KEBUTUHAN DASAR IBU NIFAS
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan kebidanan III
Di susun oleh: Kelompok 4 Hilda Islamiati
130103100054 130103100054
Putri Puspitasari
130103100077 130103100077
Eka Hendiani
130103100082 130103100082
Yulianti
130103100084
Ita Fatimah
130103100085 130103100085
Ai Nepi Maesaroh
130103097097 130103097097
Angkatan 6B
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PADJADJARAN 2012
BAB II ISI
2.1 Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas a. Sistem Reproduksi Uterus
Uterus atau rahim yang berbobot 50 gram sebelum kehamilan secara perlahan-lahan bertambah besarnya hingga 1 kg selama s elama masa kehamilan dan setelah persalinan akan kembali ke keadaan sebelum hamil. Involusi Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 50 gram. Involusi uteri dapat juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau keadaan sebelum hamil. Involusi uterus melibatkan reorganisasi dan penanggalan decidua/endometrium decidua/endometrium dan pengelupasan pengelupasan lapisan pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat serta perubahan tempat uterus, warna dan jumlah lochia. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
Iskemia Miometrium Kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta, menyebabkan pembuluh darah yang bersilangan dengan serabut-serabut otot terjepit sehingga terjadilah iskemia. Adapun akibat dari iskemia tersebut adalah terjadinya atrofi pada jaringan fibrosa dan jaringan elastik, untuk kemudian akan dipecah oleh fagositosis.
Autolysis
Merupakan proses penghancuran penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterin. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan. Selain itu Lisin, suatu zat terlarut di dalam sel yang terdapat dalam serum darah akan memecah memecah jaringan yang yang atrofi (serabut-serabut (serabut-serabut otot dan sisa-sisa miometrium), kemudian diedarkan melalui darah dan diekskresikan oleh ginjal melalui urin.
Efek Oksitosin Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Pada akhir kala III, peritoneum berkerut-kerut melapisi uterus dan
alat-alat tambahannya. Pengerutannya ini mempunyai kecepatan yang sama dengan kembalinya uterus ke ukuran semula, sehingga peritoneum akan menutup uterus sebagai permukaan yang halus dan rata. Pada masa nifas uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Adapun perubahan pada TFU sebagai berikut : 1. Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr 2. Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan berata uterus 750 gr. 3. Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengan pusat simpisis dengan berat uterus 500 gr 4. Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan berat uterus 350 gr 5. Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 gr.
Involusi tempat implantasi placenta
Setelah persalinan, tempat implantasi plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Biasanya luka yang demikian sembuh dengan menjadi parut, tetapi luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena luka ini sembuh dengan cara dilepaskan dari dasarnya dengan
diikuti pertumbuhan pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka.
Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu. Epitelium berproliferasi meluas ke dalam dari sisi tempat ini dan dari lapisan sekitar uterus serta di bawah tempat implantasi plasenta dari sisa-sisa kelenjar basilar endometrial di dalam deciduas basalis. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini pada hakekatnya mengikis pembuluh darah yang membeku pada tempat implantasi
plasenta yang menyebabkannya menjadi terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan lochia. Perubahan ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
Lochia
Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Segera setelah kelahiran placenta, uterus berkontraksi dan retraksi, sehingga terjadi pelepasan desidua yang berlangsung terus-menerus untuk kira-kira 10 hari. Desidua yang terlepas sama seperti pada saat menstruasi, yaitu kira-kira sedalam lamina basalis, dan terutama terdiri dari jaringan desidua, darah, dan limfa atau yang lebih dikenal dengan lochia. Terkadang pada lochia juga ditemukan mekoneum, lanugo, vernik kaseosa, serta sisa-sisa serpihan korion yang tidak keluar bersamaan placenta. Macam – macam Lochia: 1. Lochia rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dam mekonium, selama 2 hari post partum. 2. Lochia Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir,
hari
3 – 7 post partum. 3. Lochia serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari
ke 7 – 14 post partum 4. Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu
5. Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk 6. Lochiastasis : lochia tidak lancar keluarnya. Penyebabnya antara lain karena mobilisasi ibu yang terlambat, serta karena kelainan anatomis, misalnya pada retrofleksi uterus, serta dapat diakibatkan oleh kontraksi uterus yang tidak baik. Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks mengalami involusi bersama-sama uterus sehingga serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan ke dalam ostium eksterna 2 – 3 jari, setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk dan setelah 6 minggu persalinan serviks menutup. Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan serviks memanjang seperti celah, sehingga terjadi hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih besar. Vulva dan Vagina
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor, labia menjadi lebih menonjol, sementara rugae akan timbul kembali pada minggu ke tiga. Sedangkan ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari
ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan. Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot
perineum
dapat
mengembalikan
tonus
tersebut
dan
dapat
mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian. Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi : 1. Penurunan kadar progesteron secara mendadak dan
peningkatan
hormon prolaktin setelah persalinan. Konsentrasi estrogen dan progesteron yang tinggi pada separuh waktu hamil mencegah laktasi dengan menghambat efek stimulatorik prolaktin pada sekresi susu. Dengan demikian walaupun steroid-steroid palcenta yang kadarnya tinggi memicu perkembangan perangkat penghasil susu di payudara, steroid-steroid ini juga menghambat kelenjar-kelanjar tersebut untuk bekerja sampai bayi lahir dan memerlukan susu. Penurunan mendadak estrogen dan progesteron yang terjadi seiring dengan keluarnya placenta pada persalinan memicu laktasi, dan menyebabkan peningkatan prolaktin. 2. Produksi Asi terjadi pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan. Kolostrum pertama kali diproduksi pada saat kehamilan, berupa cairan jernih, seperti air, tetapi kemudian menjadi lebih kuning warnanya dan konsistensinya lebih menyerupai krimyang encer menjelang persalinan. Setelah kelahiran bayi, warnanya terus berubah, sampai hari ke-3 post partum kolostrum tampak menyerupai air susu, warnanya menjadi lebih pucat dan konsisitensinya encer. Kolostrum yang
demikian merupakan fase peralihan, karena perkembangan menjadi air susu yang sebenarnya memerlukan waktu 10-14 hari. 3. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi. Peningkatan hormon prolaktin menyebabkan produksi ASI meningkat, sehingga payudara akan terasa keras karena penuh dengan ASI.
b. Sistem Perkemihan
Pada keadaan normal ibu post partum berkemih 3-4 jam setelah melahirkan. Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Kandung kemih pada masa puerperium mempunyai kapasitas yang meningkat secara relatif. Oleh karena itu, distensi yang berlebihan,urine residual berlebihan, dan pengosongan yang tidak sempurna,harus diwaspadai seksama. Ureter dan pelvis renalis yang mengalami distensi akan kembali normal pada 2-8 minggu pasca persalinan. Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan, antara lain: 1. Hemostatis internal. 2. Keseimbangan asam basa tubuh. 3. Pengeluaran sisa metabolisme. 1. Hemostatis internal. Tubuh terdiri dari air dan unsur-unsur yang larut di dalamnya, dan 70% dari cairan tubuh terletak di dalam sel-sel, yang disebut dengan cairan intraselular. Cairan ekstraselular terbagi dalam plasma darah, dan langsung diberikan untuk sel-sel yang disebut cairan interstisial. Beberapa hal yang
berkaitan dengan cairan tubuh antara lain edema dan dehidrasi. Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak diganti. 2. Keseimbangan asam basa tubuh . Keasaman dalam tubuh disebut PH. Batas normal PH cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila PH >7,4 disebut alkalosis dan jika PH < 7,35 disebut asidosis 3. Pengeluaran sisa metabolisme, racun dan zat toksin ginjal. Racun dan zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir metabolisme protein yang mengandung nitrogen terutama : urea, asam urat, dan kreatinin. Ibu post partum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air kecil. Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada i bu post partum, antara lain: 1. Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi retensi urin. 2. Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretensi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan. 3. Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Keadaan ini disebut dengan diuresis
pasca partum. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam waktu 6 minggu. Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urin menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadangkadang disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil ( reversal of the water metabolisme of pregnancy )
Rortveit dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada pasien dengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan resiko serupa pada persalinan dengan Sectio Caesar. Sepuluh persen pasien pasca persalinan menderita inkontinensia (biasanya stres inkontinensia) yang kadang-kadang menetap sampai beberapa minggu pasca persalinan. Untuk mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan pada otot dasar panggul. Bila pada tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam pasca persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower kateter selama 24 jam. Bila jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan ada gangguan proses urinasinya. Maka kateter tetap terpasang dan dibuka 4 jam kemudian , bila volume urine < 200 ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan dapat berkemih seperti biasa. Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Diuresis terjadi karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urine yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam postpartum. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesidah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan
ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
c. Sistem Gastrointestinal
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya
tingginya
kadar
progesteron
yang
dapat
mengganggu
keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, fungsi usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal. Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain: Nafsu
makan
Seringkali untuk pemulihan nafsu makan, diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, hal ini diperkirakan karena kadar progesteron masih belum kembali secara normal, sehingga ibu masih bisa merasakan mual, dan akibatnya nafsu makan ibu berkurang. Selain itu peristaltik usus yang masih lambat juga menjadi salah satu penyebabnya.
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anastesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar dan siap makan pada 1-2 jam post partum, dan dapat ditoleransi dengan diet yang ringan. Motilitas
usus
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir, hal ini dikarenakan kadar progesteron yang belum seimbang, selain itu kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal. Pengosongan
usus
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama 2-3
hari
setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, serta gerakan peristaltik usus yang masih belum bekerja normal sebagai akibat dari kadar progesteron yang masih tinggi, selain itu kurang makan atau dehidrasi juga ikut berpengaruh. Selain itu proses konstipasi juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu dan kekhawatiran ibu terhadap lukanya (episiotomi) bila ibu buang air besar. Oleh karena itu, kebiasaan mengosongkan usus secara regular perlu dilatih kembali untuk merangsang pengosongan usus. Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain :
Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
Pemberian cairan yang cukup.
Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau obat yang lain.
d. Sistem Kardiovaskuler
Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke 3 postpartum. Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5 Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma selama persalinan. Kehilangan darah pada persalinan per vaginam sekitar 300-400 cc, sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio sesarea menjadi dua kali lipat.
Perubahan
yang terjadi terdiri dari
volume darah
dan
hemokonsentrasi. Pada persalinan per vaginam, hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio sesarea, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.
e. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tesebut.
Oksitosin Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta
dan
mempertahankan
kontraksi,
sehingga
mencegah
perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi asi dan sekresi oksitosin. Hal ini membantu uterus kembali ke bentuk normal.
Prolaktin Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya, tingkat sirkulasi prolaktin menurun, dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang hipofisis anterior untuk merangsang ovarium agar memproduksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel ovulasi, dan menstruasi.
Estrogen dan progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat, di[perkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Disamping itu progesteron mempengaruhi otot halus untuk mempengaruhi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus dinding vena, dasar panggul, perineum, dan vulva serta vagina.
f. Sistem muskuloskletal
Masa nifas ( puerpurium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas iniyaitu 6 – 8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravitasi ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke-6 sampai minggu ke-8 setelah wanita melahirkan.Akan tetapi, walaupun semua sendi lain kembali normal sebelum hamil, kaki wanita tidak mengalami perubahan setelah melahirkan. Beberapa perubahan yang terjadi pada sistem Muskuloskeletal antara lain :
Dinding perut dan peritoneum Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Kadang-kadang pada
wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau berdiri atau mengejan.
Kulit abdomen Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang dinamakan strie. Melalui latihan postnatal, otot-otot dari dinding abdomen seharusnya dapat normal kembali dalam beberapa minggu.
Perubahan Ligamen Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
Simpisis pubis Meskipun relatif jarang, tetapi simpisis pubis yang terpisah ini merupakan penyebab utama morbiditas maternal dan kadang-kadang penyebab ketidakmampuan jangka panjang. Hal ini biasanya ditandai oleh nyeri tekan signifikan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak ditempat tidur atau saat berjalan. Sering kali klien tidak mampu berjalan tanpa bantuan. Sementara pada kebanyakan wanita gejala menghilang setelah beberapa minggu atau bulan, pada beberapa wanita lain gejala dapat menetap sehingga diperlukan kursi roda.
g. Hematologi
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi tetapi darah
lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi dari wanita tersebut. Jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 persen atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2 persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml darah. Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama masa post partum. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Pada 72 jam pertama setelah persalinan, zat yang lebih banyak hilang adalah volume plasma dibandingkan dengan sel darah. Penurunan volume plasma dan peningkatan sel darah pada waktu hamil akan di bentuk kembali setelah 3 sampai 7 hari setelah persalinan oleh peningkatan Hematokrit & Hemaglobin. Kemudian pada keadaan tidak ada komplikasi Hematokrit & Hemoglobin akan kembali pada keadaan normal sebelum hamil dalam 4 sampai 5 minggu postpartum. Leukosit pada wanita hamil kurang lebih 12000 /mm3. Pada saat persalinan sampai dengan 2 hari pertama postpartum meningkat kurang lebih 15000 /mm3 dan selanjutnya 10-12 hari post partum antara 20000-30000 /mm3 dan peningkatan ini masih bisa bervariasi bila terjadi infeksi. untuk itu kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui tanda – tanda “Trombosis” : Nyeri, Hangat & lemas, dirasakan keras atau padat ketika disentuh. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 37 post partum dan akan normal dalam 4-5 minggu post partum. Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu
pertama post partum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml. Leukositosis mungkin terjadi selama persalinan, sel darah merah berkisar 15000 selama persalinan. Peningkatan sel darah putih berkisar antara 25000-30000 yang merupakan manifestasi adanya infeksi pada persalinan lama. Hal ini dapat meningkat pda awal nifas yang terjadi bersaam dengan peningkatan tekanan darah serta volume plasma dan volume sel darah merah. Pada 2-3 hari post partum,konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2% atau lebih. Total kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas kira-kira 700-1500 ml (200 ml hilang pada saat persalinan, 500-800 ml hilang pada minggu pertama postpartum, dan 500 ml hilang pada saat masa nifas).
h. Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan TTV terlihat jika wanita dalam keadaan normal, peningkatan darah sistole maupun diastole timbul dan berlangsung selama sekitar 4 hari setelah wanita melahirkan. Fungsi pernapasan akan kembali seperti wanita tidak hamil pada bulan ke 6 setelah wanita melahirkan. Saat rahim kosong, diafragma turun, aksis jantung kembali normal, dan impulase titik maximum (point of maximum impulase (PMI)) dan EKG kembali normal. TANDA-TANDA VITAL Keadaan Normal
Penyimpanan dari keadaan normal dan kemungkinan penyebabnya
Suhu
Selama 24 jam pertama mungkin
Suhu diagnosis sepsis puerperium di
meningkat sampai 100,4 F (38 C)
tegakkan jika terjadi peningkatan suhu
sebagai akibat dari demdrasi persalinan
ibu sampai 100,4 F atau 38 C setelah
setelah 24 jam wanita tidak boleh
24 jam pertama persalinan dan
demam.
berulang / berlangsung selama 2 hari. Kemungkinan lain adalah mastisis, Endometritis & Infeksi lainnya.
Nadi yang cepat / > mungkin indikasi Nadi
hipovolumia sekunder dari perdarahan.
Bradicharsi umumnya ditemukan 6-8 jam pertama setelah persalinan. Bradichardi merupakan suatu konsekuensi peningkatan cardiac out put & stroke volume. Nadi kembali seperti keadaan sebelum hamil 3 bulan setelah persalinan. Nadi diantara 5070x/ menit dianggap normal.
Respirasi
Respirasi akan menurun sampai pada keadaan noramal seperti sebelum hamil.
Hipoventilasi dan Hypotensi mungkin terdapat pada suatu keadaan yang tidak sering kali terjadi peningkatan subarachnoid (spinal block).
Tekanan Darah
TD sedikit berubah / tidak berubah
Penyebab TD menurun karena adanya
sama sekali. Hipotensi ortostatik yang
hipo volumia karena perdarahan.
diindikasikan dengan perasaan pusing
Bagaimanapun itu tanda yang terakhir
atau pening setelah berdiri dapat
dan gejala lain perdarahan harus
berkembang dalam 48 jam pertama
diwaspadai. Penyebab TD meningkat
sebagai suatu akibat gangguan pada
karena diakibatkan oleh penggunaan
daerah persyaratan yang mungkin
obat olsitosin yang berlebihan jika
terjadi setelah persalinan.
terjadi hipertensi pada kehamilan atau terjadi pada periode I pospartum maka evaluasi rutin TD diperlukan. Jika seorang wanita mengalami sakit kepala, hipertensi adalah sebagai suatu penyebab Analgetik diberikan jika tensi tinggi & wanita harus cukup istirahat tidak lebih 140.
Suhu 0
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 C. Sesudah partus dapat 0
naik kurang lebih 0,5 C dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 0
8 C. Sesudah 2 jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan 0
kembali normal. Bila suhu > 38 C mungkin terjadi infeksi.
Nadi dan pernapasan Nadi berkisar antara 60-80x/menit setelah partus dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan. Pada masa nifas umunya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.
Tekanan darah Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum dan akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakitpenyakit lain yang menyertainya dalam ½ bulan tanpa pengobatan.
2.2 Kebutuhan Pada Masa Nifas a. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
1. Kalori (Sumber tenaga) Ibu yang menyusui membutuhkan tambahan 400 hingga 500 kalori dari jumlah kalori yang sebelumnya. Jika kebutuhan wanita dewasa memerlukan 1800 kalori perhari, maka pada saat menyusui membutuhkan 2300 kalori. Tetapi kebutuha kalori akan berlipat jika menyusui bayi kembar. Apabila pasokan kalori kurang maka hal ini akan mengganggu proses metabolisme tubuh anda dan menyebabkan ASI rusak. Kalori dibutuhkan untuk pembakaran tubuh, pembentukkan jaringan baru, penghematan protein (jika sumber tenaga kurang, protein dapat digunakan sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi). Zat gizi sebagai sumber karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi. Kebutuhan energi ibu nifas / menyusui pada enam bulan pertama kira – kira 700 kkal/hari dan enam bulan kedua 500 kkal/hari sedangkan ibu menyusui bayi yang berumur 2 tahun rata – rata sebesar 400 kkal/hari. 2. Protein (Sumber pembangun) Fungsi protein untuk membentuk jaringan baru dan memproduksi air susu, jumlah protein sekitar 10-15% dari total makanan. Pada wanita dewasa, kebutuhan seharinya 51 gram, sedangkan pada ibu menyusui perlu tambahan 16 gram pada 6 bulan pertama, selanjutnya 12 gram. Dalam kondisi menyusui, tubuh membutuhkan 3 porsi protein perhari. Satu protein sama dengan tiga gelas susu, dua butir telur, lima putih telur, 120 gram keju, 1 ¾ gelas yogurt, 120-140 gram ikan (seafood)/daging (sapi, domba)/unggas, 200-240 gram tahu, atau 5-6 sendok selai kacang. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani
(ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susu dan k eju) dan protein nabati (kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kedelai, tahu dan tempe). Sumber protein terlengkap terdapat dalam susu, telur dan keju, ketiga makanan tersebut juga mengandung zat kapur, zat besi dan vitamin B. 3. Sumber pengatur dan pelindung ( Mineral, vitamin dan air ) Unsur – unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh. Ibu menyusui minum air sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali habis menyusui). Sumber zat pengatur dan pelindung biasa diperoleh dari semua semua jenis sayuran dan buah – buahan segar.
Jenis – jenis mineral penting : a. Zat kapur
Untuk pembentukan tulang, sumbernya : susu, keju, kacang – kacangan dan sayuran berwarna hijau. b. Fosfor Dibutuhkan
untuk
pembentukan
kerangka
dan
gigi
anak,
sumbernya : susu, keju dan daging. c. Zat besi
Tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui karena dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel, serta menambah sel darah merah (HB) sehingga daya angkut oksigen mencukupi kebutuhan. Sumber zat besi antara lain kuning telur, hati, daging, kerang, ikan, kacang – kacangan dan sayuran hijau. d. Yodium Sangat penting untuk mencegah timbulnya kelemahan mentak dan
kekerdilan fisik yang serius, sumbernya : minyak ikan, ikan laut dan garam beryodium. e. Kalsium Ibu menyusui membutuhkan kalsium untuk pertumbuhan gigi anak, sumbernya : susu dan keju
Jenis – jenis Vitamin : a. Vitamin A
Digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan tulang, perkembangan syaraf pengkihatan, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Sumber : kuning telur, hati, mentega, sayuran berwarna hijau dan buah berwarna kuning (wortel, tomat dan nangka). Selain itu ibu menyusui juga mendapat tambhan berupa kapsul vitamin A (200.000 IU) b. Vitamin B1 (Thiamin)
Dibutuhkan agar kerja syaraf dan jantung normal, membantu metabolisme karbohidrat secara tepat oleh tubuh, nafsu makan yang baik , membantu proses pencernaan makanan, meningkatkan pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mengurangi kelelahan. Sumbernya : hati, kuning telur, susu, kacang – kacangan, tomat jeruk nanas dan kentang bakar. c. Vitamin B2 (Riboflavin)
Vitamin B2 dibutuhkan untuk pertumbuhan, vitalitas, nafsu makan, pencernaan, system urat syaraf, jaringan kulit dan mata. Sumber : hati, kuning telur, susu, keju, kacang- kacangan, dan sayuran berwarna hijau. d.
Vitamin B3 (Niacin)
Disebut juga Nitocine Acid, dibutuhkan dalam proses pencernaan, kesehatan kulit, jaringan syaraf dan pertumbuhan. Sumber : susu, kuning telur, daging, kaldu daging, hati, daging ayam, kacangkacangan beras merah, jamur dan tomat.
e. Vitamin B6 (Pyridoksin)
Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah serta kesehatan gigi dan gusi. Sumber : gandum, jagung, hati dan daging. f.
Vitamin B12 (Cyanocobalamin)
Dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan jaringan saraf. Sumber : telur, daging hati, keju, ikan laut dan Zat
Wanita
makanan
dewasa/tidak hamil
Wanita hamil
Wanita menyusui
kerang laut. g. Folic Acid
Vitamin ini dibutuhkan untuk pertumbuhan pembentukkan sel darah merah dan produksi inti sel. Sumber : hati, daging, ikan, jeroan dan sayuran hijau. f.
Vitamin C
Untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semu jaringan ikat (untuk penyembuhan luka), pertumbuhan tulang, gigi dan gusi, daya tahan terhadap infeksi, serta memberikan kekuatan pada pembuluh darah. Sumber: jeruk, tomat, melon, brokoli, jambu biji, mangga, papaya dan sayuran. g. Vitamin K
Dibutuhkan untuk mencegah perdarahan agar proses pembekuan darah normal. Sumber vitamin K adalah kuning telur, hati, brokoli, asparagus dan bayam.
kalori
2000 kkal
+500 kkal
+800kkal
Protein
47gr
+20gr
+40gr
calsium
0,6gr
0,6gr
0,6gr
ferum
12mg
+5mg
+5mg
Vit.A
4000iu
1000iu
2000iu
thamin
0,7mg
0,2mg
0,5mg
ribovafin
1,1mg
0,2mg
0,5mg
niacin
12,2mg
2mg
5mg
Vit.C
60mg
30mg
30mg
Tidak ada kontraindikasi dalam pemberian nutrisi setelah persalinan. Ibu harus mendapat nutrisi yang lengkap dengan tambahan kalori sejak sebelum hamil (200-500 kal) yang akan mempercepat pemulihan kesehatan dan kekuatan, meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI, serta mencegah terjadinya infeksi. Gizi ibu menyusui dibutuhkan untuk produksi ASI dan pemulihan kesehatan ibu. Kebutuhan gizi yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Makanan dinajurkan seimbang antara jumlah dan mutunya. 2. Banyak minum, setiap hari harus minum lebih dari 6 gelas 3. Makan makanan yang tidak merangsang, baik secara termis, mekanis, atau kimia untuk menjaga kelancaran pencernaan 4. Batasi makanan yang berbau keras. 5. Gunakan bahan makanan yang dapat merangsang produksi ASI, misalnya sayuran hijau.
Vitamin A berperan dalam berbagai fungsi faal tubuh, yaitu:
1. Fungsi penglihatan. Fungsi ini membantu mata dalam beradaptasi pada keadaan gelap terang. 2. Diferensiasi sel. Pada tahap perkembangan/pembentukan vitamin mampu membantu perkembangan: a. Sperma dan sel telur b. Struktur dan organ tubuh janin, bayi, anak, dewasa, dan masa tua. 3. Kekebalan. Pertumbuhan dan diferensiasi limfosit B (leukosit pada proses kekebalan dan humoral) 4. Pertumbuhan dan perkembangan. Vitamin berpengaruh pada sintesis protein. 5. Reproduksi. Fungsi ini membantu pembentukan sperma dan sel telur serta pertumbuhan janin. 6. Pencegahan kanker dan penyakit jantung. Sebagai antioksidan untuk meningkatkan kekebalan. b. Kebutuhan Hygiene
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih seperti ke keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan pendidikan kesehatan atau health education seperti personal hygiene, antara lain : 1. Kebersihan diri atau personal hygiene. Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu unutuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat perineum dengan baik dengan menggunakan antiseptik (PK / Dethol) dan selalu diingat bahwa membersihkan perineum dari arah depan ke belakang. Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit.
2. Pakaian Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea. 3. Kebersihan rambut Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda antara satu wanita dengan wanita yang lain. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih setelah beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut. Hindari penggunaan pengering rambut. 4. Kebersihan kulit. Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan
dikeluarkan
kembali
melalui
air
seni
dan
keringat
untuk
menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering. 5. Kebersihan vulva dan sekitarnya. Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci menggunakan sabun. Menurut dr. Boy pemilihan sabun pembasuh sebaiknya yang memiliki pH sesuai dengan vagina seperti sabun pembasuh berbahan lactic acid . Sementara sabun pembasuh berbahan povidone-iodine kurang disarankan karena pH-nya tidak seimbang. Selain itu, dr. Boy juga membantah pendapat yang menyebutkan penggunaan sabun pembasuh vagina dapat menyebabkan keputihan. “Selama pH-nya seimbang, dia tidak akan merusak flora normal di vagina. Yang harus diingat adalah sabun ini untuk pemakaian luar, bukan untuk disemprot atau dipakai ke dalam organ vagina. Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci bagian depan, baru kenudian daerah anus. Sebelum dan sesudahnya ibu dianjukan untuk mencuci tangan. Pembalut hendaknya diganti minimal 2 kali sehari. Bila pembalut yang dipakai ibu bukan pembalut habis pakai (kain), maka pembalut dapat dipakai kembali dengan dicuci, dijemur dibawah sinar matahari dan disetrika. c. Kebutuhan Istirahat
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru dapat berfungsi secara optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Secara umum,istirahat berartisuatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan gelisah. Jadi,beristirahat bukan berarti tidak melakukan
aktivitas sama sekali. Terkadang,berjalan-jalan di taman juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk istirahat. Sedangkan tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan
reaksi
individu
terhadap
lingkungan
menurun.
Tidur
dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik yang minimal,tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fsiologis tubuh,dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga dari waktu kita,kita gunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan
atau
mengistirahatkan
fisik
setelah
seharian
beraktivitas,mengurangi stress dan kecemasan,serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari. Istirahat yang memuaskan bagi ibu yang baru melahirkan merupakan masalah yang sangat penting sekalipun tidak mudah dicapai. Keharusan ibu untuk beristirahat sesudah melahirkan memang tidak diragukan lagi, kehamilan dengan beban kandungan yang berat dan banyak keadaan yang mengganggu lainnya, pekerjaan bersalin, bukan persiapan yang baik dalam menghadapi kesibukan yang akan terjadi. Padahal hari-hari postnatal akan dipenuhi oleh banyak hal, begitu banyak yang harus dipelajari, ASI yang diproduksi dalam payudara, kegembiraan menerima kartu ucapan selamat, karangan bunga, hadiah-hadiah serta menyambut tamu dan juga kekhawatiran serta keprihatinan yang tidak ada kaitannya dengan situasi ini. Jadi, dengan tubuh yang letih dan mungkin pula pikiran yang sangat aktif, ibu sering perlu diingatkan dan dibantu agar mendapatkan istirahat yang cukup. Kegunaan atau fungsi dari Tidur yang cukup: 1. Regenerasi sel-sel tubuh yang rusak menjadi baru. 2. Memperlancar produksi hormon pertumbuhan tubuh. 3. Mengistirahatkan tubuh yang letih akibat aktivitas seharian. 4. Meningkatkan kekebalan tubuh kita dari serangan penyakit. 5. Menambah konsentrasi dan kemampuan fisik. Fase/Tahapan Tidur Seseorang:
1. Awal 2. Non rapid eyes movement (non-rem) 3. Rapid Eyes Movement (rem) 4. Dream Sleep Posisi tidur ibu waktu beristirahat sesudah melahirkan penderita harus tidur terlentang, hanya dengan satu bantal yang tipis. Tetapi ada juga pendapat lain mengatakan bahwa ibu bebas memilih posisi tetapi untuk memudahkan pengawasan sebenarnya tidur telentang lebih baik karena dengan tidur terlentang mudah mengawasi keadaan kontraksi uterus dan mengawasi pendarahan. Biasanya setelah melahirkan ibu akan merasa lelah dan dapat tidur sehingga merasa nyaman berada ditempat tidur. Usaha agar ibu dapat tidur ialah dengan menyakinkan penderita bahwa keadaannya normal. Istirahat dan tidur sangat perlu bagi penderita, selain untuk mengembalikan kesehatan, juga untuk pembentukan air susu ibu. Penderita juga diperbolehkan bangun dan turun dari tempat tidur pada hari kedua setelah melahirkan karena membawa beberapa keuntungan: a. Pelemasan otot lebih baik b. Sirkulasi darah lebih lancar, mempercepat penyembuhan c. Memperlancar pengeluaran lochia berarti mempercepat involusi d. Penderita merasa sehat, karena tidak bersikap sebagai orang sakit e. Mengurangi bahaya embolus dan thrombosis Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Istirahat malam
Selama satu atau dua malam yang pertama,ibu yang baru mungkin memerlukan obat tidur yang ringan. Biasanya dokter akan memberikannya jika benar-benar diperlukan. Kerapkali tubuhnya sendiri yang mengambil alih fungsi obat tidur ini dan ia benar-benar tidur lelap sehingga pemeriksaan
tanda-tanda
vital
serta
fundus
uteri
hanya
sedikit
mengganggunya. Sebagian ibu menemukan bahwa lingkungan yang asing baginya telah mengalihkan perhatiannya dan sebagian lainnya merasa terganggu oleh luka bekas episiotomy sehingga semua ini akan menghalangi tidurnya ketika pengaruh pembiusan sudah hilang. Rasa nyeri atau terganggu selalu memerlukan pemeriksaan dan obat analgesic dapat diberikan sebelum pasien menggunakan obat tidur Setelah hari kedua postnatal, pemberian obat tidur pada malam hari biasanya sudah tidak diperlukan lagi dan tidak dianjurkan jika ibu ingin menyusui bayinya pada malam hari. Ibu harus dibantu agar dapat beristirahat lebih dini dan tidak diganggu tanpa alas an. Hal-hal kecil yang menarik perhatiannya seperti suara pintu yang berderik atau bunyi tetesan air dari keran harus dilaporkan pada siang harinya sehingga dapat diatasi sebelum suara-suara tersebut mengganggu tidur ibu. Ibu yang baru yang tidak dapat tidur harus diobservasi dengan ketat dan semua keadaan yang ditemukan harus dilaporkan pada dokter. Insomnia merupakan salah satu tanda peringatan untuk psikosis nifas.
Pola istirahat
1) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan 2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur. 3) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal : a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
Kurang
istirahat
dapat
mengurangi
produksi
ASI,
memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak pendarahan,
menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayinya (Saifudin AB, 2002 : N – 25). Setelah menghadapi ketegangan dan kelelahan saat melahirkan, usahakan untuk rileks dan istirahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur. Kebutuhan istirahat dan tidur harus lebih diutamakan daripada tugastugas rumah tangga yang kurang penting. Jangan sungkan untuk meminta bantuan suami dan keluarga jika ibu merasa lelah. Istirahat juga memberi ibu energi untuk memenuhi kebutuhan makan dan perawatan bayi sering dapat tidak terduga. Pasang dan dengarkan lagu-lagu klasik pada saat ibu dan bayi beristirahat untuk menghilangkan rasa tegang dan lelah. d. Kebutuhan Seksual
Kebutuhan seksual sering menjadi perhatian ibu dan keluarga. Diskusikan hal ini sejak mulai hamil dan diulang pada postpartum berdasarkan budaya dan kepercayaan ibu dan keluarga. Seksualitas ibu dipengaruhi oleh derajat rupture perineum dan hormone steroid setelah persalinan. Keinginan seksual ibu menurun karena kadar hormone belum seimbang, adaptasi peran baru, keletihan (kurang istirahat dan tidur). Penggunaan kontrasepsi (ovulasi terjadi pada kurang lebih 6 minggu) diperlukan karena kembalinya masa subur yang tidak dapat diprediksi. Menstruasi ibu terjadi pada kurang lebih 9 minggu pada ibu tidak menyusui dan kurang lebih 30-36 minggu atau 4-18 bulan pada ibu yang menyusui. Hal-hal yang mempengaruhi seksual pada masa nifas, yaitu: 1. Intensitas respon seksual berkurang karena perubahan faal tubuh. Tubuh menjadi tidak atau belum sensitive seperti semula. 2. Rasa lelah akibat mengurus bayi mengalahkan minat untuk bermesraan. 3. Bounding dengan bayi menguras semua cinta kasih, sehingga waktu mungkin tidak tersisa untuk pasangan.
4. Kehadiran bayi di kamar yang sama membuat ibu secara psikologis tidak nyaman berhubungan intim. 5. Pada minggu pertama setelah persalinan, hormone estrogen menurun yang mempengaruhi sel-sel pensekresi cairan pelumas vagina alamiah yang berkurang. Hal ini menimbulkan rasa sakit bila berhubungan seksual. Untuk itu, diperlukan pelumas atau rubrikan. 6. Ibu mengalami let down ASI, sehingga respon terhadap orgasme yang dirasakan sebagai rangsangan seksual pada saat menyusui. Respons fisiologis ini dapat meneken ibu, kecuali mereka memahami bahwa hal tersebut adalah normal. Solusi untuk mengatasi masalah di atas: 1. Bidan biasanya memberi batasan rutin 6 minggu pascapersalinan, akan tetapi, jika pasangan ingin lebih cepat, pastikan darah sudah berhenti, dan dapat dicoba dengan 2 jari masuk ke vagina. Apabila ibu tidak merasakan sakit di vulva maupun vagina, hubungan seksual dapat dilakukan tanpa menunggu 6 minggu. 2. Ungkapkan cinta dengan cara lain, seperti dengan duduk berpelukan di depan TV, menggosok punggung pasangan, dan berdansa berdua. Jika tidak lelah, dapat membantu pasangan dengan masturbasi. Jika keduanya menginginkan, dapat melakukan hubungan intim secara oral. Namun kadang tidak ada keintiman yang lebih memuaskan daripada berbaring dan berpelukan. 3. Program kontrasepsi harus segera dilakukan sebelum hubungan seksual karena adanya kemungkinan hamil kembali dalam kurun waktu kurang dari 6 minggu (kontrasepsi untuk mencegah kehamilan).
e. KB Pada Masa Nifas/Menyusui
Keluarga berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberi nasihat perkawinan, pengobatan
kemandulan, dan penjarangan kehamilan. KB merupakan salah satu usaha membantu keluarga/individu merencanakan kehidupan berkeluarganya dengan baik, sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas. Manfaat keluarga berencana: 1. Untuk ibu a. Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek. b. Adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak, untuk istirahat, dan menikmati waktu luang, serta melakukan kegiatankegiatan lain. 2. Untuk anak yang dilahirkan a. Dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya berada dalam keadaan sehat. b. Sesudah
lahir
anak
tersebut
akan
memperoleh
perhatian,
pemeliharaan, dan makanan yang cukup. Hal ini disebabkan oleh kehadiran anak tersebut yang memang diinginkan dan diharapkan. 3. Untuk anak yang lain a. Memberi kesempatan perkembangan fisiknya lebih baik karena memperoleh makanan yang cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga. b. Perkembangan
mental
dan
social
lebih
sempurna
karena
pemeliharaan yang lebih baik dan lebih banyak waktu yang diberikan oleh ibu untuk anak. c. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk mempertahankan hidup semata-mata. 4. Untuk ayah a. Memperbaiki kesehatan fisiknya b. Memperbaiki kesehatan mental dan social karena kecemasan berkurang serta lebih banyak waktu luang untuk keluarganya.
Evaluasi yang perlu dilakukan bidan dalam memberi asuhan kepada ibu nifas dan rencana ber-KB, antara lain: 1. Ibu mengetahui KB dan manfaatnya 2. Ibu dapat menyebutkan macam-macam metode kontrasepsi untuk ibu menyusui. 3. Ibu dapat menyebutkan beberapa keuntungan pemakaian alat kontrasepsi. 4. Ibu dapat memilih/menentukan metode kontrasepsi yang dirasa cocok bagi dirinya. Macam-macam kontrasepsi untuk ibu menyusui: 1. Metode amenorea laktasi (MAL) 2. Kontrasepsi hormonal
a. Pil b. Kontrasepsi Suntik (depo provera) c. Norplant, Implant, KB Susuk (alat kontrasepsi bawah kulit) 3. AKDR
f.
Kebutuhan Ambulasi
Mobilisasi sangat bervariasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas atau sembuhnya luka. Jika tidak ada kelainan, lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan normal. ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina ( lochea). Pada saat hamil otot perut dan sekitar rahim serta vagina telah teregang dan melemah. Oleh karena itu dapat dilakukan latihan senam nifas untuk membantu mengencangkan otot-otot tersebut. Hal ini untuk mencegah terjadinya nyeri punggung dikemudian hari dan terjadinya kelemahan pada otot panggul sehingga dapat mengakibatkan ibu tidak bisa menahan BAK. Persalinan merupakan proses yang melelahkan, itulah mengapa Ibu disarankan tidak langsung turun ranjang setelah melahirkan karena dapat menyebabkan jatuh pingsan akibat sirkulasi darah yang belum berjalan baik. Ibu harus cukup
beristirahat, dimana Ibu harus tidur terlentang selama 8 jam post partum untuk mencegah perdarahan post partum. Setelah itu, mobilisasi perlu dilakukan agar tidak tcrjadi pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah Ibu. Pada persalinan normal, jika gerakannya tidak terhalang oleh pemasangan infuse atau kateter dan tanda-tanda vitalnya juga memuaskan, biasanya Ibu diperbolehkan untuk mandi dan pergi kc wc dcngan dibantu, satu atau dua jam setelah melahirkan secara normal. Sebelum waktu ini, Ibu diminta untuk melakukan latihan menarik nafas yang dalam serta latihan tungkai yang sederhana dan harus duduk serta mcngayunkan tungkainya dari tepi ranjang. Pasien Sectio Caesarea biasanya mulai „ambulasi‟ 24-36 jam sesudah melahirkan. Jika Pasien menjalani analgesia epidural, pemuiihan sensibilitas yang total harus dilakukan dahulu sebelum ambulasi dimulai. Setelah itu Ibu bisa pergi ke kamar mandi. Dengan begitu sirkulasi darah di dalam tubuh akan berjalan dengan baik. Gangguan yang tidak diinginkan pun bisa dihindari. Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri. Pada hari kedua Ibu telah dapat duduk, lalu pada hari ketiga Ibu telah dapat menggerakkan kaki yakni dengan jalan jalan. Hari keempat dan kelima, Ibu boleh pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka. Terkait dengan mobilisasi, Ibu sebaiknya mencermati faktorfaktor berikut ini:
Mobilisasi jangan dilakukan terlalu cepat sebab bisa menyebabkan Ibu terjatuh. Khususnya jika kondisi Ibu masih lemah atau memiliki penyakit jantung. Meski begitu, mobilisasi yang terlambat dilakukan juga sama buruknya, karena bisa menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh, aliran darah tersumbat, teranggunya fungsi otot dan lain-lain.
Yakinlah Ibu bisa melakukan gerakan-gerakan di atas secara bertahap.
Kondisi tubuh akan cepat pulih jika Ibu melakukan mobilisasi dengan benar dan tepat. Tidak Cuma itu, sistem sirkulasi di dalam tubuh pun bisa bcrfungsi normal
Ambulasi dini atau early ambulation ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum terlentang ditempat tidurnya selam 7 sampai 14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya dalam 24-48 jam postpartum. Keuntungan early ambulation adalah : 1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation 2. Faal usus dan kandung kemih lebih baik 3. Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya
selama
ibu
masih
dirumah
sakit.
Misalnya
memandikan,menggantikan pakaian, dan memberi makan. 4. Lebih sesuai dengan keadaan indonesia (sosial ekonomis). Menurut penelitian-penelitian yang seksama early ambulation ti dak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka diperut,serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus uteri. Latihan postnatal biasanya latihan dimulai pada hari pertama dan dilakukan sehari sekali dengan pengawasan Bidan. Pada beberapa Rumah Sakit, fisioterapis menyelenggarakan kelas-kelas latihan postnatal pada harihari tertentu setiap minggu. Tujuan latihan dijelaskan pada lbu sehingga la menyadari pentingnya meluangkan waktu untuk mengikuti latihan ketika di Rumah Sakit dan akan melanjutkannya setelah di rumah nanti. Latihan membantu menguatkan otototot perut dan dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan dasar panggul sehingga mencegah atau memperbaiki stres inkontinensia, dan membantu memperbaiki sirkulasi darah di seluruh tubuh.
g. Kebutuhan Eliminasi 1. Buang Air Kecil
Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam. Hendaknya BAK dapat dilakukan sendiri secepatnya, kadang-kadang terjadi kesulitan BAK karena springter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskullo spingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya oedema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi. Namun Ibu diusahakan untuk dapat buang air kecil sendiri yaitu dengan tindakan :
Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien.
Mengompres air hangat diatas sympisis. Bila tidak berhasil dengan cara diatas maka dilakukan keteterisasi. Karena prosedur kateterisasi membuat klien tidak nyaman dan resiko infeksi saluran kencing tinggi untuk itu kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6 jam post Partum. Douwer kateter diganti setelah 48 jam. Umumnya pasien dapat melakukan BAK secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan. Selama kehamilan terjadi peningkatan ektraseluler 50%. Setelah melahirkan cairan ini dieliminasi sebagai urine. Umumnya pada partus lama yang kemudian diakhiri dengan ektraksi vakum atau cunam, dapat mengakibatkan retensio urine. Bila perlu, sebaiknya dipasang dower catheter untuk memberi istirahat pada otot-otot kandung kencing. Dengan demikian, jika ada kerusakan-kerusakan pada otot-otot kandung kencing, otot-otot cepat pulih kembali sehingga fungsinya cepat pula kembali.
Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urin) pada ibu postpartum. 1. Berkurangnya tekanan intra abdominal 2. Otot-otot perut masih lemah 3. Edema pada uretra 4. Dinding kandung kemih kurang sensitive 2. Buang Air Besar
Biasanya 2-3 hari post Partum masih sulit buang air besar. BAB seharusnya dilakukan 3 – 4 hari post partum. Bila masih sulit BAB dan terjadi obstipasi dapat diberikan obat rangsangan per oral atau per rektal yaitu diberikan laksan supositoria dan minum air hangat. Jika masih belum bisa dapat dilakukan klisma. Agar dapat buang air besar secara teratur dapat dilakukan dengan diit teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat, olah raga. Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di perineum akibat episiotomi, laserasi atau hemoroid. Kebiasaan buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal. Kebiasaan mengosongkan usus secara regular perlu dilatih kembali untuk merangsang pengosongan usus. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu yang berangsur-angsur untuk kembali normal. Pola makan ibu nifas tidak akan seperti biasa dalam beberapa hari dan perineum ibu akan terasa sakit untuk defekasi. Faktor-faktor tersebut mendukung konstipasi pada ibu nifas dalam minggu pertama.
Suppositoria dibutuhkan untuk membantu
eliminasi pada ibu nifas. Akan tetapi proses konstipasi juga dapat
dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila ibu buang air besar. Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2 sampai 3 hari setelah melahirkan karena ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan terbuka atau karena adanya haemorroid (wasir), edema prapersalinan, diet cairan, obat-obatan analgesik selama persalinan dan perineum yang sakit. memberikan asupan cairan yang cukup, diet yang tinggi serat serta ambulasi secara teratur dapat membantu untuk mencapai regulasi BAB.
KESIMPULAN
Selama masa nifas terjadi perubahan fisiologis yaitu pada sistem gastrointestinal, reproduksi, muskuluskeletal, perkemihan, endoktrin, serta hematologi. Oleh karena itu, ibu nifas mempunyai kebutuhan yang berbeda dibanding masa-masa lainnya. Kebutuhan tersebut antara lain :
Kebutuhan nutrisi dan cairan
Kebutuhan istirahat
Kebutuhan ambulasi
Kebutuhan eliminasi
Kebutuhan hygiene
Kebutuhan seksual.
Setiap kebutuhan tersebut harus terpenuhi guna mempercepat pulihnya fungsi alat-alat tubuh yang berubah karena proses kehamilan dan persalinan.