I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Nyamplung merupakan salah satu tanaman hutan yang mempunyai potensi sebagai bahan baku biofuel. Biofuel merupakan salah satu teknologi alternative yang saat ini mulai dikembangkan dengan tingkat kelayakan teknologi yang cukup tinggi sebagai perkembangan energy alternative
dengan
pemanfaatan
sumber
daya
energy
terbarukan
(renewable resources). Kelebihan nyamplung sebagai bahan baku biofuel adalah biji mempunyai rendemen yang tinggi (bisa mencapai 74%) dalam pemanfaatannya tidak berkopentensi dengan kepentingan pangan. Dalam hal ini Departemen kehutanan memiliki peranan penting dalam penyediaan bahan baku biofuel tersebut. Sampai saat ini, budidaya nyamplung mudah dilakukan dengan menggunakan teknik budidaya tanaman hutan pada umumnya. Mengingat pohon nyamplung memilkiki tempat tumbuh yang yang spesifik dan karena tujuan penanaman untuk peningkatan produksi buah, dalam pengembangan budidaya nyamplung masih diperlukan informasi yang berkaitan
dengan
persyaratan
tumbuh,
perbenuhan,
pembibitan,
penanaman dan pemeliharaan. Selain tanaman nyamplung juga ada tanaman jarak yang memiliki potensi sebagai biofuel. Tanaman jarak kebanyakan digunakan sebagai biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar nabati pengganti bahan bakar solar khususnya untuk teknologi yang menggunakan alat mesin diesel. Selain sebagai bahan bakar tanaman ini juga dapat diguakan sebagai bahan baku pelumas mesin. Karena fungsi dan manfaat dari tanaman ini banyak, oleh karena itu perlu adanya konservasi lebih lanjut agar keragaman dari komoditas ini tetap terjaga.
1.2. Tujuan 1. Mengetahui keragaman, karakteristik, dan manfaat tanaman nyamplung 2. Mengetahui keragaman, karakteristik, dan manfaat tanaman jarak
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan daerah persebaran Tanaman 2.1.1. Tanaman Nyamplung Persebaran tanaman Nyamplung mempunyai sebaran luas di dunia yaitu Madagaskar, Afrika Timur, Asia Selatan, Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia Barat dan Amerika Selatan. Di Indonesia nyamplung tersebar di wilayah Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, hingga Nusa Tenggara Timur dan Papua. Selain itu pohon tersebut juga dapat ditemui di wilayah Malaysia, Filiphina, Thailand dan Papua Nugini.
Bintangur Calophyllum inophyllum L.
Nama umum Indonesia: Bintangur, nyamplung, kapur naga, penaga, mentangur, bunut Inggris:
Indian laurel
Pilipina:
Palo maria
Klasifikasi Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo
: Malpighiales
Famili
: Clusiaceae (Guttiferae)
Genus
: Calophyllum
Spesies
: Calophyllum inophyllum L.
2. Tanaman Jarak Jarak pagar diperkirakan berasal dari Amerika Tengah, khususnya Meksiko. Di daerah tersebut, tanaman tumbuh secara alami di kawasan hutan pinggiran pantai. Di Afrika dan Asia, jarak pagar hanya ditemukan sebagai tanaman pagar atau pembatas lahan pertanian. Jarak pagar menyebar di Malaka setelah tahun 1700-an dan di Filipina sebelum tahun 1750 (Heller 1996). Jarak Pagar dapat ditemukan tumbuh subur di berbagai tempat di Indonesia. Umumnya terdapat di pagar-pagar rumah dan kebun atau sepanjang tepi jalan, tapi jarang ditemui berupa hamparan.
Jarak Pagar Jatropha curcas L.
Sinonim Curcas purgans Medik. Jatropha acerifolia Salisb.
Nama umum Indonesia:
Jarak pagar, jarak kosta,
Inggris:
Barbados nut, black vomit nut
Thailand:
Sabu dam, ma yao
Pilipina:
Tubang bakod
Cina:
Ma feng shu
Jepang:
Yatorofa kurukasu
Klasifikasi Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Jatropha
Spesies
a. i.
: Jatropha curcas L.
Morfologi Tanaman Tanaman Nyamplung
Daging biji tipis sebab ber- biji relatif besar; d ≈ 2,5 cm. Bijikering berwarna coklat tua, dan lengket berminyak
Buah nyamplung berbentuk bulat berdiameter 2,5-3,5 berwarna hijau saat muda, namun jika sudah tua ber-warna kekuningan atau seperti kayu jika sudah dipetik dan dibiarkan lama
Bunga nyamplung termasuk bunga majemuk, bentuk tandan, di ketiak daun yang teratas, berkelamin dua, diameter 2-3 cm, tujuh sampai tiga belas, daun kelopak empat tidak beraturan, benang sari banyak, tangkai putih membengkok, kepala putik bentuk perisai, daun mahkota empat, lonjong, putih.
Daun
tanaman
nyamplung
termasuk
daun
tunggal,
bersilang
berhadapan, bulat memanjang atau bulat telur, ujung tumpul, pangkai membulat, tepi rata, perulangan menyirip, panjang 10-21 cm, lebar 611 cm, tangkai 1,5-2,5 cm. berwarna hijau.
Tanaman merupakan pohon dengan tinggi dapat mencapai 25 – 35 meter, dengan panjang bebas cabang sampai 21 m dan diameter batang dapat mencapai sekitar 150 cm
Batang berdiri tegak dan berbentuk lurus dengan percabangan mendatar, tidak berbanir
Kulit luar berwarna kelabu atau putih, beralur dangkal dan mengelupas besar-besar tipis Perbanyakan ( Calophyllum inophyllum L) Pada Pohon nyamplung dapat diperbanyak secara generatif (biji) dan vegetatif (stek). Namun untuk perbanyakan tanaman,umumnya diperoleh dari biji, karena buah nyamplung mudah diperoleh dan berbuah sepanjang tahun. Walaupun perkecambahan benih nyamplung tergolong lama (± 3 bulan) tapi persen kecambahnya relatif tinggi yaitu mencapai ± 90%. Bibit nyamplung ditempatkan dalam bedeng yang diberi naungan dengan intensitas cahaya 50%.
Tempat tumbuh (Calophyllum inophyllum L) Habibat tanaman Nyamplung ( Calophyllum inophyllum L) adalah di daerah tanah berpasir yang terdapat di tepi sungai dan pesisir pantai berudara panas.
Gambar
1.
Morfologi
Tanaman
Nyamplung
(Calophyllum
inophyllum L).
ii.
Tanaman Jarak Habitus jarak pagar berbentuk semak besar dengan tinggi dapat mencapai 5 meter (Heller 1996; Aderibigbe et al. 1997; Wiesenhutter 2003; Fieke e t al. 2007). Batangnya berkayu, berbentuk silindris, dan bergetah. Tanaman jarak pagar berdaun tunggal, yang tersebar sepanjang batang, daunnya dihubungkan dengan tangkai dau (Ditjenbun 2006b). Daun berlekuk, bersudut 3-5, tulang daun menjari 5-7 tulang utama, warna daun hijau (permukaan bagian bawah lebih pucat dibandingkan permukaan bagian atas), panjang tangkai daun antara 415 cm (Grimm 1999). Tanaman ini termasuk tanaman monoecious (berumah satu) (Raju dan Ezradanam 2002), buah sedikit berdaging ( fleshy) waktu muda, berwarna hijau kemudian menjadi kuning dan mengering lalu pecah waktu masak; biasanya berisi tiga biji berwarna hitam (Grimm 1999). Bunga tanaman jarak pagar adalah bunga majemuk berbentuk infloresen. Infloresen terbentuk di ujung cabang (Heliyanto 2007; Kumar dan Sharma 2008). Bunga yang tersusun dalam rangkaian (inflorescence) ini, biasanya terdiri atas 100 bunga atau lebih. Bunga memiliki 5 sepal dan 5 petal yang berwarna hijau kekuningan atau coklat-kekuningan. Bunga jantan mempunyai 10 tangkai sari yang tersusun dalam dua lingkaran, masingmasing berisi lima tangkai sari yang menyatu berbentuk tabung, masa berbunga 1- 2 hari (Ditjenbun 2007). Bunga betina lebih besar dibanding bunga jantan (Kumar dan
Sharma 2008). Biasanya bunga betina terletak di tengah dan dikelilingi oleh bunga jantan (Raju dan Ezradanam 2002). Persentase bunga betina per rangkaian bunga sangat rendah, rata-rata hanya ditemukan 1-3 bunga betina diantara lebih dari 10 bunga jantan. Hal ini disebabkan karena faktor genetik (potensi membentuk bunga betina memang rendah) dan juga dikarenakan faktor lingkungan (kekurangan unsur hara pembentuk bunga, terlalu banyak hujan dan kecepatan angin yang tinggi) (Hartati 2006). Bunga
jarak
pagar
menyerbuk
dengan
bantuan
serangga
(Bhattacharya et al. 2005); bunga menghasilkan nektar yang mudah terlihat (exposed ) dan harum hingga dapat diakses oleh seranggaserangga seperti lalat dan serangga lain (Hasnam 2006). Tangkai putik lepas atau melekat pada pangkal, kepala putik terpecah tiga, berwarna hijau. Bunga betina membuka 2 hari lebih lambat dibandingkan bunga jantan (Mahmud et al. 2008). Berdasarkan hasil uji sitogenetik Jatropha curcas
L.
mempunyai
jumlah
kromosom
2n
=
22
(Soontornchainaksaeng dan Jenjittikul 2003; Carvalho et al. 2008), ukuran kromosom berkisar 1,24 sampai 1,71 μm dengan struktur kromosom metasentrik sebanyak 5 kromosom dan submetasentrik sebanyak 6 kromosom (Carvalho et al. 2008). Buah tanaman jarak pagar berbentuk bulat telur atau elips dengan panjang ± 2.54 cm (Heller 1996; Akintayo 2004) dan diameter 2-4 cm. Buah jarak terbagi menjadi tiga ruang, masing-masing ruang berisi satu biji. Biji berbentuk bulat lonjong dan berwarna coklat kehitaman. Panjang biji 2 cm dengan ketebalan sekitar 1 cm. Biji mengandung minyak dengan kandungan sekitar 30-50% (Heller 1996).
Gambar 2. Morfologi tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.
Perbanyakan Jatropha curcas L. Perbanyakan jarak pagar dapat dilakukan secara generatif dengan biji (bijisecara langsung atau pembibitan sebelum penanaman) (Achten et al. 2008), secara vegetatif dengan stek (Swamy dan Singh 2006;
Fieke et al. 2007) atau melalui kultur jaringan (in vitro) (Datta et al.
2007). Eksplan yang dapat digunakan dalam perbanyakan kultur jaringan jarak pagar yaitu bagian hipokotil, epikotil, pucuk, daun, dan tangkai daun (Sujatha dan Mukta 1996; Wei Qin et al. 2004). Perbanyakan vegetatif dapat berasal dari stek cabang maupun stek pucuk. Penggunaan stek cabang sebagai bahan tanaman perlu memperhatikan diameter, umur yang dicirikan dengan berkayu dan belum berkayu dan panjang stek. Stek cabang yang cukup baik pertumbuhannya adalah stek yang berdiameter 2 cm, berkayu berwarna hijau keabu-abuan (Ferry 2006). Menurut Santoso (2009) pertumbuhan dan perkembangan tanaman jarak pagar yang berasal dari biji dan stek batang memiliki pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang skunder) yang sama. Tanaman berasal dari stek lebih cepat berbunga dibandingkan tanaman dari biji. Namun menurut Heller (1996), perbanyakan tanaman dari stek menunjukkan umur yang lebih pendek dan ketahanan kekeringan dan penyakit yang lebih rendah dibanding tanaman yang diperbanyak dari biji. Hal ini menurut Kumar dan Sharma (2008) mungkin disebabkan tanaman yang dihasilkan dari stek
tidak
menghasilkan
akar
tunggang.
Tanaman
dari
stek
menghasilkan akar-tunggang palsu yang dapat menembus hanya 1/2 atau 2/3 kedalaman tanah dibandingkan akar tunggang yang dihasilkan tanaman yang tumbuh dari biji. Sebagai membutuhkan
tanaman agensia
menyerbuk polinator
silang,
tanaman
(biasanya
jarak
serangga)
pagar untuk
memfasilitasi terjadinya penyerbukan silang. Aktivitas polinator yang tinggi akan mendukung terjadinya persilangan antar indvidu tanaman (Heliyanto 2007). Adikadarsih dan Hartono (2007) mengemukakan bahwa penggunaan biji jarak pagar untuk benih harus berasal dari buah yang berwarna kuning hingga kuning kehitaman karena memiliki daya berkecambah dan daya tumbuh yang tinggi yaitu masing-masing 89% dan 81%. Biji jarak pagar merupakan biji berkeping dua (dikotil). Secara umum biji jarak tersusun atas kulit dan isi biji yang di dalamnya
terdapat embrio. Proporsi kulit menempel sekitar 28.82% dari biji, dan isi sekitar 71.19%. Isi biji terdiri atas embrio, kotiledon atau daun bji dan endosperma (Santoso et al. 2007).
Tempat tumbuh Jatropha curcas L. Jarak pagar tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 1000 m di atas permukaan laut. Curah hujan berkisar antara 300-2380 mm/tahun. Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman jarak adalah 20-26oC. Tanaman jarak memiliki sistem perakaran yang mampu menahan air sehingga tahan terhadap kekeringan. Tanaman ini dapat tumbuh di atas tanah berpasir, tanah berbatu, tanah lempung, atau tanah liat. Tanaman ini juga dapat beradaptasi pada tanah yang kurang subur, memiliki drainase baik, tidak tergenang dan pH tanah 5.0-6.5 (Hariyadi 2006). Pada daerah curah hujan yang rendah dan periode sedikit hujan yang panjang, tanaman jarak menggugurkan daunnya untuk mencegah kekeringan. Kebutuhan airnya sedikit dan dapat tahan periode kekeringan yang panjang dengan menggugurkan banyak daunnya untuk menurunkan transpirasi. Jarak juga cocok untuk mencegah erosi tanah. Jarak tumbuh pada tanah beririgasi baik dengan aerasi yang baik dan beradaptasi baik pada tanah marginal dengan kandungan nutrisi yang rendah (Openshaw 2000). Pada tanah yang miskin hara (Garnayak et al. 2008) dan keras, pertumbuhan akar menurun (Kumar dan Sharma 2008). Tanaman ini dapat tumbuh dengan kerapatan tanaman yang ideal 2500 tanaman/ha. Jatropha
curcas L.
mencapai produktivitas
maksimumnya dalam 5 tahun (Sirisomboon et al. 2007) dan dapat hidup lebih dari 50 tahun (Sirisomboon et al. 2007; Henning 2007).
b.
Manfaat Tanaman
i.
Nyamplung Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) merupakan jenis tanaman serbaguna. Berbagai macam manfaat dapat diperoleh dari tanaman Nyamplung (Calophyllum inophyllum L), antara lain adalah : a. Batang Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) Kayu yang berasal
dari
batang
pohon
Nyamplung
(Calophyllum
inophyllum L) dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan perahu, balok, tiang, papan lantai, papan pada bangunan perumahan dan bahan konstruksi. Getah batang pojon Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) dapat disadap untuk mendapat minyak yang diduga berkhasiat untuk menekan laju pertumbuhan virus HIV (KPH, Banyumas Barat, 2008) b. Daun
Nyamplung
(Calophyllum
inophyllum
L)
Daun
Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) memiliki kandungan senyawa costatolide-A, saponin dan acid hidrocyanic yang berkhasiat sebagai obat oles untuk sakit encoj, bahan kosmetik untuk perawatan kulit, menyembuhkan luka seperti luka bakar dan luka potong. c. Bunga dan biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) Bunga Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) telah digunakan masyarakat
secara
tradisional
sebagai
campuran
untuk
mengharumkan minyak rambut. Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) merupakan bagian tanaman yang memiliki manfaat dan nilai ekonomis tinggi. d. Pemanfaatan
biofuel
nyamplung
dapat
menekan
laju
penebangan pohon hutan sebagai kayu bakar; produktivitas biji lebih tinggi dibandingkan jenis lain (Jarak pagar 5 ton/ha; sawit 6 ton/ha; nyamplung 20 ton/ha). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Fathur Rahman dan Aditya (2007) siswa SMAN 6 Yogyakarta diperoleh hasil bahwa minyak biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) dapat digunakan
sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah (biokerosin) yang memiliki nilai ekonomis lebih tinggi dari pada minyak tanah. Hasil uji coba, menunjukkan hasil bahwa 1 kg biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) yang sudah tua bisa menghasilkan 0,5 liter minyak (Biokerosin). Selain itu minyak biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) juga memiliki keunggulan lama pembakaran yang lebih lama dari pada minyak tanah, penggunaan 1 mililiter minyak biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) dapat digunakan 11,8 menit pembakaran, sedangkan 1 ml minyak tanah hanya dapat digunakan selama 5,6 menit pembakaran (KPH, Banyumas Barat, 2007). Hal ini menunjukkan minyak biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) memiliki daya bakar 2x lebih lama dibandingkan minyak tanah. Menurut
Samino
(2008)
pemilik
pabrik
pengolahan
biji
Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) di daerah Cilacap. Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) sebanyak 100 kg dapat menghasilkan 50 liter minyak (biokerosin), jumlah ini lebih tinggi daripada jarak yang hanya 25 liter saja, dengan demikian minyak biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) memiliki nilai ekonomis yang tinggi (Wiguna, 2008). Menurut Prof. Dr. H. Sudrajat, M.Sc pakar bioenergi
Puslitbang
hasil
hutan
Departemen
Kehutanan
“Biji
Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) yang telah diolah menjadi biokerosin dapat diolah lebih lanjut menjadi biodeisel (Wiguna, 2008). Keunggulan biodiesel dari biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) adalah rendaman minyak tergolong tinggi dibandingkan jenis tanaman lain (Jarak : 40-60%, Sawit 46-54%) dan Nyamplung 40-73%) sebagian parameter kualitas biodiesel Indonesia, juga telah dipenuhi biodiesel dari biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L), karena minyaknya memiliki daya bakar 2 kali lebih lama dibandingkan minyak tanah ampas dari biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) juga masih dapat diolah lagi menjadi briket arang (Balitbang Kehutanan Dephut, 2008)
Sebagai tanaman budidaya Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) memiliki beberapa keunggulan, antara lain : 1. Tanaman Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan tanaman jarak pagar dan sawit (jarak pagar 5 ton/ ha, sawit 6 ton/ ha, Nyamplung 20 ton/ ha). 2. Prospek pengembangan budidaya Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) tidaklah membutuhkan investasi yang besar, karena tanaman ini tersebar secara merata secara alami di Indonesia, regenerasi mudah dan berbuah sepanjang tahun dan daya survival yang tinggi. 3. Tanaman Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) yang dibudidayakan di pesisir pantai dapat berfungsi sebagai pemecah angin (Wind Breaker), untuk konservasi daerah pesisir pantai dan mencegah terjadinya proses abrasi pantai (Balitbang Kehutanan Dephut, 2008) Berdasarkan
manfaat
dan
keunggulan
tanaman
Nyamplung
(Calophyllum inophyllum L), maka dengan membudidayakan tanaman Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) diwilayah pesisir pantai akan sangat bermanfaat dari segi ekonomis dan untuk mencegah terjadinya abrasi di daerah pesisir pantai Kalimantan Barat. Menurut Yeni Yanuarti (Koordinator Mangrove Center Foundation)” garis pantai disepanjang pesisir pantai Kalimantan Barat juga terdapat pantai ditiga Kabupaten (Bengkayang, Pontianak, Sambas) yang mengalami abrasi 2-3 meter per tahun. (http://www.kompas.com) Maka,
diharapkan
dengan
kajian
budidaya
Nyamplung
(Calophyllum inophyllum L) di wilayah pesisir pantai Kalimantan Barat,
dapat
memberikan
referensi
pada
pihak
terkait
untuk
membudidayakan tanaman Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) guna mencegah terjadinya abrasi pantai Kalimantan Barat dan sebagai sumber bahan bakar alternatif, mengingat semakin menipisnya cadangan minyak dari bahan bakar fosil.
ii.
Jarak Secara ekologi Jarak pagar dapat digunakan untuk mereklamasi lahanlahan tererosi dan dapat menyerap pencemaran udara yang disebabkan oleh gas CO2 ( Karbon Dioksida ), NOx, dan SOx . Kemmapuan Jarak pagar menyerap gas CO2 dari atmosfir cukup tinggi, sebesar 1,8 kg/ kg bagian kering tanaman. Jatropha curcas juga tahan terhadap stress air, sehingga cocok ditanam di daerah yang kekurangan air. Pada musim kemarau dapat menggugurkan daunnya, tetapi akarnya mampu menahan air dan tanah, sehingga disebut juga sebagai tanaman pioner, tanaman penahan erosi dan dapat mengurangi kecepatan angin. Jadi usaha penghijauan dengan Jarak pagar sangat bermanfaat. Untuk Obat
Disamping itu juga bermanfaat sebagai bahan baku berbagai macam obat-obatan, pembuatan sabun, cat dan kosmetika. Ampas bijinya merupakan sumber pupuk organik dan pakan ternak setelah mengalami proses Detoksifikasi. (penghilangan racun ). Pemanfaatan biji atau minyak jarak pagar tidak berkompetisi dengan penggunaan minyak sawit, minyak kelapa yang biasa digunakan untuk minyak makan atau industri oleokimia, sehingga harganya dapat diharapkan relatif stabil. Jarak pagar mengandung zat penyamak sebesar 11 – 18 %, sedangkan bijinya berisi minyak curcos kurang lebih 35 – 45 % yang terdiri dari gliserida-gliseria, asam palmitat, stearat dan kurkanolat. Minyak yang diambil dari pengepresan biji masih mengandung protein racun yang disebut krusin, alkaoid dan saponin. Minyak biji jarak pagar sangat beracun, berwarna kuning, kental dan tidak berbau. Oleh karena itu minyak biji dan getah batang atau daunnya hanya boleh dipakai sebagai obat luar, seperti obat kumur atau salep penyembuh luka, misalnya gigi lubang, tapi harus hati-hati jangan terlalu banyak maka gigi bisa rontok. Racun ini bisa dinetralkan dengan sejenis minuman keras yang disebut brandewijn. Menurut Dr. A.P. Dharma bahwa air perasan daun jarak pagar yang kental dapat digunakan sebagai peluntur, obat kumur, sampai pencuci
borok. Sedangkan minyak yang dicampur dengan belerang, parafin dan beberapa tetes terpentin dapat digunakan untuk mengobati luka. Di daerah pedesaan, getah jarak pagar yang berwarna jernih kekuningan sering digunakan sebagai obat tradisional untuk obat tetes pada telapak kaki yang terkena kutu air dan bercak. Disamping itu juga dapat digunakan sebagai obat pembasmi cacing kremi dengan cara 5 lembar daun jarak pagar ditumbuk, kemudian ditambah 1 sendok teh minyak kelapa, lalu ditempelkan pada dubur semalam ketika anak-anak sedang tidur dan dibersihkan keesok harinya. Pengganti Minyak Tanah
Pada saat Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai energi non renewable atau tidak dapat didaur ulang, semakin lama persediaan semakin menipis dan mahal, sehingga banyak negara mencari sumber energi alternatif dengan serius. Hal ini terjadi karena tidak mau terus menerus bergantung pada BBM yang mahal dan menguras devisa negara. Selain tebu dan tanaman lain yang yang dapat diproses menjadi etanol sebagai pengganti BBM adapula Jarak pagar (Jatropha curcas L.) yang dapat menghasilkan Biodesel. Beberapa negara yang miskin sumber daya BBM, seperti India, Tanzania dan Gambia telah lama mengembangkan Jarak pagar sebagai pengganti Kerosin ( minyak tanah ) untuk kopor dan lampu. Potensi Jarak pagar di Indonesia sebagai salah satu sumber energi alternatif pengganti BBM darikomoditas pertanian (biofuel) saat ini bukan wacana lagi, karena Pemerintah melalui Blue Print Pengelolaan Energi Nasional yang dikeluarkan Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) menetapkan kebutuhan energi nasional akan dipenuhi dari sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 4, 4 %, dimana sebesar 1, 3 % berasal dari Biofuel (setara dengan 4, 7 juta kilo liter).
c. i.
Proses produksi minyak Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) Malaysia berhasil mengembangkan Calanolida-A, aktif sebagai anti virus HIV (in vivo) diperoleh dari tanaman Calophyllum inulifolium /C. langinerum (Anonim, 2003). Minyak nyamplung ber-warna hijau gelap
atau kuning kebiru-biruan. Minyak Nyamplung dinamakan juga minyak tamanu (Tahiti), minyak undi (India), minyak domba (Afrika?). Minyak nyamplung mentah mengandung komponen yang aktif mempercepat kesembuhan luka atau pertumbuhan kulit ( cicatrization). Karakteristik minyak nyamplung : berat jenis 0,941 - 0,945; angka iodium 82 - 98; angka penyabunan 192 - 202, titik leleh 8°C. Komposisi asam lemak (%-b) : oleat 48 - 53, linoleat 15 - 24, palmitat 5 - 18, stearat 6 - 12. Selain itu tanaman nyamplung ini merupakan penghasil minyak yang paling berpotensial untuk dijadikan sebagai bahan baku biofuel adalah bijinya mempunyai rendemen yang tinggi, bisa mencapai 74%, dan dalam pemanfaatannya tidak berkompetisi dengan kepentingan pangan. Beberapa keunggulan biodiesel yang dihasilkan dari nyamplung adalah rendemen minyak nyamplung tergolong tinggi (50-73%) dibandingkan jenis tanaman lain (jarak pagar 40-60%, Sawit 46-54 %; dan Nyamplung 40-73 %), sebagian parameter telah memenuhi standar kualitas biodiesel Indonesia, minyak biji nyamplung memiliki daya bakar dua kali lebih lama dibandingkan minyak tanah. Dalam test untuk mendidihkan air, minyak tanah yang dibutuhkan 0,9 ml, sedangkan minyak biji nyamplung hanya 0,4 ml; mempunyai keunggulan kompetitif di masa depan antara lain biodiesel nyamplung dapat digunakan sebagai pencampur solar dengan komposisi tertentu, bahkan dapat digunakan 100 % apabila teknologi pengolahan tepat, kualitas emisi lebih baik dari solar, dapat digunakan sebagai biokerosen pengganti minyak tanah. Dengan potensi sedemikian besar layak bagi Nyamplung sebagai bagian dari identitas energi nabati nasional Indonesia sebagaimana India dengan biodiesel jaraknya dan brazil dengan biofuel metanol tebunya. Biodiesel biasanya juga disebut sebagai fatty acid methyl ester yaitu bentuk ester dari asam lemak, biodiesel dibuat melalui suatu
proses kimia yang disebut esterifikasi ataupun tran-esterifikasi. Proses ini menghasilkan dua produk yaitu metil esters (biodiesel)/mono-alkul ester dan gliserin yang merupakan produk samping. Bahan baku utama untuk pembuatan biodiesel antara lain minyak nabati, lemak hewani,lemak bekas/lemak daur ulang. Semua bahan baku ini mengandung trigliserida, asam lemak bebas (ALB) dan zat-pencemar dimana tergantung pada pengolahan pendahuluan dari bahan baku tersebut. Sedangkan sebagai bahan baku penunjang yaitu alkohol. Pada proses pembuatan biodiesel ini dibutuhkan katalis untuk proses esterifikasi, katalis dibutuhkan karena alkohol larut dalam minyak. Alkohol yang digunakan sebagai perekasi untuk minyak nabati adalah methanol, namun dapat pula digunakan ethanol, isopropanol atau butyl, tetapi perlu diperhatikan juga kandungan air dalam alkohol tersebut. Bila kandungan air tinggi akan mempengaruhi hasil biodiesel kualitasnya rendah, karena kandungan sabun,ALB dan trigliserida tinggi. Disamping itu hasil biodiesel juga dipengaruhi oleh tingginya suhu operasi proses produksi, lamanya waktu pencampuran atau kecepatan pencampuran alkohol. Katalisator dibutuhkan pula guna meningkatkan daya larut pada saat reaksi berlangsung, umunya katalais yang digunakan bersifat basa kuat yaitu NaOH atau KOH atau Natrium metoksida. Katalis yang akan dipilih tergantung minyak nabati yang digunakan. Katalis tersebut pada umumnya sangat higroskopis dan bereaksi membentuk larutan kimia yang akan dihncurkan oleh reaktan alkohol. Jika banyak air yang diserap oleh katalis maka kerja katalis kurang baik sehingga produk biodiesl kurang baik. Setelah reaksi selesai, katalis harus dinetralkan dengan penambahan air pencuci, HCl juga dapat dipakai untuk proses netralisasi katalis basa, bila digunakan asam phosphate akan mengahasilkan pupuk phosphate (K 3PO4). Proses dasar pembuatan biodiesel dpat dilihat pada gambar 3.
Proses transesterifikasi yang umum untuk membuat biodiesel dari minyak nabati (biolipid)ada tiga macam yaitu: a. Transesterifikasi dengan katalis basa b. Esterifikasi dengan katalis asam c. Konversi minyak/lemak nabati menjadi asam lemak dilanjutkan menjadi biodiesel. Hampir semua biodiesel diproduksi dengan metode transesterifikasi dengan katalisator basa karema merupakan proses yang ekonomis dan hanya memerlukan suhu dan tekana rendah. Selama proses tranesterifikasi, trigliserin berekasi dengan alkohol dengan katalisator alkalin kuat (NaOH, KOH atau sodium silikat). Jumlah katalisator yang digunakan dalam proses titrasi ini merupakan salah satu faktor penting dalam memproduksi biodiesel. Pada tanaman Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) untuk mengambil minyak yang terdapat pada bijinya yang melalui tahap-tahap sebagai beriku: a. Terlebih dahulu dilakukan pengeringan biji yang bertujuan untuk
menurunkan
kadar
air
dalam
biji
nyamplung.
Pengeringan biji tanpa tempurung bisa dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
Dikeringkan dibawah sinar matahari
Digoreng tanpa minyak (sangrai)
Pengeringan dengan mesin
Pengeringan dilakukan sampai biji nyamplung berwarna coklat kemerahan. Pengeringan yang akan menentukan rendah minyak yang dihasilkan. b. Pengeprasan biji, bisa dilakukan dengan 2 macam mesin pres, yaitu: Mesin pres hidrolik manual dan mesin pres ekstruder (sistem ulir). Mesin pres hidrolik memerlukan energi listrik yang kecil (1000 watt) karena produksi minyaknya dalam satu hari juga kecil yaitu 10 liter. Sedangkan mesin pres ekstruder memerlukan energi listrik hingga 5 KVA dengan produksi minyak 100 liter/hari. Minyak yang keluar dari mesin pres berwarna hitam/gelap karena mengandung kotoran dari kulit dan senyawa kimia seperti: alkoloid, fosfatida, karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. c. Proses selanjutnya adalah pemisahan getah (dugemming), degumming dilakukan pada suhu 80
o
C selama 15 menit,
sampai terjadi endapan. Endaopan dipisahkan, kemudian dicuci o
dengan air hangat(suhu 60 C) hingga jernih. Selanjutnya air dipisahkan /di uapkan dari munyak dengan pengeringan vakum o
pada suhu 80 C agar tidak terjadi reaksi oksidasi. Degumming bertujuan untuk memisahkan minyak dari getah/ lendir yang terdiri dari fostatid, protein, karbohidrat,residu,air dan resin. Hasil dari proses degumming akan memperlihatkan perbedaan warna yang jelas dari minyak asalnya, yaitu berwarna jernih kemerah-merahan. Setelah minyak diambil atau dipisahkan dari bijinyanya selanjutnya dilakukan
pengolahan
minyak
nyamplung
menjadi
biodiesel.
Pengolahan minyak nyamplung menjadi biodiesel dilakukan dengan tahapan: a. Esterifikasi menggunakan metanol, dengan katalis HCL 1%, selama 1 jam b. Transesterifikasi menggunakan metanol, dengan katalis NaOH 1%, selama 1 jam c. Bila bilangan asam dari minyak yang dihasilkan melebihi standar, diperlukan proses netrilisasi sesuia dengan FFA (asam lemak bebas) yang tersisa
Gambar 4. Hasil minyak Nyamplung
yang
digunakan
untuk biodiesel
ii.
Pembuatan Minyak Jarak Alami ( Crude Jatropha Curcas Oil: Cjco) Kegiatan Setelah Panen Pengeringan dan Pengupasan
Pertama adalah mengeringkan buah jarak untuk mempermudah proses pengupasan kulit buah, dengan cara dijemur dibawah sinar matahari. Setelah kering buah ditaruh ditempat teduh menunggu proses pengupasan. Setelah itu buah dikupas dengan cara : buah yang sudah kering diletakkan di atas permukaan yang keras seperti lantai semen atau meja, lalu digiling atau ditekan dengan sebuah kayu sehingga kulit buah pecah dan biji keluar. Untuk pengupasan bisa menggunakan alat yang lebih modern yaitu dengan mesin yang telah dibuat oleh ITB atau Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian serpong.
Proses Ekstraksi
Minyak Jarak alami dibuat dari daging buah (kernel). Alat yang digunakan untuk membuat minyak kasar antara lain pengepres yang dapat digerakkan dengan tangan atau mesin dengan teknologi yang sederhana sehingga dapat diaplikasikan di daerah pedesaan. Selain alat yang sederhana ada juga alat yang modern, misalnya mesin expeller, berfungsi untuk memeras kernel jarak pagar agar keluar minyak jarak alaminya, kemudian minyak tadi dialirkan ke tangki degumming untuk menghilangkan getah dari biji , tangki ini bertujuan untuk menghilangkan fosfor ( fosfolipid) dan pemanasan digunakan untuk menghilangkan asam lemak bebas.. Ke dua bahan tersebut harus dihilangkan jika mimyak jarak digunakan sebagai biodesel karena fosfor dapat mengendap sebagai kerak diruang bakar diesel sedangkan asam lemak bebas bersifat korosif yang dapat merusak komponen mesin diesel. Kemudia filer press digunakan untuk menyaring hasil degumming, hasil dari saringan adalah minyak goreng, kental licin, dan berbau tidak menyolok. Pembuatan Biodesel
Proses pembuatan Biodesel yang disebut transesterifikasi relatif sederhana : Lemak atau minyak lemak yang diperoleh dari CJCO ( Jarak pagar) atau CPO ( kelapa sawit) di beri metanol ( bisa diperoleh dari gas bumi atau biomassa) atau etanol dalam keadaan katalis ( yaitu diberi KOH) dan dipanaskan dengan suhu diatur 25 – 80oC maka akan menjadi ester metil/etil, asam-asam lemak ( biodesel) dan Gliserin. Gliserin merupakan produk samping yang dapat digunakan pada industri farmasi, sabun dan kosmetik. Kemungkinan juga gliserin dapat dikonversi menjadi etanol. Apa tujuan dari proses transesterifikasi adalah untuk menurunkan viskositas atau kekentalan CJCO sehingga akan menyamai petrodiesel (solar atau ADO) hingga mencapai nilai 4,84 cst.
3. KESIMPULAN Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, diketahui bahwa tanaman nyamplung memiliki karakteristik tersendiri. Fungsi dan manfaatnya pun cukup banyak untuk membantu manusia dalam meneruskan kehidupannya. Selain dari tanaman nyamplung, tanaman lain yang memiliki potensi penghasil minyak dan pengganti bahan bakar minyak fosil adalah tanaman jarak. Tanaman ini sudah resmi digunakan oleh instansi negara penghasil minyak sebagai biosolar atau biodiesel. Selain itu masih banyak sekali manfaat dari tanaman ini untuk kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA Alamsyah, A.N. 2006. Biodesel Jarak Pagar . Agromedia Pustaka. Jakarta. Anonymous,2012.
Budidaya
nyamplung.http://bp4kkabsu
kabumi.net/index.php/Kehutanan/Budidaya-Tanaman-Nyamplung.html. Diakses 9 Maret 2012. Anonim, 2012. Pengembangan dan Pemanfaatan Jarak pagar ( Jatropha curcas L.). Pusat Penelitian dan Pengambangan Perkebunan. Bogor. Anonim, 2007. Budidaya Tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L ) Sebagai sumber alternatif Biofuel . Puslitbang Perkebunan
.Bogor. Masyhud,2008. “Tanaman Nyamplung Berpotensi Sebagai Sumber
Energi
Biofuel”. Kementrian
Kehutanan
Republik
Indonesia.Jakarta, 22 September 2008. Soerawidjaja, T.H. 2005. Potensi Sumber Daya Hayati Indonesia Dalam Menghasilkan Bahan Bakar Hayati Pengganti BBM .
Makalah Lokakarya “Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Energi Alternatif untuk Keberlanjutan Industri Perkebunan dan Kesejahteraan Masyarakat”. Hotel Horison, Bandung, 28 Nopember 2005. Anggoro, Wahyudi Hadi.2009.
Pemanfaatan
Minyak
Biji
Nyamplung ( calophyllum inophyllum L ) sebagai bahan bakar minyak pengganti Solar. Jurnal Riset daerah Vol.VIII, No.2 Agustus
2009. Zuhud, E. A. M. dan Yuniarsih, A. 1995. Keanekaragaman Tumbuhan Obat di Cagar Alam pananjung Pangandaran. Dalam.
Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani II. Ikatan Pustakawan Indonesia, Jakarta: 39 – 51.