KI 4221 Kimia Forensik Kasus Pembunuhan Sarah Payne
Di susun oleh: Diego’s Tuti Adi Ningsih
(10512072)
Elfina Marchantia
(10512039)
Netty Paramita Pulungan
(10613034)
Fania Feby Ramadhani
(10613033)
Istiffah Nurfauziah
(10613022)
Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung 2016
Headline Peristiwa Pada 1 Juli 2000, Sarah Payne (8 tahun) diculik saat sedang bermain bersama saudaranya di sekitar rumah nenek dan kakeknya di West Sussex, Inggris. Sebuah mayat anak kecil dalam keadaan tidak berpakaian ditemukan di daerah Pulborough pada tanggal 17 Juli 2000 yang diyakini adalah Sarah Payne. Pernyataan tersebut diperkuat dengan ditemukannya sepatu Sarah di daerah Coolham yang berjarak beberapa mil dari tempat ditemukannya mayat Sarah pada tanggal 20 Juli 2000 (BBC, 2001).
(Sarah Payne)
Investigasi dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian dan pembunuh Sarah. Pada awal penyelidikan, polisi telah mencurigai Roy William Whiting yang pernah di hukum penjara selama 4 tahun akibat kasus penculikan anak berumur 9 tahun sebagai tersangka. Selain itu, pada hari menghilangnya Sarah Payne, terdapat saksi mata yang melihat adanya mobil van berwarna putih yang mirip dengan mobil van milik Whiting. 20 forensik diterjunkan untuk menyelidiki kasus pembunuhan yang terdiri dari cabang patologi, geologi, enviromental profiling dan entomologi. Dari hasil penyelidikan tersebut ditetapkan Roy Whiting sebagai tersangka dengan bukti ditemukannya rambut Sarah pada mobil Whiting yang dibuktikan dengan tes DNA dan ditemukannya material mobil Whiting pada sepatu Sarah (BBC, 2001). Penyebab Kematian Sarah Payne Penyebab kematian korban diduga karena asfiksi atau kehabisan nafas. Ciri-ciri asfiksi seperti tubuh membiru akibat kekurangan oksigen. Asfiksi ini bisa disebabkan karena cekikan atau tekanan dari objek yang luas dan lembut, seperti telapak tangan,
pada leher korban sehingga tidak menimbulkan bekas. Akan tetepi sulit diadakan investigasi lebih lanjut karena saat ditemukan mayat korban sudah dalam keadaan setengah membusuk. Fakta-Fakta Mengenai Roy Whiting
Tanggal lahir: 26 Januari 1959 Klasifikasi: Pembunuh Karakteristik: Penculikan - Pemerkosaan Jumlah korban: 1 Tanggal pembunuhan: 1 Juli 2000 Tanggal penangkapan: 6 Februari 2001 Profil korban: Sarah Evelyn Isobel Payne, 8 Metode pembunuhan: Violent death Lokasi: Kingston Gorse, West Sussex, Inggris Status: Dihukum penjara seumur hidup pada 12 Desember 2001 Roy Whiting dijadikan sebagai tersangka kasus pembunuhan Sarah Payne, salah satunya disebabkan Whiting pernah terjerat dalam kasus pembunuhan serupa pada tahun 1995. Berikut fakta-fakta dari kasus tersebut: 4 Maret 1995, seorang gadis sembilan tahun (tidak disebutkan namanya karena alasan hukum) diculik dan diperkosa di Langley Green. Roy Whiting ditangkap beberapa minggu kemudian setelah seorang pria yang mengenal Whiting mendengar bahwa mobil penculik itu adalah Ford Sierra merah, dan mengatakan bahwa mobil tersebut cocok dengan deskripsi mobil Whiting yang baru saja
dijual. Juni 1995 Whiting mengakui tuduhan penculikan dan serangan tidak senonoh, dan dijatuhi
hukuman empat tahun penjara. November 1997 Whiting dibebaskan dari penjara setelah melalui 2 tahun dan 5 bulan dari hukuman 4 tahun. Whiting pindah 25 mil jauhnya dari rumah sebelumnya di Crawley ke Littlehampton di pantai West Sussex.
Kronologis dan Fakta-Fakta Kasus Pembunuhan Sarah Payne 1 Juli 2000
Keluarga Payne pergi untuk mengunjungi kakek-nenek Sarah di Kingston Gorse di Pantai Selatan. Setelah berjalan di pantai, Sarah pergi dengan dua saudaranya untuk bermain di sebuah ladang jagung. Mereka mengejar satu sama lain dalam permainan petak umpet, sampai Sarah mendapat ketukan di kepala dan memutuskan untuk berjalan kembali ke rumah kakek-neneknya. Dia menghilang melalui celah di pagar. Kakak-kakaknya, Lee dan Lukas, mengikuti hanya beberapa detik di belakang Sarah. Tetapi pada saat mereka mencapai jalan, Sarah telah menghilang. Lee melihat sebuah van putih turun jalan ke arahnya dan sopir van tersebut tampak terburu-buru untuk pergi. Saat ia lewat, dia tersenyum dan melambaikan tangan pada Lee, yang kemudian menggambarkan dia memiliki perawakan yang berantakan dan gigi kekuningan. Itulah terakhir kali orang lain selain si pembunuh melihat Sarah dalam keadaan hidup.
17 Juli 2000 Sebuah buruh tani menemukan tubuh seorang gadis di sebuah lapangan dekat Pulborough, 15 mil dari desa Kingston Gorse (dekat Littlehampton) di mana Sarah telah menghilang. Hari berikutnya, tes ilmu forensik menegaskan bahwa tubuh mayat tersebut adalah Sarah Payne. Polisi Sussex pun mulai penyelidikan pembunuhan. Kecurigaan cepat jatuh pada Roy Whiting, seorang pria lokal dan pedofil yang sudah dikenal. Dia sudah pernah dipenjara empat tahun penjara karena menculik seorang gadis sembilan tahun. Dan ia memiliki van putih. Ketika ditanya oleh polisi tentang hilangnya Sarah, ia mengatakan ia tidak tahu apa-apa, dan mengklaim bahwa ia berada di pasar malam di Hove pada waktu Sarah menghilang. Namun kemudian, ditemukan pula bukti berupa bon pembayaran pembelian bahan bakar atas nama Roy Whiting di Buck Barn, yang berlokasi hanya 3 mil dari Pulborough, tempat mayat Sarah Payne ditemukan. Demikian, alibi Whiting terbantahkan dan dia pun ditahan.
7 Februari 2001 Roy Whiting ditetapkan sebagai tahanan setelah resmi didakwa atas penculikan dan pembunuhan Sarah Payne.
14 November 2001 Sidang dimulai di Lewes Crown Court di West Sussex. Juri mendengar dari banyak saksi, termasuk saudara Sarah yakni Lee, yang telah melihat van putih
pada hari Sarah menghilang. Penyidikan kasus sangat terbantu oleh sejumlah bukti forensik. Diperkirakan bahwa biaya investigasi melibatkan seribu personil dan biaya lebih dari 2 juta Euro.
12 Desember 2001 Roy Whiting dihukum seumur hidup atas pembunuhan dan penculikan Sarah Payne. Lewes Crown Court menyampaikan keputusan bulat setelah sidang berlangsung empat minggu. Hakim merekomendasikan bahwa Whiting tidak pernah dibebaskan dari penjara.
Bukti-Bukti dan Penyidikan Forensik 1) Fiber Salah satu barang bukti yang didapatkan dari kasus pembunuhan Sarah Payne adalah fiber. Beberapa waktu setelah Sarah Payne ditetapkan sebagai korban penculikan, pelecehan seksual, dan pembunuhan, salah satu barang bukti berupa satu buah sepatu ditemukan di sekitar lokasi penemuan tubuh korban. Sepatu ini memiliki velcro dan pada velcro ditemukan fiber-fiber tertentu yang menyangkut. Setelah dilakukan analisis forensik, ditetapkan bahwa fiber pada velcro di sepatu merupakan fiber yang sama dengan fiber sweater yang ditemukan di mobil tersangka. Fiber dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu fiber natural dan fiber buatan. Fiber natural dapat terbuat dari tumbuhan ataupun hewan. Fiber dari tumbuhan contohnya adalah kapas, sedangkan dari hewan contohnya dari domba. Fiber buatan atau sintetis biasanya terbuat dari polimer sintetis. Pencuplikan barang bukti fiber dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu dengan pencuplikan langsung menggunakan pinset atau pencuplikan dengan isolasi. Pencuplikan menggunakan pinset steril dapat dilakukan jika barang bukti mudah terlihat, sedangkan penggunaan isolasi biasa dilakukan jika barang bukti cenderung tersebar dalam bentuk fragmen-fragmen kecil. Analisis fiber dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara visual menggunakan mikroskop biasa dilakukan untuk melihat bentuk dan struktur umum dari fiber tersebut. Pengamatan ini dapat digunakan untuk menentukan jenis fiber, jenis pewarna pada fiber (dilanjutkan dengan kromatografi), bagaimana fiber dapat ter-transfer, dan jenis spesifik fiber. Uji tekanan juga
dilakukan untuk melihat kemampuan transfer fiber dari sumber-sumber tertentu (contohnya karpet). Hal ini berhubungan erat dengan jumlah fiber yang ditemukan di TKP (Pepper, 2010). 2) Rambut Sarah Payne Dalam penyelidikan lebih lanjut, ditemukan 24 lembar rambut yang dicurigai milik Sarah Payne dari sweater merah yang dimiliki Roy Whiting. Tetapi hanya satu lembar yang memberikan profil DNA penuh. Kemudian profil DNA ini dicocokkan dengan sampel DNA yang didapat dari gigi korban yang tersimpan di bawah bantalnya beberapa waktu sebelum ia terbunuh. Ternyata profil DNA rambut cocok dengan profil pada gigi tersebut. Metode yang digunakan untuk DNA profiling pada kasus ini yaitu Second Generation Multiplex (SGM) Plus dari Forensic Science Service, UK. Metode ini menggunakan 10 penanda genetik (lokus) yang semuanya merupakan Short Tandem Repeat (STR) beserta dua huruf yang menandakan kromosom seks. Analisis SGM Plus ini menggunakan beberapa primer untuk elektroforesis yang berbeda berat molekulnya. Dengan metode ini, hasil analisis berupa angka alel dimana kesamaaan antara orang tang berbeda memiliki probabilitas 1 banding 1 triliun. Raymond Chapman, seorang ilmuwan forensik mengatakan bahwa terdapat 55 bukti yang dikirimkan pada tim pemeriksaaan termasuk baju merah Whitting dan dua buah sisir dari rumah keluarga Payne. Namun, diluar tas bukti terdapat beberapa helai rambut yang menempel, mirip dengan helaian rambut yang ditemukan di baju merah Whitting. Kuasa hukum Whitting akhirnya meragukan helaian rambut Sarah Payne yang berada di baju Whitting dengan asumsi bahwa helaian rambut tersebut menempel di baju Whitting akibat kelalaian tim investigasi yang menyebabkan barang bukti terkontaminasi. Namun hal tersebut ditolak oleh tim forensik yang menyatakan bahwa tidak terjadi kontaminasi, hal ini tetap menjadi misteri hingga saat ini. Pengujian DNA (DNA testing), juga dikenal sebagai profiling DNA (DNA profiling),
penyidikan
genetik/DNA,
atau
penyidikjarian
genetik/DNA
(genetic/DNA fingerprinting, adalah suatu pengujian forensik yang melibatkan teknik biologi molekuler untuk mendapatkan profil DNA sejumlah materi uji
yang merupakan bahan biologis. Profil DNA ini biasa disebut sebagai sidik jari DNA (DNA fingerprint). Melalui suatu alur penalaran tertentu, profil DNA dari berbagai sumber dapat dicocokkan untuk menunjukkan keterkaitan biologis berbagai materi uji, sehingga dapat mendukung suatu pembuktian forensik. Kasus yang paling umum memperoleh keuntungan dari pengujian DNA adalah penentuan orang tua atau penyelidikan pemerkosaan/pembunuhan. Namun demikian, penerapan teknik ini juga dipakai untuk materi uji dari hewan maupun tumbuhan, khususnya bila keduanya dapat masuk dalam skenario pembuktian, seperti dalam kasus penyelundupan atau narkotika. Metode pengujian ini pertama kali dilaporkan pada publikasi 1986 oleh Sir Alec Jeffreys dari Universitas Leicester, Inggris; konon penemuannya terjadi secara kebetulan. Teknik ini dikomersialkan pada tahun 1987 ketika perusahaan teknik kimia ICI membuka pusat pengujian DNA di Inggris. Metode ini sekarang menjadi prosedur forensik rutin di banyak negara. Prinsip dasar pengujian DNA adalah pencocokan data (genetik) sebelum dan sesudah kejadian yang diselidiki. DNA adalah molekul yang stabil dan tidak mudah terurai oleh gangguan fisik atau kimia. Selain itu, DNA yang dimiliki oleh suatu individu selalu sama profilnya, tidak peduli dari bagian tubuh mana sampel diambil, asalkan terdapat sel tubuh terikut pada sampel tersebut. Ini memberikan keunggulan uji DNA daripada sidik jari ataupun sidik gigi dalam kasus yang melibatkan bagian-bagian tubuh yang terpencar. Tergantung dari kasusnya, sampel-sampel tersebut dapat dikumpulkan dari tempat kejadian perkara (TKP), dari tubuh korban serta tersangka (suspect) maupun barang pribadinya (seperti sikat gigi atau sisir pribadi), dari kerabat vertikal (kakek, nenek, orang tua kandung, anak kandung maupun tiri tetapi bukan anak angkat, serta cucu) maupun horizontal (saudara kandung atau tiri), atau dari bank sampel (seperti bank sperma atau bank jaringan) yang menyimpan jaringan pihak-pihak yang terlibat. Sampel hewan juga diperoleh dengan cara mirip manusia, sedangkan sampel tumbuhan diambil dari sisa tumbuhan yang menjadi barang bukti.
Untuk melakukan profiling DNA harus dilakukan ekstraksi DNA dari sampel materi uji. Sumber yang paling umum adalah ekstrak atau sisa dari tubuh manusia, seperti darah, sperma, kulit, sisa jaringan epitel dari ludah atau dinding mulut, pangkal rambut yang membawa sel kulit, dan sebagainya. Profil-profil DNA dari berbagai sampel akan dicocokkan sesuai dengan alur pembuktian yang akan dibangun dan metode profiling (penanda genetik) yang digunakan. Pada kasus yang melibatkan jasad yang mati, sampel-sampel yang diambil dari barang pribadi atau kerabat korban serta terduga pelaku (sebagai barang bukti ante mortem atau "sebelum kematian") akan dicocokkan dengan sampel-sampel yang diambil dari TKP, bagian jasad korban, atau tubuh terduga pelaku (sebagai barang bukti post mortem atau "setelah kematian"). Profil DNA merupakan barang bukti sekunder, yang akan dipakai untuk mendukung barang bukti primer (yaitu sidik jari dan sidik gigi). Prosedurnya adalah sampel jaringan biologis yang mengandung sel diproses untuk diekstrak DNA-nya. DNA merupakan molekul yang relatif stabil, tidak cepat terurai meskipun sel-sel yang membawanya telah mati. Dengan demikian, penggunaannya sebagai alat forensik dapat diandalkan. Pada teknik profiling selain RFLP, sejumlah sangat kecil DNA sudah mencukupi untuk dilakukannya pengujian.
DNA yang telah dimurnikan akan dipaparkan pada teknologi penanda (marker/marka) genetik tertentu untuk melihat pola-pola khas yang dimiliki oleh setiap individu. Karena DNA bersifat baka dan semua sel pada satu individu berasal dari zigot yang sama, pola-pola penanda ini tetap sama untuk semua bagian tubuh dan relatif tidak berubah sampai individu tersebut mati. Pola-pola inilah yang disebut sebagai profil DNA atau sidik jari DNA (DNA fingerprint, karena mirip fungsinya sebagai penciri khas individu seperti sidik jari). Teknologi penanda genetik yang baik adalah yang "kodominan", maksudnya adalah dapat membedakan berkas DNA asal tetua betina (ibu) dari berkas DNA asal tetua
jantan (bapak). Penanda genetik yang memiliki ciri ini contohnya adalah RFLP, STR atau SSR (mikrosatelit), dan SNP. Pola-pola penanda orang-orang yang berkerabat akan memiliki derajat kemiripan lebih tinggi daripada yang tidak berkerabat. Lebih jauh lagi, mengingat bahwa setiap individu memiliki separuh DNA dari ayah dan separuh dari ibunya, dapatlah dipastikan adanya hubungan kekerabatan di antara sampel-sampel.
Referensi Pepper, I., 2010. Crime Scene Investigation: Methods And Procedures. McGraw-Hill Education (UK). http://newscdn.bbc.net.uk/2/hi/uk_news/england/1701742.stm http://www.telegraph.co.uk/news/uknews/1362638/Hair-DNA-links-van-driver-toSarah-Payne.html http://www.thefreelibrary.com/Day+1+Sarah+Payne+Murder+Trial %3a+THE+VITAL+CLUE%3b+Single+hair+%27proves...-a080171009 http://murderpedia.org/male.W/w/whiting-roy.htm http://www.murderuk.com/child_killers_roy_whiting.html http://www.forensic.gov.uk/html/media/case-studies/f-24.html http://milliga9.weebly.com/uploads/8/1/4/3/8143601/sarah_payne_reading.pdf