BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Status masyarakat di pengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang kurang memenuhi syarat sanitasi dapat mengundang berbagai macam penyakit menular. Upaya itu untuk mencegah dan membrantas penyakit menular dengan cara meningkatkan atau memperbaiki sanitasi lingkungan dan telah diketahui bahwa salah satu sebab penyebaran penyakit menular adalah melalui serangga ( Arthopoda ) dari semua jenis i ni yang paling besar besar adalah jenis insekta yaitu yaitu nyamuk dan lalat. Disini lalat tersebut tersebut dapat menyebarkan penyakit perut seperti diare. Lalat merupakan species binatang yang sangat menjijikkan yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat. Ancaman lalat mulai diperhitungkan terutama setelah timbulnya masalah sampah yang merupakan dampak negatif dari pertambahan penduduk. Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan mengundang lalat untuk datang datang dan berkontak berkontak dengan dengan manusia. Jika diketahui bahwa lalat senang hidup di tempat yang
kotor
dan
peranan lalat dalam
penularan penyakit umumnya bersifat mekanis yaitu lalat yang hinggap pada kotoran dan kotoran menempel pada kaki lalat dan hinggap pada makanan sehingga
makanan
tersebut
terkontaminasi.
Pada
akhirnya
lalat
akan
menimbulkan masalah kesehatan masyarakat secara luas baik dari segi estetika sampai penularan penyakit (Adnan Agnesa, 2012).
1
Di daerah penelitian penulis, di Desa Keramas Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar menurut data puskesmas Blahbatuh dari bulan Januari sampai Desember 2012 kasus diare masuk dalam 10 kasus penyakit terbesar di Puskesmas Blahbatuh 1 dengan urutan yang ke 8 dan dengan jumlah penderita 651 . Dari data kasus diare diare yang termasuk 10 10 kasus penyakit
terbesar di
Puskesmas Blahbatuh Blahbatuh I ada kaitannya dengan Rumah potong babi yang terletak di Desa Keramas,jarak rumah potong babi dengan pemukiman penduduk adalah 100 meter. Rumah potong babi ini juga menghasilkan sisa – sisa penyemblihan yang tidak dipergunakan lagi yang berupa kotoran hewan, limbah dan juga bau yang khas yang dapat mengundang atau datangnya lalat untuk selanjutnya berkembang biak. Selain bakteri phatogen atau non phatogen serta parasit, dan lalat hinggap pada makanan dan minuman, akan menyebabkan atau mempermudah menjalarnya penyakit menular pada masyarakat. m asyarakat. Atas permasalahan tersebut diatas maka peneliti memilih topik penelitian : “Hubungan Jarak Rumah Potong Babi Dengan Rumah Penduduk Terhadap Terhadap Densitas Lalat di Desa Keramas Kecamatan Blahbatuh kabupaten Gianyar”.
2
B.
Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah hubungan jarak rumah potong babi dengan rumah penduduk terhadap densitas lalat di Desa Keramas Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan jarak rumah potong babi dengan rumah penduduk terhadap densitas lalat. 2.
Tujuan khusus
a.
Untuk mengetahui perbedaan jarak terbang lalat yang hinggap pada fly grill.
b.
Untuk mengetahui kepadatan lalat yang ada di Rumah Potong Babi Keramas.
c.
Untuk mengetahui densitas lalat yang ada dirumah penduduk.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat praktis : untuk memberikan informasi kepada pemilik rumah potong babi khususnya upaya pengendalian lalat.
2.
Manfaat teoritis : untuk dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya menyangkut bidang pengendalian vektor terutama pada lalat.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian – Pengertian
1.
Rumah potong babi Suatu bangunan yang dibuat khusus menurut bentuk yang digunakan untuk
memotong ternak babinya dan mempersiapkan dagingnya menurut aturan tertentu(I.B. Arka, 1985). 2.
Sampah Bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa
atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan
manufaktur
atau
materi
berkelebihan
atau
ditolak
atau
buangan(Depkes,1987). 3.
Pengertian lalat Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo diphtera,
mempunyai sepasang sayap berbentuk membran(Devi Nuraini,2012).
B.
Ciri – Ciri Lalat
Ciri – ciri lalat menurut Adang Iskandar (1985) dalam pembrantasan serangga dan binatang pengganggu adalah sebagai berikut : 1.
Ciri – ciri lalat musca domestica
a.
Pada thorak terdapat 4 garis hitam dan satu garis hitam medial pada abdomen dorsal punggung.
4
b.
Sayapnya mempunyai longitudinal line 4 ( long empat ) yang jalannya naik ke atas sehingga ujungnya hampir bertemu dengan long 3.
c.
Bagian – bagian dari mulutnya tidak dapat dipakai untuk menggigit atau menusuk tetapi hanya dipakai menghisap barang – barang yang cair saja.
d.
Metamorposa sempurna.
e.
Sebagai vektor dari penyakit secara tidak langsung.
2.
Ciri – ciri lalat kandang
a.
Ukuran tubuh sedang sampai besar agak kokoh umumnya sebesar atau lebih sedikit dari lalat rumah.
b.
Warna tubuh hitam atau abu – abu kecoklatan dengan atau tanpa spot hitam pada sayap.
c.
Mata berwarna mengkilap.
d.
Tersi dengan tiga telapak kaki.
e.
Induk biasanya meletakkan telur dipermukaan daun atau tempat yang terletak diatas air, larva bersifat akuatik dewasa jantan terdapat pada bunga, betina sebagai penghisap darah dan sebagai vektor penyakit.
3.
Ciri – ciri lalat daging
a.
Lalat berukuran sedang.
b.
Warnanya bervariasi dari hitam sampai keabu – abuan atau berwarna cerah dengan warna hitam dan kuning.
c.
Dekat oceli terdapat daerah berbentuk segitiga.
d.
Banyak dijumpai dipadang rumput, larva hidup dibatang rumput, beberapa sebagai hama tanaman gramineae (misal) padi, jagung, beberapa pemakan daging dan bagkai bersifat parasit atau predator.
5
C.
Bionomic Lalat
1.
Siklus hidup lalat Lalat merupakan insekta yang mengalami metamorphosa sempurna, yang
mana dalam siklus hidupnya mengalami empat stadium yaitu : stadium telur, larva, kepompong dan dewasa. Adapun siklus hidup lalat (lalat rumah) musca domestica (Ary Yanurianto,1982) dapat dilihat dalam gambar dibawah ini.
Gambar 2.1 Siklus Hidup Lalat Rumah (Musca Domestika)
Dari gambar tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a.
Stadium pertama (stadium telur) Stadium ini lamanya 12 – 24 jam. Bentuk daripada telur tersebut adalah
bulat lonjong berwarna putih. Besarnya telur berkisar 1 – 2 mm. Telur dikeluarkan oleh yang betina sekaligus sebanyak 150 – 200 butir, lamanya stadium telur dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi tersebut salah satunya adalah faktor tempat. Contoh dari tempat tersebut misalnya pada kotoran
6
yang panas dan lembab pada keadaan seperti ini, stadium telur akan berjalan makin cepat. b.
Stadium kedua (stadium larva) Stadium ini sebenarnya ada tiga tingkatan yaitu :
1)
Setelah larva keluar dari telur Larva yang baru keluar ini belum banyak bergerak.
2)
Tingkat dewasa Pada tingkat ini larva banyak bergerak.
3)
Tingkat terakhir Pada tingkat ini larva tidak bergerak Larva tersebut bentuknya bulat panjang dengan berwarna putih kekuning –
kuningan atau keabu – abuan. Larva ini mempunyai sigment sebanyak 13 buah dan panjangnya berkisar antara 2 – 8 mm. Larva ini makan dari bahan – bahan organis yang terdapat disekitarnya pada tingkatan terakhir larva berpindah ketempat yang kering dan sejuk untuk berubah menjadi kepompong. Lamanya stadium ini berkisar 2 – 8 hari atau rata – rata 2 – 5 hari tergantung dari temperatur setempat dan suhu ditempat tersebut. 4)
Stadium ketiga ( stadium pupa ) Lamanya stadium ini 2 – 8 hari atau rata – rata 4 – 5 hari. Ini tergantung dari
temperatur setempat. Bentuk dari pupa ini adalah bulat lonjong dengan warna coklat hitam. Stadium ini kurang bergerak atau tak bergerak sama sekali. Panjang pupa ini berkisar antara 8 – 10 mm atau rata – rata 5 mm. Pupa ini mempunyai selaput luar yang keras disebut chitune dibagian depan terdapat spirade yang disebut postrior spiracle yang berguna untuk menentukan jenis lalat itu sendiri.
7
5)
Stadium keempat ( stadium dewasa ) Stadium ini adalah stadium terakhir yang sudah berwujud lalat. Dari
stadium telur sampai stadium dewasa memerlukan waktu rata – rata 7 hari atau lebih. Ini tergantung dari temperatur disekitar dan jenis lalat itu sendiri tapi lamanya berkisar antara 8 – 20 hari. 2.
Tempat bersarangnya Lalat bisa hidup pada tempat yang kotor dan tertarik akan bau kurang sedap
atau busuk. Tempat yang disenangi tersebut adalah tempat basah, kotoran hewan, tumbuh – tumbuhan busuk, kotoran yang busuk secara kualitatif ( dikandang hewan ). Sangat disenangi oleh larva lalat. Sedangkan yang tercecer jarang dipakai sebagai tempat berbiak lalat. 3.
Cara bertelur Masa bertelur 4 – 29 hari. Sexsual maturity 2 – 3. Pada umumnya
perkawinan lalat terjadi pada hari kedua belas sesudah keluar kepompong. Dan sampai tiga hari kemudian setelah kawin baru bertelur, yang jumlahnya sekali bertelur sebanyak 150 – 200 butir dan setiap betina dapat bertelur 4 – 5 kali selama hidupnya. 4.
Kebiasaan makan Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, yang dapat hinggap dari makanan
yang satu ke makanan yang lain. Lalat amat menarik pada makanan yang dimakan oleh manusia sehari – hari, seperti gula, susu dan makanan lainnya, kotoran manusia serta darah, protein diperlukan untuk bertelur, sehubungan dengan bentuk mulutnya. Lalat hanya makan dalam bentuk cairan atau makanan yang basah. Sedangkan makanan yang kering dibasahi oleh ludahnya terlebih dahulu
8
baru dihisap. Air merupakan hal yang penting dalam kehidupan lalt dewasa. Tanpa air lalat hanya bisa hidup tidak lebih dari 48 jam. Pada waktu hinggap lalat mengeluarkan ludah dan faeces. Timbunan dari ludah dan faeces ini membentuk titik hitam adalah sangat penting untuk mengenal tempat lalat istirahat. 5.
Jarak terbang lalat Lalat tidak suka terbang terus menerus, jarak terbang ini sangat tergantung
pada adanya makanan yang tersedia, rata – rata 6 – 9 km, kadang – kadang dapat mencapai 19 – 20 km dari tempat berkembangbiak (Menurut Dirjen PPM dan PLP, 1991 : 3). 6.
Tempat istirahat Lalat beristirahat pada tempat – tempat tertentu, pada siang hari bila tidak
makan mereka beristirahat pada lantai, dinding, langit – langit, jemuran pakaian, rumput – rumput, kawat listrik, serta sangat menyukai tempat yang tepi tajam yang letak permukaannya vertikal. Biasanya tempat beristirahat ini terletak berdekatan dengan tempat makanannya atau tempat berbiaknya yang biasanya yang terlindung dari angin. Tempat istirahat tersebut biasanay tidak lebih dari 4,5m diatas permukaan tanah. 7.
Lama hidup Lama hidup lalat sangat tergantung pada makanan, air dan temperatur. Pada
musim panas umumnya antara 2 – 4 minggu, sedangkan pada musim dingin mencapai 70 hari.
9
D.
Gangguan Penyakit yang Ditimbulkan Oleh Lalat
Lalat merupakan serangga yang dapat menimbulkan gangguan atau menularkan penyakit pada manusia. Gangguan lalat pada manusia antara lain : mengganggu ketenangan, menggigit dan myasis pada luka terbuka. Menularkan penyakit secara biologis dan mekanis beberapa penyakit yang disebarkan oleh lalat dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 2.1 Beberapa Penyakit Yang Disebarkan Oleh Lalat No
JENIS PENYAKIT
PENYEBAB
JENIS LALAT Lalat tsetse
CARA INFEKSI Gigitan
RESERVOAR
1.
Tripanomasis (penyakit tidur)
Tripanosoma Gambiense
Binatang
2.
Cholera
Vibrio colera
Musca domestica
Kontaminasi makanan
Manusia
3.
Disentri amoeba
Entamoeba histolytica
Musca domestica
Kontaminasi makanan
Manusia
4.
Disentri bacciller
Shigelle dysenteriae
Musca domestica
Kontaminasi makanan
Manusia
5.
Leishmahiasis
Leishmania
L, phleboto
Gigitan
Manusia
6.
Chanacerciasis
Onchecerca
Lalat hitam
Gigitan
Manusia
7.
Thypus fever
Salmonella
Musca domestica
Kontaminasi maknan dan air
Manusia
Sumber : Adang Iskandar, (1985). Pedoman bidang studi pembrantasan serangga dan binatang pengganggu. Organisme penyakit tersebut dapat ditularkan melalui empat cara, yaitu: 1.
Melalui tapak kaki lalat yang bersifat lengket.
2.
Melalui bulu-bulu yang ada pada permukaan badan dan kaki lalat.
3.
Melalui cairan yang di muntahkannya.
4.
Melalui kotorannya.
10
E.
Pengukuran Tingkat Kepadatan Lalat
Untuk pengukuran tingkat kepadatan lalat dapat dipakai beberapa cara. Namun yang paling mudah, murah dan cepat adalah dengan menggunakan fly grill. Adapun bentuk fly grill tersebut menurut DIT-JEN PPM dan PLP dalam petunjuk teknis pembrantasan lalat (1989) dapat dilihat pada gambar 2 berikut : Gambar 2.2 Fly Grill 80 cm
80 cm
Sedangkan pembuatan fly grill tersebut adalah sebagai berikut : fly grill dapat dibuat dari bilah-bilah kayu yang tebalnya 1 cm dan lebarnya 2 cm dengan panjang masing-masing 80 cm sebanyak 16-24 berjajar dengan jarak 1-2 cm pada kerangka kayu yang disisipkan dan sebaliknya pemasangan bilah pada kerangka mempergunakan paku skrup sehingga dapat di bongkar pasang setelah dipakai. Karena pentingnya pengendalian lalat adalah berhubungan dengan kesehatan
11
manusia, maka sasaran yang diukur kepadatan lalatnya adalah yang berdekatan dengan kehidupan manusia yaitu :
1.
Pemukiman peduduk.
2.
Tempat-tempat umum seperti: pasar, terminal, kendaraan umum, rumah makan, hotel dan losmen.
3.
Lokasi sekitar tempat-tempat pengumpulan sampah sementara yang berdekatan dengan pemukiman.
4.
Lokasi tempat pembuangan akhir sampah.
F.
Syarat- syarat Rumah Potong Hewan
1.
Lokasi Rumah Potong Hewan a. Berlokasi di daerah yang tidak menimbulkan gangguan atau pencemaran lingkungan
misalnya
bagian
pinggiran
kota
yang
tidak
padat
penduduknya. b. Dekat dengan aliran sungai atau bagian yang terendah dari kota. c.
Berlokasi ditempat yang mudah dicapai oleh kendaraan atau dekat jalan raya.
2.
Komponen Bangunan a. Lantai dan dinding harus kedap air terbuat dari porseli atau bahan yang sejenis keramik. b. Mempunyai tempat penyimpanan daging. c.
Selalu dalam keadaan bersih.
d.
Mempunyai tempat untuk pembuangan kotorannya dan limbahnya.
12
e.
3.
Berventilasi yang cukup untuk menjamin pertukaran udara.
Kelengkapan Rumah Potong Hewan a.
Mempunyai alat-alat yang dipergunakan untuk persiapan sampai dengan penyelesaian proses pemotongan termasuk alat pengerek dan penggantung karkas pada waktu pengulitan serta pakaian khusus untuk tukang sembelih dan pekerja lainnya.
b. Peralatan yang lengkap untuk petugas pemeriksa daging. c.
Persediaan air bersih yang cukup.
d. Alat pemelihara kesehatan. e.
Pekerja yang mempunyai pengetahuan di bidang masyarakat
veteriner
yang
bertanggung
jawab
kesehatan terhadap
dipenuhinya syarat-syarat dan prosedur yang berlaku dalam pemotongan hewan serta penanganan daging (Manual Kesmavet, 1993).
G.
Tindakan Pembrantasan Lalat
1.
Pembrantasan lalat yaitu untuk mencegah penyebab penyakit yang dapat ditularkan oleh lalat dengan cara menurunkan tingkat kepadatannya. Tindakan pembrantasan dapat dilakukan bilamana :
a.
Adanya keluhan dari masyarakat sekitar tempat-tempat yang potensial sebagai sarang nyamuk.
b.
Atas permintaan masyarakat.
13
c.
Pertimbangan-pertimbangan estetis atau kesehatan.
2.
Cara pemberantasan lalat Caranya ada yang ditunjukkan terhadap larva lalat dan lalat dewasa dengan :
a.
Terhadap larva lalat
1)
Perbaikan lingkungan untuk mengurangi tempat-tempat potensial sebagai tempat perindukan :
a)
Terutama sampah didapur ditampung pada tempat sampah yang baik dan tertutup dan dalam waktu maksimum 3 hari harus dibuang.
b)
Pengangkutan dan pembuangan sampah dilakukan setiap hari.
c)
Tempat pengumpulan sampah diberi atas yang kedap air.
d)
Untuk tempat buang kotoran gunakan kakus yang selalu dalam keadaan bersih.
e)
Kotoran ternak harus dijauhkan dari tempat tinggal manusia.
2)
Penggunaan racun serangga sebagai lavarsida Setiap bahan organik yang lembab (sampah) dapat merupakan tempat
perindukan lalat. Penggunaan bahan-bahan kimia atau racun serangga disamping membunuh larva lalat, juga dapat membunuh musuh-musuh alami dari larva tersebut. Penyemprotan dengan larutan atau emulsi larvasida ditunjukkan pada sampah-sampah organik atau kotoran-kotoran manusia atau binatang sedemikian rupa sehingga membasahi bahan atau media. Contoh dari emulsi larvasida tersebut adalah diazinon yang mana diazinon ini akan memberikan daya residu 1-2 minggu. Sedangkan yang lain daya residunya kurang lama sehingga penyemprotan harus diulang setiap 1-2 minggu dengan menggunakan alat spraycan misblower.
14
b.
Terhadap lalat dewasa
1)
Penyemprotan residu insektisida Penyemprotan dilakukan pada permukaan yang menjadi tempat hinggap,
tempat makan, atau tempat istirahat lalat, terutama pada tempat-tempat hingga pada malam hari.sehingga kemungkinan waktu kontak antara lalat dengan insektisida cukup lama. Insektisida golongan organophospate yang memiliki jaya resido 2-4 minggu sekali. Sedangkan alat yang digunakan untuk penyemprotan adalah spryan. Sedangkan nama insektisida dari golongan organophospate beserta dosisnya menurut ditjen PPM dan PLP dalam petunjuk tehnis pembrantasan lalat (1989) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2 Insektisida Golongan Organophospate Beserta Dosisnya Untuk Membasmi Nama insektisida Diasinon Fenthion Dimethoate Malathion Gardona
Konsentrasi % 1-2 1-2,5 1-2,5 5 1-5
Dosis 9/m
2
0,4-0,8 0,4-1,6 0,4-1,6 1,0-2,0 1,0-2,0
Sumber : Petunjuk Teknik Pembrantasan Lalat
2)
Untuk pemakaian didalam ruangan dapat digunakan kertas atau tali- tali
yang telah diberi lapisan insektisida yang digantungkan pada langit – langit atau dinding dimana banyak terdapat lalat. Insektisida yang digunakan dapat dari golongan organophospate antara lain : Diazinon dan Fenthion. 3)
Tindakan mekanis, tindakan ini merupakan tindakan pelengkap tidak dapat memberikan hasil yang besar.
15
4)
Tindakan perlindungan, tindakan ini tidak untuk mengurangi jumlah lalat, namun sangat penting untuk mencegah hinggapnya lalat pada makanan atau minuma BAB III KERANGKA KONSEP
A.
Kerangka Konsep atau Kerangka Berfikir
Kerangka konsep dapat disajikan dalam bentuk bagan demikian dapat dilihat gambar dibawah ini.
Pemasangan fly grill antara rumah potong
Rumah potong babi
babi dengan rumah penduduk
Menghitung tingkat Suhu, kelembaban dan
kepadatan lalat pada
cuaca
masing – masing fly grill
Keterangan :
Lokasi rumah potong babi di Desa Keramas Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar dan pemasangan fly grill di rumah potong babi dan rumah penduduk dengan jarak yang berbeda. Dimana untuk mengetahui densitas lalat kemudian menghitung tingkat kepadatan lalat pada masing – masing fly grill. Dan
16
mengukur suhu, kelembaban dan cuaca pada rumah potong babi dan rumah penduduk.
B.
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini harus mengetahui variabel – variabel yang akan di amati adalah sebagai berikut : 1.
Variabel bebas Adalah variabel yang akan diberi perlakuan sehingga menjadi penyebab
terjadinya perbedaan variabel tergantung. Dalam hal ini yang menjadi variabel bebas adalah jarak antara rumah potong babi dengan rumah penduduk. 2.
Variabel tergantung Adalah variabel yang akan mengalami perubahan akibat dari variabel bebas
atau pengaruh dari variabel lain. Dalam hal ini yang menjadi variabel tergantung adalah densitas lalat. 3.
Variabel pengganggu Adalah variabel yang juga mempengaruhi perubahan variabel tergantung
serta sulit untuk dikendalikan ataupun dikontrol yang termasuk dalam variabel ini adalah suhu, kelembaban,dan cuaca. Gambaran hubungan antara variabel dapat dilihat pada gambar 3 berikut : Gambar 3 Hubungan Antar Variabel Variabel bebas
Variabel tergantung
Jarak lokasi rumah potong babi dengan rumah penduduk
Densitas lalat
17
Variabel pengganggu -
Suhu Kelembaban Cuaca
-
Keterangan : Diteliti Tidak diteliti
C. Definisi operasional
Untuk menghindari anggapan pengertian diluar penulisan berikut ini akan diuraikan batasan – batasan sebagai berikut : Variabel
Cara
Definisi
Skala
Pengukuran 1.
1
1
2
3
Jarak
adalah ruang ( panjang atau
Menggunakan Interval
jauh ) antara dua benda atau
meteran
tempat
disekeliling
sekitar
rumah
atau
potong
di
babi
Keramas.
2
Rumah
adalah suatu bangunan yang
potong
dibuat khusus menurut bentuk
babi
yang
digunakan
memotong
untuk
ternaknya
mempersiapkan
dan daging
menurut aturan tertentu.
18
Observasi
4
1
3
2
3
Densitas
adalah jumlah rata – rata lalat Pengukuran
lalat
yang hinggap pada fly grill
menggunakan
selama 30 detik dalam 10 kali
fly grill.
4
Interval
perhitungan.
4
Hipotesis
Adapun hipotesis yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut : Ada perbedaan tingkat kepadatan lalat jarak rumah potong babi dengan rumah penduduk, dimana semakin jauh jaraknya semakin menurun densitas lalatnya.
19
BAB IV METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Untuk jenis penelitian yang dilakukan dengan jalan eksperimen lapangan dan data yang diambil langsung dilapangan dengan menggunakan fly grill sebagai alat yang digunakan untuk menghitung jumlah rata – rata yang hinggap pada fly grill dalam waktu yang telah ditentukan.
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat penelitian
Tempat penelitian yang akan dilaksanakan oleh penulis adalah di rumah potong babi Desa Keramas Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar. Alasan penulis memilih tempat tersebut adalah : a.
Karena dirumah potong babi Keramas banyak menghasilkan limbah dan sisa – sisa dari pemotongan babi, juga bau yang khas sehingga banyak mengundang datangnya lalat ditempat tersebut.
b.
Disekitar tempat pemotongan babi terjadi kasus penyakit seperti diare yang disebabkan oleh banyaknya populasi lalat di tempat pemotongan babi.
20
c.
Dari data 10 penyakit terbesar yang penulis lihat dari bulan Januarai – Desember 2011 pada Puskesmas Blahbatuh 1 ternyata kasus diare cukup tinggi, yaitu masuk dalam sepuluh besar penyakit tertinggi yang berada pada urutan ke 8 dan dengan jumlah penderita 651. Sehingga dengan demikian penulis berkesimpulan penyakit tersebut berkaitan dengan rumah potong babi yang banyak lalat ditempat tersebut.
C.
Bahan dan Cara
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lalat, dan peralatan yang digunakan dalam pengukuran densitas lalat adalah : 1.
Fly grill yaitu alat yang digunakan untuk mengukur kepadatan lalat
2.
Counter yaitu untuk menghitung lalat yang hinggap pada fly grill
3.
Termometer yaitu untuk mengukur suhu di tempat penelitian
4.
Stop watch yaitu alat yang di gunakan untuk menghitung kepadatan lalat
5.
Hygrometer yaitu alat untuk mengukur kelembaban
6.
Formulir pencatat pengukuran lalat yaitu untuk mencatat hasil pengukuran kepadatan lalat Cara pengukuran tingkat kepadatan lalat adalah sebagai berikut :
1.
Pengukuran kepadatan lalat dengan menggunakan fly grill didasarkan pada sifat lalat, yaitu kecenderungan untuk hinggap pada tepi – tepi atau tempat yang bersudut tajam.
2.
Meletakkan fly grill pada tempat yang telah ditentukan pada daerah yang telah diukur.
3.
Jumlah lalat yang hinggap selama 30 detik dihitung sedikitnya pada setiap lokasi dalam 10 kali perhitungan ( 10 kali selama 30 detik ).
21
4.
Lima data perhitungan yang tertinggi dihitung rata – ratanya dan dicatat dalam buku pencatatan.
5.
Angka rata – rata ini merupakan sebagai petunjuk atau indek populasi lalat dalam satu lokasi tertentu.
6.
Adapun interprestasi hasil pengukuran pada setiap lokasi
a.
0 – 2
: rendah ( tidak menjadi masalah )
b.
3 – 5
: sedang ( perlu dilakukan pengamanan )
c.
6 – 20
: tinggi / padat ( perlu pengamanan dan upaya pengendalian Pengamanan dan tindakan pengendalian lalat )
d.
20 keatas
: sangat tinggi / padat ( perlu pengamanan dan upaya Pengendalian pengamanan dan tindakan pengendalian lalat )
D.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1.
Jenis data yang dikumpulkan
a.
Data primer Lalat yang hinggap pada fly grill di rumah potong babi Keramas.
b.
Data sekunder Data diare ini diperoleh dari Puskesmas Blahbatuh I.
2.
Cara Pengumpulan Data
22
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara perhitungan jumlah lalat yang hinggap pada fly grill dalam pengukuran densitas lalat atau kepadatan lalat diperlukan beberapa prosedur adalah sebagai berikut : a.
Pada tempat yang telah ditentukan fly grill diletakkan secara horisontal dengan permukaan tanah atau lantai, dan tempat – tempat tersebut dari pengukuran pertama sampai terakhir adalah tetap letaknya. Demikian pula tiap kali mengadakan pengukuran fly grill letaknya tidak pindah – pindah.
b.
Perhitungan densitas lalat adalah setiap lalat yang hinggap pada fly grill dihitung dengan counter.
c.
Perhitungan lalat yang hinggap pada fly grill dihitung selama 30 detik dan sedikitnya 10 kali pengukuran.
d.
Hasil perhitungan tersebut dipilih lima nilai tertinggi dari pengukuran.
3.
Instrumen Pengumpulan Data
Adapun peralatan yang digunakan dalam pengukuran tingkat kepadatan lalat adalah sebagai berikut : a.
Fly grill
b.
Counter
c.
Stop watch
d.
Formulir pencatatan lalat
e.
Hygrometer
f.
Termometer
23
DAFTAR PUSTAKA
______, 1989, Petunjuk Teknik Pemberantasan Lalat,. DIT JEN PPM dan PLP ______, 1991, Petunjuk Teknis Tentang Pemberantasan Lalat ,Jakarta Dirjen PPM dan PLP Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Adnan. A., 2011, Pengendalian Vektor, Epidemiologi Lalat dan Pengendaliannya, Purwokerto: Fakultas Kedokteran dan Ilmu – ilmu Kesehatan. Online available: http://kesmasunsoed.blogspot.com/2011/04/makalah-lalat-danpengendaliannnya.html Diakses (13 April 2012). Arka Ida Bagus., GDFT., dkk., 1995, Program Studi Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Denpasar : Universitas Udayana. Depkes, 1987, Pembuangan Sampah, Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Iskandar Adang H, dkk. (1985) Pemberantasan Serangga dan Binatang Pengganggu. Surabaya : Pusdiknakes Depkes. Kesmavet Manual., 1993, Fungsi dan Syarat Rumah Potong Hewan, Jakarta: Fakultas Pertanian. Online available: http://pertanian.uns.ac.id/~adimagna/fungsi&syaratRPH.htm (24 April 2012).
Diakses
Nuidja, I Nym. (2004) Pengendalian Vektor Penyakit . Denpasar : Universitas Udayana PS IKM.
24
Nuraini Santi D.,2012, Manajemen Pengendalian Lalat , Fakultas Kedokeran Universitas Sumatera Utara. Online Available http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3497/1/fkDevi.pdf . Diakses (23 April 2012)
Yanurianto Ari., 1982, Frekuensi Peletakan Telur Lalat Musca Domestika pada berbagai jenis Kotoran Hewan, Jakarta : Pasca Sarjana Kesehatan FKM UI.
25