk dalam jumlah normal. Persamaan reaksinya: 2NaCl + AgNO3 →Na2NO3 + AgCl2
7
Na+ difiltrasi dalam jumlah besar tetapi ia akan mengalami transpor secara aktif disemua bagian nefron kecuali pada bagian ansa Henle yang tipis. Dalam keadaan normal, 96% sampai 99% Na+ yang difiltrasi akan direabsorpsi. Sebagian besar Na+ akan direabsorpsi bersama-sama dengan klorida (Cl-) tetapi sejumlah kecilakan direabsorpsi secara aktif dalam hubungannya dengan sekresi K+ . Klorida dikeluarkan dalam bentuk NaCl dan hampir seluruhnya berasal dari NaCl makanan, jadi pengeluarannya tergantung pada banyaknya NaCl yang masuk. Suatu urine apabila tidak mengandung klorin, maka urine t e r s e b u t termasuk urine yang tidak normal. Klorida harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Karena apabila klorida berada dalam tubuh terus-menerus, maka akan terjadi suatu penyakit. Klorida bersifat racun apabila di pendam dalam tubuh. Klorida dikeluakan bersama urin yang berionisasi dengan Na+. c. Uji Protein Hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria. Pada uji urin sampel yang diuji dengan perlakuan penambahan larutan biuret kedalam urin sampel menghasilkan pengamatan yang tidak ada perubahan warna maupun bau dari urin yang diuji. Jika misalnya pada urin sampel terjadi perubahan warna, urin akan berwarna violet. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi. Selain itu, kadar protein dalam urin berhubungan dengan kondisi glomelurus pada ginjal. Jika pada urin terkandung protein, maka dapat di indikasikan bahwa ginjal si pemilik urin mengalami kerusakan di bagian glomerulus. Hal ini diakibatkan oleh kegagalan glomerulus dalam menyaring protein. Keadaan ini disebut albuminuria. d. Uji Glukosa Pereaksi Benedict yang mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang menpunyai gugus aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa), yang dibuktikan dengan terbentuknya warna merah bata pada urin sampel. Pada uji adanya glukosa dalam urin dilakukan tes Benedict, yaitu dengan mereaksikan urin dengan pereaksi Benedict yang telah dipanaskan. Terbentuknya warna-warna tersebut, sesuai dengan konsentrasi glukosa dalam larutan. Makin besar kadar glukosa, makin banyak endapan oranye yang terbentuk. Seharusnya dalam urin normal tidak lagi ada glukosa. Penyakit yang terindikasi jika kadar gula urin positif adalah penyakit diabetes mellitus dan gagal ginjal. Pada urin sampel, memang sebelumnya telah dipersiapkan urin penderita diabetes mellitus. Ini terbukti dengan praktikum yang telah dilakukan terhadap urin sampel yang ditetesi dengan benedict dan dipanaskan tebentuk endapan dan perubahan warna urin menjadi merah bata. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar gula dalam darah karena kekurangan sekresi insulin oleh sel beta Pulau langerhans di pankreas sehingga tubulus kontortus mengalami gangguan dalam proses penyerapan glukosa di ginjal.
8
9
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Urin sampel mengandung garam amonium, karena bau amoniak pada urin yang timbul akibat pemanasan menandakan bahwa ammonium yang terkandung di dalam urin terlepas ke udara atau telah menguap. CO(NH2)2(aq) + H2O(l) → CO2(g) + 2NH3(g) 2. Urin sampel mengandung klorida, terbentuknya endapan putih keruh pada urin yang ditetesi dengan larutan AgNO3 2NaCl + AgNO3 → Na2NO3 + AgCl2 3. Urin sampel tidak mengandung protein, dengan perlakuan penambahan larutan biuret kedalam urin sampel tidak mengalami perubahan warna maupun bau dari urin yang diuji. 4. Urin sampel mengandung glukosa, dengan ditetesi dengan benedict dan dipanaskan tebentuk endapan dan perubahan warna urin menjadi merah bata.
B. Saran 1. Dalam melakukan praktikum urin, sebaiknya urin yang digunakan adalah urin yang berasal dari seorang penderita yang penyakitnya itu dapat dideteksi melalui urin, seperti urin penderita diabetes. Sehingga kita dapat mengetahui perubahan yang terjadi pada urin. 2. Saat urin dipanaskan, jangan ada orang yang berada di depan lubang tabung reaksi, sebab saat dipanaskan urin akan mendidih dan cairannya akan keluar dari tabung reaksi. 3. Lakukan praktikum sesuai dengan prosedur dan pengukuran volume harus tepat.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Biuret. http://en.wikipedia.org/wiki/Biuret Diambil tanggal 27 Mei 2012 pukul 13.45 WIB Anonim. 2012. Silver Nitrate. http://en.wikipedia.org/wiki/Silver_nitrate Diambil tanggal 27 Mei 2012 pukul 14.10 WIB Bronson. 2012. Larutan AgNO3. 10
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20120324182332AAYkInb Diambil tanggal 27 Mei 2012 pukul 14.00 WIB Pratiwi, D.A, dkk. 2005. BUKU PENUNTUN BIOLOGI SMA UNTUK KELAS XI 2. Jakarta : Erlangga. Priadi, Arif. 2009. Biologi SMA XI. Yudhistira : Bogor. Putri. 2011. Larutan Benedict Sebagai Uji Glukosa dalam Urin. http://mahasiswakedokteranonline.wordpress.com/tag/uji-glukosa/ Diambil tanggal 27 Mei 2012 pukul 13.55 WIB Tedjapranata, Mulyadi. Urin. http://www.inspirasisehat.com/ask-the-expert/ Diambil tanggal 26 Mei 2012
11
LAMPIRAN
Alat praktikum
Urin
bunsen
benedict
v
12
AgNO3
biuret
Uji glukosa
hasil pengujian
13